PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KONSISTENSI KONSEPSI DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP FLUIDA STATIS SISWA SMA.
FLUIDA STATIS SISWA SMA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Marlis NIM 1302850
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
FLUIDA STATIS SISWA SMA
Oleh Marlis
S.Pd Universitas Negeri Padang, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Fisika
© Marlis 2015
Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
FLUIDA STATIS SISWA SMA
MARLIS 1302850
disetujui dan disahkan Oleh
Pembimbing
Dr. Johar Maknun, M. Si. NIP. 196803081993031002
Mengetahui
Ketua Prodi Pendidikan Fisika
Dr. Dadi Rusdiana, M. Si. NIP. 196810151994031002
(4)
i
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIR I TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Marlis (2015). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
terhadap Konsistensi Konsepsi dan Peningkatan Pemahaman Konsep Fluida Statis Siswa SMA.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang konsistensi konsepsi dan peningkatan pemahaman konsep fluida statis siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu yang dilakukan pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten Agam Sumatera Barat dengan sampel siswa kelas X MIA semester 2 pada tahun ajaran 2014/2015. Hasil analisis data tes konsistensi konsepsi menunjukkan bahwa jumlah siswa yang konsisten dalam menggunakan model konsepsi ilmiah pada kelas yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang konsisten dalam menggunakan model konsepsi ilmiah pada kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Namun secara keseluruhan siswa pada kedua kelas masih inkonsisten dalam menggunakan model konsepsi mereka. Hal ini dikarenakan sebagian siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing masih menggunakan model konsepsi ilmiah dan miskonsepsi secara bersamaan untuk konsep tekanan hidrostatis dan hukum Pascal, serta menggunakan model konsepsi ilmiah, miskonsepsi, dan hanya menebak/keliru untuk hukum Archimedes. Sedangkan hasil analisis data tes pemahaman konsep menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep fluida statis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Kata kunci: model pembelajaran inkuiri terbimbing, konsistensi konsepsi, pemahaman
(5)
ii
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIR I TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Marlis (2015). The Effect of Guided Inquiry Learning Model to Consistency
Conception and Increase Understanding Concept Static Fluid of Senior High School Students
This study aims to get an idea of the consistency of conception and increased understanding of the concept of a static fluid high school students who get a guided inquiry learning model. The method used is the quasi-experiment performed on one of the high schools in Agam regency of West Sumatra with a sample of students of class X MIA second semester of the academic year 2014/2015. Results of the analysis of the test data consistency conception shows that the number of students who are consistent in using the model of the scientific conception of the class of guided inquiry learning is getting more than the number of students who are consistent in using the model of the scientific conception of the class who received conventional learning. But overall the students in both classes are still inconsistent in their use of their conception models. This is because most students get guided inquiry learning is still using a model of scientific conceptions and misconceptions simultaneously to the concept of hydrostatic pressure and Pascal law, as well as using a model of scientific conceptions, misconceptions, and only guess / mistaken for Archimedes law. While the results of the test data analysis showed that the application of the understanding of the concept of guided inquiry learning model can significantly improve students' understanding of the concept of a static fluid compared with conventional learning.
Keywords: guided inquiry learning model, consistency conception, konsistensi konsepsi,
(6)
viii
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR PENELITIAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Hakikat Pembelajaran Sains (Fisika) ... 8
B. Model Pembelajaran Inkuiri ... 9
(7)
ix
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Konsistensi Konsepsi ... 16
E. Pemahaman Konsep ... 19
F. Hubungan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Indikator Pemahaman konsep ... 21
G. Materi Fluida Statis ... 23
H. Penelitian yang Relevan ... 28
I. Kerangka Pikir Penelitian ... 29
J. Asumsi Penelitian ... 30
K. Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 32
B. Subyek Penelitian ... 33
C. Prosedur Penelitian ... 33
D. Instrumen Penelitian ... 35
E. Analisis Instrumen ... 37
F. Hasil Validitas dan Uji Coba Instrumen ... 40
G. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50
1. Konsitensi Konsepsi ... 50
2. Pemahaman Konsep ... 53
3. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 58
B. Pembahasan ... 60
(8)
x
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 68 C. Rekomendasi... 68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
1
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permendikbud No.69 tahun 2013 mengungkapkan bahwa “kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan siswa jenjang SMA agar menjadi pribadi yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.” Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan melaksanakan pembelajaran fisika.
Fisika merupakan bagian dari ilmu sains. Menurut Carin dan Sund (1989) ”sains (fisika) merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.” Selanjutnya menurut Giancoli (2001) ”tujuan utama mata pelajaran fisika adalah mencari keteraturan dalam pengamatan manusia pada alam sekitarnya. Banyak orang yang berfikir bahwa fisika merupakan proses mekanis dalam mengumpulkan fakta-fakta dan membuat teori. Sesungguhnya fisika ini merupakan suatu aktivitas kreatif yang dalam banyak hal menyerupai aktivitas kreatif pikiran manusia.”
Kurikulum 2013 menuntut semua pelaksanaan pembelajaran termasuk fisika dilaksanakan dengan cara-cara yang bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa dengan cara yang aktif agar menjadi seorang pencari informasi, serta dapat memberikan kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fisika mengacu pada hakikatnya sebagai ilmu sains. Oleh karena itu proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode saintifik mencakup kegiatan; melakukan observasi, bertanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi informasi yang telah diperoleh dan mengkomunikasikan hasil. Hal senada juga diungkapkan oleh Adamčíková dan Tarábek (2010) yang menyatakan bahwa “elemen penting dari pembelajaran fisika adalah dapat memahami konsep dan langkah-langkah eksperimen serta dapat mengkomunikasikan
(10)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsep tersebut.” Selanjutnya menurut Suparno (2013) dalam pembelajaran fisika siswa harus aktif mengkonstruksi pengetahuan, dengan kata lain dalam belajar fisika siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya yang terpenting merangkum pengetahuan tersebut sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri mereka tidak akan mengerti apa-apa.
Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, masih ditemukan proses pembelajaran fisika yang tidak sesuai dengan tuntutan ideal. Hal ini didukung oleh hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada salah satu SMA Negeri di Tilatang Kamang Sumatera Barat. Dalam studi pendahuluan ini, digunakan teknik pengumpulan data, berupa observasi pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, wawancara dengan guru mata pelajaran fisika, dan penyebaran angket kepada siswa.
Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran fisika di kelas menunjukkan bahwa, proses pembelajaran belum menfasilitasi siswa untuk membangun konsep secara mandiri, sebagian besar siswa masih pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari kebiasaan buruk yang mereka tunjukkan selama mengikuti pembelajaran seperti jarang bertanya dan berkomentar selama proses pembelajaran, mengantuk, berbicara dengan teman sebangku, dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Selain itu proses pembelajaran lebih menitikberatkan pada penurunan rumus fisika secara matematis, sehingga siswa hanya sekadar menghafal rumus dan kurang memaknai untuk apa rumus tersebut digunakan.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa, metode pembelajaran yang paling sering digunakan adalah ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Sedangkan kegiatan eksperimen jarang dilakukan, dan jika dilakukan masih bersifat verifikatif. Selain itu siswa maju ke depan kelas hanya untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku atau lembar kerja siswa (LKS), dan hanya sebagian kecil siswa yang tuntas dalam memahami konsep yang diajarkan. Hal ini ditunjukkan dari ketidakmampuan mereka dalam menjawab pertanyaan yang memiliki variasi sedikit berbeda dengan pertanyaan yang pernah diajukan.
Hasil penyebaran angket kepada siswa menunjukkan bahwa, sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran fisika. Hal ini disebabkan karena fisika diajarkan dengan metode
(11)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang kurang menarik, membosankan, dan berisi kumpulan materi-materi yang rumit. Sedangkan 60% dari siswa mengaku lebih menyukai pelaksanaan praktikum dalam pembelajaran fisika. Hal ini karena dengan pelaksanaan praktikum mereka akan semakin semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Kesenjangan antara proses pembelajaran yang terjadi di lapangan dengan tuntutan ideal ini memberikan dampak pada pemahaman konsep. Hal ini didukung oleh data hasil tes pemahaman konsep pada materi fluida statis yang diujikan kepada 25 orang siswa masih tergolong rendah. Dimana secara keseluruhan nilai maksimum yang diperoleh siswa sebesar 70, nilai minimum sebesar 35, dan nilai rata-rata sebesar 55 dari skala 100.
Rendahnya pemahaman konsep siswa berdampak pada ketidakmampuan mereka dalam memecahkan permasalahan fisika baik permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun permasalahan fisika dalam bentuk soal-soal di sekolah. Selain itu hasil penelitian Tongchai dkk. (2011) menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa yang rendah akan berdampak pada ketidakkonsistenan mereka menggunakan konsepsi untuk menyelesaikan permasalahan yang menanyakan konsep yang sama, jika disajikan dalam konteks yang berbeda.
Apabila masalah ini terus berlanjut tentu akan memberikan dampak buruk, tidak hanya pada mata pelajaran fisika, tetapi juga pada kualitas lulusan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran yang terjadi di sekolah tersebut. Solusi yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran inkuiri. Menurut Gulo (dalam Trianto, 2010) “inkuiri merupakan sebuah proses pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.” Selain itu menurut Ozdilek dan Bulunuz (2009) inkuiri sangat penting dalam pembentukan sains. Dimana model pembelajaran inkuiri ini dapat memaksimalkan pengetahuan sains dan pemahaman siswa.
Menurut Jauhar (2011) pembelajaran inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswa yaitu inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas (free inquiry), dan inkuiri bebas yang dimodifikasi
(12)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(modified free inquiry). Berdasarkan jenis inkuiri tersebut, maka model inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis inkuiri terbimbing. Alasan pemilihan inkuiri jenis ini adalah karena disesuaikan dengan permasalahan yang akan dipecahkan dan keadaan siswa yang dijadikan subyek penelitian. Dimana siswa belum terbiasa mendapatkan pembelajaran inkuiri pada pembelajaran sebelumnya. Sehingga masih membutuhkan banyak bimbingan dari guru dalam pelaksanaannya.
Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing telah banyak diterapkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, seperti; 1) Zacharia (2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep dan penguasaan konsep fisika, 2) Lee dkk. (2008) mengungkapkan bahwa model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan membantu mereka untuk memahami konsep melalui proses hipotesis. Tahap hipotesis ini merupakan salah satu tahapan yang ada dalam model inkuiri terbimbing yang berguna sebagai tahapan pembentuk pengetahuan, 3) Bilgin (2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing secara individu pada konsep asam dan basa, 4) Japerson (2013) mengungkapkan bahwa penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir, dan pemahaman konsep. Dengan pemahaman konsep yang tinggi serta lebih mendalam akan menjadikan seseorang siswa konsisten dalam menggunakan konsepsi yang mereka pahami untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang ditemukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Tongchai dkk. (2011) yang menyatakan bahwa, pemahaman konsep akan membawa seseorang konsisten terhadap penggunaan konsepsinya dan kekonsistenan siswa dalam menggunakan konsepsi yang benar akan membawa mereka pada tingkat pemahaman yang lebih baik. Selanjutnya menurut Mardiana (2013) siswa yang memiliki peringkat tinggi di kelas cenderung konsisten menggunakan model konsepsi dalam menjawab soal-soal yang menanyakan konsep sama, namun disajikan dalam konteks yang
(13)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbeda secara benar. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman konsep siswa ini lebih baik.
Materi pelajaran yang dikaji dalam penelitian ini adalah materi fluida statis. Alasan pemilihan materi fluida statis pada penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa, masalah fluida statis banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga pemahaman konsep pada materi ini menjadi penting, dan peralatan untuk melakukan percobaan relatif mudah dibuat sendiri oleh siswa. Sehingga dengan modal peralatan praktikum ini siswa bisa lebih aktif dalam menemukan konsep.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk meneliti pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap konsistensi konsepsi dan peningkatan pemahaman konsep fluida statis pada siswa SMA.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:
1. Bagaimana gambaran konsistensi konsepsi fluida statis siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?
2. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep fluida statis siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang konsistensi konsepsi siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
(14)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan pemahaman konsep fluida statis siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat :
1. Menjadi bukti empiris tentang penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam memberikan gambaran tentang konsistensi konsepsi dan meningkatkan pemahaman konsep fluida statis siswa.
2. Memperkaya hasil penelitian terkait penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam memberikan gambaran tentang konsistensi konsepsi dan meningkatkan pemahaman konsep fluida statis siswa.
3. Bahan informasi, perbandingan, atau rujukan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Baik guru, penelitian pendidikan, maupun mahasiswa LPTK.
E.Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan definisi operasional terhadap beberapa istilah berikut:
1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing didefinisikan sebagai suatu model pembelajaran yang menfasilitasi siswa untuk aktif terlibat dalam membangun dan menemukan konsep melalui bimbingan atau petunjuk yang cukup luas dari guru. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu: mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan menyimpulkan. Keterlaksaan pembelajaran diukur dengan menggunakan format observasi daftar ceklis.
(15)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru fisika di sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Langkah-langkah pembelajaran konvensional diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, siswa mendengarkan penjelasan guru, kemudian siswa mengerjakan latihan soal dan akhir pembelajaran guru memberikan soal-soal pekerjaan rumah.
3. Konsistensi konsepsi didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam menjawab dua atau lebih pertanyaan menguji konsep yang sama secara benar, meskipun pertanyaan tersebut disajikan dalam konteks yang berbeda. Konsistensi konsepsi siswa diukur dengan menggunakan instrumen berupa tes tertulis pilihan ganda yang diujikan satu kali dengan menanyakan konsep yang sama lebih dari satu kali. Profil konsistensi konsepsi siswa diperoleh melalui analisis data dengan menggunakan model analisis, dengan mengelompokkan konsepsi siswa menjadi tiga kelompok; model konsepsi ilmiah, miskonsepsi, dan menebak/tidak diketahui dasar pengambilannya.
4. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai ukuran kemampuan siswa dalam memaknai dan memahami suatu konsep yang diberikan. Pemahaman konsep ini mencakup kemampuan menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menarik kesimpulan, membandingkan dan menjelaskan. Pemahaman konsep diukur dengan menggunakan instrumen berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator pemahaman konsep. Peningkatan pemahaman konsep diperoleh dengan membandingkan skor rata-rata N-gain antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
5. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fluida statis. Fluida statis yang dimaksud adalah materi tekanan hidrostatis, hukum Pascal dan Archimedes. Materi-materi ini mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang tertera dalam kurikulum 2013 yang diajarkan pada siswa kelas X semester genap.
(16)
32
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Metode eksperimen semu dapat memberikan informasi yang merupakan perkiraan terhadap informasi yang dapat diperoleh melalui eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Metode ini digunakan untuk menentukan peningkatan pemahaman konsep dan profil konsistensi konsepsi siswa. Desain penelitian adalah desain kelompok kontrol pretes dan postes nonekuivalen (nonequivalent pretest and posttest control group design). Menurut Creswell (2013) dalam desain ini kelas eksperimen dan kelas kontrol diseleksi tanpa prosedur penempatan acak, dan hanya kelas eksperimen saja yang mendapatkan perlakuan. Secara lebih jelas desain yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design
Kelompok pre test Perlakuan post test Kelas Eksperimen O1 X O1,O2
Kelas Kontrol O1 Y O1,O2
Creswell (2013) Keterangan:
O1: pretest -posttest untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep
O2: posttest untuk menentukan konsistensi konsepsi siswa
X : pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing Y : pembelajaran konvensional
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat, bahwa dalam penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Pretest
(17)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemahaman konsep diberikan pada kedua kelas, hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang konsep fluida statis. Setelah itu kedua kelas diberi perlakuan, kemudian diberikan posttest pemahaman konsep dan konsistensi konsepsi pada kedua kelas, hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir kedua kelas setelah mendapatkan pembelajaran, untuk kemudian melihat konsistensi konsepsi siswa dan peningkatan pemahaman konsep.
B. Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di SMA N 1 Tilatang kamang Sumatera Barat yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel kelas tidak ditentukan secara random, namun ditentukan dengan teknik penunjukan, mengikuti saran guru bidang studi yang bersangkutan. Sampel yang digunakan adalah kelas X1 dan X2, dengan pertimbangan pada kedua kelas,
pembelajaran dilakukan tiga jam pelajaran tanpa jeda, sehingga pembelajaran dapat lebih efektif. Dari kedua kelas yang disarankan tersebut kemudian ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik undian. Jumlah siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebanyak 56 siswa, 28 siswa untuk kelas eksperimen dan 28 siswa untuk kelas kontrol.
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1) Studi pendahuluan
Studi pendahuluan meliputi survei lapangan dan studi literatur. Survei lapangan melihat kondisi siswa, proses pembelajaran fisika yang berlangsung, dan permasalahan fisika yang terjadi di lapangan. Studi literatur meliputi kajian teori tentang model, strategi, metode pembelajaran, dan penelitian-penelitian yang relevan.
(18)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil-hasil yang diperoleh dari studi literatur dan pendahuluan, digunakan untuk pembuatan produk awal (draft). Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan kemudian mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan pembelajaran di kelas dengan baik. Dan terakhir adalah membuat instrumen penelitian. Instrumen pemahaman konsep dan konsistensi konsepsi dibuat berupa tes tertulis jenis pilihan ganda. Setelah dilakukan penyusunan instrumen maka dilakukan judgment oleh pakar untuk mengetahui validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian.
3) Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen dilaksanakan sebelum instrumen digunakan pada proses penelitian. Uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui uji reliabilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kemudahan instrumen yang digunakan. Pengujian instrumen penelitian dilaksanakan kepada siswa disekolah lain, yang telah mendapatkan pembelajaran fluida statis. Dari hasil uji coba, soal dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu soal yang bisa digunakan dan tidak digunakan.
4) Tahap Pelaksanaan
Setelah melakukan uji coba dan analisis hasil uji coba semua instrumen, maka dilakukan tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan meliputi pretest, implementasi model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, serta pelaksanaan
posttest .
5) Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan
Tahap pengolahan data dan pelaporan meliputi pengolahan data pretest-posttest pemahaman konsep dan posttest konsistensi konsepsi siswa. Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.
(19)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian
D. Instrumen Penelitian 1) Tes Konsistensi Konsepsi
Tes ini disusun dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban, yang terdiri dari dua atau lebih soal yang menguji konsep yang sama namun disajikan dalam konteks yang berbeda. Tes ini dilakukan satu kali, yaitu pada saat posttest.
Tes konsistensi konsepsi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 11 buah, semua soal didapat setelah dilakukan validasi, uji coba dan analisis hasil uji coba. Selengkapnya bentuk soal tes konsistensi konsepsi dapat dilihat pada Lampiran B.1 dan B.2, sedangkan rekapitulasi distribusi tes konsistensi konsepsi dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Distribusi Soal Tes Konsistensi Konsepsi
Konsep
Sub Konsep
Jumlah Soal Tekanan
Hidrostatis
Hukum Pascal
Hukum Archimedes
(20)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fluida statis 3 3 5 11
2) Tes Pemahaman Konsep
Tes ini disusun dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Setiap soal dibuat untuk menguji pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pada materi fluida statis. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat pretest dan posttest. Pertanyaan tes berpedoman pada indikator pemahaman konsep revisi Anderson dan Krathwohl yang dibatasi pada kemampuan, menafsirkan, mencontohkan, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
Tes pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 buah, semua soal didapat setelah dilakukan validasi, uji coba dan analisis hasil uji coba. Selengkapnya bentuk soal tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Lampiran B.3 dan B.4, sedangkan rekapitulasi distribusi tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Distribusi Soal Tes Pemahaman Konsep
No. Indikator kemampuan
Sub Konsep
Jumlah Soal Tekanan
Hidrostatis
Hukum Pascal
Hukum Archimedes
1. Menafsirkan 1 1 1 3
2. Mencontohkan 1 1 1 3
3. Menyimpulkan 1 1 1 3
4. Membandingkan 2 1 2 5
5. Menjelaskan 2 2 2 6
Jumlah Soal 7 6 7 20
3) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur sejauh mana tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk
(21)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ceklis () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran. Pada lembar ini juga terdapat kolom catatan keterangan untuk mencatat hal-hal yang terjadi dalam setiap fase pembelajaran. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.
E. Analisis Instrumen
Tes yang baik diperlukan untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya. Oleh karena itu untuk mendapatkan tes yang baik, tes tersebut harus diujicobakan terlebih dahulu. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis instrumen penelitian adalah:
1) Validitas
Validitas berhubungan dengan ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya tes dapat dianalisis dengan validitas isi (content validity). Menurut Arikunto (2008) “Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan”. Oleh sebab itu validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dengan cara meminta pertimbangan (judgment) kepada kelompok ahli untuk mengetahui kesesuaian antara soal dengan indikator serta kunci jawaban dan bahasa penyajian soal.
2) Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran apakah tes yang digunakan dapat dipercaya. Menurut Arikunto (2008) “Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Walaupun terjadi perubahan hasil, namun perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Pengujian reliabilitas tes dilakukan setelah soal yang tidak digunakan dibuang berdasarkan hasil analisis daya beda, tingkat kemudahan. Untuk tes konsistensi konsepsi
(22)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan rumus K-R.21, hal ini karena jumlah soal ganjil, yaitu sebanyak 11 buah. Persamaan yang digunakan adalah:
r
11=
(
(3.1)
dengan: M (3.2)
S2 =
(3.3)
Keterangan:
r1 1 = reliabilitas tes secara keseluruhan
n = jumlah butir soal
M = rata – rata skor tes
N = jumlah pengikut tes S2 = variansi soal
Sedangkan pengujian reliabilitas tes pemahaman konsep dalam penelitian ini menggunakan metode belah dua (split-half method). Dalam menggunakan metode ini peneliti hanya menggunakan sebuah tes yang diujikan satu kali. Metode ini dianggap tepat digunakan karena jenis soal tes banyak mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman, selain itu jumlah soal yang digunakan genap yaitu sebanyak 20 buah. Langkah pertama yang dilakukan adalah membelah skor soal ganjil dan genap, menghitung reliabilitas separo tes dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
r
xy =
√ (3.4)
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
X = skor tes pertama (genap) Y = skor tes kedua (ganjil)
(23)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
N = jumlah subyek
Setelah mendapatkan harga reliabilitas separo (rxy) yang sering disebut juga dengan
istilah r1/21/2, maka langkah selanjutnya adalah menghitung reliabilitas seluruh tes dengan
menggunakan rumus Spearman-Brown.
r
11=
(3.5)
Kategori reliabilitas tes dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kategori Reliabilitas Tes
No Indeks Reliabilitas Klasifikasi
1 0,00 0,20 Sangat Rendah
2 0,20 0,40 Rendah
3 0,40 0,60 Cukup
4 0,60 0,80 Tinggi
5 0,80 1,00 Sangat Tinggi
Arikunto (2008)
3) Tingkat kemudahan item Soal
Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya suatu soal. Indeks kemudahan diberi simbol P (proporsi) yang dihitung dengan rumus (Arikunto,2008)
P =
(3.6)
Keterangan:
P = tingkat kemudahan soal
(24)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Js = jumlah seluruh peserta tes
Kategori penafsiran tingkat kemudahan item soal disajikan dalam Tabel 3.5. Tabel 3.5
Kategori Tingkat Kemudahan Item Soal
Arikunto (2008)
4) Daya Pembeda Item Soal
Daya beda soal merupakan suatu indikator untuk membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Cara menghitung daya beda menurut Arikunto (2008) sesuai dengan penelitian ini menggunakan kelompok kecil kurang dari 100 adalah
“Seluruh pengikut tes dibagi menjadi dua kelompok yang sama besar, 50% kelompok atas
dan 50% kelompok bawah. Seluruh pengikut tes dideretkan mulai dari skor teratas sampai skor terbawah, lalu dibagi dua”. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda yang dikemukakan Arikunto (2008) :
D = - (3.7)
Keterangan:
D = daya pembeda
Ba = jumlah anggota kelompok atas yang menjawab benar
Bb = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar Ja = jumlah peserta kelompok atas
Jb = jumlah peserta kelompok bawah
Kategori daya pembeda item soal disajikan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6
Kategori daya Pembeda Item Soal
No Tingkat Kesukaran Klasifikasi
1 0,00 0,30 Sukar
2 0,30 0,70 Sedang
(25)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Batasan Klasifkasi
1 Minus Jelek Sekali
2 0,00 0,20 Jelek 3 0,20 0,40 Cukup 4 0,40 0,70 Baik 5 0,70 1,00 Baik Sekali
Arikunto ( 2008)
F. Hasil Validitas dan Uji Coba Instrumen
Validitas instumen yang dilakukan adalah berupa validitas isi dengan cara meminta pertimbangan dari kelompok ahli, dan uji coba dilakukan kepada 24 orang siswa kelas X di salah satu SMA kota Bandung yang telah mempelajari konsep fluida statis. Analisis uji coba menggunakan microsoft office excel 2007.
1) Hasil Validitas Instrumen
Hasil validitas isi yang telah dilakukan dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran B.6 dan B.7, sedangkan rekapitulasi saran perbaikan dari para ahli untuk soal konsistensi konsepsi dan pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Rekapitulasi Saran Perbaikan dari Ahli
No Validator Saran Perbaikan
A. Tes Konsistensi Konsepsi
Validator 1 Soal sudah cukup baik, perbaiki redaksi, perjelas gambar. Validator 2 Perbaiki redaksi soal, perbaiki beberapa option.
Validator 3 Perbaiki redaksi soal, gunakan kalimat yang jelas dan tidak berbelit-belit, option pengecoh diperbaiki.
B. Tes Pemahaman Konsep
1 Validator 1 Soal sudah cukup baik, beberapa soal perlu dikoreksi sesuai dengan masukan yang diberikan.
2 Validator 2 Perbaiki teks soal (gunakan bahasa yang mudah dipahami), perbaiki satuan yang digunakan (masuk akal), Hilangkan bagian-bagian yang tidak penting dalam soal.
(26)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Validator Saran Perbaikan
A. Tes Konsistensi Konsepsi
Validator 1 Soal sudah cukup baik, perbaiki redaksi, perjelas gambar. Validator 2 Perbaiki redaksi soal, perbaiki beberapa option.
Validator 3 Perbaiki redaksi soal, gunakan kalimat yang jelas dan tidak berbelit-belit, option pengecoh diperbaiki.
3 Validator 3 Perbaiki redaksi soal, perbaiki beberapa option pengecoh, perjelas gambar, gunakan satuan yang masuk akal.
Berdasarkan saran perbaikan dari tenaga ahli yang diminta pertimbangan
(judgement), maka diperoleh kesimpulan bahwa instrumen konsistensi konsepsi dan
pemahaman konsep yang disusun sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Soal konsistensi konsepsi yang divalidasi berjumlah 18 buah dan setelah divalidasi soal yang digunakan menjadi 14 buah, sedangkan soal pemahaman konsep yang divalidasi berjumlah 30 buah dan setelah divalidasi soal yang dapat digunakan adalah 30 buah.
2) Hasil Uji Coba Instrumen a. Konsistensi Konsepsi
Instrumen konsitensi konsepsi yang diujikan terdiri dari 14 soal berbentuk pilihan ganda. Rincian analisis hasil uji coba instrumen tes konsistensi konsepsi selengkapnya dapat dilihat Lampiran B.8, sedangkan rekapitulasi perhitungan daya beda dan tingkat kemudahan soal konsistensi konsepsi dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
(27)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Batas Atas
Batas Bawah
Daya
Beda Kriteria
Tingkat
Kemudahan Kriteria Keterangan
1 8 5 0.25 Cukup 0.54 Sedang Digunakan
2 10 6 0.33 Cukup 0.67 Sedang Digunakan
3 11 11 0.00 Jelek 0.92 Mudah Tidak digunakan
4 7 2 0.42 Baik 0.38 Sedang Digunakan
5 6 2 0.33 Cukup 0.33 Sedang Digunakan
6 6 4 0.17 Jelek 0.42 Sedang Tidak digunakan
7 6 2 0.33 Cukup 0.33 Sedang Digunakan
8 10 3 0.58 Baik 0.54 Sedang Digunakan
9 7 1 0.50 baik 0.33 Sedang Digunakan
10 10 7 0.25 Cukup 0.71 Sedang Digunakan
11 8 4 0.33 Cukup 0.50 Sedang Digunakan
12 7 1 0.50 Baik 0.33 Sedang Digunakan
13 7 4 0.25 Cukup 0.46 Sedang Digunakan
14 4 3 0.08 Jelek 0.29 Sukar Tidak digunakan
Berdasarkan Tabel 3.8, maka jumlah soal konsistensi konsepsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11 soal. Setelah mendapatkan 11 soal tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan reliabilitas soal dengan menggunakan rumus KR-21. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa reliabilitas soal konsistensi konsepsi sebesar 0.66 termasuk kedalam kategori tinggi.
b. Pemahaman Konsep
Instrumen pemahaman konsep yang diujikan terdiri dari 30 soal berbentuk pilihan ganda. Rincian analisis hasil uji coba instrumen tes pemahaman konsep selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.9, sedangkan rekapitulasi perhitungan daya beda dan tingkat kemudahan soal pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep
No Batas Atas
Batas Bawah
Daya
Beda Kriteria
Tingkat
Kemudahan Kriteria Keterangan
(28)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Batas Atas
Batas Bawah
Daya
Beda Kriteria
Tingkat
Kemudahan Kriteria Keterangan
2 10 8 0.16 Jelek 0.75 Mudah Tidak digunakan
3 11 9 0.16 Jelek 0.83 Mudah Tidak digunakan
4 10 5 0.41 Baik 0.62 Sedang Digunakan
5 3 1 0.16 Jelek 0.16 Sukar Tidak digunakan
6 8 3 0.41 Baik 0.45 Sedang Digunakan
7 7 2 0.41 Baik 0.37 Sedang Digunakan
8 9 4 0.41 Baik 0.54 Sedang Digunakan
9 12 4 0.66 Baik 0.66 Sedang Digunakan
10 9 1 0.66 Baik 0.66 Sedang Digunakan
11 11 5 0.50 Baik 0.66 Sedang Digunakan
12 3 1 0.16 Jelek 0.16 Sukar Tidak digunakan
13 12 10 0.16 Jelek 0.91 Mudah Tidak digunakan
14 10 4 0.50 Baik 0.58 Sedang Digunakan
15 10 5 0.41 Baik 0.62 Sedang Digunakan
16 9 7 0.16 Jelek 0.66 Sedang Tidak digunakan
17 5 3 0.16 Jelek 0.33 Sedang Tidak digunakan
18 9 2 0.58 Baik 0.45 Sedang Digunakan
19 10 5 0.41 Baik 0.62 Sedang Digunakan
20 6 3 0.25 Cukup 0.37 Sedang Digunakan
21 7 4 0.25 Cukup 0.45 Sedang Digunakan
22 1 0 0.08 Jelek 0.04 Sukar Tidak digunakan
23 12 10 0.16 Jelek 0.91 Mudah Tidak digunakan
24 12 7 0.41 Baik 0.79 Mudah Digunakan
25 11 10 0.08 Jelek 0.87 Mudah Tidak digunakan
26 9 4 0.41 Baik 0.54 Sedang Digunakan
27 8 2 0.50 Baik 0.41 Sedang Digunakan
28 11 6 0.41 Baik 0.70 Mudah Digunakan
29 8 3 0.41 Baik 0.45 Sedang Digunakan
30 9 4 0.41 Baik 0.54 Sedang Digunakan
Berdasarkan Tabel 3.9, dapat dilihat jumlah soal pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 soal. Setelah mendapatkan 20 soal tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan reliabilitas soal pemahaman konsep dengan
(29)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan metode belah dua. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa reliabilitas soal pemahaman konsep sebesar 0.85 termasuk kedalam kategori sangat tinggi.
G. Teknik Analisis Data
Ada beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu : data posttest konsistensi konsepsi siswa, pretest-posttest pemahaman konsep, dan keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing. Langkah-langkah analisis data penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
1. Data Tes Konsistensi Konsepsi Siswa
Data hasil tes konsistensi konsepsi siswa dianalisis menggunakan model analisis, dengan langkah- langkah sebagai berikut (Tongchai dkk. 2011):
a. Jawaban siswa dikategorikan sebagai: model konsepsi yang tepat secara ilmiah (model A), model konsepsi yang miskonsepsi (model B), dan model konsepsi yang asal menebak/keliru (model C). Disajikan sebagai :
1) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (A) 2) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (B) 3) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (C)
Dimana . Dengan m = jumlah soal dalam satu seri pertanyaan terkait satu konsep/topik yang sama.
b. Dengan menggunakan dan , disusun sebuah matriks (3x3):
(3.8) c. Seluruh matriks setiap siswa kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan sebuah
(30)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(3.9) Matriks di atas menyatakan informasi mengenai keadaan konsepsi (model states) masing- masing siswa dan seluruh siswa dalam kelas, dengan penjelasan:
1) Elemen diagonal utama menyatakan penggunaan model konsepsi (A), (B), dan (C) seluruh siswa secara konsisten. Jika seluruh nilai elemen non-diagonal utama dari matriks tersebut bernilai 0 maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas tersebut menggunakan satu model konsepsi secara konsisten, misalnya:
(a) (
)
, maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas tersebut dapat dikatakan menggunakan model konsepsi (A) secara konsisten. Artinya seluruh siswa memahami konsep dengan tepat.
(b) (
), maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas
tersebut menggunakan model konsepsi yang berbeda secara konsisten. Artinya siswa dapat dengan tepat dikelompokkan menjadi :
(1) kelompok siswa yang memahami konsep dengan benar (siswa dengan model konsepsi (A)
(2) kelompok siswa yang mengalami miskonsepsi (siswa dengan model konsepsi (B), dan
(3) kelompok siswa yang menjawab pertanyaan dengan cara asal menebak, atau dapat pula dikatakan tidak memahami konsep (siswa dengan model konsepsi (C).
(31)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Elemen non-diagonal utama menyatakan penggunaan beberapa model konsepsi secara bersamaan, artinya siswa mengalami inkonsistensi konsepsi, misalnya:
( )
, maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas tersebut menggunakan ketiga model konsepsi secara bersamaan dan inkonsisten. Artinya tidak seluruh siswa dapat dikelompokkan secara tepat sebagai kelompok model konsepsi tertentu. Namun, model konsepsi (A) lebih mendominasi dasar jawaban siswa.
2. Data Tes Pemahaman Konsep
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep, adalah :
a. Memberi skor pada hasil pretest dan posttest
Sebelum di lakukan pengolahan data, semua jawaban pretest dan posttest siswa diperiksa dan di beri skor. Jawaban benar diberi nilai satu dan jawaban salah atau tidak dijawab diberi nilai nol. Pemberian skor dihitung dengan rumus :
S
R
(3.10) Keterangan:S= skor yang diperoleh siswa R= jawaban siswa yang benar
b. Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain)
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh (Hake, 1999), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
S S
g
S S
post pre
m ideal pre
(3.11)
(32)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
g = gain yang dinormalisasi
Spost = skor tes akhir yang diperoleh siswa
Spre = skor tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal= skor maksimum ideal
c. Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi fluida statis digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang diolah dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999), yaitu sebagai berikut.
<S S <g>
S S
post pre
m ideal pre
(3.12)
Keterangan:
<g> = skor rata-rata gain yang dinormalisasi
<Spost>= skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa
<Spre> = skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal = skor maksimum ideal
Kategori N-gain disajikan pada Tabel 3.10. Tabel 3.10 Kategori N-gain
Kategori Perolehan N-gain Keterangan N-gain > 0,70 Tinggi 0,30 Ngain0,70 Sedang
N-gain < 0,30 Rendah
Pengolahan data dan análisis data dengan menggunakan uji statistik dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
(33)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal apabila data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Dimana data memusat pada nilai rata-rata atau dikenal dengan median. Selain itu data yang terdistribusi normal bila jumlah data yang di atas dan di bawah rata-rata adalah sama, begitupula dengan simpangan bakunya.
Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Test melalui SPSS 22 dengan taraf signifikansi α = 0.05, penggunaan ini dikarenakan jumlah sampel < 30 orang. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0: data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1: data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal
Dalam pengujian hipotesis, kriteria penerimaan H0, jika sig α, sedangkan jika sig < α maka H0 ditolak.
2) Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari kedua kelompok memiliki kesamaan varians atau tidak. Pada penelitian ini uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Uji Levene melalui SPSS 22 dengan taraf signifikansi α = 0.05. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :
H0 : σ12 = σ22
H1 : σ12≠ σ22
dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi homogen dan H1 adalah skor
kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dasar pengambilan keputusan, jika sig > α maka H0 diterima sedangkan jika sig < α maka H0 ditolak, α = 0.05. Namun jika
seandainya data yang didapat tidak terdistribusi normal maka uji homogenitas antara kedua kelompok tidak perlu ditentukan.
(34)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji hipotesis atau uji rerata bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh mengalami peningkatan yang signifikan atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka dilakukan uji hipotesis parametrik. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu pihak. Uji-t ini menggunakan software SPSS Statistics 22.0 dengan Independent-sample t-test.
Uji-t menggunakan SPSS Statistics 22.0 mempunyai dua keluaran. Jika syarat kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi, maka kita menggunakan hasil
independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians sama (equal variances assumed)
dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2. Jika kedua varians sama besar tidak
terpenuhi (equal variances not assumed), maka kita menggunakan hasil
independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed)
dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2.
Pada hasil uji tes ini terdapat keluran nilai t dan p-value sehingga untuk mengetahui hasil hipotesis dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dengam membandingkan nilai thitung dengan tT abel. Jika thitung < tT abel maka H0 diterima, H1 ditolak, begitupun
sebaliknya. Cara kedua dengan membandingkan p-value (signifikansi/sig.) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan yaitu . Signifikansi yang dihasilkan merupakan uji dua sisi, sehingga hasil signifikansi tersebut harus dibagi dua dan dibandingkan dengan tingkat kepercayaan yang kita gunakan . Jika sig/2 > 0,05 maka H0 diterima dan
H1 ditolak, begitu juga sebaliknya.
Jika data tidak terdistribusi normal maka uji hipotesis yang dilakukan adalah uji nonparametrik. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Mann-Whitney (uji-U) satu pihak. Uji-U ini menggunakan software SPSS Statistics 22.0. Nilai signifikansi yang diperoleh dari keluaran SPSS Statistics 22.0 adalah untuk uji dua sisi (two-tailed), sehingga untuk uji satu sisi membagi dua menjadi sig./2 dan hasilnya dibandingkan dengan nilai kepercayaan
= 0,05. Jika sig./2 > 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak, begitu juga sebaliknya.
(35)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data observasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dianalisis dengan menggunakan persentase keterlaksanaan. Pengolahan data diambil dari banyaknya skor yang diperoleh dari setiap poin keterlaksanaan aktivitas guru kemudian diambil persentase keterlaksanaan aktivitas secara keseluruhan dengan menggunakan perhitungan dibawah ini (Priyanto,2006).
(3.13) Kategori keterlaksanaan aktivitas lihat Tabel 3.11.
Tabel 3.11
Interpretasi Keterlaksanaan Aktivitas
Persentase (%) Kategori
80-100 Sangat baik
60-79 Baik
40-59 Cukup
20-39 Kurang
0-19 Sangat kurang
(36)
67
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh penerapan model inkuiri terbimbing terhadap konsistensi konsepsi dan peningkatan pemahaman konsep fluida statis siswa, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil analisis konsistensi konsepsi masing-masing siswa, menunjukkan bahwa jumlah siswa yang konsisten dalam menggunakan model konsepsi ilmiah pada kelas yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih banyak dibandingkan dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Sehingga indeks konsistensi penggunaan model konsepsi ilmiah untuk siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Namun hasil konsistensi konsepsi siswa secara keseluruhan menunjukkan bahwa, siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, masih inkonsisten dalam menggunakan model konsepsi mereka. Hal ini dikarenakan siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing masih menggunakan secara bersamaan model konsepsi ilmiah dan miskonsepsi untuk konsep tekanan hidrotatis, dan hukum Pascal, serta menggunakan model konsepsi ilmiah, miskonsepsi, dan hanya menebak untuk hukum Archimedes.
2. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep fluida statis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruk atau membangun secara mandiri sebuah konsep melalui kegiatan penyajian permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
(37)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran
Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan menentukan profil konsepsi siswa pada materi fluida statis, maka peneliti memberikan saran bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing tepatnya pada tahapan pengumpulan data masih banyak menghabiskan waktu, untuk itu perlu adanya pengorganisasian waktu yang baik agar tidak ada siswa yang bermain-main dalam melakukan kegiatan pengumpulan data. Selain itu pada tahapan menyimpulkan sebaiknya guru melakukan kegiatan tanya jawab untuk melihat apakah semua siswa sudah dapat menyimpulkan konsep yang dipelajari dengan baik dan benar.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis merekomendasikan bahwa perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai penerapan model inkuiri terbimbing yang diintegrasikan dengan strategi atau metode yang dapat mereduksi miskonsepsi siswa, sehingga semua siswa benar-benar memahami konsep secara utuh tanpa adanya kesalahan tafsiran terhadap konsep yang diterimannya dan konsistensi konsepsi siswa bisa dicapai dengan maksimal.
(38)
69
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Adamčíková, V. dan Tarábek, P. (2010) Educational Communication and Curriculum
Process in Physics Education.[online]. Tersedia di http://1sg.ucy.ac.cy/ [Diakses 2
Mei 2015].
Amin, M. (1987), Mengajar Ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan Menggunakan Metode
Discovery dan Inquiry. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan dan Tinggi.
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. (2001) A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York:
Longman.
Arikunto, S. (2008) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Bao, L., Hogg, K., dan Zollman, D. (2002) Model Analysis of Fine Structures of Student
Models : An Example with Newton’s Third Law. American Journal Physics, 70 (7).
Bao,L., dan Redish, E.F. (2006) Model Analysis: Representing and Assessing The
Dynamics of Student Learning. Physical Review Special Topics-Physics Educational
Research. 2(010103).
Berg, E.V.D. (1991) Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Press.
Bilgin, I. (2009) The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative
Learning Approach on University Students’ Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4
(10).
Bundu, P. (2006) Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains di SD. Jakarta: Depdiknas.
Carin, A.A & Sund,R.B (1989) Teaching Science Through Discovery. Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company.
Creswell, J.W.(2013) Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(39)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dahar, R.W.(2011) Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas. Doran ,R., Chan,F., dan Tamir,P. (1998) Science Educator Guide to Assesment National
Science Teachers Association. Virginia: Airlington.
Engelhardt, P.V., dan Bechner, R.J. (2004) Students Understanding of Direct Current
Resistive Electrical Circuits. American Journal of Physics, 72 (1).
Gardner, H. (1999) The Discipline Mind: What All Students Should Understand. Newyork: Simon & Schuster Inc.
Giancoli, D.C.(2001) Fisika. Jakarta: Erlangga.
Hake, R.R. (1999) Analyzing Change/Gain Scores Dept. of Physics, Indiana University
24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.USA:IndianaUniversity.
[online]. Tersedia di: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ AnalyzingChange -Gain.pdf [Diakses 4 Maret 2015].
Halliday, R.(1993) Fundamentals of Physics.Jakarta : Erlangga. Hamalik, O. (2011) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hastuti, I., Surantoro, dan Raharjo,D,T. (2013) Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan
Materi Pokok Kalor pada Siswa Kelas X SMA. [online]. Tersedia di:
http://eprints.uns.ac.id/1386/1/187-4207-1-SM-pdf [Diakses 3 Mei 2015].
Hermita, N. (2008) Pembelajaran IPA dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SD.Tesis.
Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Heryadi, D. (2012) Model Pembelajaran Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Fluida Statis dan Berpikir Kreatif Siswa SMA.
Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Hogarth, R. (1982) Questioning Praming and Response Consistency. United state Of America : Jossey Bass Inc.
Jasperson, J. (2013) The Effects of Guided Inquiry on Students’ Understanding of Physics Concepts in The Middle School Science Classroom. Paper : Montana State
(40)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jauhar, M. (2011) Implementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik
Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching & Learning). Jakarta: Prestasi Pustaka.
Johnson, D.W. (2000) Cooperative Learning and Social Interdependence Theory. [online]. Tersedia di:http://www.cooperation.org./pages/SIT.html [Diakses 1 Juni 2015].
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2000) Models of Teaching. USA : Alyn and Bacon. Karli, H. dan Yuliariatiningsih, M.S. (2003) Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Model-model Pembelajaran. Bandung: Bina Media Informasi.
Khan, M.A. (2009) Teaching of Heat and Temperature by Hypothetical Inquiry
Approach: A Sample of Inquiry Teaching. Journal of Physics Teacher Foucation
Online, 5 (2).
Komalasari, K. (2010) Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama.
Kuhlthau, C.C., Maniotes, L.K. dan Caspari, A.K. (2007) Guided Inquiry: Learning in the
21st Century. Santa Barbara, CA: Libraries Unlimited.
Lee,W.J., Puspitasari, K.A., Kim, H.Y. dan Jeong, A. (2008). The Effects of Guided
Inquiry Questions on Students’Critical Thinking Skills and Satisfaction in Online Argumentation. Fionda State University. [online]. Tersedia di: http://www.myweb.fsu.edu [Diakses 1 Januari 2015].
Mardiana, R. (2013) Analisis Konsistensi Konsepsi Siswa Menggunakan Model Analisis
Berdasarkan Pengalaman Belajar Fisika pada Materi Gelombang. Skripsi.
Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
National Research Council (NRC). (1996) National Science Education Standards. Washington : National Academy Press.
Ozdilek, Z.. dan Bulunuz, N. (2009). The Effectiveness of A Guided Inquiry Teaching
Methodology on Pre-service Teachers’ Science Teaching Self-efficacy Belief.
Journal of Turkish Science Education, 6(2).
Palmer, D. (1993) How consistently do students use their alternative conceptions? Research is Science Education, 23 (1).
Permendikbud. (2013) Permendikbud No.69 tentang Kerangka Dasar dan struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian
(1)
68
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan menentukan profil konsepsi siswa pada materi fluida statis, maka peneliti memberikan saran bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing tepatnya pada tahapan pengumpulan data masih banyak menghabiskan waktu, untuk itu perlu adanya pengorganisasian waktu yang baik agar tidak ada siswa yang bermain-main dalam melakukan kegiatan pengumpulan data. Selain itu pada tahapan menyimpulkan sebaiknya guru melakukan kegiatan tanya jawab untuk melihat apakah semua siswa sudah dapat menyimpulkan konsep yang dipelajari dengan baik dan benar.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis merekomendasikan bahwa perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai penerapan model inkuiri terbimbing yang diintegrasikan dengan strategi atau metode yang dapat mereduksi miskonsepsi siswa, sehingga semua siswa benar-benar memahami konsep secara utuh tanpa adanya kesalahan tafsiran terhadap konsep yang diterimannya dan konsistensi konsepsi siswa bisa dicapai dengan maksimal.
(2)
69 Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Adamčíková, V. dan Tarábek, P. (2010) Educational Communication and Curriculum Process in Physics Education.[online]. Tersedia di http://1sg.ucy.ac.cy/ [Diakses 2 Mei 2015].
Amin, M. (1987), Mengajar Ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan dan Tinggi.
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. (2001) A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
Arikunto, S. (2008) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Bao, L., Hogg, K., dan Zollman, D. (2002) Model Analysis of Fine Structures of Student
Models : An Example with Newton’s Third Law. American Journal Physics, 70 (7).
Bao,L., dan Redish, E.F. (2006) Model Analysis: Representing and Assessing The Dynamics of Student Learning. Physical Review Special Topics-Physics Educational Research. 2(010103).
Berg, E.V.D. (1991) Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Press.
Bilgin, I. (2009) The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative Learning Approach on University Students’ Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4 (10).
Bundu, P. (2006) Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains di SD. Jakarta: Depdiknas.
Carin, A.A & Sund,R.B (1989) Teaching Science Through Discovery. Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company.
Creswell, J.W.(2013) Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(3)
70
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dahar, R.W.(2011) Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas. Doran ,R., Chan,F., dan Tamir,P. (1998) Science Educator Guide to Assesment National
Science Teachers Association. Virginia: Airlington.
Engelhardt, P.V., dan Bechner, R.J. (2004) Students Understanding of Direct Current Resistive Electrical Circuits. American Journal of Physics, 72 (1).
Gardner, H. (1999) The Discipline Mind: What All Students Should Understand. Newyork: Simon & Schuster Inc.
Giancoli, D.C.(2001) Fisika. Jakarta: Erlangga.
Hake, R.R. (1999) Analyzing Change/Gain Scores Dept. of Physics, Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.USA:IndianaUniversity. [online]. Tersedia di: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ AnalyzingChange -Gain.pdf [Diakses 4 Maret 2015].
Halliday, R.(1993) Fundamentals of Physics.Jakarta : Erlangga. Hamalik, O. (2011) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hastuti, I., Surantoro, dan Raharjo,D,T. (2013) Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Materi Pokok Kalor pada Siswa Kelas X SMA. [online]. Tersedia di: http://eprints.uns.ac.id/1386/1/187-4207-1-SM-pdf [Diakses 3 Mei 2015].
Hermita, N. (2008) Pembelajaran IPA dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SD.Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Heryadi, D. (2012) Model Pembelajaran Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fluida Statis dan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Hogarth, R. (1982) Questioning Praming and Response Consistency. United state Of America : Jossey Bass Inc.
Jasperson, J. (2013) The Effects of Guided Inquiry on Students’ Understanding of Physics Concepts in The Middle School Science Classroom. Paper : Montana State University.
(4)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jauhar, M. (2011) Implementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching & Learning). Jakarta: Prestasi Pustaka.
Johnson, D.W. (2000) Cooperative Learning and Social Interdependence Theory. [online]. Tersedia di:http://www.cooperation.org./pages/SIT.html [Diakses 1 Juni 2015].
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2000) Models of Teaching. USA : Alyn and Bacon. Karli, H. dan Yuliariatiningsih, M.S. (2003) Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Model-model Pembelajaran. Bandung: Bina Media Informasi.
Khan, M.A. (2009) Teaching of Heat and Temperature by Hypothetical Inquiry Approach: A Sample of Inquiry Teaching. Journal of Physics Teacher Foucation Online, 5 (2).
Komalasari, K. (2010) Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama.
Kuhlthau, C.C., Maniotes, L.K. dan Caspari, A.K. (2007) Guided Inquiry: Learning in the 21st Century. Santa Barbara, CA: Libraries Unlimited.
Lee,W.J., Puspitasari, K.A., Kim, H.Y. dan Jeong, A. (2008). The Effects of Guided Inquiry Questions on Students’Critical Thinking Skills and Satisfaction in Online
Argumentation. Fionda State University. [online]. Tersedia di:
http://www.myweb.fsu.edu [Diakses 1 Januari 2015].
Mardiana, R. (2013) Analisis Konsistensi Konsepsi Siswa Menggunakan Model Analisis Berdasarkan Pengalaman Belajar Fisika pada Materi Gelombang. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
National Research Council (NRC). (1996) National Science Education Standards. Washington : National Academy Press.
Ozdilek, Z.. dan Bulunuz, N. (2009). The Effectiveness of A Guided Inquiry Teaching Methodology on Pre-service Teachers’ Science Teaching Self-efficacy Belief. Journal of Turkish Science Education, 6(2).
Palmer, D. (1993) How consistently do students use their alternative conceptions? Research is Science Education, 23 (1).
Permendikbud. (2013) Permendikbud No.69 tentang Kerangka Dasar dan struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
(5)
72
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Priyanto, C. (2006) Mengajar Berbasis Multiple Intelegences pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Rustaman, N. (2003) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sanjaya, W. (2009) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Predana Media Grup.
Sanjaya, W. (2011) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. Serway, R.A. (2008) Physics for Scientist and Engineers with Modern Physics edisi 7.
USA Thomson higher education.
Sudirman. N. (1988) Ilmu Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sund, R.B. dan Trowbridge, L.W. (1973) Teaching Science by Inquiry in The Secondary School. Charles E Merril Publishing Company. Colombus.Ohio. Sopamena, O. (2009) Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK pada Konsep Hasil Kelarutan. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Suparno, P. (1997) Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Yogyakarta: Kanisius. Suparno, P. (2006) Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi, Yogyakarta: Kanisius. Suparno, P. (2013) Metodologi Pembelajaran Fisika (Konstruktivisme dan
Menyenangkan). Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
Suratmi, S. (2010) Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pokok Bahasan Gerak Rotasi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan berpikir Kritis Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Tipler, P.A. (1998) Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Tongchai, A., Sharma, M.D., Johnston, I.D., Arayathanitkul, A.. dan Soankwan, C. (2011) Consistency of Students’ Conceptions of Wave Propagation : Findings From A Conceptual Survey in Mechanical Waves. Physical Review Special Topics-Physics Education Research 7,020101.
(6)
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tonchai, A. (2011) Consistency of Students’ Conceptions: an Important Issue in Assessing
Students’Conceptions. The Institute for The Promotion of Teaching Science and
Technology.Thailand.
Treagust, D. F. (1988). Development and Use of Diagnostic Tests to Evaluate Students’ Misconceptions In Science. Journal of Research in Science Teaching. New York: John Wiley & Son,Inc.10 (2).
Trianto. (2007) Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktvistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto. (2010) Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wahyudin. (2008) Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung.
Wenning, C.J. (2011) Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal Physics Teacher Education Online, 6 (2).
Wisudawati, A.W. dan Sulistyowati,E. (2014) Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Zacharia, Z. (2007) Comparing and Combining Real & Virtual Experimentation: An Effort
to Enchance Students’ Conceptual Understanding of Electric Circuit. Journal