Kebutuhan dan perilaku akan perawatan penyakit periodontal pada masyarakat umur 15-65 tahun di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, Tahun 2010

(1)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/

Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2010

Josevina L. Silalahi

Kebutuhan dan perilaku akan perawatan penyakit periodontal pada masyarakat umur 15-65 tahun di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, Tahun 2010.

xi + 39 halaman

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Perilaku (mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan) tentang menyikat gigi dan pergi ke dokter gigi dapat berpengaruh terhadap status penyakit periodontal seseorang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kebutuhan dan perilaku terhadap perawatan penyakit periodontal pada masyarakat.

Desain penelitian adalah survei deskriptif dengan jumlah sampel 260 orang, dari 3 wilayah desa di Kecamatan Pangururan yang dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan indeks CPITN dan wawancara yang dibantu kuesioner.


(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden membutuhkan perawatan penyakit periodontal. Berdasarkan CPITN rata-rata 5,2 sektan membutuhkan skeling profesional, 0,1 sektan membutuhkan perawatan komprehensif dan 0,3 sektan hanya dengan instruksi perbaikan oral hygiene. Keparahan dan kebutuhan perawatan penyakit periodontal sejalan dengan bertambahnya umur.

Kebanyakan responden sudah mengetahui tentang penyebab, pencegahan dan tindakan yang harus dilakukan ketika mengalami gusi berdarah, karang gigi dan gigi goyang, tetapi perilakunya tidak pergi ke dokter gigi. Masih ada yang mengobati secara tradisional dengan menggosokkan campuran jeruk nipis dan gula merah ke permukaan yang berdarah dan ada juga responden mengobati dengan vitamin C oleh karena merasa gusi berdarah tidak berbahaya. Responden tidak berobat ke puskesmas oleh karena mahal dan juga jarak yang jauh, sehingga lebih memilih ke dukun gigi dan menganggap karang gigi tidak sakit dan bisa dicongkel sendiri. Demikian juga dengan perilaku menyikat gigi pada frekuensi dan waktu yang tidak tepat.


(3)

KEBUTUHAN DAN PERILAKU AKAN PERAWATAN

PENYAKIT PERIODONTAL PADA MASYARAKAT

UMUR 15-65 TAHUN DI KEC. PANGURURAN,

SAMOSIR TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH :

JOSEVINA L. SILALAHI NIM : 060600131

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT/

ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 28 Juli 2010

Pembimbing: Tanda Tangan

Simson Damanik, drg., M.Kes NIP : 19501013 198203 1 001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 28 Juli 2010

TIM PENGUJI KETUA : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM SEKRETARIS : Gema Nazri Yanti, drg


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus yang telah memberikan kasih karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof.H.Nazruddin,C.Ort.,drg.,Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

2. Simson Damanik, drg., M. Kes selaku Pembimbing Skripsi, yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

3. Yendriwati, drg., M. Kes selaku dosen pembimbing akademik, atas waktu dan bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan.

4. Prof. Lina Natamiharja, drg.,SKM, Gema Nazri Yanti, drg selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi ini dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi


(7)

Pencegahan/Kesehatan Gigi Mayarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Kepala Dinas Kesehatan Samosir dan Pemerintah di Kec. Pangururan yang telah memberikan izin untuk dapat melakukan penelitian di Kec. Pangururan.

Ucapan terima kasih yang teristimewa penulis sampaikan kepada ayahanda Alm. M. Silalahi dan ibunda N. P. Sihotang, Abang dan kakak saya tercinta, Abang Judika, Abang Sahala, Kakak Ulida, Kakak Imelda, Kakak Triana, Kakak Valeria, Kakak Elida, Kakak Vera, serta keponakan-keponakan penulis, atas segala perhatian, dukungan dan penghiburan yang selalu ada.

Sahabat saya Ellissa Wijaya, Sinar, Vina, Novita, Eva, Imme, Lusiana, Sufeni, Eltica, Vivi, Dewi, Fanida, Indah, Jilly, Billy, Alland, Ros Diana, Lastiur dan Rosfianita yang telah menjadi sahabat dalam menjalani suka duka selama kuliah, dan untuk segala doa dan dukungannya.

Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Mayarakat Fakultas Kedokteran Gigi, Wirna, Nila, Kiky, Devi, Dewi Simorangkir, Haqqy, Albert, Teresia, Chandra serta teman-teman Angkatan 2006 dan semua mahasiswa/i FKG USU, yang telah menjadi partner selama menjalani kuliah.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Semoga skripsi dapat memberikan


(8)

sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, Juli 2010 Penulis,

(Josevina L. Silalahi) NIM : 060600131


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 ... Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Periodontal ... 5

2.2 Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan ... 11

2.2.1 Batasan perilaku ... 11

2.2.2 Perilaku kesehatan ... 12

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Rancangan ... 18

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

3.3 Variabel penelitian ... 19

3.4 Defenisi operasional ... 20

3.5 Pengumpulan Data ... 21


(10)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden ... 22

4.2 Kebutuhan Penyakit Periodontal ... 22

4.3 Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Periodontal ... 25

4.4 Sikap Responden Tentang Penyakit Periodontal ... 28

4.5 Tindakan Responden Tentang Penyakit Periodontal ... 31

BAB 5 PEMBAHASAN ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 36

6.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 ... P ersentase Distribusi Masyarakat Yang Berumur 15-65 Tahun

Di Kec. Pangururan, Tahun 2010 (n=240) ... 22

2 ... P ersentase Distribusi Skor Tertinggi Penyakit Periodontal dan Skor Kebutuhan Perawatan Penyakit Periodontal Responden

Menurut Kelompok Umur ... 23

3 ... J umlah Sektan Rata-Rata Skor CPITN Menurut Kelompok

Umur ... 24

4 ... P ersentase Distribusi Skor Tertinggi Penyakit Periodontal dan

Skor Kebutuhan Perawatan Penyakit Periodontal ... 24

5 ... J

umlah Sektan Rata-Rata Skor CPITN... 25

6 ... P ersentase Distribusi Pengetahuan Pengetahuan Tentang

Penyakit Periodontal Responden ... 27

7 ... P ersentase Distribusi Sikap Tentang Penyakit Periodontal

responden ... 30

8 ... P ersentase Distribusi Tindakan Pencegahan Penyakit


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Pemberian skor status periodontal. A : gusi berdarah; B :


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner mengenai kebutuhan dan perilaku tentang perawatan penyakit periodontal pada masyarakat umur 15-64 tahun di Kec. Pangururan, Samosir tahun 2010

2. Surat ijin persetujuan pelaksanaan penelitian oleh Komisi Etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

3. Surat keterangan telah melakukan penelitian di Desa Pardomuan I 4. Surat keterangan telah melakukan penelitian di Desa Hutanamora 5. Surat keterangan telah melakukan penelitian di Desa Rianiate


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/

Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2010

Josevina L. Silalahi

Kebutuhan dan perilaku akan perawatan penyakit periodontal pada masyarakat umur 15-65 tahun di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, Tahun 2010.

xi + 39 halaman

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Perilaku (mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan) tentang menyikat gigi dan pergi ke dokter gigi dapat berpengaruh terhadap status penyakit periodontal seseorang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kebutuhan dan perilaku terhadap perawatan penyakit periodontal pada masyarakat.

Desain penelitian adalah survei deskriptif dengan jumlah sampel 260 orang, dari 3 wilayah desa di Kecamatan Pangururan yang dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan indeks CPITN dan wawancara yang dibantu kuesioner.


(15)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden membutuhkan perawatan penyakit periodontal. Berdasarkan CPITN rata-rata 5,2 sektan membutuhkan skeling profesional, 0,1 sektan membutuhkan perawatan komprehensif dan 0,3 sektan hanya dengan instruksi perbaikan oral hygiene. Keparahan dan kebutuhan perawatan penyakit periodontal sejalan dengan bertambahnya umur.

Kebanyakan responden sudah mengetahui tentang penyebab, pencegahan dan tindakan yang harus dilakukan ketika mengalami gusi berdarah, karang gigi dan gigi goyang, tetapi perilakunya tidak pergi ke dokter gigi. Masih ada yang mengobati secara tradisional dengan menggosokkan campuran jeruk nipis dan gula merah ke permukaan yang berdarah dan ada juga responden mengobati dengan vitamin C oleh karena merasa gusi berdarah tidak berbahaya. Responden tidak berobat ke puskesmas oleh karena mahal dan juga jarak yang jauh, sehingga lebih memilih ke dukun gigi dan menganggap karang gigi tidak sakit dan bisa dicongkel sendiri. Demikian juga dengan perilaku menyikat gigi pada frekuensi dan waktu yang tidak tepat.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat ke empat penyakit termahal dalam pengobatan (The World Oral Health Report, 2003). Ada dua penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi cukup tinggi di Indonesia yaitu karies dan penyakit periodontal.1 Situmorang N melaporkan prevalensi penyakit periodontal sebesar 96,58% penduduk pada seluruh kelompok umur usia produktif di dua kecamatan kota Medan pada tahun 2004.2 Prevalensi penyakit periodontal adalah 100% pada populasi penduduk Indonesia yang berumur antara 22-32 tahun di PTP XIII, sebuah perkebunan teh di Jawa Barat.3

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan bakteri dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi


(17)

bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit pada gusi. Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur. Periodontitis menunjukkan peradangan sudah sampai ke jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif dan irreversible dan biasanya dijumpai pada usia 30-40 tahun.5

Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi dan keparahan penyakit periodontal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, faktor lokal rongga mulut dan faktor sistemik.4 Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal sejalan dengan bertambahnya umur.1,2,11 Menurut penelitian Nurmala, bila dilihat berdasarkan umur skor penyakit periodontal tertinggi (terparah) adalah pada usia 45-65 tahun (18,75%), sedangkan skor penyakit periodontal yang paling rendah adalah usia 25-34 tahun (6,12%).2

Perilaku tentunya juga dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang. Perilaku dapat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku menyikat gigi yang baik tentu dapat mengendalikan salah satu faktor dalam proses terjadinya karies dan penyakit periodontal yaitu plak.8

Community periodontal index of treatment needs (CPITN) digunakan pada tahun 1978 oleh WHO dan FDI sebagai indeks untuk survei epidemiologi. CPITN telah digunakan untuk menilai kondisi periodontal dari suatu kelompok dan subpopulasi pada sejumlah penelitian. Indeks tersebut dapat memberikan


(18)

sejumlah informasi mengenai prevalensi dan keparahan penyakit. Tapi kegunaan utamanya adalah untuk mengukur kebutuhan akan perawatan.8

Kecamatan Pangururan adalah salah satu kecamatan dari sepuluh kecamatan yang ada di kabupaten Samosir, salah satu kabupaten yang ada di propinsi Sumatera Utara. Penelitian tentang kebutuhan akan perawatan penyakit periodontal belum pernah dilakukan di daerah ini. Peneliti secara langsung melihat dan berbincang dengan beberapa anggota masyarakat setempat dan menemukan bahwa kurangnya sikap peduli masyarakat setempat terhadap kesehatan gigi, khususnya yang berusia 50 tahun keatas. Hal ini didukung dengan data pasien klinik gigi di daerah tersebut yang hanya melakukan perawatan-perawatan emergensi saja, yaitu pencabutan gigi. Masyarakat mendapatkan pelayanan gigi di rumah sakit dan di dua buah praktek dokter gigi, yang letaknya di pusat ibukota kecamatan. Terdapat puskesmas di setiap desa tanpa adanya dokter gigi. Berdasarkan apa yang diuraikan diatas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui keadaan kesehatan jaringan periodontal serta gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap penyakit periodontal di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana tingkat kebutuhan perawatan penyakit periodontal, serta bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap penyakit tersebut.


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Mengetahui persentase distribusi dan jumlah sektan rata-rata yang membutuhkan instruksi perbaikan oral hygiene.

b. Mengetahui persentase distribusi dan jumlah sektan rata-rata yang membutuhkan instruksi perbaikan oral hygiene dan skeling profesional.

c. Mengetahui persentase distribusi dan jumlah sektan rata-rata yang membutuhkan instruksi perbaikan oral hygiene, skeling profesional dan perawatan kompleks.

d. Mengetahui persentase distribusi dan jumlah sektan rata-rata kebutuhan perawatan penyakit periodontal berdasarkan kategori umur.

e. Mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang penyakit periodontal.

f. Mengetahui sikap masyarakat tentang penyakit periodontal.

g. Mengetahui tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit periodontal dan mengobati jika mengalaminya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang penyakit periodontal kepada para dokter maupun petugas pelaksana program kesehatan di Kecamatan Pangururan dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam merencanakan program


(20)

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang sesuai dengan keadaan di Kecamatan Pangururan.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka menganggap penyakit ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Seperti karies gigi, penyakit periodontal juga lambat perkembangannya dan apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Namun studi epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah dengan pembersihan plak dengan sikat gigi teratur serta menyingkirkan karang gigi apabila ada.4

Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, dengan tanda klinis gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah. Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau disebut periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku (poket) yang akan bertambah dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Bila penyakit ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat maka lama kelamaan gigi


(22)

akan longgar dan lepas dengan sendirinya.1,4 Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi yang tinggi di Indonesia. Bahkan di Amerika dan Jepang, perhatian dokter gigi mulai beralih lebih kepada penegakan diagnosis penyakit periodontal daripada karies. 1

Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak sehingga penyakit periodontal sering juga disebut penyakit plak.1 Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Diperkirakan bahwa 1mm3 plak gigi dengan berat 1mg mengandung 200 juta sel mikroorganisme.1,8

Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi di antara individu. Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah oral hygiene, serta faktor-faktor pejamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva.

Selain plak gigi sebagai penyebab utama penyakit periodontal, ada beberapa faktor yang menjadi faktor resiko penyakit periodontal. Faktor ini bisa berada di dalam mulut atau lebih sebagai faktor sistemik terhadap host. Secara umum faktor resiko penyakit periodontal adalah oral hygiene yang buruk, penyakit sistemik, umur, jenis kelamin, taraf pendidikan dan penghasilan.8

1. Higiene oral (oral hygiene)

Beberapa ahli menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan kondisi oral hygiene yang buruk. Loe, et al. melaporkan bahwa pada individu yang mempunyai gingiva sehat akan segera mengalami gingivitis bila tidak melakukan pembersihan rongga mulut selama 2-3 minggu. Sebaliknya, bila


(23)

dilakukan pemeliharaan kebersihan mulut maka keradangan akan hilang dalam waktu 1 minggu. Semua penelitian yang dilakukan menunjukkan pentingnya melakukan kontrol plak bila tidak ingin terjadi kerusakan pada jaringan periodontal.1,8

2. Umur

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Penyakit periodontal lebih banyak dijumpai pada orang tua daripada kelompok yang muda, walaupun keadaan ini lebih sering dikaitkan sebagai akibat kerusakan jaringan yang kumulatif selama hidup (proses aging).1,2,8

3. Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin masih diragukan, ada yang mengatakan bahwa kondisi periodontal wanita lebih baik daripada pria dan sebaliknya.1,8

4. Penyakit sistemik

Penyakit periodontal juga berhubungan dengan Diabetes melitus (DM) dan penyakit sistemik lainnya. Insiden DM dilaporkan cukup tinggi di beberapa negara yang artinya berdampak negatif bagi kesehatan rongga mulut. Penderita DM lebih rentan terhadap infeksi terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Bila dilakukan skeling pada penderita diabetes tanpa tindakan profilaksis dapat menyebabkan timbulnya abses periodontal.1,8

Beberapa indeks sederhana dan dapat dipercaya tersedia untuk membantu dokter gigi dan peneliti mengukur status periodontal seseorang. Ada beberapa


(24)

indeks yang biasa digunakan seperti indeks gingiva oleh Loe dan Silness, indeks plak O’Leary, indeks plak oleh Loe dan Silness, indeks OHI dan OHIS, indeks PFRI, ORI, CPITN dan indeks keparahan penyakit periodontal oleh Russel dan Ramfjord. Indeks yang baik adalah indeks yang dapat dipercaya, sederhana dan mudah digunakan serta mudah dipahami dan dijelaskan.1

Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) dikembangkan oleh Ainamo dkk, yang merupakan anggota komite ahli WHO. CPITN memungkinkan melakukan pemeriksaan yang cepat dalam suatu populasi untuk menentukan kebutuhan perawatannya. Selain itu indeks ini juga sangat berguna bila digunakan untuk survey epidemiologis.1,9

Prinsip kerja CPITN yaitu :10

1. Adanya probe khusus (probe WHO). Probe ini memiliki ujung yang merupakan bola kecil berdiameter 0,5 mm. Probe ini digunakan untuk melihat adanya perdarahan dan mengukur kedalaman saku. Pada sonde terdapat daerah yang diberi warna hitam. Bilamana kedalaman poket kurang dari 3,5 mm maka seluruh warna hitam masih terlihat. Bila kedalaman poket 4-5 mm, maka hanya sebagian saja warna hitam yang masih tampak sedangkan untuk poket kedalaman 6mm atau lebih maka seluruh bagian sonde yang berwarna hitam tidak tampak lagi.


(25)

Prinsip kerja CPITN adalah penilaian berdasarkan skor status periodontal dan selanjutnya ditentukan kebutuhan perawatan penyakit periodontal. Kriteria menentukan kebutuhan perawatan tersebut adalah :

Skor Status periodontal Kode Kebutuhan perawatan

0 1

2

3

4

Periodonsium Sehat

Secara langsung atau dengan kaca mulut terlihat perdarahan setelah probing

Sewaktu probing terasa adanya kalkulus tetapi seluruh daerah hitam (pada probe) masih terlihat Saku dengan kedalaman 4-5 mm (tepi gingiva berada pada bagian probe berwarna hitam)

Saku dengan kedalaman 6 mm (bagian probe berwarna hitam tidak terlihat lagi)

0 I

II

III

IV

Tidak membutuhkan

Memerlukan perbaikan oral hygiene

Perbaikan oral hygiene dan skeling professional

Perbaikan oral hygiene dan skeling professional

Perbaikan oral hygiene dan skeling professional dan perawatan komprehensif *

∗ Perawatan komprehensif berupa skeling dan penyerutan akar dibawah anastesi lokal, dengan atau tanpa prosedur bedah untuk aksesibilitas


(26)

A B C D

Gambar 1. Pemberian skor status periodontal. A : gusi berdarah; B : karang gigi; C : poket 4-5 mm; D : poket diatas 6 mm11

3. Sektan

Sektan ditentukan oleh gigi-gigi 17-14, 13-23, 24-26, 31-34, 33-43 dan 44-47. Tapi hanya skor yang terburuk per sektan yang dicatat. Bila di suatu sektan tidak terdapat gigi maka sektan tersebut tidak diberi nilai atau skor. Keadaan terparah atau nilai tertinggi yang dicatat pada satu sektan.


(27)

Untuk mencatat berbagai kondisi dari jaringan periodontal, tidak diperiksa semua gigi, melainkan hanya beberapa gigi saja yang disebut gigi-gigi indeks. Gigi- gigi indeks yang harus diperiksa adalah 17, 16, 11, 26, 27, 47,46, 31, 36 dan 37.

Prinsip pencegahan penyakit periodontal yang tidak berubah selama bertahun-tahun adalah kontrol plak mekanis secara teratur dan konsisten pada gigi dan sulkus gingiva, yang meliputi menyikat gigi, menggunakan alat pembersih interdental dan berkumur-kumur dengan larutan fluor. Pendekatan pencegahan penyakit periodontal tidak spesifik bersifat bakteri oleh karena itu keberhasilan kontrol plak tergantung pada motivasi individu.1

Pertahanan jaringan periodontal dapat ditingkatkan dengan nutrisi yang baik. Salah satu nutrisi yang berkaitan dengan peningkatan pertahanan jaringan periodontal adalah vitamin C. Apabila kadar vitamin C rendah maka metabolisme akan terganggu sehingga menurunkan daya regenerasi dan reparasi jaringan periodontal. Selain itu terganggunya pembentukan tulang alveolar dan meningkatnya permeabilitas ekologis subgingiva sehingga meningkatkan patogenesis mikroorganisme tertentu.1

2.2 Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan

2.2.1Batasan Perilaku

Perilaku manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia. Skinner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau


(28)

reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku umumnya dapat diamati orang lain atau disebut sebagai internal ativities seperti persepsi, emosi, pikiran dan motivasi.6

2.2.2Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan yang mempengaruhi. Respon terhadap stimulus yang sama dapat berbeda-beda pada tiap-tiap orang yang berbeda tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.14

Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :6

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti menyadari stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.


(29)

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Faktor-faktor yang dapat membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda (determinan perilaku) dibedakan menjadi dua, yakni:6

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan bersifat bawaan, misalnya : jenis kelamin, tingkat kecerdasan, tingkat emosional.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni faktor luar yang dapat mempengaruhi, misalnya : faktor lingkungan yang merupakan faktor yang dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang, faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik.

Perilaku merupakan totalitas aktivitas seseorang yang merupakan hasil dari beberapa faktor eksternal maupun internal. Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku kedalam tiga domain (ranah), yang terdiri dari ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Dalam kehidupan terdapat tiga tahap mengadopsi suatu perilaku, yaitu:6,14,16

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata


(30)

dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.6,16

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh dari rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai sesuatu kemampuan penjelasan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.

3. Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada suatu situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analyze), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis), merupakan suatu kemampuan untuk melakukan atau mengembangkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(31)

6. Evaluasi (evaluation), evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.7,6,11

b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut.

Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah satu ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.6


(32)

Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok: kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting .6

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri atas berbagai tingkatan.6

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding), memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsoble), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

c. Tindakan (practice)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau berpendapat (sikap), proses selanjutnya adalah diharapkan subjek akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang


(33)

diketahuinya dan disikapinya (dinilai baik). Dalam memutuskan perilaku tertentu dibentuk atau tidak, seseorang selain mempertimbangkan informasi dan keyakinan tentang keuntungan atau kerugian yang akan didapat juga mempertimbangkan sejauh mana dia dapat mengatur perilaku tersebut. Menurut Bandura, pengaturan diri dalam hal berperilaku secara efektif tidak akan dicapai hanya dengan kehendak atau sikap saja, akan tetapi dituntut juga untuk memiliki keterampilan untuk memotivasi dan bimbingan diri, dengan kata lain memiliki pengetahuan yang baik.15


(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode survei. Pada setiap sampel dilakukan pemeriksaan kebutuhan perawatan penyakit periodontal berdasarkan indeks CPITN sehingga diperoleh data skor perawatan penyakit periodontal pada keenam sektan dan wawancara tentang perilaku perawatan penyakit periodontal yang dibantu dengan kuesioner sehingga diperoleh data gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan tentang penyebab, pencegahan dan pengobatan penyakit periodontal.

3.2 Populasi dan sampel penelitian

Populasi penelitian adalah masyarakat yang berdomisili di tiga desa di Kecamatan Pangururuan yang berumur 15-65 tahun, tidak memiliki penyakit sistemik dan tidak sedang hamil.

Jumlah sampel ditentukan dengan rumus : Z 21-α P(1-P)

n =

d2 Keterangan :


(35)

P : Proporsi populasi yang digunakan 60% atau 0,6 (penelitian prevalensi penyakit gigi dan mulut SKRT tahun 2001).

d : Derajat ketepatan yang digunakan yaitu 6% atau 0,06. n : Sampel.

Maka :

Z 21-α P(1-P) n =

d2

1,962. 0,6 (0,4) =

0,62 = 256,1

Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimum adalah 256 orang. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil peneliti adalah 260 orang. Pengambilan sampel dilakukan dalam dua tahap yaitu, tahap pertama dengan mengambil secara acak 3 wilayah desa, yaitu Desa Pardomuan I, Desa Hutanamora dan Desa Rianiate. Kemudian dari masing-masing desa dipilih 4 lingkungan secara acak. Selanjutnya pada tahap kedua dilakukan pengambilan sampel dengan cara quota sampling sebanyak 21-22 orang per lingkungan.

3.3 Variabel penelitian

1. Kebutuhan perawatan penyakit periodontal (berdasarkan CPITN) - Skor 1 (terjadi perdarahan ketika probing)


(36)

- Skor 2 (terdapat karang gigi) - Skor 3 (kedalaman saku 4-5 mm) - Skor 4 (kedalaman saku di atas 6 mm) 2. Pengetahuan tentang penyakit periodontal 3. Sikap tentang penyakit periodontal

4. Tindakan tentang penyakit periodontal 5. Umur

- 15-24 tahun - 25-34 tahun - 35-44 tahun dan - 45-65 tahun

3.4 Defenisi Operasional

1. Kebutuhan perawatan penyakit periodontal adalah pemeriksaan jaringan periodontal secara langsung dengan probe WHO pada keenam permukaan gigi indeks masing-masing sektan dengan posisi probe sejajar aksis gigi (kecuali bagian interproksimal) dan diberi skor 1 jika terjadi perdarahan, skor 2 jika terdapat karang gigi, skor 3 jika kedalaman saku 4-5 mm dan skor 4 jika kedalaman saku di atas 6 mm.

2. Pengetahuan tentang penyakit periodontal adalah pemahaman responden tentang penyebab gusi berdarah, karang gigi dan gigi goyang;


(37)

pencegahan gusi berdarah, karang gigi dan gigi goyang; serta tindakan yang harus dilakukan ketika mengalami gusi berdarah, karang gigi dan gigi goyang.

3. Sikap tentang penyakit periodontal adalah reaksi responden tentang pengobatan gusi berdarah, karang gigi dan gigi goyang ketika mengalaminya.

4. Tindakan tentang penyakit periodontal adalah perbuatan nyata responden dalam pencegahan penyakit periodontal.

5. Umur adalah angka terakhir ulang tahun responden.

3.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi rumah penduduk yang menjadi sampel. Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan langsung pada rongga mulut responden untuk diperiksa keadaan jaringan periodontalnya. Jaringan periodontal diperiksa menggunakan probe WHO, kaca mulut yang dibantu dengan penerangan sinar matahari. Selanjutnya pengambilan data tentang perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) tentang penyakit periodontal dengan teknik wawancara yang dibantu dengan kuesioner.

3.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual. Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase dan jumlah sektan rata-rata skor penyakit periodontalnya serta persentase pengetahuan, sikap dan tindakan tentang penyakit periodontal.


(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok umur persentase responden terbanyak adalah umur 15-24 tahun 39,2%, dan terendah kelompok 33-34 tahun 12,3%. Persentase perempuan 54,6% dan laki-laki 45,4%. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir SMA 51,5% dan masih ada yang tidak sekolah 2,7%.

Tabel 1. PERSENTASE DISTRIBUSI MASYARAKAT YANG BERUMUR 15-65 TAHUN DI KEC. PANGURURAN TAHUN 2010 (n=240)

Karakteristik Responden Jumlah Persentase Usia (tahun) 15-24 25-34 35-44 45-65 102 73 32 53 39,2 28,1 12,3 20,4 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 118 142 45,4 54,6 Tingkat pendidikan

Tidak sekolah/tidak tamat SD SD/SMP SMA Perguruan tinggi 7 64 134 55 2,7 24,6 51,5 21,2


(39)

4.2 Kebutuhan penyakit periodontal

Berdasarkan pemeriksaan langsung yang dilakukan pada responden, seluruh responden menderita penyakit periodontal. Pada tabel 2 terlihat bahwa skor 2 pada kelompok umur 15-24 tahun adalah 97%, kelompok 25-34 tahun 90,41%, lalu menurun drastis pada umur 35-44 tahun 56,25% sedangkan skor 3 meningkat menjadi 43,75%, dan pada umur 45-65 tahun menurun drastis menjadi 15,09%, meningkat pada skor 3 dan skor 4 masing-masing 56,6% dan 26,4%. Terlihat bahwa semakin bertambahnya umur, keparah penyakit periodontal semakin meningkat.

Tabel 2. PERSENTASE DISTRIBUSI SKOR TERTINGGI PENYAKIT PERIODONTAL DAN SKOR KEBUTUHAN PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL RESPONDEN MENURUT KELOMPOK UMUR

Jumlah sektan rata-rata yang memiliki skor 2 pada kelompok 15-24 tahun adalah 4,76 sektan, kemudian pada umur 25-34 tahun meningkat menjadi 5 sektan, pada umur 35-44 tahun menurun menjadi 4,83 sektan namun skor 3 meningkat menjadi 0,83

Umur (thn)

Skor tertinggi penyakit periodontal Skor kebutuhan perawatan periodontal Tota l 0 Jml (%) 1 Jml (%) 2 Jml (%) 3 Jml (%) 4 Jml (%) Skor X (%) 0 Jml (%) 1 Jml (%) 2 Jml (%) 3 Jml (%) Skor X

15-24 - 2 1,96

99 97

1 0,98

- - - 2

1,96 100 98,03

- - 102

25-34 - - 66 90,41

5 6,85

1 1,7

- - - 72

98,63 1 1,7

- 73

35-44 - - 18 56,25

14 43,75

- - - - 32

100

- - 32

45-65 - - 8 15,09 30 56,6 14 26,4 1 1,89

- - 38 71,7 14 26,42 1 1,89 53

Total - 2 0,77 191 73,46 50 19,23 15 5,77 1 0,38

- 2 0,77 241 92,69 15 5,77 1 0,38 260 22


(40)

sektan. Skor 2 pada umur 45-65 tahun menurun drastis menjadi 2,59 sektan, namun skor 3 meningkat drastis menjadi 2,1 sektan dan skor 4 menjadi 0,43 sektan. Semakin bertambahnya umur beban dokter gigi semakin besar.

Tabel 3. JUMLAH SEKTAN RATA-RATA SKOR CPITN MENURUT KELOMPOK UMUR

Pada tabel 4 terlihat bahwa 73,75% responden memiliki skor 2, diikuti dengan skor 3 yaitu 19,3%, skor 4 yaitu 5,3%. Tidak ada masyarakat yang bebas dari penyakit periodontal. Kebutuhan perawatan penyakit periodontal terbanyak adalah skor II yaitu 93%.

Tabel 4. PERSENTASE DISTRIBUSI SKOR TERTINGGI PENYAKIT PERIODONTAL DAN SKOR KEBUTUHAN PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL Skor tertinggi penyakit periodontal Community Periodontal index (%)

Skor kebutuhan perawatan penyakit periodontal

Treatment need

(%)

0 : sehat - 0 : tidak perlu perawatan -

1 : gusi berdarah 0,77 I : instruksi perbaikan oral

hygiene

0,77 2 : ada karang gigi 73,75 II : instuksi oral hygiene &

skeling profesional

93,05 3 : poket 4-5mm 19,3

4 : poket 6+mm 5,3 III : instuksi oral hygiene, skeling profesional & perawatan kompleks

5,4 Umur

(thn)

Skor CPI (sektan) Skor TN (sektan) Skor 0 Skor

1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor X

Kode 0 Kode I Kode II

Kode III 15-24 0,5 0,71 4,76 0,02 - 0,01 0,5 0,71 4,78 -

25-34 0,31 0,42 5 0,25 0,01 - 0,31 0,42 5,25 0,01

35-44 0,17 0,1 4,83 0,83 - 0,07 0,17 0,1 5,66 -


(41)

Pada tabel 5 terlihat bahwa beban kerja dokter gigi untuk satu orang masyarakat adalah 5,2 sektan membutuhkan skeling profesional, 0,1 sektan membutuhkan perawatan komprehensif dan 0,1 sektan tidak dapat dinilai.

Tabel 5. JUMLAH SEKTAN RATA-RATA SKOR CPITN Skor CPI Jumlah sektan

rata-rata

Skor TN Jumlah sektan rata-rata Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

Tidak dapat dinilai (X)

0,3 0,3 4,4 0,8 0,1 0,1 0 I II III Tidak dapat dinilai (X) 0,3 0,3 5,2 0,1 0,1

4.3Pengetahuan Responden tentang Penyakit Periodontal

Tabel 6 menunjukkan pengetahuan responden tentang penyakit periodontal. Terlihat bahwa masih ada 4% responden yang tidak tahu tentang pencegahan gusi berdarah. Ada 12% responden yang menjawab bahwa pengobatan alternatif (menggunakan campuran jeruk nipis dan gula aren yang digosokkan ke permukaan gusi yang berdarah) adalah tindakan yang harus dilakukan ketika mengalami gusi berdarah.

Dari tabel juga terlihat bahwa masih ada (9,76%) responden yang tidak tahu penyebab karang gigi dan tidak mengetahui tindakan yang harus dilakukan ketika mengalami karang gigi (6,71%).

Ada 41,94% responden yang menjawab penyebab gigi goyang adalah karena sudah saatnya dicabut, pergantian gigi, karena terbentur dan 17,74% tidak


(42)

tahu. Pengetahuan responden tentang pencegahan gigi goyang masih ada 15,32% menjawab tidak ada dan 10,89% tidak tahu. Pengetahuan responden tentang tindakan yang harus dilakukan ketika mengalami gigi goyang, masih ada (32,66%) yang menjawab dengan mencabut sendiri, pengobatan alternatif, menunggu gigi lepas sendiri dan 11,69% menjawab tidak ada.


(43)

Tabel 6. PERSENTASE DISTRIBUSI PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT PERIODONTAL RESPONDEN

Pengetahuan tentang penyakit periodontal Jumlah Persentase (%) Pernah /tidaknya mendengar gusi berdarah

Pernah Tidak pernah N=260 255 5 98,08 1,92 Sumber informasi Petugas kesehatan/penyuluhan Dokter/Bidan/Perawat TV/Radio Koran/Majalah

Keluarga, teman, tetangga Sekolah N=255 6 16 42 8 39 144 2,35 6,27 16,47 3,14 15,29 56,47 Penyebab gusi berdarah

Tidak teratur menyikat gigi Lainnya Tidak tahu 164 89 2 64,31 32,16 0,78 Pengetahuan tentang pencegahan gusi berdarah

Menyikat gigi teratur Periksa gigi 6 bulan sekali Kumur-kumur lar. Fluor Lainnya Tidak ada Tidak tahu 156 95 64 29 13 10 61,12 37,25 25,1 11,37 5,09 3,92 Yang harus dilakukan ketika gusi berdarah

Menyikat gigi teratur Memakan vitamin C Berobat ke drg Lainnya Tidak tahu 59 132 102 29 5 25,1 56,08 43,53 12,16 1,96 Pernah/tidaknya mendengar karang gigi

Pernah Tidak pernah N=260 164 96 62,92 37,08 Sumber informasi Petugas kesehatan/penyuluhan Dokter/Bidan/Perawat TV/Radio Koran/Majalah

Keluarga, teman, tetangga Sekolah N=164 7 24 8 5 120 - 4,27 14,63 4,88 3,05 73,17 - Pengetahuan tentang penyebab karang gigi

Tidak teratur menyikat gigi Lainnya Tidak tahu 141 10 16 85,98 6,1 9,76 Pengetahuan tentang pencegahan karang gigi

Menyikat gigi teratur Periksa gigi 6 bulan sekali Tidak ada Lainnya Tidak tahu 125 52 8 3 11 76,22 31,71 4,88 1,83 6,71


(44)

Pengetahuan tentang yang harus dilakukan ketika karang gigi Berobat ke dokter gigi

Lainnya Tidak tahu 119 33 12 72,56 20,12 7,3 Pernah/tidaknya mendengar gigi goyang

Pernah Tidak pernah N=260 248 12 95,38 4,62 Sumber informasi Petugas kesehatan/penyuluhan Dokter/Bidan/Perawat TV/Radio Koran/Majalah

Keluarga, teman, tetangga Sekolah N=248 - 78 - 23 147 - - 31,45 - 9,27 59,27 - Pengetahuan tentang penyebab Gigi goyang

Karena karang gigi yang dibiarkan Lainnya Tidak tahu 104 104 44 41,94 41,94 17,74 Pengetahuan tentang pencegahan Gigi goyang

Menyikat gigi teratur Periksa gigi 6 bulan sekali Tidak ada Lainnya Tidak tahu 125 76 38 23 27 50,4 30,65 15,32 9,58 10,89 Pengetahuan tentang yang harus dilakukan ketika Gigi goyang

Berobat ke dokter gigi Lainnya Tidak tahu Tidak ada 125 81 13 29 50,4 32,66 5,24 11,69

4.4Sikap Responden tentang Penyakit Periodontal

Ada 71,5% responden yang pernah mengalami gusi berdarah, dan semua responden menjawab tidak mengobatinya ke dokter gigi, 26,22% diantaranya menganggap sebagai hal biasa, 8,54% merasa tidak berbahaya, 9,76% merasa cukup dengan mengunyah sirih dan pengobatan alternatif (10,37%).

Dari 50,77% responden yang pernah mengalami karang gigi, 80% diantaranya tidak melakukan pengobatan ke dokter gigi karena mahal (32,14%), tidak sakit (29,76%), bisa dicongkel sendiri (26,19%), jarak yang jauh ke dokter gigi (5,95%) dan masih ada 5,95% yang tidak tahu.


(45)

Dari 85% responden yang pernah mengalami gigi goyang, 35,55% diantaranya melakukan pengobatan ke dokter gigi. Namun alasan utama adalah karena ingin dicabut (100%). Dari 64,47% responden yang tidak pergi ke dokter gigi alasannya adalah karena mahal (30%), lebih memilih ke dukun gigi (30%), jarak ke dokter gigi jauh (27,77%).


(46)

Tabel 7. PERSENTASE DISTRIBUSI SIKAP TENTANG PENYAKIT PERIODONTAL RESPONDEN

Sikap tentang penyakit periodontal Jumlah Persentase (%) Pernah/tidaknya mengalami gusi berdarah

Pernah Tidak pernah N=260 185 75 71,5 28,85 Terganggu atau tidak

Ya Tidak N=185 164 21 88,65 11,35 Mengobati/tidak ke dokter gigi

Ya Tidak N=164 - 164 - 100 Alasan tidak mengobati ke dokter gigi

Cukup dengan vitamin C Sudah biasa

Tidak berbahaya

Cukup dengan mengunyah sirih Dengan pengobatan alternative

N=164 84 43 14 16 17 51,23 26,22 8,54 9.76 10.37 Pernah/tidaknya mengalami karang gigi

Pernah Tidak pernah Tidak tahu N=260 132 32 96 50,77 12,31 36,92 Terganggu atau tidak

Ya Tidak N=132 105 27 79,55 20,45 Mengobati/tidak ke dokter gigi

Ya Tidak N=105 21 84 20 80 Alasan tidak mengobati ke dokter gigi

Mahal Tidak sakit

Bisa dicongkel sendiri Jauh ke dokter gigi Tidak tahu N=84 27 25 22 5 5 32,14 29,76 26,19 5,95 5,95 Pernah/tidaknya mengalami gigi goyang

Pernah Tidak pernah Tidak tahu N=260 221 27 12 85 10,38 4,62 Terganggu atau tidak

Ya Tidak N=221 212 9 95,93 4,07 Mengobati/tidak ke dokter gigi

Ya Tidak N=212 69 143 35,55 67,45 Alasan mengobati ke dokter gigi

Karena sakit, supaya dicabut

N=69


(47)

Alasan tidak mengobati ke dokter gigi Mahal

Ke dukun gigi Jarak jauh

Takut ke dokter gigi Pengobatan alternative N=143 43 43 39 12 5 30,07 30,07 27,27 8,39 3,5

4.5Tindakan Responden tentang Penyakit Periodontal

Semua responden melakukan tindakan menyikat gigi setiap hari. Namun frekuensi dan waktu menyikat gigi yang benar hanya dilakukan oleh 5% responden. Waktu dan frekuensi menyikat gigi yang paling banyak (75,77%) adalah 2 x sehari, pagi dan sore saat mandi. Hanya 5 orang responden yang melakukan pemeriksaan gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

Tabel 8. PERSENTASE DISTRIBUSI TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT PERIODONTAL RESPONDEN

Tindakan tentang penyakit periodontal Jumlah Persentase (%) Menyikat gigi setiap hari

ya Tidak N=260 260 - 100 - Jika ya, frekuensi dan waktu menyikat gigi

1x, pagi; bangun tidur

2x, pagi dan sore; ketika mandi

2x, pagi dan sore; setelah sarapan dan malam sebelum tidur

N=260 49 197 14 18,85 75,77 5,38 Kebiasaan memeriksakan gigi secara teratur ke dokter gigi

Ya, 6 bulan sekali Ya, tidak tentu waktunya Tidak pernah N=260 5 104 151 1,92 40 58,08 Jika ya, alasan ke dokter gigi

Memeriksakan gigi Mengobati yang sakit Menambal gigi N=109 6 73 30 5,5 66,97 27,52 Jika tidak, alasan tidak memeriksakan gigi secara teratur

Mahal

Tidak pernah sakit gigi Tidak sempat Tidak perlu N=151 71 33 25 22 47,01 21,85 16,56 14,5


(48)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan penyakit periodontal menunjukkan seluruh responden menderita penyakit periodontal (100%). Kebanyakan responden sudah terdapat karang gigi yaitu 73,75%, 19,3% mempunyai poket 4-5 mm, dan keadaan yang paling parah yaitu poket di atas 6 mm dijumpai pada 5,3% responden. Keadaan ini menunjukkan buruknya kesehatan gigi dan mulut. Hal ini sesuai dengan yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmala Situmorang di dua Kecamatan di Kota Medan yang menunjukkan status kesehatan gigi dan mulut yang buruk. Hal ini didukung dengan data jumlah sektan rata-rata perawatan penyakit periodontal, beban kerja dokter gigi untuk masing-masing individu sangat besar, yaitu rata-rata 5,2 sektan membutuhkan skeling profesional, 0,1 sektan perawatan komprehensif. Hal ini menunjukkan untuk setiap individu, hampir keenam sektan membutuhkan perawatan. Apabila dilihat dari kebutuhan perawatan penyakit periodontal pada keseluruhan responden ternyata seluruh responden membutuhkan perawatan periodontal. Perawatan pembersihan karang gigi dan instruksi perbaikan oral hygiene adalah paling banyak dibutuhkan yaitu 93%, sedang yang membutuhkan perawatan kompleks yaitu skeling dalam, kuretasi atau bedah periodontal 5,4%. Tingginya kebutuhan perawatan pembersihan karang gigi berdampak pada tingginya kebutuhan tenaga kesehatan gigi dan penyediaan instrumen pembersih karang gigi.


(49)

Apabila dilihat kondisi jaringan periodontal menurut skor tertinggi dan skor kebutuhan perawatan menurut kelompok umur, terlihat semakin bertambah umur semakin besar nilai skor tertinggi periodontal dan semakin bertambah besar skor kebutuhan perawatannya. Skor 2 menurun, skor 3 dan skor 4 meningkat sejalan dengan bertambah umur. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa umur menjadi salah satu faktor resiko terjadinya penyakit periodontal. Sejalan dengan bertambahnya umur, keparahan dan kebutuhan akan perawatan penyakit periodontal semakin meningkat.1,2,10

Secara umum, pengetahuan responden tentang penyakit periodontal sudah benar. Hal ini mungkin disebakan karena tingkat pendidikan responden cukup tinggi, yaitu SMA (51,5%) dan perguruan tinggi (21,2%). Kebanyakan responden sudah mengetahui penyebab, pencegahan dan tindakan yang harus dilakukan ketika mengalami penyakit periodontal. Hal tersebut dikarenakan responden telah mengenal penyakit periodontal, yang dilihat dari persentase responden yang menyatakan mempunyai penyakit periodontal, yaitu gusi berdarah (71,5%), karang gigi (50,77%) dan gigi goyang (85%). Selain itu kebanyakan responden menjawab penyebab penyakit periodontal adalah karena gigi yang kotor (gusi berdarah 64,31%, karang gigi 85,98%, gigi goyang 41,94%). Responden juga menjawab bahwa tindakan yang harus dilakukan ketika mengalami penyakit periodontal adalah berobat ke dokter gigi (gusi berdarah 43,53%, karang gigi 72,56%, gigi goyang 50,4%). Namun masih ada (41,94%) responden yang menjawab bahwa penyebab gigi goyang adalah karena adanya faktor umur,


(50)

pergantian gigi, karena terbentur dan gigi goyang karena sudah masanya harus dicabut. Selain itu masih ada responden yang tidak tahu tentang penyebab gigi goyang (17,74%) dan pencegahan gigi goyang (10,89%). Hal ini menunjukkan masih ada informasi yang kurang benar tentang penyakit periodontal di masyarakat. Selain itu masih ada 37% responden yang tidak pernah mendengar karang gigi. masih ada juga sebahagian responden yang tidak tahu penyebab karang gigi (9,76%) dan pencegahan karang gigi (6,71%). Dalam mengobat gusi berdarah, masih ada (12%) responden yang menjawab dengan pengobatan alternatif yaitu menggosok bagian yang berdarah dengan campuran jeruk nipis dan gula aren.

Seluruh responden yang pernah mengalami gusi berdarah tidak melakukan pengobatan ke dokter gigi, hal ini tidak sejalan dengan pengetahuan responden dimana 43,53% menyatakan berobat ke dokter gigi. Hal ini mungkin disebabkan karena responden merasa gusi yang berdarah adalah hal yang biasa (26,22%), merasa cukup dengan mengkonsumsi vitamin C (51,23%), gusi berdarah tidak berbahaya (8,54%), responden lebih memilih pengobatan alternatif (10,37%). Demikian pula ketika responden mengalami karang gigi 50,77% responden yang mengalami karang gigi hanya 20% yang melakukan pengobatan ke dokter gigi sedangkan yang lainnya tidak. Hal ini mungkin disebabkan karena biaya ke dotker gigi yang mahal (32,14%), responden tidak merasa sakit (29,76%) dan merasa bisa dicongkel sendiri (26,17%). Sama seperti gusi berdarah, pengetahuan responden tentang pengobatan karang gigi ke dokter gigi (72,56%) tidak sesuai


(51)

dengan tindakannya. Kebanyakan responden yang mengalami gigi goyang 67,45% tidak melakukan pengobatan ke dokter gigi, dikarenakan biaya ke dokter gigi yang mahal (30%), responden lebih memilih ke dukun gigi (30%) yang mungkin biaya pengobatannya lebih terjangkau, dan jarak yang jauh ke dokter gigi (27,27%). Sedangkan 36,55% lainnya pergi ke dokter gigi karena ingin giginya dicabut.

Tindakan responden tentang pencegahan penyakit periodontal masih sangat kurang. Mayoritas (75,77%) responden menyikat gigi dengan frekuensi dan waktu yang salah, yaitu 2x sehari, pagi dan sore saat mandi. Kunjungan periksa gigi 6 bulan sekali dilakukan oleh hanya 5 orang. Hal ini mungkin disebakan karena biaya ke dokter gigi yang mahal (47%), responden tidak pernah sakit gigi (21,85%), dan karena tidak sempat (16,56%). Hal ini mungkin menjadi salah satu faktor penyebab tingginya persentase penyakit periodontal di daerah ini. Plak menjadi faktor utama penyebab penyakit periodontal. Pengetahuan responden tidak sejalan dengan tindakan responden. Tindakan menyikat gigi sebagai pencegahan penyakit periodontal tidak dilakukan dengan baik, selain itu kebanyakan responden juga tidak melakukan pemeriksaan ke dokter gigi secara teratur. Selain itu tindakan yang dilakukan responden ketika mengalami penyakit periodontal tidak sejalan dengan pengetahuannya.


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan penyakit periodontal menunjukkan buruknya kesehatan jaringan periodontal dimana seluruh masyarakat mengalami penyakit periodontal. Kebanyakan responden sudah terdapat karang gigi yaitu 73,75%, poket 4-5 mm adalah 19,3%, dan keadaan yang paling parah yaitu poket di atas 6 mm dijumpai pada 5,3% responden. Perawatan pembersihan karang gigi dan instruksi perbaikan oral hygiene adalah yang paling banyak dibutuhkan, yaitu 93%, sedang yang membutuhkan perawatan kompleks yaitu skeling dalam, bedah periodontal 5,4%. Berdasarkan jumlah sektan rata-rata, 0,3 sektan sehat, 0,3 sektan mengalami perdarahan, 5,2 sektan membutuhkan skeling profesional, 0,1 sektan membutuhkan perawatan komprehensif, dan 0,1 sektan yang tidak dapat diukur. Keparahan dan kebutuhan perawatan penyakit periodontal pada penelitian ini sejalan dengan bertambahnya umur.

Pengetahuan responden tentang penyebab gusi berdarah dan karang gigi lebih baik daripada gigi goyang. Masih banyak responden yang menjawab gigi goyang dikarenakan pergantian gigi, karena adanya faktor umur dan sudah saatnya gigi untuk dicabut. Pengetahuan resonden tentang tindakan yang harus dilakukan ketika mengalami penyakit periodontal tidak sejalan dengan tindakan responden ketika mengalami penyakit periodontal. Responden merasa gusi yang


(53)

berdarah adalah hal yang biasa dan tidak berbahaya dan cukup dengan mengkonsumsi vitamin C. Karang gigi menurut responden tidak terasa sakit dan bisa dicongkel sendiri sehingga tidak perlu berobat ke dokter gigi. Biaya berobat yang mahal, jarak yang jauh juga menjadi salah satu penyebab untuk tidak berobat ke dokter gigi. Responden yang pergi ke dokter gigi ketika mengalami gigi goyang adalah karena ingin mencabut giginya yang goyang. Tindakan pencegahan penyakit periodontal dengan menyikat gigi teratur dan periksa gigi 6 bulan sekali tidak dilakukan dengan benar oleh responden.

6.2 Saran

Program penyuluhan mengenai pencegahan dan pengobatan penyakit gigi dan mulut serta motivasi untuk lebih melakukan pencegahan melalui puskesmas dan posyandu sangat dibutuhkan. Selain itu dibutuhkan kerjasama dan dukungan pemerintah dalam penyediaan tenaga medis dan peralatan pembersihan karang gigi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sehingga diharapkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat dapat meningkat di masa yang akan datang.

Pembentukan unit kesehatan gigi di sekolah-sekolah yang memberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut serta melayani pengobatan untuk murid SD sampai SMA yang diselenggarakan oleh puskesmas dan bekerjasama dengan pihak sekolah.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pintauli, Sondang. Hamada, Taizo. Fairway to oral health in general practice. Medan: USU press, 2008: 1-2, 25-37

2. Situmorang, N. Profil penyakit periodontal penduduk di dua kecamatan kota Medan tahun 2004 dibandingkan dengan kesehatan mulut tahun 2010 (WHO). Dentika Dental Jurnal; 9(2):71-7

3. Arief EM, Lambri SE, Velden VD, Weidjen VD. Prevalensi periodontitis pada suatu populasi penduduk Indonesia yang berumur 22-32 tahun di sebuah perkebunan teh Jawa Barat. Jurnal PDGI,1995; 44(3) : 58-2

4. Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005

5. Carranza FA, Newman MG, Takkei HH, Crranza FA. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders, 2002: 64-69

6. Notoatmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Cetakan I, Jakarta : Rineka Cipta, 2003 : 8-9, 114-46

7. Situmorang N. Perilaku pencarian pengobatan dan pemeliharaan kesehatan gigi pengunjung poliklinik gigi puskesmas di dua kecamatan kota Medan. Dentika Dental Journal, 2005; 10(1)


(55)

9. Oliver RC, Brown LJ, Loe H. Periodontal treatment needs. Periodontal 2000, 1993; 2: 150-60

10.WHO Oral Health Country/Area Profile Programme. Community periodontal index of treatment needs (CPITN). Department of Noncommunicable Diseases Surveillance/Oral Health WHO Collaborating Centre, Malmö University. http://www.whocollab.od. mah.se/expl/orhcpitn.html

11.Estela G, Almeida AD, Dias AJ, Frogosa AC, Almeida MAD, Vieira R. Technical assessment of WHO-621 periodontal probe made in Brazil. Braz DentJ, 2002;13(1):61-5

<20 November 2009>

12.Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005: 43-64

13.Smet B. Psikologi kesehatan. Jakarta: PT Grafindo: 7-9; 190

14.Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007: 133-151


(56)

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MAYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENELITIAN KEBUTUHAN DAN PERILAKU TENTANG PERAWATAN PENYAKIT

PERIODONTALPADA MASYARAKAT UMUR 15-64 TAHUN DI KEC.

PANGURURAN, SAMOSIR TAHUN 2010

KUESIONER

Nama: ………. No. Kartu :

Desa: ………. Pemeriksa : ………..

A. Karakter Responden 1. Umur:

a. 15-24 tahun b. 25-34 tahun c. 35-44 tahun d. 45-65 tahun

2. Jenis kelamin:a. Laki-laki b. Perempuan

3. Taraf pendidikan:

a. Tidak tamat SD/tidak sekolah b. SD/SMP

c. SMA/D1/D2 d. D3/S1 e. S2/S3

4. Pekerjaan

a. Kategori I (dokter, jaksa, hakim, direktur bank, dan pekerjaan yang setara) b. Kategori II (guru, bidan, perawat, apoteker, pemilik toko, PNS, pegawai swasta,

teknisi, polisi, tentara dan pekerjaan yang setara)

c. Kategori III (supir, tukang jahit, pengrajin, montir, pelayan toko, penjaga kasir, penjual sayur, satpam, tukang parkir dan pekerjaan yang setara)

d. Kategori IV (buruh, pembersih jalan, pembantu rumah tangga, tukang cuci, buruh tani dan pekerjaan yang setara)

e. Kategori V (tidak bekerja)

B. Pengetahuan tentang penyakit periodontal

1. Pernahkah anda mendengar gusi berdarah?(Jika tidak, lanjut ke No. 6)

a. Ya b. Tidak

2. Jika ya, darimana informasi tersebut anda dapatkan? a. Petugas kesehatan/ penyuluhan

b. Dokter/ Bidan/ Perawat c. TV/Radio

d. Koran/ majalah


(57)

f. Sekolah

3. Sepengetahuan anda apa penyebab gusi berdarah? a. Karena tidak menyikat gigi teratur

b. Lainnya,………

4. Sepengetahuan anda, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah gusi berdarah? a. Menyikat gigi teratur

b. Kumur-kumur dengan larutan mengandung fluor c. Periksa gigi teratur 6 bulan sekali ke dokter gigi

d. Lainnya,………

5. Sepengetahuan anda apa yang harus dilakukan ketika mengalami gusi berdarah a. Menyikat gigi teratur

b. Memakan vitamin C c. Berobat ke dokter gigi

d. Lainnya,……….

6. Pernahkah anda mendengar karang gigi? (jika tidak langsung ke No. 11) a. Ya

b. Tidak

7. Jika ya, darimana informasi tersebut anda dapatkan? a. Petugas kesehatan/penyuluhan

b. Dokter/ Bidan/ Perawat c. TV/ Radio

d. Majalah/ Iklan

e. Teman/ Keluarga/ Tetangga f. Sekolah

8. Sepengetahuan anda apa penyebab karang gigi? a. Karena tidak menyikat gigi teratur

b. Lainnya,………

9. Sepengetahuan anda, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah karang gigi? a. Menyikat gigi teratur

b. Periksa gigi teratur 6 bulan sekali ke dokter gigi

c. Lainnya,………

10. Sepengetahuan anda apa yang harus dilakukan ketika mengalami karang gigi? a. Berobat ke dokter gigi

b. Lainnya,……….

11. Pernahkah anda mendengar gigi goyang?

a. Ya b. Tidak

12. Jika ya, darimana informasi tersebut anda dapatkan? a. Petugas kesehatan/ penyuluhan

b. Dokter/ Bidan/ Perawat b. TV/ Radio

c. Majalah/ Iklan

d. Teman/ Keluarga/ Tetangga e. Sekolah

13. Sepengetahuan anda apa penyebab gigi goyang? a. Karena tidak menyikat gigi teratur


(58)

14. Sepengetahuan anda, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah gigi goyang? a. Menyikat gigi teratur

b. Periksa gigi teratur 6 bulan sekali ke dokter gigi

c. Lainnya,………

15. Sepengetahuan anda apa yang harus dilakukan ketika mengalami gigi goyang? a. Berobat ke dokter gigi

b. Lainnya,……….

C. SIKAP TENTANG PENYAKIT PERIODONTAL

1. Pernahkah anda mengalami gusi berdarah? a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Jika pernah, apakah anda terganggu dengan hal tersebut? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda mengobatinya ke dokter gigi? a. Ya

b. Tidak

4. Jika ya, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

c. ………..

5. Jika tidak, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

6. Pernahkah anda mengalami karang gigi? a. Pernah

b. Tidak pernah

7. Jika pernah, apakah anda terganggu dengan hal tersebut? a. Ya

b. Tidak

8. Apakah anda mengobatinya ke dokter gigi? a. Ya

b. Tidak

9. Jika ya, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

c. ………..

10. Jika tidak, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

11 Pernahkah anda mengalami gigi goyang? a. Pernah

b. Tidak pernah

12. Jika pernah, apakah anda terganggu dengan hal tersebut? a. Ya

b. Tidak


(59)

a. Ya b. Tidak

14. Jika ya, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

c. ………..

15. Jika tidak, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

D. PERILAKU TENTANG PENYAKIT PERIODON TAL

1. Apakah anda menyikat gigi setitap hari? a. Ya

b. Tidak

2. Jika Ya, berapa kali sehari dan kapan saja anda menyikat gigi? a. 1 x,…………. Hari ketika ………..

b. 2 x,…………. Hari ketika ……….. c. 3 x,…………. Hari ketika ……….. d. Lainnya…….

3. Apakah anda memeriksakan gigi secara teratur? a. Ya, 6 bulan sekali

b. Ya, tidak tentu waktunya c. Tidak pernah

4. Jika ya, biasanya untuk apa anda ke dokter gigi (alasan)? a. Untuk memeriksakan gigi

b. ………

c. ………

5. Jika tidak, alasan tidak memeriksakan gigi secara teratur?

a. ………

b. ………


(60)

E. KEBUTUHAN PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL

(Berdasarkan Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) dari WHO) Pemberian skor

17 16 11 26 27


(1)

9.

Oliver RC, Brown LJ, Loe H. Periodontal treatment needs. Periodontal 2000,

1993; 2: 150-60

10.

WHO Oral Health Country/Area Profile Programme. Community periodontal

index of treatment needs (CPITN). Department of Noncommunicable Diseases

Surveillance/Oral Health WHO Collaborating Centre, Malmö University.

http://www.whocollab.od. mah.se/expl/orhcpitn.html

11.

Estela G, Almeida AD, Dias AJ, Frogosa AC, Almeida MAD, Vieira R.

Technical assessment of WHO-621 periodontal probe made in Brazil. Braz

DentJ, 2002;13(1):61-5

<20 November 2009>

12.

Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2005: 43-64

13.

Smet B. Psikologi kesehatan. Jakarta: PT Grafindo: 7-9; 190

14.

Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2007: 133-151


(2)

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/

KESEHATAN GIGI MAYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENELITIAN KEBUTUHAN DAN PERILAKU TENTANG PERAWATAN PENYAKIT

PERIODONTAL

PADA MASYARAKAT UMUR 15-64 TAHUN DI KEC.

PANGURURAN, SAMOSIR TAHUN 2010

KUESIONER

Nama: ………. No. Kartu :

Desa: ………. Pemeriksa : ………..

A. Karakter Responden

1. Umur:

a. 15-24 tahun b. 25-34 tahun c. 35-44 tahun d. 45-65 tahun

2. Jenis kelamin:a. Laki-laki b. Perempuan

3. Taraf pendidikan:

a. Tidak tamat SD/tidak sekolah b. SD/SMP

c. SMA/D1/D2 d. D3/S1 e. S2/S3

4. Pekerjaan

a. Kategori I (dokter, jaksa, hakim, direktur bank, dan pekerjaan yang setara) b. Kategori II (guru, bidan, perawat, apoteker, pemilik toko, PNS, pegawai swasta,

teknisi, polisi, tentara dan pekerjaan yang setara)

c. Kategori III (supir, tukang jahit, pengrajin, montir, pelayan toko, penjaga kasir, penjual sayur, satpam, tukang parkir dan pekerjaan yang setara)

d. Kategori IV (buruh, pembersih jalan, pembantu rumah tangga, tukang cuci, buruh tani dan pekerjaan yang setara)

e. Kategori V (tidak bekerja)

B. Pengetahuan tentang penyakit periodontal

1. Pernahkah anda mendengar gusi berdarah?(Jika tidak, lanjut ke No. 6)

a. Ya b. Tidak

2. Jika ya, darimana informasi tersebut anda dapatkan? a. Petugas kesehatan/ penyuluhan

b. Dokter/ Bidan/ Perawat c. TV/Radio

d. Koran/ majalah


(3)

f. Sekolah

3. Sepengetahuan anda apa penyebab gusi berdarah? a. Karena tidak menyikat gigi teratur

b. Lainnya,………

4. Sepengetahuan anda, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah gusi berdarah? a. Menyikat gigi teratur

b. Kumur-kumur dengan larutan mengandung fluor c. Periksa gigi teratur 6 bulan sekali ke dokter gigi

d. Lainnya,………

5. Sepengetahuan anda apa yang harus dilakukan ketika mengalami gusi berdarah a. Menyikat gigi teratur

b. Memakan vitamin C c. Berobat ke dokter gigi

d. Lainnya,……….

6. Pernahkah anda mendengar karang gigi? (jika tidak langsung ke No. 11) a. Ya

b. Tidak

7. Jika ya, darimana informasi tersebut anda dapatkan? a. Petugas kesehatan/penyuluhan

b. Dokter/ Bidan/ Perawat c. TV/ Radio

d. Majalah/ Iklan

e. Teman/ Keluarga/ Tetangga f. Sekolah

8. Sepengetahuan anda apa penyebab karang gigi? a. Karena tidak menyikat gigi teratur

b. Lainnya,………

9. Sepengetahuan anda, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah karang gigi? a. Menyikat gigi teratur

b. Periksa gigi teratur 6 bulan sekali ke dokter gigi

c. Lainnya,………

10. Sepengetahuan anda apa yang harus dilakukan ketika mengalami karang gigi? a. Berobat ke dokter gigi

b. Lainnya,………. 11. Pernahkah anda mendengar gigi goyang?

a. Ya b. Tidak

12. Jika ya, darimana informasi tersebut anda dapatkan? a. Petugas kesehatan/ penyuluhan

b. Dokter/ Bidan/ Perawat b. TV/ Radio

c. Majalah/ Iklan

d. Teman/ Keluarga/ Tetangga e. Sekolah

13. Sepengetahuan anda apa penyebab gigi goyang? a. Karena tidak menyikat gigi teratur


(4)

14. Sepengetahuan anda, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah gigi goyang? a. Menyikat gigi teratur

b. Periksa gigi teratur 6 bulan sekali ke dokter gigi

c. Lainnya,………

15. Sepengetahuan anda apa yang harus dilakukan ketika mengalami gigi goyang? a. Berobat ke dokter gigi

b. Lainnya,……….

C. SIKAP TENTANG PENYAKIT PERIODONTAL

1. Pernahkah anda mengalami gusi berdarah? a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Jika pernah, apakah anda terganggu dengan hal tersebut? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda mengobatinya ke dokter gigi? a. Ya

b. Tidak

4. Jika ya, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

c. ………..

5. Jika tidak, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

6. Pernahkah anda mengalami karang gigi? a. Pernah

b. Tidak pernah

7. Jika pernah, apakah anda terganggu dengan hal tersebut? a. Ya

b. Tidak

8. Apakah anda mengobatinya ke dokter gigi? a. Ya

b. Tidak

9. Jika ya, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

c. ………..

10. Jika tidak, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

11 Pernahkah anda mengalami gigi goyang? a. Pernah

b. Tidak pernah

12. Jika pernah, apakah anda terganggu dengan hal tersebut? a. Ya

b. Tidak


(5)

a. Ya b. Tidak

14. Jika ya, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

c. ………..

15. Jika tidak, apa alasan anda?

a. ……….

b. ……….

D. PERILAKU TENTANG PENYAKIT PERIODON TAL

1. Apakah anda menyikat gigi setitap hari? a. Ya

b. Tidak

2. Jika Ya, berapa kali sehari dan kapan saja anda menyikat gigi? a. 1 x,…………. Hari ketika ………..

b. 2 x,…………. Hari ketika ……….. c. 3 x,…………. Hari ketika ……….. d. Lainnya…….

3. Apakah anda memeriksakan gigi secara teratur? a. Ya, 6 bulan sekali

b. Ya, tidak tentu waktunya c. Tidak pernah

4. Jika ya, biasanya untuk apa anda ke dokter gigi (alasan)? a. Untuk memeriksakan gigi

b. ………

c. ………

5. Jika tidak, alasan tidak memeriksakan gigi secara teratur?

a. ………

b. ………


(6)

E. KEBUTUHAN PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL

(Berdasarkan Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) dari WHO) Pemberian skor

17 16 11 26 27