Judul PENGARUH LAYANAN AKADEMIK DAN KESIAPAN INDUSTRI TERHADAP EFEKTIVITAS PRAKTEK KERJA INDUSTRI SISWA SMKN 1 GANTAR KABUPATEN INDRAMAYU.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah ... 10

D.Rumusan masalah ... 10

E.Tujuan Penelitian ... 11

F.Manfaat Penelitian ... 11

G.Definisi Operasional ... 13

H.Kerangka Berfikir ... 15

I. Asumsi Penelitian ... 18

J. Hipotesis Penelitian ... 19

K.Metode Penelitian ... 20

L.Lokasi Penelitian ... 21

BAB II LANDASAN TEORI ... 22


(2)

B.Pendidikan Menengah Kejuruan ... 25

C.Hakekat Pembelajaran ... 31

D.Guru Sebagai Pendidik dan Penanggungjawab Pembelajaran 36

E.Praktek Kerja Industri ... 37

1. Pengertian Praktek Kerja Industri ... 37

2. Tujuan Praktek Kerja Industri ... 39

3. Karakteristik Praktek Kerja Industri ... 40

a. Institusi Pasangan ... 40

b. Program Pendidikan dan Pelatihan ... 41

1) Standar Profesi (Standar Kompetensi Lulusan 42

2) Standar Pendidikan dan Pelatihan ... 42

3) Waktu ... 44

4) Pola Pelaksanaan ... 44

5) Sistem Penilaian dan Setifikasi ... 45

F.Efektivitas Praktek Kerja Industri ... 47

G.Layanan Akademik ... 49

1. Kesiapan Siswa Dalam Melaksanakan Praktek Industri 51

2. Kesiapan Sekolah (Bidang Hubungan Industri) ... 52

a. Persiapan ... 53

b. Pelaksanaan ... 54

c. Pelaporan dan Evaluasi ... 54

H.Kesiapan Industri (Dukungan Industri) ... 55

I. Kajian Terdahulu ... 57

J. Pengaruh Layanan Akademik Terhadap Efektivitas Praktek Kerja Industi ………. 58

K.Pengaruh Kesiapan Industri Terhadap Efektivitas Praktek Kerja Industri ………..……… 63

BAB III METODE PENELITIAN ... 69

A.Objek Penelitian ... 69


(3)

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 71

1. Populasi ... 71

2. Sampel ... 73

D.Teknik Pengumpulan Data ... 75

1. Metode Dokumentasi ... 75

2. Metode Angket ... 76

E.Instrumen Penelitian ... 76

1. Skala Pengukuran ... 76

2. Penyusunan Instrumen ... 78

3. Kisi-kisi Penelitian ... 79

F.Uji Coba Instrumen ... 80

1. Responden Uji Coba ... 80

2. Pelaksanaan Uji Coba Instrumen ... 80

3. Tujuan pelaksanaan Uji Coba ... 80

G.Uji validitas Instrumen ... 81

H.Uji Reliabilitas Instrumen ... 87

I. Prosedur Pengumpulan dan Teknik Analisis Data ... 89

1. Prosedur Pengumpulan Data ... 89

2. Prosedur Pengolahan Data ……….. 89

3. Teknik Analisis Data ... 90

J. Uji Koefisien Determinasi ... 97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98

A.Hasil Penelitian ... 98

1. Deskripsi Variabel Penelitian ……... 98

a. Deskripsi Variabel Layanan Akademik (X1) ... 99

b. Deskripsi Variabel Kesiapan Industri (X2) ... 110

c. Deskripsi Variabel Efektivitas Praktek Kerja Industri (Y) ……..……….. 130

2. Pengujian Hipotesis ……... 146


(4)

B.Pembahasan ... 163

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI .. 181

A.Kesimpulan ... 181

B.Implikasi ... 183

C.Rekomendasi ... 184

DAFTAR PUSTAKA ... 187


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Penyebaran Populasi ... 72

3.2 Penyebaran Sampel ... 75

3.3 Kriteria Skor Variabel X1, X2, dan Y Pernyataan Positif ... 78

3.4 Kriteria Skor Variabel X1, X2 dan Y Pernyataan Negatif ... 78

3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 83

3.6 Hasil Analisis Item Instrumen Layanan Akademik (X1) ... 84

3.7 Hasil Analisis Item Instrumen Kesiapan Industri (X2) ... 85

3.8 Hasil Analisis Item Instrumen.Efektivitas Praktek Kerja Industri .... 86

3.9 Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 88

3.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1, X2, dan Y ... 88

3.11 Tabel Penolong Pengujian Normalitas Variabel X1 ... 92

3.12 Tabel Penolong Pengujian Normalitas Variabel X2 ... 93

3.13 Tabel Penolong Pengujian Normalitas Variabel Y ... 94

3.14 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ……… 95

4.1 Kecenderungan Skor Rata-rata Jawaban Responden Terhadap Variabel Layanan Akademik (X1) ……….. 99

4.2 Kecenderungan Skor Rata-rata tiap Indikator pada Variabel Layanan Akademik ………... 101

4.3 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Teori di Sekolah ... 102

4.4 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Praktek di Sekolah ... 103

4.5 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Pembekalan Prakerin …. 105

4.6 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Persiapan ……….. 106

4.7 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Pelaksanaan …... 108

4.8 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Pelaporan dan Evaluasi …. 109 4.9 Kecenderungan Skor Rata-rata Jawaban Responden Terhadap Variabel Kesiapan Industri (X2) ………. 111

4.10 Kecenderungan Skor Rata-rata tiap Indikator pada Variabel Kesiapan Industri ………... 114 4.11 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Pembuatan Program Prakerin 115


(6)

4.12 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Penyusunan Kurikulum ….. 117

4.13 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Pembuatan Bahan Ajar ….. 117

4.14 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Perencanaan Waktu Prakerin 118 4.15 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Pembekalan Siswa ……… 120

4.16 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Bimbingan Siswa ……….. 121

4.17 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Assesment/Penilaian …… 122

4.18 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Bantuan Sarana Prasarana 124

4.19 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Magang ……… 125

4.20 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Beasiswa ………... 126

4.21 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Uang Saku ……… 127

4.22 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Praktek Kerja ………… 128

4.23 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Penempatan Tamatan … 129

4.24 Kecenderungan Skor Rata-rata Jawaban Responden Terhadap Variabel Efektivitas Praktek Kerja Industri (Y) ………. 131

4.25 Kecenderungan Skor Rata-rata tiap Indikator pada Variabel Efektivitas Praktek Kerja Industri (Y) ………..…….. 134

4.26 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Prestasi Kerja ………... 134

4.27 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Kehadiran dan Disiplin … 136

4.28 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Inisiatif dan Kreativitas … 138

4.29 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Kerjasama ………... 139

4.30 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Tanggung Jawab ……… 141

4.31 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Sikap ………. 142

4.32 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Kesesuaian Pekerjaan … 144

4.33 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Ketepatan Teknologi …. 145

4.34 Kecenderungan Skor Rata-rata Indikator Penilaian ………... 147

4.35 Uji Signifikansi dan Linearitas X1 dengan Y ... 151

4.36 Uji Signifikansi dan Linearitas X2dengan Y ... 157

4.37 Uji Persamaan Regresi.Variabel X1, X2 terhadap Y ... 160

4.38 Uji Signifikansi Variabel X1, X2, Y ... 161


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 16 1.2 Kerangka Berpikir Operasional Hubungan Antar Variabel ... 18 1.3 Paradigma Penelitian ... 20

2.1 Hubungan Layanan Akademik dengan Efektivitas Prakerin ………. 59

2.2 Hubungan Kesiapan Industri dengan Efekivitas Prakerin ………… 64

4.1 Garis Persamaan Regresi Variabel X1 – Y ... 152

4.2 Garis Persamaan Regresi Variabel-X2 -Y... 158

4.3 Besarnya Hubungan antar Variabel dan Persamaan Regresi ... 165 4.4 Grafik Skor Rata-rata tiap Indikator pada Variabel Layanan Akademik 166 4.5 Grafik Skor Rata-rata tiap Indikator pada Variabel Kesiapan Industri 171 4.6 Grafik Skor Rata-rata tiap Indikator pada Variabel Efektivitas Praktek


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 190

2. Instrumen Penelitian ……… 195

3. Contoh Pengujian Validitas dan Reliabilitas Secara Manual ... 204

4. Tabulasi Data Lapangan Variabel Layanan Akademik (X1) ………….227

5. Tabulasi Data Lapangan Variabel Kesiapan Industri (X2) ………... 230

6. Tabulasi Data.Lapangan Variabel Efektivitas Praktek Kerja Industri 233

7. Perhitungan Koefisien Korelasi ... 236

8. Tabel Pengelompokkan Variabel X1 terhadap Y ... 239

9. Tabel Pengelompokkan Variabel X2 terhadap Y ... 240

10. Matriks Penelitian ……… 241


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan kejuruan yang baik dan berkualitas merupakan dambaan setiap orang, karena pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Sumber daya manusia yang paling berharga adalah keterampilan, keahlian dan kemauan yang kuat. Karena itu perlu upaya peningkatan nilai tambah pada sumber daya Indonesia, yaitu dengan cara meningkatkan keterampilan dan keahlian generasi muda Indonesia yang akan memasuki dunia kerja. Pendidikan Menengah Kejuruan, yang merupakan sub-sistem dari sub-sistem pendidikan nasional, sesuai dengan ketentuan pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mempunyai tujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Sekolah kejuruan merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan tujuan pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di sekolah tersebut yaitu kepala sekolah, guru/instruktur, siswa, pegawai tata usaha, dan tenaga kependidikan lainnya. Selain itu harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai serta dunia usaha dan industri yang


(10)

merupakan mitra sekolah, khususnya sekolah menengah kejuruan. Untuk membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yang pada hakekatnya bertujuan meningkatkan kualitas manusia dan seluruh masyarakat Indonesia yang maju, modern berdasarkan Pancasila, maka dibutuhkan tenaga pendidik yang berkualitas dan layanan pembelajaran yang prima.

Tenaga pendidik (Guru) merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggaraan proses belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran dan profesionalismenya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai dan memberikan layanan yang baik kepada peserta didik. Meskipun setiap guru mempunyai kemampuan profesional yang tinggi dalam melaksanakan tugas profesionalnya, tetapi tidak didukung pelayanan institusional yang memadai, tentu saja kegiatan pembelajaran itu tidak akan maksimal.

Peran Kepala Sekolah Menengah Kejuruan menyediakan fasilitas pembelajaran, melakukan pembinaan pertumbuhan jabatan guru, dan dukungan profesionalitas lainnya menjadi suatu kekuatan tersendiri bagi guru melaksanakan tugas profesionalnya. Memberikan fasilitas kepada guru sebagai kegiatan memanusiakan manusia, akan memotivasi guru untuk terus menerus meningkatkan kemampuannya memberikan layanan belajar dan bekerja secara profesional.


(11)

Layanan instruksional merupakan tugas utama guru yang dijelaskan Soetjipto dan Kosasi (Sagala, 2009:106) mengemukakan bahwa:

Penyelenggaraan proses belajar mengajar, yang menempati porsi terbesar dari profesi keguruan yaitu menguasai isi dan materi bidang studi yang diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi itu dan mampu merangsang murid mengembangkan kreativitasnya; (2) tugas yang berhubungan dengan membantu murid dalam mengatasi masalah belajar pada khususnya dan masalah-masalah pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya; dan (3) guru memahami bagaimana sekolah itu dikelola, apa peranan guru di dalamnya, bagaimana memamfaatkan prosedur serta mekanisme pengelolaan tersebut untuk kelancaran tugas-tugas sebagai guru.

Guru harus memahami bagaimana harus bertindak sesuai dengan etika jabatannya, dan bagaimana guru bersikap terhadap tugas mengajar, dengan personalia pendidikan, atau orang-orang di luarnya yang ikut menentukan keberhasilan tugas mangajarnya.

Komponen lain yang dapat menentukan keberhasilan peserta didik dalam menempuh pendidikannya adalah kelengkapan sarana dan prasarana. Apalagi pada pendidikan kejuruan, ketersediaan peralatan praktek dan perlengkapan laboratorium merupakan suatu keharusan, agar kompetensi yang ditargetkan dapat tercapai. Sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kompetitif dengan memiliki sikap profesional yang tinggi. Sergivanni dan Starratt (Sagala, 2009:96) mengemukakan bahwa tujuan persekolahan menjamin kompetensi minimal dalam keterampilan dan pemahaman yang telah ditentukan bagi semua pihak.

Hasan (2008) menyatakan bahwa “Tujuan pendidikan kejuruan adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan kemampuan kompetitif,


(12)

sebagai tenaga profesional dalam bidang keahlian tertentu, untuk dapat bekerja di industri, bekerja sebagai wiraswasta, atau mengembangkan kariernya pada bidang keahlian tertentu setelah selesainya mengikuti program pendidikan.

Perkembangan dan tantangan dunia kerja yang semakin kompleks menuntut tersedianya sumber daya manusia yang unggul dan cakap dalam mengaplikasikan setiap bentuk perubahan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi pencetak dan penyedia tenaga kerja dituntut untuk selalu dinamis dan kreatif mengikuti dan sekaligus memberikan pengaruh terhadap konsep perubahan tersebut. Oleh karena itu wahana pembelajaran di SMK di rancang dalam bentuk bekerja secara langsung melalui proses produksi (production-based training). Pembelajaran dapat dilaksanakan di sekolah dan atau di dunia kerja.

Proses pembelajaran di sekolah dimaksudkan untuk mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Proses pembelajaran/pelatihan di dunia kerja dimaksudkan agar siswa menguasai kompetensi terstandar, mengembangkan dan menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, baik bekerja pada fihak lain maupun sebagai pekerja mandiri.

Kegiatan pelatihan/praktek kerja di industri dilaksanakan sesuai dengan program bersama yang telah disepakati. Kegiatan peserta didik di industri merupakan kegiatan bekerja langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya, untuk menguasai kompetensi yang benar dan terstandar, sekaligus menginternalisasi


(13)

sikap dan etos kerja yang positif sesuai dengan persyaratan tenaga kerja professional pada bidangnya. Praktek Kerja Industri (Prakerin) dirancang dan dibuat untuk menjembatani dan mentransformasi perkembangan ilmu dan teknologi antara sekolah dan DU/DI. Namun demikian, disadari bahwa kesuksesan seseorang dalam bekerja/berkarir dan dalam menjalani kehidupan pada umumnya tidak semata-mata ditentukan oleh penguasaan kemampuan teknis (hard skill) sebagaimana dituntut oleh masing-masing program keahlian, tetapi harus ditunjang oleh penguasaan kemampuan non-teknis (soft skill) yang secara universal berlaku baik di dunia kerja maupun di dalam keseharian, dengan harapan setiap lulusan SMK terbekali dengan kecakapan hidup (life skill), agar mereka dapat menjalani kehidupan ini dengan lebih baik.

Efektivitas dari kegiatan praktek kerja industri ditunjang oleh beberapa faktor yang terkait dengan kegiatan tersebut diantaranya yakni kesiapan siswa sebelum mengikuti prakerin, kesiapan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan industri (layanan akademik prakerin), komunikasi dan kerjasama sekolah dengan DU/DI, kesiapan industri (dukungan industri) melaksanakan prakerin, manajemen DU/DI, fasilitas praktek, iklim kerja, kinerja instruktur, dan pembiayaan. Kondisi sekolah menengah kejuruan yang tidak cukup memadai akan faktor-faktor tersebut mengharuskan peserta didik untuk melakukan kegiatan praktek kerja industri (Prakerin) di DU/DI.

SMK Negeri 1 Gantar Kabupaten Indramayu saat ini memiliki 3 (tiga) Kompetensi Keahlian yaitu : Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Gambar Bangunan (TGB) dan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Pada pelaksanaan


(14)

praktek kerja industri (Prakerin) Angkatan VI Tahun Pelajaran 2010/2011 telah memberangkatkan sejumlah 214 peserta didik untuk melakukan Prakerin ke berbagai perusahaan industri dan jasa yang tersebar di beberapa wilayah/daerah (Panitia Kerja Prakerin SMKN 1 Gantar, 2010).

Melalui Praktek Kerja Industri (Prakerin) diharapkan akan menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. Memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan antara SMK dan DU/DI Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengalaman kerja nyata di DU/DI sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu dan relevansi tamatan SMK Negeri di Kabupaten Indramayu. Melalui Prakerin diharapkan peserta didik mendapat gambaran tentang ruang lingkup pekerjaan, tanggung jawab serta adaptasi terhadap lingkungan pekerjaan, menanamkan kedisiplinan dan kapabilitas kerja yang dimiliki sesuai dengan standar DU/DI.

Berdasarkan informasi dari guru pembimbing Prakerin dan siswa yang telah melaksanakan Prakerin, tanggapan industri masih beragam terhadap pelaksanaan Prakerin, meskipun sudah ada Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang pelaksanaan praktek kerja industri. Dari hasil pra survey, tanggapan guru pembimbing, dan siswa terhadap pelayanan industri sebagai berikut:

1. Masih ada sebagian Dunia Usaha/Industri yang menjadi institusi pasangan belum mempunyai program pendidikan dan pelatihan bersama dengan sekolah.


(15)

2. Masih ada sebagian Dunia Usaha/Industri atau institusi pasangan menempatkan siswa Prakerin pada bidang kerja yang tidak sesuai dengan program keahlian atau kompetensinya.

3. Masih kurangnya bimbingan yang diberikan oleh pembimbing lapangan/ instruktur kepada siswa baik sebelum melaksanakan Prakerin maupun pada saat melaksanakan Prakerin.

4. Kurang komunikasi dan kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak industri, terutama golongan industri kecil.

5. Masih ada beberapa Dunia usaha/Industri atau institusi pasangan yang tidak memiliki devisi pendidikan dan pelatihan (diklat) atau devisi penelitian dan pengembangan (litbang), yang dapat membantu dan mendukung kepentingan sekolah menengah kejuruan dalam melaksanakan Prakerin.

6. Masih ada beberapa siswa yang melaksanakan Prakerin pada Dunia

Usaha/Industri yang tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang diampu siswa.

7. Masih sedikit Dunia Usaha/Industri yang mau menerima tamatan SMK untuk

bekerja, meskipun mereka telah melaksanakan Prakerin pada dunia usaha/industri tersebut. Sehingga perlu adanya penelitian penyebab keberagaman pelayanan dan tanggapan industri terhadap pelaksanaan praktek kerja industri.

Walaupun masih banyak mendapat kritikan bahwa mutu pendidikan masih rendah, tetapi tetap diupayakan mutu pendidikan termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus dapat mencapai sasaran melalui berbagai


(16)

pengembangan-pengembangan desain program atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), biaya pendidikan, optimalisasi proses pembelajaran, metode mengajar, sistem evaluasi, pengembangan tenaga pendidik, manajemen sekolah, dan berbagai aspek sarana dan prasarana penunjang pendidikan yang terus menerus disesuaikan dengan perkembangan teknologi, termasuk peningkatan kerjasama dengan Dunia Usah / Industri (DU/DI).

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, kenyataannya tidak semua institusi pendidikan kejuruan seperti SMK mampu memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di SMKN 1 Gantar Kabupaten Indramayu, bahwa dalam melaksanakan proses pembelajaran masih banyak kendala yang dihadapi, antara lain sarana dan prasarana yang masih terbatas. Perlengkapan praktek yang kurang memadai dengan jumlah peserta didik. Institusi pasangan atau dunia usaha dan industri masih kurang, baik dalam kuantitas maupun kualitas, sehingga pelaksanaan praktek kerja industri masih sebatas mengirim peserta didik ke industri tanpa perencanaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertitik tolak pada permasalahan efektivitas praktek kerja industri siswa SMK Negeri 1 Gantar Indramayu. Penelitian ini berjudul Pengaruh Layanan Akademik dan

Kesiapan Industri Terhadap Efektivitas Praktek Kerja Industri Siswa SMKN 1 Gantar Kabupaten Indramayu.


(17)

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasikan bahwa berbagai faktor diduga berpengaruh dan berkontribusi terhadap pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) baik berasal dari sekolah maupun dari Dunia Usaha/Industri atau institusi pasangan. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan praktek kerja di Dunia Usaha/Industri merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dan tertuang dalam kurikulum SMK. Proses pembelajaran di sekolah dimaksudkan untuk mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Proses pembelajaran/pelatihan di dunia kerja dimaksudkan agar siswa menguasai kompetensi terstandar, mengembangkan dan menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, baik bekerja pada fihak lain maupun sebagai pekerja mandiri. Oleh sebab itu semakin baik pelaksanaan pembelajaran (teori dan praktek) di sekolah dan pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) maka semakin tercapailah tujuan SMK secara Efektif dan efisien. Jika Prakerin tidak terlaksana secara efektif maka akibatnya adalah siswa tidak akan memperoleh kompetensi-kompetensi yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Industri atau dunia kerja.

Efektivitas dari kegiatan praktek kerja industri ditunjang oleh beberapa faktor yang terkait dengan kegiatan tersebut diantaranya yakni kesiapan siswa sebelum mengikuti prakerin, kesiapan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Industri (layanan akademik prakerin), komunikasi dan kerjasama sekolah dengan


(18)

pihak industri, kesiapan industri (dukungan industri) melaksanakan prakerin, manajemen DU/DI, fasilitas praktek, iklim kerja, kinerja instruktur, dan pembiayaan. Kondisi sekolah yang tidak cukup memadai akan faktor-faktor tersebut mengharuskan peserta didik untuk melakukan kegiatan praktek kerja industri di DU/DI.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penulis memberi batasan dalam penelitian ini terkait dengan pengaruh layanan akademik dan kesiapan industri terhadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN 1 Gantar Kabupaten Indramayu. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah layanan akademik sebagai X1, dan kesiapan industri sebagai X2, sedangkan

variabel terikat (dependent) adalah efektivitas praktek kerja industri sebagai Y.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan tersebut, maka masalah dapat dirumuskan berupa pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimanakan layanan akademik yang terjadi?

2. Bagaimanakah kesiapan industri dalam pelaksanaan praktek kerja industri? 3. Bagaimanakah efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN 1 Gantar? 4. Bagaimanakah pengaruh layanan akademik terhadap efektivitas praktek kerja


(19)

5. Bagaimanakah pengaruh kesiapan industri terhadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN 1 Gantar Kabupaten Indramayu?

6. Bagaimanakah pengaruh layanan akademik dan kesiapan industri terhadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN 1 Gantar Kabupaten Indramayu?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui layanan akademik yang terjadi.

2. Untuk mengetahui kesiapan industri dalam pelaksanaan praktek kerja industri. 3. Untuk mengetahui efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN 1 Gantar 4. Untuk mengetahui pengaruh layanan akademik terhadap efektivitas praktek

kerja industri siswa SMKN 1 Gantar Indramayu.

5. Untuk mengetahui pengaruh kesiapan industri terhadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN 1 Gantar Indramayu.

6. Untuk mengetahui pengaruh layanan akademik dan kesiapan dunia

usaha/industri terhadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN 1 Gantar Kabupaten Indramayu.

F. Manfaat Penelitian

Dengan dapat diketahuinya gambaran dan pengaruh dari variabel-variabel yang ada, maka diharapkan penelitian ini berguna untuk keperluan teoritis


(20)

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Memberikan sumbangan bagi pengayaan khasanah penelitian dibidang pendidikan teknologi dan kejuruan khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan dalam meningkatkan efektivitas praktek kerja industri yang berujung kepada pencapaian kompetensi siswa yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Industri atau dunia kerja.

b. Menjadi bahan kajian pihak lain yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMK Negeri 1 Gantar Kabupaten Indramayu.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Memberikan informasi bagi para guru pembimbing agar meningkatkan bimbingan dan pembinaan sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas praktek kerja industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan.

b. Memberikan wawasan bagi praktisi pendidikan, khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan, bahwa efektivitas praktek kerja industri siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya layanan akademik.

c. Sebagai bahan informasi bagi Dunia usaha/industri dalam rangka memberi dukungan terhadap pelaksanaan praktek kerja industry.


(21)

d. Bagi penulis, menambah pengalaman sebagai peneliti dan meningkatkan kepedulian terhadap pelaksanaan prektek kerja industri dimana penulis juga sebagai tenaga pendidik di SMK Negeri 1 Gantar Indramayu.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam pengertian perlu dijelaskan batasan ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu:

1. Layanan Akademik

Layanan Akademik adalah aktivitas yang diberikan oleh guru pembimbing dalam mengkondisikan kesiapan siswa, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap siswa (kompetensi siswa) peserta praktek kerja industri, kesiapan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Industri dalam melaksanakan kegiatan praktek kerja industri, mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, sampai tahap pelaporan dan penilaian yang merupakan tahap akhir pelaksanaan praktek kerja industri.

2. Kesiapan Industri

Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan pekerjaan apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar, sehingga memperoleh suatu hasil yang baik. Kesiapan Dunia Usaha/Industri sangat penting dalam mendukung pelaksanaan praktek kerja industri. Dunia usaha/industri yang menjadi institusi pasangan tersebut adalah yang memiliki aktivitas kerja yang sesuai dengan bidang dan program keahlian


(22)

yang ada di SMK yang bersangkutan (Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 1997: 1).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesiapan industri merupakan dukungan yang diberikan oleh dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan SMK terhadap kinerja siswa dalam pelaksanaan praktek kerja industri. 3. Praktek Kerja Industri

Menurut Depdiknas (2003:1) dalam pedoman Praktek Kerja Industri menyebutkan bahwa “ .... praktek kerja industri merupakan bagian dari program bersama-sama antara SMK dan industri yang dilaksanakan di dunia usaha dan industri.”

Praktek Kerja Industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu (Pakpahan, 1994:7). Praktek Kerja Industri (Prakerin) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan kegiatan pembelajaran mata pelajaran kelompok program produktif.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa praktek kerja industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program pembelajaran mata pelajaran kelompok produktif yang dilaksanakan oleh peserta didik di dunia kerja sebagai bagian pengalaman kerjanya untuk memperoleh keahlian profesional tertentu.


(23)

4. Efektivitas Praktek Kerja Industri

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai sesuai dengan permintaan kurikulum sekolah, yang tertuang pada Buku Panduan Prakerin. Semakin besar prosentasi target yang dicapai, semakin tinggi tingkat efektivitasnya (Hasan, 2008:230).

Efektivitas praktek kerja industri dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan praktek kerja industri dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya.

H. Kerangka Berfikir

Layanan akademik pada penelitian ini meliputi aktivitas guru pembimbing/instruktur dalam mengkondisikan kesiapan siswa (kompetensi siswa), kesiapan sekolah (kesiapan bidang hubungan industri) dalam melakukan komunikasi dan kerjasama sekolah dengan dunia usaha/industri. Kesiapan bidang hubungan industri (panitia kerja prakerin) dalam melakukan komunikasi dan kerjasama sekolah dengan DU/DI yang baik akan mempengaruhi kesiapan industri (dukungan industri) dalam melaksanakan prakerin. Kesiapan industri (dukungan industri) akan berpengaruh terhadapap keberhasilan pelaksanaan praktek kerja industri dalam mencapai tujuannya. Dengan demikian memberikan pelayanan akademik dan kesiapan industri (dukungan industri) yang baik memberikan arti penting dan merupakan faktor kunci keberhasilan dalam upaya meningkatkan efektivitas praktek kerja industri.


(24)

Model konseptual yang mendasari kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut (lihat Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian Layanan Akademik

1. Kesiapan siswa (kompetensi siswa)

• Teori di sekolah

• Praktek di sekolah (sesuai Kurikulum)

• Pembekalan sebelum Prakerin 2. Kesiapan Bidang Hubdin/ Panitian Kerja Prakerin

• Tahap Persiapan

• Tahap Pelaksanaan

• Tahap Pelaporan dan penilaian

Kesiapan Industri (Dukungan Industri) Dukungan industri dalam:

• Pembuatan program

• Sinkronisasi kurikulum

• Perencanaan waktu

• Pembekalan

• Bimbingan bersama

• Melaksakan assessment/penilaian

• Bantuan sarana prasarana

• Studi banding

• Magang guru

• Beasiswa

• Pemberian uang saku

• Praktek kerja

• Penempatan tamatan

Praktek Kerja Industri Efektivitas Praktek Kerja Industri

• Prestasi kerja

• Kehadiran dan Disiplin

• Inisiatif dan Kreativitas

• Kerjasama

• Tanggung jawab

• Sikap


(25)

Efektivitas praktek kerja industri merupakan hasil dari sebuah sistem yang salah satu unsurnya adalah layanan akademik (program/kurikulum, guru/ instruktur, dan sarana prasarana). Sebagai bagian dari suatu sistem, meningkatnya layanan akademik tidaklah otomatis kinerja organisasi/panitia pelaksana praktek kerja industri akan meningkat. Sehingga manakala layanan akademik telah meningkat, namun tidak didukung oleh sub-sub sistem lainnya seperti biaya, manajemen dan dukungan masyarakat (orang tua, dan DU/DI) yang memadai, niscaya pelaksanaan praktek kerja industri tidak akan bisa mencapai tingkat efektivitas yang optimal.

Meskipun demikian, layanan akademik yang baik menjadi faktor diterminan dan sekaligus menjadikan sub sistem lain menjadi baik, dan pada akhirnya kinerja organisasi/panitia pelaksana praktek kerja industri menjadi baik pula. Berarti efektivitas praktek kerja industri sangat bergantung pada layanan akademik yang terdiri dari program/kurikulum sekolah, guru/instruktur, dan sarana prasarana. Proses pembelajaran program produktif di industri (prakerin) menyangkut interaksi antara program prakerin, guru pembimbing/instruktur yang memberikan instruksi kerja, bimbingan, pembinaan, dan penilaian pelaksanaan prakerin, sarana prasarana, biaya pendidikan, manajemen (pengelolaan) dan dukungan masyarakat (badan, perorangan, dunia usaha/industri) serta siswa sebagai komponen masukan.

Berdasarkan konsep tentang berbagai variabel penelitian tersebut diatas dibentuklah sebuah kerangka penelitian yang menggambarkan keterkaitan antara variabel bebas (independen) maupun variabel terikat (dependen) yang diteliti.


(26)

Kerangka berpikir operasional hubungan antar variabel lihat Gambar 1.2.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Operasional Hubungan antar Variabel

I. Asumsi Penelitian

Peneliti dipandang perlu merumuskan asumsi penelitian dengan maksud (1) agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti; (2) mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian; (3) berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis; (4) dalam merumuskan asumsi penelitian ini melalui telaahan berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan variabel praktek kerja industri, dan efektivitas praktek kerja industri.

Asumsi penelitian merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti. Asumsi-asumsi ini diperlukan untuk memperkuat permasalahan, membantu peneliti dalam menjelaskan penetapan objek penelitian, wilayah pengambilan data, dan instrumen pengumpulan data. Asumsi dirumuskan sebagai landasan bagi hipotesis penelitian yaitu:

Layanan Akademik 1. Kesiapan siswa

2. Kesiapan Hubdin (Panitia Kerja

Prakerin)

Efektivitas Praktek Kerja Industri


(27)

1. Layanan akademik yang maksimal akan menghasilkan kesiapan siswa (kompetensi siswa) yang baik.

2. Kesiapan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubdin (panitia kerja prakerin) dalam melakukan komunikasi dan kerjasama yang baik dengan industri akan meningkatkan kesiapan industri (dukungan industri) terhadap pelaksanaan praktek kerja industri.

3. Kesiapan siswa yang baik dan kesiapan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubdin (komunikasi terhadap industri) yang maksimal akan meningkatkan kesiapan industri (dukungan industri) pada akhirnya akan mempengaruhi efektivitan praktek kerja industri.

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian yaitu:

1. Layanan akademik berpengaruh positif terhadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN Kabupaten Indramayu.

2. Kesiapan industri berpengaruh positif terhadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN Kabupaten Indramayu.

3. Layanan akademik dan kesiapan industri berpengaruh positif tethadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN Kabupaten Indramayu.


(28)

Pengaruh antar variabel digambarkan sebagai berikut:

r yx1

Ryx1x2

rx1x2

Ryx2

Gambar 1.3. Paradigma Penelitian

K. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Sugiono (2010:14) mengemukakan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang dilandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Layanan Akademik (X1)

Efektivitas Praktek Kerja Industri (Y)

Kesiapan Industri (X2)


(29)

L. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMKN 1 Gantar Kabupaten Indramayu, dan di sejumlah dunia usaha/industri mitra SMKN 1 Gantar Indramayu.

Sampel penelitian pada penelitian ini terdiri dari siswa kelas XII SMKN 1 Gantar Kabupaten Indramayu Tahun Pelajaran 2011/2012 yang telah mengikuti kegiatan praktek kerja industri, yaitu 68 siswa, 6 orang guru pembimbing, ketua panitia kerja prakerin, dan 11 dunia usaha/industri.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu layanan akademik, kesiapan industri, dan efektivitas praktek kerja industri. Ketiga variabel tersebut dikelompokkan menjadi:

1. Variabel bebas terdiri dari layanan akademik, dan kesiapan industri. 2. Variabel terikat adalah efektivitas praktek kerja industri.

Untuk kepentingan penyederhanaan dalam analisis data, maka masing-masing variabel diberi simbol sebagai berikut: layanan akademik dengan simbol X1, dan kesiapan industri dengan simbol X2. Sedangkan efektivitas paraktek kerja

industri sebagai variabel terikat menggunakan simbol Y.

B. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen) (Sugiyono, 2010: 12). Penelitian survey yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis.


(31)

Sugiyono (2010:14) mengemukakan bahwa:

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang dilandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode penelitian merupakan salah satu cara atau langkah-langkah yang digunakan untuk melakukan penelitian antara lain: mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta meninterpretasikan data yang dikumpulkan. Sugiyono (2010:6) mendefinisikan metode penelitian pendidikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Berdasarkan pendapat di atas maka suatu penelitian memerlukan metode atau cara yang sesuai dengan tujuan penelitian dan karakteristik masalah yang diteliti agar permasalahan penelitian dapat dipecahkan. Sebagaimana yang terungkap dalam tujuan penelitian ini yaitu mengungkapkan pengaruh dari variabel-variabel yang diidentifikasikan, penelitian ini cenderung menggunakan metode deskriptif analisis yaitu bertujuan untuk menjelaskan dan mengungkapkan secara sistematis antar dua variabel atau lebih, sekaligus menuji satu atau beberapa hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk melaksanakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode survey diharapkan daya prediksi dan keeratan hubungan antara variabel yang ditelitu dapat diukur sekaligus. Dalam


(32)

pembahasannya selain menggunakan cara kuantitatif yakni untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel yang diamati, juga menggunakan analisis kualitatif untuk memberi interpretasi terhadap hasil temuan di lapangan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditempatkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Sedangkan menurut Sudjana (2005:6) populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen. Populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif, sedangkan populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda atau bervariasi sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Akdon, 2008:97).

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK Negeri 1 Gantar Kabupaten Indramayu


(33)

yang telah melaksanakan praktek kerja industri sebanyak 214 siswa. Jenis populasi ini adalah homogen. Penyebaran populasi dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Penyebaran Populasi

No Program Studi Keahlian Kompetensi Keahlian Jumlah

Siswa

1 Teknik Otomotif Teknik Kendaraan ringan 92

2 Teknik Bangunan Teknik Gambar Bangunan 46

3 Teknik Komputer dan Informatika Rekayasa Perangkat Lunak 76

Jumlah 214

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2005:118). Sedangkan Sudjana (2005:6) menyatakan bahwa: “ Sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel.” Dengan demikian sampel merupakan wakil populasi yang diteliti untuk memperoleh sumber data.

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang representatif dari populasi. Teknik pengambilan sampel yang umum dilakukan adalah teknik probability sampling dan non probability

sampling. Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan

peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan non probality sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan atau peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek


(34)

kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.

Penelitian ini menggunakan pengambilan sampel dengan teknik

probability sampling dengan cara simple random sampling. Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan

menggunakan cara acak tanpa memperhatikan strata atau tingkatan dalam anggota populasi tersebut, karena jenis populasi pada penelitian ini adalah homogen.

a. Menentukan Ukuran Sampel

Untuk menetukan besarnya atau ukuran sampel digunakan rumus Taro Yamane (Akdon, 2008:107), yaitu:

N

n = ---

N.d2 + 1

Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = presisi atau penyimpangan 1 = angka konstan

Dalam penelitian sosial besarnya presisi atau penyimpangan biasanya antara 5% sampai dengan 10%. Pada penentuan ukuran sampel ini penulis menggunakan estimasi penyimpangan terhadap populasi sebesar 10% sehingga diperoleh nilai n seperti tertera di bawah ini:


(35)

N 214

n = --- = --- = 68,153

N.d2 + 1 214. (0,1)2 + 1

Jadi jumlah sampel penelitian dibulatkan ke bawah sebanyak 68 orang. Jumlah ini menjadi responden dalam penelitian ini. Jumlah sampel tersebut jika diprosentasikan adalah 68/214 x 100% = 31,78%.

b. Menentukan Subyek Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut yang menunjukkan jumlah sampel sebanyak 68 orang, agar menunjukkan proporsi yang merata dari seluruh populasi jumlah sampel disebar keseluruh daerah penelitian dengan formula sebagai berikut:

s = n/N x S

Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh jumlah penyebaran sampel pada tiga Kompetensi Keahlian, sebagai berikut:

Teknik Kendaraan Ringan = 92/214 x 68 = 29 Teknik Gambar Bangunan = 46/214 x 68 = 15 Rekayasa Perangkat Lunak = 76/214 x 68 = 24

Berdasarkan perhitungan tersebut maka didapat jumlah proporsi populasi yang tersebar diberbagai kompetensi keahlian dapat dilihat pada Tabel 3.2.


(36)

Tabel 3.2 Penyebaran Sampel

No Kompetensi Keahlian

Jumlah

Populasi Sampel

1 Teknik Kendaraan ringan 92 29

2 Teknik Gambar Bangunan 46 15

3 Rekayasa Perangkat Lunak 76 24

Jumlah 214 68

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode atau cara-cara menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak dapat diwujudkan dalam benda tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian (test), dokumentasi atau lainnya (Akdon, 2008:130).

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan metode pengumpulan data antara lain:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, traskrip, buku, surat kabar, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2010:201). Data dapat diperoleh dari sumber tertulis yang berhubungan dengan penelitian yaitu informasi tentang jumlah peserta didik di Kelas XII SMKN 1 Gantar Kabupaten Indramayu.


(37)

2. Metode Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2010:199).

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu suatu bentuk angket yang jawabannya sudah ada, sehingga memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Adapun alasan penulis menggunakan angket dalam penelitian ini adalah:

a. Dapat mengumpulkan/menghimpun data yang diperlukan dalam waktu relatif

singkat.

b. Memudahkan responden menjawab pertanyaan pada tempat yang disediakan.

c. Memudahkan dalam mengelompokkan dan perhitungan data.

d. Adanya efisiensi dari segi tenaga, biaya, dan waktu pengumpulan data.

E. Instrumen Penelitian 1. Skala Pengukuran

Dalam menyusun kuesioner ini peneliti menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena tertentu. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator


(38)

tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2010:135).

Jadi dengan skala Likert ini peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh layanan akademik dan kesiapan industri terhadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN 1 Gantar Kabupaten Indramayu. Untuk memudahkan dalam penyusunan alat pengumpul data yaitu instrumen bentuk angket, langkah yang ditempuh penulis sebagai berikut:

a. Menelaah ketentuan yang relevan kemudian menentukan indikator-indikator dari setiap variabel penelitian yang dianggap penting untuk ditanyakan, ditetapkan berdasarkan teori yang dijadikan acuan.

b. Menetapkan bentuk angket.

c. Membuat kisi-kisi angket dalam bentuk matrik yang sesuai dengan indikator setiap variabel.

d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan disretai alternatif jawaban yang akan dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi angket yang telah dibuat.

e. Menetapkan kriteria skor untuk setiap item alternatif jawaban dengan menggunakan skala Likert yaitu skor tertinggi 4 dan skor terendah 1. Untuk kriteria skor variabel untuk pernyataan positif lihat Tabel 3.3.


(39)

Tabel 3.3

Kriteria Skor Variabel X1, X2, dan Y Pernyataan Positif

Alternatif Jawaban Skor

SS = Sangat Setuju / Sangat Sesuai 4

S = Setuju / Sesuai 3

TS = Tidak Setuju / Tidak Sesuai 2

STS = Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Sesuai 1

Sedangkan kriteria skor variabel untuk pernyataan negatif lihat Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kriteria Skor Variabel X1, X2, dan Y Pernyataan Negatif

Alternatif Jawaban Skor

SS = Sangat setuju / Sangat Sesuai 1

S = Setuju / Sesuai 2

TS = Tidak Setuju / Tidak Sesuai 3

STS = Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Sesuai 4

2. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan indikator-indikator masing-masing variabel. Untuk mendapatkan kesahihan konstruk dilakukan melalui pendefinisian dan studi kepustakaan serta diskusi dengan pembimbing.


(40)

Instrumen pada masing-masing indikator disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel.

b. Menyusun butir-butir pertanyaan sesuai dengan indikator variabel.

c. Melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun angket dari aspek yang diukur.

Instrumen yang telah dibuat terlebih dahulu diujicobakan untuk mendapatkan instrumen yang sahih dan handal (valid and reliable).

3. Kisi – Kisi Penelitian

Sesuai dengan judul dan permasalahan yang dijelaskan dalam Bab I, terdapat dua kategori variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independen) terdiri dari layanan akademik sebagai variabel independen (X1), kesiapan industri sebagai variabel independen (X2), sedangkan variabel

terikat atau dependen (Y) adalah efektivitas praktek kerja industri. Ketiga variabel tersebut kemudian dikembangkan ke dalam kisi-kisi penelitian yang terdiri dari variabel/sub variabel dan indikator. Dari indikator ini dirinci ke dalam bentuk deskripsi. Berdasarkan deskripsi tersebut selanjutnya instrumen penelitian disusun dalam bentuk butir-butir pertanyaan (lihat Lampiran 1).


(41)

F. Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian yang telah disusun diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kesahihan dan kehandalan melalui prosedur:

1. Responden Uji Coba

Instrumen penelitian diujicobakan pada responden yang tidak termasuk sampel penelitian dalam populasi. Jumlah responden uji coba sebanyak 30 peserta didik kelas XII yang telah melaksanakan Praktek Kerja Industri, diluar sampel. Jumlah responden sebanyak 30 orang ini dianggap sudah memenuhi syarat untuk uji coba (Sugiyono, 2010:177).

2. Pelaksanaan Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Setelah item pertanyaan disusun, kemudian diteliti untuk melihat apakah

indikator telah terwadahi dalam butir-butir pertanyaan.

b. Item atau butir instrumen dikonsultasikan dengan ahlinya (pembimbing), apakah sudah sesuai dengan ruang lingkup dan kedalaman variabel yang akan diukur.

c. Uji coba dilaksanakan terhadap kelompok peserta didik yang memiliki kesamaan karakteristik dengan responden yang akan diteliti.

d. Selanjutnya hasil uji coba diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

3. Tujuan Pelaksanaan Uji Coba

Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item


(42)

angket, baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang tersedia, maupun daalam pernyataan dan jawaban tersebut.

Uji coba dilakukan untuk menganalisa terhadap instrumen sehingga diketahui sumbangan butir-butir pertanyaan terhadap indikator yang telah ditetapkan pada masing-masing variabel. Uji coba sangat penting dilakukan pada instrumen yang belum ada persediaan di Lembaga Pengukuran dan Penilaian, kemudian direvisi apabila instrumen belum baik.. Suharsimi Arikunto (2010:209) mengemukakan bahwa jika sesudah diujicobakan ternyata instrumen belum baik, maka perlu diadakan revisi sampai benar-benar diperoleh instrumen yang baik.

G. Uji Validitas Instrumen

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2010: 211) menjelaskan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Menurut Sugiyono (2010: 173) bahwa instrumen yang valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Suharsimi Arikunto (2010: 211) mengemukakan bahwa:

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.


(43)

Validitas instrumen dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai dari variabel X dan variabel Y. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2010:255) :

r

hitung

=

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Dimana:

rhitung = Koefisien korelasi

N = Jumlah responden

∑X = Jumlah skor tiap item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item)

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan menggunakan rumus:

t

hitung

=

²

(sugiyono, 2010:257)

Dimana: t = nilai hitung

r = koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden

Setelah perhitungan selesai dan instrumen valid, kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) dapat dilihat pada Tabel 3.5.


(44)

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Sugiyono (2010:257)

Dalam hal analisis item ini Masrun (Sugiyono, 2010:188) menyatakan “Teknik Korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan”. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan “Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah r = 0,3”. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

1. Hasil Uji Validitas Item Layanan Akademik (X1)

Variabel ini terdiri dari 39 butir/item pertanyaan. Berdasarkan analisis data uji validitas yang mengunakan MsExcel, diperoleh hasil bahwa dari 39 butir pertanyaan yang diajukan, diperoleh 30 item yang valid, dan 9 item


(45)

dinyatakan tidak valid, yaitu item nomor 2, 11 17, 31, 32, 34, 35, 36, 39. Item yang dinyatakan tidak valid selanjutnya tidak digunakan, karena dianggap indikator sudah dapat diwakili dari item yang lain. Hasil uji validitas item layanan akademik (lihat Tabel 3.6).

Tabel 3.6

Hasil Analisis Item Instrumen Layanan Akademik (X1)

2. Hasil Uji Validitas Item Kesiapan Industri (X2) No. Item r hitung t kritis Keputusan

1 0,344 0,300 Valid

2 0,100 0,300 Tidak valid

3 0,321 0,300 Valid

4 0,640 0,300 Valid

5 0,501 0,300 Valid

6 0,501 0,300 Valid

7 0,364 0,300 Valid

8 0,509 0,300 Valid

9 0,458 0,300 Valid

10 0,497 0,300 Valid

11 0,119 0,300 Tidak valid

12 0,632 0,300 Valid

13 0,536 0,300 Valid

14 0,425 0,300 Valid

15 0,618 0,300 Valid

16 0,506 0,300 Valid

17 -0,02 0,300 Tidak valid

18 0,671 0,300 Valid

19 0,602 0,300 Valid

20 0,617 0,300 Valid

No. Item r hitung t kritis Keputusan

21 0,411 0,300 Valid

22 0,410 0,300 Valid

23 0,484 0,300 Valid

24 0,66 0,300 Valid

25 0,565 0,300 Valid

26 0,449 0,300 Valid

27 0,542 0,300 Valid

28 0,605 0,300 Valid

29 0,331 0,300 Valid

30 0,410 0,300 Valid

31 -0,210 0,300 Tidak valid

32 0,163 0,300 Tidak valid

33 0,343 0,300 Valid

34 0,245 0,300 Tidak valid

35 0,252 0,300 Tidak valid

36 0,122 0,300 Tidak valid

37 0,412 0,300 Valid

38 0,503 0,300 Valid


(46)

Berdasarkan analisis data uji validitas yang mengunakan MsExcel, diperoleh hasil bahwa dari 39 butir pertanyaan yang diajukan, diperoleh 30 item yang valid, dan 9 item dinyatakan tidak valid, yaitu item nomor 1, 6, 7, 9, 20, 21, 23, 29, 38. Item yang dinyatakan tidak valid selanjutnya tidak digunakan. Hasil uji validitas item kesiapan industri (lihat Tabel 3.7).

Tabel 3.7

Hasil Analisis Item Instrumen Kesiapan Industri (X2)

3. Hasil Uji Validitas Item Efektivitas Praktek Kerja Industri (Y) No. Item r hitung r kritis Keputusan

1 0,185 0,300 Tidak valid

2 0,439 0,300 Valid

3 0,734 0,300 Valid

4 0,665 0,300 Valid

5 0,352 0,300 Valid

6 0,200 0,300 Tidak valid

7 0,019 0,300 Tidak valid

8 0,420 0,300 Valid

9 0,006 0,300 Tidak valid

10 0,759 0,300 Valid

11 0,407 0,300 Valid

12 0,727 0,300 Valid

13 0,705 0,300 Valid

14 0,620 0,300 Valid

15 0,740 0,300 Valid

16 0,781 0,300 Valid

17 0,690 0,300 Valid

18 0,854 0,300 Valid

19 0,455 0,300 Valid

20 0,160 0,300 Tidak valid

No. Item r hitung r kritis Keputusan

21 0,100 0,300 Tidak valid

22 0,316 0,300 Valid

23 0,203 0,300 Tidak valid

24 0,787 0,300 Valid

25 0,685 0,300 Valid

26 0,712 0,300 Valid

27 0,893 0,300 Valid

28 0,785 0,300 Valid

29 0,234 0,300 Tidak valid

30 0,809 0,300 Valid

31 0,523 0,300 Valid

32 0,778 0,300 Valid

33 0,778 0,300 Valid

34 0,822 0,300 Valid

35 0,628 0,300 Valid

36 0,468 0,300 Valid

37 0,447 0,300 Valid

38 0,292 0,300 Tidak valid


(47)

Instrumen variabel efektivitas praktek kerja industri (Y) terdiri dari 40 butir/item pertanyaan. Berdasarkan analisis data uji validitas yang mengunakan MsExcel, diperoleh hasil bahwa dari 40 butir pertanyaan yang diajukan, diperoleh 39 item yang valid, dan satu item dinyatakan tidak valid, yaitu item nomor 39. Item yang dinyatakan tidak valid selanjutnya tidak digunakan. Hasil uji validitas item efektivitas praktek kerja industri lihat Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Hasil Analisis Item Instrumen Efektivitas Praktek Kerja Industri (Y)

H. U

ji Reliabilitas Instrumen

No. Item r hitung r kritis Keputusan

21 0,808 0,300 Valid

22 0,877 0,300 Valid

23 0,463 0,300 Valid

24 0,484 0,300 Valid

25 0,655 0,300 Valid

26 0,650 0,300 Valid

27 0,570 0,300 Valid

28 0,364 0,300 Valid

29 0,397 0,300 Valid

30 0,390 0,300 Valid

31 0,738 0,300 Valid

32 0,326 0,300 Valid

33 0,782 0,300 Valid

34 0,550 0,300 Valid

35 0,780 0,300 Valid

36 0,839 0,300 Valid

37 0,760 0,300 Valid

38 0,574 0,300 Valid

39 0,055 0,300 Tidak valid

40 0,483 0,300 Valid

No. Item r hitung r kritis Keputusan

1 0,606 0,300 Valid

2 0,468 0,300 Valid

3 0,688 0,300 Valid

4 0,496 0,300 Valid

5 0,707 0,300 Valid

6 0,369 0,300 Valid

7 0,347 0,300 Valid

8 0,339 0,300 Valid

9 0,440 0,300 Valid

10 0,748 0,300 Valid

11 0,909 0,300 Valid

12 0,893 0,300 Valid

13 0,820 0,300 Valid

14 0,729 0,300 Valid

15 0,552 0,300 Valid

16 0,684 0,300 Valid

17 0,650 0,300 Valid

18 0,536 0,300 Valid

19 0,764 0,300 Valid


(48)

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari instrumen dalam mengungkapkan fenomena dari kelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Dengan demikian dapat diartikan bahwa reliabilitas instrumen adalah sebagai keajegan (konsistensi) alat ukur dalam mengukur apa yang diukurnya, sehingga kapan pun alat itu digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk menguji realibilitas instrumen dengan internal

consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian

data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Oleh karena itu instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

Terdapat beberapa teknik atau cara pengujian reliabilitas instrument. Namun penulis menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha. Usman dan Akbar (2000:291) menyatakan bahwa “Cronbach Alpha dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala Likert (1 sampai 5)”.

Rumusnya ialah:

α =

Di mana: k = jumlah item

∑si² = jumlah varians skor total

si² = varians responden untuk item ke-i

Hasil perhitungan korelasi dikonsultasikan dengan tabel r Product Momen dengan menggunakan signifikansi 5%. Untuk keperluan pengujian reliabilitas


(49)

dalam perhitungannya menggunakan program MsExcel 2007 (lihat Lampiran 3), kemudian diinterpretasikan dan klasifikasi (Tabel 3.9).

Tabel 3.9

Koefisien Korelasi Reliabilitas

Skor Reliabilitas

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Sedang

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Suharsimi (2010:319)

Kesimpulan hasil uji reliabilitas instrumen variabel X1, X2, dan Y lihat Tabel 3.10 Tabel 3.10

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1, X2, dan Y

Variabel Nilai Alpha Keputusan

Layanan Akademik 0,849 Reliabilitas sangat tinggi

Kesiapan Industri 0,922 Reliabilitas sangat tinggi


(50)

I. Prosedur Pengumpulan dan Teknik Analisis Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data ini termasuk pada saat pengambilan data uji coba instrumen sampai pada pengumpulan data penelitian sesungguhnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah:

a. Penggandaan instrumen,

b. Mempersiapkan surat ijin melaksanakan penelitian, c. Penyebaran kuesioner.

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna data yang dikumpulkan sehingga hasil penelitianpun segera diketahui. Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah:

a. Menyeleksi (editing) data yang telah dikumpulkan dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Suharsimi Arikunto (2010:278) menyatakan bahwa apabila ternyata ada kekurangan isi atau halaman maka perlu dikembalikan atau diulang pengumpulan datanya. b. Memberi skor terhadap item-item kuesioner berdasarkan pola skor kedalam

tabel rekapitulasi data (tabulasi).

c. Menganalisis data kemudian diinterpretasikan untuk dapat menarik


(51)

3. Teknik Analisis Data

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data (analisis data). Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang

makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Sugiyono (2010:207)

mengemukakan bahwa:

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Teknik statistik yang digunakan adalah statistik inferensial. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya dilakukan untuk populasi. Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi tersebut mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Peluang kesalahan dan kepercayaan disebut taraf signifikansi. Jadi signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu. Ada hubungan signifikan berarti hubungan itu dapat digeneralisasikan. (Sugiyono, 2010: 209).

Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris, penggunaanya tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel dan datanya adalah data


(52)

interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal.

Dari uraian di atas, maka teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik parametris. Dalam statistik parametris asumsi yang utama adalah datanya harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2010: 210).

Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap deskripsi data, tahap uji persyaratan analisis, dan tahap pengujian hipotesis.

a. Tahap Deskripsi Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap deskripsi data ini adalah membuat tabulasi data untuk setiap variabel, mengurutkan data secara interval dan menyusunnya dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, mencari rata-rata (mean), modus, median, dan simpangan baku. Deskripsi data dilakukan dengan menggunakan program komputer MsExcel.

b. Tahap Uji Persyaratan Analisis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi, maka data terlebih dahulu diuji untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak, sedangkan dalam regresi harus terpenuhi asumsi linearitas. Oleh karena data penelitian ini masih berupa data ordinal sedangkan statistik parametris mempersyaratkan berupa data interval, maka dilakukan transformasi data ordinal ke dalam bentuk data interval. Metode transformasi data menggunakan software Method of Successive Interval yang diolah dengan bantuan MsExcel. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data antara lain dengan Kertas Peluang dan Chi Kuadrat.


(53)

Pengujian normalitas data variabel layanan akademik (X1), kesiapan

industri (X2), dan efektivitas praktek kerja industri (Y) dilakukan dengan Chi

Kuadrat (χ² , dan dengan menggunakan bantuan software MsExcel. Adapun kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah:

• jikaχ² hitung ≤ χ² tabel maka distribusi data dinyatakan normal

• jika χ² hitung>χ² tabel maka ditribusi data dinyatakan tidak normal

1) Uji Normalitas Variabel Layanan Akademik (X1)

Pengujian normalitas data variabel layanan akademik (X1) dilakukan

dengan Chi Kuadarat (χ² menggunakan bantuan MsExcel (lihat Tabel 3.11).

Tabel 3.11

Tabel Penolong Pengujian Normalitas Variabel X1

Interval Batas

Z Luas Kurva Selisih fe=n.L Fo (fo-fe)²/fe

Kelas Kelas Normal Luas (L)

72.5 -2.34 0.4904

73 - 78 0.0463 3.1484 2 0.4189

78.5 -1.59 0.4441

79 - 84 0.1418 9.6424 14 1.9693

84.5 -0.85 0.3023

85 - 90 0.2625 17.85 16 0.1917

90.5 -0.10 0.0398

91 - 96 0.282 19.176 17 0.2469

96.5 0.65 0.2422

97 - 102 0.177 12.036 14 0.3205

102.5 1.40 0.4192

103 - 108 0.0646 4.3928 4 0.0351

108.5 2.14 0.4838

109 - 114 0.0143 0.9724 1 0.0008

114.5 2.89 0.4981

Jumlah 67.218 68 3.1832


(54)

Berdasarkan perhitungan, diperoleh harga Chi Kuadrat hitung (χ²hitung) =

3.1832. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan χ²tabel, dengan dk (derajat

kebebasan) 7 – 1 = 6 dan taraf kesalahan (α) 1% atau tingkat kepercayaan 99%, berdasarkan tabel pada lampiran D diperoleh χ² tabel = 16,812. Karena χ²hitung< χ²tabelatau 3,1832<16,812, jadi data variabel layanan akademik (X1) berdistribusi

normal.

2) Uji Normalitas Variabel Kesiapan Industri (X2)

Pengujian normalitas data variabel kesiapan industri (X1) dilakukan

dengan Chi Kuadarat menggunakan bantuan MsExcel (lihat Tabel 3.12).

Tabel 3.12

Tabel Penolong Pengujian Normalitas Variabel X2

Interval Batas

Z Luas Kurva Selisih fe=n.L fo (fo-fe)²/fe

Kelas Kelas Normal Luas (L)

72.5 -2.25 0.4878

73 - 78 0.0426 2.8968 3 0.0037

78.5 -1.60 0.4452

79 - 84 0.1137 7.7316 8 0.0093

84.5 -0.96 0.3315

85 - 90 0.2098 14.2664 19 1.5706

90.5 -0.31 0.1217

91 - 96 0.251 17.068 11 2.1573

96.5 0.33 0.1293

97 - 102 0.2072 14.0896 15 0.0588

102.5 0.98 0.3365

103 - 108 0.1109 7.5412 8 0.0279

108.5 1.62 0.4474

109 - 114 0.041 2.788 4 0.5269

114.5 2.27 0.4884

Jumlah 66.3816 68 4.3545


(55)

Berdasarkan perhitungan, diperoleh harga Chi Kuadrat hitung (χ²hitung) =

4,3545. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan χ²tabel, dengan dk = 6 dan

taraf kesalahan (α) 1% atau tingkat kepercayaan 99%, berdasarkan tabel pada lampiran D diperoleh χ² tabel = 16,812. Karena χ²hitung< χ²tabel atau 4,3545<16,812,

jadi data variabel kesiapan industri (X2) berdistribusi normal.

3) Uji Normalitas Variabel Efektivitas Praktek Kerja Industri (Y)

Pengujian normalitas data variabel efektivitas praktek kerja industri (Y) dilakukan dengan Chi Kuadarat menggunakan bantuan MsExcel (Tabel 3.13).

Tabel 3.13

Tabel Penolong Pengujian Normalitas Variabel Y

Interval Batas

Z Luas Kurva Selisih fe = n.L fo (fo-fe)²/fe

Kelas Kelas Normal Luas (L)

104.5 -1.97 0.4756

105 - 111 0.0724 4.9232 5 0.0012

111.5 -1.30 0.4032

112 - 118 0.1643 11.1724 17 3.0397

118.5 -0.64 0.2389

119 - 125 0.2469 16.7892 14 0.4634

125.5 0.02 0.008

126 - 132 0.2437 16.5716 13 0.7698

132.5 0.68 0.2517

133 - 139 0.1582 10.7576 12 0.1435

139.5 1.34 0.4099

140 - 146 0.0679 4.6172 6 0.4141

146.5 2.01 0.4778

147 - 152 0.0171 1.1628 1 0.0228

152.5 2.57 0.4949

Jumlah 65.994 68 4.8545


(1)

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data menunjukkan bahwa layanan akademik dan kesiapan industri secara bersama-sama memberikan kotribusi yang signifikan terhadap efektivitas praktek kerja industri sebesar 50,08%. Hal ini menegaskan bahwa kesiapan siswa, kesiapan sekolah (kesiapan Hubin), dan kesiapan industri sudah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan efektivitas praktek kerja industri siswa SMKN 1 Gantar Indramayu. Tetapi layanan akademik (kesiapan siswa dan kesiapan sekolah) dirasakan belum optimal, terutama penyiapan fisik dan mental siswa dalam melakukan pekerjaan pada bagian produksi di industri, serta penyiapan industri sebagai tempat praktek bagi siswa, sehingga harus dilakukan perbaikan di berbagai aspek, dari variabel layanan akademik diharapkan dapat meningkatkan efektifitas praktek kerja industri siswa SMKN 1 Gantar Indramayu.

C. Rekomendasi

Kesiapan industri dan layanan akademik (kesiapan siswa dan kesiapan sekolah) merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan praktek kerja industri siswa. Karena itu, perlu ada upaya untuk menyiapkan siswa, sekolah dan industri agar lebih efektif dalam melaksanakan praktek kerja industri siswa. Untuk meningkatkan efektivitas praktek kerja industri siswa SMK diajukan rekomendasi-rekomendasi sebagai berikut:

1. Tingkatkan layanan akademik (kesiapan siswa dan kesiapan sekolah) dalam pelaksanaan praktek kerja industri siswa. Kesiapan siswa yang berkaitan


(2)

(kesiapan mental dan kesiapan fisik ) yang harus ditingkatkan lagi, agar siswa dapat melaksanakan praktek kerja industri secara efektif. Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubin/panitia kerja Prakerin diharapkan dapat meningkatkan persiapan dalam melaksanakan kegiatan praktek kerja industri. Karena melalui persiapan dan pelaksanaan praktek kerja industri yang baik akan tercapai tujuan dan sasaran praktek kerja industri, sehingga para siswa akan merasa puas dalam pelayanan, efektif dalam pelaksanaan, efisien dalam pendanaan, serta bermakna dalam pencapaian.

2. Tingkatkan bimbingan dan monitoring siswa. Bimbingan dan monitoring

siswa dalam melaksanakan praktek kerja industri sangat diperlukan, agar tujuan praktek kerja industri yang diharapkan dapat tercapai, sebab bimbingan dan monitoring yang baik akan meningkatkan efektivitas pelaksanaan praktek kerja industri siswa SMK.

3. Tingkatkan hubungan dan kerjasama sekolah dan dunia usaha/industri.

Karena pelaksanaan praktek kerja industri siswa dapat berjalan secara efektif bila ada kesiapan (dukungan) dunia usaha/industri. Dunia usaha/industri yang merupakan mitra dalam pelaksanaan kegiatan praktek kerja industri, diharapkan dapat meningkatkan kepedulian dan peran serta sertanya dalam menerima siswa untuk belajar sambil bekerja, memberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas kerja selama praktek kerja industri, dan memberikan bimbingan sesuai bidangnya masing-masing, sebab dampak positif dari pelaksanaan praktek kerja industri ini dirasakan bagi dunia usaha/industri setelah para siswa lulus dari SMK.


(3)

4. Bagi para Peneliti yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap efektivitas praktek kerja industri, maka variabel-variabel dan indikatornya perlu dikembangkan lebih mendalam lagi, sehingga mengungkap seluruh faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas praktek kerja industri siswa SMK.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi

Pendidikan. Bandung: Dewa Ruchi.

An-Nahlawi, Abdurrahman, (1989). Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan

Islam: Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. (Alih Bahasa Herry

Noer Ali). Bandung: cv. Diponegoro.

Bukit, Masriam. (1997). Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai

Pembaruan Kurikulum. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP

Bandung: tidak diterbitkan.

Depdikbud. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Balai Pustaka. ---(1996). Pedoman Teknis Pelaksanaan PSG pada SMK.Jakarta: DPMK. Depdiknas. (2003). Pedoman Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (SMK). Jakarta:

DPMK.

---(2003). Program Pengembangan SMK Berstandar Nasional dan

Internasional: Pedoman Penyelenggaraan. Jakarta: Dikmenjur.

Finch, C.R. dan Crunkilton, J.R. (1999). Curriculum Development in Vocational

and Technical Education: Planning, Content and Implementation. Boston:

Allyn and Bacon, Inc.

Hasan, Bachtiar, (2003). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Edisi Kedua. Bandung: Pustaka Ramadhan.

---(2008). Manajemen Industri. Edisi Keempat. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Krismanto, Hari. (2007). Hubungan Kesiapan Fasilitas Layanan Pembelajaran

dan Pengalaman Industri dengan Prestasi Belajar Mahasiswa di Politeknik TEDC Bandung. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Meirawan, Danny. (1996). Keterkaitan dan Kesepadanan Pengelolaan Program

Pembelajaran di SMK dengan Kebutuhan Industri. Disertasi Doktor pada


(5)

Pakpahan, J. (1994). Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Sistem Ganda

pada Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Dikmenjur.

Panitia Kerja Prakerin. (2009). Buku Panduan, Jurnal, dan Laporan Kegiatan

Praktik Kerja Industri Tahun Pelajaran 2008/2009. SMK Negeri 1 Gantar

Kabupaten Indramayu.

Peraturan Pemerintah. (2005). Peraturan Pemerintah, Nomor 19, Tahun 2005,

tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Riduwan. (2009). Metode dan Teknik Penyusunan Proposal Penelitian. Bandung: Afabeta.

Riduwan dan Akdon. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika untuk

Penelitian: (Administrasi Pendidikan, Bisnis, Pemerintahan, Sosial, Kebijakan, Ekonmi, Hukum, Manajemen, Kesehatan). Cetakan Kedua.

Bandung: Alfabeta.

Rooijakkers, Ad. (1990). Mengajar dengan Sukses. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Gramedia.

Sagala, Syaiful. (2009). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan: Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah. Cetakan Ketiga. Bandung:

Alfabeta.

---(2010). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk membantu

memcahkan problematika belajar dan mengajar. Cetakan Kedelapan.

Bandung : Alfabeta.

Sarjono. (2005). Materi: Manajemen dan Perencanaan Strategis Pengembangan

Sekolah. Bandung: PPPGT (TEDC).

Sudjana, Nana dan Daeng Arifin. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Soetriono dan Hanafie, S.R. (2007). Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Edisi Keenam. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


(6)

Suharsimi Arikunto. (2010). Posedur Penelitian: Suatu Peendekatan Praktik. Cetakan Keempatbelas. Jakarta : Rineka Cipta.

Supriadi, Dedi. (Eds) (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di

Indonesia: Membangun Manusia Produktif. Jakarta: Dikmenjur.

Undang-undang. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun

2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Universitas Pendidikan Indonesia, (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Usman, Husaini dan Akbar, R. Purnomo. (2000). Pengantar Statistik. Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiyoto dan Tadjo, Joel. (2005). Materi: Strategi Implementasi dan