PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN CIANJUR.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kinerja Mengajar Guru dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 11

B. Konsep Kinerja Mengajar Guru ... 14

C. Konsep Supervisi Akademik ... 24

D. Konsep Motivasi Kerja Guru ... 35

E. Kerangka Pemikiran ... 55

F. Hipotesis Penelitian ... 60

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 61

B. Populasi dan Sampel ... 62

C. Definisi Operasional ... 64

D. Instrumen Penelitian ... 66

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 72

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 75

G. Teknik Analisis Data ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1) ... 94

2. Deskripsi Data Variabel Motivasi Kerja Guru (X2) ... 96


(2)

4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 99

B. Pembahasan 1. Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur... 115

2. Pengaruh Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur ... 120

3. Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 127

B. Rekomendasi ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 130

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 135


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Prosedur Supervisi Akademik ... 34

2.2 Hierarki Kebutuhan Maslow ... 39

3.1 Data Jumlah Guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi ... 62

3.2 Penyebaran Sampel Penelitian ... 63

3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 67

3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Motivasi Kerja Guru ... 69

3.5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kinerja Mengajar Guru ... 71

3.6 Hasi Uji Validitas Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1) ... 76

3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 77

3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 78

3.9 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ... 79

3.10 Hasil Uji Reliabilitas ... 80

3.11 Hasil Uji Normalitas Data ... 83

3.12 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data ... 85

3.13 Hasil Uji Homogenitas Data ... 85

3.14 Hasil Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Y ... 87

3.15 Hasil Uji Linieritas Variabel X2 terhadap Y ... 89

4.1 Persentase Skor dan Kategori ... 93

4.2 Rekapitulasi Hasil Persentase Skor Variabel X1 ... 94

4.3 Rekapitulasi Hasil Persentase Skor Variabel X2 ... 96

4.3 Rekapitulasi Hasil Persentase Skor Variabel Y ... 98

4.5 Rekapitulasi Hasil Persentase Skor Variabel Penelitian ... 99

4.6 Hasil Uji Koefisien Korelasi X1 dan Y ... 101

4.7 Hasil Uji Signifikansi Korelasi X1 dan Y ... 102

4.8 Koefisien Determinasi X1 terhadap Y... 103

4.9 Analisis Regresi X1 terhadap Y ... 104

4.10 Hasil Uji Koefisien Korelasi X2 dan Y ... 105

4.11 Hasil Uji Signifikansi Korelasi X2 dan Y ... 106

4.12 Koefisien Determinasi X2 terhadap Y... 107

4.13 Analisis Regresi X2 terhadap Y ... 108

4.14 Hasil Uji Koefisien Korelasi Ganda ... 109

4.15 Hasil Uji Signifikansi Korelasi Ganda ... 110

4.16 Koefisien Determinasi X1 dan X2 terhadap Y ... 111

4.17 Analisis Regresi Ganda ... 112


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Tingkat Kelayakan Mengajar Guru Indonesia... 3

2.1 Tiga Tujuan Supervisi ... 30

2.2 Kerangka Pemikiran ... 55

3.1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable : Kinerja Mengajar Guru ... 84

3.2 Scatterplot Linieritas Variabel X1 atas Y ... 88

3.3 Scatterplot Linieritas Variabel X2 atas Y ... 89

4.1 Struktur Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y ... 114


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan komponen terpenting dalam sistem pendidikan. Semua komponen dalam sistem pendidikan, mulai dari kurikulum, lingkungan, sarana-prasarana pembelajaran, biaya, dan sebagainya merupakan komponen pelengkap yang dapat berfungsi secara optimal apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik berkualitas.

Guru berperan penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan dalam upaya pencapaian tujuan sekolah. Banyak ahli pendidikan menyatakan bahwa di sekolah tidak akan ada perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan kualitas guru. Seperti yang dikemukakan Fullan (2001:77) bahwa :

Educational change depends on what teachers do and think -it's as

simple and as complex as that. It would all be so easy if we could legislate changes in thinking. Classroom and schools become effective when (1) quality people are recruited to teaching, and (2) the

workplace is organized to energize teachers and reward

accomplisments. The two are intimately related. Professionally rewarding workplace conditions attract and retain good people.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya disebutkan


(6)

pula kewajiban guru antara lain merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Dari uraian tersebut diatas, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati peran dan fungsi yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subyek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Namun dari berbagai hasil penelitian menunjukkan masih rendahnya peran dan fungsi guru tersebut dilaksanakan sehingga kinerja sebagian besar guru cenderung tidak berkembang.

Terkait dengan kondisi tersebut, Sagala (2011:171) memaparkan bahwa :

Berdasarkan pengamatan dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebagian guru yang telah lama melaksanakan tugas sebagai pengajar, menganggap pekerjaan mengajar sebagai kegiatan rutinitas. Metode pembelajaran yang digunakan miskin dengan variasi yang dapat mendorong peserta didiknya belajar lebih bergairah. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan situasi belajar di kelasnya gersang dan membosankan, layanan belajar yang diterima peserta didik menjadi tidak bermutu.

Proses pembelajaran seperti ini tidak menunjang terhadap pencapaian tujuan pendidikan yaitu menghasilkan lulusan dan sumber daya manusia yang bermutu dan dapat bersaing dengan bangsa lain.

Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Data Balitbang Depdiknas (Muaddab, 2011)


(7)

menunjukkan guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta 60,99%, guru SMA negeri 65,29%, swasta 64,73%, guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %. Data tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar guru sekolah dasar dan menengah di Indonesia dinilai tidak memiliki kelayakan untuk mengajar. Kondisi ini sangat memprihatinkan dunia pendidikan Indonesia terutama pendidikan dasar. Kondisi objektif tersebut juga menyebabkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya yaitu mengajar, beberapa indikatornya adalah rendahnya pemahaman guru dalam strategi pembelajaran, kurangnya kemahiran guru dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan guru melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas, rendahnya motivasi kerja, rendahnya komitmen profesi, rendahnya kemampuan mengelola waktu. Tingkat kelayakan mengajar guru di Indonesia dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Tingkat Kelayakan Mengajar Guru di Indonesia Sumber: Balitbang Depdiknas dalam Siaddab (2011)


(8)

Indikator lainnya mengenai kondisi kompetensi guru yang rendah dapat dilihat dari hasil Uji Kompetensi Guru Kemdikbud (Kemdikbud, 2012) untuk jenjang guru sekolah dasar di provinsi jawa barat menunjukkan rata-rata nilai secara keseluruhan yang diperoleh hanya 42,81, yang masih jauh dari nilai yang dikehendaki pemerintah yaitu 70 poin sehingga dapat disimpulkan profesionalitas guru di provinsi jawa barat dari segi kompetensi profesional dan pedagogik yang dilihat dari hasil UKG bisa dikatakan masih rendah, masih banyak mengalami kekurangan.

Kondisi ini membenarkan kenyataan bahwa selama ini peranan dan fungsi guru yang sangat penting tersebut belum sepenuhnya dapat dijalankan oleh para guru. Sebagian besar guru tidak menekuni profesinya secara utuh.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya adalah kegiatan supervisi akademik yang diberikan oleh kepala sekolah dan motivasi kerja guru. Sagala (2010 : 172), menyatakan bahwa :

Faktor yang menjadi penyebab rendahnya profesional guru, yaitu bantuan supervisi oleh pengawas sekolah yang tidak memadai, bantuan supervisi dari kepala sekolahnya yang tidak membantu, di samping itu juga tidak ada sejawat guru yang pantas menjadi teman untuk tukar pengalaman.

Faktor-faktor tersebut diatas menunjukkan bahwa guru tidak dapat mengharapkan bantuan dari pihak lain yang lebih ahli untuk meningkatkan profesionalnya, sehingga guru dituntut untuk mengembangkan profesionalnya secara mandiri. Seringkali upaya secara mandiri inipun tidak berjalan efektif karena keterbatasan sarana perpustakaan atau pusat sumber belajar yang ada di sekolah tempat tugasnya, termasuk realita bahwa sebagian guru kurang


(9)

termotivasi untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan meningkatkan profesionalitasnya.

Hasil penelitian Raudenbush (1993) menunjukkan bahwa :

Intensity of internal supervision significantly predicts both instructional quality and student achievement, after controlling for a variety of covariates measured at the school, teacher, and classroom levels. The supervision effect, similar in magnitude to the preservice education effect, is quite large. Intensive fieldwork in carefully selected rural schools suggests that, for effective principals, teacher supervision is a critical component in a larger strategy designed to create and sustain an “ethos of improvement” in academic teaching and learning.

Lebih lanjut, berdasarkan hasil telaah Neagley dan Evans, Glickman serta Sergiovanni (Ditjen PMPTK, 2007) menunjukkan bahwa “kegiatan supervisi yang termasuk pada kegiatan pengembangan guru dapat meningkatkan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugas, khususnya tugas di bidang pengajaran”.

Demikian juga motivasi kerja guru. Menurut Gagne (1999), “motivasi kerja memiliki dampak positif pada kinerja, sikap karyawan, kreativitas, dan dukungan tanggung jawab terhadap profesi”. Seorang guru akan berusaha secara optimal dalam melaksanakan tugas-tugasnya, apabila memiliki motivasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, bila motivasi kerjanya rendah, guru tidak akan melaksanakan tugas-tugasnya secara baik. Seperti dikemukakan Chapman & Adams (Foskett, 2003:56) bahwa : “the crucial characteristic of raising quality is that teachers are motivated or impelled to change their practice.”

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap situasi dan kondisi faktual di lingkungan SD Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur, sebagian guru


(10)

kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan sebagian besar guru belum layak mengajar. Data Pusbindik kecamatan Sukaresmi (2012) menunjukkan hanya 34,87% guru yang layak mengajar. Sisa kurang lebih 65% belum layak mengajar. Selain itu, mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga berdampak terhadap menurunnya kinerja, masih banyak guru yang mengajar tanpa persiapan mengajar. Untuk itu diperlukan peran kepala sekolah untuk memotivasi para guru dalam meningkatkan kinerja mengajarnya.

Sehubungan dengan itu, kegiatan supervisi akademik secara berkelanjutan, serta motivasi kerja guru sangat diperlukan untuk memperbaiki kondisi tersebut sehingga kinerja mengajar guru meningkat dan mampu berprestasi serta mampu bersaing.

Kegiatan supervisi akademik dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan tugas dan kewajiban serta kesulitan-kesulitan apa yang dialami guru, sehingga dapat dicari upaya pemecahannya. Dengan adanya supervisi akademik kepala sekolah yang efektif dan memperhatikan prinsip-prinsip supervisi maka diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja guru SD Negeri di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja mengajar guru, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan.

Berdasarkan uraian tersebut akhirnya peneliti tertarik dan ingin membahasnya dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur”.


(11)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ditemui terkait kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur sebagai berikut : a. Kualitas mengajar sebagian guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi

Kabupaten Cianjur saat ini rendah;

b. Guru membutuhkan bantuan dalam melaksanakan tugas utamanya yaitu mengajar melalui pendekatan kegiatan supervisi akademik oleh kepala sekolah;

c. Motivasi kerja sebagian guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur saat ini rendah dan ini berdampak terhadap kinerja mengajar guru.

2. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang penelitian, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Apakah terdapat pengaruh dari supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur ?

b. Apakah terdapat pengaruh dari motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur ?


(12)

c. Apakah terdapat pengaruh dari supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengukur dan menganalisis :

1. Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur.

2. Pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur.

3. Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang manajemen SDM dan penelitian sekaligus memberikan sumbang pemikiran bagi peneliti selanjutnya. 2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

untuk meningkatkan kinerja mengajar guru dan untuk kepala sekolah diharapkan menjadi bahan rujukan dalam menerapkan supervisi akademik dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.


(13)

3. Bagi Dinas Pendidikan Sukaresmi Kabupaten Cianjur, agar dapat menindaklanjuti hasil penelitian untuk menetapkan langkah-langkah strategis guna meningkatkan peran supervisi akademik kepala sekolah dan meningkatkan kinerja mengajar guru serta strategi untuk memotivasi kerja guru.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan dan memperkuat teori-teori yang telah banyak dikemukakan oleh para ahli serta dapat berguna sebagai bahan informasi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

E. Sistematika Penulisan

Adapun penulisan karya tulis ini dibagi dalam lima bab, yaitu sebagai berikut :

Bab pertama merupakan pendahuluan dalam tesis ini, yang membahas mengenai masalah yang melatarbelakangi penelitian dengan mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang akan diteliti, juga menentukan tujuan dan manfaat penelitian agar studi yang dilakukan lebih terarah.

Bab kedua menyajikan hasil tinjauan pustaka berkaitan dengan pemaparan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan melalui studi literatur. Landasan teori tersebut akan digunakan sebagai kerangka pemikiran dan bersumber dari buku-buku pustaka sebagai dasar pemikiran dari penelitian ini.

Bab ketiga tentang metode penelitian berisi penjabaran yang rinci metode penelitian, termasuk beberapa komponen berikut : lokasi dan subjek


(14)

populasi/sampel, desain penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen penelitian, uji coba instrumen, dan pengujian hipotesis.

Bab keempat menyajikan hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal yakni analisis data, dan pembahasan terhadap hasil analisis temuan.

Bab kelima disajikan kesimpulan dan rekomendasi yang di peroleh berdasarkan hasil analisis.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sebuah rancangan tentang bentuk hubungan antara variabel yang diteliti sehingga dapat memberikan suatu gambaran untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis penelitian. Hal ini menjelaskan bahwa suatu penelitian diharapkan memenuhi tahapan dan metode yang tepat sesuai dengan variabel yang ingin diungkap.

Lokasi penelitian adalah di SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur. Rancangan penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis penelitian mengenai “pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur”, adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian survei.

Tipe penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research), karena penelitian ini bermaksud menjelaskan pengaruh/hubungan antara variabel supervisi akademik kepala sekolah dan variabel motivasi kerja guru terhadap variabel kinerja mengajar guru.

Variabel dalam penelitian terdiri dari dua variabel bebas yaitu supervisi akademik kepala sekolah sebagai variabel (X1), motivasi kerja guru

(X2), dan satu variabel tidak bebas yaitu kinerja mengajar guru sebagai


(16)

B. Populasi dan Sampel

Populasi yang akan diteliti adalah semua guru yang ada pada SD Negeri se-Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur. Dari 36 SD Negeri se- Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur terdapat 304 guru.

Mengenai jumlah guru pada masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 : Data jumlah guru SD Negeri Kec.Sukaresmi

NO NAMA SEKOLAH JUMLAH GURU

1 SDN BABAKAN LOA 7

2 SDN BABAKAN SITU 8

3 SDN BAKOM 6

4 SDN BANJARSARI 11

5 SDN BARULIMUS 6

6 SDN BATUKARUT 6

7 SDN BATUWATES 7

8 SDN BHAKTI WINAYA 10

9 SDN BOJONGSARI 8

10 SDN CIKARATOK 7

11 SDN CHANDRA KUSUMAH 6

12 SDN CIBADAK 10

13 SDN CIHAJERE 7

14 SDN CIKANCANA 10

15 SDN CIKANYERE 8

16 SDN CIKASO 6

17 SDN CIORAY 6

18 SDN CIPENDAWA 12

19 SDN CISALAK 9

20 SDN CIWALEN 10

21 SDN CIWALEN PEUNTAS 9

22 SDN GALUDRA 9

23 SDN KARANG ANYAR 11

24 SDN KARANG PAKUAN 16

25 SDN KARYA SARI 8

26 SDN KAWUNG LUWUK 11

27 SDN KUBANG 7

28 SDN LEUWUENG DATAR 9

29 SDN PAMOYANAN 9

30 SDN PARUNGPONTENG 8


(17)

32 SDN SIMPANGSARI 7

33 SDN SINDANGPALAY 7

34 SDN SUKABAHAGIA 6

35 SDN SURUPAN 8

36 SDN WANAJAYA 7

JUMLAH 304

Sumber : Pusbindik Kec.Sukaresmi Kab.Cianjur (2012)

Untuk menentukan besarnya atau ukuran sampel digunakan rumus Taro Yamane (Riduwan, 2008: 65), yaitu :

1 . 2  

d N

N n

Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Presisi yang ditetapkan

Dalam penelitian ini peneliti mengambil presisi sebesar 10% sehingga diperoleh nilai n, yaitu 75 orang atau 24,67% dari populasi. Adapun teknik pengambilan sampel sejumlah 75 orang tersebut menggunakan teknik simple random sampling dengan memperhatikan proporsi jumlah populasi pada masing-masing sekolah.

Penentuan anggota sampel adalah sebesar 24,67% dari populasi. Penyebaran sampel pada tiap sekolah dapat dilihat pada table 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Penyebaran Sampel

No. NAMA SEKOLAH JUMLAH

POPULASI

SAMPEL JUMLAH SAMPEL 24,67%

1 SDN BABAKAN LOA 7 1.72 2

2 SDN BABAKAN SITU 8 1.97 2

3 SDN BAKOM 6 1.48 2

4 SDN BANJARSARI 11 2.71 3


(18)

6 SDN BATUKARUT 6 1.48 1

7 SDN BATUWATES 7 1.72 2

8 SDN BHAKTI WINAYA 10 2.46 2

9 SDN BOJONGSARI 8 1.97 2

10 SDN CIKARATOK 7 1.72 2

11 SDN CHANDRA KUSUMAH 6 1.48 1

12 SDN CIBADAK 14 3.45 4

13 SDN CIHAJERE 7 1.72 2

14 SDN CIKANCANA 9 2.22 2

15 SDN CIKANYERE 8 1.97 2

16 SDN CIKASO 6 1.48 1

17 SDN CIORAY 6 1.48 1

18 SDN CIPENDAWA 12 2.96 3

19 SDN CISALAK 9 2.22 2

20 SDN CIWALEN 10 2.46 2

21 SDN CIWALEN PEUNTAS 8 1.97 2

22 SDN GALUDRA 9 2.22 2

23 SDN KARANG ANYAR 11 2.71 3

24 SDN KARANG PAKUAN 15 3.70 4

25 SDN KARYA SARI 8 1.97 2

26 SDN KAWUNG LUWUK 11 2.71 3

27 SDN KUBANG 7 1.72 2

28 SDN LEUWUENG DATAR 8 1.97 2

29 SDN PAMOYANAN 9 2.22 2

30 SDN PARUNGPONTENG 8 1.97 2

31 SDN PUNCAK SIMUN 12 2.96 3

32 SDN SIMPANGSARI 7 1.72 2

33 SDN SINDANGPALAY 7 1.72 2

34 SDN SUKABAHAGIA 6 1.48 1

35 SDN SURUPAN 8 1.97 2

36 SDN WANAJAYA 7 1.72 2

JUMLAH 304 75,00 75

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti yaitu variabel supervisi akademik kepala sekolah (X1), variabel motivasi kerja guru

(X2) yang disebut sebagai variabel bebas dan variabel kinerja mengajar guru


(19)

Adapun definisi konseptual dan operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Supervisi akademik adalah pelayanan atau bimbingan profesional bagi guru-guru dengan memberikan bantuan dan dorongan serta kesempatan pada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan tugas utamanya dengan lebih baik, yaitu memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu hasil belajar mengajar.

Adapun dimensi yang digunakan sebagai indikator penelitian untuk mengukur supervisi akademik kepala sekolah merujuk pada definisi yang dikemukakan Glickman (Ibrahim Bafadal, 1992 : 2) bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran. Indikator-indikatornya adalah (a) merencanakan program supervisi akademik, (b) melaksanakan supervisi akademik, dan (c) menindaklanjuti hasil supervisi akademik. (Permendiknas No.13 Tahun 2007)

2. Motivasi kerja guru adalah keinginan yang terdapat pada seorang guru atau sesuatu yang menyebabkan guru mau bekerja untuk mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Adapun dimensi yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi kerja guru dalam penelitian ini merujuk pada teori motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh David McClelland (Hoy & Miskel,


(20)

2008:142). Menurut teori ini, individu yang tinggi dalam motivasi kerja memiliki tiga karakteristik utama :

a) Memiliki keinginan yang kuat untuk memikul tanggung jawab pribadi untuk melakukan tugas atau memecahkan masalah.

b) Cenderung menetapkan tujuan cukup sulit dan mengambil tingkat risiko menengah

c) Memiliki keinginan yang kuat untuk umpan balik kinerja.

3. Kinerja mengajar guru adalah interaksi antara kemampuan seseorang guru dengan interaksinya sebagai tenaga pendidik dan pengajar yang dengan kemampuan itu ia dapat mengelola proses belajar mengajar secara maksimal.

Adapun dimensi yang digunakan untuk mengukur kinerja mengajar guru dalam penelitian ini merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan Danielson (ASCD, 2007). Dia menemukan 4 dimensi profesional pengajaran yaitu : a) perencanaan dan persiapan, b) lingkungan pembelajaran, c) instruksi dalam pembelajaran, d) responsibilitas profesional.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner. Menurut Arikunto (2006 : 151) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh infromasi dari responden.


(21)

Kuesioner disusun dan dikembangkan berdasarkan deskripsi teori yang ada melalui butir pertanyaan mengenai karakteristik responden dan pernyataan tentang variabel yang akan diteliti. Untuk mengungkap variabel yang akan di teliti, kuesioner disusun disesuaikan dengan subvariabel penelitian serta indikator variabel yang ditetapkan berdasarkan konsep teori sehingga jumlah pernyataan dalam kuesioner sesuai dengan jumlah indikator variabel yang ada.

Untuk memperoleh data tentang variabel supervisi akademik kepala sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja mengajar guru melalui kuesioner dengan menggunakan Skala Likert.

1. Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)

Penyusunan instrumen penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen sesuai dengan subvariabel, indikator dan skala pengukuran yang digunakan untuk mengungkap variabel yang diinginkan.

Untuk kuesioner variabel supervisi akademik kepala sekolah disusun kisi-kisi instrumen penelitian sebagaimana tersebut pada tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)

Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah

Butir

Nomor Butir

Supervisi Akademik

Kepala Sekolah

(X1)

Merencanakan program supervisi akademik

1. Kepala Sekolah mengidentifikasi masalah yang guru hadapi dalam pelaksanaan pembelajaran.


(22)

2. Kepala Sekolah merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan target pencapaian yang terukur.

3. Kepala Sekolah mengembangkan instrumen supervisi. Melaksanakan

supervisi akademik

1. Kepala sekolah mengadakan pertemuan awal untuk menjaring data rencana

pembelajaran dan menetapkan fokus kegiatan supervisi. 2. Kepala sekolah

melaksanakan

kegiatan pemantauan pembelajaran dan membuat catatan yang objektif dan selektif sebagai bahan pemecahan masalah supervisi. 3. Kepala sekolah

melakukan

pertemuan refleksi, menganalisis catatan hasil observasi, dan menyimpulkan hasil observasi

4. Kepala sekolah memfasilitasi guru dalam merencanakan tindak lanjut perbaikan sistem penilaian hasil belajar.

23 6-28

Menindaklanjuti hasil supervisi akademik

1. Kepala sekolah bersama guru menyusun rekomendasi tindaklanjut perbaikan dalam


(23)

bentuk kegiatan analisis butir soal, remedial, dan pengayaan. 2. Kepala sekolah

mengecek ulang keterlaksanaan rekomendasi oleh guru

3. Kepala sekolah melaksanakan pembinaan dan pengembangan guru sebagai tindaklanjut kegiatan supervisi. 4. Kepala sekolah

menggunakan data hasil supervisi sebagai bahan perbaikan perbaikan kinerja pelaksanaan program.

Sumber : Glickman, et al. (Ibrahim Bafadal, 1992 : 2 ) & Permendiknas No.13 Tahun 2007.

2. Variabel Motivasi Kerja Guru (X2)

Untuk mempermudah penyusunan instrumen penelitian (kuesioner) disusun kisi-kisi instrumen sesuai dengan sub variabel, indikator instrumen dan skala pengukuran yang digunakan untuk mengungkap variabel yang diinginkan.

Untuk kuesioner variabel motivasi kerja guru disusun kisi-kisi instrumen penelitian seperti tersebut pada tabel 3.4 berikut.


(24)

Tabel 3.4: Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Kerja Guru (X2)

Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah

Butir Nomor Butir Motivasi Kerja Guru Keinginan yang kuat untuk memikul tanggung jawab pribadi melakukan tugas atau memecahkan masalah. 1. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara baru dan kreatif 2. Mengambil

tanggungjawab pribadi atas perbuatannya 3. Bekerja sendiri

daripada dengan orang lain

5 1–5

Menetapkan tujuan yang cukup sulit dan

mengambil tingkat risiko menengah

1. Memperhatikan segi hubungan pribadi dalam pekerjaan 2. Melakukan pekerjaan lebih efektif apabila bekerjasama

3. Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain 4. Memilih resiko

moderat dan ada peluang untuk berprestasi lebih tinggi

11 6-16

Keinginan yang kuat untuk umpan balik kinerja.

1. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organisasi

2. Mencari feedback (umpan balik) tentang perbuatannya

7 17-23


(25)

3. Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)

Untuk mempermudah penyusunan instrumen penelitian (kuesioner) disusun kisi-kisi instrumen sesuai dengan sub variabel, indikator instrumen dan skala pengukuran yang digunakan untuk mengungkap variabel yang diinginkan.

Untuk kuesioner variabel kinerja guru disusun kisi-kisi instrumen penelitian seperti tersebut pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)

Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah

Butir Nomor Butir Kinerja Mengajar Guru Perencanaan dan Persiapan 1. Pengetahuan tentang konten dan pedagogi 2. Pengetahuan tentang siswa 3. Perencanaan pembelajaran 4. Pengetahuan tentang sumber daya

5. Merancang proses pembelajaran 6. Merancang proses

penilaian hasil belajar siswa

12 1-12

Lingkungan Pembelajaran 1. Pengkondisian lingkungan belajar 2. Pengembangan budaya belajar 3. Pengelolaan proses

pembelajaran 4. Penataan sarana

pembelajaran

4 13-16

Instruksi dalam Pembelajaran

1. Berkomunikasi dengan jelas dan akurat


(26)

2. Menggunakan teknik pertanyaan dan diskusi 3. Melibatkan siswa

dalam

pembelajaran 4. Memberikan

umpan balik kepada siswa 5. Menunjukkan

fleksibilitas dan responsif. Responsibilitas

Profesional

1. Refleksi pembelajaran 2. Perekaman hasil

pembelajaran 3. Komunikasi

dengan pihak eksternal

4. Partisipasi dalam kegiatan

profesional 5. Pengembangan

profesionalisme 6. Kepribadian

sebagai pendidik dan pengajar

6 22-27

Sumber : Danielson, C. (2007). Enhancing professional practice: A framework for teaching. Alexandria. VA: Association for Supervision and Curriculum Development.

E. Validitas dan Reliabilitas

Agar kuesioner yang digunakan mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang di teliti secara tepat, maka perlu dilakukan uji validitas dan realibilitas instrumen. Jumlah responden untuk uji instrumen dalam penelitian ini sebanyak 30 responden.

Uji validitas dilaksanakan di 4 SD Negeri gugus utama. Lokasi uji instrument dianggap kapabel karena derajat kinerja guru dianggap sama.


(27)

Menurut Arikunto (2006:168) validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument”. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur (Gay dalam Sukardi, 2008:121). Pengujian validitas instrument ini menggunakan program SPSS versi 17 dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment oleh Pearson (Arikunto, 2006 : 170) yaitu :

² ( )²



² ( )²

) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy            Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = jumlah responden ∑X = jumlah skor distribusi X ∑Y = jumlah skor distribusi Y

∑XY = jumlah perkalian skor X dan Y ∑X2

= jumlah kuadrat skor distribusi X ∑Y2

= jumlah kuadrat skor distribusi Y

Kemudian hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf

signifikansi 5%. Jika didapatkan harga rxy > rtabel, maka butir instrumen

dikatakan valid, akan tetapi sebaliknya jika harga rxy < rtabel, maka dikatakan

bahwa butir instrumen tersebut tidak valid (Arikunto 2006 : 146).

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen sudah baik (Arikunto 2006 : 154).


(28)

Pengujian reabilitas instrumen ini digunakan dengan program SPSS dengan menggunakan rumus Alpha yaitu :





2

2 11

1

1

t b

k

k

r

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrumen

n = Banyaknya butir soal Σαb2 = Jumlah varian butir

σt2 = Varian total

(Arikunto 2006 : 192-193)

Untuk memperoleh varians butir dicari terlebih dahulu setiap butir, kemudian dijumlahkan. Rumus yang digunakan untuk mencari varians adalah sebagai berikut :

N N

X

X² ( )²

²     

Keterangan α = varians butir X = jumlah skor N = jumlah responden (Arikunto 2006 : 178)

Teknik untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini adalah rumus Alpha dipadukan dengan rumus korelasi product moment. Jika rxy sudah

diperoleh, maka hasil perhitungan dimasukkan ke dalam rumus Alpha. Selanjutnya hasil uji reliabilitas angket penelitian dikonsultasikan dengan harga r product moment pada taraf signifikansi 5%. Jika harga r11 >

rtabel, maka instrumen dikatakan reliabel, dan sebaliknya jika harga r11 < rtabel


(29)

F. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

Uji validitas instrumen menurut Arikunto (2006:168) adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Pengujian validitas instrumen ini digunakan dengan bantuan program SPSS 17 for Windows dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment oleh Pearson (dalam Arikunto, 2006:170). Untuk melihat hasil uji validitas yang dilakukan untuk tiap variabel, dengan bantuan program SPSS 17 for

Windows dengan tingkat signifikan 0,05 atau rtabel = 0,361.

Jadi apabila korelasi antar butir-butir dengan skor total kurang dari 0,361 (rtabel) maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Resume hasil uji validitas butir variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.9.

1. Hasil Uji Validitas Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1) Uji validitas variabel supervisi akademik kepala sekolah yang diujikan sebanyak 32 item. Setelah dilakukan pengujian, 32 butir dinyatakan valid karena telah memenuhi syarat (rhitung≥ rtabel ≥ 0,361).

Dengan demikian 32 butir valid digunakan untuk proses pengumpulan data selanjutnya. Hasil uji validitas variabel supervisi akademik kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.6.


(30)

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas

Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah

No.Butir Pearson

Correlation Sig.(2-tailed) Status

1 .576 .001 Valid

2 .705 .000 Valid

3 .863 .000 Valid

4 .795 .000 Valid

5 .722 .000 Valid

6 .698 .000 Valid

7 .506 .004 Valid

8 .614 .000 Valid

9 .722 .000 Valid

10 .763 .000 Valid

11 .803 .000 Valid

12 .608 .000 Valid

13 .648 .000 Valid

14 .866 .000 Valid

15 .771 .000 Valid

16 .530 .003 Valid

17 .570 .001 Valid

18 .903 .000 Valid

19 .688 .000 Valid

20 .624 .000 Valid

21 .723 .000 Valid

22 .847 .000 Valid

23 .741 .000 Valid

24 .584 .001 Valid

25 .614 .000 Valid

26 .593 .001 Valid

27 .581 .001 Valid

28 .745 .000 Valid

29 .583 .001 Valid

30 .564 .001 Valid

31 .686 .000 Valid

32 .641 .000 Valid

Sumber : Output SPSS 17 (diolah) 2012

2. Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja Guru (X2)

Uji validitas variabel motivasi kerja yang diujikan sebanyak 30 item. Setelah dilakukan pengujian ternyata sebanyak 7 butir dinyatakan tidak valid


(31)

(rhitung ≤ rtabel ≤ 0,361) yaitu nomor butir 1, 5, 6, 9, 16, 22 dan butir 30.

Sedangkan 23 butir lainnya dinyatakan valid karena telah memenuhi syarat (rhitung≥ rtabel≥ 0,361).

Dari 30 butir yang diujikan sebanyak 7 butir dinyatakan tidak valid diputuskan untuk tidak digunakan menjaring data selanjutnya. Dengan demikian 23 butir valid digunakan untuk proses pengumpulan data selanjutnya. Sedangkan 7 butir yang tidak valid dinyatakan tidak mempengaruhi secara signifikan walaupun tidak diikutkan dalam penjaringan data. Hasil uji validitas variabel motivasi kerja dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja Guru

No.Butir Pearson

Correlation Sig.(2-tailed) Status

1 .271 .148 Tidak Valid

2 .582 .001 Valid

3 .545 .002 Valid

4 .487 .006 Valid

5 .179 .343 Tidak Valid

6 .203 .283 Tidak Valid

7 .492 .006 Valid

8 .437 .016 Valid

9 .331 .074 Tidak Valid

10 .421 .020 Valid

11 .602 .000 Valid

12 .655 .000 Valid

13 .583 .001 Valid

14 .515 .004 Valid

15 .503 .005 Valid

16 .218 .248 Tidak Valid

17 .472 .009 Valid

18 .499 .005 Valid

19 .520 .003 Valid


(32)

21 .602 .000 Valid

22 .232 .216 Tidak Valid

23 .588 .001 Valid

24 .602 .000 Valid

25 .645 .000 Valid

26 .765 .000 Valid

27 .653 .000 Valid

28 .466 .009 Valid

29 .622 .000 Valid

30 .066 .731 Tidak Valid

Sumber : Output SPSS 17 (diolah) 2012

3. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)

Uji validitas variabel kinerja mengajar guru yang diujikan sebanyak 35 item. Setelah dilakukan pengujian ternyata sebanyak 8 butir dinyatakan tidak valid (rhitung≤ rtabel ≤ 0,361) yaitu nomor butir 3, 14, 18, 21, 22, 24, 29,

dan butir 33. Sedangkan 27 butir lainnya dinyatakan valid karena telah memenuhi syarat (rhitung≥ rtabel≥ 0,361).

Untuk butir yang dinyatakan tidak valid diputuskan untuk tidak digunakan menjaring data selanjutnya. Dengan demikian 27 butir valid digunakan untuk proses pengumpulan data selanjutnya. Hasil uji validitas variabel kinerja mengajar guru dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Mengajar Guru

No.Butir Pearson

Correlation Sig.(2-tailed) Status

1 .586 .001 Valid

2 .579 .001 Valid

3 .300 .107 Tidak Valid

4 .629 .000 Valid

5 .492 .006 Valid

6 .726 .000 Valid


(33)

8 .503 .005 Valid

9 .662 .000 Valid

10 .605 .000 Valid

11 .843 .000 Valid

12 .400 .028 Valid

13 .551 .002 Valid

14 .357 .053 Tidak Valid

15 .484 .007 Valid

16 .400 .029 Valid

17 .675 .000 Valid

18 .112 .557 Tidak Valid

19 .451 .012 Valid

20 .614 .000 Valid

21 .240 .202 Tidak Valid

22 -.007 .972 Tidak Valid

23 .446 .014 Valid

24 .321 .084 Tidak Valid

25 .483 .007 Valid

26 .722 .000 Valid

27 .487 .006 Valid

28 .599 .000 Valid

29 .210 .264 Tidak Valid

30 .733 .000 Valid

31 .735 .000 Valid

32 .691 .000 Valid

33 .294 .115 Tidak Valid

34 .444 .014 Valid

35 .681 .000 Valid

Sumber : Output SPSS 17 (diolah) 2012

Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Variabel Penelitian

No Variabel Jumlah

butir yang diuji Jumlah tidak valid Nomor tidak valid Jumlah Valid 1 Supervisi Akademik

Kepala Sekolah (X1)

32 - - 32

2 Motivasi Kerja Guru (X2) 30 7 1,5,6,9,

16,22,30

23 3 Kinerja Mengajar Guru (Y) 35 8 3,14,18,21

22,24,29,3 3

27


(34)

4. Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas menujukkan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Arikunto (2006 : 178) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya (reliable) juga akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas instrumen ini digunakan dengan bantuan program SPSS 17 for Windows dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.

Menurut Sunyoto (2008:68), suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,70. Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.10 dibawah ini.

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian

No. Variabel Penelitian Cronbach’s Alpha

r krisis Keputusan 1 Supervisi Akademik

Kepala Sekolah (X1)

0,963 0,70 Reliabel

2 Motivasi Kerja (X2) 0,886 0,70 Reliabel

3 Kinerja Mengajar Guru (Y) 0,925 0,70 Reliabel Sumber : Output SPSS 17 (diolah) 2012

Berdasarkan data pada Tabel 3.10 diatas diperoleh hasil koefisien reliabilitas variabel supervisi akademik kepala sekolah adalah sebesar r=0,963, variabel motivasi kerja guru adalah sebesar r=0,886, dan variabel kinerja mengajar guru adalah sebesar r=0,925. Dengan demikian ketiga variabel penelitian ternyata memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,70, yang berarti ketiga variabel tersebut dinyatakan reliabel atau memenuhi persyaratan.


(35)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

Menurut Arikunto (2006 : 147) kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Untuk menganalisis masalah penelitian digunakan analisis deskripsi penelitian dan metode analisis regresi linier berganda dengan pengolahan data menggunakan SPSS versi 17.

Untuk dapat memenuhi syarat penggunaan korelasi dan regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian prasyarat statistik terhadap data. Pengujian prasyarat analisis mencakup uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas.

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum analisis data dilakukan perlu dilakukan langkah uji asumsi klasik, apakah data-data yang ada sudah memenuhi persyaratan pengujian. Oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan maka perlu dilakukan pengujian persyaratan.


(36)

Uji persyaratan (asumsi klasik) yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk menguji data variabel bebas supervisi akademik kepala sekolah (X1) dan data variabel bebas motivasi

kerja guru (X2) serta data variabel terikat kinerja mengajar guru (Y) pada

persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Uji normalitas menggunakan program SPSS dengan uji Kolmogorov-Smirnov.

Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali (Sunyoto, 2008:84).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan variansi kelompok-kelompok sampel yang diambil dari populasi yang sama. Pada penelitian ini untuk uji homogenitas digunakan metode atau teknik Lilliefors, dengan ketentuan; jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, data berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak serupa (Tidak Homogen), dan jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, data berasal dari populasi yang mempunyai varians serupa (Homogen).


(37)

c. Uji Linieritas

Salah satu prasyarat untuk analisis korelasi dan regresi dalam pengujian hipotesis adalah, bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat linear. Untuk menguji linearitas dilakukan dengan analisis regresi sederhana, dapat dilihat dari nilai signifikansi dari

deviation of linierity untuk X1 terhadap Y serta X2 terhadap Y. Apabila

nilai signifikansi < 0,05 dapat disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas data penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Data dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS versi 17 for Windows. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.11 dibawah ini :

Tabel 3.11

Hasil Uji Normalitas Data Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. KinerjaMengajar .084 75 .200* .979 75 .246 SupervisiAkademik .081 75 .200* .981 75 .331 MotivasiKerjaGuru .092 75 .182 .978 75 .228 a. Lilliefors Significance Correction


(38)

Terlihat dari tabel 3.11 pada baris Sig. diperoleh nilai signifikansi variabel supervisi akademik kepala sekolah (X1) sebesar 0,200, untuk variabel

motivasi kerja guru (X2) sebesar 0,182 dan untuk kinerja mengajar guru (Y)

sebesar 0,200. Nilai signifikansi dari masing masing variabel > 0,05 yang berarti bahwa data dari masing-masing variabel berdistribusi normal.

Di samping menggunakan uji Kolmogorov Smirnov analisis kenormalan data ini juga didukung dari Plot of Regression Standardized Residual. Apabila grafik yang diperoleh dari output SPSS ternyata diperoleh titik-titik yang mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal. Lebih jelasnya hasil uji normalitas data dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 3.1 : Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kinerja Mengajar Guru


(39)

Terlihat dari grafik di atas, titik-titik mendekati garis diagonal yang berarti bahwa model regresi berdistribusi normal.

Tabel 3.12 berikut merupakan rangkuman dari hasil uji normalitas data variabel penelitian.

Tabel 3.12

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data

No Variabel Sig Kriteria Keterangan

1 Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)

0,200 0,200 > 0,05 Normal 2 Motivasi Kerja Guru (X2) 0,182 0,182 > 0,05 Normal

3 Kinerja Mengajar Guru (Y) 0,200 0,200 > 0,05 Normal

b. Uji homogenitas data

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan variansi kelompok-kelompok sampel yang diambil dari populasi yang sama. Pada penelitian ini untuk uji homogenitas digunakan metode atau teknik Lilliefors , dengan ketentuan ; jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, data berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak serupa (Tidak Homogen) , dan jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, data berasal dari populasi yang mempunyai varians serupa (Homogen).

Tabel 3.13 Hasil Uji Homogenitas

Levene

Statistic df1 df2 Sig. SupervisiAkademik Based on Mean .425 1 73 .517

Based on Median .382 1 73 .538

Based on Median and with adjusted df

.382 1 72.786 .538 Based on trimmed mean .412 1 73 .523


(40)

MotivasiKerjaGuru Based on Mean .619 1 73 .434

Based on Median .520 1 73 .473

Based on Median and with adjusted df

.520 1 70.167 .473 Based on trimmed mean .636 1 73 .428 Kinerja Mengajar

Guru

Based on Mean .052 1 73 .821

Based on Median .035 1 73 .852

Based on Median and with adjusted df

.035 1 72.862 .852 Based on trimmed mean .046 1 73 .832

Terlihat dari tabel 3.13, pada baris Based on Mean diperoleh nilai signifikansi variabel supervisi akademik kepala sekolah (X1) sebesar 0,517,

untuk variabel motivasi kerja guru (X2) sebesar 0,434 dan untuk kinerja

mengajar guru (Y) sebesar 0,821. Nilai signifikansi dari masing-masing variabel > 0,05 yang berarti bahwa data berasal dari populasi yang mempunyai varians serupa (Homogen).

c. Uji Linieritas

Salah satu prasyarat untuk analisis korelasi dan regresi dalam pengujian hipotesis adalah, bahwa hubungan antara variable bebas dengan variabel terikat linear. Untuk menguji linearitas dilakukan dengan analisis regresi sederhana, dapat dilihat dari nilai signifikansi dari deviation of

linierity untuk X1 terhadap Y serta X2 terhadap Y. Apabila nilai signifikansi


(41)

Di samping menggunakan analisis regresi sederhana, kelinieran juga dapat dilihat dari Scatterplot (Diagram pencar) dengan memberi tambahan garis regresi.

Hasil pengujian linieritas ini dianalis dengan bantuan program SPSS versi 17 Windows. Untuk lebih jelasnya hasil pengujian linieritas ini diuraikan sebagai berikut :

1) Hasil Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Y

Uji linieritas untuk variabel X1 terhadap Y dapat dilihat pada tabel

3.14 berikut ini :

Tabel 3.14

Uji Linieritas Variabel XІ terhadap Y

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 560.838 1 560.838 10.311 .002a

Residual 3970.708 73 54.393

Total 4531.547 74

a. Predictors: (Constant), SupervisiAkademik b. Dependent Variable: KinerjaMengajar

Terlihat dari tabel 4.12 bahwa nilai Sig. Sebesar 0,002, Nilai signifikansi < 0,05 yang berarti hubungannya bersifat linier. Ini menunjukkan bahwa data variabel supervisi akademik kepala sekolah (X1) atas kinerja

mengajar guru (Y) adalah berpola linier.

Plot data antara supervisi akademik kepala sekolah (X1) dengan


(42)

Gambar 3.2 : Scatterplot Linieritas Data Variabel X atas Y

Garis regresi yang tampak pada grafik di atas cenderung tidak mendatar (ke kanan atas). Apabila dilihat dari persamaan regresi, koefisien regresi adalah 0,124. Hal ini membuktikan adanya linieritas pada hubungan dua varibel tersebut, yang berarti semakin baik supervisi akademik kepala sekolah ada hubungannya dengan kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur.

2) Hasil Uji Linieritas Variabel X2 terhadap Y

Uji linieritas untuk variabel X2 terhadap Y dapat dilihat pada tabel

3.15 berikut ini :

Tabel 3.15

Uji Linieritas Variabel XЇ terhadap Y ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.


(43)

Residual 3997.657 73 54.762

Total 4531.547 74

a. Predictors: (Constant), MotivasiKerjaGuru b. Dependent Variable: KinerjaMengajar

Terlihat dari tabel 3.15 bahwa nilai Sig sebesar 0.003, Nilai signifikansi < 0,05 yang berarti hubungannya bersifat linier. Ini menunjukkan bahwa data variabel motivasi kerja guru (X2) atas kinerja mengajar guru

(Y) adalah berpola linier.

Plot data antara motivasi kerja guru (X2) dengan kinerja mengajar

guru (Y) ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.3 : Scatterplot Linieritas Data Variabel X2 atas Y

Garis regresi yang tampak pada grafik di atas cenderung tidak mendatar (ke kanan atas). Apabila dilihat dari persamaan regresi, koefisien regresi adalah 0,118. Hal ini membuktikan adanya linieritas pada hubungan dua varibel tersebut, yang berarti semakin baik motivasi kerja guru ada


(44)

hubungannya dengan kinerja mengajar guru SD negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur.

2. Uji Hipotesis

Penelitian ini membahas bagaimana supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi kerja guru (baik secara parsial maupun secara bersama-sama) berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru. Untuk menganalisis data digunakan metode analisis regresi berganda untuk mengukur pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat.

Menurut Sugiyono (2006:243), analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua.

Bentuk umum persamaan regresi berganda adalah : Y = a + b1 X1 + b 2 X2

Keterangan : Y = variabel kinerja mengajar guru

X1 = variabel supervisi akademik kepala sekolah

X2 = variabel motivasi kerja guru

a = konstanta

b1, b2 = koefisien regresi yang dicari

a. Analisis Korelasi Sederhana

Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X dan variabel Y. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi (r) dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi dilakukan untuk mendeteksi ketepatan yang paling baik dalam analisa regresi, yaitu dengan membandingkan besarnya


(45)

nilai koefisien determinan. Untuk melihat kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi berganda (R2).

Jika R2 semakin besar mendekati 1 (satu) maka hubungan variabel

bebas terhadap variabel terikat semakin kuat. Sebaliknya jika R2 semakin

mendekati 0 (nol) maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat semakin lemah.

c. Uji Secara Parsial (Uji t)

Digunakan untuk mengukur tingkat pengaruh antara satu variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Uji t pada penelitian ini untuk mengukur pengaruh variabel supervisi akademik kepala sekolah terhadap variabel kinerja mengajar guru dan variabel motivasi kerja terhadap variabel kinerja mengajar guru.

Uji t disimpulkan dengan :

1) Ho : b1 = 0 ; apabila tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Ho diterima jika nilai thitung < ttabel

Ho ditolak jika nilai thitung > ttabel

2) Ha : b1 ≠ 0 ; apabila terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Ha diterima jika nilai thitung < ttabel


(46)

d. Uji Secara Bersama (Uji F)

Uji F ini menunjukkan apakah semua variabel bebas yaitu supervisi akademik kepala sekolah (X1), dan motivasi kerja guru (X2) mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat yaitu kinerja mengajar guru (Y).

Uji F disimpulkan dengan :

1) Ho : b1, b2 = 0 ; apabila tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama

antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Ho ditolak jika nilai Fhitung > Ftabel

Ho diterima jika nilai Fhitung < Ftabel

2) Ho : b1, b2 ≠ 0 ; apabila terdapat pengaruh secara bersama-sama antara

variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha diterima jika nilai Fhitung > Ftabel


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Merujuk pada hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat disimpulkan temuan – temuan penting sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur.

2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur.

3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan, maka penulis merekomendasikan beberapa hal penting yang dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan supervisi akademik dan motivasi kerja guru dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja mengajar guru sebagai berikut : 1. Kepala sekolah dapat meningkatkan efektifitas supervisi akademik


(48)

sistematis, mengidentifikasi masalah pembelajaran yang dihadapi guru, merumuskan tujuan supervisi dengan jelas, menyusun format observasi, bekerjasama dengan guru, mengamati proses mengajar guru dan memberikan kesimpulan serta menindaklanjuti hasil supervisi kunjungan kelas. Sebagaimana hasil penelitian Enueme dan Egwunyenga (2008) menunjukkan bahwa kepala sekolah yang memainkan peran kepemimpinan instruksionalnya secara maksimal akan mempengaruhi kinerja guru. Lebih lanjut, Obi (2002 : 18-25) mengemukakan bahwa

untuk menjadi pemimpin instruksional yang berhasil, kepala sekolah harus memberikan perhatian utama pada program peningkatan kualitas guru, yang terdiri dari teknik dan prosedur kepemimpinan yang dirancang untuk mengubah kinerja guru”.

2. Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat dalam memberikan motivasi kepada para guru melaksanakan tugas dan fungsinya. Seperti dikemukakan Chapman & Adams Foskett (2003:56) bahwa :“The crucial characteristic of raising quality is that teachers are motivated or impelled to change their practice”. Motivasi ini dapat ditumbuhkan diantaranya melalui pengaturan lingkungan kerja yang kondusif, membangun iklim kerja yang positif, membantu para guru dalam mengembangkan kompetensinya, dan memberikan umpan balik yang jelas terhadap kinerja.

3. Guru sebagai administrator pendidikan dan pembelajaran di kelas hendaknya selalu meningkatkan perannya dalam merencanakan program


(49)

pembelajaran melalui observasi mengenai strategi mengajar dan memilih metode yang sesuai agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selanjutnya guru perlu meningkatkan perannya dalam melaksanakan proses pembelajaran, proses pembelajaran harus memberi kesempatan kepada peserta didik mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, sehingga tujuan pendidikan akan tercapai. Demikian juga peran guru dalam mengevaluasi program pembelajaran hendaknya dapat memberikan gambaran tentang pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Ketercapaian tujuan pembelajaran, tidak hanya diukur melalui pendekatan penilaian melalui tes, namun baru akan tuntas apabila dilengkapi dengan pendekatan penilaian autentik yaitu evaluasi proses pembelajaran dilakukan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Angriani. (2010). Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru pada SMA Negeri Se-Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta : Rineka Cipta.

As’ad, Muhammad. (1995). Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Bafadal, Ibrahim. (1992). Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru. Jakarta : Bumi Aksara.

Beach, D. (1995). Personnel : The Management of People at Work. New York : MacMillan Publishing Co.

Castetter, William B. (1996). The Human Resource Function In Educational Administration. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Danielson, C. (2007). Enhancing professional practice: A framework for teaching. Alexandria. VA : Association for Supervision and Curriculum Development.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (2006). Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta : Ditjen PMPTK Depdiknas.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar. Jakarta : Ditjen PMPTK Depdiknas. Edriati. (2009). Studi Korelasional Antara Motivasi Berprestasi Dengan Kinerja

Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Se Jabodetabek. Dalam Manajemen [Online], Vol 26 (280), 6 halaman. Tersedia : http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/26280092429.pdf [9 Desember 2012]

Engkoswara. (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung : Yayasan Amal Keluarga.


(51)

Enueme, C.P. & Egwunyenga, E.J. (2008). “Principals’ Instructional Leadership Roles and Effect on Teachers’ Job Performance : A Case Study of

Secondary Schools in Asaba Metropolis, Delta State, Nigeria”. J. Soc. Sci,

16, (1), 13-17.

Fiske, S.T. & Taylor, S.E. (1991). Social Cognition. (2nd ed). New York : McGraw Hill, Inc.

Fullan, M.G. (2001). The New Meaning of Educational Change. New York : Teachers College Press.

Foskett, N. & Lumby, J. (2003). Leading And Managing Education : International Dimensions. London : Paul Chapman Publishing.

Gagne. (1999). Principles of Instructional Design. New York : Rinehart & Winston.

Glickman, C.D. (2002). Leadership for Learning : How to Help Teacher Succeed. Washington : Association for Supervision and Curriculum Development. Glickman, C.D. (1981). Developmental Supervision. Washington : Association for

Supervision and Curriculum Development.

Guskey, T.R., & Passaro, P. (1994). Teacher Efficacy : A study of Construct Dimensions. American Educational Research Journal. 31, 627-43.

Hoy, W.K. & Miskel, C.G. (2008). Educational Administration : Theory, Research, and Practice. New York : McGraw Hill Company, Inc.

Isdarmoko. (2003). Pengaruh Pelaksanaan Supervisi terhadap Kinerja Guru pada Sekolah Umum di Kabupaten Bantul. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.

Iskandar, Sofyan. (2008). “Kemampuan Pembelajaran dan Keinovatifan Guru”. Jurnal Pendidikan Dasar. (9).

Kemdikbud. (2012). Perolehan Nilai Gabungan Uji Kompetensi Guru (UKG) Online. Kemdikbud. Tersedia : http://infoukg.kemdikbud.go.id/?id=grafik-hasil&jenis=ncombo&gdx=216 [9 Desember 2012]

Locke, E.A. (1991). “The Motivation Sequence, the Motivation Hub, and the

Motivation Core”. Organizational Behavior and Human Decision

Processes. 50, 288-299.

Luthans, F. (2006). Organizational Behavior 10 th Edition. (Vivin, dkk. Trans.) Yogyakarta : ANDI.


(52)

Mangkunegara, A.A Anwar Prabu (2007). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung : Refika Aditama.

Mowday, R.T. (1978). The Exercise of Upward Influence in Organizations. Administrative Science Quarterly, 23, 137-56.

Muaddab, Hafis (2011). Jaminan Mutu dalam Sertifikasi Guru. Artikel di netsain.com. http://netsains.com/2011/10/jaminan-mutu-dalam-sertifikasi-guru [9 Desember 2012]

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nawawi, H. (1985). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Armas Duta Jaya.

Obi, E. (2002). “Motivation and Organisational Behaviour”. Dynamics of

Educational Administration and Management: The Nigerian Perspectiv. 18-25.

Ohiwerei, F.O & Okoli, B.E. (2010). “Supervision of Business Education

Teachers : Issues and Problems”. Asian Journal of Business Management.

2(1), 24-29.

Prasojo, Lantip D. dan Prasojo. (2011). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta : Gaya Media.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI No. 52 Tahun 2008 Tentang Standar Proses.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

Purwanto, M.N. (2007). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.

Pynes, Joan. (2009). Human Resources Management For Public And Nonprofit Organizations. San Fransisco : Jossey-Bass.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

Raudenbush, S.W. et al. (1993). On the Job Improvements in Teacher Competence: Policy Options and Their Effect on Teaching and Learning in Thailand, Educational Evaluation and Policy Analysis 15 (3). Hal. 279-297.


(53)

Robbins, S.P. (1996). Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi. (Hadyana Pujaatmaka & Triyana Iskandarsyah. Trans). New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Romli. (2009). “Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Manajemen

Berbasis Sekolah”. Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan. 7,

(12), 1-12.

Safari. (2008). “Leadership Kepala Sekolah dan Tingkat Penguasaan Guru

terhadap Materi Ujian Nasional”. Jurnal Universitas Paramadina. 5, (3),

232-242.

Satori, Djam’an. (1995). Sistem Supervisi Sekolah Dasar dalam rangka

Pembinaan Profesional Guru di Kabupaten Bandung. Bandung : FIP IKIP Bandung.

Sagala, S. (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sahertian, P.A. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Simanjuntak, P. (2010). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Steers, R.M & Porter, L.W. (1991). Motivation and Work Behavior. 5thed. New York : McGraw-Hill.

Sudjana, Nana. (2011). Supervisi Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah. Bekasi : Binamitra Publishing.

Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sutisna, Oteng. (1989). Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung : Refika Aditama. Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.


(54)

Tika, M.P. (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta : Bumi Aksara.

Tim Dosen, Jurusan Adpen. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Media Group.

Uno, H.B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Usman, U. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Nuansa Mulia.

Undang-Undang RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Bandung : Nuansa Mulia.

Winardi, J. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Woolfolk A. (1993). Educational Psychology. USA: Pearson Education , Inc. Yusrizal. (2008). Pengujian Validitas Konstruk Dengan Menggunakan Analisis

Faktor . Dalam Jurnal Tabularasa PPS Unimed [Online], Vol 5 (1), 19 halaman. Tersedia : http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51087392.pdf [9 Desember 2012]


(1)

pembelajaran melalui observasi mengenai strategi mengajar dan memilih metode yang sesuai agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selanjutnya guru perlu meningkatkan perannya dalam melaksanakan proses pembelajaran, proses pembelajaran harus memberi kesempatan kepada peserta didik mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, sehingga tujuan pendidikan akan tercapai. Demikian juga peran guru dalam mengevaluasi program pembelajaran hendaknya dapat memberikan gambaran tentang pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Ketercapaian tujuan pembelajaran, tidak hanya diukur melalui pendekatan penilaian melalui tes, namun baru akan tuntas apabila dilengkapi dengan pendekatan penilaian autentik yaitu evaluasi proses pembelajaran dilakukan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Angriani. (2010). Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru

Terhadap Kinerja Mengajar Guru pada SMA Negeri Se-Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI) Bandung.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta : Rineka Cipta. As’ad, Muhammad. (1995). Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Bafadal, Ibrahim. (1992). Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya dalam

Membina Profesional Guru. Jakarta : Bumi Aksara.

Beach, D. (1995). Personnel : The Management of People at Work. New York : MacMillan Publishing Co.

Castetter, William B. (1996). The Human Resource Function In Educational

Administration. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Danielson, C. (2007). Enhancing professional practice: A framework for

teaching. Alexandria. VA : Association for Supervision and Curriculum

Development.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (2006). Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta : Ditjen PMPTK Depdiknas.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Sumber

Daya Manusia di Sekolah Dasar. Jakarta : Ditjen PMPTK Depdiknas.

Edriati. (2009). Studi Korelasional Antara Motivasi Berprestasi Dengan Kinerja Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Se Jabodetabek. Dalam Manajemen

[Online], Vol 26 (280), 6 halaman. Tersedia :

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/26280092429.pdf [9 Desember 2012]

Engkoswara. (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi


(3)

Enueme, C.P. & Egwunyenga, E.J. (2008). “Principals’ Instructional Leadership Roles and Effect on Teachers’ Job Performance : A Case Study of Secondary Schools in Asaba Metropolis, Delta State, Nigeria”. J. Soc. Sci,

16, (1), 13-17.

Fiske, S.T. & Taylor, S.E. (1991). Social Cognition. (2nd ed). New York : McGraw Hill, Inc.

Fullan, M.G. (2001). The New Meaning of Educational Change. New York : Teachers College Press.

Foskett, N. & Lumby, J. (2003). Leading And Managing Education :

International Dimensions. London : Paul Chapman Publishing.

Gagne. (1999). Principles of Instructional Design. New York : Rinehart & Winston.

Glickman, C.D. (2002). Leadership for Learning : How to Help Teacher Succeed. Washington : Association for Supervision and Curriculum Development. Glickman, C.D. (1981). Developmental Supervision. Washington : Association for

Supervision and Curriculum Development.

Guskey, T.R., & Passaro, P. (1994). Teacher Efficacy : A study of Construct Dimensions. American Educational Research Journal. 31, 627-43.

Hoy, W.K. & Miskel, C.G. (2008). Educational Administration : Theory,

Research, and Practice. New York : McGraw Hill Company, Inc.

Isdarmoko. (2003). Pengaruh Pelaksanaan Supervisi terhadap Kinerja Guru pada

Sekolah Umum di Kabupaten Bantul. Tesis. Universitas Negeri

Yogyakarta.

Iskandar, Sofyan. (2008). “Kemampuan Pembelajaran dan Keinovatifan Guru”.

Jurnal Pendidikan Dasar. (9).

Kemdikbud. (2012). Perolehan Nilai Gabungan Uji Kompetensi Guru (UKG)

Online. Kemdikbud. Tersedia :

http://infoukg.kemdikbud.go.id/?id=grafik-hasil&jenis=ncombo&gdx=216 [9 Desember 2012]

Locke, E.A. (1991). “The Motivation Sequence, the Motivation Hub, and the Motivation Core”. Organizational Behavior and Human Decision Processes. 50, 288-299.

Luthans, F. (2006). Organizational Behavior 10 th Edition. (Vivin, dkk. Trans.) Yogyakarta : ANDI.


(4)

Mangkunegara, A.A Anwar Prabu (2007). Evaluasi Kinerja Sumber Daya

Manusia. Bandung : Refika Aditama.

Mowday, R.T. (1978). The Exercise of Upward Influence in Organizations.

Administrative Science Quarterly, 23, 137-56.

Muaddab, Hafis (2011). Jaminan Mutu dalam Sertifikasi Guru. Artikel di netsain.com. http://netsains.com/2011/10/jaminan-mutu-dalam-sertifikasi-guru [9 Desember 2012]

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nawawi, H. (1985). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Armas Duta Jaya.

Obi, E. (2002). “Motivation and Organisational Behaviour”. Dynamics of Educational Administration and Management: The Nigerian Perspectiv.

18-25.

Ohiwerei, F.O & Okoli, B.E. (2010). “Supervision of Business Education Teachers : Issues and Problems”. Asian Journal of Business Management. 2(1), 24-29.

Prasojo, Lantip D. dan Prasojo. (2011). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta : Gaya Media.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI No. 52 Tahun 2008 Tentang Standar Proses.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

Purwanto, M.N. (2007). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.

Pynes, Joan. (2009). Human Resources Management For Public And Nonprofit

Organizations. San Fransisco : Jossey-Bass.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

Raudenbush, S.W. et al. (1993). On the Job Improvements in Teacher Competence: Policy Options and Their Effect on Teaching and Learning in Thailand, Educational Evaluation and Policy Analysis 15 (3). Hal. 279-297.


(5)

Robbins, S.P. (1996). Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi. (Hadyana Pujaatmaka & Triyana Iskandarsyah. Trans). New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Romli. (2009). “Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah”. Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan. 7,

(12), 1-12.

Safari. (2008). “Leadership Kepala Sekolah dan Tingkat Penguasaan Guru terhadap Materi Ujian Nasional”. Jurnal Universitas Paramadina. 5, (3),

232-242.

Satori, Djam’an. (1995). Sistem Supervisi Sekolah Dasar dalam rangka Pembinaan Profesional Guru di Kabupaten Bandung. Bandung : FIP IKIP

Bandung.

Sagala, S. (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sahertian, P.A. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan

Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Simanjuntak, P. (2010). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Steers, R.M & Porter, L.W. (1991). Motivation and Work Behavior. 5thed. New York : McGraw-Hill.

Sudjana, Nana. (2011). Supervisi Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya Bagi

Pengawas Sekolah. Bekasi : Binamitra Publishing.

Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sutisna, Oteng. (1989). Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional. Bandung: Angkasa.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung : Refika Aditama. Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.


(6)

Tika, M.P. (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta : Bumi Aksara.

Tim Dosen, Jurusan Adpen. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Media Group.

Uno, H.B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Usman, U. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Nuansa Mulia.

Undang-Undang RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Bandung : Nuansa Mulia.

Winardi, J. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Woolfolk A. (1993). Educational Psychology. USA: Pearson Education , Inc. Yusrizal. (2008). Pengujian Validitas Konstruk Dengan Menggunakan Analisis

Faktor . Dalam Jurnal Tabularasa PPS Unimed [Online], Vol 5 (1), 19 halaman. Tersedia : http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51087392.pdf [9 Desember 2012]