SIKAP BAHASA DAN KEMAMPUAN BERBAHASA MASYARAKAT DWIBAHASAWAN SERTA MODEL PEMBINAANNYA :Studi Deskriptif Analitis pada Masyarakat Sindang Sari Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut Tahun 2013.

(1)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SIKAP BAHASA DAN KEMAMPUAN BERBAHASA MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

SERTA MODEL PEMBINAANNYA

(Studi Deskriptif Analitis pada Masyarakat Sindang Sari Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut)

T E S I S

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian Magister Pendidikan

Ari Kartini S.Pd. 1104040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2013


(2)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SIKAP BAHASA DAN KEMAMPUAN BERBAHASA

MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

SERTA MODEL PEMBINAANNYA

(Studi Deskriptif Analitis pada Masyarakat Sindang Sari

Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut)

Oleh Ari Kartini

S.Pd. STKIP Garut, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Ari Kartini, 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

SIKAP BAHASA DAN KEMAMPUAN BERBAHASA

MASYARAKAT DWIBAHASAWAN SERTA MODEL PEMBINAANNYA (Studi Deskriptif Analitis pada Masyarakat Sindang Sari

Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut)

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Yus Rusyana

Pembimbing II,

Dr. Sumiyadi, M.Hum.

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia SPS UPI Bandung

Dr. Sumiyadi, M.Hum.


(4)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan


(5)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

LANGUAGE AND LANGUAGE ABILITY ATTITUDE COMMUNITY AND MODEL FOSTERING BILINGUAL

(Descriptive Analytical Study on Community Sindang Sari Garut districts Kersamanah Year 2013)

This research is motivated by problems that occur on public attitudes bilingual language. In the course of speaking, the hardness of environmental influences will affect the attitude of members of the public, including speaking in attitude. Core cultural values shared by members of a community have a strong contribution to their behavior. Therefore, the purpose of this study was to determine (1) the language used in the bilingual community Sindang Sari village Garut, (2) the attitude of the bilingual language Sindang Sari village in the first and second language, (3) proficiency in bilingual communities in villages Sindang Sari, (4) factors that influence attitudes Sindang Sari Village community language to first language and second language, (5) effective coaching model to foster positive language in bilingual communities. The method used is descriptive analytical method that is expected to reveal attitudes and proficiency in the village of Sari Village community Sindang Kersamanah Garut the first language and second language. Based on the results of data analysis and processing, obtained the following results.

1. The first language of the Village Sindang Sari Kersamanah Garut is Sundanese, while the second language is Indonesian.

2. Attitudes toward first language, the language that is considered negative. This is evidenced by the presentation of the use of the language that is on a scale rarely or 33.58%. In addition, the use of Sundanese railroad rules have not noticed Sundanese rafters, while the attitude of the Indonesian is always on the scale, ie 42.60%. However, the aspect of pride and awareness is still relatively low so that people's attitudes Sindang Sari Village Kersamanah Garut quite negative.

3. Proficiency in bilingual communities in Sindang Sari village is quite good, they are able to understand the vocabulary and meaning vocabulary so that communication can proceed smoothly.

4. Factors influencing negative attitude of the public language Sindang Sari Village Kersamanah Garut the first and second languages are the demands of work, self-distrust, and environment.

5. Effective coaching models are offered coaching model based on the concept of andragogy.

Based on the findings and results of the study, bilingual community should be able to demonstrate and maintain a positive attitude towards the first language and second languag.


(6)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

SIKAP BAHASA DAN KEMAMPUAN BERBAHASA

MASYARAKAT DWIBAHASAWAN SERTA MODEL PEMBINAANNYA (Studi Deskriptif Analitis pada Masyarakat Sindang Sari

Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut Tahun 2013)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang terjadi mengenai sikap bahasa masyarakat dwibahasawan. Dalam kegiatan berbahasa, kencangnya pengaruh lingkungan akan mempengaruhi sikap anggota masyarakat, termasuk dalam sikap berbahasa. Nilai-nilai budaya inti yang dimiliki anggota sebuah masyarakat memiliki andil yang kuat terhadap perilaku mereka. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui (1) bahasa yang digunakan masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari Garut; (2) sikap bahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari terhadap bahasa pertama dan keduanya; (3) kemampuan berbahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari; (4) faktor yang memengaruhi sikap bahasa masyarakat Kampung Sindang Sari terhadap bahasa pertama dan bahasa kedua; (5) model pembinaan yang efektif untuk menumbuhkan sikap bahasa yang positif pada masyarakat dwibahasawan.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis yang diharapkan dapat mengungkapkan sikap dan kemampuan berbahasa masyarakat Kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Garut terhadap bahasa pertama dan bahasa keduanya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Bahasa pertama masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah Garut adalah bahasa Sunda, sedangkan bahasa keduanya adalah bahasa Indonesia.

2. Sikap terhadap bahasa pertamanya, yaitu bahasa Sunda tergolong negatif. Hal ini dibuktikan dengan presentasi penggunaan bahasa Sunda yang berada pada skala jarang atau 33,58%. Selain itu, penggunaan bahasa Sundanya belum memerhatikan kaidah undak usuk bahasa Sunda, sedangkan Sikap terhadap bahasa Indonesia berada pada skala selalu, yaitu 42,60%. Namun, pada aspek kebanggaan dan kesadaran masih tergolong rendah sehingga sikap masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah Garut tergolong negatif.

3. Kemampuan berbahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari tergolong baik, mereka mampu memahami kosa kata dan makna kosa kata sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

4. Faktor yang memengaruhi negatifnya sikap bahasa masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah Garut terhadap bahasa pertama dan keduanya adalah tuntutan pekerjaan, ketidakpercayaan diri, dan lingkungan.

5. Model pembinaan efektif yang ditawarkan adalah model pembinaan berdasarkan konsep andragogi.

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian, seyogianya masyarakat dwibahasawan dapat menunjukkan dan mempertahankan sikap yang positif terhadap bahasa pertama dan bahasa keduanya.


(7)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan


(8)

i Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ……….. UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ………. DAFTAR TABEL ………....

i ii iii vi ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……….. B. Identifikasi Masalah ………... C. Ruang lingkup dan Rumusan Masalah …..………. D. Tujuan Penelitian ……….……….. E. Manfaat Penelitian ……….. F. Asumsi ………

1 1 6 7 8 8 9

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan

Bahasa Asing ………..

1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ……….. 2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah (Sunda) …………. 3. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Asing ……….. B. Kedwibahasaan ……….………. 1. Hakikat Kedwibahasaan ……...………. 2. Faktor Terjadinya Kedwibahasaan …. ……….. C. Kaidah Bahasa Sunda ………..………...

10 10 11 11 12 13 13 15 16


(9)

ii Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Hakikat Undak Usuk Bahasa .………... 2. Macam-macam Bahasa Sunda ……….. …………... D. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar ……...………... 1. Bahasa yang Baik ……….. 2. Bahasa yang Benar ………. E. Sikap Bahasa ………..

1. Pengertian Sikap Bahasa ……… 2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sikap Bahasa ………... 3. Mengukur Sikap Bahasa ……… F. Model Pembinaan berdasarkan Konsep Andragogi ………….. 1. Model Pembinaan ………..……….……….. 2. Konsep Andragogi ……….………... 3. Model Interaksi Sosial ………... 4. Konsep Andragogi ……….

16 17 18 19 22 31 31 34 36 40 40 41 42 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Data dan Sumber Data ……… ………... B. Desain Penelitian ……… ………... C. Metode Penelitian ………... D. Definisi Operasional ………... E. Instrumen Penelitian ………... F. Teknik Pengumpulan Data ………..

G. Judgment Instrumen ………

H. Teknik Analisis Data ………... I. Paradigma Penelitian ………...

46 46 47 47 48 48 51 53 54 55

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Geografi Kampung Sindang Sari desa kersamanah Garut …

56 56 56


(10)

iii Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Data Responden ……….………... B. Analisis Sikap Bahasa Sunda … ..……….. ………

1. Kesetiaan terhadap Bahasa Sunda….. ……….. 2. Kebanggaan terhadap Bahasa Sunda … ………... 3. Kesadaraan terhadap Kaidah Bahasa Sunda …. ..…………. C. Analisis Sikap Bahasa Indonesia .……….. ………

1. Kesetiaan terhadap Bahasa Indonesia ……….. 2. Kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia ………... 3. Kesadaraan terhadap Kaidah Bahasa Indonesia ..…………. D. Analisis Kemampuan Berbahasa ……… E. Hasil Analisis ...………..…. F. Pembahasan ……….. ……….. 1. Sikap Bahasa terhadap Bahasa Sunda ……….. 2. Sikap Bahasa terhadap Bahasa Indonesia ………. 3. Kemampuan Berbahasa ………...………..

57 58 58 60 70 92 92 95 98 120 139 141 141 147 154

BAB V MODEL PEMBINAAN SIKAP BAHASA

A. Pengembangan Model Pembinaan Sikap Bahasa………. 1. Ruang Lingkup Model ………... 2. Deskripsi Rancangan Model berdasarkan Konsep

Andragogi ……….. B. Implementasi Model berdasarkan Konsep Andragogi ………... C. Hasil Pelaksanaan Pembinaan ……..………...

155 155

156 165 169

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………. B. Saran ………

174 174 176


(11)

iv Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 181

BIODATA PENELITI ... 182

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kosa Kata Undak Usuk Bahasa Sunda ………. 18

Tabel 3.1 Data jumlah penduduk Kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten Garut... 46 Tabel 3.2 Penggunaan Bahasa Sunda Masyarakat Kampung

Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten Garut yang

Berprofesi sebagai Guru ……… 49

Tabel 3.3 Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik Masyarakat Kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten

Garut ………..……….. 50

Tabel 3.4 Penggunaan Bahasa Indonesia yang Benar Masyarakat Kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten

Garut ……….………... 50

Tabel 3.5 Teknik Pengumpulan Data ……….………... 51

Tabel 4.1 Data Subjek Masyarakat Sindang Sari Desa

Kersamanah Kecamatan kersamanah Kabupaten

Garut ……… 57

Tabel 4.2 Hasil Observasi Sikap Bahasa Sunda Masyarakat

Sindang Sari Desa Kersamanah Kecamatan

kersamanah Kabupaten Garut ……… 59

Tabel 4.3 Analisis Kebanggaan Terhadap Bahasa Sunda

Masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah

Kecamatan kersamanah Kabupaten Garut ………. 61

Tabel 4.4 Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Sunda


(12)

v Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kecamatan kersamanah Kabupaten Garut ………. 71

Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Bahasa Indonesia Masyarakat

Sindang Sari Desa Kersamanah Kecamatan

kersamanah Kabupaten Garut ……… 93

Tabel 4.6 Analisis Kebanggaan Terhadap Bahasa Indonesia

Masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah

Kecamatan kersamanah Kabupaten Garut ………. 95

Tabel 4.7 Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik Masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah

Kecamatan kersamanah Kabupaten Garut ………. 99

Tabel 4.8 Analisis Kesalahan Penggunaan bahasa Indonesia yang Benar Masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah

Kecamatan kersamanah Kabupaten Garut ………. 105

Tabel 4.9 Penggunaan Kosa Kata bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia Masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah

Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut………. 120

Tabel 5.1 Tahap-Tahap Model Pembinaan berdasarkan Konsep

Andragogi ………...……… 159


(13)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Hal ini dibuktikan dengan disusunnya UU yang membahas mengenai penggunaan bahasa Indonesia yaitu, UU nomor 24 tentang BBLNLK (Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan) tahun 2009 yang dimana pembahasan bahasa terdapat dalam bab III. Oleh karena itu, semua warga negara Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti yang dipaparkan oleh Zaenal dan Hadi ( 2009:1); “semua warga negara Indonesia wajib membina dirinya masing-masing dalam pemakaian bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kita tidak sepatutnya mengatakan, soal kaidah bahasa itu adalah urusan ahli bahasa”.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar memang sulit dilakukan oleh sebagian banyak orang. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang tidak peduli dan tidak memerhatikan kaidah bahasa Indonesia saat berkomunikasi, baik masyarakat yang mengecam dunia pendidikan tinggi, menengah, atau sama sekali tidak. Sejauh ini masih banyak masyarakat yang berbahasa Indonesia tanpa memerhatikan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, padahal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, masyarakat Indonesia sudah menunjukkan rasa nasionalisme terhadap bangsa, seperti yang dipaparkan oleh Widjono (2005: 2-3) yaitu “melalui pembelajaran penguasaan bahasa Indonesia diharapkan dapat mengembangkan berbagai kecerdasan, karakter, dan kepribadian”.

Hal itu sejalan dengan temuan Anderson, Gardner, dan Lambert (dalam Suhardi: 1996; 15);

bahwa sikap yang positif terhadap suatu (ragam) bahasa sangat memudahkan seseorang di dalam belajar suatu bahasa yang baru maupun bahasa yang sedang dipelajarinya. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia


(14)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan bahasa daerah dapat mendukung kestabilan kehidupan berbahasa, dalam upaya memperkokoh integrasi bangsa. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat mendorong orang lebih mencintai kedua bahasa tersebut.

Selain bahasa ibu yang memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia, perkembangan teknologi informasi tampaknya berpengaruh juga secara signifikan terhadap perubahan sikap bahasa masyarakat Indonesia dalam menggunakan bahasa Indonesia. Apalagi masyarakat dwibahasawan yang sudah jelas mempunyai pengetahuan lebih dari satu bahasa, atau mempelajari lebih dari satu bahasa, seperti yang diungkapkan oleh Tarigan (1988;40);

Memang tepat apabila dikatakan bahwa kedwibahasaan merupakan suatu masalah sosial, karena bahasa pada hakikatnya merupakan bagian dari identitas atau jati diri seseorang. Rasa tidak percaya diri diperlihatkan oleh banyak orang dan pemerintah karena mereka dapat berbicara dan berkomunikasi dengan bahasa lain. Kesetiaan mereka dipermasalahkan karena mereka menganut kesetiaan bahasa dan budaya ganda.

Senada dengan itu Rusyana memaparkan (1988; 32) “dalam situasi dua buah bahasa berkontak, biasanya bahasa yang satu dianggap lebih berprestise dari pada yang lainnya”. Oleh karena itu, tentunya saat masyarakat menggunakan bahasa Indonesia akan terpengaruhi oleh bahasa ibu dan bahasa asing dalam hal ini bahasa Inggris yang nantinya akan menimbulkan interferensi bahasa dan tujuan untuk menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak akan tercapai. Sebenarnya, penggunaan bahasa Inggris bukan tidak boleh dilakukan. Namun, harus disesuaikan dengan fungsi dan kegunaannya seperti halnya bahasa daerah atau bahasa ibu. Untuk di lingkungan tertentu dan kondisi tertentu, bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dibanding bahasa ibu dan bahasa asing, seperti yang tertera dalam UU RI No. 24 thn. 2009 tentang BBLNLK, pada pasal 33;

(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta. (2) Pegawai di lingkungan kerja lembaga pemerintah dan swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mampu berbahasa Indonesia wajib mengikuti atau diikutsertakan dalam pembelajaran untuk meraih kemampuan berbahasa Indonesia.


(15)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu pasal 34 UU RI No. 24 thn. 2009 tentang BBLNLK berbunyi “Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan”.

Paparan yang tertera dalam UU di atas menguatkan bahwa bahasa Indonesia harus digunakan oleh para pegawai pemerintah ataupun swasta saat berada di lingkungan kerja mereka. Apabila masih ada yang belum memahami bahasa Indonesia yang benar, maka wajib mengikuti atau diikutsertakan dalam pembelajaran untuk maraih kemampuan berbahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa Inggris yang dilakukan oleh sebagian orang sebenarnya bukan untuk tujuan positif. Kadang-kadang mereka menggunakan bahasa Inggris hanya sebagai gengsi. Danya (2005:18) menjelaskan;

bahasa Indonesia menjadi tidak karuan karena pemakainya, terutama kalangan terpelajar, dalam bercakap maupun menulis, tampak seperti kesurupan, jor-joran, menghias bahasa Indonesia dengan kata-kata, istilah-istilah, bahkan kalimat-kalimat tertentu bahasa Inggris. Tidak jelas apa maunya, apakah supaya kelihatan pintar, kelihatan cendekia, ataukah sekadar menunjukkan bakat genit dan kebolehan bersolek.

Kekhawatiran seperti tersebut di atas, bukanlah hal yang tanpa dasar. Pada kenyataannya di lapangan apabila kita amati penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya masih belum baik dan benar. Mereka menggunakan bahasa Indonesia tanpa memerhatikan kaidah yang berlaku.

Selain itu, saat ini pusat pelatihan kursus bahasa Inggris mulai berdiri di berbagai daerah, sedangkan pusat pelatihan kursus bahasa Indonesia itu tidak ada. Banyak orang yang mengikuti kursus bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Hal ini tentunya merupakan masalah yang sangat besar karena apabila dibiarkan kemungkinan besar bahasa Indonesia akan punah sedikit demi sedikit. Padahal apabila kita amati, sampai saat ini masih banyak orang yang belum mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jangankan menggunakan bahasa yang benar sesuai dengan aturan baku bahasa Indonesia menggunakan bahasa yang baik saja mereka belum mampu. Garvin dan Mathiot (Chaer dan Agustina: 2004;152) menjelaskan:


(16)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ciri sikap positif terhadap bahasa adalah kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran adanya norma bahasa. Apabila ketiga ciri sikap bahasa itu sudah menghilang dan melemah dari diri seseorang atau dari diri sekelompok orang anggota masyarakat tutur, maka berarti sikap negatif terhadap suatu bahasa telah melanda diri seseorang . tiada gairah atau dorongan untuk mempertahankan kemandirian bahasanya merupakan salah satu penanda bahwa salah satu kesetiaan bahasanya mulai melemah yang bisa berlanjut bahasa itu hilang sama sekali.

Melihat fenomena ini, penulis tergerak untuk melakukan penelitian mengenai sikap bahasa dan kemampuan berbahasa masyarakat dwibahasawan di Kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut, sebagai gambaran dan mencari solusi untuk melakukan pembinaan terhadap masyarakat agar lebih mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa harus melupakan bahasa ibu (sunda).

Halim (1978: 7) menjelaskan bahwa “jalan yang harus ditempuh untuk mengubah sikap negatif itu menjadi sikap berbahasa yang positif adalah dengan pendidikan bahasa yang dilaksanakan atas dasar pembinaan kaidah dan norma bahasa”. Pembinaan dalam rangka mewujudkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap masyarakat Indonesia untuk mewujudkan rasa nasionalisme terhadap bangsa tanpa harus melupakan budaya asli yaitu bahasa ibu (sunda).

Sebagai bahan pendalaman kajian yang relevan, peneliti pun mengkaji penelitian terdahulu yang relevan yakni yang dilakukan oleh Khairurrazil dengan judul “Sikap Bahasa SMU Negeri Banda Aceh Terhadap Bahasa Indonesia Dan Bahasa Daerah (Studi Kasus di SMU 5 Banda Aceh)”. Hasil penelitiannya membutikan, bahwa: (1) siswa SMU Negeri 5 Banda Aceh bersikap positif terhadap bahasa Indonesia ketika berada di lingkungan sekolah, keluarga, dan di lingkungan masyarakat; (2) sikap siswa SMU Negeri 5 Banda Aceh terhadap bahasa daerah ketika berada di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat tergolong positif. Dengan demikian, dugaan bahwa adanya gejala sikap negatif


(17)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada sebagian masyarakat Aceh terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah tidak terbukti.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Aminuddin Azis dengan judul “Budaya Inti, Sikap Bahasa, dan Pembangunan Karakter Bangsa: Kasus Penutur Empat Bahasa Daerah di Indonesia”. Hasil penelitiannya menunjukkan Para penutur bahasa daerah utama di Indonesia, seperti Jawa, Sunda, Minang, dan Batak, memiliki sikap yang berbeda-beda ketika dihadapkan kepada situasi berbahasa yang menuntutnya membuat pilihan berbahasa daerah atau bahasa Indonesia, baik pada lingkungan di dalam rumah maupun di luar rumah. Sikap bahasa seperti ini dapat dikaitkan dengan persepsi mereka tentang budaya inti mereka. Semakin tinggi penilaian mereka terhadap posisi bahasa dalam pusaran budaya inti, maka semakin kuat dan sentimen mereka terhadap bahasanya, dan tentu sebaliknya. Masyarakat yang memandang bahasa sebagai bagian yang paling hakiki dari budaya intinya akan berupaya sekuat tenaganya untuk melestarikan bahasanya, sebab ia merupakan bagian terpenting dari eksistensinya sebagai warga masyarakat tersebut. Dengan demikian, kelangsungan hidup bahasa tersebut dapat lebih terjamin. Sebaliknya, masyarakat yang tidak memandang bahasa sebagai bagian paling penting yang menisbatkan dirinya dengan budaya masyarakatnya, mereka akan sangat pragmatis. Artinya, bahasa mereka akan dipertahankan sepanjang bahasa itu berperan fungsional.

Penelitian pertama menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesianya tergolong positif ketika bahasa itu digunakan di lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat, sedangkan penelitian kedua menjelaskan bahwa sikap seseorang terhadap bahasa daerahnya ada tergolong positif dan ada yang tergolong negatif. Hal ini bergantung pada sudut pandang masyarakat terhadap bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia.

Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah mengkaji sikap bahasa mayarakat dwibahasawan di daerah Sindang Sari desa Kersamanah kabupaten Garut terhadap bahasa pertama dan bahasa keduanya. Apakah kesetiaan, kebanggan, dan kesadarannya masih ada sehingga mereka dikategorikan


(18)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia atau malah sebaliknya. Untuk kajian kesadaran terhadap bahasa Indonesia lebih ditekankan pada analisis kata dan makna kata. Setelah mendapat gambaran dari hasil penelitian di lapangan, penulis akan mencoba menentukan model yang efektif untuk melakukan pembinaan bagaimana bersikap positif terhadap bahasa kedua tanpa harus melupakan bahasa pertamanya. Oleh karena itu, perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada aspek sampel yang akan diteliti dan adanya alternatif model yang akan disodorkan untuk menumbuhkan sikap yang positif.

Pembinaan ini dilakukan untuk menumbuhkan sikap positif masyarakat kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut sesuai dengan ketentuan UU RI No. 24 thn. 2009 tentang BBLNLK, bahwa setiap masyarakat harus menggunakan bahasa yang dikuasainya sesuai dengan fungsi dan kedudukan bahasa itu.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah mengenai sikap bahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut. Kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya bahasa Indonesia dikhawatirkan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, dikhawatirkan juga mereka melupakan bahasa daerah yang seharusnya tetap digunakan dalam situasi dan kondisi tertentu.

Fenomena negatif yang terjadi di kalangan masyarakat antara lain sebagai berikut; a) Banyak masyarakat menggunakan bahasa Indonesia tanpa memerhatikan aturan bahasa yang baik; b) menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar; c) banyak masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia pada situasi dan kondisi yang kurang tepat; d) banyak masyarakat mengukur dari segi gengsi, bahwa bahasa Inggris menjadi bahasa


(19)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nomor pertama, bahasa Indonesia nomor dua, dan bahasa daerah nomor terakhir; e) banyak masyarakat yang menyimpulkan, bahwa orang yang mampu berbahasa Inggris adalah orang yang hebat dibandingkan orang yang menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Daerah; f) banyak masyarakat menyuruh anak-anaknya kursus bahasa asing dibandingkan kursus bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

C. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah

1. Ruang Lingkup Masalah

Mengacu pada identifikasi masalah kajian yang akan dilakukan dalam penelitian ini, akan dibatasi agar lebih terarah dan mendalam. Pada sikap bahasa lebih ditekankan pada sikap positif, yaitu setia, bangga, dan sadar terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada kajian mengenai kaidah bahasa Indonesia yaitu kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sedangkan untuk bahasa Sunda yaitu kajian penggunaan bahasa Sunda sesuai undak usuk bahasa Sunda.

2. Rumusan Masalah

Mengacu pada identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, mengenai permasalahan sikap bahasa di kalangan masyarakat dwibahasawan, maka permasalahan yang akan diteliti tercakup dalam rumusan masalah di bawah ini, yaitu;

1. Bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut?

2. Bagaimanakah sikap bahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut terhadap bahasa pertama dan keduanya?

3. Bagaimanakah kemampuan berbahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut?


(20)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Faktor apa yang memengaruhi sikap bahasa masyarakat Kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut terhadap penggunaan bahasa pertama dan bahasa kedua?

5. Bagaimanakah model pembinaan yang efektif untuk menumbuhkan sikap bahasa yang positif pada masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut yang berprofesi sebagai guru?

D. Tujuan Penelitian

Menyikapi fenomena dan keadaan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh deskripsi berkaitan dengan;

1. bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat dwibahasawan di daerah kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut.

2. sikap bahasa masyarakat dwibahasawan di daerah kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut terhadap bahasa pertama dan keduanya. 3. kemampuan berbahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang

Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut?

4. faktor-faktor yang memengaruhi sikap bahasa masyarakat dwibahasawan di Kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut terhadap penggunaan bahasa pertama dan bahasa kedua.

5. model pembinaan yang efektif untuk menumbuhkan sikap bahasa yang positif pada masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut.

E. Manfaat Penelitian

Berkembangnya teknologi dan informasi yang semakin canggih mengakibatkan sikap bahasa masyarakat terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah semakin berkurang. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:

1. Dengan membaca hasil penelitian ini, masyarakat dwibahasawan diharapkan menyadari, memahami dan mengaplikasikan sikap mereka terhadap bahasa


(21)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sunda dan bahasa Indonesia sehingga dapat menggunaakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda sesuai kaidah-kaidah yang berlaku.

2. Bagi para guru atau pendidik, hasil penelitian ini mudah-mudahan menjadi masukan berharga sebagai evaluasi ulang terhadap pentingnya pembelajaran bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Dengan demikian, para guru atau pendidik dapat mengajarkan bagaimana fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia juga bahasa Sunda.

F. Asumsi

Asumsi merupakan teori yang dijadikan dasar dari suatu penelitian. Titik tolak penelitian ini didasarkan pada anggapan dasar sebagai berikut ini.

1. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat mendukung kestabilan kehidupan berbahasa, dalam upaya memperkokoh integrasi bangsa. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat mendorong orang lebih mencintai kedua bahasa tersebut

2. Orang yang menguasai bahasa Indonesia secara aktif akan dapat mengekspresikan pemahaman dan kemampuan dirinya secara runtut, sistematis, logis, dan lugas. Sehingga, mereka akan mampu berkomunikasi dengan baik.

3. Orang yang menguasai bahasa dengan baik akan mampu memahami konsep-konsep, pemikiran, dan pendapat orang lain. Kemampuan ini akan dapat mengembangkan karakter dan kepribadiannya melalui proses berpikir sinergis.

4. Sikap yang positif terhadap suatu (ragam) bahasa sangat memudahkan seseorang di dalam belajar suatu bahasa yang baru maupun bahasa yang sedang dipelajarinya. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia dapat mendukung kestabilan kehidupan berbahasa, dalam upaya memperkokoh integrasi bangsa. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia dapat mendorong orang lebih mencintai bahasa tersebut.


(22)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Data dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tuturan masyarakat kampung Sindang Sari desa Kersamanah kabupaten Garut yang direkam dari hasil observasi, selain data tuturan dan data tertulis, yang dibutuhkan adalah angket yang diisi melalui pengamatan yang berisi pernyataan mengenai sikap bahasa. Data yang direkam akan dibuat korpus data untuk memudahkan pengkajian.

Data yang diperlukan bersumber dari masyarakat yang berada di lingkungan kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten Garut. Alasan melakukan penelitian disana adalah, masyarakat di sana merupakan mayarakat dwibahasawan yang mampu menggunakan dua bahasa malahan ada yang lebih dari dua bahasa. Kampung Sindang Sari ini berada di lingkungan pesantren Darussalam. Oleh karena itu, sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai guru. Di bawah ini data jumlah penduduk pada tiap RT yang tergolong dewasa di kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten Garut.

Tabel 3.1

Data jumlah penduduk Kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten Garut

RT Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan

01 17 9 26

02 7 6 13

03 1 1 2

04 13 12 25 38 28 66

Jumlah keseluruhan masyarakat Sindang Sari desa Kersamanah adalah 66 orang terdiri atas 38 laki-laki dan 28 perempuan. Namun, yang dijadikan sampel hanyalah berjumlah 20 orang yang terdiri atas laki-laki 7 orang dan perempuan 13 orang. Masyarakat yang berprofesi sebagai guru sebanyak 13 orang, petani 2


(23)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang, pedagang bubur 1 orang, penjahit 1 orang, pekerja bangunan 2 orang, dan pembuat peyet 1 orang. Pengambilan sampel ini termasuk ke dalam sampel tipikal, yaitu sampel yang dianggap tipikal atau representatif bagi penelitian.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang telah direncanakan untuk penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Menentukan fokus penelitian.

2. Menentukan paradigma penelitian yang sesuai dengan keadaan lapangan. 3. Menentukan kesesuaian antara paradigma dengan teori yang dikembangkan. 4. Menentukan sumber data yang dapat digali dari subjek yang diteliti.

5. Menentukan tahap-tahap penelitian. 6. Mengembangkan instrumen penelitian.

7. Merencanakan pengumpulan data dan pencatatannya. 8. Rencana analisis data.

9. Rencana mencapai tingkat kepercayaan dan kebenaran penelitian. 10. Merencanakan lokasi dan tempat penelitian.

11. Menghormati etika penelitian.

12. Mempersiapkan laporan penulisan dan penyelesaian penelitian.

C. Metode Penelitian

Penelitian kualitatif menjadi dasar dalam pemilihan metode penelitian, karena pada dasarnya pemilihan metode kualitatif ini menitikberatkan pada gambaran holistik, yaitu gambaran secara rinci tentang apa yang terjadi pada suatu aktivitas berbahasa atau situasi berbahasa. Seperti yang dipaparkan oleh Fraenkel

(2008: 422) yaitu; “ Reseach studies that investigate the quality of relationships,

activities, situations, or materials are frequently referred to as qualitative reseach” (Peneliti yang mengamati kualitas hubungan, aktivitas, situasi, atau materi biasanya mengacu pada penelitian kualitatif). Dalam metode kualitatif ada beberapa teknik penelitian yang digunakan. Teknik yang digunakan dalam


(24)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini adalah teknik deskriptif analitis yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan hasil temuan di lapangan dan memberi solusi atau pemecahan atas masalah yang terdapat dalam pemakaian bahasa Sunda dan bahasa Indonesia oleh masyarakat kampung Sindang Sari kecamatan Kersamanah kabupaten Garut.

D. Definisi Operasioanal

Agar interpretasi rumusan-rumusan dalam penelitian ini sejalan, berikut ini penulis kemukakan beberapa definisi operasional yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut;

1. Sikap merupakan kumpulan dari berpikir, keyakinan dan pengetahuan. Di samping itu sikap memiliki evaluasi positif maupun negatif yang bersifat emosional yang disebabkan oleh komponen afeksi.

2. Sikap bahasa itu berkaitan dengan motivasi belajar suatu bahasa. Pada hakikatnya merupakan kesopanan bereaksi terhadap suatu keadaan. Dengan demikian, sikap bahasa menunjuk pada sikap mental dan sikap perilaku dalam berbahasa.

3. Dwibahasawan adalah mereka yang bukan ekabahasawan, yaitu bukan mereka yang hanya berbahasa satu, namun mereka mempunyai pengetahuan dan keterampilan berbahasa kedua yang berbeda-beda.

E. Instrumen Penelitian

Pengukuran sikap bahasa merupakan suatu hal yang sangat abstrak, oleh karena itu kita harus sangat hati-hati menentukan sikap bahasa seseorang dengan berbahasa dan berdialek. Untuk itu, pengukuran sikap suatu bahasa memerlukan instrumen yang baik. Trandis (dalam Mar’at 1984 : 75) menyatakan bahwa Instrumen yang baik dalam mengukur sikap itu harus memerhatikan hal-hal berikut, yaitu; (1) Verbal statements of affects (pernyataan verbal dan perasaan) (2) Verbal ststements of belief (pernyataan verbal berdasarkan keyakinan) (3) Verbal statements concerning behavior (pernyataan yang berhubungan dengan tingkah laku).


(25)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen yang dibutuhkan untuk menganalisis sikap bahasa masyarakat terhadap bahasa Indonesia adalah melakukan pengisian angket dengan kriteria yaitu berkaitan dengan setia, bangga, dan menghargai bahasa pertama dan bahasa keduanya.

Berdasarkan kriteria instrumen di atas, untuk mengukur sikap penutur suatu bahasa pada aspek setia dan bangga terhadap bahasa yang digunakannya, dapat dilakukan melalui seperangkat pernyataan berupa pendapat tentang objek itu yaitu bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Pernyataan-pernyataan yang di berikan kepada responden terdiri dari lima skala pilihan. lima skala pilihan jawaban responden itu adalah :

A’ B’ C’ D’ E’

Sesuai Netral Tidak Sesuai

Sedangkan, untuk mengukur kesadaran terhadap bahasa Indonesia yang berkaitan dengan Verbal statements concerning behavior (pernyataan yang berhubungan dengan tingkah laku) dilakukan dengan kajian penggunaan bahasa sunda sesuai kaidahnya dan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Adapun format instrumennya sebagai berikut;

Tabel 3.2

Penggunaan Bahasa Sunda Masyarakat Kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten Garut

yang Berprofesi sebagai Guru

No Korpus Data Lemes Kasar Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. Dst.


(26)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik Masyarakat Kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten Garut

N O

Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik Setting and scene Partici pants Ends: purpose and goal Act sequen ces Key: tone or spirit of act Instru mentali ties Norms of interaction and interpretation Genres 1. 2. 3. 4. 5. D st. Tabel 3.4

Penggunaan Bahasa Indonesia yang Benar Masyarakat Kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten Garut

N O

Kesalahan Bahasa Indonesia yang Benar Pembentukan kata Pemilihan kata Penyusunan kalimat Penataan pernalaran 1. 2. 3. 4. 5.


(27)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dst

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui teknik observasi dengan merekam tuturan, wawancara, dan angket. Selengkapnya, ditunjukkan pada tabel 3.5.

Tabel 3.5

Teknik Pengumpulan Data

No. Teknik

Pengumpulan Data Jenis Data Pelaksanaan

1. Observasi Kegiatan berbahasa Sunda, Indonesia, dan bahasa Asing oleh masyarakat

dwibahasawan.

Dilakukan oleh peneliti pada saat pengambilan data

2. Angket Persepsi masyarakat dwibahasawan terhadap penggunaan bahasa Sunda, bahasa Indonesia, dan bahasa Asing.

Dilaksanakan sambil melakukan kegiatan observasi

3. Wawancara Pendapat masyarkat dwibahasawan mengenai bahasa Sunda, bahasa Indonesia, dan bahasa Asing

Dilaksanakan setelah melakukan observasi dan mengisian angket

1. Pedoman Observasi

Teknik observasi yang digunakan adalah Observasi Nonpartisipan (Nonparticipant Observation), yaitu dimana peneliti ikut berperan aktif dalam proses aktivitas yang dilakukan oleh responden. Peneliti mengumpulkan data dengan menyatakan terus terang identitas dan tujuan melakukan penelitian kepada


(28)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa yang akan diteliti. Dalam hal ini, peneliti berperan sebagai Pengamat– partisipan, karena selain menjadi pengamat peneliti ingin memberikan dorongan, arahan, untuk meningkatkan kembali kekurangan yang ada pada diri masyarakat dari permasalahan penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti harus terlibat dalam aktivitas subjek yang diteliti dan terlibat secara langsung dalam setiap kegiatan yang dilakukan subjek.

Observasi yang dilakukan harus terarah, oleh karena itu diperlukan rambu-rambu kerja yang biasa disebut lembar observasi. Pedoman observasi ini berisi kegiatan berbahasa berupa tuturan yang dilakukan oleh masyarakat dwibahasawan. Agar hasil observasi lebih akurat, peneliti merekam tuturan dan mencatat setiap gerak-gerik responden untuk dijadikan data dalam tahapan analisis.

Hal-hal yang diobservasi meliputi aktivitas masyarakat ketika melakukan kegiatan berbahasa, baik di rumah maupun di tempat kerja mereka. Pada lembar observasi kegiatan berbahasa Sunda dan berbahasa Indonesia, aspek yang dicantumkan untuk diamati meliputi (1) penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dalam bertutur; (2) penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dalam menulis; (3) penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dalam menyimak; dan (4) penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dalam membaca.

2. Angket

Teknik angket digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap masyarakat terhadap bahasa pertama dan keduanya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persentase kecenderungan sikap positif dan negatif sikap masyarakat kampung Sindang Sari kecamatan Kersamanah kabupaten Garut. Dalam pengukuran sikap ini menggunakan metode skala yang diungkapkan oleh Edward, yaitu; The Method of Equal-Appearing intervals.

Angket digunakan pula untuk menggali informasi tentang persepsi masyarakat dwibahasawan yang dijadikan sampel terhadap bahasa Sunda dan


(29)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa Indonesia. Hasil angket ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat dwibahasawan terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam pengisian angket ini, masyarakat hanya memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapatnya dari lima alternatif jawaban yang tersedia.

3. PedomanWawancara

Teknik pengumpulan data terakhir yaitu wawancara. Wawancara dilakukan sebagai pelengkap data untuk memeriksa akurasi data, memverikasi data, bahkan menolak data yang diperoleh.

Wawancara ini menyangkut (1) tanggapan terhadap bahasa Sunda dan bahasa Indonesia; (2) motivasi penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia; (3) perasaan terhadap bahasa Sunda dan bahasa Indonesia saat melakukan kegiatan berbahasa.

Teknik pengumpulan data tersebut termasuk ke dalam metode langsung yang digunakan untuk mengukur sikap bahasa. Metode langsung adalah metode yang digunakan dalam pengukuran sikap bahasa dengan mengajukan pertanyaan dalam wawancara atau dengan memberikan kuesioner untuk diisi oleh beberapa responden” (Indrawan 2010; 106).

Setelah data terkumpul, data yang berupa tuturan itu akan dikaji pada segi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk memperoleh pemahaman lebih rinci, peneliti akan mengubah data menjadi kata dari gambaran apa yang telah mereka amati serta merekam kekayaan yang diperoleh. Oleh karena itu peneliti berupaya untuk tidak mengabaikan apapun yang berkaitan dengan aktivitas berbahasa masyarakat kampung Sindang Sari kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut. Bahasa tubuh, gerak tubuh, gambar dinding, lelucon, semuanya direkam.

G. Judgement Instrumen

Dalam melakukan pengkajian mengenai sikap bahasa, penulis meminta bantuan kepada beberapa dosen yang ahli di bidang kajian bahasa dan


(30)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosiolinguistik untuk memberikan penilaian dan pertimbangan terhadap instrumen yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini.

Dosen yang telah membantu penulis dalam memberikan penilaian dan pertimbangan terhadap instrumen adalah dosen yang ahli dalam bidang sosiolinguistik, bahasa, dan psikolinguistik. Mereka berjumlah lima orang.

Teknik pemberian penilaian dan pertimbangan, penulis lakukan dengan cara mempersiapkan lembar penilaian dan pertimbangan. Di dalam lembar penilaian itu disiapkan unsur-unsur berupa pernyataan pada instrumen observasi dan angket, penilaian penggunaan bahasa Sunda sesuai undak usuk, dan penilaian mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bentuk penilaian yang digunakan adalah sangat tepat, tepat, tidak tepat, dan sangat tidak tepat.

Pada judgement instrumen, bentuk instrumen yang digunakan sudah dinilai tepat. Namun, ada beberapa masukan yang harus diperbaiki ataupun ditambah. Peneliti telah melakukan saran dan masukan yang diberikan oleh penilai.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini, akan dianalisis meliputi; langkah pertama identifikasi data kesalahan pada tuturan mayarakat Sindang Sari kecamatan Kersamanah dengan membuat korpus data; kedua mentabulasi jenis kesalahan sesuai dengan kategori kesalahan.

Langkah ketiga mencatat kesalahan dan membuktikan kesalahannya dengan teori yang relevan; langkah selanjutnya menemukan faktor penyebab kesalahan; dan langkah terakhir menyimpulkan hasil analisis data kesalahan yang telah diidentifikasi serta menentukan metode yang efektif untuk melakukan pembinaan terhadap mayarakat kampung Sindang Sari kecamatan Kersamanah kabupaten Garut.

Data yang terkumpul akan diolah dengan menggunakan berbagai teknik, ini semua dikaitkan dengan tiga komponen penilaian sikap positif terhadap bahasa. Pateda (1987: 30) memaparkan “sikap terhadap bahasa ditekankan pada segi tanggung jawab dan penghargaan terhadap bahasa, sedangkan sikap berbahasa


(31)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditekankan pada kesadaran diri sendiri menggunakan bahasa secara tertib”. Jadi, pada tahap pengkajian setia dan bangga terhadap bahasa Indonesia, datanya diperoleh dari angket sedangkan sadar terhadap bahasa Indonesia dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan merekam perilaku mereka dalam menggunakan bahasa Indonesia.

Data yang diperoleh dari angket, akan diolah secara kuantitas. Data akan dianilisis berdasarkan jawaban responden, sehingga di tentukan mean dan standar deviasinya, dan pada akhirnya dapat di tentukan sikap terhadap bahasa Sunda dan bahasa Indonesia masyarakat kampung Sindang Sari kecamatan Kersamanah kabupaten Garut, apakah positif atau negatif.

Sedangkan, data yang diperoleh dari wawancara dan observasi akan diolah dengan menggunakan kajian struktur bahasa dalam bidang morfologi (kata) dan semantik (makna kata), sehingga dapat ditemukan apakah perilaku berbahasa meraka sudah positif atau negatif.

I. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir dari suatu penelitian. Penelitian ini mengkaji sikap berbahasa pada tuturan masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten Garut. Kajian yang dilakukan adalah pada aspek penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau pada struktur bahasa lisan dan konteks pragmatik. Setelah diketahui permasalahan dan bentuk kesalahan yang ada, maka akan dirancang metode pembinaan yang efektif.

Adapun paradigma dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; Bahasa Indonesia

Sikap Bahasa masyarakat Sindang Sari

desa Kersamanah

Kabupaten Garut Bahasa Asing Bahasa Daerah


(32)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kajian Kemampuan

Berbahasa

Kajian Sikap Bahasa Rancangan

Model Pembinaan Sikap Bahasa Positif


(33)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

MODEL PEMBINAAN SIKAP BAHASA

A. Pengembangan Model Pembinaan Sikap Bahasa

1. Ruang Lingkup Model

Mengacu pada hasil analisis pada bab IV, penulis mencoba merancang alternatif sebuah model pembinaan yang diharapkan menjadi sebuah motivasi dan pedoman awal untuk dapat meningkatkan sikap masyarakat Sindang Sari kecamatan Kersamanah Garut terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Satu hal yang perlu penulis sampaikan, karena berbagai pertimbangan penulis hanya mampu mencobakan model pembinaan ini dan belum sempat diujicobakan.

Model pembinaan yang penulis rancang bukanlah model hasil ciptaan sendiri melainkan menginduk pada teori dan model lain. Di sini penulis hanya merancang model dan dikemas sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. Model yang penulis gunakan berdasarkan pada konsep Andragogi.

Dalam implementasi penerapan model pembinaan digunakan konsep andragogi. Model Andragogi ini memang cocok digunakan untuk melakukan pembinaan di lingkungan masyarakat Sindang Sari, karena responden yang akan mengikuti pembinaan itu adalah mereka yang sudah tergolong dewasa. Hal ini selain dapat di lihat dari faktor usia, prilaku dan daya pemikiran mereka sudah termasuk orang dewasa.

Berdasarkan konsep andragogi, ruang lingkup pembinaan mengenai sikap bahasa terhadap masyarakat Sindang Sari dirumusukan sebagai berikut.

a. Membuat perencanaan kegiatan pembinaan.

b. Menyusun materi pembinaan yang dibutuhkan oleh masyarakat Sindang Sari.

c. Menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab masyarakat dan peneliti. d. Menyusun evaluasi kegiatan pembinaan bersama-sama.


(34)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Deskripsi Rancangan Model berdasarkan Konsep Andragogi

Rancangan model berdasarkan konsep andragogi yang mengacu pada model teori belajar Gestalt yang akan dikembangkan dan disusun sesuai dengan urutan komponen-komponen model pembelajaran, diantaranya orientasi model, struktur pengajaran, sistem sosial, sistem penunjang, dampak insrtuksional dan dampak pengiring.

a. Orientasi Model

Model pembinaan berdasarkan konsep andragogi ini dikembangkan merujuk pada teori belajar Gestalt yaitu model intruksi langsung, yang dimana Joyce memaparkan bahwa istilah “instruksi langsung” telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk merujuk pada suatu model pengajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap pembelajar.

Praktik-praktik presentasi yang muncul untuk memfasilitasi pembelajaran mencakup: (1) menyajikan materi dengan langkah-langkah yang singkat sehingga satu point inti pembelajaran bisa dikuasai dalam satu waktu; (2) menyediakan beberapa bahkan beragam contoh mengenai keterampilan atau konsep baru; (3) memeragakan, atau memberikan gambaran naratif, mengenai tugas pembelajaran; (4) menghindari digresi, tetap, dan konsisten pada satu topik, dan (5) menjelaskan kembali poin yang sulit.

Model teori Gestalt ini dirancang dengan memerhatikan konsep andragogi sehingga pembinaan ini dilakukan berdasarkan pembelajaran orang dewasa. Hal ini dilakukan karena pembelajarnya adalah orang dewasa.

b. Struktur Pembelajaran

Model pembinaan berdasarkan konsep andragogi ini dirancang dan dikembangkan dengan mempertimbangkan hasil penelitian pada bab empat penelitian ini, meliputi hasil studi yang berkaitan dengan sikap bahasa dan kemampuan berbahasa masyarakat dwibahasawan. Model pembinaan ini mengacu


(35)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pula pada model belajar dari Simulasi yang dikembangkan oleh seorang ahli, yaitu Richard Wing dalam salah satu pusat layanan regional di New York.

Model yang dilakukan dalam pembinaan sikap bahasa ini dikembangkan dalam empat tahapan, yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Di bawah ini penjelasan secara rinci.

1) Tahap Pertama : Perencanaan

Rencana merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan sebelum kegiatan inti dilaksanakan. Perencanaan yang harus disiapkan dalam model pembinaan sikap bahasa ini adalah menyusun tujuan pembinaan, waktu dan tempat pelaksanaan pembinaan, materi pembinaan, metode pembinaan, dan evaluasi pembinaan serta tindak lanjut.

Model pembinaan yang dilakukan ini adalah mengacu pada konsep andragogi, sehingga secara garis besar pada tahapan perencanaan ini harus dilakukan beberapa kegiatan yaitu, mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, menyusun materi pembinaan, memilih media dan metode pembinaan.

2) Tahap Kedua : Pelaksanaan

Kegiatan pada tahap pelaksanaan adalah kegiatan yang sudah disusun dalam tahap perencanaan. Pembinaan yang dilakukan sesuai dengan rencana mengacu pada rumusah tujuan pembinaan dengan materi yang telah ditentukan dan menggunakan media juga metode yang telah disepakati.

Sehubungan konsep yang dipergunakan dalam pembinaan adalah konsep andragogi, maka prinsip yang digunakan dalam pelaksanaan adalah mengacu pada pembelajaran orang dewasa. Di sini peneliti hanya sebagai rekan diskusi dan tidak ada istilah pengajar ataupun murid. Oleh karena itu, dua prinsip pembelajaran yang sarat dengan muatan andragogi adalah melalui pembinaan keakraban dan proses tukar belajar. Dengan pembinaan keakraban dan tukar belajar diharapkan tujuan pembinaan yang telah dirancang dapat tercapai sesuai harapan.

3) Tahap Ketiga : Evaluasi

Kegiatan apapun yang dilakukan seyogyanya membuahkan hasil yang berdampak pada perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan warga belajar.


(36)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model yang dikembangkan dalam pembinaan sikap bahasa ini dilakukan atas dasar kepentingan sumber belajar atau dalam hal ini adalah masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah Garut.

Evaluasi merupakan upaya mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data mengenai program pembinaan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan. Pada tahap ketiga ini dapat diketahui berhasil atau tidaknya kegiatan pembinaan ini. evaluasi yang dilakukan hanyalah berupa pendapat dan tanggapan yang diberikan oleh warga belajar mengenai pelaksanaan pembinaan yang telah direncanakan bersama-sama. Apabila masyarakat senang dan motivasinya meningkat, maka dapat dikatakan bahwa pembinaan ini sangat efektif, namun bila sebaliknya maka pembinaan ini tidak efektif untuk dilakukan. Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi program, dimana evaluasi program ini bertujuan untuk menentukan (menilai) efektivitas program yang dilakukan, sedangkan evaluasi proses bertujuan untuk menilai proses interaksi yang terjadi dalam pembelajaran.

Kriteria keberhasilan sebuah kegiatan yang telah disusun bersama-sama, yaitu:

1) Sekurang-kurangnya 75% warga dan sumber belajar merasakan memudahan, merasakan senang, dan memiliki kemauan tinggi untuk saling membelajarkan.

2) Kegiatan pembelajaran dapat menumbuhkan minat warga dan sumber belajar untuk mengembangkan kegiatan yang telah diikutinya.

3) Selama proses pembelajaran, tidak ada warga atau sumber belajar yang mengundurkan diri karena alasan tidak sesuai dengan kebutuhannya atau tidak senang karena kegiatan pembelajarannya.

Model berdasarkan konsep andragogi ini dikatakan efektif apabila evaluasi program dan prosesnya memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Mulyana. Apabila hasil pembinaan pada evaluasi program dan evaluasi proses tidak sesuai dengan keriteria, maka model pembinaan berdasarkan konsep andragogi ini kurnag efektif dilakukan untuk menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesia di lingkungan masyarakat Sindang Sari Desa Kersamanah Garut tahun 2013.


(37)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 5.1

Tahap-Tahap Model Pembinaan berdasarkan Konsep Andragogi

No. Tahap Kegiatan Aktivitas

1. Perencanaan 1. Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar

a. Merumuskan tujuan pembinaan sikap bahasa b. Menentukan waktu dan tempat pembinaan c. Membahas harapan dari pembinaan sikap

bahasa

2. Merumuskan Materi Belajar a. Menyusun tujuan pembinaan b. Menyusun pokok-pokok materi ajar c. Menyusun uraian materi ajar

d. Menyusun indikator keberhasilan

3. Merumuskan Media dan Metode Pembinaan a. Menentukan media pembinaan

b. Menentukan metode pembinaan 2. Pelaksanaan 1. Pembinaan Keakraban (Apersepsi)

a. Memperkenalkan diri (peneliti dan masyarakat)

b. Tegur sapa

c. Berbagi pengalaman mengenai penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia

2. Kegiatan Inti Pembinaan

a. Pembagian kelompok sesuai pekerjaan b. Mengidentifikasi sebuah permasalahan

mengenai bahasa Sunda dan bahasa Indonesia c. Mendiskusikan permasalahan mengenai

bahasa Sunda dan bahasa Indonesia

d. Mencari solusi dari permasalahan mengenai penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia

3. Menyimpulkan hasil diskusi.

3. Evaluasi 1. Tanggapan dan pendapat warga belajar mengenai pelaksanaan pembinaan sikap bahasa Sunda dan


(38)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bahasa Indonesia.

2. Merumuskan tindak lanjut pelaksanaan pembinaan secara khusus.

c. Sistem Sosial

Sistem sosial dalam model pembinaan berdasarkan konsep andragogi ini benar-benar terstruktur. Dalam hubungannya dengan pembelajar peran pengajar adalah sebagai fasilitator. Sistem ini berlandaskan proses demokrasi dan keputusan kelompok, dengan struktur eksternal yang rendah. Sistem sosial ini bersifat kooperatif, pembelajar dan pengajar bekerja sebagai satu tim dalam membentuk materi baru dengan berkomitmen untuk mengingat dan mengembangkannya.

Sasaran utama model ini berupa pengembangan keterampilan menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia sesuai fungsinya. Dengan kata lain, model ini berorientasi pada pendekatan keterampilan proses. Penekanan model ini diarahkan pada bagaimana masyarakat dwibahasawan membina didrinya untuk menghargai bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, model ini berusaha membantu masyarakat dwibahasawan untuk meningkatkan dan mempertahankan bahasa yang digunakannya baik bahasa Sunda maupun bahasa Indonesia.

d. Sistem Penunjang

Dalam pelaksanaan model berdasarkan konsep andragogi dibutuhkan beberapa sarana dan prasarana sebagai media pembinaan. Hal ini dilakukan untuk memotivasi pembelajar agar tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembinaan. Media yang dibutuhkan dalam pelaksanaan model ini adalah proyektor LCD, teks wacana mengenai cara pembuatan kue, buku panduan mengenai penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, dan peralatan pembuatan kue.


(39)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring

Model berdasarkan konsep andragogi ini mengarah pada bimbingan dan pemberian respons balik secara langsung. Model ini mendekati materi pembinaan yang dihubungkan dengan keadaan masyarakat tempat responden tinggal. Rancangannya dibentuk untuk meningkatkan dan memelihara motivasi melalui aktivitas mengandalkan diri sendiri dan menguatkan materi-materi yang telah dipelajari. Melalui kesuksesan dan respons balik positif, model ini mencoba memperkaya pengahargaan diri masyarakat dwibahasawan.

Dampak intruksional yang bisa tercapai melalui model pembinaan berdasarkan konsep andragogi ini adalah (1) meningkatkan motivasi masyarakat dwibahawan dalam menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia sesuai dengan fungsinya; (2) meningkatkan kemampuan berbahasa Sunda dan berbahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang berlaku; (3) meningkatkan sikap berbahasa yang positif terhadap bahasa Sunda dan bahasa Indonesia.

Selain dampak intruksional terdapat pula dampak pengiring dari model pembinaan sikap bahasa masyarakat dwibahasawan ini, yaitu (1) menumbuhkan kesetiaan terhadap bahasa Sunda dan bahasa Indonesia; (2) menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa Sunda dan bahasa Indonesia; (3) menumbuhkan kesadaran saat menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Dampak pengiring yang berkaitan dengan kelangsungan hidup mereka diantaranya (1) meningkatkan cara mengajar yang baik bagi mereka yang berprofesi sebagai guru; (2) meningkatkan kelangsungan hidup dengan berwirausaha.

f. Satuan Acara Pembinaan

Model yang telah dirancang berdasarkan konsep andragogi di atas kemudian dijabarkan ke dalam satuan acara pembinaan. Satuan acara pembinaan ini terdiri atas dua komptensi dasar, yaitu: (1) memahami dan menggunakan bahasa Sunda sesuai dengan kaidah undak-usuk bahasa Sunda: (2) memahami dan menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.


(40)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Satuan acara pembinaan dilaksanakan di lingkungan masyatakat bukanlah di lingkungan pendidikan, oleh karena itu konsepnya tidak mengacu pada SAP yang digunakan di lingkungan pendidikan. Satuan acara pembinaan ini terdiri atas komponen kompetensi dasar, indikator, metode pembinaan, media, sumber acuan, langkah-langkah pembinaan, dan evaluasi pembinaan. Untuk lebih jelasnya, susunan satuan pembinaan terhadap sikap bahasa berdasarkan konsep andragogi tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Satuan Acara Pembinaan 1

SATUAN ACARA PEMBINAAN

MODEL BERDASARKAN KONSEP ANDRAGOGI

I. Kompetensi Dasar

memahami dan menggunakan bahasa Sunda sesuai dengan kaidah undak-usuk bahasa Sunda.

II. Indikator

1) Memahami kosa kata bahasa Sunda sesuai undak-usuk bahasa Sunda. 2) Mampu menggunakan bahasa Sunda dengan memperhatikan kaidah

undak usuk bahasa Sunda.

III. Langkah-Langkah Pembinaan

 Kegiatan Awal

1. Menanyakan kabar hari ini (tegur sapa) 2. Apersepsi

3. Mengkondisikan situasi pembinaan yang kondusif  Kegiatan Inti

1. Masyarakat Dwibahasawan dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai pekerjaan.


(41)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Masyarakat dwibahasawan membaca contoh karangan Narasi, Deskripsi, Eksposisi, dan Argumentasi.

3. Mayarakat dwibahasawan berdiskusi mengenai perbedaan setiap karangan. (dengan menggunakan bahasa Sunda)

4. Masyarakat dwibahasawan membuat karangan Narasi, Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, dan Persuasi. (dengan menggunakan bahasa Sunda).

 Kegiatan Akhir

1. bersama-sama dengan masyarakat dwibahasawan membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

2. melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

3. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran mandiri. 5. menyampaikan rencana pembinaan pada pertemuan berikutnya.

IV. Metode Pembinaan

1) Tanya jawab 2) Diskusi 3) Sugestopedia 4) Resitasi

V. Media Pembinaan

1) Teks wacana

2) Proyektor LCD

VI. Alat Evaluasi

1) Peningkatan motivasi masyarakat

2) Pendapan dan tanggapan dari perserta pembinaan


(42)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Satuan Acara Pembinaan 2

SATUAN ACARA PEMBINAAN

MODEL BERDASARKAN KONSEP ANDRAGOGI

I. Kompetensi Dasar

memahami dan menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

II. Indikator

1) Memahami kosa kata bahasa Indonesia sesuai kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2) Mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan memperhatikan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

III. Langkah-Langkah Pembinaan

 Kegiatan Awal

1. Menanyakan kabar hari ini (tegur sapa) 2. Apersepsi

3. Mengkondisikan situasi pembinaan yang kondusif  Kegiatan Inti

1. Masyarakat Dwibahasawan dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai pekerjaan.

2. Masyarakat dwibahasawan membaca contoh karangan Narasi, Deskripsi, Eksposisi, dan Argumentasi.

3. Mayarakat dwibahasawan berdiskusi mengenai perbedaan setiap karangan. (dengan menggunakan bahasa Indonesia)

4. Masyarakat dwibahasawan membuat karangan Narasi, Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, dan Persuasi. (dengan menggunakan bahasa Indonesia).


(43)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. bersama-sama dengan masyarakat dwibahasawan membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

2. melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

3. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; 4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

mandiri.

5. menyampaikan rencana pembinaan pada pertemuan berikutnya.

IV. Metode Pembinaan

1) Tanya jawab 2) Diskusi 3) Sugestopedia 4) Resitasi

V. Media Pembinaan

1) Teks wacana 2) Proyektor LCD

VI. Alat Evaluasi

1) Peningkatan motivasi masyarakat

2) Pendapan dan tanggapan dari perserta pembinaan

B. Implementasi Model berdasarkan Konsep Andragogi

Mengubah sikap seseorang maupun sikap diri kita sendiri memang begitu sulit. Ada pribahasa yang mengatakan “bahwa sikap seseorang sulit diubah, tidak semudah membalikkan telapak tangan”.

Dari hasil analisis pada bab IV, diketahui bahwa sikap masyarakat Sindang Sari desa Kersamanah Garut terhadap bahasa ibu dan bahasa keduanya tergolong negarif. Hal ini diakibatkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi


(44)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lingkungan mereka. Diantaranya tuntutan perkerjaan, berada dalam lingkungan pesantren, ketidaktahuan mereka terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar.

Model dalam pembinaan sikap bahasa ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu sosialisasi, pelaksanaan, dan evaluasi. Menyikapi kondisi di atas, maka penulis mencoba menyusun prosedur rencana pelaksanaan pembinaan pada aspek pengetahuan berbahasanya, karena ketidaktahuan mereka mengenai penggunaan bahasa yang baik dan benar menajdi faktor utama. Pembinaan ini dilaksanakan selama 1 minggu, dua hari sosialisasi, empat hari pelaksanaan pembinaan, dan 1 hari evaluasi. Di bawah ini jadwal kegiatan secara rinci.

Tabel 5.1

Jadwal Pelaksanaan Pembinaan

No Waktu Kegiatan Materi Keterangan

1. 27 April 2013 Perencanaan Pengarahan dan Perencanaan pelaksanaan pembinaan

Terlaksana

2. 28 April 2013 Perencanaan Pengarahan dan Perencanaan pelaksanaan pembinaan

Terlaksana

3. 06 Mei 2013 Pembinaan Jenis Wacana Terlaksana 4. 07 Mei 2013 Pembinaan Jenis Wacana Terlaksana 5. 08 Mei 2013 Pembinaan Metode Pembelajaran Terlaksana 6. 09 Mei 2013 Pembinaan Metode Pembelajaran Terlaksana 7. 23 Juni 2013 Pembinaan Sikap terhadap bahasa

Sunda

Terlaksana

8. 24 Juni 2013 Pembinaan Sikap terhadap bahasa Indonesia


(45)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9. 24 Juni 2013 Evaluasi Tindak Lanjut Terlaksana

1. Kegiatan Perencanaan

Pada kegiatan perencanaan yang dilaksanakan dua hari ini, penulis melakukan pendekatan dan silaturahmi kepada masyarakat Sindang Sari yang berprofesi sebagai guru, baik guru PAUD, RA, Diniyah, maupun pesantren dan masyarakat yang berprofesi lain. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan untuk membujuk mereka agar berminat mengikuti kegiatan pembinaan, selain itu tentunya untuk menumbuhkan rasa keakraban antara penulis dan masyarakat setempat.

Saat melaksanakan kegiatan perencanaan, ada beberapa kendala yang penulis temui, diantaranya mengenai waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan nanti. Banyak masyarakat yang tidak bisa menyempatkan waktu untuk datang karena alasan pekerjaan, apalagi masyarakat yang berprofesi sebagai guru pesantren. Oleh karena itu, penulis hanya mengambil sampel guru Paud, RA, Diniyah dan ibu-ibu yang berprofesi sebagai petani, penjahit, dan pedagang bubur, yang diamana responden yang bersedia itu semuanya adalah kaum wanita.

Kegiatan perencanaan ini diantaranya, menyampaikan tujuan pelaksanaan pembinaan, mencari tahu bahan untuk dijadikan meteri yang mereka butuhkan, merencanakan waktu pelaksanaan pembinaan, menentukan tempat pelaksanaan pembinaan, metode dan media pembelajaran, serta tolok ukur yang dijadikan acuan dalam melakukan evaluasi.

a. Kegiatan Pembinaan

Waktu pelaksanaan pembinaan telah disepakati pada kegiatan sosialisai. Sesuai dengan hasil survei awal, masyarakat yang datang hanya berjumlah 15 orang pada hari pertama, 10 orang pada hari kedua, dan 13 orang pada hari ketiga, hari terakhir berjumlah 14 orang. Sedangkan, pembinaan kedua dihadiri oleh sepuluh orang.


(1)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa Sunda yang halus atau sesuai undak usuk bahasa Sunda, dan ketiga adalah lingkungan mereka berada pada lingkungan pesantren.

5. Model pembinaan yang efektif untuk menumbuhkan sikap bahasa yang positif pada masyarakat dwibahasawan di Kampung Sindang Sari Desa Kersamanah Kabupaten Garut yang berprofesi sebagai guru tahun 2013 adalah model yang dikemas berdasarkan konsep andragogi. Pembinaan dengan menggunakan model berdasarkan konsep andragogi ini mempunyai daya tarik sehingga menimbulkan respons yang positif dari masyarakat. Walaupun pembinaan ini tidak mengubah sikap negatif masyarakat menjadi sikap yang positif terhadap bahasanya. Di akhir evaluasi pada kegiatan pembinaan, masyarakat yang mengikuti pembinaan meminta peneliti untuk mengajarkan mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena beberapa kendala, peneliti tidak memenuhinya namun peneliti berjanji saat tugas penelitian ini selesai, peneliti akan menyediakan waktu untuk menindaklanjuti kegiatan pembinaan ini sesuai dengan harapan.

B. Saran

Pada akhir penelitian ini berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian teori, peneliti mengajukan beberapa saran yang bertemali dengan sikap bahasa pada masyarakat dwibahasawan. Saran-saran ini peneliti tujukan bagi masyarakat dwibahasawan khususnya yang berprofesi sebagai guru, pimpinan, staf pengelola pesantren, dan para peneliti.

Masyarakat dwibahasawan khusunya yang berprofesi sebagai guru, hendaknya mampu menggunakan bahasa yang dikuasainya sesuai dengan fungsinya saat melakukan kontak bahasa dan memerhatikan kaidah bahasa yang berlaku, hal ini untuk menumbuhkan sikap positif trehadap bahasa yang mereka gunakan baik bahasa pertamanya maupun bahasa keduanya. Penggunaan bahasa sesuai fungsinya harus dilakukan agar bahasa pertama tidak terlupakan dan bahasa keduanya tetap berkembang.


(2)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Saran kedua ditujukan kepada pimpinan dan staf pengelola pesantren khususnya yang berada di lingkungan masyarakat Sindang Sari, yaitu sebaiknya pimpinan dan pengelola mengkaji kembali mengenai kurikulum yang digunakan di lingkungan pesantren. Bahasa Sunda yang tidak dimasukkan dalam kurikulum lebih baik dimasukkan dalam mata pelajaran karena bagaimanapun pesantren itu berada di daerah tataran sunda. Hal ini dimaksudkan agar bahasa Sunda tidak musnah dan santri-santri disana mengenal penggunaan kaidah bahasa Sunda sesuai undak usuk bahasa Sunda. Selain itu, karena santri yang berada di pondok pesantren bukan hanya dari daerah Sunda (Jawa, Medan, dan luar negeri), maka dengan adanya mata pelajaran bahasa Sunda dapat mengembangkan dan memperkenalkan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Jawa Barat.

Bahasa Indonesia, hendaknya ditambah jam pelajarannya dan bahasa pengantar untuk di lingkungan pesantren menggunakan bahasa Indonesia bukan bahasa Arab, karena ternyata di lingkungan pesantren dalam kurikulumnya bahasa Indonesia hanya mendapat jatah satu jam pelajaran. Kurikulum yang digunakan menginduk kepada kurikulum pesantren Gontor bukan kepada DEPAG atau dinas. Hal ini agar menumbuhkan sikap nasionalisme terhadap bahasa Indonesai karena bagaimanapun pesantren Darussalam ini berada di bagian wailayah Indonesia dan sebagian besar penghuninya adalah masyarakat Indonesia.

Para peneliti hendaknya banyak melakukan penelitian mengenai sikap bahasa seseorang agar penggunaan bahasa di seluruh Indonesia dapat terkontrol. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, para peneliti lain dapat meneliti kembali mengenai permasalahan yang relevan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini masih banyak hal-hal yang harus ditindaklanjuti dan dilengkapi kembali dengan melakukan penelitian.

Penelitian yang dapat dilakukan bukan hanya bahasa Sunda, bahasa daerah lainpun harus terus dipertahankan oleh para penuturnya. Jangan sampai bahasa daerah dianggap lebih rendah dibandingkan bahasa asing yang masuk di Indonesia. Apabila hal itu terjadi, maka ada kemungkinan bahasa daerah menjadi punah dan kebudayaan yang dimiliki Indonesia lambat laut akan hilang. Dengan


(3)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan penelitian setidaknya kita membantu masyarakat yang tidak mengecam pendidikan tinggi untuk menerangkan bagaimana pentingnya bahasa daerah dan bahasa Indonesia dan membantu mereka mengajarkan bagaimana bahasa yang baik dan benar itu. Urusan bahasa bukan urusan orang yang pakar bahasa saja, melainkan urusan semua penutur yang menggunakan bahasa itu.


(4)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agus, S., dkk. (2004). Psikologi Kepribadian. Jakarta; Bumi Aksara.

Aslinda, & Leni S. (2007). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung; Refika Aditama. Aziz, A. (2012). Budaya Inti, Sikap Bahasa, Dan Pembangunan Karakter

Bangsa: Kasus Penutur Empat Bahasa Daerah Di Indonesia.

http://aminudin.staf.upi.edu/2012/02/17/budaya-inti-sikap-bahasa-dan- pembangunan-karakter-bangsa-kasus-penutur-empat-bahasa-daerah-di-indonesia/#more-13. 28 April 2013.

Chaer, A.,& Leoni,A.. (2004). Sosiolinguistik Pengantar Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Brown, H., Douglas. (2001) (edisi ke-2) Teaching By Principles An Interactive Approach to Language Pedagogy. University Francisco.

Danadibrata. (2006). Kamus Basa Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Danim, S. (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Hautagogi. Bandung; Alfabeta. Darheni, N. (2008). “Penggunaan Ragam Bahasa Indonesia Lisan dan Sikap

Bahasa Indonesia/ Jawa/ Cina Penutur Cindowa di kecamatan Losari kabupaten Cirebon Jawabarat. Tesis (tidak dipublikasikan). UPI Bandung. Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Penerbit Balai

Pustaka.

Finger,M. & Asun. (2004). Qua Vadis Pendidikan Orang Dewasa. Yogyakarta: Pustaka Kendi.

Fraenkel, J. & Norman W. (2008). How To Design And Evaluate Reseach In Education. San Fransisco state University.

Hadi, A., dkk. (2011). Peperenian; Kandaga, Unak- Anik, Tutungkusan jeung Rusiah Basa Sunda. Bandung: Geger Sunten.

Halim, A. (1978). Sikap Bahasa dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Bahasa Nasional”. Pengajaran Bahasa dan Sastra Th.IV, No. 6:11-26.

Indrawan, I. (2010). Sosiolinguistics: Study of Societies’ Languages. Yogyakarta; Graha Ilmu.


(5)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Iskandarwassid & Dadang S. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Joyce, B. & Marsha. (1986). Models of teaching new jersey: Practice Hall inc, England cliffs.

Joyce, B. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (BBLNLK). Jakarta; Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Keraf, G. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Florest; Nusa Indah.

Khairrurazil. (2008). Sikap Bahasa Siswa SMU 5 Banda Aceh. http://fajarharapan.org/index.php/karya-ilmiah/karya-ilmiah-guru/16-sikap-siswa-smu-negeri-banda-aceh-terhadap-bahasa-indonesia-dan-bahasa-daerah. 05 Maret 2013.

Kridalaksana, H. (1985). Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah.

Mar’at. (1984). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Bandung;

Ghalia Indonesia.

Mulyana, E. (2008). Model Tukar Belajar (Learning Exchange) dalam Perspektif Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Bandung: Alfabeta.

Muslich, M. (2010). Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung; PT Repika Aditama.

Nasrullah, Dadan. (2013). Undak-Usuk Bahasa Sunda. http://angade.my.id/pengertian-undak-usuk-bahasa-sunda/. 20 April 2013. Nugraha. (2012). Ngamumule Basa Sunda. Bandung: Yrama Widya.

Pateda, M. (1987). Sosiolinguistik. Bandung; Angkasa.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran “Mengembangkan Profesionalisme Guru”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rusyana, Y. (1989). Perihal Kedwibahasaan. Jakarta: Depdikbud. Sarwono, S. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta; Raja Grafindo. Sudaryat, Y, dkk. (2007). Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya.


(6)

Ari Kartini , 2013

Sikap Bahasa Dan Kemampuan Berbahasa Masyarakat DwiBahasawan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suhardi, B. (1996). Sikap Bahasa. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Suherman. (2003). “Kajian Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Soal Ujian Akhir

Sekolah Dasar”. Tesis (tidak dipublikasikan). UPI Bandung.

Syamsuddin, A. (2002). Psikologi Kependidikan. Bandung; Rosdakarya. Syamsudin. (2007). Modul Struktur Bahasa Indonesia. UPI Bandung. Tarigan, H.G.. (1988). Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung; Angkasa.

Tarigan. (1995). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-undang RI no. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, Lagu Kebangsaan (BBNLNLK).

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Zaenal, E.A. & Amran, T. (2006). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta; CV Akademika Pressindo.

Zaenal, E.A. & Farid. (2009). 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta; CV Akademika Pressindo.


Dokumen yang terkait

Kearifan Lokal Kesantunan Berbahasa Pada Masyarakat Pasisi Barus

0 17 14

Kearifan Lokal Kesantunan Berbahasa Pada Masyarakat Pasisi Barus

1 83 143

Iklan Layanan Masyarakat Hemat Listrik P.T PLN Dan Sikap Masyarakat (Studi Deskriptif pada Masyarakat di Kecamatan Medan Baru)

2 55 99

Kebutuhan dan perilaku akan perawatan penyakit periodontal pada masyarakat umur 15-65 tahun di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, Tahun 2010

1 61 60

Sikap Berbahasa Masyarakat Batak Simalungun di Desa Tonduhan Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun: Kajian Sosiolingistik

6 57 74

KAJIAN TENTANG KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN: Studi Deskriptif Analitis Pada Masyarakat Desa Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 2 45

KAJIAN ANALITIS TENTANG KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI BANGUNAN/PBB :Studi Deskriptif Terhadap Masyarakat Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

0 1 50

MENELUSURI KEMAMPUAN MENULIS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DWIBAHASAWAN : Studi Analitis Deskriptif terhadap Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS IKIP Bandung Tahun 1994/1S95.

0 46 208

KAJIAN PEMAKAIAN KODE BAHASA MASYARAKAT DWIBAHASAWAN DI PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS DAN ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARANYA YANG BERBASIS MULTIKULTURAL.

1 9 61

DAMPAK PROGRAM AKSI DESA MANDIRI PANGAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT (Survey Pada Anggota Kelompok Afinitas Desa Mandiri Pangan Di Desa Girijaya Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut).

0 1 1