PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA:PTK di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang.
AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
(PTK di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
EKA ELFRIDA RIANI HERWANTO 0909125
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SERANG
2013
(2)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Contextual Teaching and
Learning (CTL)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya
(PTK di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang)
Oleh
Eka Elfrida Riani Herwanto
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru sekolah Dasar
© Eka Elfrida Riani Herwanto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
i
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Eka Elfrida Riani Herwanto, NIM 0909125. Penerapan Model Pembelajaran
“Contextual Teaching and Learning” (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya (PTK di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang). UPI Kampus Serang. 2013.
Hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar masih sangat rendah. Pembelajaran IPA masih berorientasi pada penguasaan materi yang bersifat hapalan, sehingga kemampuan siswa dalam melakukan percobaan masih kurang. Untuk itu, harus ada upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa melakukan percobaan di kelas, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Berkaitan dengan permasalahan di atas, dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah penelitian: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran CTL? (2) Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran CTL? dan (3) Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning? Tujuan yang ingin dicapai adalah: (1) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran CTL pada proses pembelajaran (2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran CTL. dan (3) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran CTL. Metodologi penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classrom Action Research) dengan menerapkan Model Pembelajaran kontekstual. Sedangkan data penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini menerapkan tiga siklus, setiap siklus dideskripsikan hasilnya dan dianalisis sesuai dengan rumusan permasalahan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan didesain keterampilan kerja kelompok yang diberikan oleh guru model menunjukan pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif karenanya dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar. (2) Interaksi siswa dengan guru berkembang dengan baik, meningkatnya rasa ingin tahu siswa, serta antusias siswa terlihat pada setiap pembelajaran dan pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan bersama anggota kelompoknya. (3) Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) mengalami peningkatan yang sangat baik, hal ini bisa dilihat dari skor rerata hasil belajar siswa mulai dari siklus I mencapai 56,41 dan prosentase 25% dengan kategori cukup, pada siklus II nilai rerata siswa meningkat menjadi 67,17 dengan prosentase 46% masih dalam kategori cukup, dan kemudian pada siklus III mencapai 81,02 dengan prosentase 82% termasuk dalam kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran CTL pada pembelajaran IPA pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada guru dan kepala sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan.
(5)
Kata Kunci: Penerapan Model Pembelajaran, Contextual Teaching and Learning/CTL, Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya, PTK.
(6)
iv
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI halaman JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ………
KATA PENGANTAR ………..
DAFTAR ISI ………
DAFTAR TABEL ………
DAFTAR GRAFIK …….……….
DAFTAR GAMBAR ………
DAFTAR LAMPIRAN ………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………..
B. Rumusan Masalah ………..
C. Tujuan Penelitian ………...
D. Manfaaat Penelitian………
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ………...
1. Hakikat pembelajaran IPA ……….. i ii iv vii viii ix x 1 5 6 6 8 8
(7)
2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD) ……… 3. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) ………... 4. Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya ………..
B. Hasil Belajar ………...
C. Hasil Kajian yang Relevan ………...………..
D. Kerangka Berfikir ………...
E. Hipotesis Tindakan ……….
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pemilihan Metode Penelitian ……….
B. Desain Penelitian ………
1. Prosedur Pengembangan Program Tindakan ……….. 2. Prosedur Pelaksanaan Tindakan ……….. C. Subjek dan Lokasi Penelitian ……….
D. Definisi Operasional ………...
E. Instrumen Penelitian ………...
F. Analisis Data ………..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian ………….……….. B. Pelaksanaan Penelitian ………...
10 14 18 21 24 25 26 27 32 32 35 41 42 49 56 60 61
(8)
vi
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Rekapitulasi Hasil Penelitian ………. D. Pembahasan Hasil Penelitian ……….……… E. Jawaban Hipotesis Tindakan ………..
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………
B. Saran ……….………..
DAFTAR PUSTAKA ………...
LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
95 100 104
105 107
(9)
DAFTAR TABEL
halaman
1. Tabel 3.1. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ………... 2. Tabel 3.2. Kisi-kisi Soal ………... 3. Tabel 3.3. Format Pengolahan Skor Akhir Tes Siswa ……….. 4. Tabel 4.1. Pengolahan Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ……... 5. Tabel 4.2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ……… 6. Tabel 4.3. Pengolahan Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus II …….. 7. Tabel 4.4. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ……….. 8. Tabel 4.5. Pengolahan Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus III ……. 9. Tabel 4.6. Hasil Belajar Siswa pada Siklus III ………. 10. Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I –III ………
51 55 58 70 71 81 82 92 93 97
(10)
viii
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK
halaman
(11)
DAFTAR GAMBAR
halaman
1. Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang Dikembangkan Oleh Kemmis dan Mc Taggart ……... 2. Gambar 4.1. Kerja Kelompok Siswa pada Siklus I …………... 3. Gambar 4.2. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi pada Siklus I ………… 4. Gambar 4.3. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi pada Siklus II ……….. 5. Gambar 4.4. Siswa Dibentuk dalam Kelompok ……….. 6. Gambar 4.5. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus III ………..
34 66 67 77 88 88
(12)
x
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tugas Akhir/Skripsi 2. Surat Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan/ Observasi 3. Surat Keterangan Penelitian
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I – Siklus III 5. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I – Siklus III
6. Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I – Siklus III
7. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar terfokus pada guru, dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Dengan demikian, pembaharuan kurikulum harus terus dilakukan untuk tuntutan terhadap perubahan jaman. Seperti dikemukakan Nurhadi, dkk (2004:2) “Penyempurnaan kurikulum memang harus dilakukan untuk merespon terhadap kehidupan berdemokrasi,
globalisasi dan otonomi daerah”.
Proses pembelajaran yang terjadi di tingkat sekolah merupakan implementasi dari dokumen kurikulum yang tertulis dalam kurikulum yang berlaku di setiap tingkatan sekolah. Semua bahan ajar yang tersaji pada setiap mata pelajaran tersebut akan mencapai tujuan pembelajaran dengan baik apabila guru mampu memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga dapat meningkatkan berbagai potensi sebagaimana diharapkan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa:
(14)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan”.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena itu IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan IPA sebagai bagian dari pendidikan, umumnya memiliki peran penting di dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan manusia yang berkualitas, yaitu manusia mampu berpikir kritis, logis, dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi. Dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, siswa mempelajari berbagai konsep dan salah satu konsep yang dipelajari adalah konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
Menurut pengamatan yang sudah dilakukan, guru tersebut cenderung lebih memilih metode ceramah dalam setiap proses pembelajarannya, dan cenderung dikuasai oleh teori-teori dan kurang memperhatikan hubungan konsep sains dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka
(15)
sehari-hari. Sains yang diperoleh siswa di sekolah-sekolah terkesan jauh dari masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan di masyarakat.
Dengan demikian dari permasalahan diatas, diperlukannya model pembelajaran yang aktif dan efektif yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Untuk mengatasi hal tersebut penulis memberikan suatu cara atau teknik dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan menggunakan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran IPA tentang konsep cahaya dan sifat-sifatnya dimaksudkan agar siswa memperoleh kesempatan untuk meningkatkan dan menumbuhkan kepeduliannya terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat akibat ketidaktahuan, sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Pendekatan kontekstual menurut Nurhadi, dkk (2004: 5) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakaan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Pembelajaran yang dianggap mampu menjawab persoalan pembelajaran lebih lanjut diungkapkan Nurhadi dkk, (2004: 3-4) sebagai berikut:
“Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi 'mengingat' jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita! Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya
(16)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki kelebihan antara lain siswa dapat lebih memahami apa yang dipelajari karena pembelajaran dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari.
Kecenderungan dalam dunia pendidikan kita dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah dan siswa mengalami sendiri apa yang mereka
pelajari. Seperti diungkapkan Nurhadi dkk, (2004: 3) “Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya”.
Melihat kenyataan ini, penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) pada kegiatan belajar mengajar cocok untuk digunakan pada pembelajaran konsep cahaya dan sifat-sifatnya di Sekolah Dasar.
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) “memiliki peranan yang sangat
penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan observasi dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Kemmis & Mc Taggart, 1982 ).”
Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yang diharapkan dapat menjadi alternatif pendekatan yang
(17)
tepat dalam peningkatan hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang. Berdasarkan dari latar belakang itulah penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Dan Sifat-Sifatnya di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang”.
B. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang diatas, untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan penelitian, maka perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini agar penelitian lebih terarah sesuai dengan masalah-masalah yang telah ditentukan, maka perumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya?
2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya?
3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya?
(18)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian
Agar penelitian dapat dilakukan sesuai dengan tujuan, maka perlu adanya rumusan tujuan yang jelas. Sujana (1992:38) menyatakan bahwa “tujuan penelitian adalah tentang hal-hal yang hendak dicari, ditemukan atau ingin dicapai dari suatu kegiatan penelitian”. Untuk itu penulis menguraikan tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk:
1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
2. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
3. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa
a. Memberikan motivasi untuk dapat meningkatkan hasil belajar
b. Memfasilitasi siswa untuk lebih memahami konsep yang diajarkan karena pembelajaran berkaitan dengan kehidupan kesehariannya, terutama dalam meningkatkan pemahaman pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
(19)
2. Bagi Guru
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru kelas dalam upaya membantu siswa terhadap mata pelajaran Sains/IPA untuk meningkatkan kualitas di dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan efektivitas mengembangkan kemampuan profesional untuk mengadakan perubahan, perbaikan dalam pembelajaran IPA (sains) melalui penerapan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL). 3. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas.
b. Mengetahui permasalahan pembelajaran IPA secara langsung serta dapat mencari solusi yang tepat.
c. Mengembangkan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai suatu strategi dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar.
(20)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN A. Pemilihan Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini memiliki peran yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan mendeteksi masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
John Elliot (dalam Depdiknas, 2003: 7) mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan PTK ialah “kajian tentang situasi sosial dengan maksud
untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan lingkungan yang diperlukan”.
Sementara Hopkin (dalam Wiriaatmaja, 2005: 11) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas atau Claasrom Action Research adalah “penelitian
yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau sesuatu usaha seseorang
(21)
untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan”.
Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Depdiknas, 2003:7), yang menyatakan bahwa “PTK
adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut”.
Sedangkan menurut Hardjodipuro (dalam Depdiknas, 2003:7) dikatakan
bahwa “PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui
perubahan, dengan mendorong para guru untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut, dan agar mau untuk mengubahnya”.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pendekatan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dengan mengkaji situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan memperbaiki praktik pengajaran yang dilakukan para guru. Penelitian Tindakan Kelas bukan hanya mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK akan mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam
(22)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
1. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan definisi di atas penulis dapat menemukan karateristik dari PTK, yang membedakannya dengan jenis penelitian lain, bahwa PTK itu kegiatan nyata untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas, dan merupakan tindakan yang dilakukan oleh guru kepada siswa, diantaranya: a. Masalah pada PTK muncul dari kesadaran pada diri guru, yang harus
diperbaiki dengan prakarsa perbaikan dari guru, bukan orang dari luar. Dengan demikian, masalah dalam PTK berasal dari permasalahan nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran dikelas.
b. PTK merupakan penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri (self reflective inquiry).
c. PTK dilakukan di dalam kelas, fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran dikelas yang berupa prilaku guru dan siswa dalam berinteraksi.
d. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK dilakukan.
e. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesionalisme guru, karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan sistematis, mampu membiasakan guru untuk menulis, dan membuat catatan.
(23)
Berdasarkan karakteristik di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dilakukan karena ditemukan adanya masalah-masalah dalam proses kegiatan pembelajaran sehari-hari, maka dengan adanya PTK ini peneliti berupaya untuk memperbaiki pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya melalui beberapa tahapan.
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan utama dari pelaksanaan PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan guru dalam pengembangan profesionalnya. Secara rinci, tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk:
a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran disekolah
b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan didalam dan diluar kelas
c. Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan d. Menumbuhkan budaya akademik dilingkungan sekolah sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini harus benar-benar dapat dicapai, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan dilaksanakannya PTK, berarti peneliti senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya dengan merancang suatu rencana pembelajaran yang merujuk pada peningkatan kualitas belajar siswa.
(24)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Alasan Mengapa Harus PTK
Sesuai dengan definisi serta karakteristik dan tujuan PTK di atas, PTK sangat bermanfaat untuk guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Beberapa pakar penelitian mengajukan alasan tentang pentingnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai suatu jenis penelitian untuk dilaksanakan. Beberapa alasan itu antara lain adalah sebagai berikut:
a. Penelitian tindakan kelas menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan atau profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
b. Penelitian tindakan kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji sendiri kegiatan praktik pembelajaran sehari-hari yang dilakukan di kelas.
c. Penelitian tindakan kelas tidak membuat guru meninggalkan tugasnya. Artinya guru tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa. Namun pada saat yang bersamaan dan secara terintegrasi guru melaksanaan penelitian.
d. Penelitian tindakan kelas mampu menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek
(25)
B. Desain Penelitian
1. Prosedur Pengembangan Program Tindakan
Dilihat dari karakteristik dan tujuan PTK di atas, maka penelitian tindakan kelas yang diambil oleh peneliti adalah PTK Menurut Kemmis dan M.C. Taggart, dengan melalui empat tahap, yaitu: Perencanaan (planning), Tindakan (action), Pengamatan (observation), Refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). (Arikunto, 2010: 104).
a. Perencanaan (Planning)
Rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Langkah-langkah atau tindakan yang akan dilakukan perlu direncanakan secara rinci sehingga benar-benar dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Dapat disimpulkan dalam tahapan ini peneliti dan guru bekerja sama merencanakan hal-hal sebelum proses mengajar berlangsung, penyusunan RPP, penetapan media dan kondisi fisik serta mental guru harus dipersiapkan secara matang.
b. Pelaksanaan tindakan (action)
Tahap ini merupakan realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya dalam perencanaan. Dapat disimpulkan, pada tahap ini yaitu proses pembelajaran
(26)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran dengan materi dan strategi yang sudah direncanakan. Sementara itu observer (guru mitra) menyimak pembelajaran hingga selesai lalu kemudian mengadakan beberapa penilaian terhadap proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
c. Observasi (observation)
Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Istilah observasi lebih sering digunakan dalam penelitian tindakan kelas karena data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses berupa perubahan kinerja pembelajaran, walaupun data tentang hasil kegiatan pembelajaran juga diperlukan.
Dalam tahap ini peneliti mengolah data yang didapatkan untuk kemudian direfleksikan pada siklus terakhir PTK baik kelebihan ataupun kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
d. Refleksi (reflection)
Tahapan ini merupakan tahapan memproses data yang didapat saat melakukan pengamatan. Kemudian data tersebut ditafsirkan dan dideskripsikan, dianalisis dan disintesiskan. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan. Selanjutnya peneliti dan guru bekerjasama dalam membuat tindak lanjut pembelajaran yang
(27)
telah dilaksanakan, selanjutnya juga peneliti dan guru merencanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus berikutnya.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilihat seperti yang tampak pada gambar di bawah ini:
1.
Gambar 3.1: Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart Sumber: (Wiriaatmadja 2009:66)
Siklus III, Dst... Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan
Perencanaan Siklus
II Siklus
I Pra Siklus
(28)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Demikianlah secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus, yang diikuti oleh siklus-siklus lain yang secara berkesinambungan.
2. Prosedur Pelaksanaan Tindakan
Rangkaian kegiatan penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan (penelitian pendahuluan) tentang pola pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas. Prosedur pelaksanaan tindakan yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut:
a. Pra Siklus
Pra siklus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah studi pendahuluan sebelum tindakan kelas dilakukan terhadap praktek pembelajaran yang dilaksanakan.
1. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan suatu observasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam pembelajaran, juga mengamati proses kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan guru dalam pengunaan alat peraga edukatif, fasilitas belajar yang digunakan serta interasi siswa dalam pembelajaran.
2. Refleksi
Hasil observasi lalu dijadikan bahan refleksi dan dikonfirmasikan dengan hasil kajian teoritis yang relevan sehingga menghasilkan suatu program pengembangan tindakan yang dipandang akurat dan sesuai dengan situasi, dan menentukan perencanaan pembelajaran
(29)
yang akan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk pelaksanaan siklus I. b. Siklus I
1) Rencana
Kegiatan ini dimaksudkan peneliti bersama guru menyusun rencana pembelajaran pada materi konsep cahaya dan sifat-sifatnya, dengan memperhatikan hasil observasi dan refleksi dari kegiatan pra siklus, hal ini dimaksudkan sebagai wujud revisi dari kelemahan yang terjadi pada kegiatan pra siklus. Kegiatan perencanaan ini meliputi:
a) Merancang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL).
b) Mempersiapkan buku sumber pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
c) Membuat soal-soal tentang cahaya dan sifat-sifatnya untuk memancing pendapat siswa.
2) Tindakan
Kegiatan ini dimaksudkan peneliti melakukan apa yang telah direncanakan bersama, sebagai tindakan untuk perbaikan dari kekurangan atau kelemahan yang terjadi pada kegiatan pra siklus, yaitu melaksanakan pembelajaran IPA tentang cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
(30)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3) Observasi
Kegiatan ini dimaksudkan peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus I, “apakah tindakan tersebut telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan atau ada hambatan masalah baru yang terjadi sebagai bahan refleksi?”
4) Refleksi
Kegiatan ini dimaksudkan peneliti dan guru mengadakan diskusi dan evaluasi dari hasil observasi. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan diskusi dan evaluasi tentang pelaksanaan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), sebagai pertimbangan untuk melaksanakan tindakan pada siklus II.
c. Siklus II
Berdasarkan Refleksi pada siklus I, maka Peneliti dan guru mitra akan merencanakan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Kegiatan ini dimaksudkan peneliti bersama guru merencanakan pembelajaran dari hasil observasi dan refleksi dari kegiatan siklus I sebagai wujud revisi dari kelemahan yang terjadi pada kegiatan siklus I. Adapun kegiatan pada tahap perencanaan pada siklus I diantaranya:
(31)
b. Membuat rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk siklus II.
c. Mempersiapkan lembar pedoman observasi. d. Menentukan jadwal untuk pelaksanaan siklus II. 2. Tindakan
Berdasarkan dari pelaksanaan, maka tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, dan guru mitra sebagai observer. Adapaun langkah-langkah pembelajaran pada proses tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
a. Dibagian awal pembelajaran guru melakukan apersepsi: Melakukan tanya jawab atau brainstorming tentang kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan cahaya dan sifat-sifatnya. b. Setiap siswa membentuk kelompok lima sampai enam orang
dengan mempraktekan sendiri bahwa cahaya dapat dibiaskan. c. Siswa bersama guru membahas hasil kerja kelompok, kemudian
perwakilan siswa mempersentasikan hasil kerja kelompoknya. d. Siswa melakukan refleksi tentang proses kontekstual dan
menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini 3. Observasi
a. Observer (guru mitra) melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan
(32)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
b. Mencatat perubahan aktivitas siswa pada saat pembelajaran pada lembar pedoman observasi.
4. Refleksi
a. Merefleksi proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
b. Merefleksi hasil perubahan aktifitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
c. Menganalisis hasil temuan dan hasil penelitian pada siklus II, dan merencanakan untuk menindaklanjuti pada siklus III.
d. Siklus III
Berdasarkan refleksi pada siklus II, maka Peneliti dan guru mitra akan merencanakan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Kegiatan ini dimaksudkan peneliti bersama guru merencanakan pembelajaran dari hasil observasi dan refleksi dari kegiatan siklus II sebagai wujud revisi dari hasil temuan dan kelemahan-kelamahan yang terjadi pada kegiatan siklus II.
(33)
a. Mendata masalah dan temuan-temuan pada siklus II, lalu dievaluasi dan didiskusikan untuk mencari upaya perbaikan dan diterapkan pada pembelajaran di siklus III,
b. Merancang rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus II.
c. Mempersiapkan lembar pedoman observasi. d. Menentukan jadwal untuk pelaksanaan siklus II. 2. Tindakan
Berdasarkan dari perencanaan, maka tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, dan guru mitra sebagai observer. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada siklus III adalah sebagi berikut:
a. Diawal pembelajaran guru melakukan apersepsi: Memberi gambaran tentang cahaya, bahwa cahaya dapat merambat lurus dan dapat dipantulkan. Kemudian melakukan tanya jawab tentang kegiatan yang dapat memantulkan cahaya.
b. Siswa bersama guru membahas tentang cahaya yang dapat merambat lurus dan dapat dipantulkan.
c. Siswa melakukan refleksi tentang proses kontekstual dan menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini.
(34)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Observasi
a. Melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
b. Mencatat perubahan aktivitas siswa pada saat pembelajaran pada lembar pedoman observasi.
4. Refleksi
a. Merefleksi proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
b. Merefleksi hasil perubahan aktifitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
C. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa yakni keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dikelas V SD Negeri Limpar Kecamatan
(35)
Curug Kota Serang, dengan jumlah 39 siswa yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 25 orang siswa perempuan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan di Sekolah Dasar Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang, dengan alasan dan pertimbangan karena lokasi penelitian cukup strategis, dan merupakan tempat dilaksanakannya Program Pengalaman Lapangan (PPL). Alasan memilih lokasi SD Negeri Limpar, karena minat siswa kelas V (lima) terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) masih cukup baik serta guru kelas V (lima) belum pernah menggunakan teknik/metode mengajar dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
D. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam proses model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), sebelum pembelajaran dimulai siswa dituntun untuk berpikir antara pelajaran yang akan diajarkan dengan kehidupannya sehari-hari, sehingga siswa dapat mengalami langsung apa yang sedang
(36)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dipelajarinya dan mengaitkannya dengan kehidupanya yang nyata. Karena semakin dekat dengan dunia nyata, maka akan semakin baik pula pengaruhnya terhadap kecakapan siswa.
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara.
Pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan “konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Imam Mujahid, 2005:3).”
Metode CTL memiliki kelebihan. Kelebihannya antara lain siswa dapat lebih memahami apa yang dipelajari karena pembelajaran dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam hal ini, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
(37)
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kontekstual yang akan dilakukan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk konsep cahaya dan sifat-sifatnya.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d. Menciptakan masyarakat belajar.
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai suatu model, dalam implementasinya tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL.
Setiap model pembelajaran, memiliki unsur kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi pada adanya perbedaan tertentu dalam membuat desain (skenario) yang disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.
(38)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu :
a. Konstruktivisme (Contructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibagung oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.
(39)
e. Pemodelan (Modelling)
Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL.
2. Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya
Materi pada penelitian ini difokuskan pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya, dengan beberapa sub topik yaitu cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat
(40)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dibiaskan, dan cahaya putih terdiri atas berbagai warna. Cahaya merupakan salah satu bentuk energi yang banyak manfaatnya.
Cahaya merupakan salah satu bentuk energi yang banyak dimanfaatkan. Cahaya dapat berasal dari matahari, lampu, senter, atau lainnya. Benda-benda yang dapat menghasilkan cahaya disebut sumber cahaya. Sumber cahaya yang utama bagi bumi adalah matahari.
Cahaya memiliki sifat-sifat, diantaranya: a) Cahaya merambat lurus
Salah satu sifat cahaya adalah merambat lurus dari sumbernya. Contoh yang membuktikan cahaya merambat lurus tampak pada berkas cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam ruangan yang gelap. Demikian pula dengan berkas lampu sorot pada malam hari.
b) Cahaya menembus benda bening
Benda bening adalah benda yang dapat meneruskan cahaya. Ketika mengenai benda bening cahaya akan diteruskan. Benda-benda yang dapat meneruskan cahaya secara sempurna disebut benda bening. Sedangkan, pada gelas yang berisi air sabun, hanya sebagian cahaya yang diteruskan. Benda-benda yang dapat meneruskan cahaya tetapi tidak sempurna, disebut benda keruh.
Selain benda bening dan benda keruh, ada pula yang disebut benda gelap. Jika cahaya mengenai benda gelap, benda tersebut tidak dapat meneruskan cahaya. Benda gelap hanya memantultak cahaya.
(41)
c) Cahaya dapat dipantulkan
Hukum pemantulan cahaya menyatakan: sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada sebuah bidang datar.
Ada dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur atau difus. Pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai benda yang permukaannya datar dan licin, misalnya cermin atau kaca. Pemantulan baur atau difus terjadi jika cahaya mengenai benda yang permukaannya tidak rata atau kasar.
Cermin dapat menghasilkan pemantulan teratur. Berdasarkan bentuknya, cermin dibedakan menjadi tiga macam, yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.
d) Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya akan mengalami pembiasan jika merambat melalui dua media yang kerapatannya berbeda. Pembiasan cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya. Akibat pembiasan, benda tidak terlihat seperti keadaan sesungguhnya. Bentuk benda tampak berubah.
Demikian pula, posisi benda terlihat berbeda. Misalnya, dasar kolam terlihat lebih dangkal jika kita melihatnya dari atas air.
Jika cahaya datang dari suatu zat yang kerapatannya kurang (misalnya udara) menuju ke zat yang kerapatannya lebih besar (misalnya air), cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.
(42)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya merupakan kumpulan dari sinar yang disebut berkas cahaya. Berkas cahaya dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu menyebar, mengumpul, dan sejajar. Cahaya merambat lurus. Jika cahaya mengenai suatu benda, cahaya tersebut dipantulkan, diserap, atau dibiaskan.
3. Hasil Belajar
Menurut Kunandar (2011: 276) “hasil belajar adalah suatu akibat
dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”.
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah berupa nilai tes hasil belajar siswa, dan tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dicuplik pada lembar observasi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah “alat untuk memperoleh data yang pada hakeketnya adalah untuk mengukur variabel penelitian” (Sudjana, 1997:58). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berupa tes hasil belajar dan nontes berupa observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diantaranya yaitu:
(43)
1. Pedoman Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekan elektronik, atau pemetaan kelas. (Mills (2004), dalam Kunandar (2011:143)
Tujuan tindakan observasi adalah untuk memperoleh data perilaku siswa sehingga didapatkan hasil perubahan perilaku siswa. Pedoman obervasi yaitu suatu cara pengumpulan data yang menginventariskan data tentang sikap siswa dalam belajarnya, aktivitas siswa, dan juga untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperbaiki, dipertahankan atau ditingkatkan pada pembelajaran selanjutnya.
Berikut ini merupakan pedoman observasi yang akan digunakan oleh observer untuk proses pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Yakni berupa pedoman observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
(44)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual
No Aspek yang
Diobservasi Deskriptor
Observasi Catatan Pengamat Ya Tidak
1 Konstruktivisme a. Mengaitkan antara materi dengan lingkungan. b. Membangkitkan
rasa ingin tahu siswa dalam pengaitan antar konteks.
c. Siswa membangun sendiri
pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dalam
pembelajaran. d. Mengkonstruksikan
antara pengetahuan yang didapat. 2. Menemukan
(Inquiry)
a. Merumuskan masalah. b. Melakukan
observasi.
c. Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan dalam bentuk laporan. d. Mengomunikasikan
atau menyajikan hasilnya pada pihak lain.
3. Bertanya a. Pertanyaan sesuai dengan materi pembelajaran. b. Menonjolkan ide
kreatifitas.
c. Memberikan respon dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
(45)
merespon. 4. Masyarakat
Belajar
a. Bekerjasama sesuai dengan tugas. b. Aktif dalam
berdiskusi.
c. Kekompakan dalam penyelesaian
masalah. d. Siswa dapat
menyimpulkan hasil diskusi.
5. Pemodelan a. Keaktifan dalam penampilan.
b. Ketangkasan dalam penampilan.
c. Ketepatan dalam penampilan. d. Kekreatifitasan
dalam penampilan. 6. Refleksi a. Merespons semua
kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi pada pembelajaran. b. Memberikan kesan
dan pesan mengenai pembelajaran. c. Mengajukan kritik
dan saran.
d. Menciptakan sebuah solusi.
7. Penilaian Autentik
a. Menguasai materi pelajaran.
b. Ketekunan dan keuletan c. Aktif dan
responsive. d. Siswa dapat
menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-harinya.
(46)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel di atas merupakan pedoman observasi yang pada pelaksanaanya observer akan menuliskan hasil temuan pada lembar observasi yang disediakan oleh peneliti dan disesuaikan dengan deskriptor pada pedoman observasi di atas.
2. Tes
“Tes adalah serentetan pertanyaaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2006: 150). Sedangkan menurut Buchori dalam Daryanto (2007: 35) dikatakan bahwa tes adalah percobaan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat pengumpul informasi tentang hasil belajar siswa.
Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes yang dilakukan oleh peneliti dalam proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini merupakan dasar untuk menentukan hasil dari penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPA dikelas V pada Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya.
Tes hasil belajar yang diambil dalam penelitian ini adalah Tes tertulis. Pada dasarnya tes tertulis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tes uraian (essay test) dan tes objektif (objektive test). Dalam penelitian peneliti menggunakan tes prestasi hasil belajar dengan menggunakan tes Uraian. Dalam Solehudin dan Rakhmat (2006: 29) dijelaskan bahwa “tes
(47)
uraian merupakan suatu bentuk soal yang harus dijawab atau dipecahkan oleh testi (siswa) dengan cara mengemukakan pendapatnya secara terurai”. Dengan menggunakan tes uraian, siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mengemukakan pendapatnya dalam menjawab soal. Adapun alasan peneliti mengambil tes uraian, karena disesuaikan dengan metode pembelajaran yang akan berlangsung, bahwasanya dengan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) itu berupaya mengaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa, untuk dapat mengemukakan pendapatnya dan melakukan proses berpikir secara luas dan terbuka.
Adapun kisi-kisi soalnya adalah sebagai berikut :
Standar Kompetensi: Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model.
(48)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Kisi-kisi Soal
Siklus Pokok / Sub Pokok Bahasan
Tingkat Kesukaran
Tingkatan kognitif
Jumlah
C1 C2 C3
1. Sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap)
Mudah *1,2
5
Sedang *3,4
Sukar *5
Jumlah 5
2.
Sifat-sifat cahaya yang dapat dibiaskan
Mudah *1,2
5
Sedang *3,4
Sukar *5
Jumlah 5
3. Sifat cahaya yang dapat merambat lurus dan dapat dipantulkan
Mudah *1,2
5
Sedang *3,4
Sukar *5
Jumlah 5
* nomor soal
Tabel diatas merupakan kisi-kisi soal yang akan diberikan pada saat pelaksanaan tindakan penelitian. Soal yang diberikan berjumlah lima soal dengan tingkatan kognitif pengetahuan, pemahaman, dan penerapan dan tingkat kesukaran yang berbeda
(49)
F. Analisis Data 1. Persiapan
Pada tahap ini peneliti mengecek kelengkapan data, maksudnya memeriksa lembar observasi hasil temuan observer, dan mengecek data nama siswa sampai kelengkapan identitas pengisi instrumen, dan juga hasil tes siswa.
2. Pengolahan data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan klasifikasi dan dianalisa berdasarkan tujuan untuk memudahkan pengolahan dan pengambilan prosentase keberhasilan.
a. Lembar Pedoman Observasi
Untuk memperoleh data yang lebih relevan dalam bentuk kualitatif, dan disesuaikan dengan format lembar observasi yang telah disediakan, maka untuk mengetahui tingkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dilakukan oleh guru model (peneliti), observer menuliskan hasil temuan dari pengamatannya pada lembar observasi yang disediakan, dan hasilnya akan ditafsirkan oleh peneliti.
(50)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mendapatkan data yang reliabel sesuai dengan tes yang akan diberikan yaitu berupa tes uraian sebanyak lima buah soal. Dengan demikian penyekoran jawaban tes uraian yang diperoleh siswa dilakukan dengan cara sistem bobot (weighting system). Maksudnya adalah item dengan kriteria mudah, sedang dan sukar masing-masingnya diberikan bobot tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran. Dan dalam analisis data hasil tes pada penelitian ini bobot yang diberikan adalah sebagai berikut:
- Soal dengan kategori mudah bobot nilainya = 1 - Soal dengan kategori sedang bobot nilainya = 2 - Soal dengan kategori sukar bobot nilainya = 3
Adapun cara penyekoran dengan sistem bobot ini untuk mendapatkan perolehan skor hasil tes belajar siswa tersebut ditentukan atas kelengkapan jawaban siswa itu sendiri secara keseluruhan. Dengan interval skor mulai dari satu sampai sepuluh, dan kriteria penilaiannya disesuaikan dan didasarkan pada kemampuan daya berpikir siswa terhadap setiap soal berdasarkan tingkat kesukarannya. Adapun pengolahan skor tes akhir belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
(51)
Tabel 3.3 Format Pengolahan Skor Akhir Tes Siswa
Nama Siswa :
No. Absen :
No. Soal Bobot Skor ∑B
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
Jumlah 5
∑ Sx B N =
∑ Bobot
Maka dengan demikian peneliti menentukan skor hasil belajar siswa dengan menggunakan rumus:
Adapun rumus untuk menentukan nilai akhirnya adalah: ∑ Skor x Bobot
Skor Akhir Siswa = ∑ Bobot
(52)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nilai Akhir Siswa= Skor Hasil Sisiwa X 10 Dan nilai rata-rata kelasnya ditentukan dengan rumus:
Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan rumus di atas, maka disesuaikan dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
- Skor nilai 90 – 100 = A (baik sekali) - Skor nilai 80 – 89 = B (baik) - Skor nilai 65 – 79 = C (cukup) - Skor nilai 55 – 64 = D (kurang) - Skor nilai 55 = E (buruk) (Sumber: Cece Rakhmat dan Solehudin 2006 : 67). c. Dokumentasi
Untuk memperkuat data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto sebagai dokumentasi hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan peneliti. Hasil dokumentasi merupakan salah satu data akurat dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
Nilai Rata-rata Kelas = ∑ Nilai Akhir Siswa ∑ Siswa
P= Siswa Yang Tuntas Belajar X 100 % Siswa
(53)
(54)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh peneliti pada penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari mulai pelaksanaan pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III, adalah sebagai berikut:
1. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan didesain keterampilan kerja kelompok yang diberikan oleh guru model (peneliti) terhadap pembelajaran sudah bisa menunjukan pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif karenanya dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar. Guru sudah bisa menciptakan pembelajaran yang kolaboratif, dengan demikian interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran sudah terlihat. Bahkan guru sudah bisa mengajak siswa untuk bisa berpikir terbuka dan menuangkan ide gagasannya terhadap permasalahan yang disajikan.
2. Berdasarkan hasil pengamatan observer (guru mitra) terhadap proses pembelajaran pada pelaksanaan siklus I sampai siklus III, dapat peneliti deskripsikan hasil pengamatannya bahwa aktifitas siswa pada setiap siklusnya semakin meningkat. Hal itu bisa terlihat bahwa setiap siswa sudah bisa mengeksplorasi dalam mengikuti pembelajaran, peningkatan
(55)
terlihat dari munculnya aktifitas siswa pada setiap deskriptor yang ada pada rubrik pedoman observasi yang dibuat oleh peneliti. Interaksi siswa dengan guru tampak berkembang pada saat pembelajaran, meningkatnya rasa ingin tahu siswa, serta antusias siswa terlihat pada setiap pembelajaran dan pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan bersama anggota kelomponya. Guru sudah bisa menciptakan pembelajaran yang kolaboratif, sehingga interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran sudah terlihat.
3. Hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) mengalami peningkatan yang sangat baik, hal ini bisa dilihat dari skor rerata hasil belajar siswa mulai dari siklus I mencapai 55,12 dan prosentase 25% dengan kategori cukup, pada siklus II nilai rerata siswa meningkat menjadi 64,35 dengan prosentase 46% masih dalam kategori cukup, dan kemudian pada siklus III mencapai 75,38 dengan prosentase 82% termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan khususnya pada pembelajaran IPA konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian pada penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya ini telah berhasil dan memperoleh hasil yang sangat baik dengan
(56)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatnya skor hasil belajar siswa dan mampu melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan baik sehingga terciptanya pembelajaran yang aktif dan dapat mengeksplorasi siswa untuk bisa berpikir secara terbuka terhadap masalah yang diungkap. sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Karenanya siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang disajikan dalam proses pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan penelitian tindakan kelas di kelas V SDN Limpar terhadap pembelajaran IPA, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru Kelas
- Dalam mengajar sebaiknya guru tidak langsung memasuki pada materi pokok yang akan disampaikan. Kendati demikian, guru sebaiknya memotivasi siswa terlebih dahulu. Dan guru sebaiknya tidak mendominasi terhadap kegiatan pembelajaran.
- Guru sebaiknya menjadi fasilitator, dan motivator bagi siswa selama proses pembelajaran, sehingga siswa mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Dalam memberikan pembelajaran guru senantiasa menciptakan atau menggunakan alat peraga.
(57)
- Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan jalan atau alternatif dalam mengatasi kesulitan tentang suatu materi pelajaran karena dalam model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa bisa bereksplorasi dan bisa berpikir secara terbuka dengan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
2. Kepala Sekolah
Selaku pemegang kebijakan tertinggi di sekolah, kepala sekolah hendaknya memberikan dukungan dan penghargaan kepada guru yang berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memilih pendekatan atau metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarakan, serta kepala sekolah senantiasa selalu memantau guru dengan memberikan masukan-masukan atau saran terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru guna mewujudkan peningkatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
3. Peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, dikarenakan dalam penelitian ini masih ditemukan adanya kekurangan, maka hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan diskusi dan referensi untuk diteliti lebih lanjut sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan pada pembelajaran IPA dimasa yang akan datang.
(58)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Bumi Aksara.
Barlia, Lily (2009). Teori Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Subang: Royyan Press
Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dryden, Gordon dan Vos Jeannette. (2000). Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution). Terjemahan. Bandung: Kaifa.
Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Mikrodo, dkk. (2007). IPA SD untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta : Erlangga.
(59)
Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Popham, W. James dan Beker, Eva L. (2001). Establising Instructional Gools and systematic Intruction. Teknik Mengajar secara Sistematis (Terjemahan). Jakarta: Rieka cipta.
Putri, dkk. (2012). Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. 17, 50-54.
Rachmat, dkk. (2007). Sains Sahabatku Pelajaran IPA untuk SD Kelas 5. Jakarta: Ganeca Exact.
Rakhmat C & Solehuddin M. 2006. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung. CV Andira
Roestiyah N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sujana, Atep. (2009). Peta Konsep (concept maps) dalam Pembelajaran Sains : Studi pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD). Jurnal Pendidikan Dasar. 12, 3-5.
(60)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wiriaatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusnandar, E. Dan Nur’aini. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. UPI Serang
(1)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013
PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
terlihat dari munculnya aktifitas siswa pada setiap deskriptor yang ada pada rubrik pedoman observasi yang dibuat oleh peneliti. Interaksi siswa dengan guru tampak berkembang pada saat pembelajaran, meningkatnya rasa ingin tahu siswa, serta antusias siswa terlihat pada setiap pembelajaran dan pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan bersama anggota kelomponya. Guru sudah bisa menciptakan pembelajaran yang kolaboratif, sehingga interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran sudah terlihat.
3. Hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) mengalami peningkatan yang sangat baik, hal ini bisa dilihat dari skor rerata hasil belajar siswa mulai dari siklus I mencapai 55,12 dan prosentase 25% dengan kategori cukup, pada siklus II nilai rerata siswa meningkat menjadi 64,35 dengan prosentase 46% masih dalam kategori cukup, dan kemudian pada siklus III mencapai 75,38 dengan prosentase 82% termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan khususnya pada pembelajaran IPA konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian pada penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya ini telah berhasil dan memperoleh hasil yang sangat baik dengan
(2)
meningkatnya skor hasil belajar siswa dan mampu melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan baik sehingga terciptanya pembelajaran yang aktif dan dapat mengeksplorasi siswa untuk bisa berpikir secara terbuka terhadap masalah yang diungkap. sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Karenanya siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang disajikan dalam proses pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan penelitian tindakan kelas di kelas V SDN Limpar terhadap pembelajaran IPA, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru Kelas
- Dalam mengajar sebaiknya guru tidak langsung memasuki pada materi
pokok yang akan disampaikan. Kendati demikian, guru sebaiknya memotivasi siswa terlebih dahulu. Dan guru sebaiknya tidak mendominasi terhadap kegiatan pembelajaran.
- Guru sebaiknya menjadi fasilitator, dan motivator bagi siswa selama
proses pembelajaran, sehingga siswa mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Dalam memberikan
(3)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013
PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
- Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan jalan atau alternatif dalam mengatasi kesulitan tentang suatu materi pelajaran karena dalam model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa bisa bereksplorasi dan bisa berpikir secara terbuka dengan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
2. Kepala Sekolah
Selaku pemegang kebijakan tertinggi di sekolah, kepala sekolah hendaknya memberikan dukungan dan penghargaan kepada guru yang berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memilih pendekatan atau metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarakan, serta kepala sekolah senantiasa selalu memantau guru dengan memberikan masukan-masukan atau saran terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru guna mewujudkan peningkatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
3. Peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, dikarenakan dalam penelitian ini masih ditemukan adanya kekurangan, maka hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan diskusi dan referensi untuk diteliti lebih lanjut sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan pada pembelajaran IPA dimasa yang akan datang.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Bumi Aksara.
Barlia, Lily (2009). Teori Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Subang: Royyan Press
Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dryden, Gordon dan Vos Jeannette. (2000). Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution). Terjemahan. Bandung: Kaifa.
Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
(5)
Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013
PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Popham, W. James dan Beker, Eva L. (2001). Establising Instructional Gools and systematic Intruction. Teknik Mengajar secara Sistematis (Terjemahan). Jakarta: Rieka cipta.
Putri, dkk. (2012). Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. 17, 50-54.
Rachmat, dkk. (2007). Sains Sahabatku Pelajaran IPA untuk SD Kelas 5. Jakarta: Ganeca Exact.
Rakhmat C & Solehuddin M. 2006. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung. CV Andira
Roestiyah N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sujana, Atep. (2009). Peta Konsep (concept maps) dalam Pembelajaran Sains : Studi pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD). Jurnal Pendidikan Dasar. 12, 3-5.
(6)
Wiriaatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusnandar, E. Dan Nur’aini. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. UPI Serang [tidak diterbitkan]