PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SAINS BIOLOGI SISWA SMP NEGERI 2 PORSEA.

1

ABSTRAK

AMRIZAL, Pengaruh Musik dan Inteligensi Visaal-Spasial Terhadap Hasil
Belajar Sains Siswa Kelas V Komplek SD Jalan Halat Medan. Tesis: Program
Paseasarjana Universitas Negeri Medan. 2009.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1) Hasil belajar Sains siswa yang
menggunakan musik pop lebih tinggi dari pada basil belajar Sains siswa yang
menggunakan musik klasik dan tanpa musik, 2) Hasil belajar Sains siswa yang memiliki
inteligensi visual-spasial baik lebih tinggi daripada basil belajar sains siswa yang
memiliki inteligensi visual spasial sedang dan cukup, l) lnteraksi antara musik dan
inteligensi visual-spasial dalam memberikan pengaruh tetbadap basil belajar Sains

siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperim.en yang dilaksanakan di
kelas V Kompleks SD Jalan Halat Medan. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 216
siswa, sampel penelitian ditetapkan dengan menggunakan cluster random sampling,
sehingga terpilih SD Negeri 060809 dan SD Negeri 067090 menjadi kelas yang
menggunakan musik pop, SD Negeri 060810 dan SD Negeri 060313 menjadi kelas
yang menggunakan musik klasik, dan SD Negeri 060807 dan SD Negeri 060815

menjadi kelas yang belajar tanpa musik. Tes psikologi diberikan kepada siswa untuk
mengklasifikasikan kemampuan inteligensi visual-spasial baik, sedang dan cukup.
Untuk tes inteligensi visual-spasial digunakan tes psikologi yaitu tes EPPS, guna
menguji hipotesis basil belajar Sains siswa yang memiliki inteligensi visual-spasial
baik, sedang dan cukup. Uji statistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic
deskriptif uotuk menyajikan data dan statistik inferensial digunakan ANAVA 3 jalur,
sebelum digunakan sebagai instrument ANAVA 3 jalur, data terlebih dulu diuji
menggunakan uji nonnalitas dan uji homogeni1as. Instrument yang digunakan untuk
basil belajar Sains adalah pilihan ganda yang beJjumlah 25 butir soal dimana reliabilitas
tes ru = 0,661 yang menggunakan rumus K-R 20.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa siswa yang belajar tanpa musik lebih
tinggi basil belajar Sains dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan musik
pop dan klasik. Ini ditunjukkan dari Fllinms = 2,21 < Ftllbel = 2,41 pada taraf signitikan a=
O,O.S. Siswa yang memiliki inteligensi visual-spasial baik memperoleh basil belajar lebih
tinggi dari siswa yang memiliki inteligensi visual-spasial sedang dan cukup. Ini
ditunjukkan darl Fbituag = 5,12 > Flabel = 2,41 pada tarat signifikan a = 0,05. Tidak
terdapat interaksi antara musik dan inteligensi visual-spasial terbadap basil belajar
= 0,44 < F.w = 2,41 pada taraf signifikan a= 0,05.
Sains. lni ditunjukkan dari F~Uuag
dalam

Hipotesis telah menunjukkan bahwa siswa yang beJajar tanpa musik
pembelajaran mendapadam basil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan musik pop dan klasik. Siswa yang memiliki inteligensi visual-spasial baik
memberikan basil belajar yang lebih tinggi chbandingkan dengan siswa yang memiliki
inteligensi visual-spasial sedang dan cukup. Tidak terdapat interaksi antara musik dan
inteligensi visual-spasial terhadap basil belajar Sains.

ii

Amriza~

ABSTRACT
The Effect of Music and Visual-Spatial Intelligence and Music on
Students' Sciences Leaming Outcome in Class V Komplek SD Jalan Halat Medan.
A Thesis: Post-Graduate Program State University of Medao, 1009.
The purpose of this study was to know: ( 1) Students' sciences learning
outcome by using pop music was higher than by using classical music and without using
music, (2) The sciences learning outcome of the students who bad a good visual-spatial
intelligence is higher tban the sciences learning outcome of the students who has the
visual-spatial intelligence in the middle and enough level, (J) The interaction between

music and visual-spatial intelligence in giving an effect to students' sciences learning
outcome.
This study was an experimental-quasy research which carried out in class V
Komplek SD Jalan Halat Medan. The population of this research was six classes taken
randomly with the total number of 216 students. They are: SD Negeri 060809 and SD
Negeri 067090 as the classes that used pop music. SD Negeri 060810 and SD Negeri
060313 as the classes that used classical music and SD Negeri 060807 and SD Negeri
060815 as the classes without using music. To test the hypothesis and classify the
sciences learning outcome of the students who has a good visual-spatial intelligence,
middle and enough EPPS as a psychology test was used. The descriptive statistic was
used provide the data and three way ANOVA was used as an inferential statistic. Before
being used as an instrument, the data was tested by using normality test and
homogeneity test The instrument used consists of 25 multiple choice questions. By
using Kuder Richardson-20 was obtained r u= 0,661 as a reliability test result.
The result shows that the students' sciences learning outcome without using
music was higher tban the students' sciences learning outcome by using classical music
and pop music, with Fnaio= 2,21 < Fllbk= 2,41 on significance a= 0,05. The students
who had a good intelligence visual-spatial got higher scores than the students who had
the middle and enough level, with FDiio= 5,12 > Fllbk= 2,41 on significance a= 0,05.
There is no interaction between visual-spatial intelligence and music on students'

sciences learning outcome (Fndio= 0,44 < Ftable= 2,41 and a = 0,05). The hypothesis
shows that the students learned without using music got the higher scores tban the
students learned by using classical music and pop music. The students who bad a good
visuai-spatial intelligence got the higer scores tban the students who had middle and
enough visual-spatial intelligence. There is no interaction between visual-spatial
intelligence and music on students' sciences learning outcome.

1

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Metode belajar kebanyakan dilakukan guru secara monoton,
sehingga pekerjaan tersebut menjadi peketjaan yang sangat menjenuhkan
baik bagi guru maupun bagi siswa Selain itu materi yang disampaikan guru
sangat sedikit yang bisa diterima oleh siswa,

seki~


25% - 50% saja. Hal ini

dapat diketahui setelah diadakan kuis atau latihan setelah selesai menyajikan
materi pada saat itu juga.
Kondisi ini seharusnya menuntut para guru untuk bisa memikirkan
bagaimana cara agar pelajaran bisa diserap 700/o - 90% sehingga siswa dapat
mencapai nilai yang standar. Kenyataannya bukan hanya guru saja yang

merasakan kejenuhan. Kebanyakan siswa juga merasakan hal yang sama,
bahkan lebih lagi karena bila setiap kali guru menyajikan materi hanya
menggunakan satu strategi saja tentunya siswa akan merasa bahwa sekolah
itu adalah sesuatu yang harus dihindari, ditambah lagi dengan sikap guru
yang senantiasa marah-marah apabila sebagian besar siswa tidak mengerti
dan tidak bisa memenuhi standar nilai, di setiap kuis atau latihan.
Situasi seperti ini bisa membuat siswa semakin bingung dan tidak
paham terhadap pelajaran. Oleh karena itu diperlukan modiftkasi strategi

setiap kali pertemuan agar siswa tidak jenuh dan tujuan pelajaran serta

2

standar nilai bisa tercapai sesuai waktu dan kurikulum yang sedang betjalan.
Salah satu modiftkasi strategi dalam pembelajaran yang dapat dilakukan oleh
guru adalah membuat suasana kelas menjadi rileks dan menyenangkan
dengan memutar musik ataupun lagu yang sedang populer sehingga siswa
terpancing konsentrasinya dan tanpa sadar motorik dan otak mereka mulai
bekerja tanpa paksaan.
Di

negara-negara

maju,

musik

telah

dimanfaatkan

untuk


kepentingan umum dan bukan hanya pada kepentingan musik. Bank, dokter
gigi, agen asuransi nunah sakit dan tempat-tempat yang berhubungan
dengan orang banyak telah memanfaatkan musik untuk kepentingan tertentu.
Wajar kalau negara miskin seperti Indonesia belum mampu untuk melihat
prospek musik dari aspek manfaat. Musik masih difungsikan untuk sekedar
biburan dan menjadi disiplin khusus yang sangat spesial sehingga terasa sulit
untuk disejajarkan dengan disiplin ilmu lain. Plato pernah berkata, " Di
dalam pendidikan, musik menduduki posisi tertinggi karena tidak ada
satupun disiplin yang. dapat masuk ke dalam jiwa dan menyertai dengan
kemampuan bertahap melebihi irama dan harmoni." Mengapa nilai
pendidikan musik saat ini begitu merosot dibandingk:an zaman Plato? Ide
mengenai pendidikan musik itu sendiri adalah sangat baik walaupun ada
sebagian orang tua yang tidak ingin anaknya mengenal musik. Padahal,
kalau dilihat dari segi manfaatnya, tentu saja akan lebih baik bagi semua

3
orang dari segala lapisan dalam kehidupan sehari-harinya (Djohan,
2005: 143,176).
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa musik berpengaruh
signifikan terhadap konsentrasi, kesehatan, daya ingat, kreativitas dan daya

pikir, bahkan mahasiswa yang diperdengarkan musik-musik klasik beberapa
jam sebelum tes IQ berakibat pada bertambahnya nilai IQ para mahasiswa
tersebut dibanding jika mereka tak didengarkan musik klasik (Campbell,
2002: 89). Karena itu banyak basil penelitian yang menyarankan agar ketika
belajar diiringi dengan musik latar.
Di Indonesia, menggunakan musik latar dalam pembelajaran di kelas
masih sangat jarang, namun ketika siswa belajar di rumah berdasarkan survei
penulis (tanggal 26 Agustus 2008) terhadap 20 orang siswa, 15 orang
mengatakan bahwa mereka sering belajar diiringi dengan musik. Namun,
musik yang mereka dengar pada umumnya adalah lagu-lagu populer yang
sedang naik daun baik dari radio, kaset maupun CD. Akan tetapi tidak
diketahui apakah dengan iringan musik tersebut ketika para siswa belajar di
rumah dapat secara signifikan meningkatkan konsentrasi belajar, atau basil

belajar siswa, atau hanya sekedar menyebabkan rasa santai sehingga belajar
mereka tidak terasa terlalu menjenuhkan. Kalaupun ada, musik yang
bagaimana yang dapat meningkatkan konsentrasi atau hasil belajar siswa
tersebut.

4


Berbicara tentang pelajaran, tentunya ada pelajaran yang relatif lebih
ringan seperti bahasa, kewarganegaran, sosial, yang tidak menuntut jawaban
yang membuat siswa berpikir keras dibanding pelajaran yang relatif lebih
berat seperti, matematika, sains, fisika, ataupun kimia. Pelajaran-pelajaran
eksak seperti ini tentunya lebih menuntut otak berpikir dan siswa harus
menjawab dengan tepat.
Proses pembelajaran sains di SO menuntut keterlibatan siswa secara
aktif dan bertujuan agar penguasaan dari kognitif, afektif, dan psikomotorik
terbentuk pada diri siswa (Amin, 1987:42). Tujuan pembelajaran sains SD

. pada kurikulum 2004, dapat dirangkum ke dalam tiga aspek sasaran
pembelajaran yaitu penguasaan konsep sains, pengembangan keterampilan
proseslkinerja siswa, dan penanaman sikap ilmiah.

5
Tabel 1. Basil Belajar Sains (Ujian Akhir Semester) SD Negeri 060807,
060809, 060810, 060813, 060815, dan 067090 Jalan Halat
Medan
SD

Negeri

060807

060809

060810

060813

060815

067090

Tahun
Pelajaran

Nilai
Tertinggi


Nilai
Terendah

Nilai
RataRata

2005/2006

7,50

5,09

6,02

2006/2007

8,69

5,00

6,50

2007/2008

8,98

5,52

7,19

200512006

8.09

534

6.18

200612007

8.22

5.00

6.23

2007/2008

8,00

3,25

5,i2

2005/2006

8.88

5.65

6.77

2006/2007

8.11

5.03

6.22

200712008

8,12

5,00

6,35

200512006

7.88

5.05

6.89

2006/2007

8.01

5.08

6.42

200712008

8,09

5,10

6,25

200512006

8.18

5.69

6.27

2006/2007

7.11

5.34

6:92

2007/2008

8,22

5,67

6,15

200512006

7,84

4,43

5,88

7,98

4,55

200612007
-

--------- ·- ----

---

2007/2008

-- ----------~

------ ---- ---- -----------------------·

6,75

2,50

6,43
---

Nilai
Rata-Rata
Tiga
Tahua
Terakhir

6,57

5,84

6,44

6,52

6,45

5,52

4,24

Sumher: Daftar Kumpulan Nilai (DKN) SD Negeri 060807, 060809, 060810,
060813, 060815,dan 067090.

6
Pelajaran Sains (IPA) adalah salah satu mata pelajaran pokok dalam
setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah
sampai dengan Perguruan Tinggi. Mata pelajaran ini sangat penting
peranannya di

setiap jenjang pendidikan,

baik

untuk kepentingan

pengembangan Sains itu sendiri, maupun untuk aplikasi pada mata pelajaran
lain. Intinya adalah dalam pembelajaran sains perlu dihubungkan antara
konsep dengan teknologi yang terkait. Sebagai contoh dalam menjelaskan
tentailg konsep bunyi dapat dikaitkan dengan pengunaan pesawat telepon
serta manfaatnya bagi masyarakat (Poedjiadi, 2005:112).
Suatu studi penelitian yang ferdapat dalam Campbell (2002:19)
menunjukkan bahwa anak-anak kecil yang mendapat pelatihan musik secara
teratur menunjukkan keterampilan motorik, dan kemampuan membaca lebih
baik dari pada kawan-kawan mereka yang tidak berlatih musik.

Selain penggunaan musik, siswa juga perlu memiliki · inteligensi
yang baik guna mendukung pencapaian pembelajaran Sains yang
memuaskan. Suryabrata (2004) menyatakan bahwa inteligensi merupakan
salah satu faktor penting yang ikut menentukan betbasil atau gagalnya
belajar seseorang terlebih-lebih pada waktu abak masih sangat muda,
inteligensi sangat besar pengaruhnya. Inteligensi yang dimaksud dalam
penelitian adalah inteligensi visual-spasial, karena orang memahami dan
memproses informasi melalui dua kemampuan itu. Pertanyaan ini sejalan
dengan pendapat Robert Mc.Kim dalam bukunya Experiences in Visual

7
Thinglcing menyatakan bahwa pemikiran visual meliputi semua kegiatan
manusia (Campbell, dkk., 2002: l 08-l 09).
Inteligensi visual-spasial atau sering disebut kemampuan spasial
atau kecerdasan spasial meliputi kumpulan kemampuan yang saling berkait,
termasuk perbedaan visua~

pengenalan visua~

proyeksi, gambaran mental,

pertimbangan ruang, manipulasi gambar, dan duplikasi dari gambaran dalam
atau gambaran eksternal setiap atau semua yang dapat diekspresikan
(Campbel~

dkk., 2006: 108). Pengertian tersebut dikembangkan dari teori

Multiple lnteligensi oleh Gardner yang mendefenisikan inteligensi visualspasial merupakan kemampuan untuk merasakan dunia visual-spasial secara
akurat dan menunjukkan kinerja transformasi.
Kemampuan spasial dibedakan menjadi dua kategori yaitu, spasial
temporal dan spasial rekognisi, yang keduanya sating terkait dan merupakan
suatu kesatuan yang utuh. Inteligensi visual-spasial relevan dengan domain
kinerja musik serta kinerja spasial temporal. Bagi seorang pendidik sangat
penting disadari bahwa kedua domain tersebut memiliki koneksi dan
relevansi yang sangat tinggi, karena efek pelatihan musik terhadap kinerja
spasial temporal terimplikasi secara dalam kemampuan belajar anak
khususnya pada mata pelajaran tertentu. Walau setiap orang memiliki kedua
kemampuan tersebut tetapi tidak semua orang memfungsikan kemampuan
bagian-bagian otak tersebut (Djohan, 2005:158).

8
Oleb karena itu pada penelitian ini penulis ingin mengetahui
pengarub musik dan inteligensi visual-spasial terhadap hasil belajar Sains.
Musik dan inteligensi visual spasial yang bagaimana bisa meningkatkan
basil belajar Sains atau malah tidak berpengaruh sama sekali.
B. Ideatifikasi Masalab
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi beberapa
masalah yang berhubungan dengan basil belajar siswa antara lain: Apakah
metode pembelajaran yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) telah efektif
dalam meningkatkan basil bei.Yar siswa? Apakah model pembelajaran yang
digunakan di SD telah dapat menarik perhatian dan minat belajar siswa?
Apakah guru pemah mengadakan modifikasi pada metode pembei.Yaran
untuk menarik perhatian dan semangat belajar siswa? Apakah modifikasi
pembelajaran dengan menggunakan musik bisa meningkatkan basil belajar
siswa? Bagaimana pula basil be&yar siswa hila diberi musik yang berbeda
jenis seperti pop dan Idasik? Musik yang bagaimana yang dapat
meningkatkan basil belajar siswa ? Adakah pengaruh inteligensi visualspasial terltadap basil bel.yar Sains siswa? Apakah musik dan inteligensi
visual-spasial bisa mempengaruhi basil belajar Sains siswa?

9
C. Pembatasaa Masalah
Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada
masalah sebubungan dengan basil belajar Sains siswa di kelas V SD dan
faktor yang mempengaruhi basil belajar tersebut yang dalam hal ini dilihat
dari penggunaan musik dan inteligensi visual-spasial siswa. Sedangkan basil
belajar dibatasi pada materi dengan pokok bahasan Perubahan Sifat Benda
dan Sifat Bahan dan Penyusunnya, untuk ranah kognitif yaitu ingatan,
pemahaman, dan penerapan. Hal ini disesuaikan dengan perkembangan daya
pikir siswa tingkat SO serta tujuan pembeJajaran Sains di tingkat SO/MI.
Penggunaan musik yang dilihat adalah musik Iatar, betjenis musik
klasik denganjudul kaset The Mozart Effect Music For Children, musik pop
(Kumpulan lagu pop populer terkini dengan judullagu Hanya ingin kau tabu
(Republik), Rasa ini (The Titans), Oik (Wali), Puspa (ST 12), Bukan Super
Star (Projek Pop), Nyawa hidupku (Ada Band), Merindukanmu (D'Masiv),
Sempurna (Andra and The Backbone), Takkan berpaling darimu (Rossa),
Kembali pulang (Kangen Band), Apa kata dunia (Melli Guslow), Bertahan
(Five Minutes), Jangan pernah selingkuh (Anggkasa)), hasilnya akan
dibandingkan dengan kelas tanpa musik, sedangkan inteligensi visual-spasial
siswa yaitu inteligensi visual-spasial baik (di atas normal), sedang (normal)
dan cukup (di bawah normal).

10
D. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apakah basil belajar Sains siswa yang menggunakan musik pop lebih
tinggi daripada basil belajar Sains siswa yang menggunakan musik
klasik dan tanpa musik?
2. Apakah basil belajar siswa yang inteligensi visual-spasialnya baik
lebih tinggi daripada basil belajar Sains siswa yang inteligensi
visual-spasialnya sedang dan cukup ?
3. Apakah ada interaksi antara musik dan inteligensi visual-spasial
dalam memberikan pengaruh terhadap basil belajar Sains siswa?

E. Tajaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa:
1. Hasil belajar Sains siswa yang menggunakan musik pop Iebih tinggi
daripada basil belajar Sains yang menggunakan musik klasik dan
tanpa musik.
2. Hasil belajar Sains siswa yang memiliki inteligensi visual-spasial
baik Iebih tinggi daripada basil belajar Sains siswa yang memiliki
inteligensi visual-spasial sedang dan cukup.
3. Interaksi antara musik dan

inteligensi

visual-spasial dalam

memberikan pengaruh terhadap basil belajar Sains siswa.

11

F.ftfanfaatPene6Uan
Secara

teoretis

penelitiail

ini

diharapkan

bermanfaat

bagi

pengembangan ilmu pengetahuan pada bidang pendidikan khusus teori-teori
tentang musik dan inteligensi visual-spasial siswa serta pengaruhnya
terhadap hasil belajar Sains siswa Juga diharapkan bermanfaat untuk
memperkaya sumber kepustakaan serta dapat dijadikan sebagai pedoman
dan penunjang penelitian lanjutan di masa yang akan datang.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah: (a) sebagai bahan

pertimbangan bagi guru-guru SO dalam menentukan pembelajaran yang
efektif dan menarik; (b) sebagai bahan pengetahuan bagi guru-guru SO
dalam menggunakan musik untuk mengefektitkan pembelajaran yang
dilaksanakan;

(c)

sebagai

sumbangan

pemikiran

dalam

usaha

mengoptimalkan kebijakan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar Sains
siswa khususnya SD.

114
BABV
SIMPULAN~

IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan
Simpulan-simpulan yang dapat ditarik dari basil pengujian bipotesis
adalah sebagai berilrut :

Pertama, Tidak ada perbedaan basil belajar Sains siswa yang belajar
dengan menggunakan musik pop, musik ldasik dan tanpa musik
Kedua, rata-rata basil belajar Sains siswa yang memiliki inteligensi

visual-spasial bat"k lebih tinggi dibandingk.an dengan rata-rata basil

bel~ar

Sains siswa yang memiliki inteligensi visual-spasial sedang dan cukup.

Ketiga, basil perhitungan analisis varians menunjukkan bahwa tidak
terdapat interaksi antara musik dengan inteligensi visual-spasial, dimana
untuk siswa yang memiliki inteligensi visual-spasial baik dan sedang
temyata kurang efektif menggunakan musik pop dalam

pembl~arn,

sedangkan untuk sis\Va yang memiliki inteligensi visual-spasial cukup
temyata juga kurang efektif menggunakan musik ldasik dalam pembelajaran.

115

B. Implikasi
Pertama, melalui penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata basil

belajar Sains siswa lebih tinggi dengan menggunakan musik pop dalam
pembelajaran daripada musik klasik. Hal ini menunjukkan bahwa musik pop
lebih efektif untuk meningkatkan basil belajar Sains dibandingkan dengan
musik klasik. Akan tetapi pada penelitian ini basil belajar Sains siswa yang
belajar tanpa musik lebih tinggi daripada basil belajar Sains siswa yang
belajar menggunakan musik pop dan klasik. Konsekuensi logis dari
pengaruh penggunaan musik terbadap basil belajar Sains berimplikasi
kepada guru Sains untuk menggunakan musik pop sebagai musik latar dalam
proses pembelajaran. Dengan menggunakan musik pop diharapkan guru
dapat membangkitkan dan memotivasi keterlibatan dan partisipasi aktif
siswa terhadap pembelajaran dan dapat menciptakan suasana belajar yang
lebih interaktif dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Akan tetapi
pembelajaran menggunakan musik dapat beljalan tidak efektif apabila tidak
didukung oleh fasilitas dan kondisi lingkungan sekolah. Terbukti pada
penelitian ini kondisi kelas dan lingkungan sekolah kurang efektif dalam
melakukan pembelajaran menggunakan musik, sehingga basil belajar siswa
yang belajar dengan menggunakan musik lebih rendah dibandingkan dengan
hasil belajar siswa yang belajar tanpa musik. Untuk dapat melaksanakan
proses pembelajaran dengan menggunakan musik, maka guru harus terlebih

116

dahulu dituntut marnpu menjadikan kelas serta lingkungan sekolah
mendukung terhadap proses pembef2Yaran.

Kedua, basil penelitian ini menunjukkan bahwa inteligensi visualspasial berpengaruh terhadap basil belajar Sains siswa. Siswa yang memiliki
inteligensi visual-spasial baik secara rata-rata mempunyai basil belajar Sains
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki inteligensi
visual-spasial

sedang

dan

culrup.

Pemyataan tersebut

memberikan

penjelasan dan penegasan bahwa inteligensi visual-spasial berpengaruh
dalarn meningk.atkan basil belajar Sains siswa. Konsekuensi logis dari
berpengaruhnya inteligensi visual-spasial terbadap basil belajar Sains
berimplikasi kepada guru untuk menggunakan inteligensi visual-spasial
dalarn mengelompokkan siswa atau mengetahui k:arakteristik siswa.

Ketiga, basil penelitian ini juga menunjuldcan bahwa tidak terdapat
interaksi antara musik dan inteligensi visual-spasial terhadap basil belajar
·Sains siswa. Tidak terdapatnya interaksi tersebut terindikasi dari siswa yang
memiliki inteligensi visual-spasial baik yang dalarn pembelajarannya
menggunakan musik pop dan ldasik secara rata-rata mempunyai basil belajar
Sains lebih rendah dibandingkan dengan basil belajar Sains siswa yang
memiliki inteligensi visual-spasial baik yang belajar tanpa musik. Sedangkan
bagi siswa yang memiliki inteligensi visual-spasial cukup yang dalarn

pembelajarannya menggunakan musik klasik secara rata-rata mempunyai
basil belajar Sains lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan musik

117

pop dan tanpa musik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa musik pop

tidak tepat digunakan bagi siswa yang memiliki inteligensi visual-spasial
baik. Dan musik klasik tidak tepat digunakan bagi siswa yang memiliki
inteligensi visual-spasial cukup. Dengan tidak adanya pengaruh musik dan
inteligensi visual-spasial terhadap basil belajar Sains siswa, maka diharapkan
kepada guru untuk tidak menggunakan musik dan inteligensi visual-spasial
dalam pembelajaran Sains.

C. Sanm- Sanm
I. Kepada pihak Komplek SD Jalan Halat Medan apabila ingin
memasukkan musik ke dalam kurikulum sebagai media pembelajaran
Sains maka harus didukung oleh kondisi kelas dan lingkungan sehingga
efektif dalam melalrukan pembelajaran dengan musik, karena melalui
penelitian ini tidak terbukti bahwa musik dapat meningkatkan basil
belajar Sains.
2. Mengamati
disekol~

kurang

efektifnya

pembelajaran

yang · berlangsung

kepada pihak Komplek SD Jalan Halat Medan agar sekolah

yang ada dalam komplek tersebut hanya satu sekolah saja.
3. Kepada

pihak

guru dalam

melihat

karakteristik

siswa

pada

pembelajaran Sains untuk menggunakan inteligensi visual-p~
karena melalui penelitian ini terbukti bahwa siswa yang memiliki
inteligensi visual-spasial baik maka basil behgarnya juga baik.

118

4. Diharapkan kepada peneliti yang lain akan melakukan test kepada siswa

agar benar-benar menvalidkan data dengan maksimal, baik validitas isi
maupun valditas konstruknya.

5. Kepada peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang musik,
hendaknya melakukan pre test sebelum penelitian dimulai dan
memperbanyak dan memperluas jumlah sampel, kelas pembelajaran,
dan menambah variabel-variabel yang dikontrol sehingga diperoleh
pengetahuan yang lebih luas lagi mengenai musik khususnya pop dan

klasik.
6. Kepada peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang musik,
harus terlebih dahulu menseragamkan metode pembelajaran dan
mengatur besar desible musik yang akan dibunyikan sesuai dengan
kondisi kelas dan lingkungan sekolah, desibel yan baik digunakan 71,6
- 85,2 desibel,

sel~utnya

harus benar-benar mempertimbangkan aspek

lain yang bisa mempengaruhi basil belajar ketika melakukan penelitian.
7. Untuk membiasakan siswa terhadap musik i:n8.ka diharapkan agar satu
sampai dua minggu sebelum melakukan penelitian agar menggunakan
musik dalam proses pembelajaran.
8. Untuk meningkatkan kemampuan visual-spasial siswa maka diharapkan
sebelum melakukan penelitian agar peneliti terlebih dahulu melakukan
latihan-Iatihan

kepada

mencocokkan gambar, dll.

siswa

yaitu

seperti

menyusun

puzzle,

119

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Be/ajar.
Jakarta:Rineka Cipta.
Ariyani, F. 2008, Pengaruh Musik dan Inteligensi Visual-Spasial Terhadap
Basil Be/ajar Matematika Siswa Kelas V Komplek SD Jalan Ha/at
Medon. Tesis PPs UNIMED: Medan
Anderson, M.l999. The Development Intelligence. Perth: Psychology Press.
Arikunto, S. 1995. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2000. Dasar-Dasar Eva/uasi Pendidilcan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiningsih, A.2005. Be/ajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta
Campbell, D. 2002. Efek Mozart Bagi Anak-Anak. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Campbell, D. 2002. Efek Mozart. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Campbell, L., Campbell, B., Dickinson, D. 2006. Metode Praktis
Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi

Press.
Crowl, K P. 1997. Educational Psychology, Windows On Teaching. New
York: Brown and Benhmark.

De Porter, B. dan Hernacki. M. 2005. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
De Porter, B. dan Hernacki, M. 2005. Quantum Learnmg. Bandung: Kaifa.
Dick & Carey. 1996. The Systematic Design of Instruction. New York:
Wesley Educational.
Djamarab. B. dan Zain. A. 2002. Strategi Be/ajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

120

Djohan. 2005. Psilrologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik.
Dryden, G., Vos, J. 2002. Revolusi Cara Be/ajar. Bandung: Kaifa.
Gagne, R.M. dan Briggs, L.J. 1979. Principles of Instructional Design.
Second Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Hamilton, L. C. 1990. Modem Data Analysis, Cole Publising Company:
Pacific Grove, California.
Montello, L. 2004. Essential Musical Intelligence. Alih Bahasa : Alexander
Sindoro. Batam Centere : Lucky Publishers.

Ortiz, J.M. 2002. Nurturing Your Child With Music. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.

Poedjiadi, A. 2005; Saim Tekno/Qgi Masyarakat. Bandun_g: ReiiH\ia
R.osdakarya.
.Reigeluth, M. Charles. 1983. Instructional Design Theories And Models : An
Overview of Their Current Status. Hillsdale, New Jersey London:
Lawrence Elbaum Associates.
Sabari, A. 2007. Strategi Be/ajar Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.
Sahertian, W. 2004. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar dan Gaya Be/ajar
TerhadapHasil Be/ajar. (On line).

Sanafiah, F. 1979.Dimensi-Dimensi Psilcologi. Surabaya: Usaba Nasional.
Sari, N.R. 2005. Musik dan Kecerdasan Otak Bayi. Bogor: K.H. K.harisma
Buka Aksara.
Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1999. Metode Penelitian Survey.
Yogyakarta : Pustaka LP3S Indonesia.
Slameto. 2003. Be/ajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sokal and Rohlf. 1981. Biometry. New York: W.H. Freeman and Company

121
Soemanto, W.l987. Psikology Pendidikan. Landasan Kerja Pimpinan
Pendidikan Jakarta: Bima Aksara.
Sudjana., N. 2005. Penilaian Basil Proses Be/ajar Mengajar. Bandung:
Rernaja Rosda Karya.
Suriasumantri, J.S. 2005. Ft1safat 1/mu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Syukur, A. 2007. Perselingkuhan di Dunia Pendidikan Kita. UNJ:
Transfonnasi (Lembaga Pers UNJ).
Swyabrata, S. 2004. Psiko/ogi Pendidikan. Jakarta : Grafindo.

Swyosubroto, B. 1997. Proses Be/ajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Uno, B. 2008, Model Pembelajaran. Jakarta : Bwni Aksara.

Zar, Jerrold

H. 1984. Biostatistical Analysis. Englewood Cliffs,NJ.
Prentice-Hall.

(http://trochim hwnan
30 April 2007

comet

edu/gallery/younglemotion.htm)

diakses

(http://puskur.net) diakses 30 april2007
(http://id.wikipedia.org/wikilmusik-pop) diakses 20 Mei 2008
(http://www.populer-rnai.com/content/musik/072006D diakses 20 Mei 2008
.(bttp:/lwww.wartajazz.com/opijazz 060902.html.) diakses 20 Mei 2008
.(http://www.reView effec
6 Februari 2009

of

music

on

learning.html.)

diakses