PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA: Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.

(1)

Lutfah Aminah, 2013

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA

DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi

Tahun Ajaran 2012/ 2013)

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Lutfah Aminah

NIM 0906339

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Lutfah Aminah, 2013

Penggunaan Teknik Permainan Kotak Kota Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2013

Penggunaan Teknik Permainan

Kotak Kata Dalam Upaya

Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Oleh Lutfah Aminah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


(3)

Lutfah Aminah, 2013

© Lutfah Aminah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Lutfah Aminah, 2013

Penggunaan Teknik Permainan Kotak Kota Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(5)

ABSTRAK

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)

oleh Lutfah Aminah

Skripsi ini berjudul “Penggunaan Teknik Permainan Kotak Kata dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan teknik permainan kotak kata.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X-9 SMA Negeri 3 Cimahi dengan menggunakan metode Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) yaitu suatu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas. Penelitian ini merupakan suatu proses mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan proses dan produk pengajaran di kelas.

Metode yang dilakukan peneliti terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan, tindakan, dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan sebuah siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama.

Berdasarkan hasil penelitian, data menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari skor siswa mulai dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus I jumlah siswa yang mengemukakan pendapat sebanyak 20 orang atau 52,63%. Pada siklus II jumlah siswa yang mengemukakan pendapat mengalami peningkatan sebesar 15,94%, yaitu sebanyak 24 orang atau 68,57%. Pada siklus III jumlah siswa yang mengemukakan pendapat mengalami peningkatan sebesar 17,54%, yaitu sebanyak 31 siswa atau 86,11%. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebanyak 53,50%, aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan 14,11% yaitu sebanyak 67,61%, dan aktivitas siswa pada siklus III sebanyak 81,38%, yaitu mengalami peningkatan sebesar 13,77% dari siklus II.

Berdasarkan analisis hasil kemampuan berbicara siswa dalam mengemukakan pendapat, peneliti melihat bahwa siswa banyak mengalami peningkatan dalam keterampilan berbicara, baik dalam ketepatan struktur dan kosakata, kelancaran dalam mengemukakan pendapat, kualitas pendapat yang dikemukakan, maupun kemampuan/kekritisan menanggapi pendapat. Hal ini karena pembelajaran berbicara dengan Teknik Permainan Kotak Kata ini menimbulkan motivasi yang besar serta membuat pembelajaran di kelas lebih menyenangkan.


(6)

Lutfah Aminah, 2013 ii Abstract

USE BOX WORD GAMES ENGINEERING EFFORTS TO INCREASE SKILL SPEAK

(Classroom Action Research to Class X Students Cimahi Senior High School 3 Academic Year 2012/2013)

The Use of Word Box Game in Improving 10th Grade Students' Speaking Skill in Cimahi senior high school 3. This research is aimed to know students' speaking skill in delivering their opinion by using box word game. Research method which is used is descriptive method with the Classroom Action Research. Based on the research, the data shows that students' speaking skill in delivering their opinion by using box word game technique has an improvement. The improvement can b seen from students' score from the first cycle up to the third cycle. In the first cycle, the amount of students that deliver their opinion is twenty students or 52,63%. In the second cycle, students who deliver their opinion increase about 15,94%, that is about 24 students or 68,57%. In the third cycle, students who deliver their opinion increase about 17,54%, that is 31 students or 86,11%


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Batasan Masalah... 6

3. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 8

E. Definisi Operasional ... 8

F. Anggapan Dasar ... 9

BAB II KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA A. Hakikat Berbicara ... 10


(8)

vii

Lutfah Aminah, 2013

2. Kaitan Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Berbahasa

yang Lain ... 11

3. Bentuk-bentuk Berbicara ... 13

4. Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara ... 14

5. Hambatan Berbicara ... 18

B. Keterampilan Mengemukakan Pendapat ... 19

C. Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 20

D. Teknik Pembelajaran Berbicara ... 22

E. Teknik Permainan Kotak Kata ... 23

1. Pengertian Permainan... 23

2. Permainan Kotak Kata ... 24

3. Keunggulan Permainan Kotak Kata ... 25

F. Evaluasi Keterampilan Berbicara ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27

B. Subjek Penelitian ... 28

C. Instrumen Penelitian ... 29

1. Tes ... 29

2. Observasi Aktifitas Guru dan Siswa ... 29

3. Jurnal Siswa ... 33

4. Angket ... 34

5. Catatan Lapangan ... 35

D. Prosedur Penelitian ... 35

1. Identifikasi Masalah ... 35

2. Perencanaan Tindakan ... 36

3. Pelaksanaan Tindakan ... 36

4. Pemantauan ... 36


(9)

E. Prosedur Pengolahan Data ... 37

1. Pengumpulan Data ... 38

2. Analisis Data ... 39

3. Katageorisasi Data dan Interpretasi Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

B. Pelaksanaan Siklus I ... 44

1. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 44

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 45

3. Analisis Data Hasil Observasi ... 46

4. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 58

C. Pelaksanaan Siklus II ... 61

1. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 61

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 62

3. Analisis Data Hasil Observasi ... 64

4. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 75

D. Pelaksanaan Siklus III ... 78

1. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 78

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 79

3. Analisis Data Hasil Observasi ... 81

4. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus III... 93

E. Analisis Hasil Angket ... 95

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106


(10)

ix

Lutfah Aminah, 2013

DAFTAR PUSTAKA ... 107 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Observasi Aktivitas Guru ... 30

Tabel 3.2 Observasi Aktivitas Siswa ... 32

Tabel 3.3 Angket Siswa ... 34

Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

Tabel 3.5 Format Penilaian Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 40

Tabel 3.6 Klasifikasi Aspek Kognitif ... 41

Tabel 4.1 Observasi Aktivitas Guru ... 46

Tabel 4.2 Observasi Aktivitas Siswa ... 50

Tabel 4.3 Skor Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 52

Tabel 4.4 Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 53

Tabel 4.5 Jurnal Siswa ... 57

Tabel 4.6 Observasi Aktivitas Guru ... 62

Tabel 4.7 Observasi Aktivitas Siswa ... 66

Tabel 4.8 Skor Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 68

Tabel 4.9 Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 69

Tabel 4.10 Jurnal Siswa ... 73

Tabel 4.11 Observasi Aktivitas Guru ... 78

Tabel 4.12 Observasi Aktivitas Siswa ... 82

Tabel 4.13 Skor Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 84

Tabel 4.14 Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 85


(12)

xi

Lutfah Aminah, 2013

Tabel 4.15 Jurnal Siswa ... 89 Tabel 4.16 Angket Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara dengan

Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata ... 92 Tabel 4.17 Rekapitulasi Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara dengan


(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus ... 100 Grafik 4.2 Persentase Keterampilan Berbicara Siswa dengan


(14)

xiii

Lutfah Aminah, 2013

DAFTAR GAMBAR


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diberikan kemampuan berkomunikasi secara lisan yang dikenal dengan kemampuan berbicara. Kemampuan berkomunikasi tersebut sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Berbicara adalah sebuah sarana atau media bagi setiap individu untuk menuangkan ide, gagasan, dan pemikirannya kepada orang lain.

Mulgrave dalam Tarigan (2008: 15) mengungkapkan bahwa berbicara bukan hanya pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat mengomunikasikan gagasan-gagasannya, dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.

Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan keterampilan yang harus kita kuasai dalam kehidupan kita. Pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan, atau pendapat tentang suatu hal yang kita yakini kebenarannya (Zuhri, 2010: 5). Tanpa berbicara, seseorang akan mengucilkan dirinya sendiri dan terkucil dari lingkungannya. Dengan berbicara pula, seseorang berusaha mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan.

Setiap orang mempunyai potensi dalam berbicara. Akan tetapi, tidak semua orang mampu mencapai tahap terampil dalam berbicara. Hal tersebut terjadi karena tidak semua orang mampu mengasah kemampuan berbicaranya secara maksimal. Seseorang memerlukan adanya praktik untuk dapat mencapai


(16)

2

Lutfah Aminah, 2013

tingkat terampil dalam berbicara. Tarigan (2008: 1) mengatakan bahwa keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Untuk itu, praktik langsung berbicara merupakan cara agar kemampuan berbicara seseorang dapat terlatih dengan mudah.

Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan peralatan vokal seseorang (selaput suara, lidah, bibir, hidung dan telinga) merupakan persyaratan alamiah yang mengizinkannya dapat mereproduksi suatu ragam yang luas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar dan bertanggung jawab dengan melenyapkan problema kejiwaan, seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah (Mukhsin Ahmadi, 1990:18).

Salah satu tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. Namun, dalam realitanya tujuan tersebut belum bisa dicapai secara maksimal. Upaya ke arah pembinaan kemampuan memahami dan mengembangkan gagasan melalui proses berpikir yang terwujud dalam kegiatan membaca, menyimak, berbicara dan menulis pun masih sangat memprihatinkan.

Keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis adalah bagian penting dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan sudah dipelajari di berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA) maupun di Perguruan Tinggi. Namun, hal itu tidak menjamin kemampuan peserta didik untuk bisa menguasai meskipun hanya salah satu di antaranya. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh pendidik khususnya mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia karena empat keterampilan ini tersusun secara klasikal dan hierarki. Jika salah satu di antaranya tidak bisa dikuasai maka yang lainnya pun akan sangat sulit untuk dikuasai.


(17)

3

Contoh, seseorang tidak akan bisa menulis jika siswa tidak rajin membaca dan menyimak untuk menemukan inspirasi dan literatur guna mendukung gagasan yang akan ditulis, ia juga akan sulit berbicara dan bercerita jika ia tidak pernah menyimak dan membaca, akan sangat mustahil jika tidak membaca dan menyimak seseorang bisa menulis dan berbicara, karena sumber dan bahan yang akan ditulis dan dibicarakan hanya bisa ditemukan melalui kegiatan membaca dan menyimak.

Melihat kenyataan di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa keterampilan tertinggi dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah berbicara dan menulis, untuk dapat berbicara dan menulis seseorang secara kompleks harus benar-benar menguasai dua aspek keterampilan sebelumnya. Berbicara dalam hierarki keterampilan Bahasa dan Sastra Indonesia menduduki posisi ketiga yaitu sebesar 24,25%. Hal ini menandakan bahwa berbicara merupakan sesuatu yang diangggap paling sulit oleh setiap orang. Berbicara lebih sulit daripada menyimak dan membaca karena berbicara selain membutuhkan intelejensi yang tinggi juga kecerdasan dan kreatif memainkan kata-kata agar apa yang disajikan menjadi nilai seni sehingga tidak membosankan bagi pendengar, kemudian berbicara juga harus menyesuaikan dengan situasi, kondisi, papan dan jangkauan dengan tidak lepas dari kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia yaitu baku dan tidak bakunya kata yang diucapkan berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) agar apa yang disampaikan benar-benar meyakinkan pendengar.

Spekulasi pemilihan kata dalam berbicara pun juga harus benar-benar diperhatikan, berbicara sangat bergantung dengan aspek pragmatisme, estetisme dan etisme. Ini adalah kaidah yang harus diperhatikan agar apa yang kita bicarakan memiliki nilai positif bagi pendengarnya. Nilai-nilai dan pesan yang akan kita sampaikan dalam berbicara sangatlah tidak terfokus dan memiliki arti jika kita tidak sesuai dengan tiga aspek sebagaimana tersebut.

Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 3 Cimahi khususnya di kelas X-9 pada awal bulan Januari, saat ini masih banyak siswa yang kurang terampil berbicara, apalagi untuk mengungkapkan ide di hadapan teman-temannya dan


(18)

4

Lutfah Aminah, 2013

bercerita di depan kelas atau berdiskusi, mereka seakan enggan, malu, dan kurang percaya diri, bahkan pembelajaran berbicara menjadi suatu yang sangat menyebalkan. Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia masih ada yang menempatkan guru sebagai pusat belajar bagi siswa. Pembelajaran hanya berlangsung satu arah, siswa hanya sebagai penonton dan pendengar sehingga siswa tidak mendominasi pembelajaran di kelas. Guru jarang sekali memberikan tes berbicara pada siswa, guru lebih menekankan pada kegiatan membaca dan menulis. Publikasi resmi SMAN 3 Cimahi dalam laman www.sman3cmi.sch.id juga melaporkan bahwa pelajaran bahasa Indonesia dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.

Dalam sebuah pembelajaran berbicara, siswa sering merasa sulit dalam mengemukakan pendapatnya, baik itu dalam sebuah diskusi, dialog ataupun tanya jawab. Padahal, seperti yang kita ketahui mengemukakan pendapat merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang pembicara sebelum ia dapat terampil dalam berbagai ragam keterampilan berbicara. Oleh karena itu,

penulis memilih pembelajaran mengemukakan pendapat untuk dapat

meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara.

Dalam menghadapi masalah di atas, harus ada tindakan-tindakan dari pihak terkait dalam menyikapi permasalahan tersebut. Upaya yang paling kongkret adalah dengan cara memberikan alternatif pembelajaran yang lebih baik oleh guru agar siswa dapat lebih mudah memahami teknik, metode atau juga ragam keterampilan berbicara sehingga akan diperoleh peningkatan kualitas dari kemampuan berbicara siswa dalam konteks akademik.

Keberanian berbicara siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi guru. Jadi, guru dituntut untuk mampu memotivasi siswa agar berani dalam berbicara. Proses belajar mengajar yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Apabila perasaan siswa saat belajar dalam keadaan yang asyik dan gembira, pintu masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan baik. Oleh karena itu, guru dituntut kreatif dan inovatif dalam mengembangkan teknik-teknik pembelajaran berbicara karena


(19)

5

penggunaan teknik yang kreatif dan inovatif bisa menjadi salah satu faktor pendorong siswa dalam pembelajaran berbicara.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa dalam

kegiatan berbicara adalah menggunakan teknik pembelajaran yang

menyenangkan, yaitu melalui teknik permainan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Permainan merupakan sebuah kegiatan yang memberi peluang kepada anak untuk dapat berswakarya, melakukan dengan menciptakan sesuatu dengan permainan itu dengan dengan tangannya sendiri, baik dilakukan di dalam maupun di luar ruangan.

Berdasarkan kenyataan yang ada, peneliti harus mengadakan penelitian dengan menerapkan teknik pembelajaran, khususnya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Salah satu teknik yang diharapkan dapat menjadi solusi adalah teknik permainan kotak kata.

Melalui permainanan ini siswa diharapkan dapat termotivasi untuk berbicara di depan publik . Teknik permainan ini dipilih karena akan memberikan suasana berbeda terhadap pembelajaran berbicara. Dengan permainan, pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat menyampaikan pendapatnya tanpa ada paksaan dari guru. Dengan demikian, suasana belajar diharapkan dapat tercipta dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Sebagai contoh, penelitian dengan menggunakan teknik permainan pernah diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi oleh Randhiany (2012) dengan judul “Keefektifan Teknik Permainan Kartu Kata dalam Pembelajaran Menulis Puisi Bebas”. Penelitian tersebut menunjukan bahwa teknik permainan yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas.

Selain itu, Iskandar (2005) juga melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Bertanya dengan Teknik Permainan Twenty Question sebagai Proses Belajar Mengajar dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara”. Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik permainan merupakan salah satu teknik yang bisa digunakan untuk pembelajaran berbicara. Hasil penelitian


(20)

6

Lutfah Aminah, 2013

tersebut memberikan gagasan kepada peneliti untuk melakukan penelitian terhadap pembelajaran berbicara menggunakan teknik permainan yang lain. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Pengunaan Teknik Permainan Kotak Kata dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)”.

B. Masalah

Dalam bagian ini peneliti akan memaparkan masalah yang meliputi (1) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, dan (2) rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi permasalah dalam keterampilan berbicara sebagai berikut.

1) Pembelajaran bahasa Indonesia masih berpusat pada guru.

2) Pembelajaran bahasa Indonesia menjadi pembelajaran yang tidak menarik. 3) Pembelajaran berbicara merupakan pembelajaran yang kurang disukai oleh

siswa.

4) Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran belum dikembangkan secara optimal.

5) Guru jarang memberikan praktik dalam pembelajaran berbicara.

6) Teknik pembelajaran yang digunakan guru di sekolah kurang bervariasi.

2. Batasan Masalah

Peneliti membatasi masalah penelitian pada kemampuan berbicara siswa agar mengungkapkan apa yang sebenarnya menjadi tujuan penelitian. Jadi, masalah penelitian ini dibatasi pada penggunaan teknik permainan kotak kata pada pembelajaran berbicara.


(21)

7

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimana perencanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik

permainan kotak kata?

2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik permainan kotak kata?

3) Bagaimana hasil pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik

permainan kotak kata?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.

1) Memeroleh deskripsi perencanaan pembelajaran berbicara dengan

menggunakan teknik permainan kotak kata.

2) Memeroleh deskripsi pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan

menggunakan teknik permainan kotak kata.

3) Memeroleh deskripsi kendala dan hasil pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik permainan kotak kata.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan seseorang pasti memiliki manfaat yang dapat dirasakan orang lain. Manfaat penelitian yang digunakan oleh peneliti di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dalam teori pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran berbicara agar lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga memudahkan siswa memahami pembelajaran.


(22)

8

Lutfah Aminah, 2013

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat baik bagi siswa, guru, peneliti, dan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam hal-hal sebagai berikut.

1) Bagi siswa, penelitian ini dapat bermanfaat karena dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara.

2) Bagi guru, penelitian ini bermanfaat karena penelitian ini memberikan alternatif teknik dalam pembelajaran berbicara yang menyenangkan.

3) Bagi sekolah, penelitian ini akan bermanfaat karena dengan kualitas pembelajaran yang baik akan mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut .

E. Definisi Operasional

Pembelajaran berbicara mengandung arti pembelajaran yang menuntut siswa mampu menyampaikan, mengekspresikan, menyatakan pesan atau gagasan dan perasaaan melalui bahasa lisan kepada lawan bicara. Dalam hal ini, pembelajaran berbicara juga merupakan kesanggupan atau kecakapan berbicara siswa dalam menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat. Siswa dituntut untuk mampu mengungkapkan pendapatnya ketika pembelajaran sedang berlangsung.

Teknik permainan kotak kata merupakan permainan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang bertujuan menguji kemampuan berbicara siswa dengan cara yang menyenangkan tanpa ada tekanan dari guru atau pihak manapun. Permainan kotak kata ini menggunakan kubus dengan sebuah kata kunci, di dalam kubus tersebut berisi sebuah artikel. Artikel tersebut akan digunakan siswa sebagai bahan perdebatan oleh siswa.


(23)

9

F. Anggapan Dasar

Dari penelitian ini, peneliti merumuskan beberapa anggapan dasar yang menjadi landasan peneliti di antaranya sebagai berikut.

1) Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan bahasa yang harus

dimiliki oleh siswa.

2) Keterampilan berbicara membutuhkan latihan, keberanian, dan kepercayaan

diri.

3) Penggunaan teknik yang tepat dapat meningkatkan keikutsertaan siswa dalam


(24)

27

Lutfah Aminah, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berusaha mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan proses produk pengajaran di kelas. Proses pembelajaran ini tidak terlepas dari adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa, materi dan sumber belajar yang digunakan sehingga dalam penelitian ini yang diteliti adalah hasil dan proses belajar siswa.

Penelitian ini dilakukan dalam rangka upaya mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas, yakni pembelajaran dalam menerapkan semua keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan berbicara siswa. Kompetensi berbicara yang akan diambil adalah mengemukakan pendapat.

Mengenai kegiatan pembelajaran yang akan diambil di kelas, akan disesuaikan dengan materi pembelajaran. Kegiatan tiap siklusnya terdiri atas perumusan kembali permasalahan yang dihadapi; memformulasikan alternatif pemecahan, perencanaan, dan persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan observasi pembelajaran serta evaluasi kegiatan dan refleksi.

Proses penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu, (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat tahapan tersebut merupakan sebuah siklus sehingga tahap akan berulang kembali. Hasil dari refleksi menjadi masukan pada perencanaan untuk siklus berikutnya.


(25)

28

Gambar 3.1

Model Visualisasi Bagan PTK, (dikutip dari Arikunto2007: 16)

B. Subjek Penelitian

Sekolah yang dijadikan tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 3 Cimahi. Sekolah ini dipilih karena pada saat ini peneliti sedang melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Subjek penelitiannya yaitu siswa kelas X-9 semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah sebanyak 38 orang yang terdiri atas 21 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Alasan peneliti memilih kelas ini berdasarkan rekomendasi dari

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan


(26)

29

Lutfah Aminah, 2013

guru pamong tentang pembelajaran berbicara siswa di kelas X-9 yang kurang memuaskan.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa instrumen, yaitu tes, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, jurnal siswa, angket, sikap siswa, dan catatan lapangan.

1. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata. Prosedur tes yang digunakan adalah tes akhir yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Sementara itu, hasil belajar siswa pada aspek afektif dan psikomotor diukur melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi.

Berikut ini adalah lembar kerja siswa.

Lembar Kerja Siswa

1) Buatlah data informasi dari artikel tersebut. Anda dapat mencatat informasi-informasi yang diperoleh dari artikel tersebut. Jangan lupa, catat sumbernya!

2) Rumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum dalam

masyarakat dari artikel tersebut!

3) Berikanlah kritik terhadap informasi dalam artikel tersebut sesuai dengan peran yang didapatkan disertai alasan!

4) Kemukakan pendapat anda dengan bahasa yang baik dan benar!

2. Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Secara umum observasi adalah upaya menelusuri segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan atau pun tanpa alat bantu. Hal yang dilakukan dalam observasi ini adalah melihat, mendengar, dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.


(27)

30

Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap observer mengamati setiap perilaku siswa dan guru di kelas dalam menjalankan teknik permainan kotak kata dalam pembelajaran berbicara.

Hal-hal yang diamati dari aktivitas guru selama proses pembelajaran, yaitu:

1) kemampuan membuka pelajaran;

2) sikap guru dalam proses pembelajaran; 3) proses pembelajaran;

4) kemampuan menggunakan media;

5) evaluasi;

6) kemampuan menutup pelajaran.

Berikut adalah lembar observasi aktivitas guru.

Tabel 3.1

Observasi Aktivitas Guru

No Hal yang Diamati Penilaian

1 2 3 4

1 Kemampuan membuka pelajaran

a. Menarik perhatian siswa

b. Menimbulkan motivasi berkaitan dengan materi yang akan diajarkan

c. Memberi acuan bahan yang akan disajikan

d. Membuat kaitan bahan ajar lama dengan yang baru

2 Sikap guru dalam proses pembelajaran

a. Kejelasan suara dalam berkomunikasi dengan

siswa

b. Antusiasme penampilan/mimik

c. Tidak melakukan gerakan yang mengganggu


(28)

31

Lutfah Aminah, 2013

d. Mobilitas posisi dalam penampilan di depan kelas

3 Penguasaan materi pembelajaran

a. Kejelasan memberikan materi pada siswa tentang

pentingnya pembelajaran mengemukakan

pendapat

b. Kejelasan dalam menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengemukakan pendapat

c. Kejelasan dalam menjelaskan langkah-langkah

pembelajaran menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata

4 Skenario pembelajaran

a. Penyajian materi ajar sudah sesuai dengan

langkah-langkah yang tertuang dalam RPP

b. Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi

guru dan siswa yang berpusat pada siswa

c. Antusias dalam menanggapi dan menggunakan

respons dari siswa

d. Cermat dalam memanfaatkan waktu sesuai

dengan alokasi waktu yang direncanakan

5 Kemampuan menggunakan media

a. Memperhatikan prinsip penggunaan jenis media kotak kata

b. Ketepatan saat penggunaan media kotak kata c. Media kotak kata dapat membantu kelancaran

proses pembelajaran

d. Keterampilan dalam memimpin jalannya

permainan

6 Evaluasi

a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek kompetensi


(29)

32

b. Melakukan evaluasi sesuai butir soal yang

direncanakan dalam RPP

c. Melakukan evaluasi sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan dalam RPP

d. Melakukan evaluasi sesuai dengan jenis dan bentuk yang dirancang

7 Kemampuan menutup pelajaran

a. Meninjau kembali materi yang diajarkan

b. Memberikan kesempatan bertanya pada siswa

atau memngungkapkan perasaannya pada saat KBM berlangsung

c. Memberikan tugas ko-kurikuler

d. Menginformasikan bahan atau materi selanjutnya TOTAL

Hal-hal yang harus diamati terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran, yaitu:

1) aktivitas siswa;

2) keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran; 3) perilaku siswa yang tidak sesuai;

4) keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Berikut ini adalah lembar observasi aktivitas siswa.

Tabel 3.2

Observasi Aktivitas Siswa

No Aspek yang diamati Jumlah siswa

1 Aktivitas siswa selama mengikuti PBM:


(30)

33

Lutfah Aminah, 2013

a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru

b. Siswa serius menjalankan permainan kotak kata

c. Siswa merumuskan pendapat setelah membaca artikel

d. Siswa mengemukakan pendapat secara lisan

e. Siswa menanggapi pendapat yang telah dikemukakan

temannya

f. Siswa mengajukan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan.

2 Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan PBM:

a. Melamun

b. Mengobrol dengan teman

c. Melakukan pekerjaan lain

3 Respons siswa terhadap PBM

a. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan sungguh-sungguh

b. Menunjukan sikap/perasaan senang

Dalam melaksanakan observasi ini, peneliti bekerja sama dengan beberapa orang guru pada sekolah yang menjadi tempat penelitian sebagai kolaborator atau peneliti mitra.

3. Jurnal Siswa

Jurnal siswa diberikan kepada siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui respon serta gambaran siswa setelah mendapatkan proses pembelajaran, kemudian data tersebut digunakan dalam upaya perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran berikutnya. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Jurnal Siswa

1) Apa yang kamu dapatkan dari pembelajaran hari ini?


(31)

34

3) Kesulitan apa yang kamu temukan dengan pembelajaran seperti ini?

4) Apa saran kamu untuk pembelajaran yang akan datang?

4. Angket

Angket merupakan teknik mengoleksi data yang digunakan oleh peneliti, kemudian dikembangkan berdasarkan teori yang digunakan. Butir pernyataan dalam angket dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang disusun oleh peneliti.

Angket yaitu cara pengumpulan data melalui sejumlah pernyataan yang disampaikan kepada siswa secara tertulis. Tujuan angket ini adalah untuk mengetahui sejauh mana respon dan perkembangan siswa terhadap penggunaan Teknik Permainan Kotak Kata yang difokuskan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Tabel 3.3 Angket Siswa

No Pernyataan Sangat

Setuju Setuju

Tidak Setuju

1 Pembelajaran berbicara dengan Teknik Permainan

Kotak Kata ini menarik bagi saya

2 Saya merasa senang dengan pembelajaran seperti

ini

3 Pembelajaran seperti ini tidak membosankan

4 Pembelajaran seperti ini memotivasi saya untuk

berani berbicara

5 Pembelajaran ini membantu saya mengeluarkan

ide

6 Saya memahami materi dengan pembelajaran

seperti ini

7 Saya berharap topik lain diajarkan dengan teknik seperti ini


(32)

35

Lutfah Aminah, 2013

pembelajaran berbicara dengan Teknik Permainan Kotak Kata

9 Pembelajaran berbicara dengan Teknik Permainan

Kotak Kata ini membantu saya dalam meningkatkan kemampuan berbicara

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam berbicara dan mengemukakan pendapat selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan ini dibuat guru segera setelah proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini, guru bisa mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran berlangsung.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian mengenai pembelajaran berbicara melalui Teknik Permainan Kotak Kata ini dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang terdiri atas beberapa siklus. Terdapat beberapa tahap yang akan dilakukan dalam prosedur penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan berbicara belum terlaksana dengan baik di sekolah. Hal ini terlihat bahwa masih terdapat beberapa siswa khususnya di kelas X-9 yang keterampilan berbicaranya rendah, baik dilihat dari segi kebahasaan maupun dari segi nonkebahasaannya. Kelemahan pun tidak hanya disebabkan oleh kemampuan siswa saja, melainkan dengan melihat cara guru mengajar yang kurang menarik, tidak merancang, kurang bervariasi, sehingga cenderung monoton dan kurang efektif.

Guru menyambut baik alternatif pemecahan masalah yang diajukan peneliti berkaitan dengan peningkatan keterampilan berbicara siswa. Alternatif


(33)

36

pemecahan masalah tersebut berupa Teknik Permainan Kotak Kata yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran berbicara.

2. Perencanaan atau Persiapan Tindakan

Peneliti berkolaborasi dengan guru melakukan perencanaan dan persiapan tindakan sebelum penelitian dilakukan. Perencanaan dan persiapan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut

a. Menetapkan kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian, yaitu kelas X-9.

b. Membuat Satuan Pelajaran dan Rencana Pengajaran.

c. Membuat pedoman observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas guru

dan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung serta menyusun angket, sikap siswa dan jurnal siswa yang akan diberikan kepada siswa pada setiap akhir pembelajaran.

d. Menentukan alat evaluasi untuk melihat kemampuan berbicara siswa melalui teknik permainan kotak kata.

3. Pelaksanan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan Teknik Permainan Kotak Kata untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya dalam mengemukakan pendapat.

b. Observer mengobservasi pada waktu proses belajar mengajar berlangsung. c. Menyebarkan jurnal siswa dan angket pada akhir pembelajaran.

4. Pemantauan

Pemantauan dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan mulai dari siklus I sampai siklus yang diharapkan tercapai. Pemantauan yang


(34)

37

Lutfah Aminah, 2013

dilakukan dalam satu siklus memberikan pengaruh pada penyusunan tindakan yang dilakukan pada siklus berikutnya. Hasil pemantauan ini didiskusikan bersama guru sehingga menghasilkan refleksi yang berpengaruh pada pelaksanaan selanjutnya. Pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan ini menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah ditetapkan.

5. Refleksi

Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.

Merefleksi adalah proses berpikir untuk melihat kembali aktifitas yang sudah dilakukan untuk mencari solusinya berdasarkan hasil observasi dan temuan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kajian ini disusun rancangan baru untuk diterapkan pada proses pembelajaran berikutnya di kelas.

Adapun langkah-langkah dalam merefleksi tindakan diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi kembali aktivitas yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap siklus.

b. Menganalisis menganalisis pengolahan data hasil evaluasi dan merinci tindakan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

c. Mencari solusi untuk tindakan selanjutnya berdasarkan hasil analisis kegiatan.

E. Prosedur Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh peneliti dalam penelitian diolah dengan mengungkap teknik pengolahan data deskriptif yakni mengolah data dari hasil observasi, wawancara, lembar aktivitas siswa, lembar penilaian dan catatan lapangan. Data tersebut dianalisis dan hasilnya digunakan untuk menggambarkan perubahan aktivitas, kemampuan siswa dan perubahan suasana belajar siswa.


(35)

38

1. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kegiatan pembelajaran berbicara, yaitu setiap aktivitas yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Secara garis besar hasil pengumpulan data dapat diuraikan, yaitu:

1) studi pendahuluan sampai teridentifikasi permasalahan; 2) pelaksanaan analisis dan refleksi terhadap siklus I; 3) pelaksanaan analisis dan refleksi terhadap siklus II; 4) pelaksanaan analisis dan refleksi terhadap siklus III;

5) pelaksanaan analisis dan refleksi sampai siklus yang benar-benar stabil dan berhasil;

6) observasi aktivitas siswa berdasarkan kategori pengamatan yang telah ditetapkan selama siklus I sampai siklus yang benar-benar dianggap berhasil;

7) menganalisis tingkat keterampilan siswa dalam berbicara dengan

menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata.

Adapun jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi data kemampuan berbicara pada saat siswa mengemukakan pendapatnya setelah membaca artikel yang diperoleh dari penilaian selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data kualitatif meliputi aktivitas siswa dan kegiatan guru selama pembelajaran berlangsung.

Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan perhitungan persentase. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 3.4

Teknik Pengumpulan Data

No. Sumber

Data Jenis Data

Teknik Pengumpulan

Data

Instrumen Waktu

1. Siswa Gambaran

kemampuan berbicara Tes kemampuan berbicara menggunakan Teknik Kriteria penilaian kemampuan berbicara Selama proses pembelajaran


(36)

39

Lutfah Aminah, 2013

Permainan Kotak Kata

2. Guru

dan siswa

Aktivitas guru dan siswa

Observasi Pedoman

observasi PBM dan pedoman observasi pada aspek afektif Selama proses pembelajaran

2. Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis melalui beberapa tahap diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Aktivitas Guru

Pengolahan untuk mengukur tingkat relevansi aktivitas guru dalam pembelajaran diolah secara kualitatif langsung melalui penskoran dalam skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi empat kategori, yaitu kurang, cukup, baik, dan baik sekali.

b. Aktivitas Siswa

Pengolahan data untuk mengukur keefektifan siswa selama pembelajaran diolah secara kualitatif dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Penskoran kuantitatif dibagi menjadi lima kategori skala ordinal, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Data untuk mengukur aktivitas siswa selama pembelajaran diolah setelah pengumpulan data yang dilakukan melalui pedoman observasi aktivitas siswa.

c. Hasil Belajar

Pengolahan data untuk aspek kognitif siswa diolah secara kuantitatif langsung melalui penskoran dalam skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah, sedangkan pengolahan data untuk aspek afektif siswa


(37)

40

diolah secara kualitatif, kemudian dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Penskoran kuantitatif untuk aspek afektif siswa dibagi menjadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Adapun kriteria penilaian yang diberikan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Format Penilaian Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata

No Kategori Kriteria Nilai

1 Ketepatan struktur Sangat tepat 5

Tepat 4

Agak tepat 3

Tidak tepat 2

Sangat tidak tepat 1

2 Ketepatan kosakata Sangat tepat 5

Tepat 4

Agak tepat 3

Tidak tepat 2

Sangat tidak tepat 1

3 Kelancaran Sangat lancer 5

Lancar 4

Agak lancar 3

Tidak lancar 2

Sangat tidak lancar 1

4 Kualitas pendapat yang

dikemukakan

Sangat berkualitas 5

Berkualitas 4

Agak berkualitas 3

Tidak berkualitas 2


(38)

41

Lutfah Aminah, 2013

5 Kemampuan menanggapi

pendapat

Sangat kritis 5

Kritis 4

Agak kritis 3

Tidak kritis 2

Sangat tidak kritis 1

Petunjuk penilaian

Penilaian skor untuk masing-masing komponen dilakukan dengan memberikan tanda () pada tingkatan skala yang dianggap cocok.

Data untuk mengukur aktivitas siswa selama pembelajaran diolah setelah pengumpulan data yang dilakukan melalui pedoman observasi aktivitas siswa.

Tabel 3.6

Klasifikasi Aspek Kognitif Rentang Skor Kategori

> 80% Sangat baik

60% - 79,99% Baik

40% - 59,99% Cukup

20% - 39,99% Kurang

0% - 19,99% Sangat kurang

(Natsir, 1997: 23)

Pengolahan data untuk aspek kognitif siswa diolah secara kuantitatif langsung melalui penskoran skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Beberapa klasifikasi aspek kognitif siswa sebagai berikut.

3. Kategorisasi Data dan Interpretasi Data

Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan fokus penelitian. Kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan. Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu:

1) mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan;


(39)

42

3) menganalisis data berupa hasil belajar siswa dari setiap tindakan untuk mengetahui keberhasilan penelitian yang telah dilakukan;

4) menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dengan cara menghitung persentase tiap kategori untuk setiap tindakan yang dilakukan oleh observer dan menghitung persentase dari pengamat.

Presentase Aktivitas Guru

Persentase Aktivitas Siswa

5) menganalisis jurnal kesan dengan mengelompokkan kesan pendapat siswa ke

dalam kelompok komentar sangat setuju, setuju dan tidak setuju. Kemudian dihitung jumlah frekuensinya dan langkah selanjutnya dipersentasekan.

Presentase


(40)

106

Lutfah Aminah, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis metode penelitian yang tepat untuk mengantisipasi permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Melalui metode penelitian ini, guru dapat membuat inovasi baru dalam mengatasi proses pembelajaran di kelas. Setiap penemuan tersebut dikembangkan menjadi suatu pemecahan masalah yang tidak hanya dihadapi oleh guru yang bersangkutan, tetapi menjadi suatu penawaran pemecahan masalah yang dihadapi para pengajar lainnya. Begitu pula dengan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa di SMA Negeri 3 Cimahi. Penelitian ini pun berusaha memberikan jalan pemecahan pembelajaran mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata.

Perencanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada tahap perencanaan Teknik Permainan Kotak Kata, guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan kondisi kebutuhan siswa dengan memperhatikan alokasi waktu yang tepat. Selain itu menyiapkan materi ajar yang dapat menunnjang pengetahuan dan peningkatan kemampuan siswa dalam berbicara yaitu cara mengemukakan pendapat. Guru juga menyiapkan artikel sebagai bahan diskusi yang berisi informasi yang menarik dan dikuasai siswa agar dapat memudahkan dan memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat.

Pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata terhadap siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Cimahi berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pada skor dan dari penilaian observer yang mengamati kegiatan pembelajaran di kelas. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata adalah sebagai berikut :


(41)

107

a. siswa bertanya jawab tentang materi mengemukakan pendapat berupa

kritikan terhadap artikel;

b. siswa menyimak penjelasan konsep Teknik Permainan Kotak Kata, serta aturan mainnya;

c. kelas dibagi menjadi 6 kelompok yang heterogen;

d. perwakilan kelompok mengambil sebuah kotak kata di depan kelas;

e. di dalam kotak kata tersebut terdapat sebuah artikel dan 12 kupon pendapat; f. di luar kotak kata tersebut terdapat sebuah peran yang akan diperankan oleh

siswa ketika mengemukakan pendapatnya;

g. setiap anggota kelompok mendapat dua kupon pendapat dan sebisa mungkin

harus menggunakan kupon tersebut untuk berpendapat;

h. setiap anggota kelompok mengidentifikasi isi dari artikel tersebut;

i. setelah waktu yang ditentukan untuk berdiskusi habis maka setiap anggota kelompok bersiap untuk mengemukakan pendapatnya masing-masing;

j. setiap anggota kelompok yang memberikan pendapatnya dan menyimpan

kupon di tengah-tengah meja diskusi;

k. anggota kelompok lain boleh menanggapi setiap pendapat yang ada di kelas dengan ketentuan yang sama;

l. setelah semua siswa selesai menyampaikan pendapatnya, guru memberikan hadiah untuk pemenang yang menghabiskan kupon pendapat paling banyak; m. guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.

Berdasarkan hasil penelitian, data menunjukkan bahwa kemampuan berbicara siswa dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari skor yang diperoleh siswa mulai dari siklus I sampai siklus III. Peningkatan ini dapat diketahui berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh ketika siswa melakukan proses pembelajaran mengemukakan pendapat dengan menggunakan media artikel. Pada siklus I jumlah siswa yang mau mengemukakan pendapatnya secara lisan di depan kelas sebanyak 20 siswa atau 52,63%. Pada siklus II jumlah siswa yang mau mengemukakan pendapatnya secara lisan di depan kelas mengalami peningkatan sebesar 15,94%, yaitu sebanyak 24 siswa dengan


(42)

Lutfah Aminah, 2013

108

persentase 68,57%. Namun peningkatan ini masih belum maksimal, maka dilaksanakan tindakan siklus III. Pada siklus III jumlah siswa yang mengemukakan pendapat secara lisan di depan kelas mengalami peningkatan sebesar 17,54%, yaitu sebanyak 31 siswa dengan persentase 86,11%. Peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat juga diikuti dengan peningkatan rata-rata aktivitas siswa selama pembelajaran. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 53,50%, aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,11%, dengan rata-rata persentase yang diperoleh pada siklus II sebesar 67,61%, dan pada siklus III, rata-rata aktivitas siswa meningkat sebesar 13,77% dari siklus II, yaitu 81,38%.

Berdasarkan data hasil observasi pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III terjadi peningkatan yang cukup berarti dalam proses pembelajaran. Respon dan motivasi siswa untuk belajar mengemukakan pendapat di depan umum menunjukkan respon positif. Hal ini ditunjukkan dengan keseriusan siswa dalam memperbaiki kesalahan dan kekurangan pada setiap siklus pembelajaran. Mereka berusaha mengeluarkan pendapat dan gagasannya ketika mengemukakan pendapat dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dan memperhatikan unsur-unsur kebahasaan dan nonkebahasaan.

Peneliti selalu mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan melakukan refleksi. Dari hasil refleksi ini diperoleh gambaran mengenai kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki dan ditingkatkan untuk keberhasilan siswa. Keberhasilan siswa tersebut diperoleh berdasarkan data

kuantitatif hasil kemampuan siswa mengemukakan pendapat selama

pembelajaran.

Berdasarkan uraian data di atas, penelitian mengenai pembelajaran mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata terhadap siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Cimahi telah menimbulkan beberapa perubahan berikut ini.

1) Siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran berbicara dan belajar mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak


(43)

109

Kata. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat pada setiap siklusnya.

2) Kemampuan berbicara siswa dalam menggunakakan bahasa yang efektif

mulai dapat diperbaiki dengan melakukan pengoreksian oleh guru ketika siswa mengemukakan pendapat secara lisan. Pada siklus III guru sudah dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dan siklus II.

3) Siswa menjadi lebih berani untuk berbicara, khususnya mengemukakan

pendapat di depan umum. Dengan Teknik Permainan Kotak Kata ini siswa lebih berani mengemukakan pendapatnya karena tidak ada paksaan dari guru atau pihak manapun, sehingga siswa yang tadinya tidak mau berpendapat akhirnya bisa mengemukakan pendapatnya dengan baik.

4) Pembelajaran dengan Teknik Permainan Kotak Kata ini membuat

pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan hal ini ditunjukan dengan keseriusan dan smangat siswa dalam mengemukakan pendapat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran berbicara menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata, peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut.

1) Teknik Permainan Kotak Kata telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan

berbicara siswa. Oleh karena itu, guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menggunakan teknik ini sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan pembelajaran berbicara khususnya mengemukakan pendapat.

2) Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut terutama pada penelitian pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyarankan untuk dilakukan penelitian pada aspek kebahasaan lainnya, misalnya pada aspek menulis dengan memvariasikan Teknik Permainan Kotak Kata dengan teknik lain yang mendukung.


(44)

110

Lutfah Aminah, 2013

Penggunaan Teknik Permainan Kotak Kota Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsjad, Maidar G dan Mukti U. S, (1988), Pembinaan Kemampuan Berbicara

Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Dananjaya, Utomo. (2010). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Iskandar. (2005). Kemampuan Bertanya dengan Teknik Permainan Twenty

Question Sebagai Proses Belajar Mengajar dalam Upaya Meningkatkan

Keterampilan Berbicara. FPBS UPI. Tidak Diterbitkan.

Nurgiyantoro, Burhan. (1998). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Parera, Jos Daniel. (2008). Belajar Mengemukakan Pendapat Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Randhiany, Nurfitry. (2012). Keefektifan Teknik Permainan Kartu Kata dalam Pembelajaran Menulis Puisi Bebas. FPBS UPI. Tidak Diterbitkan. Subana dan Sunarti. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia

Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung:

Pustaka Setia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparjono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.


(1)

42

3) menganalisis data berupa hasil belajar siswa dari setiap tindakan untuk mengetahui keberhasilan penelitian yang telah dilakukan;

4) menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dengan cara menghitung persentase tiap kategori untuk setiap tindakan yang dilakukan oleh observer dan menghitung persentase dari pengamat.

Presentase Aktivitas Guru

Persentase Aktivitas Siswa

5) menganalisis jurnal kesan dengan mengelompokkan kesan pendapat siswa ke dalam kelompok komentar sangat setuju, setuju dan tidak setuju. Kemudian dihitung jumlah frekuensinya dan langkah selanjutnya dipersentasekan. Presentase


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis metode penelitian yang tepat untuk mengantisipasi permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Melalui metode penelitian ini, guru dapat membuat inovasi baru dalam mengatasi proses pembelajaran di kelas. Setiap penemuan tersebut dikembangkan menjadi suatu pemecahan masalah yang tidak hanya dihadapi oleh guru yang bersangkutan, tetapi menjadi suatu penawaran pemecahan masalah yang dihadapi para pengajar lainnya. Begitu pula dengan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa di SMA Negeri 3 Cimahi. Penelitian ini pun berusaha memberikan jalan pemecahan pembelajaran mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata.

Perencanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada tahap perencanaan Teknik Permainan Kotak Kata, guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan kondisi kebutuhan siswa dengan memperhatikan alokasi waktu yang tepat. Selain itu menyiapkan materi ajar yang dapat menunnjang pengetahuan dan peningkatan kemampuan siswa dalam berbicara yaitu cara mengemukakan pendapat. Guru juga menyiapkan artikel sebagai bahan diskusi yang berisi informasi yang menarik dan dikuasai siswa agar dapat memudahkan dan memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat.

Pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata terhadap siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Cimahi berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pada skor dan dari penilaian observer yang mengamati kegiatan pembelajaran di kelas. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata adalah sebagai berikut :


(3)

107

a. siswa bertanya jawab tentang materi mengemukakan pendapat berupa kritikan terhadap artikel;

b. siswa menyimak penjelasan konsep Teknik Permainan Kotak Kata, serta aturan mainnya;

c. kelas dibagi menjadi 6 kelompok yang heterogen;

d. perwakilan kelompok mengambil sebuah kotak kata di depan kelas;

e. di dalam kotak kata tersebut terdapat sebuah artikel dan 12 kupon pendapat; f. di luar kotak kata tersebut terdapat sebuah peran yang akan diperankan oleh

siswa ketika mengemukakan pendapatnya;

g. setiap anggota kelompok mendapat dua kupon pendapat dan sebisa mungkin harus menggunakan kupon tersebut untuk berpendapat;

h. setiap anggota kelompok mengidentifikasi isi dari artikel tersebut;

i. setelah waktu yang ditentukan untuk berdiskusi habis maka setiap anggota kelompok bersiap untuk mengemukakan pendapatnya masing-masing;

j. setiap anggota kelompok yang memberikan pendapatnya dan menyimpan kupon di tengah-tengah meja diskusi;

k. anggota kelompok lain boleh menanggapi setiap pendapat yang ada di kelas dengan ketentuan yang sama;

l. setelah semua siswa selesai menyampaikan pendapatnya, guru memberikan hadiah untuk pemenang yang menghabiskan kupon pendapat paling banyak; m. guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.

Berdasarkan hasil penelitian, data menunjukkan bahwa kemampuan berbicara siswa dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari skor yang diperoleh siswa mulai dari siklus I sampai siklus III. Peningkatan ini dapat diketahui berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh ketika siswa melakukan proses pembelajaran mengemukakan pendapat dengan menggunakan media artikel. Pada siklus I jumlah siswa yang mau mengemukakan pendapatnya secara lisan di depan kelas sebanyak 20 siswa atau 52,63%. Pada siklus II jumlah siswa yang mau mengemukakan pendapatnya secara lisan di depan kelas mengalami peningkatan sebesar 15,94%, yaitu sebanyak 24 siswa dengan


(4)

persentase 68,57%. Namun peningkatan ini masih belum maksimal, maka dilaksanakan tindakan siklus III. Pada siklus III jumlah siswa yang mengemukakan pendapat secara lisan di depan kelas mengalami peningkatan sebesar 17,54%, yaitu sebanyak 31 siswa dengan persentase 86,11%. Peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat juga diikuti dengan peningkatan rata-rata aktivitas siswa selama pembelajaran. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 53,50%, aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,11%, dengan rata-rata persentase yang diperoleh pada siklus II sebesar 67,61%, dan pada siklus III, rata-rata aktivitas siswa meningkat sebesar 13,77% dari siklus II, yaitu 81,38%.

Berdasarkan data hasil observasi pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III terjadi peningkatan yang cukup berarti dalam proses pembelajaran. Respon dan motivasi siswa untuk belajar mengemukakan pendapat di depan umum menunjukkan respon positif. Hal ini ditunjukkan dengan keseriusan siswa dalam memperbaiki kesalahan dan kekurangan pada setiap siklus pembelajaran. Mereka berusaha mengeluarkan pendapat dan gagasannya ketika mengemukakan pendapat dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dan memperhatikan unsur-unsur kebahasaan dan nonkebahasaan.

Peneliti selalu mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan melakukan refleksi. Dari hasil refleksi ini diperoleh gambaran mengenai kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki dan ditingkatkan untuk keberhasilan siswa. Keberhasilan siswa tersebut diperoleh berdasarkan data kuantitatif hasil kemampuan siswa mengemukakan pendapat selama pembelajaran.

Berdasarkan uraian data di atas, penelitian mengenai pembelajaran mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata terhadap siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Cimahi telah menimbulkan beberapa perubahan berikut ini.

1) Siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran berbicara dan belajar mengemukakan pendapat dengan menggunakan Teknik Permainan Kotak


(5)

109

Kata. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat pada setiap siklusnya.

2) Kemampuan berbicara siswa dalam menggunakakan bahasa yang efektif mulai dapat diperbaiki dengan melakukan pengoreksian oleh guru ketika siswa mengemukakan pendapat secara lisan. Pada siklus III guru sudah dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dan siklus II. 3) Siswa menjadi lebih berani untuk berbicara, khususnya mengemukakan

pendapat di depan umum. Dengan Teknik Permainan Kotak Kata ini siswa lebih berani mengemukakan pendapatnya karena tidak ada paksaan dari guru atau pihak manapun, sehingga siswa yang tadinya tidak mau berpendapat akhirnya bisa mengemukakan pendapatnya dengan baik.

4) Pembelajaran dengan Teknik Permainan Kotak Kata ini membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan hal ini ditunjukan dengan keseriusan dan smangat siswa dalam mengemukakan pendapat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran berbicara menggunakan Teknik Permainan Kotak Kata, peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut.

1) Teknik Permainan Kotak Kata telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Oleh karena itu, guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menggunakan teknik ini sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan pembelajaran berbicara khususnya mengemukakan pendapat.

2) Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut terutama pada penelitian pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyarankan untuk dilakukan penelitian pada aspek kebahasaan lainnya, misalnya pada aspek menulis dengan memvariasikan Teknik Permainan Kotak Kata dengan teknik lain yang mendukung.


(6)

110

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsjad, Maidar G dan Mukti U. S, (1988), Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Dananjaya, Utomo. (2010). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Iskandar. (2005). Kemampuan Bertanya dengan Teknik Permainan Twenty Question Sebagai Proses Belajar Mengajar dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara. FPBS UPI. Tidak Diterbitkan.

Nurgiyantoro, Burhan. (1998). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Parera, Jos Daniel. (2008). Belajar Mengemukakan Pendapat Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Randhiany, Nurfitry. (2012). Keefektifan Teknik Permainan Kartu Kata dalam Pembelajaran Menulis Puisi Bebas. FPBS UPI. Tidak Diterbitkan. Subana dan Sunarti. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia

Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparjono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

7 59 127

Analisis Tingkat kognitif Soal Pilihan Ganda pada Buku Teks Ekonomi untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Jember

0 10 2

ENGARUH PEMAHAMAN MATERI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMK Negeri 3 Jember Tahun Ajaran 2010/2011)

0 6 6

Campur Kode pada Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014

0 35 167

EFEKTIFITAS TEKNIK PERMAINAN ACAK KATA BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS XI SMA N 2 DEMAK

4 38 118

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PROTISTA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMA N 12 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013)

1 9 52

PENDEKATAN I-TESA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN SIKAP POSITIF TERHADAP MATEMATIKA DAN HASIL BELAJAR TEOREMA PYTHAGORAS Suatu Peneltian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 25 Tahun Pelajaran 20092010

0 0 13

Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Adversitas terhadap Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 8 Surakarta

0 0 157

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEDIA SITUS PERADABAN DUNIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X IIS 3 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

1 1 14

Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

1 2 38