PENINGKATAN KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM).
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
IYUS NURZAMAN 0905888
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Berbasis Masalah (PBM)
Oleh Iyus Nurzaman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
© Iyus Nurzaman 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
SKRIPSI
Oleh Iyus Nurzaman
NIM 0905888
Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I
Drs. Unang Purwana, M.Pd. NIP 195711301981011001
Pembimbing II
Asep Sutiadi, S.Pd., M.Si. NIP 197009081997021001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Dr.Ida Kaniawati, M.Si. NIP 196807031992032001
(4)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) Iyus Nurzaman
NIM: 0905888
Pembimbing I: Drs. Unang Purwana, M.Pd. Pembimbing II: Asep Sutiadi, S.Pd., M.Si.
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat konsistensi siswa dalam menyelesaikan persoalan Fisika dengan lebih dari satu jenis representasi (multirepresentasi). Konsistensi siswa dalam menjawab soal multirepresentasi dapat menjadi salah satu indikasi dari pemahaman mendalam siswa terhadap suatu konsep atau materi Fisika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peningkatan konsistensi siswa dalam menjawab persoalan Fisika dengan multirepresentasi melalui pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Data penelitian diperoleh dengan menggunakan soal pilihan ganda multirepresentasi dari suatu konsep atau tema soal yang sama yang disajikan dalam tiga jenis representasi setara. Konsistensi siswa yang diukur adalah dari segi konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental dengan desain
penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Sampel penelitiannya adalah siswa
kelas X di salah satu SMA Negeri Kota Bandung. Peningkatan tingkat konsistensi siswa dilihat berdasarkan perbedaan nilai pretes dan postes yang dinyatakan dengan gain yang dinormalisasi (N-gain). Berdasarkan hasil pengolahan dan
analisis data, diperoleh nilai N-gain masing-masing sebesar 0,69 untuk konsistensi
representasi dengan kategori sedang dan 0,59 untuk konsistensi ilmiah dengan kategori sedang. Dari hasil N-gain tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui
pembelajaran Fisika dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah siswa. Pembelajaran yang telah dilaksanakan juga mendapat respon positif dari siswa.
Kata kunci: Konsistensi Representasi, Konsistensi Ilmiah, Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
(5)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Iyus Nurzaman NIM: 0905888
Supervisor I: Drs. Unang Purwana, M.Pd. Supervisor II: Asep Sutiadi, S.Pd., M.Si. Physics Education Programs FPMIPA UPI
Abstract
This research is motivated by the low level of students consistency in solving Physics problems with more than one type of representation (multiple representations). Students’ consistency in answering questions with multiple representations can be one indication of students’ deep understanding about a concept or a Physics material. The purpose of this study is to identify an increase students’ consistency in answering Physics problems with multiple representations through a learning process with Problem Based Learning (PBL) model. The data were obtained by using multiple-choice questions with multiple representations
about a concept or a same theme, which presented in three types of equal representation. Students’ consistency which measured is representational consistency and scientific consistency. The research method used is a pre
-experimental research design with one group pretest-posttest design. Research
samples are 10th grade students in one High School at Bandung. Increase of students’ consistency level seen by differences between pretest and posttest values, expressed by normalized gain (N-gain). Based on the results of processing and
analysis data, the value of N-gain amounted to 0.69 for representational
consistency with medium category and 0.59 for scientific consistency with medium category too. From the results of the N-gain, concluded that through
learning Physics with Problem Based Learning (PBL) model, can improve students’ representational consistency and scientific consistency. Learning has been implemented also received positive responses from students.
Keywords: Representational Consistency, Scientific Consistency, Problem Based Learning (PBL) Model.
(6)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN ……… i
ABSTRAK ……….……… ii
KATA PENGANTAR ………iii
DAFTAR ISI ………..v
DAFTAR TABEL ……….. vii
DAFTAR GAMBAR ………...viii
DAFTAR PERSAMAAN ………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ………. x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….1
B. Rumusan Masalah ………5
C. Identifikasi Masalah .………... 6
D. Tujuan Penelitian ………. 6
E. Manfaat Penelitian ………...7
F. Variabel Penelitian ………... 7
G. Struktur Organisasi Skripsi ………. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Multirepresentasi………... 9
B. Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah………...……. 13
C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ………….……….... 15
D. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Multirepresentasi, Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah... 18
(7)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 22
B. Metode Penelitian ………... 22
C. Desain Penelitian………... 22
D. Definisi Operasioanal ……… 22
E. Instrumen Penelitian………... 24
F. Prosedur Penelitian ...………. 24
G. Teknik Analisis dan Hasil Uji Coba Instrumen……...……… 25
H. Teknik Pengolahan Data Penelitian ……….. 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. 36
B. Pembahasan ...………...……….. 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..………. 57
B. Saran dan Rekomendasi ………..……... 58
DAFTAR PUSTAKA ……….... 59
(8)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel hal
2.1 Sintaks Model PBM ...….. 17
2.2 Multirepresentasi dalam PBM ………...…... 20
3.1 Interpretasi Indeks Kesukaran ………... 26
3.2 Interpretasi Daya Pembeda………... 27
3.3 Interpretasi Validitas Soal ..………... 28
3.4 Interpretasi Reliabilitas Soal ……….... 29
3.5 Hasil Uji Coba Instrumen ...……… 29
3.6 Penilaian Konsistensi ...………... 31
3.7 Tingkat Konsistensi ...……… 32
3.8 Kunci Jawaban Soal Multirepresentasi Gerak ……… 33
3.9 Interpretasi Kategori Nilai Gain...………….. 35
4.1 Presentase Keterlaksanaan Model PBM ... 36
4.2 Skor Konsistensi Representasi... 37
4.3 Nilai n-Gain Konsistensi Representasi Untuk Setiap Tema ………... 37
4.4 Presentase Pretes, Postes dan n-Gain untuk Konsistensi Representasi Tiap Tema ……... 37
4.5 Skor Konsistensi Ilmiah ...……… 38
4.6 Nilai n-gain Konsistensi Ilmiah untuk setiap tema...38
4.7 Presentase Pretes, Postes dan n-Gain untuk Konsistensi Ilmiah Tiap Tema………... 39
4.8 Presentase Tingkat Kategori Konsistensi Representasi Siswa……….. 39
4.9 Presentase Tingkat Kategori Konsistensi Ilmiah Siswa………... 39
(9)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar hal
3.1 Desain Penelitian ………... 22
4.1 Persentase Rata-rata Pretest, posttest dan n-gain Dinormalisasi
Konsistensi Representasi………... 44
4.2 Persentase Rata-rata Pretest, posttest dan n-gain Dinormalisasi
Konsistensi Representasi Untuk Tiap Tema……….. 44
4.3 Perbandingan Kategori Konsistensi Representasi Siswa saat
Pretes dan Postes……... 45
4.4 Persentase Rata-rata Pretes, Posttes dan n-gain Dinormalisasi
Konsistensi Ilmiah... 48
4.5 Persentase Rata-rata Pretes, Postes dan n-Gain Dinormalisasi
Konsistensi Ilmiah untuk Tiap Tema ………... 49
4.6 Perbandingan Kategori Konsistensi Ilmiah Siswa saat
(10)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan hal
3.1 Tingkat Kesukaran Soal ………... 25
3.2 Daya Pembeda Soal ………... 26
3.3 Persamaan Validitas Soal………... 27
3.4 Reliabilitas Soal ...……….. 28
3.5 Penentuan Level Konsistensi……... 32
(11)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A : PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………... 62
A.2 Skenario Pembelajaran 1...………. 65
A.3 Skenario Pembelajaran 2 ………... 70
A.4 Skenario Pembelajaran 3………... 73
A.5 Lembar Kerja Siswa 1………... 77
A.6 Lembar Kerja Siswa 2………... 82
A.7 Lembar Kerja Siswa 3………... 86
LAMPIRAN B : INSTRUMEN PENELITIAN B.1 Kisi-Kisi Instrumen ...……… 91
B.2 Lembar Judgement…...……….. 105
B.3 Soal Uji Coba………... 120
B.4 Soal Pretes dan Postes ………... 127
B.5 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran………..…….... 134
B.6 Angket Respon Siswa………... 138
LAMPIRAN C : HASIL UJI COBA INSTRUMEN C.1 Hasil Uji Coba Instrumen ...……….. 139
C.2 Perhitungan Validitas Soal…...………... 140
C.3 Perhitungan Daya Pembeda Soal………... 150
C.4 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ………... 151
C.5 Perhitungan Reliabilitas Soal ………..……... 152
LAMPIRAN D : PENGOLAHAN DATA HASIL PENELITIAN D.1 Jawaban Pretes Siswa ………... 153
(12)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D.2 Penilaian Konsistensi Representasi Pretes………... 154
D.3 Penilaian Konsistensi Ilmiah Pretes………... 155
D.4 Jawaban Postes Siswa………... 156
D.5 Penilaian Konsistensi Representasi Postes………... 157
D.6 Penilaian Konsistensi Ilmiah Postes………... 158
D.7 Perhitungan Nilai N-Gain ………... 159
D.8 Hasil Skor Total Jawaban Pretes …………... 160
D.9 Hasil Skor Total Jawaban Postes …………... 161
D.10 Hasil Angket Respon Siswa………... 162
D.11 Rekapitulasi Hasil Angket Respon Siswa………... 163
D.12 Penilaian Representasi dalam LKS Siswa…... 164
LAMPIRAN E : DOKUMENTASI PENELITIAN 1. Foto-foto Kegiatan Penelitian ……….165
(13)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran dalam rumpun ilmu pengetahuan alam yang diajarkan pada jenjang pendidikan menengah. Pemerintah telah menetapkan kompetensi inti dan kompetensi-kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai siswa setelah mempelajari Fisika.
Kompetensi-kompetensi ini menjadi patokan bagi sekolah dan pengajar Fisika untuk merancang kegiatan pembelajaran Fisika agar siswa mampu mencapai kompetensi-kompetensi tersebut. Pengajar Fisika dituntut untuk mampu menjabarkan dan mengemas materi atau konsep-konsep Fisika yang terdapat dalam KD dalam sebuah proses pembelajaran yang sedemikian sehingga membuat siswa mampu menguasai materi atau konsep tersebut.
Dalam mengajarkankan materi atau konsep Fisika, banyak cara yang bisa dilakukan oleh guru. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan multirepresentasi. Multirepresentasi merupakan cara menyajikan suatu konsep atau materi Fisika dengan berbagai cara penyampaian dan penyajian. Konsep Fisika dapat disajikan atau dipelajarai dengan beragam jenis representasi, seperti penyajian representasi piktoria, vektorial, gambar, diagram, maupun grafik.
Secara umum, fungsi kemampuan multirepresentasi dalam memahami suatu materi atau konsep dalam pembelajaran menurut Ainsworth (dalam Nieminen, et.al., 2010) adalah sebagai pelengkap representasi lain, membantu membatasi representasi lain seperti penggunaan grafik untuk mendapatkan persamaan, dan membangun pemahaman lengkap dengan mengintegrasi informasi dari beberapa bentuk representasi.
(14)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian tentang multirepresentasi dalam pembelajaran Fisika telah dilakukan beberapa peneliti, seperti yang dilakukan oleh Hubber et.al. (Suminar, 2012:3) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan multirepresentasi dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam memahami konsep fisika dan membuat siswa mengkonstruksi pemahaman tentang suatu konsep berdasarkan penggunaan representasi. Kohl dan Noah (2005) dalam Deliana (2012: 3) menemukan bahwa keberhasilan mahasiswa/pelajar dalam memecahakan masalah-masalah Fisika dipengaruhi oleh format penyajian representasi masalah-masalah tersebut, bentuk representasi tertentu terkadang lebih mudah membuat siswa memahami sebuah konsep Fisika. Ulfarina (2011) menemukan bahwa pembelajaran dengan multirepresentasi dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Abdurrahman, dkk. (2011) menyatakan bahwa Fisika sebagai sebuah mata pelajaran, dalam menguasainya dibutuhkan pemahaman dan kemampuan cara representasi yang berbeda-beda atau multirepresentasi untuk konsep yang sedang dipelajari. Suminar (2012) telah mencoba mengaitkan kemampuan multitrepresentasi dengan jenis kecerdasan siswa, yaitu kecerdasan logika-matematik, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan visual-spasial. Hasilnya menunjukan bahwa multirepresentasi dapat menjadi salah satu sarana untuk memfasilitasi cara belajar dan karakteristik siswa yang beragam dalam memahami konsep-konsep atau materi Fisika. Dari beberapa hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukan bahwa multirepresentasi diperlukan dalam pembelajaran Fisika untuk membantu siswa mempelajari konsep Fisika.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan, (PPL) di salah satu SMA Negeri di kota Bandung, terlihat bahwa multirepresentasi dalam pembelajaran Fisika kurang diterapkan. Hal ini dapat terlihat dari cara penyampaian materi Fisika di kelas lebih cenderung ditekankan pada penurunan rumus matematis. Soal-soal tes mata
(15)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelajaran Fisikanya lebih banyak menuntut pada perhitungan matematis dan hanya sedikit soal yang menuntut representasi verbal. Ketika siswa diberikan soal multirepresentasi pada soal ulangannya, dalam tiga bentuk representasi, yaitu verbal, diagram, dan matematis, sebagian besar siswa kesulitan dalam menjawab persoalan yang diberikan. Padahal ketiga soal tersebut konsep utamanya sama, hanya penyajiannya yang disajikan dalam tiga bentuk berbeda.
Untuk soal dalam representasi matematis banyak siswa yang mampu menjawab dengan benar, karena memang siswa telah terbiasa dengan bentuk matematis, tetapi untuk yang menyatakan jawabannya dalam bentuk verbal dan diagram siswa masih mengalami kesulitan. Hal ini membuat banyak siswa tidak mampu konsisten dalam menjawab soal dengan tiga representasi tersebut. Yusuf (2011:1) juga menemukan bahwa ketika siswa diberi soal dengan tema sama dalam bentuk representasi berbeda, lebih dari 80% siswanya tidak konsisten dalam menjawabnya. Hasil ini menunjukan bahwa tingkat konsistensi siswa dalam menjawab persoalan Fisika yang disajikan dengan multirepresentasi masih rendah.
Banyaknya soal Fisika yang menuntut penyelesaian dalam bentuk representasi matematis, membuat para siswa merasa hanya perlu menghafal rumus-rumus untuk bisa menjawab soal tanpa perlu benar-benar menguasai konsep-konsep utama yang terdapat dalam materi-materi Fisika yang mereka pelajari (Yusuf, 2011). Hal ini dapat menjadikan kemampuan representasi siswa hanya terbatas pada satu bentuk representasi, yaitu matematis yang membuat pemahaman siswa kurang mendalam sehingga memberikan efek kurang konsisten saat dihadapkan dengan soal multirepresentasi. Pembelajaran Fisika dengan multirepresentasi diharapkan dapat membuat siswa lebih mendalam.
Dengan soal multirepresentasi, pemahaman siswa yang mendalam terhadap suatu konsep akan dapat terlihat, sebab jika siswa benar-benar
(16)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memahami suatu konsep, maka siswa akan mampu konsisten saat menyajikan konsep Fisika dengan berbagai jenis representasi. Seperti yang diungkapkan Abdurrahman, dkk. (2011) bahwa kemampuan penguasaan konsep fisika sangat berkaitan dengan bagaimana menggunakan berbagai bahasa sains (multirepresentasi) yang akan memungkinkan mahasiswa/pelajar mempelajari fisika melalui pengembangan kemampuan mental berpikir dengan baik. Hasil penelitian Nieminen et.al (2012) menemukan bahwa kemampuan konsistensi siswa pada saat menjawab soal multirepresentasi pada materi gaya dengan pemahaman konsep siswa pada materi gaya tersebut, berkorelasi positif. Artinya konsistensi siswa dalam merepresentasikan konsep Fisika dalam berbagai cara merupakan salah satu faktor yang berhubungan kuat dengan pemahaman konsep siswa.
Penelitian tentang konsistensi siswa dalam menjawab persoalan multirepresentasi pertama kali dilakukan oleh Nieminen, et.al. (2010). Untuk mengukur tingkat konsistensi siswa dalam memahami suatu materi Fisika, digunakan tes hasil belajar dalam bentuk soal multirepresentasi. Dalam penelitiannya, Nieminen et.al. (2010) membuat instumen tes multirepresentasi tentang materi gaya yang dikembangkan dari soal Force Concept Inventory (FCI) versi 1995 yang diberi nama Representational Variant dari Force Concept Inventory (R-FCI). Dengan menggunakan R-FCI, Nieminen et.a.l (2010) dapat mengidentifikasi tingkat konsistensi siswa dalam menjawab soal multirepresentasi, yang terbagi kedalam dua jenis konsistensi, yaitu konsistensi representasi (representational consistency) dan konsistensi ilmiah (scientific consistency).
Konsistensi representasi adalah kekonsistenan siswa dalam menjawab soal dan melihat kesetaraan representasi konsep tersebut sesuai apa yang diyakini kebenarannya, tanpa dilihat benar atau tidaknya jawaban tersebut secara ilmiah. Dengan kata lain, walaupun jawaban siswa salah, selama ia mampu
(17)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melihat kesetaraan bentuk representasi dari jawabannya, maka dia dikatakan konsisten dalam hal representasinya. Sedangkan konsistensi ilmiah adalah adalah kekonsistenan siswa dalam menjawab soal dan melihat kesetaraan representasi konsep tersebut sesuai apa yang diyakini kebenarannya, dan dilihat benar atau tidaknya jawaban tersebut secara ilmiah dalam artian jawaban tersebut secara konsep harus benar.
Beranjak dari kondisi dalam paparan diatas, peneliti tertarik untuk melihat dan meningkatkan tingkat konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah siswa SMA. Peneliti juga mencoba menerapkan multirepresentasi dalam proses pembelajaran Fisika sebagai upaya untuk membuat siswa memahami jenis-jenis representasi dari suatu konsep atau materi Fisika. Dari proses pembelajaran tersebut, diharapkan siswa mampu melihat kesetaraan dari suatu permasalahan atau konsep Fisika yang disajikan dengan cara berbeda-beda sehingga dapat konsisten dalam hal konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah pada konsep Fisika yang dipelajarinya.
Untuk melihat konsistensi siswa, peneliti mengadaptasi pengembangan soal multirepresentasi dari R-FCI Nieminen, et.al. (2010) pada materi Gerak Lurus. Materi Gerak Lurus dipilih karena pada materi ini banyak terdapat konsep yang dapat dimultirepresentasikan.
Dalam menerapkan multirepresentasi pada proses pembelajaran Fisika untuk melatihkan kemampuan konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah siswa, peneliti menggunakan sebuah model pembelajaran yang didalamnya dapat disisipkan multirepresentasi. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Model PBM dipilih karena tahap-tahap (sintaks) pembelajaran PBM memungkinkan untuk dapat disisipi dengan multirepresentasi tanpa mengganggu tahap inti dari model pembelajaran tersebut. Selain itu model PBM dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mendorong siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan
(18)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan bersama dalam kelompok siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Multirepresentasi dapat diterapkan pada model PBM dalam tahap penyajian masalah, pengolahan data, penyajian hasil diskusi, evaluasi dan refleksi hasil diskusi para siswa. Mutirepresentasi juga diterapkan dalam lembar kerja siswa (LKS) untuk mengarahkan para siswa agar dapat menyajikan permasalahan atau konsep yang dipelajari dalam tuntutan representasi berbeda, sehingga nantinya dapat terjadi saling koreksi dan tukar informasi siswa dalam kelompok maupun antarkelompok tentang representasi dari materi yang dipelajarinya.
Judul penelitian yang peneliti lakukan adalah: “PENINGKATAN
KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL
(19)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, diperoleh perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: “ Bagaimana peningkatan konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah siswa SMA pada mata pelajaran Fisika melalui model pembelajaran berbasis masalah (PBM)?”.
Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan konsistensi representasi siswa SMA pada mata pelajaran Fisika melalui model pembelajaran berbasis masalah (PBM)? 2. Bagaimana peningkatan konsistensi ilmiah siswa SMA pada mata
pelajaran Fisika melalui model pembelajaran berbasis masalah (PBM)?
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Agar peneltian tidak terlalu meluas, maka penelitian ini hanya berfokus pada permasalahan tentang peningkatan konsistensi siswa pada soal multirepresentasi yang terdiri dari peningkatan konsistensi representasi dan peningkatan konsistensi ilmiah siswa pada materi Gerak Lurus. Konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah siswa memiliki tiga kategori, yaitu konsisten, cukup konsisten, dan tidak konsisten.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang diharapakan dari peneltian ini adalah:
1. mengidentifikasi peningkatan tingkat konsistensi representasi siswa SMA pada mata pelajaran Fisika melalui model pembelajaran berbasis masalah (PBM),
(20)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. mengidentifikasi peningkatan tingkat konsistensi ilmiah siswa SMA pada mata pelajaran Fisika melalui model pembelajaran berbasis masalah (PBM).
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini diantaranya: 1. Bagi peneliti:
melatih kemampuan untuk menerapkan multirepresentasi dalam pembelajaran dan membuat soal fisika multirepresentasi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah siswa.
2. Bagi Guru Fisika di sekolah
a. hasil peneltian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bentuk soal tes mata pelajaran fisika untuk mengetahui dan mengukur tingkat konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah siswa,
b. hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih model atau metode pembelajaran yang tepat untuk membuat siswa lebih memahami konsep Fisika.
F. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Bebas: Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
2. Variabel Terikat: Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA.
G. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
(21)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bab I yang berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, variabel penelitian, dan struktur organisaasi skripsi.
2. Bab II berisi tentang landasan teori yang digunakan peneliti, yaitu tentang kajian multirepresentasi, konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah, model pembelajaran berbasis masalah, serta keterkaitan antara multirepresentasi, pembelajaran berbasis masalah dan konsistensi siswa. 3. Bab III terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian, teknik analisis instumen dan teknik analisis data.
4. Bab IV terdiri dari hasil penelitian dan analisis hasil penelitian. 5. Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran/rekomendasi.
(22)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di sebuah SMA Negeri Kota Bandung yang terdiri dari 10 kelas. Sampel yang digunakan adalah siswa di salah satu kelas yang diambil secara acak (random sampling), sehingga semua kelas punya peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimental design. Metode pre-pre-eksperimental desain dipilih karena masih terdapat variabel luar yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan
“one group pretes-posttest” seperti tampak dalam pola berikut:
O1 | X | O2
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Dengan O1 adalah tes sebelum pembelajaran dan O2 adalah tes setelah pembelajaran. X adalah bentuk treatmen yaitu pembelajaran menggunakan model PBM dengan multirepresentasi.
D. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan suatu model yang menuntut siswa untuk memecahkan suatu permasalahan berdasarkan informasi yang didapat yang kemudian akan dianalisis dan dicarikan sebuah solusi yang berkaitan dengan masalah tersebut melalui kegiatan
(23)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran. PBM terdiri dari lima fase, yaitu: 1) Orientasi peserta didik dalam masalah, 2) Mengorganisasi peserta didik, 3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil dan 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. PBM yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBM yang menggunakan multirepresentasi dalam pembelajarannya. Multirepresentasi dalam model PBM digunakan pada tahap penyajian masalah, pemecahan solusi, konsep dan materi yang dipelajari dalam bermacam bentuk reprsentasi seperti gambar, verbal, grafik, dan matematik. Untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang menggunakan pendekatan multirepresentasi , digunakan format observasi keterlaksanaan model pembelajaran.
2. Konsistensi Representasi yang dimaksud adalah kemampuan siswa untuk konsisten dalam menjawab soal dari suatu konsep atau materi yang sama dalam jenis representasi lain yang setara seperti grafik, gambar, diagram atau vektorial tanpa diperhitungkan kebenaran jawaban dari segi ilmiah. Penilaian konsistensi representasi dilakukan dengan menggunakan soal multirepresentasi dari suatu konsep atau tema soal yang sama yang disajikan dalam tiga jenis representasi setara. Berdasarkan skornya, tingkat konsistensi siswa dikelompokan menjadi tiga kategori, konsisten, cukup konsisten, dan tidak konsisten. Peningkatan konsistensi representasi siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah melihat perubahan skor/nilai dari konsistensi representasi siswa pada postes dengan nilai pretesnya, yang dinyatakan dengan Gain yang Dinormalisasi (normalized gain).
3. Konsistensi Ilmiah yang dimaksud adalah kemampuan siswa untuk konsisten dalam menjawab soal dari suatu konsep atau materi yang sama dalam jenis representasi lain yang setara seperti grafik, gambar, diagram atau vektorial dengan memperhitungkan kebenaran jawaban tersebut dari
(24)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
segi ilmiah. Penilaian konsistensi ilmiah dilakukan dengan menggunakan soal multirepresentasi dari suatu konsep atau tema soal yang sama yang disajikan dalam tiga jenis representasi setara. Berdasarkan skornya, tingkat konsistensi siswa dikelompokan menjadi tiga kategori, konsisten, cukup konsisten, dan tidak konsisten. Peningkatan konsistensi ilmiah siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah melihat perubahan skor/nilai dari konsistensi representasi siswa pada postes dengan nilai pretesnya, yang dinyatakan dengan Gain yang dinormalisasi (normalized gain.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa:
1. Format Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran, yaitu berupa lembar observasi yang diisi oleh observer tentang keterlaksanaan tiap fase dari model pembelajaran yang digunakan.
2. Soal tes multirepresentasi, berupa pilihan ganda dengan tiga jenis representasi setara untuk suatu tema atau konsep yang sama. Bentuk soalnya diadopsi dari bentuk soal R-FCI.
3. Angket respon siswa untuk memberikan tanggapan pada kegiatan pembelajaran.
F. Prosedur Penelitian
1. Studi Literatur dan Identifikasi Masalah
Studi literatur dilakukan dengan mempelajari teori terkait multirepresentasi, model pembelajaran berbasis masalah, uji konsistensi dan kurikulum Fisika SMA.
Masalah dirumuskan dari adanya ketidaksesuai antara fakta dilapangan dengan kondisi ideal yang ada pada teori.
(25)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menentukan lokasi, populasi dan sampel yang akan diteliti, sekaligus mengurus perizinan dan administrasi serta konsultasi materi yang akan diujikan.
3. Pembuatan Instrumen Penelitian
a. pengkajian kurikulum dan kompetensi dasar terkait materi yang akan digunakan dalam penelitian,
b. pembuatan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP),
c. pembuatan soal yang terdiri dari beberapa tema konsep yang disajikan dalam tiga soal dengan bentuk representasi yang berbeda berdasarkan hasil kajian standar isi dan kurikulum,
d. penilaian perangkat pembelajaran dan judgemen instrumen oleh dosen ahli,
e. uji coba terbatas soal yang akan diujikan pada suatu kelas di sekolah yang sudah mempelajari materi dalam soal, dan
f. analisi statistik dan revisi soal yang dibuat apabila terdapat kekurangan atau kesalahan.
4. Pelaksanaan Penelitian
a. pemberian soal multirepresentasi diawal pembelajaran sebagai pre-test,
b. pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan multirepresentasi, dan
c. pemberian soal multirepresentasi diakhir pembelajaran sebagai post-test.
5. Pengolahan dan Analisi Data Penelitian
Pengolahan dilakukan dengan mengolah nilai dari hasil tes dengan serangkaian uji statistik dan perekapan hasil angket.
(26)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Teknik Analisis dan Hasil Uji Coba Instrumen
1. Teknik Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen yang dibuat untuk penelitian ini diuji melalui serangkaian uji statistik yang biasa digunakan untuk menguji sebuah instrumen penelitian. Uji statistik yang digunakan terdiri dari uji tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas butir soal dan uji reliabilitas instrumen.
a. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya siswa yang menjawab benar suatu soal dibandingkan jumlah total siswa yang menjawab soal tersebut. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus dari Arikunto (2009: 208) dalam Persamaan 3.1.
B P
JS
Keterangan:
P= indeks kesukaran.
B= banyaknya siswa yang menjawab dengan benar pada suatu soal.
JS= jumlah seluruh siswa peserta tes.
Interpretasi dari nilai indeks kesukaran didasarkan pada kriteria dari Arikunto (2009: 210) seperti yang disajikan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Interpretasi indeks kesukaran
Nilai P Kriteria
0.00 – 0.30 Sukar
0.30 – 0.70 Sedang
0.70 – 1.00 Mudah
(27)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Daya Pembeda Butir Soal
Arikunto (2009:211) dalam bukunya menuliskan bahwa daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda ini dinyatakan dalam indeks daya pembeda (DP) yang nilainya berkisar diantara 0,00-1,00. Untuk menghitung daya pembeda, digunakan persamaan 3.2 berdasarkan Arikunto (2009: 213).
B B
A A
J B J B
DP
Keterangan:
DP= indeks daya pembeda butir soal. JA= banyaknya peserta kelompok atas.
JB= banyaknya peserta kelompok bawah.
BA= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar.
BB= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar.
Penentuan kriteria daya pembeda didasarkan pada Arikunto (2009 : 218) seperti yang tertuang dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Interpretasi daya pembeda
Nilai DP Kategori
Negatif – 0.00 Tidak baik 0.00 – 0.20 Jelek (poor) 0.20 – 0.40 Cukup (satisfactory) 0.40 – 0.70 Baik (good) 0.70 – 1.00 Baik sekali (exellent)
(28)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Validitas Soal
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2009: 65). Validitas berhubungan dengan ketepatan atau kesahihan instrumen yaitu kesesuaian tujuan dengan alat ukur yang digunakan. Sebuah tes dikatakan valid, jika tes itu hasilnya sesuai dengan kriteria dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriteria.
Sebelum digunakan untuk penelitian, instrumen diuji validitasnya,, meliputi validitas konstruk dan validitas empiris. Validitas konstruk dilakukan oleh dosen ahli penilai instrumen. Sedangkan validitas empiris diperoleh dari data hasil uji coba instrumen.
Untuk mengukur validitas empiris dilakukan dengan persamaan 3.3 berdasarkan Arikunto (2009:72).
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy :koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X :skor tiap butir soal.
Y :skor total tiap butir soal.
N :jumlah siswa.
Sedangkan interpretasi besarnya koefisien korelasi rxy yang
menyatakan tingkat validitas didasarkan pada kriteria Arikunto (2009:75) yang disajikan dalam Tabel 3.3.
Koefisien Korelasi Kriteria
0.00 – 0.200 Sangat rendah
0.200 – 0.400 Rendah
(29)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3
Interpretasi Validitas
Butir Soal
d. Reliabilitas Instrumen
Arikunto (2009:86) menyatakan bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan atau suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap dan bila hasilnya berubah-ubah maka perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Dengan kata lain, reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten.
Untuk mengukur reliabitas instrumen dalam penelitian ini, digunakan metode belah dua (split-half) dan koefisien Spearman-Brown (Arikunto, 2009:93) seperti yang terdapat pada persamaan 3.4.
⁄ ⁄
⁄ ⁄
Nilai r11 diperoleh dengan cara yang sama seperti persamaan
3.3.Adapaun untuk kriteria reliabilitas instrumen soal yang digunakan didasarkan pada kriteria Arikunto (2009:75) pada tabel 3.4.
0.400 – 0.600 Sedang
0.600 – 0.800 Tinggi
(30)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Reliabilitas Soal Koefisien Korelasi Kriteria
0.00 – 0.200 Sangat rendah
0.200 – 0.400 Rendah
0.400 – 0.600 Sedang
0.600 – 0.800 Tinggi
0.800 – 1.00 Sangat tinggi
2. Hasil Uji Coba Instrumen
Sebelum digunakan untuk kepentingan penelitian, instrumen diujikan terlebih dahulu pada siswa yang telah mempelajari materi yang di ujikan dalam soal. Data hasil uji coba ini diolah dengan uji statistik untuk mengetahui kelayakan penggunaan instrumen atau soal yang dibuat.
Secara lengkap hasil uji coba instrumen disajikan dalam tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Instrumen SOAL Kode
Tema
VALIDITAS DAYA
PEMBEDA
TINGKAT
KESUKARAN KET
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 - 0,56 sedang 0,50 baik 0,75 mudah Dipakai
2 T1 0,46 sedang 0,39 cukup 0,81 mudah Dipakai
3 T1 0,32 rendah 0,28 cukup 0,81 mudah Dipakai
4 T1 0,41 sedang 0,33 cukup 0,83 mudah Dipakai
5 T2 0,36 rendah 0,28 cukup 0,58 sedang Dipakai
6 - 0,23 rendah 0,06 jelek 0,92 mudah Dipakai
7 T2 0,52 sedang 0,39 cukup 0,81 mudah Dipakai
8 T3 0,40 sedang 0,28 cukup 0,86 mudah Dipakai
9 T2 0,34 rendah 0,28 cukup 0,81 mudah Dipakai
10 T3 0,44 sedang 0,33 cukup 0,83 mudah Dipakai
11 T3 0,44 sedang 0,28 cukup 0,81 mudah Dipakai
12 T4 0,40 sedang 0,33 cukup 0,72 mudah Dipakai
(31)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu SOAL Kode
Tema
VALIDITAS DAYA
PEMBEDA
TINGKAT
KESUKARAN KET
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
14 T4 0,36 rendah 0,22 cukup 0,83 mudah Dipakai
15 T5 0,43 sedang 0,33 cukup 0,78 mudah Dipakai
16 T5 0,46 sedang 0,33 cukup 0,78 mudah Dipakai
17 T5 0,60 sedang 0,56 baik 0,44 sedang Dipakai
18 T6 0,90 sangat
tinggi 0,89 baik 0,44 sedang Dipakai
19 T6 0,73 tinggi 0,72 baik 0,42 sedang Dipakai
20 - 0,45 sedang 0,33 cukup 0,56 sedang Dipakai
21 - 0,25 rendah 0,11 jelek 0,89 mudah Dipakai
22 T6 0,85 sangat
tinggi 0,83 baik 0,47 sedang Dipakai
23 - 0,75 tinggi 0,72 baik 0,47 sedang Dipakai
24 - 0,66 tinggi 0,67 baik 0,56 sedang Dipakai
25 - 0,35 rendah 0,28 cukup 0,86 mudah Dipakai
26 - 0,06 sangat
rendah 0,06 jelek 0,58 sedang
Tidak Dipakai
27 - 0,75 tinggi 0,72 baik 0,36 sukar Dipakai
28 - 0,34 rendah 0,17 jelek 0,19 sukar Dipakai
29 - 0,25 rendah 0,11 jelek 0,39 sedang Dipakai
30 - 0,17 sangat
rendah 0,06 jelek 0,58 sedang
Tidak Dipakai
Reliabilitas Instrumen 0,90 sangat tinggi
Instrumen yang dibuat terdiri dari 30 soal. Soal yang digunakan untuk kepentingan uji konsistensi berjumlah 18 butir soal, sedangkan 12 butir soal yang lain adalah soal yang dibuat untuk mengukur indikator pencapaian hasil belajar yang tidak tercakup dalam soal multirepresentasi.
Soal multirepresentasi terdiri dari 18 soal, yang diberi warna khusus dan memiliki kode tema dari T1-T6. Dari hasil uji coba, beberapa soal yang memiliki nilai validitas dan daya pembeda rendah dibuang, tapi ada beberapa soal tetap digunakan karena diperlukan dalam penelitian.
(32)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari hasil uji reliabilitas soal diperoleh nilai reliabilitas 0,90 dengan kriteria sangat tinggi. Dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan reliabel.
H. Teknik Pengolahan Data Penelitian 1. Penilaian Item Tes
Dari masing-masing bentuk representasi, dihitung skornya, untuk jawaban benar tiap item diberi nilai 1 dan salah bernilai 0.
2. Penilaian Konsistensi
Untuk tingkat konsistensi, baik untuk konsistensi representasi maupun konsisitensi ilmiah, pemberian skornya mengacu pada R-FCI buatan Nieminen et.al. (2010) yang menggunakan aturan seperti pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Penilaian Konsistensi
Skor Kriteria
2 jika memilih tiga dari tiga jawaban jawaban yang saling berhubungan dari segi representasi dalam satu tema/konsep yang sama.
1 jika memilih dua dari tiga jawaban yang saling berhubungan dari segi representasi dalam satu tema/konsep yang sama. 0 jika jawaban yang dipilih tidak ada yang saling berhubungan
dari segi representasi.
Untuk konsistensi representasi penskoran berlaku untuk semua jawaban, baik itu jawaban benar ataupun salah. Untuk konsistensi ilmiah hanya berlaku untuk jawaban yang benar sesuai dengan kunci jawaban. Kunci jawaban dari soal yang digunakan dalam penelitian dpat dilihat secara lengkap pada tabel 3.8.
(33)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mengetahui level konsistensi masing-masing siswa, maka skor siswa untuk semua tema dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah temanya, seperti tersaji dalam persamaan 3.5.
SK= Jumlah skor Tiap Tema ……Persamaan 3.5 Jumlah Tema
Berdasarkan hasil penyekoran pada persamaan 3.5, Nieminen et.al (2010) membagi tingkat konsistensi kedalam tiga kategori konsistensi seperti pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Tingkat Konsistensi
Level Konsistensi Skor Konsistensi Kategori
Level I 1,71 - 2,00 Konsisten
Level II 1,21 - 1,70 Cukup Konsisten
Level III 0,00-1,20 Tidak Konsisten
Contoh pemberian skor dan uji konsistensi dari hasil jawaban 5 orang siswa dalam jurnal Nieminen et.al. (2010) tersaji dalam gambar 3.2.
Tabel 3.8 Contoh Pengolahan Jawaban Siswa
Nomor Soal Poin
2 11 20 Konsistensi
Representasi
Konsistensi Ilmiah
a e a 2 2
a e d 1 1
a c d 0 0
b d d 2 0
(34)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kunci jawaban untuk soal nomor 2, 11 dan 20 berturut-turut adalah A, E dan A (terlihat dari jawan siswa 1 pada tabel diatas). Penilaian konsistensinya:
Siswa 1: menjawab benar ketiga item, maka skor konsistensi representasinya 2 dan konsistensi ilmiahnya 2.
Siswa 2: menjawab benar dua dari tiga item yang saling berhubungan dari segi representasi, maka skor konsistensi representasinya 1 dan konsistensi ilmiahnya 1.
Siswa 3: menjawab benar satu dari tiga item tapi tidak berdasarkan representasinya, maka skor konsistensi representasinya 0 dan konsistensi ilmiahnya 0.
Siswa 4: menjawab ketiga item berhubungan dari segi representasinya, tapi jawabannya salah, maka skor konsistensi representasinya 2 dan konsistensi ilmiahnya 0.
Siswa 5: menjawab dua dari tiga item berhubungan dari segi representasinya tapi jawabannya salah, maka skor konsistensi representasinya 1 dan konsistensi ilmiahnya 0.
3. Kunci Jawaban Soal Multireprsentasi Tentang Gerak
Kunci jawaban ini adalah jawaban-jawaban dari tiap soal multirepresentasi. Soal multireprsentasi ini terbagi kedalam enam tema, dengan kode T1, T2, T3, T4, T5, dan T6.
Kunci jawaban ini terdiri dari 5 kemungkinan jawaban siswa untuk tiap tema yang dari segi representasi saling berhubungan, baik jawabannya benar secara ilmiah atau tidak. Ini digunakan untuk melihat konsistensi representasi. Untuk jawaban yang benar secara ilmiah, artinya jawaban tersebut benar secara ilmiah dan dari segi representasi juga berhubungan. Untuk empat pilihan lain, adalah kemungkinan jawaban yang secara representasi benar dan saling berhubungan, tapi secara ilmiah jawaban
(35)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 4 6
Mat Gambar Ver
A D D
B B C
C A A
D E E
E C B
T1: PERPINDAHAN
3 7 9
Mat Graf Diagram
A B D
B A C
C E B
D C A
E D E
T2: KECEPATAN
8 10 13
Verb Graf Mat
A A A
B C C
C B B
D D E
E E D
T3: PERCEPATAN
12 14 17
Graf Verbal Gamb
A E D
B B C
C D B
D B E
E A A
T4: GLB
16 21 24
Verbal Gambar Graf
A B C
B C A
C D D
D E E
E A B
T5: GLBB
19 22 25
Mat Diag Ver
A D E
B E D
C B B
D A C
E C A
T6: JATUH BEBAS
tersebut salah. Untuk lebih jelasnya, jawaban-jawaban tersebut ada dalam tabel 3.9.
Tabel 3.9 Kunci Jawaban Soal Multirepresentasi Gerak
Jawaban jawaban diatas adalah jawaban siswa yang dari segi konsistensi representasi semuanya bernilai sempurna 2. Untuk jawaban benar secara ilmiah yang menandakan konsistensi ilmiah diberi warna khusus. Empat alternatif lain hanya bernilai 2 di konsistensi representasi, sedangkan 0 untuk konsistensi ilmiah.
(36)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Gain Dinormalisasi (Normalized Gain)
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penilaian pretesdan postes dari kelas yang dijadikan sampel dapat dicari seberapa besar peningkatan hasil atau dampak treatmen yang dinyatakan dengan nilai gain dinormalisasi (N-gain) dari Hake (1999). Nilai N-gain dapat dicari dengan memasukkan hasil pretest dan postest kedalam sebuah persamaan yang terdapat dalam persamaan 3.5.
Keterangan :
<Sf>= rata-rata skor posttest
<Si>= rata-rata skor pretest
Untuk menginterprestasikan nilai N-gain yang diperoleh digunakan kriteria gain dinormalisasi seperti yang yang akan ditunjukkan pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Interpretasi Kategori Nilai Gain (Hake, 1999) <g> Kriteria
<g> 0,7 Tinggi 0,3 <g> < 0,7 Sedang <g> < 0,3 Rendah
Dari nilai N-gain ini kita bisa melihat kriteria peningkatan hasil postes dari hasil pretes sebagai dampak dari treatment.
(37)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat peningkatan konsistensi ilmiah dan konsistensi representasi siswa pada mata pelajaran Fisika dengan kategori peningkatan sedang setelah melalui kegiatan pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM).
Adapun secara rinci kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Tingkat konsistensi representasi siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Hal ini ditunjukan dengan nilai gain dinormalisasi sebesar 0,69 dengan kategori peningkatan sedang. Peresentase jumlah siswa yang berada pada level konsisten bertambah dari 0% siswa menjadi 19,44% siswa, pada kategori cukup konsisten bertambah dari 5,55% siswa menjadi 75,00% siswa, sedangkan siswa yang berada pada kategori tidak konsisten berkurang dari 94,44% siswa menjadi 2,78% siswa.
2. Tingkat konsistensi ilmiah siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Hal ini ditandai dengan nilai gain dinormalisasi sebesar 0,59 dengan kategori peningkatan sedang. Persentase jumlah siswa yang berada pada level konsisten bertambah dari 0% siswa menjadi 11,11%, pada kategori cukup konsisten bertambah dari 5,55% menjadi 72,22%, sedangkan siswa yang berada pada kategori tidak konsisten berkurang dari 94,44% siswa menjadi 16,67% siswa.
(38)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa saran atau rekomendasi yang bisa digunakan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut, diantaranya:
1. Dalam penelitian lebih lanjut, tipe kecerdasan majemuk siswa (multiple intelegent) dapat dijadikan pertimbangan atau diteliti keterkaitannya dengan konsistensi ilmiah dan konsistensi representasi siswa.
2. Dalam penelitian lebih lanjut, konsistensi ilmiah dan konsistensi representasi dapat dihubungkan dengan kemampuan siswa lain seperti tingkat pemahaman konsep siswa atau prestasi belajar siswa. Ini untuk melihat apakah kemampuan konsistensi representasi ilmiah dan konsistensi representasi berkorelasi atau berhubungan kuat dengan kemampuan lain siswa.
(39)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, dkk.(2011). Implementasi Pembelajaran Berbasis Multi Representasi untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Jurnal Cakrawala Pendidikan Februari 2011, Th. XXX, No.1.
Ainsworth. (1999) The Functions of Multiplerepresentations. Jurnal Computers & Education, 33,131-152.
Arends, R. (2008). Learning to Teach..Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi Mata Pelajaran Fisika.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2013). Standar Proses Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Badan Standar Nasional Pendidikan.(2013). Standar Penilaian Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Deliana, E.N. (2012). Analisis Kemampuan Multirepresentasi Siswa Dalam Menjawab Soal Tes Uraian Pada Materi Cermin Lengkung di SMP. Skripsi pada S1 FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Etkina, E. dan Van Heuvelen, A. (2008). Using Multiple Representations to Improve Student Learning in Mechanics. Texas: Collage Board.
Hubber, P.,et.al. (2010). Teaching and Learning about Force with a representational Focus:Pedagogy and Teacher Change. Jurnal Research Science Education.40, 5-28.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Tersedia:
http://kamusbahasaindonesia.org/konsistensi%20representasi/mirip [28 Januari 2013]
(40)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kohl, P.B., et. al. (2007). Strongly and weakly directed approaches to teaching multiple representation use in physics. Jurnal Physical Review Special Topics - Physics Education Research 3, 010108 _2007.
Nieminen, P., Savinainen, A., & Viiri, J. (2010). Force Concept Inventory-based multiple-choice test for investigating students’ representational consistency. Jurnal Physical Review Special Topics - Physics Education Research 6,1-12, 020109.
Nieminen, P., Savinainen, A., & Viiri, J. (2011). An Intervention For Using Multiple Representations Of Mechanics In Uppersecondary School Courses. Jurusan Pendidikan Keguruan, Universitas Jyväskylä.
Nieminen, P., Savinainen, A., & Viiri, J. (2012). Relations between representational consistency, conceptual understanding of the force concept, and scientific reasoning. Jurnal Physical Review Special Topics - Physics Education Research 8, 010123.
Panggabean, L. (2001). Satistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Rosengrant, D. (2007). Multiple Representations and Free-Body Diagrams: Do Student benefit from Using Them?. Disertasi Doktor pada State
University of Jersey. [Online]. Tersedia
http://science.kennesaw.edu/~drosengr/Rosengrant_Disertation.pdf. [ 9 September 2013)
Sahala, S. & Samad, A. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembiasan Cahaya pada Lensa terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 5 Ketapang. Jurnal Matematika dan IPA. 1, (2).
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.
Suminar, I. (2012). Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Multirepresentasi Dikaitkan dengan Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran IPA. Skripsi pada S1 FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sastrawati, E., dkk. (2011). Problem-based Learning, Strategi Metakognisi, dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Jurnal Tekno-Pedagogi, 1,(2), 1-14.
(41)
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ulfarina, L. (2011). Penggunaan Pendekatan Multi Representasi Pada Pembelajaran Konsep Gerak Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMP. Bandung: Tesis Program Pascasarjana UPI (tidak diterbitkan).
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yusuf, A.M. (2011). Analisis Konsistensi Respon Siswa SMA Terhadap Tes
Representasi Majemuk Menggunakan Model Numbered Head Together dalam Pembelajaran Fisika. Skripsi pada S1 FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
(42)
105
matematis, gambar, grafik, dan diagram. Keenam tema tersebut masing-masing dibuat dalam 3 buah soal yang konsep dan kontennya sama, tapi redaksi dan bentuk penyajiannya dibuat berbeda.
Dari sini akan dilihat bagaimana kekonsistenan siswa dan pemahaman siswa terkait konsep tersebut dan sejauah mana siswa mampu melihat kesetaraan dari konsep dalam soal. Rincian tema konsep dan bentuk representasinya adalah sebagai berikut:
Tema Konsep Indikator Soal Nomor
Soal
Bentuk Representasi
T1 Jarak dan Perpindahan
Membedakan jarak dan perpindahan berdasarkan perhitungan matematis. 2 Matematis Menyatakan perbandingan jarak dan perpindahan suatu benda melalui deskripsi verbal. 3 Verbal
Menggambarkan gerak dari suatu benda. 4 Gambar
T2 Kecepatan Menghitung nilai kecepatan benda berdasarkan data. 5 Matematis Menggambarkan grafik kecepatan v=f(t) berdasarkan data jarak tempuh. 6 Grafik Mendiagramkan perbandingan kecepatan dua buah benda. 7 Diagram T3 Percepatan Menggambarkan grafik v=f(t) dari data perubahan kecepatan benda. 8 Grafik
Membandingkan percepatan benda berdasarkan data melalui deskripsi verbal. 9 Verbal Menyatakan perbandingan percepatan beberapa benda dengan simbol matematis. 10 Matematis T4 Gerak Lurus
Beraturan (GLB)
Menyatakan jenis gerak benda yang bergerak dengan kecepatan konstan dari data rekam jejak/pita ketik. 11 Verbal Menggambarkan grafik s=f(t) dari benda yang bergerak dengan kecepatan konstan. 12 Grafik Menggambarkan rekam jejak benda yang bergerak dengan kecepatan konstan 13 Gambar T5 Gerak Lurus
Berubah Beraturan (GLBB)
Menyatakan jenis gerak benda yang bergerak dengan percepatan konstan dari data gerak benda. 14 Verbal Menggambarkan grafik v=f(t) dari sebuah benda yang mengalami gerak lurus dengan percepatan konstan. 15 Grafik Menggambarkan rekam jejak benda yang bergerak lurus dengan percepatan konstan. 16 Gambar T6 Gerak Jatuh Bebas Menyatakan perbandingan waktu tempuh sampai ke tanah beberapa benda berbeda yang mengalami jatuh
bebas dengan pernyataan matematis.
17 Matematis
Menyatakan perbandingan waktu tempuh sampai ke tanah beberapa benda berbeda yang mengalami jatuh bebas dengan pernyataan verbal.
18 Verbal
Mendiagramkan perbandingan waktu sampai ke tanah untuk tiga buah benda yang mengalami jatuh bebas. 19 Diagram
Iyus Nurzaman, 2014
Peningkatan Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
(43)
106
INSTUMEN PENILAIAN KOGNITIF MATERI GERAK LURUS KELAS X IPA SMA
Petunjuk: Berilah tanda (√ ) pada kolom S jika sesuai dan TS jika tidak sesuai!
No So a l Ind ika to r T ema Soal Ra na h K o g nitif Repre sent a si J a wa ba
n dengan Ranah Kesesuaian Kognitif
Kesesuai an dengan Indikator S TS S TS
1 Menjelaskan pengertian gerak
- 1. Sebuah benda dikatakan bergerak apabila benda itu mengalami…. A. perubahan titik acuan.
B. perubahan kedudukan relatif terhadap benda tersebut. C. perubahan kedudukan relatif terhadap titik acuan tertentu. D. perubahan kedudukan dan perubahan titik acuan.
E. perubahan kedudukn tanpa adanya acuan.
C2 Verbal C
Saran/Perbaikan:
2 Membedaka n jarak dan perpindahan berdasarkan perhitungan matematis.
T1 2. Anton mengendarai motor dari kota A ke kota B sejauh 20 km. Dari kota B Anton kemudian melanjutkan perjalanan ke kota C sejauh 40 km. Dari kota C Anton kembali lagi ke B kemudian berhenti di B untuk mengisi bensin. Besar jarak dan perpindahan yang dialami Anton berturut turut adalah....
A. 100 km dan 20 km B. 100 km dan 100 km C. 100 km dan 60 km D. 20 km dan 100 km E. 20 km dan 60 km
C2 Matematis A
(44)
107 deskripsi
verbal.
D. Besar jarak pelari 1/5 kali perpindahannya. E. Besar perpindahan pelari 3 kali jarak nya.
Saran/Perbaikan:
4 .
Menggambar kan gerak dari suatu benda.
T1 4. Bayu sedang memainkan mobil mainnannya di sebuah lapangan. Dia memajukan mobil mainannya ke kanan sejauh 2 m lalu berhenti. Kemudian dimajukan lagi 4 m ke arah yang sama. Bayu kemudian memundurkan mobil mainannya ke kiri sejauh 4 meter. Penggambaran gerak mobil mainan Bayu dari posisi awalnya yang paling tepat adalah....
C4 Gambar A
Saran/Perbaikan:
5 Menghitung nilai kecepatan benda berdasarkan data.
T2 5. Dalam waktu 15 sekon, mobil Pedro menempuh jarak 600 meter, sedangkan mobil Edo hanya mampu menempuh setengah jarak Pedro dalam selang waktu tersebut. Besar kecepatan mobil Edo dan Pedro berturut-turut adalah...
A. 40 m/s dan 20 m/s B. 40 m/s dan 40 m/s C. 20 m/s dan 20 m/s D. 20 m/s dan 40 m/s E. 30 m/s dan 20 m/s
C3 Matematis A
Saran/Perbaikan:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
D.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
E.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(45)
108 tempuh.
Saran/Perbaikan: 7 Mendiagram
kan perbandinga n kecepatan dua buah benda.
T2 7. Jarak dari sekolah ke rumah Romi adalah 2 km, sedangkan jarak dari sekolah ke rumah Kardun adalah 1 km. Keduanya sama-sama berangkat ke sekolah naik sepeda jam 06.30. Pada pukul 07.00 keduanya sampai di sekolah. Jika digambarkan dengan grafik, yang menunjukan perbandingak kecepatan sepeda Romi dan Kardun adalah....
C2 Diagram A 5
10 15 20
2 4 6 8 10 t (s)
R dan K R K 5 10 15 20
2 4 6 8 10 (m/s) t (s) K R 5 10 15 20
2 4 6 8 10 V (m/s) t (s) D. 5 10 15 20
2 4 6 8 10 V (m/s) t (s) K R E. 5 10 15 20
2 4 6 8 10 V (m/s)
t (s)
R dan K
C. B.
(46)
109 8 Menggamba
rkan grafik v=f(t) dari data
perubahan kecepatan benda. .
T3 8. Mobil Redi memiliki akselerasi 20 m/s setiap detiknya. Sedangkan mobil Sule dapat mencapai kecepatan dari nol ke 30 m/s dalam waktu 2 detik. Sementara mobil Parto dapat menambah kecepatan mobilnya sebesar 12 m/s setiap detiknya. Azis mencoba menggambarkan grafik v= f(t) dari ketiga mobil temannya. Grafik yang paling tepat adalah...
C2 Grafik C
E. D. A . R 5 1 1 2
1 2 3
V
t 2
3
S
P B. R dan S
5 10
15 20
1 2 3
V (m/s) t (s) 25 30 P
C. R
5 10
15 20
1 2 3
V t (s) 25 30 P R
D. P,R dan S
30
5 10
15 20
1 2 3
V (m/s)
t (s) 25
E. P dan S
5 10
15 20
1 2 3
V (m/s)
t (s) 25
30
(47)
110 benda
berdasarkan data melalui deskripsi verbal.
(m/s) (m/s) (detik)
R-6 10 70 4
P-8 20 80 3
S-4 5 65 5
Pernyataan yang tepat terkait data dari tabel tersebut adalah...
A. Motor P-857 memiliki akselerasi yang paling besar diantara motor lainnya.
B. Perubahan kecepatan tiap satuan waktu untuk motor R-650 dan S-475 adalah sama besar dan lebih kecil daripada P-857.
C. Akselerasi paling besar dimiliki oleh motor R-650.
D. Semua motor memilki perubahan kecepatan yang sama setiap detiknya. E. Akselerasi motor S-475 dan P-857 sama besar tapi lebih kecil dari R-650 Saran/Perbaikan: 1 0 Menyatakan perbandinga n percepatan beberapa benda dengan simbol matematis.
T3 10.Rossi, Stoner dan Pedrosa sedang mencoba motor balap baru mereka. Mereka mencoba mengetes waktu yang diperlukan motornya untuk mencapai kecepatan 30 m/s dari keadaan diam. Motor Rossi dapat mencapai kecepatan 30 m/s dalam waktu 2 detik, motor Stoner 2,5 detik, sedangkan motor Pedrosa dalam waktu 1,5 detik. Perbandingan akselerasi ketiga motor tersebut adalah....
A. aR > aS < aP B. aR = aS < aP C. aR > aS > aP D. aR = aS = aP E. aR > aS = aP
C4 Matematis C
Saran/Perbaikan: 1 1 . Menjelaskan jenis gerak benda yang bergerak dengan kecepatan konstan dari data rekam
T4 11. Saat sedang memacu mobilnya di jalanan lurus, oli pada mobil Roni bocor dan menetes ke aspal dengan tetesan konstan per detiknya. Jejak tetesan oli mobil Roni yang terdapat dalam aspal tergambar sebagai berikut:
Dari rekam jejak oli tersebut dapat dinyatakan bahwa pergerakan dari mobil Roni saat itu adalah....
C2 Verbal A
(48)
111 besar kecepatan secara mendadak pada suatu saat tertentu. Sampai
Saran/Perbaikan:
1 2
Menggamba rkan grafik s=f(t) dari benda yang bergerak dengan kecepatan konstan.
T4 12. Berikut adalah data dari pergerakan sebuah benda:
Jarak (m) 0 2 4 8 12 14 20
Waktu (s) 0 1 2 4 6 7 10
Grafik yang paling tepat untuk menggambarkan posisi benda setiap waktunya adalah...
C2 Grafik A
Saran/Perbaikan: 1
3
Menggamba rkan rekam jejak benda
T4 13.Mobil mainan Andi dipasangi pita ketik dan dihubungkan pada ticker timer, Mobil mainannya bergerak dengan kecepatan tetap sebesar 10 cm/s. Hasil rekam jejak mobil mainan Andi yang terekam dalam pita ketik yang paling tepat adalah...
C2 Gambar A
A.
S (m)
t (s)
B.
S (m)
t (s)
C.
S (m)
t (s)
D. S (m)
t (s)
E. S (m)
(49)
112 Saran/Perbaikan:
1 4
Menjelaskan jenis gerak benda yang bergerak dengan percepatan konstan dari data gerak benda.
T5 14. Dari data pengujian sebuah mobil balap dalam sebuah lintasan lurus diperoleh data sebagai berikut:
Jarak (m) 0 5 20 80 180 320
Waktu (s) 0 1 2 4 6 8
Pernyataan di bawah ini yang benar adalah....
A. Mobil bergerak dipercepat dengan penambahan kecepatan tetap setiap detiknya. B. Mobil bergerak diperlambat dengan perlambatan tetap.
C. Mobil bergerak dengan kecepatan tetap setiap waktu.
D. Mobil bergerak dipercepat sampai waktu 3 sekon, selanjutnya mobil bergerak dengan kecepatan tetap.
E. Mobil bergerak dipercepat sampai ke waktu 3 sekon, kemudian setelah 3 sekon mengalami perlambatan.
C2 Verbal C
Saran/Perbaikan:
1 5
Menggamba rkan grafik v=f(t) dari
T5 15.Dibawah ini adalah data dari pergerakan sebuah mobil balap:
Jarak (m) 0 5 20 45 80 125
C2 Grafik A
C.
D.
E.
(50)
113
Pita ketik Ticker timer
konstan.
Saran/Perbaikan:
1 6 .
Menggamba rkan rekam jejak benda yang bergerak lurus dengan
T5 16. Perhatikan gambar berikut ini C2 Gambar B
(51)
114 pita ketik untuk gerak kereta dinamika pada bidang miring tersebut adalah…
A.
B.
C.
D.
E.
Saran/Perbaikan:
1 7
Menyatakan perbandinga n waktu tempuh sampai ke tanah beberapa benda berbeda yang mengalami jatuh bebas
T6 17. Dua buah bola pejal A dan B dengan massa berturut turut adalah 2 kg dan 4 kg. Semua bola dijatuhkan bebas bersamaan dari sebuah gedung setinggi 80 meter. Dengan mengabaikan hambatan udara, maka perbandingan waktu setiap bola untuk mencapai tanah adalah....
A. tA = 2 tB B. tB = 2 tA C. tA = tB D. tA = 4 tB E. tB = 4 tB
C3 Matematis C
(52)
115 8 kan
perbandinga n waktu sampai ke tanah untuk tiga buah benda yang mengalami jatuh bebas.
sedang mengudara pada suatu ketinggian. Penggambaran untuk perbandingan waktu tempuh kedua benda mencapai tanah dengan asumsi gesekan udara tidak mempengaruhi gerak benda adalah....
Saran/Perbaikan: 1
9
Menjelaskan perbandinga n waktu tempuh sampai ke tanah beberapa
T6 19. Duabuah benda A dan benda B dengan massa benda B dua kali massa benda B dijatuhakan tanpa kecepatan awal dari suatu ketinggian yang sama dalam sebuah ruangan yang di vakumkan (tanpa udara). Pernyataan yang tepat terkait kasus ini adalah...
A. Benda B lebih cepat mencapai tanah dengan waktu tempuh benda B adalah setengah waktu tempuh benda A.
B. Benda A lebih cepat mencapai tanah dengan waktu tempuh benda A adalah setengah waktu tempuh benda B.
C3 Verbal C
A.
D.
E.
(1)
114
percepatankonstan.
Gambar di atas menunjukkan sebuah kereta dinamika yang meluncur dari keadaan diam pada bidang miring licin yang dihubungkan pada ticker timer. Rekaman gerak kereta dinamika pada pita ketik untuk gerak kereta dinamika pada bidang miring tersebut adalah…
A.
B.
C.
D.
E.
Saran/Perbaikan:
1 7
Menyatakan perbandinga n waktu tempuh sampai ke tanah beberapa benda berbeda yang mengalami jatuh bebas
T6 17. Dua buah bola pejal A dan B dengan massa berturut turut adalah 2 kg dan 4 kg. Semua bola dijatuhkan bebas bersamaan dari sebuah gedung setinggi 80 meter. Dengan mengabaikan hambatan udara, maka perbandingan waktu setiap bola untuk mencapai tanah adalah....
A. tA = 2 tB B. tB = 2 tA C. tA = tB D. tA = 4 tB E. tB = 4 tB
C3 Matematis C
(2)
115
denganpernyataan matematis. Saran/Perbaikan: 1
8
Mendiagram kan
perbandinga n waktu sampai ke tanah untuk tiga buah benda yang mengalami jatuh bebas.
T6 18. Dua buah benda dengan perbandingan massa m2 =2 m1 terjatuh dari sebuah pesawat yang sedang mengudara pada suatu ketinggian. Penggambaran untuk perbandingan waktu tempuh kedua benda mencapai tanah dengan asumsi gesekan udara tidak mempengaruhi gerak benda adalah....
C2 Diagram B
Saran/Perbaikan: 1
9
Menjelaskan perbandinga n waktu tempuh sampai ke tanah beberapa
T6 19. Duabuah benda A dan benda B dengan massa benda B dua kali massa benda B dijatuhakan tanpa kecepatan awal dari suatu ketinggian yang sama dalam sebuah ruangan yang di vakumkan (tanpa udara). Pernyataan yang tepat terkait kasus ini adalah...
A. Benda B lebih cepat mencapai tanah dengan waktu tempuh benda B adalah setengah waktu tempuh benda A.
B. Benda A lebih cepat mencapai tanah dengan waktu tempuh benda A adalah setengah waktu tempuh benda B.
C3 Verbal C
A.
D.
E.
(3)
116
bendaberbeda yang mengalami jatuh bebas dengan pernyataan verbal.
C. Benda A dan B mencapai tanah dalam waktu yang bersamaan.
D. Waktu tempuh bola A 4 kali lebih lama daripada benda B. E. Waktu tempuh bola B 4 kali lebih lama daripada benda A.
Saran/Perbaikan: 2
0
Menganalis permasalaha n gerak dalam kehidupan sehari-hari dengan persamaan GLBB
- 20. Seseorang pengendara mobil mengemudikan mobilnya pada kecepatan 90 km/jam. Tiba-tiba di tengah jalan ada seorang anak kecil pada jarak 200 meter dari mukanya. Jika mobil di rem dengan perlambatan 1,25 m/s2 , maka peristiwa yang terjadi adalah...
A. Mobil tepat berhenti di muka anak itu. B. Mobil langsung berhenti.
C. Mobil berhenti jauh di muka anak itu D. Mobil berhenti sewaktu menabrak anak itu. E. Mobil baru berhenti setelah menabrak anak itu.
C4 Verbal E
Saran/Perbaikan: 2
1
Menghitung besar kecepatan rata rata suatu benda berdasarkan data.
- 21. Sebuah mobil bergerak ke timur sejauh 150 km selama 3 jam. Kemudian berbalik arah ke barat sejauh 50 km selama 2 jam. Kecepatan rata-rata mobil tersebut dalam perjalanannya adalah... A. 40 km/jam ke timur.
B. 40 km/jam ke barat.
C. 100 km/jam ke timur.
D. 20 km/jam ke timur. E. 20 km/jam ke barat.
C3 Matematis D
2 2
Menghitung kelajuan rata-rata sebuah benda berdasarkan data yang diketahui.
- 22. Anto berjalan 40 meter ke arah Barat selama 10 sekon, kemudian dia berjalan lagi 30 meter ke Utara selama 10 sekon juga. Kelajuan rata-rata Anto adalah...
A. 3,5 m/s
B. 3,0 m/s
C. 4,0 m/s
D. 4,5 m/s
E. 5,0 m/s
C2 Matematis A
Saran/Perbaikan:
(4)
117
3 konsep GLB
dalam permasalaha n sehari-hari.
diperlukan motor tersebut untuk menempuh jarak 90 km adalah....
A. 100 menit
B. 90 menit
C. 120 menit
D. 60 menit
E. 150 menit
Saran/Perbaikan:
2 4
Menentukan waktu tempuh benda yang bergerak jatuh bebas berdasarkan grafik hubungan kecepatan terhadap waktu
- 24. Grafik di bawah ini adalah grafik kecepatan terhadap waktu dari sebuah benda yang bergerak jatuh bebas. Waktu yang dibutuhkan oleh benda untuk mecapai kecepatan 30 m/s adalah…
A. 1 s B. 2 s C. 3 s
D. 4 s
E. 5 s
C3 Matematis C
Saran/Perbaikan:
2 5
Mengektrap olasi jarak tempuh benda berdasarkan tabel pengamatan waktu dan jarak
- 25.Data di samping adalah data percobaan gerak lurus yang menyatakan hubungan antara waktu tempuh dengan kecepatan sebuah benda yang bergerak lurus berubah beraturan. Berapakah kecepatan benda setelah bergerak 6 detik…
A. 3 m/s
B. 6 m/s
C. 18 m/s
D. 54 m/s
E. 36 m/s
t (s) v (m/s)
0 0
1 3
2 6
3 9
C2 Matematis C
Saran/Perbaikan: 2
6
Memformul asikan persamaan
-
26. Perhatikan grafik v = f(t) berikut. Berdasarkan grafik tersebut hubungan kecepatan dan
(5)
118
gerak padaGLBB
percepatan benda yang mengalami GLBB yang paling tepat adalah....
A.
B.
C. D. E.
Saran/Perbaikan:
2 7
Membedaka n antara kecepatan dan kelajuan suatu benda
- 27. Berikut adalah pernyataan terkait gerak sebuah kereta KRL: 1. Kereta bergerak 90 km/jam.
2. Kereta bergerak 90 km/jam ke arah Barat. Pernyataan yang tepat terkait kereta tersebut adalah...
A. 90 km/jam adalah percepatan kereta sedangkan 90 km/jam ke arah Barat adalah perlajuan mobil.
B. 90 km/jam adalah kecepatan mobil
C. 90 km/jam ke arah barat adalah kelajuan mobil.
D. 90 km/jam adalah kecepatan mobil sedangkan 90 km/jam ke arah Barat adalah kelajuan mobil
E. 90 km/jam adalah kelajuan mobil sedangkan 90 km/jam ke arah Barat adalah kecepatan mobil
C2 Verbal E
Saran/Perbaikan:
2 8
Menunjukka n ciri gerak lurus beraturan
- 28. Berikut ini yang merupakan ciri dari benda yang bergerak lurus beraturan adalah… A. kecepatannya berubah secara beraturan.
B. benda memiliki besar percepatan tetap dan tidak nol. C. kecepatannya setiap saat adalah tetap.
D. Posisi benda berubah terhadap waktu secara kuadratik. E. Posisi benda setiap waktu adalah tetep.
C1 Verbal C
Saran/Perbaikan:
Vo
t(s) V (m/s)
(6)
119
29
Menerapkan konsep GLBB dalam kasus gerak vertikal ke atas.
- 29. Sebuah batu dilempar ke lurus ke atas dengan kecepatan 10 m/s. Ketinggian maksimum yang dapat dicapai batu adalah....
A. 1 meter
B. 5 meter
C. 10 meter
D. 20 meter
E. 100 meter
C3 Matematis B
Saran/Perbaikan: 3
0
Menentukan keterkaitan variabel gerak dalam kasus jatuh bebas
- Suatu benda dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Apabila gesekan udara tidak diperhitungkan, kecepatan benda saat menumbuk tanah ditentukan oleh....
A. Massa benda dan ketinggiannya.
B. Massa benda dan percepatan gravitasi bumi. C. Ketingian benda dan percepatan gravitasi. D. Waktu jatuh yang diperlukan dan berat benda. E. Berat benda dan gravitasi bumi.
C2 Verbal C
Saran/Perbaikan: