PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG.

(1)

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA

MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN

BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

Edi Rismawan, S.Pd. 1009555

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

==================================================================

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN

MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA

MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI

KABUPATEN BANDUNG

Oleh Edi Rismawan S.Pd UPI Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Edi Rismawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd. NIP. 197005241994022001

Pembimbing II

Dr. Hj. Cicih Sutarsih, M.Pd. NIP. 197009291998022001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. NIP.195306121981031003


(4)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ...i

PERNYATAAN ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

ABSTRAK ...v

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Rumusan Masalah ...10

D. Tujuan Penelitian ...10

E. Manfaat Penelitian ...11

F. Struktur Organisasi Tesis ...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...14

A. Kinerja Mengajar Guru ...14

1. Pengertian Kinerja Mengajar Guru...14

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru ...16

3. Indikator Kinerja Mengajar Guru ...18

B. Supervisi Kepala Sekolah ...21

1. Konsep Supervisi Pendidikan ...21

2. Supervisi Klinis ...29

3. Prilaku Etik Supervisor Pendidikan ...33

C. Motivasi Berprestasi Guru ...35

1. Pengertian Motivasi ...35

2. Jenis-Jenis Motivasi ...37


(5)

4. Teori-Teori Motivasi ...40

5. Pengertian dan Karakteristik Motivasi Berprestasi Guru ...46

D. Kerangka Pemikiran ...49

E. Hipotesis Penelitian ...53

BAB III METODE PENELITIAN ...54

A. Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian ...54

B. Desain Penelitian ...56

C. Metode Penelitian ...57

D. Definisi Operasional ...57

E. Instrumen Penelitian ...59

F. Proses Pengembangan Instrumen ...60

G. Teknik Pengumpulan Data ...65

H. Analisis Data ...67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...71

A. Hasil Penelitian ...71

1. Gambaran Variabel Penelitian ...71

2. Analisa Model Pengukuran ...79

3. Analisa Model Struktural ...85

4. Pengujian Hipotesis ...89

B. Pembahasan ...91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...107

A. Kesimpulan ...107

B. Saran ...108

DAFTAR PUSTAKA ...109


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Ciri-Ciri Supervisor Otokratis dan Supervisor Demokratis ...34

3.2 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Supervisi Kepala Sekolah ...62

3.3 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Motivasi Berprestasi Guru ...63

3.4 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Kinerja Mengajar Guru ...63

3.5 Interpretasi Nilai r ...65

3.6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen X, Y1, dan Y2 ...65

4.7 Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ...71

4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif Supervisi Kepala Sekolah ...72

4.9 Uji Statistik Deskriptif Motivasi Berprestasi Guru ...74

4.10 Hasil Uji Statistik Deskriptif Kinerja Mengajar Guru ...77

4.11 Pengukuran CFA Supervisi Kepala Sekolah ...81

4.12 Pengukuran CFA Motivasi Berprestasi Guru ...83

4.13 Pengukuran CFA Kinerja Mengajar Guru ...85

4.14 Goodness of Fit Indeks Model Struktural ...87


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Faktor-Faktor Pembentuk Produktivitas ...17

2.2 Fungsi Supervisi Pendidikan ...23

2.3 Komponen-Komponen Dasar Motivasi ...39

2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian ...52

3.5 Desain Penelitian ...56

3.6 Tahapan Analisis Menggunakan CB-SEM ...68

4.7 Rata-Rata Indikator Variabel Supervisi Kepala Sekolah ...73

4.8 Rata-Rata Indikator Variabel Motivasi Berprestasi Guru ...75

4.9 Rata-Rata Indikator Variabel Kinerja Mengajar Guru ...78

4.10 Nilai Estimated Standardized-CFA Supervisi Kepala Sekolah ...80

4.11 Nilai T-Value-CFA Supervisi Kepala Sekolah ...81

4.12 Nilai Estimated Standardized-CFA Motivasi Berprestasi Guru ...82

4.13 Nilai T-Value-CFA Motivasi Berprestasi Guru ...82

4.14 Nilai Estimated Standardized-CFA Kinerja Mengajar Guru ...84

4.15 Nilai T-Value-CFA Kinerja Mengajar Guru ...84

4.16 Estimasi Full Model Struktural ...86

4.17 T-Value Full Model Struktural ...86

4.18 Estimasi Parameter Model Struktural-Model Path Diagram ...88


(8)

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN

BANDUNG

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih belum optimalnya kinerja mengajar guru Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Hal tersebut berdasarkan data tahunan dari supervisi yang dilakukan pengawas TK dan SD di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang menyebutkan bahwa perlu ada peningkatan lebih terhadap kinerja guru, baik dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian bagi peserta didik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) gambaran Supervisi Kepala Sekolah (2) gambaran Motivasi Berprestasi Guru; (3) gambaran Kinerja Mengajar Guru;(4) pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Motivasi Berprestasi Guru, (5) pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru, (6) pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru, (7) Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru.

Subjek penelitian adalah 200 guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Teknik analisis data menggunakan SEM (structural equation model) dengan menggunakan program SIMPLIS (SIMPLE LISREL). Data pada penelitian ini diolah melalui dua cara, yaitu: (1) analisis model pengukuran (analisis faktor) dan (2) analisis model struktural.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Supervisi Kepala Sekolah berada pada kategori baik, (2) Motivasi Berprestasi Guru berada pada kategori baik, (3) Kinerja Mengajar Guru berada pada kategori baik,(4) Supervisi Kepala Sekolah (X) berpengaruh positif terhadap Motivasi Berprestasi Guru (Y1), (5) Motivasi

Berprestasi Guru (Y1) berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y2),

(6) Supervisi Kepala Sekolah (X) berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y2), (7) Supervisi Kepala Sekolah (X) dan Motivasi Berprestasi Guru (Y1)

secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y2).

Rekomendasi dari penelitian ini yaitu: (1) Para guru dalam kegiatan supervisi hendaknya dilibatkan sebagai rekan dan sahabat bagi kepala sekolah, (2) kepala sekolah hendaknya melaksanakan supervisi dengan rutin dan berkesinambungan, (3) para guru hendaknya menjadikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebagai acuan, (4) para guru hendaknya menyiapkan teknik dan instrumen penilaian yang tepat.


(9)

PRINCIPAL EFFECT OF SUPERVISION

ACHIEVEMENT MOTIVATION AND PERFORMANCE OF TEACHERS TEACHING TEACHERS IN DISTRICT KERTASARI

BANDUNG

ABSTRACT

This research is motivated by the performance is still not optimal teaching elementary school teacher in the Environment Department of Education and Culture Kertasari District of Bandung Regency. It is based on annual data from regulatory supervision conducted in kindergartens and primary schools in the Environment Department of Education and Culture Kertasari districts of Bandung Regency stating that there needs to be improvement over the performance of teachers, both in the planning of learning, teaching practices, and assessment for learners.

The purpose of this study was to determine (1) description of the Principal Supervision (2) description of the Achievement Motivation of Teachers; (3) description of Teachers' Teaching Performance, (4) the effect of the Principal Supervision of the Teacher Achievement Motivation, (5) the effect of Achievement Motivation on the Performance of Teachers Teaching Teachers, (6) the effect of the Principal Supervision of the Teacher's Teaching Performance, (7) effect of Supervising Principal and Achievement Motivation of Teachers to Teaching Performance of Teachers.

Subjects were 200 elementary school teachers in the State Education Department of Environmental Kertasari District of Bandung Regency. Analysis using SEM (structural equation model) with the SIMPLIS program (SIMPLE LISREL). The data in this study is processed in two ways, namely: (1) analysis of the measurement model (factor analysis) and (2) the analysis of structural models. The results showed that (1) Supervising Principal are in the good category, (2) Achievement Motivation of Teachers are in the good category, (3) Teaching Performance of Teachers are in the good category, (4) Supervising Principal (X) positive effect on Achievement Motivation Teacher (Y1), (5) Teacher

Achievement Motivation (Y1) positive effect on the Performance of Teaching Teachers (Y2), (6) Supervising Principal (X) positive effect on the Performance of

Teaching Teachers (Y2), (7) Supervising Principal (X) and Achievement

Motivation Teacher (Y1) is jointly positive effect on the Performance of Teaching

Teachers (Y2).

Recommendations from this study are: (1) The teachers in supervision activities should be involved as a partner and friend of the principal, (2) the principal should undertake a regular and continuous supervision by, (3) the teachers should make learning implementation plans have been made as a reference, (4) the teacher should provide techniques and appropriate assessment instruments.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan kunci untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Oleh karena itu, profesi guru menjadi sangat menentukan sebagai ujung tombak pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan unggul. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul, pemerintah sebagai regulator mempunyai kewajiban untuk mencetak para guru yang berkualitas dan unggul pula.

Arah kebijakan pemerintah untuk mendorong terwujudnya hal tersebut salah satunya berupa Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya pada Pasal 7 Ayat 1 menjelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.


(11)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru mengamanatkan bahwa syarat menjadi seorang guru harus mempunyai kualifikasi akademik pendidikan minimal diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan yang sesuai dengan bidang garapannya juga diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Sedangkan Standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 5 Ayat 1 menjelaskan bahwa tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Kemudian pasal 6 menyebutkan kewajiban guru dalam melaksanakan tugas adalah:

a. merencanakan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan pembelajaran/ bimbingan yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/ bimbingan, serta melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan;

b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

c. bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; d. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode

etik guru, serta nilai agama dan etika; dan

e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Ciri utama dari berhasilnya membentuk guru yang berkualitas dan unggul dengan kata lain profesional di bidangnya adalah terwujudnya pendidikan yang bermutu. Operasionalnya dapat kita lihat pada Business Core sistem pendidikan nasional, yaitu kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran. Dengan demikian,


(12)

kinerja mengajar guru di sekolah akan sangat menentukan terhadap terwujudnya pendidikan nasional yang bermutu.

Namun sampai saat ini, Kinerja Mengajar Guru di Indonesia masih belum mencapai pada taraf yang memuaskan walaupun berbagai program telah pemerintah gulirkan. Hal ini dapat dilihat dari keterangan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP dan PMP) Kemdiknas Syawal Gultom (Burhani, 2011) yang mengatakan bahwa:

Program sertifikasi sudah dimulai sejak 2005 dan selama ini guru yang lolos proses sertifikasi melalui penilaian portofolio mendapat tunjangan satu kali gaji pokok, namun kenyataannya sertifikasi tersebut tidak memberikan dampak signifikan terhadap kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar. Ia juga mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), pasca program pemberian sertifikasi guru melalui penilaian portofolio sejak tahun 2005 lalu tidak memberi dampak besar terhadap perubahan kultur di sekolah menjadi lebih baik, kinerja guru dalam mengajar di kelas, dan peningkatan kemampuan siswa.

Begitu pula koreksi yang yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menghadiri hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang ke-66 di Sentul International Convention Center, Babakan Madang, Kab. Bogor. Beliau mengatakan “masih banyak keluhan dan masukan dari berbagai pihak tentang kinerja guru yang masih belum banyak berubah” (Astuti, 2011).

Sementara itu, data Bappenas (Muslim, 2013) menyebutkan bahwa hasil survey yang dilakukan oleh UNESCO untuk kualitas kinerja guru di Indonesia berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja mengajar guru di Indonesia masih belum sesuai dengan yang dicita-citakan. Dengan kata lain, sebagian guru di Negara kita belum optimal melaksanakan kinerja mengajarnya sesuai dengan yang diharapkan.

Keadaan seperti ini juga terjadi di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, yaitu tempat peneliti melakukan penelitian. Berdasarkan data hasil supervisi tahunan


(13)

dari pengawas TK dan SD menunjukkan bahwa kinerja mengajar guru masih harus lebih ditingkatkan lagi, baik dari perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian terhadap peserta didik. Walaupun demikian, masih banyak guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang kinerja mengajarnya patut diapresiasi.

Kegiatan belajar mengajar yang bermutu tentunya merupakan hal yang diharapkan oleh semua pihak, dan hal ini ditentukan oleh kinerja profesional guru, sebagaimana dikemukakan oleh Satori (2011: 8) yang mengatakan bahwa “mutu kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh kinerja profesional guru (yang dapat dikaji dari aspek kompetensi, komitmen, motivasi, kreativitas)”.

Suharsaputra (2010: 176) menjelaskan bahwa “pada hakikatnya kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu”. Sedangkan Rasto (2006: 22) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa “kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran sebagai realisasi kongkrit dari kompetensi yang dimilikinya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan”.

Dengan Demikian, maka dapat kita simpulkan bahwa kinerja mengajar guru merupakan hasil kerja dari seorang guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang diungkapkan melalui kemampuan, baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan dalam hal mengajar.

Dalam praktik di lapangan, seorang guru yang memiliki kinerja mengajar yang baik haruslah mempersiapkan kemampuannya dalam mengajar. Menurut Sa‟ud (2011: 50) seorang guru dalam proses belajar mengajar, minimal harus memiliki empat kemampuan, yakni (1) kemampuan merencanakan proses belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan (4) menguasai bahan pelajaran.

Vroom (Amstrong, 2009: 32) mengemukakan bahwa:

suggested that performance is a function of ability and motivation as depicted in the formula: Performance = ƒ (ability × motivation). The


(14)

effects of ability and motivation on performance are not additive but multiplicative. People need both ability and motivation to perform well, and if either ability or motivation is zero there will be no effective performance.

Sedangkan Fauza (2010) menjelaskan bahwa:

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah tingkat pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, dan kemampuan manajerial kepala sekolah”.

Dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru di sekolah adalah supervisi dan motivasi. Menurut Engkoswara dan Komariah (2011: 229) “supervisi dapat berarti pengawasan yang dilakukan oleh orang yang ahli/profesional dalam bidangnya sehingga dapat memberikan perbaikan dan peningkatan/pembinaan agar pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan berkualitas”. Sedangkan pengertian motivasi menurut Luthan (2011) menjelaskan bahwa:

Motivation is a process that starts with physiological and psychological deficiency or need that activates a behavior or a drive that is aimed at goal or incentive.Thus, the key to understanding the process of motivation lies in the meaning of, and relationship among, need, drives, and incentives.

Kepala sekolah sebagai pimpinan langsung di sekolah, tentunya sangat mengetahui situasi dan kondisi sekolah yang sebenarnya. Selain itu, kepala sekolah juga mengetahui kekurangan dan kelebihan para guru. Oleh karena itu, kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk melakukan supervisi terhadap para guru yang berada di sekolahnya tanpa terkecuali.

Supervisi Kepala Sekolah sangatlah penting untuk memperbaiki dan meningkatkan Kinerja Mengajar Guru. Seorang kepala sekolah harus benar-benar memahami dan melaksanakan fungsi supervisi dengan benar dan tepat di sekolah yang dia pimpin. Adapun fungsi supervisi pendidikan sendiri menurut Engkoswara dan Komariah (2011: 229-230) adalah:

1) fungsi penelitian (research); bahwa supervisor tidak bekerja atas prasangka, tetapi menempuh prosedur yang tepat seperti merumuskan


(15)

dulu masalah apa yang dihadapi personil, mengumpulkan data untuk mendapat informasi yang valid tentang suatu permasalahan yang bersangkut paut dengan masalah itu, pengolahan data, penarikan kesimpulan, sebagai bahan untuk mengambil keputusan tentang suatu permasalahan.

2) fungsi penilaian (evaluation); kesimpulan hasil penelitian dijadikan bahan evaluasi apakah objek penelitian tersebut memiliki kekuatan, kelemahan, dan menemukan solusi yang tepat untuk memutuskan suatu masalah.

3) fungsi Perbaikan (improvement); apabila hasil penelitian menunjukkan terdapat kekurangan-kekurangan yang harus segera ditangani, maka supervisor melakukan langkah-langkah strategis dan operasional sebagai upaya melakukan perbaikan-perbaikan.

4) fungsi pengembangan (development); dua kondisi yang dihadapi supervisor adalah kekurangan-kekurangan dan prestasi yang dimiliki personil. Kekurangannya dilakukan perbaikan dan prestasi yang ditunjukan guru perlu mendapat pengakuan dan pengembangan.

Selain faktor eksternal seperti supervisi kepala sekolah, faktor internal yang ada pada diri seorang guru seperti adanya motivasi berprestasi sangat menentukan terhadap peningkatan Kinerja Mengajar Guru. Konsep Motivasi Berprestasi merupakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh David McClelland dan rekan-rekannya. Teori ini menjelaskan tiga jenis kebutuhan manusia, yaitu: kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), kebutuhan untuk kekuasaan (need for power), dan kebutuhan untuk afiliasi (need for affiliation).

McClelland (Gibson et al, 2000: 136) menjelaskan bahwa „when a need is strong in a person, its effect is to motivate her to use behavior leading to its satisfaction. For example, a worker with a high n Ach would set challenging goal, work hard to achieve the goals, and use skills and abilities to achieve them’. Apabila penjelasan McClelland tersebut dikaitkan dengan sosok seorang guru, maka karakteristik seseorang guru yang mempunyai motivasi berprestasi di antaranya adalah (1) senang dengan pekerjaan yang menantang untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, (2) bekerja keras untuk meningkatkan pembelajaran yang bermakna, dan (3) senantiasa meningkatkan keterampilan juga kemampuan supaya proses pembelajaran berjalan dengan baik.


(16)

Paparan di atas tentunya menarik untuk dikaji dan diteliti lebih dalam kaitannya dengan kinerja mengajar guru di lapangan yang selama ini menjadi perhatian berbagai pihak, yang dalam kenyataannya belum berbanding lurus dengan apa yang diharapkan. Faktor Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru merupakan dua faktor yang menarik untuk dikaji lebih dalam lagi, kaitannya dengan kinerja mengajar guru. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam judul tesis ini, yaitu “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Sebagai core business pendidikan, kegiatan belajar mengajar sudah sepatutnya menjadi perhatian penuh berbagai pihak. Karena melalui kegiatan inilah kurikulum yang telah dibuat sedemikian rupa akan bisa dimaknai dan dipahami dengan baik oleh para peserta didik. oleh karena itu, pendidik atau guru mempunyai peranan yang sangat menentukan dan menjadi ujung tombak untuk dapat menterjemahkan kurikulum yang telah dibuat tadi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, kinerja mengajar guru merupakan salah satu faktor penentu kualitas pendidikan yang dapat mencetak peserta didik yang berkualitas.

Menurut Suharsaputra (2010: 176) “pada hakikatnya kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu”. Sedangkan Rasto (2006: 22) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa “kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran sebagai realisasi kongkrit dari kompetensi yang dimilikinya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan”.

Untuk membentuk dan menciptakan guru yang mempunyai kinerja mengajar yang baik tentunya tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja mengajar guru. Vroom (Amstrong, 2009: 32) mengemukakan bahwa:


(17)

suggested that performance is a function of ability and motivation as depicted in the formula: Performance = ƒ (ability × motivation). The effects of ability and motivation on performance are not additive but multiplicative. People need both ability and motivation to perform well, and if either ability or motivation is zero there will be no effective performance.

Sedangkan Fauza (2010) menjelaskan bahwa:

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah tingkat pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, dan kemampuan manajerial kepala sekolah”.

Sejalan dengan pendapat di atas, khususnya di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang menjadi tempat penelitian penulis. Setelah melakukan observasi pendahuluan diperoleh data bahwa semua siswa SD baik negeri maupun swasta 100 % lulus ujian nasional setiap tahunnya. Namun menurut pengawas SD, hal ini belum dapat dijadikan tolok ukur baiknya kinerja mengajar guru SD Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Karena berdasarkan hasil supervisi yang telah dilakukan pengawas terhadap para guru setiap tahunnya, banyak guru yang membuat rencana pelaksanaan pembelajaran seadanya, kurang menguasai materi pembelajaran, kurang optimal dalam mengelola pembelajaran di kelas, dan kurang optimal dalam melaksanakan penilaian terhadap peserta didik.

Beberapa faktor penyebab kurang otimalnya kinerja mengajar guru SD Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berdasarkan wawancara dengan para praktisi pendidikan di wilayah ini adalah:

1. Kurangnya motivasi dari dalam diri pendidik atau guru untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan yang ada. Hal ini mungkin terjadi karena situasi dan kondisi sekolah yang kurang mendukung. Oleh karena itu, stimulus berupa dorongan, apresiasi, dan dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk menumbuhkan motivasi dari para guru, sehingga mereka lebih berprestasi lagi;


(18)

2. Kurang optimalnya peran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi terhadap para guru. Hal ini disebabkan oleh pemahaman kepala sekolah yang kurang tentang konsep dasar, prinsip, fungsi, dan teknik supervisi. Padahal apabila itu dapat dipahami kemudian dilaksanakan dengan baik, maka dapat dijadikan alat untuk memotivasi para guru, sehingga tentunya hal ini dapat meningkatkan kinerja mengajar mereka;

3. Akses informasi yang kurang, sehingga apabila ada informasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung kadang suka terlambat dibanding dengan kecamatan yang lainnya. Kurangnya akses informasi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru;

4. Banyak SD Negeri yang berada di daerah terpencil. Dalam arti, tempat di mana SD tersebut berada sangat jauh dari jalan raya, karena harus melewati hutan, bukit, dan sungai. Untuk sampai ke sekolah, maka seorang guru harus menempuh waktu yang cukup lama, sehingga sering terlambat masuk kelas. Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar;

5. Ada beberapa SD Negeri yang kekurangan guru. Oleh karena itu, sekolah tersebut sering menerapkan pembelajaran kelas rangkap. Konsentrasi guru terpecah dalam mengajar di kelas yang dia pegang karena harus mengajar di kelas lainnya. Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap proses pemelajaran; 6. Banyak guru yang mutasi ke luar kecamatan kertasari, dengan pertimbangan

jarak dari tempat dia berdomisili sangat jauh. Apabila hal ini terus terjadi, maka sekolah akan terus kekurangn guru dan tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar di sekolahnya masing-masing.

Namun demikian, masih banyak kepala sekolah yang berusaha melaksanakan supervisi di sekolahnya dengan baik, juga masih banyak guru SD negeri yang mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk terus berprestasi walaupun berada di tengah-tengah situasi dan kondisi yang kurang mendukung.


(19)

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana gambaran Supervisi Kepala Sekolah SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?; 2. Bagaimana gambaran Motivasi Berprestasi Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?; 3. Bagaimana gambaran Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?; 4. Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Motivasi Berprestasi

Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

5. Bagaimana pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

6. Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

7. Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?

D. Tujuan Penelitians

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitan ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran Supervisi Kepala Sekolah SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;


(20)

2. Gambaran Motivasi Berprestasi Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?; 3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

4. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Motivasi Berprestasi Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

5. Pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

6. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

7. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini tentunya mempunyai manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat tersebut yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Memperkaya khasanah keilmuan terhadap ilmu administrasi pendidikan, terutama kajian tentang pengembangan sumber daya manusia. Apabila suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang unggul, maka bangsa tersebut akan maju dan dapat bersaing di kancah global dengan bangsa-bangsa lainnya. Kunci untuk bisa menciptakan sumber daya manusia yang unggul adalah melalui pendidikan. Guru adalah ujung tombak pendidikan. Tanpa guru yang memiliki kinerja yang baik, mustahil pendidikan akan bisa membentuk sumber daya manusia yang unggul. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu upaya yang mempunyai manfaat berharga bagi ilmu administrasi pendidikan dalam menciptakan sumber daya guru yang unggul, yang memiliki kinerja mengajar yang baik.


(21)

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis bagi pihak terkait seperti guru, kepala sekolah, pengawas dan pengambil kebijakan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai bahan evaluasi juga masukan terhadap kondisi nyata di lapangan, kaitannya dengan pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru.

Kepala sekolah melalui dukungan pengawas dan dinas pendidikan setempat harus senantiasa melaksanakan supervisi dengan baik sehingga para guru akan termotivasi untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, mulai dari perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar siswa.

F. Struktur Organisasi Tesis

Adapun struktur organisasi tesis pada penelitian ini sesuai dengan petunjuk pedoman penulisan karya tulis ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2012 adalah sebagai berikut:

1. BAB I merupakan pendahuluan, berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari tesis. Pendahuluan berisi atau terdiri dari: (1) latar belakang penelitian; (2) identifikasi masalah; (3) rumusan masalah; (4) tujuan penelitian; dan (5) manfaat penelitian.

2. BAB II terdiri dari (1) kajian pustaka, (2) kerangka pemikiran, dan (3) hipotesis penelitian.

3. BAB III merupakan metode penelitian. Yang terdiri dari: (1) lokasi dan populasi/sampel penelitian; (2) desain penelitian; (3) metode penelitian; (4) definisi operasional; (5) instrumen penelitian; (6) proses pengembangan Instrumen antara lain: pengujian validitas dan reliabilitas; teknik pengumpulan data; dan (7) analisis data.


(22)

4. BAB IV terdiri dari (1) hasil penelitian dan (2) pembahasan. Dalam bab ini terdiri dari dua hal utama, yakni: pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan. 5. BAB V terdiri dari (1) kesimpulan dan (2) Saran. Pada bab ini menyajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan, yakni dengan cara butir demi butir, atau dengan cara uraian padat.


(23)

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian ini berada di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian ini adalah tempat peneliti bertugas, sehingga sedikit banyak peneliti mengetahui keadaan sebenarnya baik dari kondisi geografis, iklim dan budaya sekolah, juga berbagai macam kekurangan dan kelebihan para praktisi pendidikan yang bertugas di wilayah tempat penelitian ini.

2. Populasi

Menurut Sugiyono (2011: 117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Menurut Nawawi (Taniredja dan Mustafidah, 2011:33) „populasi adalah

keseluruhan subjek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai sumber‟. Sedangkan menurut arikunto (Taniredja dan Mustafidah, 2011:33) „populasi merupakan

keseluruhan subjek penelitian‟.

Populasi dalam penelitian ini adalah para guru SD Negeri yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 250 orang.

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan


(25)

untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2011:118).

Jumlah populasi yang cukup besar, wilayah kertasari yang cukup jauh dari tempat tinggal peneliti, juga letak geografisnya yang merupakan daerah pegunungan, sehingga letak dari satu SD ke SD yang lain sangat jauh dan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka peneliti menggunakan sampel dari populasi tersebut.

Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel acak (random sampling). Menurut Darmadi (2011: 47) “pemilihan sampel random adalah proses pemilihan sedemikian rupa sehingga semua orang dalam populasi mempunyai kesempatan dan kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Cara ini adalah cara yang terbaik untuk memilih sampel yang

representatif”.

Mengenai jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian, Arikunto (Husdarta, 2007: 126) menjelaskan bahwa

untuk sekedar ancer-ancer maka, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil kira-kira 10-20% atau 20-50% atau lebih besar tergantung sebagai berikut: (1) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana; (2) sempit dan luasnya penelitian (wilayah penelitian); (3) besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

Sedangkan Nasution (Husdarta, 2007: 126) mengemukakan bahwa „tidak

ada ketentuan atau aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia‟. Senada dengan pendapat tersebut, Hisyam (2009) mengemukakan bahwa:

Tidak terdapat aturan yang pasti mengenai ukuran sampel yang harus diperoleh, hanya terdapat beberapa anjuran mengenai hal ini. Menurut sebagian besar peneliti, jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah sepuluh kali lipat jumlah parameter yang akan ditaksir. Bahkan ada yang menganjurkan 15 kali lipat apabila data tidak berdistribusi normal. Akan tetapi jumlah yang dianjurkan adalah sebesar 100-200 responden, bila lebih dari 400 responden, LISREL akan menjadi sangat sensitif.


(26)

Dengan mempertimbangkan berbagai hal, baik itu keadaan geografis tempat penelitian, iklim dan budaya sekolah, juga aspek waktu, tenaga dan biaya yang akan dikeluarkan. Maka peneliti menentukan jumlah sampel sebanyak 200 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah para guru SD Negeri yang berada di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung dengan kriteria (1) sudah memiliki pengalaman mengajar minimal lima tahun, (2) mempunyai kualifikasi pendidikan minimal sarjana, (3) lulus sertifikasi guru

B. Desain Penelitian

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan guna keperluan pengujian hipotesis, menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian juga mengantisipasi berbagai kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penelitian, maka peneliti membuat desain penelitian. Berikut adalah desain penelitian:

Gambar 3.5 Desain Penelitian

PERMASALAHAN DI LAPANGAN

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH Melaksanakan penelitian Melaksanakan Penilaian Melaksanakan Perbaikan Melaksanakan Pengembangan

MOTIVASI BERPRESTASI GURU Menyukai Tantangan Bekerja Keras

Menggunakan Keterampilan untuk mencapai tujuan

KINERJA MENGAJAR GURU Merencanakan Pembelajaran Melaksanakan Pembelajaran Menilai Pembelajaran Menguasai Bahan Ajar


(27)

C. Metode Penelitian

“Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2011:3).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pemilihan metode ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengungkap pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru di SD Negeri.

Menurut West (Darmadi, 2011: 145) „dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas

universal‟. Selanjutnya Darmadi (2011:145) mengemukakan bahwa “penelitian

deskriptif juga merupakan penelitian, di mana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai

dengan apa adanya”.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diuji, yaitu: (1) variabel Supervisi Kepala Sekolah (X), (2) variabel Motivasi Berprestasi Guru (Y1), dan (3) variabel Kinerja Mengajar Guru (Y2). Dalam persamaan model

struktural (structural equation modeling) atau disingkat SEM, ketiga variabel ini disebut dengan variabel laten, yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung. Sedangkan indikator dari ketiga variabel (laten) ini disebut dengan variabel manifes, yaitu variabel yang dapat diukur atau diobservasi langsung untuk mengukur variabel laten.

1. Supervisi Kepala Sekolah (X). Wiles (Danim dan Khairil, 2010:152-153) menjelaskan bahwa „Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation’. Engkoswara dan Komariah (2011: 229) menjelaskan bahwa Supervisi dapat berarti pengawasan yang dilakukan oleh orang yang ahli/profesional dalam bidangnya sehingga dapat memberikan perbaikan dan peningkatan/pembinaan agar pembelajaran dapat dilakukan


(28)

dengan baik dan berkualitas. Sedangkan Dasrizal (2009: 10) menjelaskan

bahwa “Supervisi adalah serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru

dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (pengawas sekolah, kepala sekolah, dan Pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini adalah suatu bentuk layanan, bimbingan, bantuan, dan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk mengembangankan, memperbaiki, dan peningkatan kualitas mengajar guru.

2. Motivasi Berprestasi Guru (Y1). Raharjo (2008: 874-875) menjelaskan bahwa

“motivasi berprestasi adalah keinginan dari dalam diri seseorang untuk berbuat

lebih baik dari sebelumnya, dengan indikasi: (1) ingin menyelesaikan tugas dengan baik, (2) keinginan untuk berhasil, (3) keinginan untuk unggul, dan (4) adanya usaha untuk bekerja keras”. Alhadza (2003:24) mengemukakan bahwa: Motivasi berprestasi adalah keinginan yang kuat untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan yang ditandai dengan upaya aktualisasi diri, kepedulian pada keunggulan dan pelaksanaan tugas yang optimal berdasarkan perhitungan rasional. Indikator dari aktualisasi diri adalah dedikasi, bertanggung jawab, independensi, percaya diri, dan kepuasan pribadi.

Sedangkan Widyastono (2006: 60-61) menjelaskan bahwa:

Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang, sehingga ia selalu berusaha dan berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Indikatornya terdiri atas standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, standar keunggulan orang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka motivasi berprestasi guru dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu kebutuhan kuat pada diri seorang guru, yang memotivasinya untuk sukses dan berprestasi yang tercermin dalam penampilan kerjanya (kinerja).


(29)

3. Kinerja Mengajar Guru (Y2). Ainsworth et al (2002) menjelaskan bahwa

Basically, it (performance) means an outcome-a result…’. Sedangkan

Suharsaputra (2010: 176) menjelaskan bahwa “pada hakikatnya kinerja guru

adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan

kriteria tertentu”. Sedangkan Rasto (2006: 22) dalam penelitiannya

menjelaskan bahwa “kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja guru dalam

mengelola pembelajaran sebagai realisasi kongkrit dari kompetensi yang dimilikinya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan”.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka kinerja mengajar guru dalam penelitian ini adalah penampilan kerja seorang guru dalam pembelajaran sebagai realisasi dari kompetensi yang dimilikinya untuk memperoleh hasil hasil belajar peserta didik yang optimal.

E. Instrumen Penelitian

Sebagai upaya dalam menggambarkan variabel yang diteliti juga pembuktian terhadap hipotesis penelitian, maka peneliti melakukan pengumpulan data. Sebagaimana dikemukakan Arikunto (Taniredja dan Mustafidah, 2011: 41) yang menyebutkan bahwa

Data mempunyai kedudukan yang paling tinggi dalam penelitian, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan

data….

Untuk mengumpulkan data, maka dibutuhkan alat pengumpul data atau

instrumen penelitian. Menurut Darmadi (2011: 85) “instrumen adalah alat untuk

mengukurkan informasi atau melakukan pengukuran”. Menurut Sugiyono

(2011:305) “instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman

wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner. Begitu juga Suwarno (Husdarta,

2009:130) menyebutkan bahwa „pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian

deskriptif dapat dilakukan melalui teknik: (1) sumber dokumen; (2) observasi; (3) angket; dan (4) wawancara (terstruktur dan tidak terstruktur).


(30)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket (kuesioner) sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh informasi tentang pengaruh kompetensi profesional guru, supervisi kepala sekolah, dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru.

Alasan peneliti menggunakan angket sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini karena memiliki beberapa keunggulan. Sebagaimana dikemukakan oleh Darmadi (2011:260-261) bahwa:

Beberapa keunggulan tersebut di antaranya dapat dilihat seperti berikut: (1) dapat mengungkapkan pendapat atau tanggapan seseorang baik secara individual maupun kelompok terhadap permasalahan; (2) dapat disebarkan untuk responden yang berjumlah besar dengan waktu yang relatif singkat; (3) tetap terjaganya objektivitas responden dari pengaruh luar terhadap suatu permasalahan yang diteliti; (4) tetap terjaga kerahasiaan responden untuk menjawab sesuai dengan pendapat pribadi; (5) karena diformat dalam bentuk surat, maka biaya lebih murah; (6) penggunaan waktu yang lebih fleksibel sesuai dengan waktu yang telah diberikan peneliti; (7) dapat menjaring informasi dalam skala luas dengan waktu cepat.

Menurut Darmadi (2011: 261) “dalam penelitian pendidikan, konstruksi

atau bentuk item kuesioner dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kuesioner

dengan item pertanyaan secara terbuka dan item pertanyaan secara tertutup”.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket (kuesioner) dengan item pertanyaan secara tertutup. Pada angket ini, peneliti telah memberikan beberapa alternatif jawaban yang ada pada kolom yang disediakan, sementara itu responden tinggal memilih dari jawaban yang ada yang paling mendekati pilihan responden. Sebelum angket ini dibuat, terlebih dahulu peneliti menyusun kisi-kisi instrumen penelitian (terlampir).

F. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam proses pengembangan instrumen penelitian, maka peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid dan reliabel sehingga dapat dipertanggungjawabkan.


(31)

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011: 173).

Dengan instrumen yang valid, diharapkan mendapatkan hasil penelitian yang valid pula. Walaupun pada praktik penelitian di lapangan tentunya masih akan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi objek yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen yang telah disediakan.

Sudjana (Taniredja dan Mustafidah, 2011: 134), menjelaskan bahwa

validitas dapat dibedakan antara (a) validitas isi; (b) validitas bangun pengertian; (c) validitas ramalan; dan (d) validitas kesamaan. Dua validitas pertama, yaitu validitas isi dan validitas bangun pengertian dapat dibuat melalui upaya penyusunan tes tanpa harus dilakukan pengujian statistika. Sedangkan untuk validitas kesamaan dan validitas ramalan dilakukan pengujian statistika melalui uji korelasi.

Taniredja dan Mustafidah (2011: 134) menyebutkan bahwa “ada dua jenis

korelasi yang biasa digunakan, yakni korelasi momen produk (product moment)

atau metode Pearson yang diberi notasi “

r

xy” dan korelasi tata jenjang (rank correlation) atau metode Spearmen yang diberi notasi “rho”.

Untuk menguji validitas instrumen pada penelitian ini digunakan korelasi momen produk (product moment) atau metode Pearson dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan:

= koefisien korelasi antara x dan y

N = jumlah subjek

∑ = jumlah perkalian antara skor x dan skor y x = jumlah total skor x

y = jumlah total skor y x2 = jumlah dari kuadrat x y2 = jumlah dari kuadrat y


(32)

Sebelum dilakukan uji validitas instrumen pada seluruh responden, maka perlu dilakukan uji validitas instrumen pendahuluan (uji coba). Adapun responden yang dijadikan sampel pada uji validitas instrumen pendahuluan berjumlah 30 guru SD Negeri yang berstatus PNS yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung dengan kriteria (1) sudah memiliki pengalaman mengajar minimal lima tahun, (2) mempunyai kualifikasi pendidikan minimal sarjana, (3) lulus sertifikasi guru. Untuk melihat valid tidaknya instrumen, maka koefisien korelasi product moment (

r

xy

)

dari

semua item atau butir soal kemudian dibandingkan dengan harga

r

tabel untuk

mengetahui validitas masing-masing item. Menurut Uno dan Koni (2012: 164)

menyebutkan bahwa “jika

r

xy

> r

tabel maka item bersangkutan dinyatakan valid,

sebaliknya jika

r

xy

r

tabel item bersangkutan dinyatakan tidak valid”. Dengan

taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) yaitu: (n-2) = (30-2) = 28, maka diketahui

r

tabel sebesar 0,361. Dengan demikian, jika

r

xy

> r

tabel (0,374), maka

item tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. a. Tabel hasil penghitungan uji validitas untuk instrumen Supervisi Kepala

Sekolah (X)

Tabel 3.2 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Supervisi Kepala Sekolah (X)

Nomor Soal rxy

Person r tabel Keterangan

1 0,748 0,374 Valid

2 0,724 0,374 Valid

3 0,669 0,374 Valid

4 0,504 0,374 Valid

5 0,828 0,374 Valid

6 0,754 0,374 Valid

7 0,836 0,374 Valid

8 0,808 0,374 Valid

9 0,804 0,374 Valid

10 0,813 0,374 Valid

11 0,695 0,374 Valid

12 0,858 0,374 Valid

13 0,733 0,374 Valid

14 0,438 0,374 Valid


(33)

16 0,542 0,374 Valid

17 0,803 0,374 Valid

18 0,598 0,374 Valid

19 0,782 0,374 Valid

b. Tabel hasil penghitungan uji validitas untuk instrumen Motivasi Berprestasi Guru (Y1)

Tabel 3.3 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Motivasi Berprestasi Guru (Y1)

Nomor Soal rxy

Person r tabel Keterangan

1 0,818 0,374 Valid

2 0,620 0,374 Valid

3 0,795 0,374 Valid

4 0,686 0,374 Valid

5 0,820 0,374 Valid

6 0,737 0,374 Valid

7 0,817 0,374 Valid

8 0,892 0,374 Valid

9 0,597 0,374 Valid

10 0,744 0,374 Valid

11 0,635 0,374 Valid

12 0,758 0,374 Valid

13 0,800 0,374 Valid

14 0,764 0,374 Valid

15 0,892 0,374 Valid

16 0,609 0,374 Valid

17 0,745 0,374 Valid

18 0,718 0,374 Valid

19 0,622 0,374 Valid

c. Tabel hasil penghitungan uji validitas untuk instrumen Kinerja Mengajar Guru (Y2)

Tabel 3.4 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Kinerja Mengajar Guru (Y2)

Nomor Soal rxy

Person r tabel Keterangan

1 0,607 0,374 Valid

2 0,445 0,374 Valid

3 0,779 0,374 Valid

4 0,765 0,374 Valid

5 0,799 0,374 Valid

6 0,689 0,374 Valid

7 0,762 0,374 Valid

8 0,513 0,374 Valid

9 0,705 0,374 Valid

10 0,683 0,374 Valid

11 0,725 0,374 Valid

12 0,660 0,374 Valid

13 0,602 0,374 Valid

14 0,461 0,374 Valid

15 0,779 0,374 Valid

16 0,640 0,374 Valid


(34)

18 0,765 0,374 Valid

19 0,763 0,374 Valid

20 0,511 0,374 Valid

21 0,644 0,374 Valid

22 0,561 0,374 Valid

23 0,752 0,374 Valid

24 0,685 0,374 Valid

25 0,646 0,374 Valid

26 0,725 0,374 Valid

27 0,694 0,374 Valid

28 0,678 0,374 Valid

29 0,635 0,374 Valid

30 0,625 0,374 Valid

2. Uji Reliabilitas

Arikunto (2011: 221) menjelaskan bahwa

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka beberapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Merujuk pada penjelasan di atas, maka inti dari reliabilitas adalah keandalan dan konsistensi dari suatu instrumen yang mampu mengungkap data yang bisa dipercaya.

Karena instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (non parametrik), maka untuk menguji reliabilitas instrumen tersebut peneliti menggunakan rumus Alpha:

Keterangan:

= reliabilitas instrumen


(35)

∑ = jumlah varians butir = varians total

X = skor total

Harga

r

11 di atas kemudian dikonsultasikan menggunakan interpretasi

terhadap koefisien korelasi yang diperoleh atau nilai

r

.

Menurut Hadi (Arikunto, 2010: 319) menjelaskan bahwa interpretasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tak berkorelasi)

Tabel 3.6

Hasil Penghitungan Uji Reliabilitas Instrumen X, Y1 dan Y2

Variabel r11 Interpretasi Keterangan

Supervisi Kepala Sekolah

(X) 0,945 Tinggi Reliabel

Motivasi Berprestasi Guru (Y1)

0,954 Tinggi Reliabel

Kinerja Mengajar Guru (Y2)

0,782 Cukup Reliabel

G. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2011: 193) menyebutkan bahwa:

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.Kualitas instrument penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat


(36)

menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

Mencermati penjelasan di atas, maka kualitas data hasil penelitian tergantung dua hal yaitu (1) instrumen penelitian dan (2) cara pengumpulan data. Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan data, sedangkan cara pengumpulan data sering disebut dengan teknik pengumpulan data sebagaimana

Sugiono tulis dalam bukunya “Metode Penelitian Pendidikan” tepatnya pada bab

7 yang membahas tentang Teknik Pengumpulan Data.

Berbeda dengan Sugiyono, salah seorang pakar penelitian yaitu Arikunto, menyebut cara pengumpulan data dengan istilah metode. Arikunto memandang bahwa banyak orang yang keliru dalam memahami istilah instrumen dan metode. Arikunto (2010: 192) menjelaskan bahwa:

Banyak di antara orang yang belum paham benar akan penelitian, mengacaukan dua pengertian ini. Hal yang sering salah diperbuat oleh

mahasiswa yang menyusun skripsi atau tesis adalah menyebutkan “metode pengumpulan data adalah pedoman wawancara”. Jelas ini salah. Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode.

Selanjutnya Arikunto menjelaskan bahwa untuk beberapa metode, kebetulan istilah bagi instrumennya memang sama dengan nama metodenya: 1. Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes;

2. Instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner; 3. Instrumen untuk metode observasi adalah check-list;

4. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau dapat juga check-list.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik angket atau kuesioner sebagai cara untuk mengumpulkan data. Alasan peneliti menggunakan teknik angket atau kuesioner adalah karena teknik ini memiliki beberapa keuntungan, sebagaimana disebutkan oleh Arikunto (2010: 195) keuntungan kuesioner yaitu: a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti;

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden;

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden;


(37)

d. Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab;

e. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

H. Analisis Data

Setelah data berhasil dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah mengolah atau menganalisisnya. Hal ini dilakukan untuk untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa dengan seksama dan memastikan jumlah instrumen yang dikumpulkan dari responden telah terkumpul semuanya. Kemudian dicek pula kelengkapan lembaran instrumen barangkali ada yang terlepas atau sobek;

2. Mengecek isian data, yaitu memeriksa dengan seksama seluruh item dalam instrumen sudah diisi seluruhnya oleh responden. Apabila ada item instrumen yang belum terisi, maka instrumen tersebut harus diisi ulang oleh responden yang baru, hal ini dilakukan karena di dalam instrumen tidak dicantumkan nama responden atau identitas dari responden itu sendiri;

3. Memberikan skor (scoring) terhadap item instrumen yang sudah diisi oleh responden. Dalam hal ini scoring dengan menggunakan skala penilaian tipe pengukuran Likert;

4. Mengolah data dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan yang ada. Untuk menguji pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru di SD Negeri yang berada di wilayah UPTD TK dan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kertasari Kabupaten Bandung, digunakan SEM (structural equation model) dengan menggunakan program SIMPLIS (SIMPLE LISREL) yang dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbom. Adapun program LISREL yang digunakan untuk pengolahan data pada penelitian ini adalah LISREL 8.70.


(38)

Dengan program LISREL 8.70, data pada penelitian ini diolah melalui dua cara, yaitu: (1) analisis model pengukuran (analisis faktor), yang bertujuan untuk memilih variabel-variabel terukur yang dapat dijadikan indikator-indikator yang baik dari setiap variabel laten penelitian, dan (2) analisis model struktural, yaitu kesesuaian antara model teoritik dengan data dan kebermaknaan dari setiap koefisien hubungan kausal. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa model teoritis yang diajukan peneliti tidak sesuai dengan data penelitian, maka dapat diajukan model lain yang dianggap lebih tepat.

Menurut Bollen dan Long (Latan, 2012:42) terdapat lima proses yang harus dilalui dalam analisis CB-SEM, dimana setiap tahapan akan berpengaruh terhadap tahapan selanjutnya, yaitu (1) spesifikasi model, (2) identifikasi model, (3) estimasi model, (4) evaluasi model, dan (5) respesifikasi model seperti tampak pada gambar 3.2 di bawah ini:

Gambar 3. 6 Tahapan Analisis Menggunakan CB-SEM

Diadopsi dari Bollen dan Long (Latan, 2012:42)

a. Spesifikasi Model

Spesifikasi Model

Identifikasi Model

Estimasi Model

Respesifikasi Model Evaluasi Model

Step 1

Step 2

Step 3

Step 5


(39)

Spesifikasi model merupakan langkah awal dalam analisis SEM. Pada tahap ini peneliti harus mendefinisikan secara konseptual konstruk yang diteliti dan menentukan dimensionalitasnya. Selanjutnya arah kausalitas antar konstruk yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan harus ditentukan dengan jelas, dan yang paling penting adalah mempunyai landasan teori yang kuat. Teori yang tidak mendukung model persamaan struktural yang dibangun, akan memberikan hasil yang tidak bermakna atau bias, karena tujuan dari CB-SEM adalah untuk mengkonfirmasi teori atau menguji teori, bukan untuk memprediksi atau mengembangkan teori.

b. Identifikasi Model

Dalam SEM persoalan identifikasi model penting untuk mengetahui apakah model yang dibangun dengan data empiris yang dikumpulkan itu memiliki nilai yang unik ataukah tidak, sehingga model tersebut dapat diestimasi. Jika model tidak memiliki nilai yang unik, maka model tersebut tidak dapat diidentifikasi (unidentified). Penyebabnya ialah informasi yang terdapat pada data empiris tidak cukup untuk menghasilkan solusi yang unik dalam menghitung parameter estimasi model. Program LISREL dapat memberikan beberapa solusi untuk masalah ini.

c. Estimasi Model

Model penelitian yang sudah memenuhi sspesifikasi dan identifikasi model, selanjutnya dapat dilakukan estimasi model. Sebelum melakukan estimasi model, penting bagi seorang peneliti untuk menentukan metode estimasi apa yang akan digunakan dan mempertimbangkan berapa besar jumlah sampel yang dibutuhkan, karena hal tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap interpretasi hasil analisis. Dalam CB-SEM terdapat setidaknya tiga pilihan metode estimasi yang sering digunakan oleh peneliti, yaitu Maximum Likelihood (ML), Generalized Least Squares (GLS), dan Asymptotically Distribution Free (ADF).

d. Evaluasi Model

Evaluasi model bertujusn untuk mengevaluasi model secara keseluruhan, apakah model mempunyai fit yang baik ataukah tidak. Evaluasi model dalam


(40)

CB-SEM dapat dilakukan dengan menilai hasil pengukuran model (measurement model) yaitu melalui analisis faktor konfirmatori atau confirmatory factor analysis (CFA) dengan menguji validitas dan reliabilitas konstruk laten, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi model structural (structural model) secara keseluruhan dengan menilai kelayakan model melalui kriteria goodness of fit.

e. Respesifikasi Model

Setelah melakukan penilaian goodness of fit dan didapatkan model yang diuji ternyata tidak fit, maka perlu dilakukan respesifikasi model. Perlu diperhatikan bahwa respesifikasi model harus didukung teori karena tujuan dari CB-SEM untuk mengkonfirmasi teori. Respesifikasi model tidak dianjurkan hanya untuk mendapatkan model yang fit. Jika model telah direspesifikasi, maka model yang baru harus di cross-validated (validasi silang) dengan data yang baru.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dari hasil penelitian ini, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Gambaran Supervisi Kepala Sekolah Dasar Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berada pada kategori baik;

2. Gambaran Motivasi Berprestasi Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berada pada kategori baik;

3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berada pada kategori baik;

4. Berdasarkan hasil analisis model struktural diperoleh diperoleh kesimpulan bahwa Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Motivasi Berprestasi Guru;

5. Berdasarkan hasil analisis model struktural diperoleh diperoleh kesimpulan bahwa Motivasi Berprestasi Guru berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru;

6. Berdasarkan hasil analisis model struktural diperoleh kesimpulan bahwa Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru; 7. Berdasarkan hasil estimasi model path diagram diperoleh kesimpulan bahwa

Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru secara bersama berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru.


(42)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil temuan dan pembahasan penelitian di atas, terdapat beberapa kelemahan dari indikator variabel penelitian yang mesti diperbaiki dan ditingkatkan. Maka beberapa saran bagi pihak-pihak terkait adalah sebagai berikut:

1. Dalam memulai kegiatan supervisi, hendaknya kepala sekolah memulai dengan pendekatan yang baik, bisa berkomunikasi dengan para guru tentang berbagai permasalahan yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar mengajar. Para guru dalam kegiatan supervisi hendaknya dilibatkan sebagai rekan dan sahabat bagi kepala sekolah. Melalui pendekatan yang bersifat kekeluargaan tersebut, tentunya para guru akan merasa aman dan nyaman.

2. Dalam hal pelaksanaan supervisi, kepala sekolah hendaknya melaksanakannya dengan rutin dan berkesinambungan. Sehingga melalui kegiatan supervisi, berbagai permasalahan yang dihadapi para guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat diatasi dengan baik;

3. Dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran, para guru hendaknya menjadikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebagai acuan. Kegiatan awal, inti, dan akhir hendaknya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya;

4. Dalam hal penilaian pembelajaran, para guru hendaknya menyiapkan teknik dan instrumen penilaian yang tepat. Penilaian hendaknya mengacu pada indikator pembelajaran yang telah dibuat.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, M. (2009). Amstrong Hand Book of Performance Management.India: Replika Press Pvt Ltd.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, K. D. (2011). Tiga Koreksi SBY Bagi Para Guru. [online].Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/167513 [30 November 2011].

Arnita. (2009). “Peranan Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas

Pelaksanaan Tugas Pokok Guru SD Negeri 04 Kampung Manggis”. Jurnal

Guru. 6, (2), 155-162.

Bahar, M. (2011). “Analisis Mutu Kinerja Guru”. Jurnal Administrasi

Pendidikan.22, (2), 145-162.

Burhani, R. (2011). Kemendiknas Laksanakan Penilaian Kinerja Guru Tahun Depan.[online].Tersedia:http://www.antaranews.com/berita/276796/[23Septem ber 2011].

Darma, I. K (2007). “Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme terhadap

Prestasi Belajar Matematika Terapan pada Mahasiswa Politeknik Negeri Bali

Ditinjau dari Motivasi Berprestasi”. Teknodik.22,109-129.

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Dasrizal. (2009). “Pentingnya Supervisi Pendidikan sebagai Upaya Peningkatan

Profesionalisme Guru”. Jurnal Guru.6, (1), 9-19.

Engkoswara dan Komariah, A. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Fattah, N. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Fauza, S. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru. Tersedia: http://sabrinafauza.wordpress.com. [5 April 2010].

Gibson, J.L. et al. (2000). Organization, Behavior, Structure, Proses. United-States. McGraw-Hill Companies.


(44)

Edi Rismawan, 2014

Herabudin. (2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Husdarta, J.S. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Pendidikan Jasmani. Bandung Barat: Dewa Ruchi.

Janawi. (2011). Kompetensi Guru. Bandung: Alfabeta.

Latan, H. (2012). Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi Menggunakan Program LISREL 8.80. Bandung: Alfabeta.

Luthan, F. (2011). An Evidence –Based Approach Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Compaies.

Moeherino (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Mulyasa, E. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyasa, E. (2013). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Muslim, A.Q. (2013). Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Motivasi berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru Berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap Di kabupaten Sumenep Jawa Timur. Tesis pada FIP UPI Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang

Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Rasto. (2006). “Pengaruh Kompetensi, motivasi, dan Budaya Organisasi terhadap


(45)

Sappaile,B.I. (2007). “Hubungan Kemampuan Penalaran dalam Matematika dan

Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Belajar Matematika” Jurnal Pendidikan

dan Kebudayaan. 13, (069), 985-1003.

Satori, J. (2011). “Program Strategi Pengembangan Pendidikan Disiplin Ilmu dan Profesi Administrasi Pendidikan Menuju Tahun 2015”. Makalah pada Kuliah

Umum Jurusan Administrasi Pendidikan, Bandung.

Sedermayanti (2011). Membangun dan Mengembangkan Kepemimpinan Serta Meningkatkan Kinerja untuk Meraih keberhasilan. Bandung:PT. Refika Aditama.

Sa’ud, U.S. (2011). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Siagian, S.P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudin, A. (2008). “Implementasi Supervisi Terhadap Proses Pembelajaran di

Sekolah Dasar Se Kabupaten Sumedang”. Jurnal Pendidikan Dasar. (9),

37-40.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhaeli. (2011). “Studi tentang Sekolah Efektif pada SMAN di Provinsi Jawa

Barat”. Jurnal Administrasi Pendidikan.13, 1-8.

Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama. Supardi. (2013). Kinerja Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suryadi, I. (2009). Kontribusi Persepsi Guru tentang Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri Kabupaten Majalengka. Tesis pada FIP UPI Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suwatno dan Priansa, J.D. (2011). Manajemen SDM dalam organisasi Publik dan Bisnis.Bandung: Alfabeta.

Taniredja, T. dan Mustafidah, H. (2011). Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan (2010). Pengelolaan pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan.


(1)

107 Edi Rismawan, 2014

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dari hasil penelitian ini, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Gambaran Supervisi Kepala Sekolah Dasar Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berada pada kategori baik;

2. Gambaran Motivasi Berprestasi Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berada pada kategori baik;

3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berada pada kategori baik;

4. Berdasarkan hasil analisis model struktural diperoleh diperoleh kesimpulan bahwa Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Motivasi Berprestasi Guru;

5. Berdasarkan hasil analisis model struktural diperoleh diperoleh kesimpulan bahwa Motivasi Berprestasi Guru berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru;

6. Berdasarkan hasil analisis model struktural diperoleh kesimpulan bahwa Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru; 7. Berdasarkan hasil estimasi model path diagram diperoleh kesimpulan bahwa

Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru secara bersama berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru.


(2)

108 Edi Rismawan, 2014

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil temuan dan pembahasan penelitian di atas, terdapat beberapa kelemahan dari indikator variabel penelitian yang mesti diperbaiki dan ditingkatkan. Maka beberapa saran bagi pihak-pihak terkait adalah sebagai berikut:

1. Dalam memulai kegiatan supervisi, hendaknya kepala sekolah memulai dengan pendekatan yang baik, bisa berkomunikasi dengan para guru tentang berbagai permasalahan yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar mengajar. Para guru dalam kegiatan supervisi hendaknya dilibatkan sebagai rekan dan sahabat bagi kepala sekolah. Melalui pendekatan yang bersifat kekeluargaan tersebut, tentunya para guru akan merasa aman dan nyaman.

2. Dalam hal pelaksanaan supervisi, kepala sekolah hendaknya melaksanakannya dengan rutin dan berkesinambungan. Sehingga melalui kegiatan supervisi, berbagai permasalahan yang dihadapi para guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat diatasi dengan baik;

3. Dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran, para guru hendaknya menjadikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebagai acuan. Kegiatan awal, inti, dan akhir hendaknya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya;

4. Dalam hal penilaian pembelajaran, para guru hendaknya menyiapkan teknik dan instrumen penilaian yang tepat. Penilaian hendaknya mengacu pada indikator pembelajaran yang telah dibuat.


(3)

Edi Rismawan, 2014

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, M. (2009). Amstrong Hand Book of Performance Management.India: Replika Press Pvt Ltd.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, K. D. (2011). Tiga Koreksi SBY Bagi Para Guru. [online].Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/167513 [30 November 2011].

Arnita. (2009). “Peranan Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pelaksanaan Tugas Pokok Guru SD Negeri 04 Kampung Manggis”. Jurnal Guru. 6, (2), 155-162.

Bahar, M. (2011). “Analisis Mutu Kinerja Guru”. Jurnal Administrasi Pendidikan.22, (2), 145-162.

Burhani, R. (2011). Kemendiknas Laksanakan Penilaian Kinerja Guru Tahun Depan.[online].Tersedia:http://www.antaranews.com/berita/276796/[23Septem ber 2011].

Darma, I. K (2007). “Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme terhadap Prestasi Belajar Matematika Terapan pada Mahasiswa Politeknik Negeri Bali Ditinjau dari Motivasi Berprestasi”. Teknodik.22,109-129.

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Dasrizal. (2009). “Pentingnya Supervisi Pendidikan sebagai Upaya Peningkatan

Profesionalisme Guru”. Jurnal Guru.6, (1), 9-19.

Engkoswara dan Komariah, A. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Fattah, N. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Fauza, S. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru. Tersedia: http://sabrinafauza.wordpress.com. [5 April 2010].

Gibson, J.L. et al. (2000). Organization, Behavior, Structure, Proses. United-States. McGraw-Hill Companies.


(4)

Edi Rismawan, 2014

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Herabudin. (2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Husdarta, J.S. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Pendidikan Jasmani. Bandung Barat: Dewa Ruchi.

Janawi. (2011). Kompetensi Guru. Bandung: Alfabeta.

Latan, H. (2012). Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi Menggunakan Program LISREL 8.80. Bandung: Alfabeta.

Luthan, F. (2011). An Evidence –Based Approach Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Compaies.

Moeherino (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Mulyasa, E. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyasa, E. (2013). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Muslim, A.Q. (2013). Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Motivasi berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru Berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap Di kabupaten Sumenep Jawa Timur. Tesis pada FIP UPI Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang

Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Rasto. (2006). “Pengaruh Kompetensi, motivasi, dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru”. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial.14, (27), 21-31.


(5)

Edi Rismawan, 2014

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Sappaile,B.I. (2007). “Hubungan Kemampuan Penalaran dalam Matematika dan Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Belajar Matematika” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 13, (069), 985-1003.

Satori, J. (2011). “Program Strategi Pengembangan Pendidikan Disiplin Ilmu dan Profesi Administrasi Pendidikan Menuju Tahun 2015”. Makalah pada Kuliah Umum Jurusan Administrasi Pendidikan, Bandung.

Sedermayanti (2011). Membangun dan Mengembangkan Kepemimpinan Serta Meningkatkan Kinerja untuk Meraih keberhasilan. Bandung:PT. Refika Aditama.

Sa’ud, U.S. (2011). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Siagian, S.P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudin, A. (2008). “Implementasi Supervisi Terhadap Proses Pembelajaran di

Sekolah Dasar Se Kabupaten Sumedang”. Jurnal Pendidikan Dasar. (9), 37-40.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhaeli. (2011). “Studi tentang Sekolah Efektif pada SMAN di Provinsi Jawa Barat”. Jurnal Administrasi Pendidikan.13, 1-8.

Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama. Supardi. (2013). Kinerja Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suryadi, I. (2009). Kontribusi Persepsi Guru tentang Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri Kabupaten Majalengka. Tesis pada FIP UPI Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suwatno dan Priansa, J.D. (2011). Manajemen SDM dalam organisasi Publik dan Bisnis.Bandung: Alfabeta.

Taniredja, T. dan Mustafidah, H. (2011). Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan (2010). Pengelolaan pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan.


(6)

Edi Rismawan, 2014

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Uno, H.B. dan Lamatenggo, N. (2012). Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Widyastono, H. (2006). “Kinerja Guru Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 47-79.

Winardi, j. (2007). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.


Dokumen yang terkait

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG.

0 1 17

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SMK NEGERI DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 3 52

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN CIANJUR.

1 8 54

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SD NEGERI DI KECAMATAN CIMAHI UTARA.

0 1 57

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KABUPATEN CIANJUR.

0 1 63

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

2 26 60

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.

0 1 67

KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMP NEGERI KABUPATEN MAJALENGKA.

0 1 102

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG - repository UPI T ADP 1009555 Title

0 0 3

KONTRIBUSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

0 0 14