EFEKTIFITAS TEKNIK PERMAINAN ACAK KATA BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS XI SMA N 2 DEMAK

(1)

i

EFEKTIFITAS TEKNIK PERMAINAN ACAK KATA

BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN

BERBICARA PADA SISWA KELAS XI SMA N 2 DEMAK

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nama : Annys Alcorina

NIM : 2301411015

Progam Studi : Pendidikan Bahasa Prancis Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Selalu ada kesempatan bagi orang-orang yang ingin berjuang.

2. Masa depan itu ada bagi orang yang percaya akan mimpi-mimpi mereka.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Ibu dan adikku tercinta.

2. Teman-temanku seperjuangan angkatan 2011.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas limpahan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Efektifitas Teknik Permainan Acak Kata Bergambar dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara pada Siswa keelas XI SMA N 2 Demak” berhasil penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun dan diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis, Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini tentu tidak mungkin terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberi kesempatan untuk mengadakan penelitian ini.

2. Dr. Sri Rejeki Urip, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan kemudahan dalam menyusun skripsi.

3. Tri Eko Agustiningrum, S.Pd., M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis.

4. Dra. Diah Vitri W., DEA, selaku dosen pembimbing I dan Eko Agustiningrum, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing II yang dengan tulus dan penuh kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan selama proses penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

5. Para pengajar Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Staf perpustakaan maupun TU Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

7. Guru Bahasa Prancis SMA N 2 Demak dan Siswa kelas XI IPS yang telah menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Ibuku yang selalu memberikan kasih sayang melalui dukungan dan doa dalam setiap langkahku. Adikku, Anugrah Bagus Nursukma yang selalu memberikan semangat. Semangat baruku, Mas Bagus Satria yang senantiasa memberi semangat menyelesaikan skripsi ini. Mohammad Abdul Majid yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Sahabat-sahabatku Yuli,Sinur, Pibib, Apipi yang senantiasa memberiku semangat dan hiburan.

9. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Bahasa Prancis 2011 yang selalu memberikan saran, bantuan, dan hiburan.

10. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam lembar ini, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tentu saja kekurangan dan kesilapan tersebut hanyalah disebabkan oleh kekurangan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran penulis butuhkan untuk perbaikan skripsi ini.

Semarang, 17 Mei 2016 Penulis


(8)

viii SARI

Alcorina, Annys. 2016. Efektifitas Teknik Permainan Acak Kata Bergambar dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara pada Siswa kelas XI SMA N 2 Demak. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: 1. Dra. Diah Vitri W, DEA, II. Tri Eko Agustiningrum S.pd., M.pd.

Kata Kunci : Berbicara, Media, Kartu.

Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Prancis karena berbicara merupakan media atau sarana untuk mengungkapkan isi pikiran lewat lisan. Oleh karena itu guru harus mencari cara agar pembelajar termotivasi dalam pembelajaran berbicara dan dapat mengungkapkan kalimat secara lisan dengan baik dan benar. Ada banyak cara untuk mengajarkan keterampilan berbicara. Salah satunya yaitu dengan menggunakan teknik permainan acak kata bergambar. Penelitan ini bertujuan menguji kefektifan teknik permainan acak kata bergambar dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas XI SMA N 2 Demak.

Responden dalam penelitian ini sebanyak 28 siswa, yaitu siswa kelas XI IPS 4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode tes. Tes diberikan kepada siswa pada akhir pertemuan setelah diberi pembelajaran menggunakan teknik permainan acak kata bergambar. Validitas tes dalam penelitian ini adalah validitas isi. Guna menguji reliabilitias tes dalam penelitian ini digunakan teknik pengulangan tes (test-retest), yaitu dengan cara memberikan tes yang sama dua kali kepada responden yang sama. Hasil tes pertama dan kedua dikorelasikan dengan menggunakan rumus korelasi product moment.

Hasil analisis menunjukkan bahwa melalui penerapan teknik permainan acak kata bergambar pada siswa kelas XI SMA N 2 Demak mempunyai pengaruh dalam pembelajaran berbicara bahasa Prancis . hal itu dapat dilihat dari hasil nilai yang dicapai responden pada tes yaitu dengan nilai rata-rata 78.0 dengan nilai tertinggi 95 dan terendah 60. Berdasarkan pada standar kriteria penilaian atau KKM di SMA yaitu 75, nilai rata-rata 78.0 termasuk dalam kategori Baik. Namun dari perhitungan nilai ketuntasan belajar siswa dalam kelas ekperimen adalah 75% yang artinya tidak tuntas sesuai dengan standar Kriteria Ketuntasan klasikal yaitu 85% . Nilai persentase siswa lebih kecil dari standar kriteria ketuntasan klasikal yaitu 75%<85%, sehingga hipotesis “Teknik Permainan Acak Kata Bergambar efektif dalam pembelajaran berbicara bahasa Prancis di SMA N 2 Demak” tidak diterima.


(9)

ix ARTICLE

L’EFFICACITÉ DE LA TECHNIQUE DE JEU AUX CARTES DANS

L’APPRENTISSAGE DE LA PRODUCTION ORALE AU XI DU SMA NEGERI 2 DEMAK

Annys Alcorina,

Diah Vitri Widayanti, DEA, Tri Eko Agustiningrum, S.pd, M.pd.

Programme de la didactique du Français Langue Étrangère (FLE). Département des Langues et des Littératures Étrangères, Faculté des Langues et des Arts,

Université d’État Semarang ABSTRACT

The purpose of this research is to describe the effectiveness of the flash card game technique. Game represents one of teaching techniques which can be used in learning the french language. This research used the research quasi experimental which has two variables and use the control group one shot case study desain. The subject of the research is the students XI Ips 4 of SMA N 2 Demak. The amount of the subject is about 28 students. The data are collected by the documentation, then the test is used to know the students ability in speaking. Based on the research, the result (test = 75% <KB = 85%) There is significant differences in the ability of speaking among before and after using the flash card game technique. The research results about the implementation of the flash card game technique is not effectively proved. So it can be concluded that the use of the flash card game technique are no more effective in learning the french spoken language.


(10)

x Abstrait

La technique de jeu aux cartes dans l’apprentissage de la production orale est une technique d’apprentissage qui a un objectif de motiver des étudiants à parler. C’est une recherche “Quasi Experimentale” ayant deux variables : la variable indépendante (technique du jeux aux cartes) et la variable dépendante (la production orale). Cette recherche utilise la méthode one shot case study design. Les sujets dans cette recherche sont les lycéens du deuxieme du SMA N 2 Demak. XI IPS 4 est la classe d’expérimentale (28 lycéens). J’utilise la méthode de la documentation et le test pour collecter les données de la recherche. La validité est validité de contenu, et j’utilise la formule de Product-moment pour savoir la fiabilité du l’instrument. Le resultat moyen du test est plus petit que “Ketuntasan Belajar(KB) klasikal” (test = 75% < KB = 85%). C’est-à-dire qu’il y a une différences significatives des compétences de la production orale. Alors, on peut conclure que l’utilisation de la technique de jeu aux cartes dans l’aprentissage de la production orale du français est moins efficace.


(11)

xi Introduction

L’enseignement de la langue étrangère est important. La langue est un symbole de son qui est produit par l’organe de la parole. Les gens sont besoin de la langue pour communiquer, intéragir et exprimer des opinions et des suggestions. Le français est l’une des langues étrangères enseignées au lycée, les lycéens devraient apprendre les quatre compétences : 1) la compréhension orale, 2) la compréhension écrite, 3) la production orale, 4) la production écrite.

La production orale est la compétence d’articuler un mots pour exprimer, prononcer, dire des expressions, des pensées, des idées et des sentiments. Selon Bellenger (1996:110), “l’expression orale est un aiguillon capital de plusieurs enjeux de la vie : la qualité de nos relations humaines, la mise en valeur de notre compétence professionnelle, notre propre développement personnel comme notre équilibre psychique, notre ascendant et notre aptitude à persuader”. Alors, la production orale joue un rôle important pour vivre dans la société. En réalité, les lycéens ont encore des difficultés à utiliser le vocabulaire pour construire des phrases pour parler. C’est pourquoi, il est important de trouver un moyen qui facilite les lycéens dans l’apprentissage. Les professeur doivent motiver les lycéens pour qu’ils soient plus actives.

L’utilisation des médias d’apprentissage est nécessaire dans les activités d’apprentissage pour faciliter l’activité d’apprentissage. Selon Sadiman (2003


(12)

xii

: 102), le média est toutes les choses qui apportent ou écoulent l’information entre l’émetteur et le récepteur. Selon Briggs le média d’apprentissage est la facilité physique pour transmettre les matières soit des livres, des films, des video, et des image. Dans ce cas j’utilise le media des images pour amélorer la competence de la production orale.

Dans cette recherche, j’applique le jeu aux cartes pour enseigner la production orale. Ce média a le but d’augmenter l’intérêt des lycéens d’apprendre le françis. Ils doivent être plus active dans la classe. Selon Huizinga, cité par Sopiawati (2010:136), le jeu permet de proposer une grande variété de situations motivantes et familières, de modifier le rythme d’un cours et relancer l’intérêt des apprenants, d’apporter aux apprenant un moment où ils s’approprient l’action, de faire répéter et réutiliser de façon naturelle des structures, du vocabulaire, d’améliorer les compétences de prononciation et de compréhension par une mise de situation, d’obtenir une attention et une implication de l’ensemble des apprenants, et de faire participer les apprenants timides ou inquiet.

Cette recherche a le but de savoir l’efficacité d’utilisation des cartes dans l’apprentissage de production orale. Avec 15 cartes carrées, sur lesquelles figurent une image des membres de la famille et un mot, dont la mesure est de 6x8 cm, l’enseignant enseigne la production orale. En les utilisant, le professeur de français peut animer la classe. Les lycéens peuvent apprendre en jouant aussi. Le jeu permet aux lycéens de se concentrer à l’apprentissage. Exemple de ces cartes :


(13)

xiii Le déroulement du jeux :

1. Chaque lycéen doit prendre une carte.

2. Chaque lycéen doit observer bien le dessin et le mot.

3. Chaque lycéen doit faire un dialogue avec leurs amie/amis (faire cinq phrases)pour présenter les membres de famille.

4. Chaque lycéen doit utiliser les informations sur la carte pour demander l’identité (le nom, la profession, l’âge, l’addresse). 5. Chaque lycéen doit utiliser les adjectifs qualificatifs (beau, belle

,petit, grand, mince, etc.).

Par exemple : A : Qui est-ce ? B : C’est mon beau frère A : Comment s’appelle-t-il ? B : Il s’appelle Junaedi A : Quelle est sa profession ? B : Il est jurnaliste A : Quel âge a-t-il ? B : Il a 40 ans A : Où habite-t-il ? B: Il habite à Jakarta A : Est-ce qu’il est beau ? B : Oui, il est beau.

L’objectif majeur de cet article est de savoir l’efficacité de la technique de jeu aux cartes dans l’apprentissage de la production orale.


(14)

xiv Methode de La Recherche

La variable indépendante de cette recherche est le technique d’enseignement de la production orale en utilisent les cartes. La variable dépendante de cette recherche est la performance des lycéens de la classe XI Ips 4. Comme la population est homogène, cette recherche utilise un échantillon d’une classes. Cette recherche utilise la méthode one shote case study design.

Pour analyse les donnés, j’utilise la méthode de documentation pour obtenir le nom et le nombre des étudiants et la méthode de test pour savoir la compétence de la production orale des lycéens.

Pour examiner la fiabilité, je fais un test pour six lycéens avec le technique

test-retest. Je compte le résultat de test avec la formule product moment.

C’est pour avoir la fiabilité du test. Efficacité de Média

Pour savoir la performance des lycéens XI Ips 4, je teste les 28 lycéens.

No Responden Nilai

Post-test

Post-test

1 Al hadidi 7,5 75

2 Candra 7,5 75

3 Fahrizal 7,0 70

4 Faizal 7,0 70

5 Fauzi 6,0 60

6 Heru 6,0 60

7 Joko 8,0 80


(15)

xv

9 Sahrul 7,0 70

10 Atika 8,0 80

11 Ayunika 7,5 75 12 Ferlita 8,5 85

13 Indah 7,5 75

14 Ita 7,5 75

15 Lenia 7,0 70

16 Lina 8,5 85

17 Lutfi 8,5 85

18 Miftakul 8,5 85 19 Miftakhah 7,5 75

20 Nevia 8,5 85

21 Novinia 8,5 85

22 Nuris 8,5 85

23 Rima 7,5 75

24 Rina 9,5 95

25 Risma 8,0 80

26 Sofia 8,5 85

27 Sri 8,5 85

28 Ulva 8,0 80

Rata-rata 78.0

Le résultat moyen du test est plus grand que KKM (test= 78.0 > KKM = 75). La meilleure note de test est de 95, la pire est de 60 et la moyenne est de 78.0. Les lycéens sont dans la catégorie bien. Mais, selon Depdikbud, le “Kriteria Ketuntasan Belajar (KB) Klasikal” est 85%. Dans cette recherche le KB est 75%. Alors le résultat de KB est plus petit que KB Klasikal ( 75%<85%) Cela veut dire que le résultat de test montre que l’apprentissage de la production orale avec les cartes des mots est moins efficace.


(16)

xvi

Selon cette recherche, le dialoque entre les étudiants en utilisant le jeu aux cartes, on peut conclure que les étudiants peuvent dialoguer bien qu’il y ait des petits fautes, par exemple : les erreurs des vocabulaires, les étudiants font des erreurs d’utilisation de verbe être et avoir, par exemple : elle a professeur, il est vingt ans, elle a jolie, etc. Mais il y a des étudiants qui font des erreurs prononciation des phrases, comme “elle est chanteuse”, prononcé “ elle est chanteurse”. Alors il faut qu’ils fassent beaucoup des exercices de prononciation.

Conclusion

Selon le résultat, l’utilisation de la technique de jeu aux cartes anime la classe et en plus les lycéens deviennent enthousiastes pour apprendre le français. Cela se voit de la competence de production orale des lycéens de SMAN 2 Demak sont dans la catégorie bien. le résultat moyen du test est de 78.0 grâce à l’utilisation la technique de jeu aux cartes. Mais le résultat de KB est plus petit que KB Klasikal ( 75%<85%) Cela veut dire que le résultat de test montre que l’apprentissage de la production orale avec les cartes des mots est moins efficace.

Remerciement

Premièrement, je remercie Allah, je remercie mes parents qui me prient toujours pour mes succés. Puis, je remercie mon frère qui me donne l’esprit à finir mon mémoire. Ensuite je remercie mes professeurs madame Vivi et madame Titin qui m’ont donné la motivation. Enfin, je remercie les lycéens


(17)

xvii

de la classe XI Ips 4 du SMA N 2 Demak. Et mes amis du programme de pédagogie du français 2011.

Bibliographie

Arsyad, A (2011). Media Pembelajaran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Bellenger, Lionel. 1996. L’Expression Orale : Une approche nouvelle de la parole expressive. Paris : ESF éditeur.

Eviyanti. 2012. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Prancisdengan Menggunakan Jeux”.

Mahriyuni. 2008. “Penggunaan Teknik Permainan dalam

pengembangan kosakata untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Prancis SMA N 2 Medan”.Universitas Negeri Medan.

Sadiman, Arif. et al 2003. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan Dan Pemanfaatannya). Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sopiawati.2010. “Efektifitas Teknik Permainan Ular Tangga dalam Pembelajaran Bahasa Jepang”. Skripsi. Universitas Pendidikan


(18)

xviii DAFTAR ISI

JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viiii

ABSTRAK... ix

ARTICLE... x

DAFTAR ISI... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

DAFTAR TABEL... xxi

DAFTAR GAMBAR... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah …..……… 5

1.3Tujuan Penelitian ...……… 6

1.4Manfaat Penelitian …...……… 6

BAB II LANDASAN TEORI………...…………... 8

2.1Kajian Pustaka………....…………... 8

2.2Media Permainan Kartu Kata Bergambar... 10


(19)

xix

2.4Kerangka Pikir...………... 29

2.5Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN...………...…… 31

3.1Pendekatan Penelitian ...………...….. 31

3.2Variabel Penelitian ...…………...…... 31

3.3Populasi dan sampel ...………... 31

3.4Metode Pengumpulan Data...………...….. 32

3.5Instrumen Penelitian ...………... ... 32

3.6Validitas dan Reliabilitias ...………... 36

3.7Pelaksanaan Penelitian... 38

3.8Sistem penelitian... 39

3.9Kriteria Skor Penilaian... 41

3.10Teknik Analisis Data... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 46

4.1Subjek Penelitian...……... 46

4.2Hasil Nilai test... 47

4.3Analisis Data... 48

4.4Analisis Media Kartu Bergambar... 50

BAB V PENUTUP... ... 62

5.1Simpulan... 62

5.2Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA ……… 64 LAMPIRAN


(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-lampiran Lampiran 1 RPP

Lampiran 2 Instrumen Penelitian Lampiran 3 Contoh transkrip berbicara Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 5 Surat-surat


(21)

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen... 33 Tabel 3.8 Sistem Penilaian... 39 Tabel 3.9 Kriteria Skor Penilaian ... 41


(22)

xxii DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gambar Media Pembelajaran ayah ... 51 Gambar 4.2 Gambar Media Pembelajaran Ibu... 52 Gambar 4.3 Gambar Media Pembelajaran saudara laki-laki... 52 Gambar 4.4 Gambar Media Pembelajaran Saudara Perempuan... 53 Gambar 4.5 Gambar Media Pembelajaran Ipar Perempuan... 54 Gambar 4.6 Gambar Media Pembelajaran Keponakan... 54 Gambar 4.7 Gambar Media Pembelajaran Kakek... 55 Gambar 4.8 Gambar Media Pembelajaran Orangtua... 56 Gambar 4.9 Gambar Media Pembelajaran Tante... 56 Gambar 4.10 Gambar Media Pembelajaran Paman... 57 Gambar 4.11 Gambar Media Pembelajaran Ipar Laki-laki... 57 Gambar 4.12 Gambar Media Pembelajaran Sepupu Laki-laki... 58 Gambar 4.13 Gambar Media Pmbelajaran Nenek... 59 Gambar 4.14 Gambar Media Pembelajaran Kakek-Nenek... 59 Gambar 4.15 Gambar Media Pembelajaran Sepupu Perempuan... 60


(23)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan media komunikasi baik secara formal maupun informal. Dalam era globalisasi saat ini, menguasai bahasa asing sangat penting. Dengan menguasai bahasa asing, seseorang dapat dengan mudah bersosialisasi di berbagai belahan dunia, untuk itu, pembelajaran bahasa asing salah satunya bahasa Prancis sudah semakin diperhitungkan dalam dunia pendidikan. Tidak hanya tingkat Perguruan Tinggi, namun juga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/MA).

Pada pembelajaran bahasa asing, misalnya bahasa Prancis ada empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut sangat penting dan saling berkaitan dalam pembelajaran bahasa Prancis. Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh para pembelajar bahasa Prancis karena berbicara juga merupakan suatu media atau sarana untuk mengungkapkan isi pikiran lewat lisan. (Semi dalam Cahyani 2008:01) berpendapat bahwa berbicara atau bercakap memainkan peranan penting karena bahasa pada hakikatnya adalah bahasa lisan. Berbicara merupakan kegiatan berinteraksi dan menyampaikan pesan dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat pentingnya peranan berbicara, maka dalam pengajaran bahasa asing, termasuk bahasa Prancis, pengajaran


(24)

2

berbicara perlu disajikan sedemikian rupa agar dapat menarik dan dapat merangsang siswa untuk aktif berbicara.

Selama ini, pembelajaran bahasa Prancis di Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/MA) masih didominasi metode ceramah dan pemberian tugas. Pada pembelajaran seperti ini, pengetahuan hanya mengalir dari satu arah, yaitu dari guru kepada siswa, oleh karena itu tidak heran jika banyak siswa cenderung tidak aktif dalam pelajaran tersebut.

SMA N 2 Demak merupakan lembaga pendidikan yang menjadikan bahasa Prancis menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan. Berdasarkan pengalaman dan observasi, siswa tidak aktif dalam pelajaran bahasa Prancis salah satunya pada saat pembelajaran berbicara dan siswa lebih banyak diam dan cenderung malu saat diminta untuk menjawab pertanyaan menggunakan bahasa Prancis. Dalam pembelajaran, guru juga lebih banyak menggunakan metode ceramah, yaitu hanya dengan menjelaskan isi buku pegangan sesuai tema yang diajarkan kemudian diberi tugas. Siswa mendengarkan apa yang guru ucapkan kemudian siswa meniru mengucapkannya. Siswa hanya diberi tugas untuk membuat kalimat atau teks kemudian menghafalkan di depan kelas pada evaluasi pembelajaran berbicara. Menurut pengamatan, siswa lebih banyak diam dan tidak menjawab ketika diminta mengungkapkan kata atau kalimat dalam bahasa Prancis secara spontan. Misalnya saat ditanya menggunakan bahasa Prancis secara spontan, siswa lebih banyak diam karena malu untuk mengungkapkan kalimat dalam bahasa Prancis. Siswa merasa takut apabila salah dalam mengungkapkan kalimat. Pembelajaran ini tidak berfokus pada keaktifan siswa dan bertolak


(25)

belakang dengan tujuan kurikulum yang masih digunakan di SMA N 2 Demak, yaitu kurikulum 2013 yang mengutamakan pembelajaran berfokus pada siswa dengan menggunakan langkah 5M yaitu : Mengamati, Menanya, Mengekplorasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan.

Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa siswa lebih banyak diam saat pembelajaran dan kurangnya variasi pembelajaran yang digunakan untuk menunjang keaktifan siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Prancis, salah satunya dalam pembelajaran berbicara, diperlukan variasi pembelajaran yang meliputi teknik-teknik pembelajaran agar dalam proses belajar mengajar tidak monoton dan lebih menyenangkan sehingga dapat menunjang keaktifan siswa. Salah satu teknik adalah teknik permainan. Permainan merupakan hal yang menyenangkan dan cenderung lebih diminati oleh anak-anak. Teknik permainan juga melibatkan seluruh siswa dalam kelas untuk ikut bermain sehingga menunjang siswa untuk lebih aktif dalam menerima pembelajaran. Permainan menjadikan alasan untuk berbicara pada setiap kegiatan (Lewis 2012:110). Eviyanti (2012:110-111) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Prancis dengan Menggunakan Jeux”

mengungkapkan bahwa jeux (permainan) dapat menciptakan suasana santai dan menyenangkan sehingga sedikit demi sedikit rasa malu dan takut salah mengucapkan yang ada pada diri mereka dapat dihilangkan secara perlahan-lahan. Pembelajaran bahasa Prancis tidak hanya diajarkan satu arah saja yaitu dengan metode ceramah, tapi diperlukan teknik permainan yang dapat menunjang keaktifan siswa, yaitu dengan berdialog atau tanya jawab. Teknik permainan yang


(26)

4

digunakan dalam penelitian ini adalah acak kata bergambar yaitu kata-kata bergambar yang diacak oleh siswa kemudian dikembangkan menjadi suatu kalimat yang sesuai dengan tema yang ditentukan kemudian disampaikan di depan kelas. Teknik permainan dengan kartu kata bergambar dipilih secara acak oleh dua siswa yang masing-masing sebanyak 1 buah kemudian dua siswa tersebut melakukan tanya jawab atau dialog mengenai kartu yang telah dipilih. Misalnya siswa A mendapatkan kartu dengan gambar seorang Ibu dan di bawahnya ditambah dengan kata yang menunjukkan keterangan la mère, siswa A mengajukan pertanyaan kepada siswa B yang memungkinkan terdapat dalam gambar seperti a). Qui est-ce ? b). Comment s’appelle t-elle? c). Quelle est sa profession ? d). Quelle âge a t-elle ?. Kemudian siswa B menjawab pertanyaan siswa A seperti a). C’est ma mère b). Elle s’appelle Saidah c). Elle est chanteuse

d). Elle a 38 ans. Begitupun sebaliknya, siswa B mengajukan pertanyaan yang memungkinkan terdapat dalam gambar yang telah dipilih kemudian siswa A menjawab pertanyaan tersebut. Gambar yang digunakan adalah gambar yang menunjukkan anggota keluarga dan memungkinkan siswa dapat menjawab pertanyaan berkaitan dengan anggota keluarga masing-masing.

Pada penelitian ini, teknik permainan dilakukan untuk pembelajaran berbicara. Tema kelas XI semester I adalah kehidupan keluarga (la vie familiale) dengan materi memperkenalkan anggota keluarga (Présenter le membres de famille). Teknik permainan kartu kata yang dilengkapi dengan gambar ini bertujuan untuk memancing ide agar siswa dapat membuat kalimat sederhana secara lisan. Menurut Wibawa dan Mukti (1992:27), gambar merupakan media pembelajaran


(27)

visual diam yang digunakan untuk memperjelas pembelajaran. Kartu kata bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar (Jaruki, 2008:15). Indriana (2011:69) mengemukakan kelebihan kartu kata bergambar yaitu mudah diingat karena kartu bergambar sangat menarik perhatian. Dari penjelasan tersebut dapat diasumsikan bahwa media kata bergambar secara tidak langsung memberikan rangsangan kepada siswa dalam menyusun kata-kata kedalam kalimat karena media kata bergambar mudah diingat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pramestari (2011) dengan judul “ Keefektifan Kartu dan kata Bergambar pada Pembelajaran Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas X Tunas Patria Ungaran” terbukti bahwa media kartu dan kata bergambar efektif untuk pembelajaran menulis kalimat sederhana. Dengan demikian, permainan acak kata bergambar dapat dijadikan solusi untuk pembelajaran berbicara karena permainan dengan media visual, yaitu kata bergambar dapat merangsang siswa untuk menyusun kalimat sederhana baik secara tulis maupun lisan sekaligus dapat menunjang keaktifan siswa untuk bertanya jawab mengenai gambar yang telah disediakan. Dengan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kepada siswa kelas XI SMA N 2 Demak dengan judul :

“Efektifitas Teknik Permainan Acak Kata Bergambar dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara pada Siswa kelas XI SMA N 2 Demak”

1.2 Rumusan Masalah

Apakah permainan acak kata bergambar efektif untuk pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA N 2 Demak ?


(28)

6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui:

Efektif atau tidaknya penggunaan teknik permainan acak kata bergambar dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA N 2 Demak.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian ini yaitu : Bagi Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UNNES

Mendapatkan informasi mengenai penggunaan teknik permainan acak kata bergambar untuk pembelajaran berbicara.

Bagi Pengajar Bahasa Prancis

Dapat dijadikan alternatif dalam menentukan pilihan dan menetapkan teknik pembelajaran yang digunakan, sehingga dapat mempermudah pembelajaran keterampilan berbicara.

Bagi Siswa

Dapat membantu mengatasi kesulitan dalam pembelajaran berbicara sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar.

Bagi Peneliti

1. Menambah wawasan serta pengalaman mengenai penggunaan teknik permainan acak kata bergambar dalam pembelajaran berbicara.

2. Dengan penelitian ini diharapkan penulis dan tenaga pengajar lainnya dapat mengaplikasikan serta menemukan beberapa metode yang baru


(29)

untuk pembelajaran berbicara bahasa Prancis sehingga dapat penulis aplikasikan untuk menjadi calon pengajar yang akan datang.

Bagi Peneliti Lainnya


(30)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

Pada bab ini dipaparkan sejumlah teori yang terdapat dalam berbagai sumber. Teori-teori tersebut mencakup teori tentang pengertian Media Permainan Kartu Kata Bergambar yang meliputi pengertian Media Pembelajaran, Fungsi Media Pembelajaran, Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran, Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran, Keunggulan Permainan sebagai Media Pembelajaran, Kartu Acak Kata Bergambar. Teori tentang Keterampilan berbicara yang meliputi Definisi Berbicara, Jenis-jenis tes berbicara dan Materi keterampilan berbicara serta Kerangka Berpikir dan Hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan dapat dijadikan sebagai kajian dalam penelitian ini adalah penelitian dari: Mahriyuni (2008) dan Yani (2012). Penelitian pertama yang berjudul “Penggunaan Teknik Permainan dalam pengembangan kosakata untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Prancis SMA N 2 Medan” oleh Mahriyuni (2008). Mengungkapkan bahwa hasil penelitian menunjukkan peningkatan dalam setiap siklusnya, yaitu siklus I yang awalnya 62,21 nilai rata-rata siswa masih dalam kategori kurang pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 76 yang dikategorikan pada level cukup, dan terjadi peningkatan pada siklus III yaitu nilai rata-rata siswa yang mencapai 82,58 yang berada pada level baik. Hasil penelitian ini adalah siswa mengalami peningkatan yang signifikan mengenai keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan


(31)

menggunakan teknik permainan oleh karena itu teknik permainan merupakan salah satu teknik pengajaran yang tepat diterapkan dalam mata pelajaran bahasa Prancis SMA N 2 Medan.

Penelitian kedua yang berjudul “Teknik Acak kata Berbasis Gambar dalam Pembelajaran Berbicara Bahasa Prancis” oleh Yani (2012). Mengemukakan bahwa hasil penelitian menunjukkan peningkatan nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III yaitu 75.83 (cukup), 80.00 (baik), dan 89.20 (sangat baik). Dari hasil penelitian tersebut dapat dibuktikan bahwa penerapan teknik acak kata berbasis gambar dapat meningkatkan penguasaan kosakata dalam berbicara bahasa Prancis mahasiswa semester III.

Relevansi kedua penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada penerapan teknik permainan dengan metode kata bergambar, sedangkan perbedaannya adalah (1) hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahriyuni dan Yani adalah penerapan permainan dan teknik acak kata berbasis gambar untuk meningkatkan penguasaan kosakata, sedangkan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Prancis dan untuk menunjang keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa Prancis. (2) subyek penelitian Yani adalah mahasiswa semester III dan penelitian Mahriyuni adalah siswa kelas X SMA N 2 Medan sedangkan penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N 2 Demak.


(32)

10

2.2 Media Permainan Kartu Kata Bergambar

Kegiatan belajar mengajar akan lebih meyenangkan jika dilakukan menggunakan bantuan media pembelajaran sebagai penyampai materi. Media permainan kartu acak kata bergambar adalah salah satu media yang dapat dijadikan alat sebagai penyampai materi untuk pembelajaran bahasa Prancis. 2.2.1 Hakikat Media Pembelajaran

Media pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya media, proses kegiatan belajar mengajar semakn dirasakan manfaatnya. Pemggunaan media diharapkan akan menimbulkan dampak positif, seperti timbulnya proses pembelajaran yang lebih kondusif, terjadi umpan balik dalam proses belajar mengajar, dan mencapai hasil yang optimal. Berbicara mengenai media, tentu memiliki cakupan yang luas. Oleh karena itu, masalah media akan dibatasi ke arah yang relevan dengan pembelajaran yaitu media pembelajaran.

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada penerima (Hairudin 2008:7). Gagne yang dikutip oleh Wijaya (1991:137) berpendapat bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Jadi, media pembelajaran adalah media yang digunakan pada proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa agar tujuan pengajaran tercapai. Dalam Depdiknas (Hairudin 2008:7) juga menyatakan bahwa


(33)

media pembelajaran adalah media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang sudah dirumuskan.

Kehadiran media pembelajaran dalam proses pengajaran diharapkan dapat menyentuh aspek-aspek psikologis sehingga terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa tersebut. Seperti pendapat Sadiman (2003:102), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran perasaan, serta perhatian siswa agar proses belajar terjadi.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu bentuk peralatan, metode, atau teknik yang digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar. Dalam hal ini penerima pesan adalah siswa, jadi sebaiknya dalam pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Prancis tidak lepas dari penggunaan media.

2.2.2 Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebenarnya alat bantu yang berguna bagi pendidik dalam membantu menyampaikan isi materi. Secara umum, media pembelajaran berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar. Pengalaman belajar tergantung adanya interaksi siswa dengan media. Dengan penggunaan media yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, tentunya akan mempertinggi hasil belajar.

Menurut Kemp dan Dayton (Indriana, 2011:48), media dalam pembelajaran memiliki manfaat antara lain :


(34)

12

1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih mencapai standar. 2) Pembelajaran menjadi lebih menarik.

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif.

4) Dengan menerapkan teori belajar, waktu pembelajaran dapat dipersingkat.

5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan dan dimanapun diperlukan.

7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

Dengan demikian media pembelajaran dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan isi materi.

2.2.3 Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, teknik latar, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh kedalam dunia pendidikan ini, laju perkembangan teknologi yang maju, media pembelajaran tampil dalam berbagai jenis. Dari sinilah timbul klasifikasi dan pengelompokkan media pembelajaran.

Menurut Rudy Brezt dalam (Indriana 2011:55), media pengajaran itu mempunyai bentuk informasi yaitu suara, gambar, cetakan, grafik, garis, dan gerakan. menurut Briggs (Arsyad 2002) le média d’apprentissage est la facilité physique pour transmettre les matières soit des livres, des films, des video, et des image.

Menurut Hastuti (Djuanda 2006:103), media pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu media visual yang di yang diproyeksikan. Contoh media visual yang diproyeksikan yaitu :


(35)

1) Gambar diam seperti foto, gambar, majalah, lukisan. 2) Gambar seri.

3) Wall cart seperti gambar, denah atau bagan yang biasa digantungkan didinding.

4) Flash chard berisi kata-kata bergambar untuk mengembangkan kosakata.

Klasifikasi media melalui bentuk dan cara penyajiannya, maka format klasifikasi media pengajaran secara umum adalah:

1) Media visual yang meliputi media grafis, bahan cetak, dan gambar diam.

2) Media proyeksi diam yang meliputi OHP/OHT, opaque projector, slide, dan filmstrip.

3) Media audio yang meliputi media radio, media alat perekam pita magnetik.

4) Media audio visual diam yang meliputi media sound slide (slide suara), film strip bersuara, dan halaman bersuara.

5) Media film, televisi, dan multimedia.

Menurut Harjanto (2005:243-244) ada dua alasan media pendidikan dapat berkenaan dengan manfaat media pendidikan, dalam proses belajar siswa, yang pertama yaitu :

1) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

2) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata konumikasi verba melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi bila guru mengajar setiap jam pelajaran.


(36)

14

3) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan latihan, mendemonstrasikan, dll. 4) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

Alasan kedua adalah taraf berfikir manusia mengikuti perkembangan, dimulai dan berfikir sederhana menuju berfikir kompleks. Penggunaan media erat kaitannya dengan tahapan berfikir tersebut, sebab melalui media pendidikan hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal-hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.

Media pembelajaran dapat dibagi menjadi :

1) Media yang didengar (auditory), misalnya radio dan tape recorder;

2) Media yang dapat dilihat (visual), misalnya kartu dan gambar; 3) Media yang didengar dan dilihat (auditory dan visual), misalnya

film, video, dll;

4) Media permainan (games) misalnya teka-teki, scrabble, acak kata.

Berdasarkan beberapa klasifikasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggabungkan antara media permainan (games) dengan media yang dapat dilihat (visual) yaitu teknik permainan acak kata bergambar .

2.2.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menentukan dan memilih media yang terbaik dalam proses belajar dan mengajar merupakan sesuatu yang penting. Namun, hal ini kadang


(37)

membingungkan bagi para pendidik, tetapi di sisi lain juga merupakan moment untuk penilaian kreatifitas mereka. Connel dalam (Indriana 2011:27) menyatakan dengan tegas agar menggunakan media yang memiliki kesuaian dengan kebutuhan belajar. Dengan demikian, secara sederhana media apa pun dapat digunakan dalam aktivitas belajar mengajar asalkan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan pengajaran itu sendiri.

Sudjana (2009:103) mengemukakan beberapa kriteria dalam memilih media pembelajaran, sebagai berikut :

1) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran.

2) Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran. Adanya media pembelajaran akan lebih mudah dipahami siswa.

3) Media yang digunakan mudah diperoleh, murah, sederhana dan praktis penggunaannya.

4) Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses pembelajaran.

5) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung. 6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa

Hafni (Hairudin 2008:7) mengemukakan bahwa media yang akan dipilih hendaknya memiliki karakteristik yaitu relevan dengan tujuan, sederhana, esensial, menarik dan menantang. Jadi secara umum kriteria pemilihan media pembelajaran dapat dikelompokkan:

1) Kesesuaian dengan tujuan pengajaran. 2) Kesesuaian dengan materi yang diajarkan.

3) Kesesuaian dengan fasilitas pendukung, kondisi lingkungan dan waktu.


(38)

16

4) Kesesuaian dengan karakteristik siswa. 5) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa.

Dari beberapa penjelasan mengenai kriteria media pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan acak kata bergambar sesuai untuk pembelajaran berbicara bahasa Prancis. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian dengan tujuan pembelajaran yang didalamnya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Alat yang digunakan pun sangat sederhana yaitu hanya dengan kartu persegi yang didalamnya terdapat gambar dan kata-kata yang digunakan untuk memperjelas gambar. Teknik permainan yang digunakan juga sangat sederhana yaitu siswa secara berpasangan mengambil kartu kata masing-masing kemudian dilakukan tanya jawab secara bergantian mengenai gambar yang terdapat dalam kartu. 2.2.5 Keunggulan Permainan Sebagai Media Pembelajaran

Permainan sebagai salah satu media pendidikan sangat dianjurkan oleh para ahli psikologi karena sangat bermanfaat bagi perkembangan kognitif dan kreatif anak didik.

Menurut Huizinga dalam Sopiawati (2010:135) menyebutkan bahwa :

“ Le jeu est une action ou une activité volontaire, accomplie dans certaines limites fixées de temps et de lieu, suivant une règle librement consentie mais

complètement impérieuse, pourvue d’une fin de soi, accompagnée d’un sentiment de tension ou de joie, et d’une conscience d’être”.

(Permainan adalah sebuah aksi atau kegiatan sukarela, dilakukan dalam batas waktu dan tempat tertentu, diikuti dengan sebuah aturan yang bebas namun menarik, berakhir pada waktu tersebut, diiringi dengan perasaan senang dan rasa tegang).


(39)

http://www.bahasaarabsdit.com/2009/07/inovasi-pembelajaran-dengan-metode.html sebagai media pendidikan, permainan mempunyai beberapa kelebihan, yaitu :

1) Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan, sesuatu yang menghibur dan menarik.

2) Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar.

3) Permainan dapat memberikan umpan balik langsung.

4) Permainan memungkinkan siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata.

5) Membantu siswa meningkatkan kemampuan komunikatifnya. 6) Membantu siswa yang sulit belajar dengan metode tradisional. 7) Mainan bersifat luwes, dapat dipakai untuk berbagai tujuan

pendidikan. Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.

Sedangkan menurut Ruswandi (2004:7) dalam buku games for islamic mentoring, teknik permainan memiliki beberapa keunggulan:

1) Singkat karena waktu yang digunakan bisa di minimalisasikan. 2) Tidak membutuhkan biaya yang besar.

3) Partisipatif, games melibatkan siswa baik secara fisik (termasuk pergerakan) maupaun fisiologis (seperti perhatian secara mental dan

visual). Games membantu perhatian siswa dan membuat mereka berfikir, bereaksi, dan tertawa.

4) Menggunakan alat bantu (media), games melibatkan penggunaan alat-alat sederhana untuk menambah kesan realistis pada kegiatan. 5) Beresiko rendah, tingkat keberhasilan games cukup tinggi bila


(40)

18

6) Adaptasi yang mudah, games dapat disesuaikan dengan beragam situasi dan penekanan pada poin-poin yang berbeda. Bahkan games juga dapat dimodifikasi tanpa menghilangkan kesan dan karakter aslinya.

Huizinga dalam (Sopiawati 2010:136) juga mengemukakan keunggulan permainan dalam pembelajaran yaitu :

“Le jeu permet de proposer une grande variété de situations motivantes et familières, de modifier le rythme d’un cours et de relancer l’intérêt des apprenants, d’apporter aux apprenants un moment où ils s’approprient l’action,

de faire répéter et réutiliser de façon naturelle des structures, du vocabulaire,

d’améliorer les compétences de prononciation et de compréhension par une mise de situation, d’obtenir une attention et une implication de l’ensemble des

apprenants, et de faire participer les apprenants timides ou anxieux.”

(Permainan memberikan berbagai macam situasi yang memotivasi dan nyaman, mengubah ritme pembelajaran dan memberikan ketertarikan bagi para pembelajar, membawa pembelajar ke dalam situasi di mana mereka beraksi, mengulangi dan mempelajari kembali cara alami bentuk, kosakata, meningkatkan kemampuan pelafalan dan pemahaman dalam sebuah situasi, meraih perhatian dan keterlibatan pembelajar, serta mengikutsertakan pembelajar yang pemalu atau pembelajar yang merasa cemas).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar, permainan untuk meningkatkan pembelajaran adalah bersifat positif. Dengan media permainan dalam pembelajaran siswa merasa tertarik dan tertantang untuk lebih mengetahui materi pembelajaran.

Teori-teori tersebut berhubungan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu dengan menggunakan media permainan sebagai penyampai materi. Dari berbagai teori tersebut telah dikemukakan beberapa keunggulan mengenai teknik permainan dalam pembelajaran, hal ini dapat memperkuat argumen mengenai


(41)

keefektifan media permainan yang akan peneliti lakukan dalam pembelajaran berbicara bahasa Prancis.

2.2.6 Kartu Kata Bergambar

Kartu yang dalam aplikasinya memiliki berbagai variasi dan ukuran merupakan alat bantu ajar yang praktis, selembar kartu dapat dibuat dari kertas biasa (HVS), karton manila, atau kertas cover Soetopo (2009:25).

Kartu kata bergambar menurut Wibawa dan Mukti dalam (Wahyuningsih 2014:9) adalah kartu yang berisi kata-kata, gambar atau kombinasi dan dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa asing pada khususnya. Begitu pula menurut House dalam (Wahyuningsih 2014:10) juga mengemukakan bahwa kartu kata bergambar adalah kartu yang berukuran 12x8cm, yang berisi kata, gambar atau kombinasinya.

Susanto (2011:108), mengemukakan bahwa kartu kata bergambar adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata. Arsyad (2011:119-120), mengemukakan bahwa kartu kata bergambar adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.

Adapun kelebihan dalam kartu kata bergambar menurut Indriana (2011:69), yaitu:

1) Mudah dibawa ke mana-mana.

2) Praktis dalam membuat dan menggunakannya, sehingga kapan pun anak didik bisa belajar dengan baik menggunakan media ini.


(42)

20

3) Gampang diingat karena karakteristik media flashcard adalah menyajikan pesan-pesan pendek pada setiap kartu yang disajikan. Sajian pendek ini akan memudahkan siswa untuk mengingat pesan-pesan tersebut. Kombinasi antara gambar dan teks cukup memudahkan siswa untuk mengenali suatu konsep.

4) Menyenangkan sebagai media pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam permainan.

Dalam penelitian ini, kartu kata yang digunakan adalah kartu persegi panjang dengan bahan kertas karton yang didalamnya terdapat gambar dan kata-kata untuk memperjelas gambar.

2. 3 Keterampilan Berbicara

Dalam pembelajaran bahasa, ada empat keterampilan yaitu Berbicara, Menulis, Menyimak, dan Membaca. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai adalah keterampilan berbicara.

2.3.1 Definisi Berbicara

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi, karena komunikasi lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara. Berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa ahli bahasa telah mendefinisikan pengertian berbicara, diantaranya sebagai berikut.

Tarigan (1986: 3) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang


(43)

bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan orang tersebut.

Bellenger (1996:110) bahwa “l’expression orale est un aiguillon capital de

plusieurs enjeux de la vie : la qualité de nos relations humaines, la mise en valeur de notre compétence professionnelle, notre propre développement personnel

comme notre équilibre psychique, notre ascendant et notre aptitude à persuader”. (Menurut Bellenger, ungkapan lisan adalah suatu yang sangat pokok di dalam kehidupan : mutu hubungan antarmanusia, peningkatan tentang keahlian profesional kita, pengembangan pribadi kita sendiri sebagai pertimbangan kekuatan batin kita, yang mempengaruhi kita dan pancaindera yang kita miliki. Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah sesuatu yang sangat pokok yang berupa kemampuan seseorang untuk bercakap-cakap dengan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa untuk menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud, atau perasaan, untuk melahirkan interaksi dengan orang lain.

2.3.2 Tes Keterampilan Berbicara

Tes atau evaluasi tak pernah luput dari kegiatan belajar mengajar. Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakukan pembelajaran. Masing-masing tes yang dilakukan disesuaikan dengan ketentuan dan jenis-jenis tes, termasuk dalam tes berbicara.

Jenis-jenis tes berbicara menurut Nurgiyantoro (2012:401) adalah : 1. Berbicara berdasarkan gambar

Untuk mengungkapkan kemampuan berbicara pembelajar dalam suatu bahasa, gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan yang baik. Rangsang yang berupa gambar sangat baik untuk dipergunakan anak-anak usia sekolah dasar maupun


(44)

22

pembelajar bahasa asing pada tahap awal. Rangsang gambar yang dipakai sebagai rangsang berbicara dikelompokkan kedalam gambar objek dan gambar cerita. Gambar objek merupakan gambar tentang objek tertentu yang berdiri sendiri seperti binatang, kendaraan, pakaian, alam, dan lain-lain. Sedangkan gambar cerita adalah gambar susun yang terdiri dari sejumlah panel gambar yang saling berkaitan yang secara keseluruhan membentuk sebuah cerita.

2. Berbicara berdasarkan rangsangan suara

Tugas berbicara berdasarkan rangsang suara yang lazim dipergunakan adalah suara yang berasal dari siaran radio atau rekaman yang disengaja dibuat untuk maksud itu.

3. Berbicara berdasarkan rangsang suara visual dan suara

Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan gabungan antara berbicara berdasarkan gabungan gambar dan suara di atas. Namun, wujud visual yang dimaksud sebenarnya lebih dari sekedar gambar. Contoh rangsang yang dimaksud yang paling banyak dikenal adalah siaran televisi, video, dll.

4. Bercerita

Tugas cerita yang dimaksud disini ada kemiripan dengan tugas bercerita berdasarkan rangsang diatas, namun lebih luas cakupannya. Rangsang yang dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca, berbagai cerita (fiksi dan cerita lama), berbagai pengalaman dll.

5. Wawancara

Wawancara merupakan teknik yang paling sering dipergunakan untuk menilai kompetensi berbicara seseorang dalam suatu bahasa, khususnya bahasa asing yang


(45)

dipelajarinya. Wawancara biasanya dilakukan terhadap seorang pembelajar yang kompetensi bahasa lisannya, bahasa target yang sedang dipelajarinya, sudah cukup memenuhi sehingga memungkinkan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam bahasa itu.

6. Berdiskusi dan debat

Tugas berbicara yang dimasukkan dalam bagian ini adalah berdiskusi, berdebat, berdialog, dan seminar.

7. Berpidato

Dilihat dari segi kebebasan peserta didik memilih bahasa untuk mengungkapkan gagasan, berpidato, mempunyai persamaan tugas dengan bercerita. Dalam kaitannya dengan pembelajaran (dan tes ) bahasa di sekolah, tugas berpidato dapat berwujud permainan simulasi.

Dalam penelitian ini, menggunakan jenis berbicara pada poin yang pertama yaitu Berbicara berdasarkan gambar, karena metode yang digunakan adalah teknik acak kata bergambar. Siswa dapat berbicara menggunakan rangsangan gambar. 2.3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara

Evaluasi atau penilaian keterampilan berbicara juga tak lepas dari berbagai aspek atau kriteria penilaian.

Menurut tagliante (2005:65-66), ada beberapa aspek yang dapat dinilai dalam keterampilan berbicara, yaitu :

1. Le fond (dasar)


(46)

24

1) Les idées, les informations, l’argumentation (isinya jelas, gagasan-gagasannya menarik)

2) La structure, l’organisation du message (pesan yang disampaikan logis) 3) Le langage (kebenaran atau ketepatan kata)

2.La forme (bentuk)

Bagian inilah yang paling sulit untuk dievaluasi. Penguji harus menghargainya. Bagian ini meliputi :

1) L’attitude générale, la gestuelle

Sikap tidak kaku, tenang atau santai, wajah expressif

2) La voix, le volume, l’articulation, le débit, la fluidité, la spontanité Suara, volume, artikulasi, cara mengucapkan (jelas), kelancaran 3) Le regard, les pauses, les silences

Pandangan mata, jeda, keadaan diam 4) d. La capacité à interagir

Aspek ini menilai kemampuan untuk berinteraksi secara lisan dalam pembentukan makna

3.La prononciation (pengucapan)

Adapun kriteria penilaian keterampilan berbicara (la production orale) berdasarkan tingkatan (niveaux) A1 menurut Tagliante (2005:68), yaitu :


(47)

Tabel 2.3.3 Tabel Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara

Comprehensi

on de la

consigne

0 0,5 1

Performance globale (peut

présenter les membres de famille. À partir des cartes sur lesquelles figurent des mots et des images. Peut

poser des

questions et répondre aux questions).

0 0,5 1 1,5 2

Structures simples correctes (peut utiliser

de façon

limitée des structures très simples

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Lexique approprié (peut utiliser un répertoire élémentaire de mots et

d’expressions

isolés relatifs

à des

situations


(48)

26

concrètes). Correction phonetique (peut

prononcer de manière comprèhensib

le un

répertoire limité

d’expression

mémoirisées.

0 0,5 1 1,5 2

Dari kriteria penilaian keterampilan berbicara diatas, peneliti menggunakan kriteria penilain berdasarkan tingkataan (niveau) A1 karena sebagian besar kriteria penilaian yang terdapat dalam rubrik penilaian A1 juga terdapat dalam kriteria penilaian kterampilan berbicara yang sebelumnya dikemukakan oleh Tagliante. Peneliti menggunakan penilaian berbicara tingkatan A1 karena siswa SMA termasuk dalam kategori pembelajar bahasa asing tingkat pemula yang masuk dalam tingkatan (niveau) A1.

2.3.4 Materi keterampilan berbicara

Pada penelitian ini, teknik permainan dilakukan untuk pembelajaran berbicara. Tema kelas XI semester 1 adalah kehidupan keluarga dengan Kompetensi dasar 4.2 yaitu :

“Menyusun teks lisan dan tulis sederhana untuk mengungkapkan cara memberitahu dan menanyakan fakta, dan perasaan serta sikap dalam meminta dan menawarkan barang dan jasa terkait topik kehidupan keluarga (la vie familiale)


(49)

dan kehidupan sehari-hari (la vie quotidienne) dengan memperhatikan unsur kebahasaan dan struktur dalam teks secara benar dan sesuai konteks.”

Materi yang digunakan adalah memperkenalkan anggota keluarga (Présenter les membres de famille) yang meliputi :

1. Tâche (tugas/pekerjaan)

Siswa melakukan dialog atau tanya jawab mengenai kehidupan keluarga ( la vie familiale) dengan menggunakan media acak kata bergambar.

2. Alat atau media

Menggunakan permainan acak kata bergambar yaitu kartu kata bergambar yang diacak dipilih dan dijadikan bahan untuk pembelajaran. 3. Kegiatan yang dilakukan

Melakukan dialog atau tanya jawab mengenai gambar yang terdapat dalam kartu yang dilengkapi dengan kata untuk mempertegas gambar. Verba yang digunakan untuk bertanya jawab meliputi :

1) Nom (nama) Menggunakan kata kerja S’appeler 2) Âge (umur) Menggunakan kata kerja Avoir

3) Profession (pekerjaan) Menggunakan kata kerja Être

4) Adresse (alamat) Menggunakan kata kerja Habiter

4. Materi pembelajaran

1) Susunan dalam membuat kalimat

2) Kosakata mengenai pekerjaan (profession), anggota keluarga (les membres de famille)


(50)

28

3) Penggunaan kata ganti orang (pronom sujet) dan adjectiv possesif

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik permainan dengan konsep tanya jawab. Dua orang siswa maju kedepan kelas kemudian memilih kartu yang sudah diacak, kartu tersebut menjadi bahan untuk bertanya jawab. Misalnya seorang siswa mendapat sebuah kartu bergambar

LE PÈRE

Siswa A yang mendapat kartu tersebut dapat bertanya kepada siswa B seputar isi gambar tersebut begitu juga sebaliknya, siswa B mengajukan pertanyaan kepada siswa A seputar gambar yang di dapat. Seperti :

A : Qui est-ce ?

B : C’est mon père

A : Comment s’appelle-t-il ?

B : Il s’appelle Junaedi

A : Quelle est sa profession ? B : Il est jurnaliste


(51)

B : Il a 40 ans A : Où habite-t-il ? B : Il habite à Jakarta

Gambar yang digunakan adalah gambar yang menunjukkan anggota keluarga dan memungkinkan siswa dapat menjawab pertanyaan berkaitan dengan anggota keluarga masing-masing.

2.4 Kerangka Pikir

Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh para pembelajar bahasa Prancis karena berbicara juga merupakan suatu media atau sarana untuk mengungkapkan isi pikiran lewat lisan. Mengingat pentingnya peranan berbicara, maka dalam pengajaran bahasa asing, khususnya bahasa Prancis, pengajaran berbicara perlu disajikan sedemikian rupa agar dapat menarik dan dapat merangsang siswa untuk aktif berbicara.

Dalam penelitian ini dicobakan model pembelajaran dengan teknik permainan acak kata bergambar mengandung pengertian suatu cara untuk melakukan sesuatu pilihan kata yang di perjelas dengan gambar agar lebih mudah dipahami. Teknik permainan yang digunakan dalam penelitian ini adalah acak kata bergambar yaitu kata-kata bergambar yang diacak oleh siswa kemudian dikembangkan menjadi suatu kalimat yang sesuai dengan tema yang ditentukan kemudian disampaikan di depan kelas. Teknik permainan dengan kartu kata bergambar dipilih secara acak oleh dua siswa yang masing-masing sebanyak 1 buah kemudian dua siswa tersebut melakukan tanya jawab atau dialog mengenai kartu yang telah dipilih.


(52)

30

Misalnya siswa A mendapatkan kartu dengan gambar seorang Ibu dan di bawahnya ditambah dengan kata yang menunjukkan keterangan la mère, siswa A mengajukan pertanyaan kepada siswa B yang memungkinkan terdapat dalam gambar seperti a). Qui est-ce ? b). Comment s’appelle t-elle? c). Quelle est sa profession ? d). Quelle âge a t-elle ?. Kemudian siswa B menjawab pertanyaan siswa A seperti a). C’est ma mère b). Elle s’appelle Saidah c). Elle est chanteuse

d). Elle a 38 ans. Begitupun sebaliknya, siswa B mengajukan pertanyaan yang memungkinkan terdapat dalam gambar yang telah dipilih kemudian siswa A menjawab pertanyaan tersebut. Gambar yang digunakan adalah gambar yang menunjukkan anggota keluarga dan memungkinkan siswa dapat menjawab pertanyaan berkaitan dengan anggota keluarga masing-masing.

Dalam penelitian ini, teknik permainan acak kata sangat memungkinkan untuk dijadikan media pembelajaran keterampilan berbicara karena didalam kartu kata tersebut terdapat kata yang diperjelas dengan gambar sehingga siswa mampu mengimajinasikan dan mengkonsep apa yang ada dalam pikiran sebelum menuangkan menjadi kalimat lisan. Dengan adanya gambar, siswa bisa lebih mudah mengungkapkan apa yang terkonsep didalam pikiran.

2.5 hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian ini adalah : “Teknik Permainan Acak Kata Bergambar efektif dalam pembelajaran berbicara


(53)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian ini berdesain “One Shot Case Study” yaitu desain yang terdapat suatu kelompok diberi treatment/ perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Menurut Sugiono (2011:94) pengujian hipotesis deskriptif (satu sampel) pada dasarnya merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan satu sampel. Dalam Penelitian ini variabel penelitiannya bersifat mandiri, oleh karena itu hipotesis penelitian tidak terbentuk perbandingan ataupun hubungan antar dua variabel atau lebih. Nilai tes siswa menggunakan patokan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian. Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas adalah model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan berbicara bahasa Prancis.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 2 Demak. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS 4 yang


(54)

32

berjumlah 28 siswa karena di SMA N 2 Demak hanya kelas XI IPS 4 yang mendapat mata pelajaran bahasa Prancis.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Metode yang digunakan ini berupa metode dokumentasi dan metode tes.

3.4.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar siswa kelas XI IPS 4 SMA N 2 Demak, yang akan diperlukan dalam penelitian.

3.4.2 Metode Tes

Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data tentang kemampuan berbicara kelas XI IPS 4 SMA N 2 Demak setelah menggunakan model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar. Tes akan dilakukan sebelum dan sesudah model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar digunakan dalam pembelajaran.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes mengenai kemampuan berbicara yaitu dengan meminta siswa mempresentasikan anggota keluarga masing-masing yang akan dilakukan secara berdialog namun dinilai secara subjektif.


(55)

Tes hanya dilakukan satu kali yaitu berupa test yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa sesudah pembelajaran penggunakan model Teknik Permainan Acak Kata Bergambar.

Adapun tes yang digunakan tertuang dalam kisi-kisi berikut : Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen

Variabel Sub-variabel Jenis tes

Kemampuan berbicara

siswa dengan

menggunakan Teknik Permainan Acak Kata Bergambar.

Kehidupan Keluarga (La Vie Familiale)

Sub tema : memperkenalkan anggota keluarga ( Présenter les membres de famille).

Grammaire : être, s’appeller, habiter, avoir,Adjectif possesif (votre, notre, vos, nos, leur, leurs) .ne.... pas.

Penggunaan kata ganti orang (pronom sujet).

Temps du présent. Konjugasi verbe –er. Vocabulaire :

1. Les noms des

membres de famille

(kosakata mengenai anggota keluarga)

grand-père, grand-mère, père, grand-mère, frère,

sœur, oncle, tante,

cousin, cousine, etc.

2. Les noms des

professions ( kosakata mengenai pekerjaan

3. Angka untuk

menjelaskan usia (âge)

4. Les adjectifs

qualificatifs (beau, belle, grand, petit,


(56)

34

mince, gros) Acte de parole :

1. présenter la famille 2. poser des questions sur

les membres de famille,

la profession, l’age, les

adjectifs qualificatifs 3. parler de la profession,

l’âge, l’addresse, les

adjectifs qualificatifs 4. conjuguer le verbes

(présenter, être,

s’appeller, habiter,

avoir)

5. parler au présent

Instrumen Penelitian 1. Consignes

1. Prenez une carte !

2. Observez bien cette image !

3. Faites un dialogue avec votre amie/amis (faites cinq phrases)pour présenter les membres de famille !

4. Demandez l’identité (le nom, la profession, l’âge, l’addresse)!

5. Utilisez les adjectifs qualificatifs (beau, belle ,petit, grand, mince, etc.)!

3. Les cartes


(57)


(58)

36

Tes keterampilan berbicara ini hanya terdiri dari satu tema yaitu La Vie Familiale dengan sub tema Présenter Les Membres de Famille. Tema tersebut akan dibuat dalam 15 kartu kata bergambar dengan masing-masing kartu terdiri dari satu gambar yang mewakili satu anggota keluarga, jumlah kartu disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga yang umum terdapat dalam keluarga di Indonesia agar mudah diketahui oleh siswa. Masing-masing siswa mendapatkan satu kartu yang akan di presentasikan dengan model dialog sehingga memungkinkan siswa menjawab pertanyaan yang diajukan.

3.6 Validitas dan Reliabilitas

Untuk memperoleh data yang akurat dalam sebuah penelitian, maka diperlukan alat pengumpul data yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu alat-alat ukur yang harus memiliki tingkat kevalidan dan reliabel.

3.6.1 Validitas

Valid artinya dapat mengukur apa yang hendak diukur dengan baik. Jadi, suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila dapat mengukur yang akan diukur secara tepat. Sutedi (2009:217).


(59)

Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi diperoleh dengan menyesuaikan materi tes dengan materi yang diajarkan pada kelas XI IPS dalam silabus.

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang reliabel. Menurut Sugiyono (2008:110) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil nilai siswa diuji reliabilitasnya dengan menggunakan rumus product-moment sebagai berikut :

Tabel data uji reliabilitas :

Uji reliabilitas diujikan pada 6 siswa yang masing-masing berpasangan melakukan tanya jawab mengenai anggota keluarganya.


(60)

38

untuk N = 6 = 0,811 dengan taraf kepercayaan 95%

= 0,832 > 0,811

Dapat disimpulkan bahwa hasil dari uji reliabilitas adalah reliabel. 3.7 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran berbicara menggunakan model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar dilakukan dalam dua kali pertemuan. Dan dalam pertemuan terakhir akan diadakan pengambilan data berupa tes.

Adapun langkah-langkah dalam penelitian pembelajaran berbicara menggunakan Teknik Permainan Acak Kata Bergambar adalah sebagai berikut :

1. Pertemuan pertama, memperkenalkan kosakata dan pola kalimat yang akan dipelajari sesuai tema dalam silabus yaitu Kehidupan Keluarga ( La Vie Familiale). Setelah itu, melakukan kegiatan berbicara menggunakan model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar yaitu siswa secara berpasangan mengambil masing-masing satu kartu yang berisi gambar yang telah diacak sebelumnya kemudian melakukan dialog secara bergantian. Tahapan penggunaan teknik permainan acak kata bergambar adalah sebagai berikut : 1). Siswa maju kedepan kelas dengan berpasangan. 2). Masing-masing siswa mengambil satu katu yang telah diacak sebelumnya (seperti bermain kartu remi). 3). Setelah mengambil kartu, siswa diberi waktu selama satu menit untuk memikirkan dan menyiapkan ide/konsep yang akan diutarakan. 4). Kemudian, siswa A


(61)

menunjukkan kartu yang telah diambil sembari mengajukan pertanyaan kepada siswa B seputar gambar tersebut. (pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tema yang dipelajari yaitu Présenter les membres de famille yang meliputi : le nom, la profession, l’addresse ,etc. ). 5). Siswa B menjawab pertanyaan siswa A dengan acuan gambar yang terdapat dalam kartu tersebut. 6). Kemudian gantian siswa B yang mengajukan pertanyaan dan dijawab oleh siswa A .

Kartu tersebut berisi gambar anggota keluarga dengan ditambah keterangan kata untuk memperjelas gambar. Dialog tersebut berisi tentang memperkenalkan anggota keluarga. Setelah itu, diadakan

treatment/perlakuan dengan menggunakan teknik permainan acak kata bergambar.

2. Pertemuan kedua, mengulang kosakata dan pola kalimat yang akan dipelajari sesuai tema dalam silabus yaitu Kehidupan Keluarga ( La vie Familiale) dengan sub tema Memperkenalkan Anggota Keluarga (

Présenter les membres de famille). Kemudian melakukan tes berbicara dengan berdialog menggunakan permainan acak kata bergambar seperti yang dilakukan pada perlakuan atau treatment pada pertemuan pertama.

3.8 Sistem Penelitian

Untuk mengetahui kemampuan berbicara masing-masing siswa dan dengan menyesuaikan keadaan siswa, maka penilaian berbicara menggunakan penilaian sebagai berikut :


(62)

40

Comprehensi

on de la

consigne

0 0,5 1

Performance globale (peut

présenter les membres de famille. À partir des cartes sur lesquelles figurent des mots et des images. Peut

poser des

questions et répondre aux questions).

0 0,5 1 1,5 2

Structures simples correctes (peut utiliser

de façon

limitée des structures très simples

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Lexique approprié (peut utiliser un répertoire élémentaire de mots et

d’expressions

isolés relatifs

à des

situations concrètes).

0 0,5 1 1,5 2

Correction phonetique


(63)

(peut

prononcer de manière comprèhensib

le un

répertoire limité

d’expression

mémoirisées.

Penilaian ini menggunakan kriteria penilaian keterampilan berbicara (la production orale) berdasarkan tingkatan (niveau) A1 menurut Tagliante (2005:68).

Setelah skor ditentukan, dalam menghitung nilai masing-masing siswa

menggunakan rumus x 100.

3.9 Kriteria Skor Penilaian

Tabel 3.9.1 Compréhension de la consigne (pemahaman, mencakup isi dan kemampuan memahami bahasa maupun perintah)

Nilai Kriteria penilaian

1 Mampu memasukkan semua unsur yang diminta dalam perintah soal.

0,5 Memahami perintah dengan lambat namun dapat melakukan percakapan meskipun kadang-kadang perlu penjelasan.

0 Tidak dapat memahami perintah maupun percakapan sama sekali.


(64)

42

Tabel 3.9.2Performance globale (mencakup keseluruhan) Nilai Kriteria Penilaian

2 Dapat melakukan dialog, bertanya dan menjawab dengan lancar dan benar.

1,5 Pembicaraan kurang lancar namun dapat melakukan dialog, kalimat kurang lengkap.

1 Umumnya agak ragu-ragu dalam berdialog, bertanya atau membuat kalimat, sering terpaksa berdiam diri karena penguasaan bahasanya terbatas

0 Tidak dapat melakukan pembicaraan sehingga dialog benar-benar tidak berlangsung

Tabel 3.9.3Structures simples correctes (tata bahasa) Nilai Kriteria Penilaian

3 Semua pola kalimat benar, dapat menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja dengan benar

2,5 Hampir semua kalimat benar, cukup dapat menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja hampir benar semua


(65)

terdapat beberapa kesalahan

1,5 Terdapat ½ bagian kesalahan dalam pola kalimat, menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja

1 Terdapat ¾ bagian kesalahan dalam pola kalimat, menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja

0,5 Hampir semua pola kalimat salah, tidak menguasai dalam menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja

0 Semua pola kalimat salah, tidak menguasai dalam menggunakan kala waktu dan konjugasi kata kerja

Tabel 3.9.4Lexique approprié (kosakata)

Nilai Kriteria Penilaian

2 pemilihan verba sesuai, diksi tepat, mampu mencari alternatif kata

1,5 pemilihan verba sesuai, hampir semua diksi tepat, mampu mencari alternatif kata

1 setengah pemilihan verba sesuai , hampir semua diksi tepat, tidak mampu mencari alternatif kata


(66)

44

0,5 Pemilihan verba cukup sesuai, diksi kurang tepat dan tidak mampu mencari alternatif kata

0 Pemilihan verba tidak sesuai, semua disi tidak tepat dan tidak mampu mencari alternatif kata

Tabel 3.9.5Correction phonetique (pelafalan) Nilai Kriteria Penilaian

2 Ucapan sudah jelas dan lancar

1,5 Tidak terjadi salah ucapan yang mencolok, mendekati ucapan standar

1 Sering terjadi kesalahan pengucapan namun tidak menyebabkan kesalahpahaman

0,5 Sering terjadi kesalahan besar dan aksen yang kuat menylitkan pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang


(67)

3.10Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, menggunakan sampel satu kelas 37 siswa. Pada analisis data tahap akhir ini, akan diuji kebenaran hipotesis yang menyatakan efektivitas teknik permainan acak kata bergambar dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa elas XI SMA N 2 Demak. Untuk itu data yang dianalisis adalah hasil belajar berbicara bahasa prancis dalam materi memperkenalkan anggota keluarga dengan menggunakan teknik prmainan acak kata bergambar. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi indikator keberhasilan yakni nilai ketuntasan belajar kelas eksperimen lebih besar dari standar kriteria ketuntasan klasikal yaitu 85%.

Untuk mencari nilai ketuntasan belajar kelas eksperimen menggunakan rumus sebagai berikut :

Ketuntasan belajar klasikal= x 100%

Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunkan persamaan sebagai berikut (Trianto, 2010:241) :

Ketuntasan belajar individu = x 100%

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa > 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat >85% siswa yang tuntas belajarnya (Depdikbud dalam Trianto, 2010:241). Tetapi, menurut Trianto (2010:241) berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan elajar ditentukan sendiri masing-masing sekolah yang dikenal dengan KKM yang berpedoman pada pertimbangan kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, fasilitas setiap sekolag berdega, dan daya dukung yang berbeda.


(68)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian berupa hasil pengumpulan data dan pembahasan hasil penelitian yang mencakup analisis hasil penelitian dan pembahasannya.

4.1 Subjek Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes yang berupa tes lisan dan non tes yang berupa metode dokumentasi. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media Kartu Kata Bergambar. Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran teknik permainan acak kata bergambar dalam membuat percakapan atau dialog sederhana secara lisan secara berpasangan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA N 2 Demak yang berjumlah 28 siswa. Penelitian ini berlangsung selama satu minggu dengan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, memperkenalkan kosakata dan pola kalimat yang akan dipelajari sesuai tema dalam silabus yaitu Kehidupan Keluarga ( La Vie Familiale). Setelah itu, mengadakan treatment/perlakuan. Pertemuan kedua, mengulang kosakata dan pola kalimat yang akan dipelajari sesuai tema dalam silabus yaitu Kehidupan Keluarga ( La vie Familiale) dengan sub tema Memperkenalkan Anggota Keluarga ( Présenter les membres de famille). Setelah itu, melakukan kegiatan berbicara menggunakan model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar yaitu siswa secara berpasangan mengambil masing masing satu kartu gambar yang telah diacak sebelumnya kemudian melakukan dialog bergantian dan melakukan tes berbicara.


(69)

4.2 Hasil Nilai Siswa Berdasarkan tes

Tes dilakukan dalam satu kali pertemuan yaitu pertemuan kedua. Mengulas kembali materi yang telah diajarkan yaitu memperkenalkan anggota keluarga (Présenter les membres de famille) kemudian, melakukan kegiatan berbicara menggunakan model pembelajaran Teknik Permainan Acak Kata Bergambar yaitu siswa secara berpasangan mengambil masing-masing satu kartu yang berisi gambar yang telah diacak sebelumnya kemudian melakukan dialog secara bergantian dan melakukan tes berbicara.

Berikut adalah hasil nilai siswa berdasarkan tes berbicara:

No Responden Nilai Tes

Skor Nilai 1 Al hadidi 7,5 75

2 Candra 7,5 75

3 Fahrizal 7,0 70

4 Faizal 7,0 70

5 Fauzi 6,0 60

6 Heru 6,0 60

7 Joko 8,0 80

8 Rio 7,0 70

9 Sahrul 7,0 70

10 Atika 8,0 80

11 Ayunika 7,5 75 12 Ferlita 8,5 85

13 Indah 7,5 75

14 Ita 7,5 75

15 Lenia 7,0 70

16 Lina 8,5 85

17 Lutfi 8,5 85


(70)

48

19 Miftakhah 7,5 75

20 Nevia 8,5 85

21 Novinia 8,5 85

22 Nuris 8,5 85

23 Rima 7,5 75

24 Rina 9,5 95

25 Risma 8,0 80

26 Sofia 8,5 85

27 Sri 8,5 85

28 Ulva 8,0 80

Rata-rata 78.0

Dari hasil nilai tersebut memperoleh rata-rata nilai tes 78.0 yang tergolong baik. Dalam tes siswa lebih banyak menggunakan kosakata dan lebih sedikit mengalami kesalahan dalam membuat kalimat. Siswa lebih banyak menemukan ide untuk bertanya dan menjawab berdasarkan gambar.

4.4 Analisis Data

Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan acak kata bergambar efektif digunakan dalam pembelajaran berbicara Bahasa Prancis, maka perlu adanya pengujian. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi indikator keberhasilan yaitu nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 75%. KKM tersebut berdasarkan intake, daya dukung, dan kompleksitas. Dan berdasarkan standar nilai ketuntasan klasikal yang telah ditentukan Depdikbud yaitu 85%.


(71)

Rekapitulasi nilai tes siswa : Responden Comprehension

de la consigne

Performance globale Structure simple correctes Lexique approprié Correction phonetique Jumlah

Alhadidi 1 2 2 1,5 1 75 Candra 1 2 2 1,5 1 75 Fahrizal 1 2 1,5 1,5 1 70

Faizal 1 2 2 1 1 70

Fauzi 1 2 1,5 1 1 60

Heru 1 2 1 1,5 0,5 60

Joko 1 2 2 2 1 80

Rio 1 2 2 1 1 70

Sahrul 1 2 2 1,5 0,5 70 Atika 1 2 2,5 2 1,5 80 Ayunika 1 2 2 1,5 1 75 Ferlita 1 2 2,5 1,5 1,5 85

Indah 1 2 2 1,5 1 75

Ita 1 2 2 1,5 1 75

Lenia 1 2 1,5 1,5 1 70

Lina 1 2 2 2 1 85

Lutfi 1 2 1,5 2 1 85

Miftakul 1 2 2 2 1,5 85 Miftakah 1 2 2 1,5 1 75

Nevia 1 2 2,5 2 1 85

Novinia 1 2 2 2 1,5 85 Nuris 1 2 2,5 2 1,5 85

Rima 1 2 2 1,5 1 75

Rina 1 2 3 2 1,5 95

Risma 1 2 2 2 1 80

Sofia 1 2 2 2 1,5 85

Sri 1 2 2,5 2 1 85

Ulva 1 2 2 2 1 80

Rata-rata 78.0

Untuk mencari nilai ketuntasan belajar kelas eksperimen menggunakan rumus sebagai berikut :

Ketuntasan belajar = x 100 %

= x 100 % = 75 %


(1)

(2)

(3)

(4)

LAMPIRAN 7 Dokumentasi


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS SISWA SMA NEGERI 2 MEDAN.

0 2 10

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita Berantai Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sribit 2, Sidoharjo,

0 5 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita Berantai dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas IV SD N 01 Ngemplak Tahun Ajaran

0 0 16

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA: Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 44

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GAMES PUZZLE BERGAMBAR DENGAN SISTEM OPERASI ANDROID PADA KETERAMPILAN MENULIS BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI SMA N 1 SANDEN.

0 0 167

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI IPA 1 SMA ANGKASA DENGAN TEKNIK PERMAINAN CADAVRE EXQUISE.

0 4 160

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN STRATEGI BUKU BERGAMBAR MINIM KATA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 IMOGIRI, BANTUL.

2 13 207

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA.

0 3 160

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS SISWA SMA NEGERI 3 KLATEN KELAS XI IPS DENGAN MEDIA PERMAINAN “SEDANG APA”.

1 5 210

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN KARTU KATA DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL.

3 4 194