ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU BIOLOGI SMA DAN PENERAPANNYA DALAM PENGEMBANGAN LKS.
ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU BIOLOGI SMA DAN PENERAPANNYA DALAM PENGEMBANGAN LKS
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Azza Nuzullah Putri 1102577
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
Azza Nuzullah Putri, 2013
ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU BIOLOGI SMA DAN PENERAPANNYA DALAM PENGEMBANGAN LKS
Oleh:
Azza Nuzullah Putri
S.Pd, Universitas Negeri Padang, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Biologi
Sekolah Pasca Sarjana
© Azza Nuzullah Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
Azza Nuzullah Putri, 2013
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Analisis Penguasaan Hakikat Sains Guru Biologi SMA dan Penerapannya dalam Pengembangan LKS” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.
Bandung, Desember 2013 Yang membuat pernyataan
Azza Nuzullah Putri NIM.1102577
(5)
ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU BIOLOGI SMA DAN PENERAPANNYA DALAM PENGEMBANGAN LKS
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penguasaan hakikat sains dan penerapannya dalam LKS yang telah dikembangkan guru biologi SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Partisipan dari penelitian ini adalah guru-guru biologi dari SMA berbeda di Bandung yang mengikuti program pendampingan pengembangan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada tahun 2012-2013 yang diadakan oleh Dosen Program Studi Pendidikan Biologi UPI. Data dikumpulkan melalui tes hakikat sains, kuesioner, lembar observasi dan wawancara. Hasil tes hakikat sains menunjukkan bahwa aspek kaidah-kaidah fakta ilmiah dan postulat sains mendapatkan hasil capaian yang sama (80%). Capaian yang terendah yaitu pada aspek tatanama ilmiah (45%). LKS yang dikembangkan guru termasuk pada jenis discovery (60%), expository (40%) dan belum ada yang termasuk jenis inquiry. LKS yang dikembangkan oleh guru telah mengandung aspek-aspek hakikat sains. Guru telah melakukan proses inkuiri dalam mengembangkan LKS, namun belum mentransformasikan proses atau langkah-langkah inkuiri tersebut ke dalam LKS yang dikembangkannya.
(6)
iii
Azza Nuzullah Putri, 2013
THE ANALYSIS OF NOS MASTERY OF SENIOR HIGH SCHOOL BIOLOGY TEACHERS AND THE IMPLEMENTATION
IN DEVELOPING WORKSHEET DESIGNED ABSTRACT
This research aimed to describe the mastery of NOS and the implementation in developing worksheet designed by senior high school biology teacher. This research was conducted using descriptive method. Research participants were biology teachers from different high school in Bandung who joined tutorial program for inquiry-based laboratory activities organized by the Biology Education Lecturer UPI 2012-2013. Data were collected through NOS test, questionnaire, observation and interview sheet. Based on the results of NOS test, the rules of scientific evidence and postulates of science aspects got the same achievement (80%). Lowest achievement results obtained in the aspect of scientific nomenclature (45%). The worksheets that have been developed by teachers were categorized to discovery (60%), expository (45%) and no one was inquiry style. The worksheets have been developed by teachers contained aspects of the nature of science.The teachers have made process of inquiry in developing worksheets, but they have not been transform the process or the steps of inquiry into worksheets that they have developed.
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Pertanyaan Penelitian ... 4
D.Batasan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU SMA DAN PENERAPANNYA DALAM LKS A.Kemampuan Guru Sains (Biologi) ... 6
B.Hakikat Sains ... 9
C.Aspek-aspek Hakikat Sains ... 12
D.Miskonsepsi Mengenai Sains ... 19
E. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 21
F. Pendampingan Pengembangan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri.. 25
G.Penelitian yang Relevan ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28
B.Metode Penelitian ... 28
C.Definisi Operasional ... 29
D.Instrumen Penelitian ... 30
E. Prosedur Penelitian ... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ... 34
G.Analisis Data ... 35
(8)
viii
Azza Nuzullah Putri, 2013
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian ... 38
1. Data Hasil Tes Hakikat Sains Guru Biologi SMA ... 39
2. Hasil Analisis Jenis LKS Guru Biologi SMA ... 46
3. Aspek-aspek Hakikat Sains pada LKS Guru Biologi SMA ... 47
4. Data Hasil Analisis Angket ... 48
5. Data Hasil Analisis Wawancara ... 51
6. Data Hasil Observasi ... 54
B.Pembahasan Hasil Penelitian ... .... 55
1. Guru A... 57
2. Guru B ... 64
3. Guru C ... 68
4. Guru D... 71
5. Guru E ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 79
B.Saran... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Istilah dan Konsep Penting Dalam Sains ... 13
2.2 Perbandingan Aspek Hakikat Sains ... 18
3.1 Kisi-kisi Soal Hakikat Sains ... 30
3.2 Hasil Ujicoba Soal Hakikat Sains ... 31
3.3 Kisi-kisi Lembar Angket ... 32
3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 32
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.6 Kategori Persentase ... 35
3.7 Kategori Persentase Angket ... 46
4.1 Rata-rata Setiap Aspek Hakikat Sains Guru ... 39
4.2 Capaian Hakikat Sains Guru Pada Tiap Aspek ... 40
4.3 Hasil Analisis Jenis LKS ... 46
4.4 Aspek Hakikat Sains yang Muncul pada LKS ... 47
4.5 Analisis Hasil Angket ... 49
4.6 Analisis Hasil Wawancara ... 51
4.7 Pengamatan Aspek Hakikat Sains Guru Selama Pendampingan Pengembangan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri ... 54 4.8 Tema Rancangan LKS Inkuiri ... 56
(10)
x
Azza Nuzullah Putri, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Tiga Domain Sains ... 10
3.1 Alur Penelitian ... 37
4.1 Capaian Hakikat Sains Guru ... 40
4.2 Capaian Aspek Tatanama Ilmiah ... 42
4.3 Capaian Aspek Keterampilan Proses Intelektual ... 43
4.4 Capaian Aspek Kaidah-Kaidah Fakta Ilmiah ... 44
4.5 Capaian Aspek Postulat Sains ... 45
4.6 Capaian Aspek Watak Ilmiah ... 46
4.7 Rancangan Alat Penjernihan Air Menggunakan Botol Bekas dan Selang Infus ... 61
4.8 Lilin Penutup Elemenyer ... 65
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Instrumen Penelitian
A.1 Kisi-kisi Soal Hakikat Sains ... 85
A.2 Kisi-kisi Lembar Angket ... 96
A.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 98
A.4 Hasil Ujicoba Soal Hakikat Sains... 99
B. Hasil Penelitian B.1 Hasil Tes Pengetahuan Hakikat Sains Guru ... 101
B.2 Hasil Angket dan Wawancara ... 104
C. Dokumentasi C.1 LKS... 116
C.2 Biodata Peserta Program Pendampingan Pengembangan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri ... 133 C.3 Dokumentasi Kegiatan ... 134
(12)
1
Azza Nuzullah Putri, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya manusia yang cerdas serta terampil. Hal ini dapat terwujud melalui generasi yang memiliki kemampuan berfikir yang baik. Kemampuan tersebut dapat diperoleh dan dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran sains. Pendidikan sains memiliki peran penting dalam mempersiapkan siswa untuk mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan inisiatif dalam menanggapi isu-isu di masyarakat. Hal ini sejalan dengan tujuan dari kurikulum 2013, yaitu untuk mendorong siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Siswa diharapkan memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang lebih baik sehingga siswa akan lebih kreatif, inovatif, produktif dan dapat sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya (Kemdikbud, 2013).
Pembelajaran sains yang efektif harus memperhatikan hakikat bagaimana siswa belajar dan hakikat materi yang diajarkan. Biologi sebagai salah satu bidang pembelajaran sains memiliki empat tujuan, antara lain: mengajarkan fakta-fakta biologi, mengembangkan kemampuan, mengajarkan keterampilan dan mendorong sikap yang nyata (Rustaman et al., 2003). Agar dapat mencapai tujuan tersebut maka para guru biologi perlu memiliki pemahaman tentang hakikat sains. Selain itu juga dibutuhkan suatu pendekatan dan metode yang dapat membantu guru melaksanakan kegiatan pengembangan keterampilan dan kemampuan berfikir, salah satunya adalah melalui pendekatan inkuiri.
Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP, 2013) mengisyaratkan mengenai perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Upaya penerapan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran ini merupakan ciri khas
(13)
2
dari kurikulum 2013. Guru dipersiapkan untuk dapat meningkatkan kompetensi yang dimilikinya, salah satunya dalam melaksanakan kegiatan inkuiri.
The National Science Teacher Association (NSTA dan AETS, 2003)
menyebutkan bahwa inkuiri merupakan cara yang paling baik untuk memahami isi sains, siswa belajar bagaimana bertanya dan menggunakan bukti untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun proses pembelajaran sains yang melibatkan proses inkuiri masih jarang dilakukan oleh guru-guru di sekolah. Hal ini disebabkan karena masih terdapat beberapa guru yang belum banyak mengenal pembelajaran berbasis inkuiri apalagi untuk mengembangkan suatu kegiatan inkuiri. Berdasarkan hasil observasi field study yang dilakukan (Putri, 2012), ditemukan bahwa metode pembelajaran biologi yang digunakan masih belum bervariasi. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa pasif hanya menerima apa yang disampaikan guru. Salah satu kemungkinan yang menyebabkan pembelajaran sains khususnya biologi masih bersifat teacher centered karena lemahnya pemahaman guru mengenai hakikat sains (nature of science).
Guru sains memerlukan kemampuan dalam memahami hakikat sains dan melakukan inkuiri. Menurut National Science Education Standard (NRC, 1996) seseorang yang memahami sains adalah yang memiliki pengetahuan mengenai teori, hukum, prinsip, konsep, dan teknologi sains serta hubungannya dengan lingkungan sosial atau kata lain orang tersebut harus memahami hakikat sains atau
Nature of Science (NOS). Dengan memahami hakikat sains seorang guru dapat
meningkatkan aktivitas siswanya, sehingga siswa dapat bertindak dan berpikir secara ilmiah (NSTA dan AETS, 2003). Driver et al. (Lederman, 2006) memberikan lima alasan mengenai pentingnya memahami NOS dari berbagai aspek, yaitu: (1) kegunaan, pemahaman NOS diperlukan untuk memahami dan mengelola serta memproses objek teknologi dalam kehidupan sehari-hari memahami sains untuk mengelola objek teknologi serta prosesnya dalam kehidupan sehari-hari, (2) demokratis, pemahaman NOS memberikan pengetahuan dalam pengambilan keputusan mengenai berbagai persoalan sosial ilmiah (socioscientific), (3) budaya, pemahaman NOS diperlukan untuk
(14)
3
Azza Nuzullah Putri, 2013
menghargai nilai sains sebagai bagian budaya masa kini, (4) moral, pemahaman NOS membantu mengembangkan pemahaman norma-norma komunitas ilmiah yang mengandung komitmen moral yang bernilai umum di masyarakat, (5) pembelajaran sains, pemahaman NOS memfasilitasi pembelajaran materi sains.
National Research Council (1996) menyatakan bahwa pemahaman guru
terhadap hakikat sains penting untuk mendukung kemampuannya dalam mengajarkan sains melalui inkuiri. Kemampuan guru untuk merancang sebuah pembelajaran inkuiri sangat berkaitan dengan pemahamannya terhadap hakikat sains. Selain itu menurut Riley (Abd-El-Khalick, 2012) guru dapat membantu mengembangkan pemahaman siswa mengenai hakikat sains dengan memberikan pengalaman berinkuiri kepada mereka melalui pembelajaran inkuiri. Seorang guru sains yang mengembangkan dan mengintegrasikan pemahaman NOS lebih dalam dapat menggunakan inkuiri sebagai sebuah pendekatan yang efektif dalam pembelajaran (Abd El-Khalick, 2005).
Guru yang memiliki kompetensi melakukan inkuiri akan dapat membantu siswa dalam penyelidikan ilmiah, memahami aturan yang diperlukan dalam melakukan suatu penyelidikan ilmiah, dan untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah siswa. Agar dapat memfasilitasi siswa dalam melakukan penyelidikan ilmiah, maka seorang guru harus mengemas sebuah kegiatan pembelajaran yang tepat. Kegiatan pembelajaran ini salah satunya dapat dikemas dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan perangkat pembelajaran yang berguna sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan sebuah LKS, guru perlu memperhatikan bentuk intruksi yang digunakannya, supaya tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan menjadi lebih jelas. Domin (Lagowski, 2002) membedakan jenis pengajaran laboratorium ini menjadi empat yaitu: expository, inquiry, discovery, dan problem-based. Jenis-jenis ini dibedakan berdasarkan hasil, pendekatan, dan prosedur yang digunakan. Pada saat ini sedang dilakukan pendampingan untuk pengembangan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri bagi guru-guru biologi yang terlibat dalam kegiatan MGMP. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan mengenal dan melaksanakan pembelajaran biologi berbasis inkuiri pada guru.
(15)
4
Beberapa guru diarahkan untuk dapat mengembangkan LKS inkuiri dan sebagian lagi diarahkan untuk merancang miniriset. Berdasarkan paparan diatas, maka penulis perlu untuk mendeskripsikan penguasaan hakikat sains guru biologi SMA dan penerapannya dalam pengembangan LKS pada kegiatan tersebut. Selain itu juga penting untuk menganalisis jenis LKS yang dikembangkan oleh guru, apakah telah sesuai dengan yang diharapkan yaitu menghasilkan LKS jenis inkuiri atau termasuk dalam jenis lainnya.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Penguasaan Hakikat Sains Guru Biologi SMA dan Penerapannya dalam Pengembangan LKS?”
C.Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimanakah penguasaan hakikat sains guru biologi SMA? 2. Bagaimanakah jenis LKS yang dikembangkan guru biologi SMA?
3. Bagaimanakah kandungan aspek-aspek hakikat sains dalam LKS yang dikembangkan guru biologi SMA?
D.Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini, maka dibuat batasan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Penguasaan hakikat sains didasarkan pada aspek yang dikembangkan oleh Wenning (2006a).
2. Penentuan jenis LKS didasarkan pada kriteria menurut Domin (Lagowski, 2002)
3. Guru-guru biologi SMA dalam penelitian ini adalah guru-guru biologi SMA yang tergabung dalam MGMP biologi kota Bandung sebanyak 5 orang yang secara penuh mengikuti program pendampingan guru dalam pengembangan
(16)
5
Azza Nuzullah Putri, 2013
kegiatan laboratorium berbasis inkuiri tahun 2012/2013 yang dilaksanakan oleh dosen jurusan biologi Universitas Pendidikan Indonesia.
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penguasaan hakikat sains guru, jenis LKS yang dikembangkan guru biologi SMA serta aspek-aspek hakikat sains yang terdapat dalam LKS.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Guru
Memberikan gambaran bagi guru-guru biologi khususnya dan IPA umumnya, agar dapat lebih memahami hakikat sains dan memahami kriteria-kriteria pengembangan LKS yang baik untuk dapat mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Peneliti
Memperoleh fakta mengenai penguasaan hakikat sains guru biologi SMA kota Bandung yang mengikuti pendampingan pengembangan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dan memperoleh fakta bagaimana jenis LKS yang dikembangkan oleh guru biologi SMA.
3. Bagi Peneliti Lain
Memberikan data dan kajian permasalahan dari penelitian yang memfokuskan pada penguasaan hakikat sains dan penerapannya dalam pengembangan LKS.
(17)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada beberapa lokasi di kota Bandung. Lokasi penelitian merupakan tempat dilakukannya kegiatan pendampingan pengembangan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri yaitu kampus Universitas Pendidikan Indonesia dan tiga SMA di Bandung yang terdiri dari dua SMA negeri dan satu SMA swasta.
Penelitian dilakukan pada lima orang guru biologi SMA kota Bandung yang mengikuti kegiatan pendampingan pengembangan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri yang diselenggarakan oleh dosen jurusan pendidikan biologi UPI pada tahun 2012-2013. Guru-guru tersebut mengajar di sekolah yang berbeda, dua orang guru mengajar di SMA negeri, dan tiga orang guru mengajar di SMA swasta. Dalam penelitian ini masing-masing guru diberi kode, yaitu A, B, C, D, dan E. Subjek penelitian diambil dari beberapa orang guru biologi SMA dari seluruh peserta yang mengikuti kegiatan pendampingan pengembangan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri tersebut.
Penentuan subjek penelitian dilakukan secara purposif (purposive
sampling), yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono,
2010). Pertimbangannya adalah guru-guru yang dipilih merupakan guru-guru yang mendapat bimbingan untuk mengembangkan LKS. Dengan demikian penentuan guru-guru tersebut sebagai subjek penelitian akan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Menurut McMillan dan Schumacher (2001), ukuran sampel purposif diantara rentang 1- 40 orang atau lebih.
B.Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran penguasaan hakikat
sains dan penerapannya dalam pengembangan LKS guru biologi SMA. Data yang didapat dalam penelitian ini dikumpulkan, disusun, dianalisis, diinterpretasikan dan ditriangulasikan untuk memperoleh gambaran tersebut. Berdasarkan hal tersebut metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
(18)
29
Azza Nuzullah Putri, 2013
deskriptif, yang ditujukan untuk menilai dan mendeskripsikan fakta sebanyak-banyaknya terhadap suatu subjek kajian tanpa adanya perlakuan atau manipulasi variabel. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan fenomena-fenomena yang ditemukan dan dideskripsikan apa adanya, tidak dimodifikasi atau diberi perlakuan (Arikunto, 2010).
C.Definisi Operasional
Untuk menghindari berbagai penafsiran yang keliru terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka operasional dari masing-masing variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Hakikat sains menurut Lederman dan Zeidler merupakan nilai dan asumsi yang melekat pada pengembangan pengetahuan ilmiah dan kegiatan ilmiah. Hakikat sains mengacu pada epistemologi sains, sains sebagai jalan untuk mengetahui, atau nilai dan kepercayaan yang melekat pada perkembangan pengetahuan ilmiah. NOS merupakan pengetahuan tentang bagaimana ilmuwan menggunakan dan mengembangkan scientific views, yaitu: bagaimana mereka menentukan pertanyaan penelitian, bagaimana mereka mengumpulkan data dan menganalisis temuan dari pengamatan terhadap fakta-fakta ilmiah yang ada disekitar kita (Lederman, 1992).
2. Penguasaan hakikat sains diartikan sebagai pemahaman hakikat sains guru biologi SMA yang ditunjukkan melalui skor hasil tes hakikat sains yang merujuk pada aspek hakikat sains yang terdapat dalam kerangka pengajaran NOS menurut Wenning (2006a). Aspek-aspek NOS yang digali pada penelitian ini, yaitu: tatanama ilmiah (scientific nomenclature), keterampilan proses intelektual (intellectual process skills), kaidah-kaidah fakta ilmiah (rules of
scientific evidence), postulat sains (postulates of science) dan watak ilmiah
(scientific disposition). Soal hakikat sains yang digunakan, penulis modifikasi dari Nature of Science Literacy Test (NOSLiT) (Wenning, 2006b) yang telah dialih bahasakan berupa 14 soal pilihan ganda, 4 butir soal benar-salah dan 3 soal uraian. Soal sudah divalidasi melalui ujicoba dengan reabilitas tes untuk butir soal pilihan ganda 0,60 dan butir soal benar salah 0,67.
(19)
30
3. LKS yang dikembangkan oleh guru biologi SMA dianalisis berdasarkan jenis instruksi laboratorium menurut Domin (Lagowski, 2002) yang dibedakan menjadi empat yaitu: expository, inquiry, discovery,dan problem-based. Jenis intruksi laboratorium tersebut dikelompokkan berdasarkan hasil (sudah atau belum ditentukan), prosedur (diberikan guru atau dikembangkan siswa) dan pendekatan yang digunakan (induktif atau deduktif). Selain itu juga dianalisis kemunculan aspek-aspek hakikat sains yang terdapat pada LKS tersebut.
D.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk dapat menjaring data yang
diharapkan pada penelitian ini adalah: 1. Soal hakikat sains
Soal-soal yang digunakan untuk mengukur penguasaan hakikat sains guru biologi SMA dalam penelitian ini adalah soal konten penguasaan hakikat sains dimodifikasi dari Nature of Science Literacy Test (NOSLiT) (Wenning, 2006b) yang telah dialih bahasakan berupa 14 soal pilihan ganda, 4 soal benar-salah dan 3 soal uraian.
Berikut ini merupakan kisi-kisi soal hakikat sains berdasarkan aspek-aspek dalam kerangka pengajaran hakikat sains menurut Wenning (2006a):
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Hakikat Sains
No Aspek yang digali Nomor Soal
1 Tatanama Ilmiah (scientific nomenclature) 1,2,3,4 2 Keterampilan Proses Intelektual (intellectual process skills)
a. menghasilkan prinsip melalui induksi 5,6
b. menjelaskan dan memprediksi 7
c. mengobservasi dan merekam data 8,9
d. mengidentifikasi dan mengontrol variabel 10,11 e. mengkonstruksi grafik untuk menemukan
hubungan
12 f. mendesain dan memimpin investigasi ilmiah 13 g. penarikan kesimpulan dari fakta-fakta 14,15 3 Kaidah-kaidah fakta ilmiah (rules of scientific
evidence)
16,17 4 Postulat sains (postulates of science) 18,19 5 Watak ilmiah (scientific disposition) 20,21
(20)
31
Azza Nuzullah Putri, 2013
Sebelum digunakan dalam penelitian, soal hakikat sains (nature of science) diujicoba terlebih dahulu. Berikut ini disajikan rekap hasil uji coba soal hakikat sains:
Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Soal Hakikat sains a. Butir soal pilihan ganda (PG)
Butir Asli Butir Baru Korelasi Sign. Korelasi Keterangan
1 1 0,931 Sangat signifikan Digunakan
2 2 0,433 Signifikan Digunakan
3 3 0,587 Sangat signifikan Digunakan
5 4 0,492 Signifikan Digunakan
6 5 0,447 Signifikan Digunakan
7 6 0,561 Sangat signifikan Digunakan
8 7 0,477 Signifikan Digunakan
9 8 0,707 Sangat signifikan Digunakan
11 9 0,477 Signifikan Digunakan
15 13 0,931 Sangat signifikan Digunakan
16 14 0,625 Sangat signifikan Digunakan
17 15 0,625 Sangat signifikan Digunakan
18 16 0,504 Signifikan Digunakan
21 17 0,433 Signifikan Digunakan
b. Butir soal benar-salah (B-S)
Butir asli Butir baru Korelasi Sign. Korelasi Keterangan
19 18 0,486 Signifikan Digunakan
22 19 0,547 Signifikan Digunakan
25 20 0,584 Sangat signifikan Digunakan
28 21 0,644 Sangat signifikan Digunakan
Berdasarkan Tabel 3.2 a dan b terdapat 18 butir soal hakikat sains yang dinyatakan valid. Soal pilihan ganda memiliki signifikansi korelasi >0,432 sehingga dinyatakan valid. Pada soal benar-salah signifikansi korelasi >0,485, maka soal dinyatakan valid. Reliabilitas tes untuk butir soal pilihan ganda adalah 0,60 dan butir soal benar-salah adalah 0,67. Reliabilitas dari butir soal ini termasuk kategori tinggi.
2. Lembar angket
Lembar angket pada penelitian ini berisi sejumlah pertanyaan terhadap guru yang berkaitan dengan hakikat sains dan kendala yang ditemui dalam
(21)
32
pengembangan LKS pada kegiatan pendampingan pengembangan kegiatan laboratorium berbasis. Angket terdiri dari pertanyaan dengan alternatif jawaban ‘ya’ dan ‘tidak’ serta dilengkapi dengan alasan atau penjelasan dari jawaban tersebut. Kisi-kisi lembar angket dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Angket
No Aspek yang digali No pernyataan/
pertanyaan
1 Tata nama ilmiah 1
2 Keterampilan proses intelektual 2,3,4,5,6,7
3 Watak ilmiah 8,9,10
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara ini untuk memperoleh informasi tentang pengalaman merancang LKS serta kendala yang dialami guru ketika merancang LKS tersebut. Data hasil wawancara digunakan untuk mendukung data hasil penguasaan hakikat sains yang diuji dengan soal hakikat sains serta melengkapi informasi yang diperoleh dari angket.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No Aspek yang digali No pertanyaan
1. Pengembangan LKS 1,2,3
2. Aspek-aspek hakikat sains 4,5,6,7,8
4. Catatan lapangan dan dokumentasi
Catatan lapangan merupakan kumpulan tulisan peneliti terhadap segala informasi yang didengar dan dilihat selama mengumpulkan data penelitian. Catatan ini merupakan catatan faktual dari aktifitas guru selama kegiatan pendampingan. Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan guru selama kegiatan-kegiatan pendampingan baik berupa rekaman suara, foto dan video. Beberapa aktifitas guru dalam kegiatan pendampingan seperti proses diskusi, presentasi, ujicoba LKS dan pada saat guru berkonsultasi dengan dosen. Semua catatan lapangan dan studi dokumentasi merupakan data
(22)
33
Azza Nuzullah Putri, 2013
pelengkap untuk menganalisis data yang diperoleh serta melengkapi dan mengkonfirmasi data yang lainnya.
E.Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengambilan kesimpulan sebagaimana yang diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Menentukan dan merumuskan masalah
b. Studi literatur dan kepustakaan mengenai masalah yang diteliti c. Membuat proposal penelitian dengan bimbingan dosen pembimbing d. Melaksanakan seminar proposal
e. Perbaikan proposal penelitian dengan bimbingan dosen f. Menyusun instrumen penelitian
g. Melakukan judgement oleh beberapa dosen ahli di jurusan pendidikan biologi terhadap instrumen
h. Mengamati kegiatan pendampingan guru-guru biologi dalam mengembangkan LKS
2. Tahap pelaksanaan
a. Memberikan soal hakikat sains kepada guru-guru.
b. Melakukan observasi terhadap proses pengembangan LKS oleh guru-guru biologi
c. Mendokumentasikan kegiatan uji coba LKS yang telah dikembangkan oleh guru-guru biologi
d. Mengumpulkan LKS yang telah dikembangkan oleh guru-guru biologi e. Melakukan analisis jenis dan identifikasi aspek-aspek hakikat sains dalam
LKS yang dikembangkan oleh guru-guru biologi
f. Meminta guru untuk mengisi angket tentang hakikat sains dan penerapannya dalam LKS yang dikembangkan serta kesulitan yang dihadapi guru dalam merancang LKS
(23)
34
g. Melakukan wawancara kepada guru-guru mengenai pengalaman dalam merancang LKS sebelumnya serta hal yang berkaitan dengan aspek-aspek hakikat sains
3. Tahap pengambilan kesimpulan
a. Menganalisis dan mengolah data hasil penelitian b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian c. Menarik kesimpulan
d. Menyusun laporan
F. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data dikumpulkan melalui tes, observasi, kuesioner,
wawancara dan studi dokumentasi.
Tabel 3.5 Teknik Pengumpulan Data
No Aspek yang
diungkap
Teknik pengumpulan
Instrumen Sumber
data
1 Informasi mengenai penguasaan hakikat sains guru biologi
- Tes hakikat sains
- Wawancara
- Kuesioner
- Observasi
- Soal hakikat sains dimodifikasi dari NOSLit
- Lembar angket
- Pedoman wawancara
Guru
2 Informasi mengenai jenis LKS yang dikembangkan guru dan aspek-aspek hakikat sains dalam LKS
- Studi
dokumentasi
- Kriteria jenis-jenis LKS - Lembar identifikasi aspek hakikat sains pada LKS Guru
3 Informasi mengenai kendala-kendala yang ditemukan guru dalam mengembangkan LKS -Wawancara -Kuesioner - Pedoman wawancara
- Lembar angket
Guru
4 Catatan hal-hal penting yang terjadi selama penelitian
-Dokumentasi - Catatan lapangan Pembim-bing, guru
(24)
35
Azza Nuzullah Putri, 2013 G.Analisis Data
1. Analisis data hasil tes hakikat sains
Data berupa skor hasil tes hakikat sains dari masing-masing guru biologi SMA. Skor tersebut dianalisis secara deskriptif dari setiap aspek hakikat sains. Pendeskripsian aspek-aspek hakikat sains dilakukan pada setiap guru yang mengikuti pendampingan serta juga akan dideskripsikan secara total dari seluruh guru. Skor dihitung dari setiap jawaban yang benar saja.
Skor setiap soal pilihan jika benar diberi skor 2 (dua) dan jika salah diberi skor 0 (nol). Soal uraian akan memungkinkan terdapat benar dan lengkap (benar penuh), jawaban benar namun tidak lengkap (setengah benar), dan jawaban yang salah. Jawaban benar dan lengkap akan mendapat skor 2 (dua), jawaban setengah benar mendapat skor 1 (satu), dan jawaban yang salah akan mendapat skor salah yaitu 0 (nol).
Pengolahan skor penguasaan hakikat sains guru dilakukan sebagai berikut: a. Skor hakikat sains dari setiap guru merupakan jumlah total skor dari semua
soal. Jumlah skor maksimal yang dapat dicapai oleh guru adalah 42, yang didapat dari mengalikan jumlah soal dengan skor dua (21 x 2 = 42). Setiap butir soal dianggap setara.
b. Skor yang diperoleh kemudian diubah menjadi nilai capaian dengan ketentuan : c. Membuat penafsiran persentase berdasarkan hasil perhitungan di atas.
Penafsiran dilakukan berdasarkan kategori yang disusun Arikunto (2008) sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kategori Persentase Capaian Tes Hakikat Sains
Persentase Kategori
80 – 100 % Sangat Baik
66 – 79 % Baik
56 – 65 % Cukup
40 – 55 % Kurang
(25)
36
2. Analisis angket
Analisis angket diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dan interpretasinya berdasarkan persentase dari alternatif jawaban yang telah dikemukakan oleh partisipan. Mencari nilai persentase dilakukan dengan rumus:
Keterangan:
P = Persentase jawaban guru
F = Frekuensi jawaban terhadap salah satu alternatif jawaban (ya/tidak) N = Jumlah seluruh guru
100%= Bilangan konstanta/tetap
Selanjutnya, hasil perhitungan di atas diinterpretasikan dengan cara membuat kategori untuk setiap kriteria berdasarkan tabel yang disusun menurut Koentjaraningrat (1990) sebagai berikut:
Tabel 3.7 Kategori Persentase Angket
Persentase Kategori
0 Tidak ada 1 - 25 Sebagian kecil 26- 49 Hampir separuhnya
50 Separuhnya 51- 75 Sebagian besar 76- 99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya
3. Analisis data wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini diolah dengan cara merekap dan menginterpretasi hasil wawancara secara menyeluruh sebagai keterangan penjelas untuk hasil analisis. Hasil wawancara kemudian dideskripsikan untuk melengkapi data lainnya.
(26)
37
Azza Nuzullah Putri, 2013
Penarikan Kesimpulan
Pelaporan
H.Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Kajian literatur tentang Hakikat Sains dan LKS
Guru mengembangkan LKS
Analisis jenis dan identifikasi aspek-aspek hakikat sains dalam LKS yang dikembangkan oleh guru
Pendampingan Pengembangan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri
Pengolahan dan Analisis Data Tes Hakikat Sains
(27)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh bahwa capaian rata-rata penguasaan hakikat sains guru biologi SMA berdasarkan hasil tes dikategorikan baik. Capaian yang tertinggi adalah pada aspek kaidah-kaidah fakta ilmiah dan postulat sains, sedangkan yang terendah adalah pada aspek tatanama ilmiah. Hakikat sains merupakan salah satu hal yang penting dikuasai oleh guru, agar dapat menjadi bekal dalam pengembangan proses pembelajaran. Namun hakikat sains bukan merupakan satu-satunya faktor penentu dalam menghasilkan sebuah LKS yang baik.
LKS yang dikembangkan guru berdasarkan jenis instruksi laboratoriumnya termasuk jenis discovery dan expository, dan belum ada LKS yang termasuk jenis
inquiry. Pada bagian prosedur LKS, masih diberikan oleh guru baik secara rinci
maupun hanya sebagian saja. Dalam mengembangkan LKS guru telah melakukan proses inkuiri, namun guru belum dapat mentransformasikan proses atau langkah-langkah inkuiri tersebut ke dalam LKS yang dikembangkannya.
LKS yang dikembangkan oleh guru biologi SMA, sebagian besar telah mengandung aspek-aspek hakikat sains di dalamnya, meskipun belum seluruh aspek dapat teridentifikasi. Aspek-aspek hakikat sains yang paling banyak diidentifikasi pada LKS yang dikembangkan oleh guru adalah pada aspek keterampilan proses intelektual. Keterampilan proses ini tergambar pada langkah-langkah atau prosedur yang terdapat dalam LKS.
B.Saran
Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini, mendorong penulis untuk memberikan saran sebagai berikut:
1. Upaya untuk meningkatkan penguasaan hakikat sains guru antara lain dengan mendorong guru untuk memperbanyak membaca artikel ilmiah, literatur
(28)
80
Azza Nuzullah Putri, 2013
mengenai hakikat sains dan berdiskusi baik dengan teman sejawat maupun ahli tentang permasalahan ilmiah yang terjadi di lingkungan sekitarnya. 2. Upaya untuk melatih guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
berbasis inkuiri salah satunya dapat dilakukan dengan membuat rancangan LKS untuk kegiatan pembelajarannya di kelas secara rutin dan kemudian mengujicobakannya. Guru juga diberikan motivasi agar tetap dapat melaksanakan kegiatan penelitian sebagai upaya melatih kemampuan guru dalam berinkuiri.
(29)
DAFTAR PUSTAKA
Abd-El-Khalick, F. (2005). “Developing Deeper Understandings of Nature of Science: The Impact of A Philosophy of Science Course on Preservice Science Teacher’s View and Instructional Planning”. International Journal of Science Education. 27, (1), 15-42. [Online]. Tersedia:
http://www.tandfonline.com. [23 Januari 2013]
________________. (2012). “Teaching with and about Nature of Sience, and Science Teacher Knowledge Domains”. In B. J. Fraser, K. Tobin, dan C. McRobbie (Eds.), Second international handbook of science education. The Netherlands: Springer. [Online]. Tersedia : http://www.bu.edu/hps- scied/files/2012/10/Abd-El-Khalick-HPS-Teaching-With-and-About-NoS-and-Science-Teacher-Knowledge-Domains.pdf. [23 Januari 2013]
Anggraeni, S. (2006). Model Perkuliahan Biologi Umum Berbasis Inkuiri bagi
Calon Guru Biologi. Disertasi Doktor pada SPS UPI Bandung: tidak
diterbitkan
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara _________. (2010). Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bell, R. L. (2009). Teaching The Nature of Science: Three Critical Question. [Online]. Tersedia: http://www.ngspscience.com/profdev/Monographs/ SCL22-0449A_SCI_ AM_Bell_lores.pdf. [23 Januari 2013]
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2013). Permendikbud Nomor 65 tahun 2013
tentang Standar Proses. [Online]. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id.
[17 Oktober 2013]
Costa, A. L. (1985). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD
Dahar, R. E. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga Ennis, R.H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall Inc
Elliot, M. J. (2006). “On the Role of the Laboratory in Learning Chemistry”.
(30)
82
Azza Nuzullah Putri, 2013
Hadjam, M.N. (2012). Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa dalam Proses
Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.bakharuddin.net/2012/
06/meningkatkan-kreatifitas-guru-dan-siswa.html. [21 Oktober 2013] Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Harja, E.J. (2013). “Efektifitas Kulit Pisang Kepok (Musa Acuminate) Sebagai Teknologi Filter Penjernihan Sederhana Terhadap Air Yang Tercemar Tembaga (Cu) Dan Timah (Pb)”. Makalah. [Online]. Tersedia: http://endrajuniharja.blogspot.com/2013/03/efektifitas-pisang-kepok-terhadap-logam.html. [20 Juni 2013]
Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. Great Britain: David Fulton Publishers
Johnstone dan Al-Shuaili. (2001). “Learning in the laboratory; some thoughts from the literature”. The Royal Society of Chemistry. 5, 42-51. [Online].
Tersedia: http://www.rsc.org/pdf/uchemed/papers/2001/p8_johnstone.pdf. [9 November 2013]
Kemdikbud. (2013). Pengembangan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://www.kemdikbud.go.id/. [11 Oktober 2013]
Koentjaraningrat. (1990). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Pustaka Jaya
Lagowski, J. J. (2002). “The Role of The Laboratory in Chemical Education”. The
Royal Society of Chemistry. [Online]. Tersedia: http://www.utexas.edu/research/chemed/lagowski/jjl_beijing_02.pdf. [9 November 2013]
Laurens, T. (2001). “Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran
Matematika”. Makalah. Seminar Nasional Matematika, Universitas
Pattimura
Lederman, N.G. (1992). “Students’ and Teachers’ Conceptions of the Nature of Science: A Review of the Research”. Journal of Research in Science Teaching. 29, (4), 331-359. [Online]. Tersedia: http://onlinelibrary.wiley.
com/doi/10.1002/tea.3660290404/pdf. [23 Januari 2013]
____________. (2006). “Nature of Science: Past, Present, and Future”. In S.K. Abell, & N.G. Lederman, (Editors), Handbook of research in science
education. 831-879. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum
Publishers. [Online]. Tersedia: http://www.csss-science.org/downloads /NOSLederman_2006.pdf. [19 Januari 2013]
(31)
83
Lederman, N.G., Abd-El-Khalick, F., Bell, R.L., & Schwartz, R. (2002). “Views of Nature of Science Questionnaire: Toward Valid and Meaningful Assessment of Learner’s Conceptions of Nature of Science”. Journal of Research in Science Teaching. 39, (6), 497-521. [Online]. Tersedia:
http://umdberg.pbworks.com/w/file/fetch/38495119/VNOS.pdf. [19 Januari 2013]
McComas, W.F. (1998). The Principal Elements Of The Nature Of Science:
Dispelling The Myths. [Online].Tersedia:http: http://coehp.uark.edu/pase/
TheMythsOfScience.pdf.[20 Mei 2013]
McMillan, J.H. dan Schumacher, S. (2001). Research in Education. Fifth edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc
National Research Council. (1996). National Science Education standards. Washington, DC: National Academic Press
NSTA dan AETS. (2003). Standards for Science Teacher Preparation. [Online]. tersedia: http://www.nsta.org/pdfs/PositionStatement_ScientificInquiry. pdf. [23 januari 2013]
Putri, A. N. (2012). Kajian tentang Penggunaan Buku PR Biologi sebagai Bahan
Latihan Bagi Siswa Dalam Pembelajaran Biologi di MAN Z Bukitinggi.
Laporan Field Study: tidak diterbitkan
Rachmawati, S. (2011). Menguji Kualitas Air dengan Cara Sederhana. [Online].
tersedia:http://sitirachmawati.wordpress.com/2011/12/30/menguji-kualitas- air-dengan-cara-sederhana/. [21 November 2013]
Rustaman, A. dan Wulan, A.R. (2007). Kegiatan Laboratorium dalam
Pembelajaran. Modul Pembelajaran: tidak diterbitkan
Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani, M. (2003). Common textbook
(EdisiRevisi) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA
UPI
Rustaman, N. Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press Santyasa, I. W. (2006). “Pembelajaran inovatif model kolaboratif basis proyek
dan orientasi NOS”. Makalah. [Online]. Tersedia: http://www.freewebs.
com/santyasa/PDF_Files/Collaborative_Model__Project_Based__dan_Ori entasi_NOS.pdf. [19 Januari 2013]
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
(32)
84
Azza Nuzullah Putri, 2013
Supriatno, B., Rustaman, N., Redjeki, S., Sudargo, F. (2011). Analisis Desain
Kegiatan Laboratorium Biologi Sekolah. Prosiding Seminar Nasional
Biologi UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Trianto. (2007) Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Wenning, C.J. (2006a). “A Framework for teaching the nature of science”.
Journal of Physics Teacher Education Online. 3, (3), 3-10. [Online].
Tersedia:=http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/assessing_NOS.pdf. [19 Januari 2013]
Wenning, C.J. (2006b). “Assessing nature-of-science literacy as one component of scientific literacy”. Journal of Physics Teacher Education Online. 3,
(4), 3-14. [Online]. Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/ assessing_NOS.pdf. [19 Januari 2013]
Yang, S. P. (2007). “Laboratory Instruction Style”. Makalah. National Changhua
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh bahwa capaian rata-rata penguasaan hakikat sains guru biologi SMA berdasarkan hasil tes dikategorikan baik. Capaian yang tertinggi adalah pada aspek kaidah-kaidah fakta ilmiah dan postulat sains, sedangkan yang terendah adalah pada aspek tatanama ilmiah. Hakikat sains merupakan salah satu hal yang penting dikuasai oleh guru, agar dapat menjadi bekal dalam pengembangan proses pembelajaran. Namun hakikat sains bukan merupakan satu-satunya faktor penentu dalam menghasilkan sebuah LKS yang baik.
LKS yang dikembangkan guru berdasarkan jenis instruksi laboratoriumnya termasuk jenis discovery dan expository, dan belum ada LKS yang termasuk jenis inquiry. Pada bagian prosedur LKS, masih diberikan oleh guru baik secara rinci maupun hanya sebagian saja. Dalam mengembangkan LKS guru telah melakukan proses inkuiri, namun guru belum dapat mentransformasikan proses atau langkah-langkah inkuiri tersebut ke dalam LKS yang dikembangkannya.
LKS yang dikembangkan oleh guru biologi SMA, sebagian besar telah mengandung aspek-aspek hakikat sains di dalamnya, meskipun belum seluruh aspek dapat teridentifikasi. Aspek-aspek hakikat sains yang paling banyak diidentifikasi pada LKS yang dikembangkan oleh guru adalah pada aspek keterampilan proses intelektual. Keterampilan proses ini tergambar pada langkah-langkah atau prosedur yang terdapat dalam LKS.
B.Saran
Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini, mendorong penulis untuk memberikan saran sebagai berikut:
1. Upaya untuk meningkatkan penguasaan hakikat sains guru antara lain dengan mendorong guru untuk memperbanyak membaca artikel ilmiah, literatur
(2)
80
mengenai hakikat sains dan berdiskusi baik dengan teman sejawat maupun ahli tentang permasalahan ilmiah yang terjadi di lingkungan sekitarnya. 2. Upaya untuk melatih guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
berbasis inkuiri salah satunya dapat dilakukan dengan membuat rancangan LKS untuk kegiatan pembelajarannya di kelas secara rutin dan kemudian mengujicobakannya. Guru juga diberikan motivasi agar tetap dapat melaksanakan kegiatan penelitian sebagai upaya melatih kemampuan guru dalam berinkuiri.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Abd-El-Khalick, F. (2005). “Developing Deeper Understandings of Nature of Science: The Impact of A Philosophy of Science Course on Preservice Science Teacher’s View and Instructional Planning”. International Journal of Science Education. 27, (1), 15-42. [Online]. Tersedia: http://www.tandfonline.com. [23 Januari 2013]
________________. (2012). “Teaching with and about Nature of Sience, and Science Teacher Knowledge Domains”. In B. J. Fraser, K. Tobin, dan C. McRobbie (Eds.), Second international handbook of science education. The Netherlands: Springer. [Online]. Tersedia : http://www.bu.edu/hps- scied/files/2012/10/Abd-El-Khalick-HPS-Teaching-With-and-About-NoS-and-Science-Teacher-Knowledge-Domains.pdf. [23 Januari 2013]
Anggraeni, S. (2006). Model Perkuliahan Biologi Umum Berbasis Inkuiri bagi Calon Guru Biologi. Disertasi Doktor pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara _________. (2010). Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bell, R. L. (2009). Teaching The Nature of Science: Three Critical Question. [Online]. Tersedia: http://www.ngspscience.com/profdev/Monographs/ SCL22-0449A_SCI_ AM_Bell_lores.pdf. [23 Januari 2013]
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2013). Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses. [Online]. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id. [17 Oktober 2013]
Costa, A. L. (1985). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD
Dahar, R. E. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga Ennis, R.H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall Inc
Elliot, M. J. (2006). “On the Role of the Laboratory in Learning Chemistry”. Disertasi. Austin: University of Texas
(4)
82
Hadjam, M.N. (2012). Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.bakharuddin.net/2012/ 06/meningkatkan-kreatifitas-guru-dan-siswa.html. [21 Oktober 2013] Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Harja, E.J. (2013). “Efektifitas Kulit Pisang Kepok (Musa Acuminate) Sebagai Teknologi Filter Penjernihan Sederhana Terhadap Air Yang Tercemar Tembaga (Cu) Dan Timah (Pb)”. Makalah. [Online]. Tersedia: http://endrajuniharja.blogspot.com/2013/03/efektifitas-pisang-kepok-terhadap-logam.html. [20 Juni 2013]
Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. Great Britain: David Fulton Publishers
Johnstone dan Al-Shuaili. (2001). “Learning in the laboratory; some thoughts from the literature”. The Royal Society of Chemistry. 5, 42-51. [Online]. Tersedia: http://www.rsc.org/pdf/uchemed/papers/2001/p8_johnstone.pdf. [9 November 2013]
Kemdikbud. (2013). Pengembangan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://www.kemdikbud.go.id/. [11 Oktober 2013]
Koentjaraningrat. (1990). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Pustaka Jaya
Lagowski, J. J. (2002). “The Role of The Laboratory in Chemical Education”. The
Royal Society of Chemistry. [Online]. Tersedia:
http://www.utexas.edu/research/chemed/lagowski/jjl_beijing_02.pdf. [9 November 2013]
Laurens, T. (2001). “Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran
Matematika”. Makalah. Seminar Nasional Matematika, Universitas
Pattimura
Lederman, N.G. (1992). “Students’ and Teachers’ Conceptions of the Nature of Science: A Review of the Research”. Journal of Research in Science Teaching. 29, (4), 331-359. [Online]. Tersedia: http://onlinelibrary.wiley. com/doi/10.1002/tea.3660290404/pdf. [23 Januari 2013]
____________. (2006). “Nature of Science: Past, Present, and Future”. In S.K. Abell, & N.G. Lederman, (Editors), Handbook of research in science education. 831-879. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Publishers. [Online]. Tersedia: http://www.csss-science.org/downloads /NOSLederman_2006.pdf. [19 Januari 2013]
(5)
Lederman, N.G., Abd-El-Khalick, F., Bell, R.L., & Schwartz, R. (2002). “Views of Nature of Science Questionnaire: Toward Valid and Meaningful Assessment of Learner’s Conceptions of Nature of Science”. Journal of Research in Science Teaching. 39, (6), 497-521. [Online]. Tersedia: http://umdberg.pbworks.com/w/file/fetch/38495119/VNOS.pdf.
[19 Januari 2013]
McComas, W.F. (1998). The Principal Elements Of The Nature Of Science: Dispelling The Myths. [Online].Tersedia:http: http://coehp.uark.edu/pase/ TheMythsOfScience.pdf.[20 Mei 2013]
McMillan, J.H. dan Schumacher, S. (2001). Research in Education. Fifth edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc
National Research Council. (1996). National Science Education standards. Washington, DC: National Academic Press
NSTA dan AETS. (2003). Standards for Science Teacher Preparation. [Online]. tersedia: http://www.nsta.org/pdfs/PositionStatement_ScientificInquiry. pdf. [23 januari 2013]
Putri, A. N. (2012). Kajian tentang Penggunaan Buku PR Biologi sebagai Bahan Latihan Bagi Siswa Dalam Pembelajaran Biologi di MAN Z Bukitinggi. Laporan Field Study: tidak diterbitkan
Rachmawati, S. (2011). Menguji Kualitas Air dengan Cara Sederhana. [Online].
tersedia:http://sitirachmawati.wordpress.com/2011/12/30/menguji-kualitas- air-dengan-cara-sederhana/. [21 November 2013]
Rustaman, A. dan Wulan, A.R. (2007). Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran. Modul Pembelajaran: tidak diterbitkan
Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani, M. (2003). Common textbook (EdisiRevisi) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA UPI
Rustaman, N. Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press Santyasa, I. W. (2006). “Pembelajaran inovatif model kolaboratif basis proyek
dan orientasi NOS”. Makalah. [Online]. Tersedia: http://www.freewebs. com/santyasa/PDF_Files/Collaborative_Model__Project_Based__dan_Ori entasi_NOS.pdf. [19 Januari 2013]
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
(6)
84
Supriatno, B., Rustaman, N., Redjeki, S., Sudargo, F. (2011). Analisis Desain Kegiatan Laboratorium Biologi Sekolah. Prosiding Seminar Nasional Biologi UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Trianto. (2007) Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Wenning, C.J. (2006a). “A Framework for teaching the nature of science”. Journal of Physics Teacher Education Online. 3, (3), 3-10. [Online]. Tersedia:=http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/assessing_NOS.pdf. [19 Januari 2013]
Wenning, C.J. (2006b). “Assessing nature-of-science literacy as one component of scientific literacy”. Journal of Physics Teacher Education Online. 3, (4), 3-14. [Online]. Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/ assessing_NOS.pdf. [19 Januari 2013]
Yang, S. P. (2007). “Laboratory Instruction Style”. Makalah. National Changhua University of Education