Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Energetic Pieces of Classical Guitar: resital gitar T1 852009029 BAB II

(1)

BAB II

KAJIAN HISTORIS DAN ANALISIS REPERTOAR A. Gitar Di Abad Ke-16

1. Lute

Gitar memiliki perjalanan panjang dalam sejarahnya dari mulai hanya 4 senar hingga bisa menjadi 6 senar seperti yang sering dipakai saat ini. Ada banyak instrumen lain yang dianggap masih bersaudara dengan gitar, Carl Sachs menyebutkan di dalam bukunya Systematik der Musikinstrumente bahwa gitar merupakan termasuk instrumen chordophones yaitu instrumen yang menghasilkan suara melalui getaran dari satu atau dua senar secara bersamaan. Contoh instrumen plucked chordophone adalah gitar, lute, harpa, dll, sedangkan bowed chordophones adalah violin, cello dan lainnya.

Terdapat tiga instrumen chordophones yang dipakai pada abad ke-16 yaitu lute, vihuela, dan gitar empat senar. Lute sudah dikenal sejak zaman Mesir kuno dan berkembang di Eropa. Instrumen ini memiliki keunikan dengan bagian belakangnya berbentuk bulat keluar. Banyak komposer besar yang membuat karya untuk lute termasuk Johann Sebastian Bach dan Antonio Vivaldi. Pembuat lute disebut sebagai luthier. Sebutan ini dibawa terus sampai sekarang sehingga pembuat gitar juga mendapat nama yang sama.

2. Gitar Klasik/Gitar Enam-Senar

Pada pertengahan abad ke-18 muncul lagi salah satu tipe gitar baru yaitu gitar enam-senar yang dikenal dengan sebutan ‘classical guitar’ atau ‘classic guitar’. Masyarakat mulai meninggalkan gaya menggandakan senar dan gitar enam-senar tanpa penggandaan menjadi ketertarikan baru dan menggambarkan gitar pada pertengahan abad ke-18.


(2)

Kepopuleran gitar yang menurun membuat para ahli pengrajin gitar mulai banyak meninggalkan pembuatan gitar, namun ini ternyata menjadi keuntungan sendiri bagi masyarakat biasa yang ingin membuat gitar dengan pengetahuan seadanya. Pengrajin pada era ini banyak melakukan inovasi-inovasi baru dalam membuat gitar, mengingat mereka hanya menggunakan bahan yang murah sehingga bisa bebas dalam berinovasi. Di era inilah terdapat salah satu inovasi terbesar bagi sejarah gitar yaitu penggunaan sistem fan-strutting, hal ini bisa dilihat dari gitar-gitar buatan Francisco Sanguino, seorang ahli gitar pada era ini.

Perkembangan gitar mulai terasa di awal abad ke-19, baik dari segi pemainnya maupun repertoar untuk gitar. Gitaris dari awal abad ke-19 tidak hanya berasal dari negara yang mendominasi sebelumnya seperti Spanyol, Perancis, Italia, dan Inggris namun juga dari Russia dan Hungaria. Pada awal abad ke-19 gitaris-gitaris memberikan kontribusi sangat besar untuk instrumen ini seperti Ferdinando Carulli, Matteo Carcassi, Dionisio Aguado, Luigi Legnani, Mauro Giuliani, dan Fernando Sor melalui metode-metode pembelajaran untuk gitar. Dua nama terakhir bahkan memiliki rovalitas yang tinggi di era itu.1

A. Sejarah Periode 1. Barok

Barok merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan sebuah periode atau gaya musik khususnya di Eropa dalam kurun waktu tertentu, yaitu mulai pada 1600-1750. Barok berasal dari bahasa Portugis yaitu barroco, yang berarti sebuah mutiara tak beraturan yang bulat.2 Gaya musik Barok merupakan perkembangan dari periode sebelumnya yakni Renaisans. Pada gaya musik Barok mulai bermunculan pergerakan harmoni yang disonan, perubahan tanda kunci dan tempo,

1 Graham Wade, 1972, A Concise History of Classical Guitar, Missouri, Mel Bay Publications, halaman 20& 87

2 Randel. Don Michael. “Baroque” The Harvard Concise Dictionary of Music and Musicians, ed. Don Michael Randel, 53. Edisi ke-2. London: Macmillan Publishers Limited


(3)

terdapat banyak ornamentasi, serta musik bergerak secara dinamis. Tujuan perkembangan gaya musik pada periode ini adalah untuk menunjukkan ekspresi yang lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya, sehingga musik tersebut bisa berdampak dan lebih dapat dinikmati.

Beberapa komponis yang hidup pada periode ini, antara lain: Johann Sebastian Bach, Giacomo Carissimi, Henry Purcell, Antonio Caldara, Antonio Vivaldi, George Frideric Handel, dan sebagainya. Pada resital ini, penulis membawakan satu buah karya periode Barok, yaitu: “Prelude, Fugue and Allegro BWV 998” karya dari Johann Sebastian Bach.

2. Biografi Johann Sebastian Bach

Johann Sebastian Bach adalah anak terakhir dari delapan bersaudara. Ia lahir pada tanggal 21 Maret 1685 di Kota Eisenach, Jerman. Ayahnya bernama Johann Ambrosius Bach dan bekerja sebagai pemain terompet dan dirigen orkes Kota Eisenach. Keluarga Bach sejak abad ke-16 sampai abad ke-19 telah menghasilkan banyak musisi yang berkualitas. Bach memulai pendidikan pada sekolah yang dikelola gereja Lutheran di Eisenach. Pada tahun 1694 kedua orang tua Bach telah meninggal sehingga ia berpindah ke Ohrdruf dimana Bach diasuh oleh kakaknya, Johann Christoph Bach. Di Ohrdruf ia melanjutkan sekolah di Lyceum dan mendapat pelajaran bermain organ dari kakaknya yang merupakan seorang organis. Bach juga belajar komposisi sendiri dari buku musik Froberger, Kerl, dan Pachelbel. Ketika Bach berusia 15 tahun, rumah Johann Cristoph Bach menjadi semakin penuh seiring dengan bertambahnya anggota keluarga sehingga Bach harus pindah. Melalui perantaraan pemimpin musik di sekolah Lyceum, Bach mendapat tempat sebagai penyanyi di gereja St. Mikael di Kota Luneburg, Jerman Utara. Bach mendapat sambutan hangat karena suara soprannya yang bagus. Setelah suaranya berubah dewasa, ia memulai tugas lain sebagai organis atau biolis. Ada kemungkinan pada masa itu Bach bertemu


(4)

dengan komposer besar George Boehm dan belajar komposisi dari Boehm. Bach juga melakukan kunjungan ke Kota Hamburg untuk mendengar serta mempelajari permainan organ J.A. Reinecken di gereja St. Katarina.

Pada tahun 1702, Bach pergi dari Luneberg untuk mencari pekerjaan. Ia memenangi perlombaan di kota Sangerhausen dan berhak atas posisi sebagai organis gereja. Namun karena pangeran setempat tidak setuju, maka ditunjuklah orang yang lebih tua untuk mengambil posisi ini. Bach mendapat tugas memainkan musik untuk pangeran yang merupakan wakil pimpinan Kota Weimar pada tahun 1703 dan pada tahun yang sama mendapat posisi sebagai organis di Kota Arn. Karya-karya awal Bach diciptakan di kota ini. Selama bekerja di Kota Arn, Bach mendapatkan beberapa pengalaman yang kurang menyenangkan. Beberapa diantaranya yaitu ketika ia terlibat konflik dengan pemain fagot, berselisih paham dengan anggota paduan suara, dan ditegur oleh dewan gereja. Datangnya teguran dari dewan gereja bermula dari keterlambatan Bach kembali dari masa cutinya di tahun 1705. Ketika itu Bach diizinkan cuti untuk mendengar karya Buxtehude di Kota Lubeck. Ia kembali setelah tiga bulan, terlambat dari waktu cuti yang telah ditentukan. Selain itu dewan gereja juga menganggap iringan koral yang diciptakannya terlalu rumit sehingga sulit untuk diikuti jemaat.

Pada tahun 1707, Bach memenangkan perlombaan untuk menjadi organis gereja St. Blasius yang terletak di Kota Mulhausen. Setelah memenangkan jabatan baru tersebut, Bach menikah dengan sepupunya yang bernama Maria Barbara Bach dan dikaruniai delapan anak. Jabatan tersebut tidak dipertahankan oleh Bach karena ia hanya diperbolehkan memainkan lagu yang sangat sederhana dalam ibadah. Bach lebih memilih menerima undangan sebagai organis istana untuk Pangeran Wilhelm Ernst, pangeran utama Kota Weimar pada tahun 1708.

Pada masa jabatannya di Weimar sampai tahun 1717, Bach banyak menciptakan komposisi atas dorongan Pangeran Wilhelm. Ia menggubah


(5)

prelude dan fuga, toccata dan fuga, dan koral prelude. Tugas-tugas Bach di Weimar termasuk menciptakan karya dan bermain organ, mengajar organ, membuat komposisi, mengatur konstruksi organ dan harpsichord, memperbaiki alat musik istana, dan menjadi konsultan organ-organ baru bagi kota-kota sekitar. Pada tahun 1713, jabatan Bach dinaikkan menjadi konzertmeister agar tidak berpindah ke tempat lain. Pada akhir tahun 1716, kapelmeister meninggal dan Bach berharap agar jabatan tersebut diberikan kepadanya. Akhirnya jabatan tersebut diberikan kepada Telemann sehingga Bach kecewa dan meminta berhenti agar dapat menerima tawaran sebagai Kapelmeister Pangeran Leopold di Kota Cothen. Permohonan Bach untuk berhenti tidak dihiraukan sehingga sekali lagi Bach meminta dengan cara yang dianggap kasar. Atas perbuatannya ini Bach diberhentikan secara tidak hormat setelah sebulan dimasukkan ke dalam penjara. Pada masa jabatannya di Cothen, Bach lebih banyak menggubah lagu hiburan untuk pangeran. Kebanyakan karyanya adalah lagu-lagu untuk keyboard, biola, dan konserto-konserto termasuk konserto Brandenburg yang sangat terkenal. Istri pertama Bach meninggal dunia tahun 1720 ketika Bach sedang melakukan perjalanan bersama pangeran. Bach kemudin menikah lagi dengan Anna Magdalena dan menciptakan beberapa buku musik khusus untuk istrinya. Pada tahun yang sama dengan pernikahan kedua Bach, Pangeran Leopold juga menikah. Istri pangeran tidak tertarik pada musik sehingga sejak saat itu Bach tidak dianggap terlalu penting lagi di istana.

Pada tahun 1723, Bach mendapat posisi sebagai cantor atau ketua musik di Sekolah Santo Thomas, Leipzig. Tugasnya adalah memimpin kegiatan musik untuk Kota Leipzig, bertanggung jawab untuk musik di empat gereja yang berpusat di Leipzig, dan mengajar di kelas. Pada masa ini Bach sangat aktif membuat komposisi, terutama kantata-kantata untuk seluruh tahun gerejawi. Masa jabatan Bach di Leipzig berlangsung dari tahun 1723-1750. Masa ini diwarnai dengan banyak perselisihan paham antara Bach, para pejabat gereja, dan kepala sekolah yang tidak mengerti


(6)

keinginan Bach untuk memajukan musik. Hubungannya dengan dewan kota cukup baik. Ia juga mengadakan kegiatan musik di luar gereja seperti mengadakan makan malam musik di rumahnya. Bach juga menjadi guru privat, menulis empat buku musik untuk organ dan harpsichord yang berisi koral prelude, suita-suita, dan lagu untuk harpsichord. Ia juga memimpin perhimpunan musik Collegium Musicum di Leipzig dari tahun 1729 sampai 1741.

Perjalanan untuk sebagai konsultan organ dan mengadakan konser organ masih dilakukannya. Tahun 1747 Bach diundang ke Berlin tempat anaknya, Carl Phillipp Emanuel Bach, bekerja sebagai pemain keyboard istana untuk Raja Frederick dari Prussia. Raja Frederick adalah seorang komposer yang baik dan juga pemain flute. Raja sangat terkesan dengan kemampuan Bach dalam melakukan improvisasi dan memberi Bach sebuah tema untuk fuga yang secara spontan diimprovisasikan Bach pada piano. Bach terkesan dengan koleksi piano Raja Frederick. Pada waktu Bach kembali ke Leipzig, ia menggubah satu kumpulan lagu berdasar tema yang diberikan Raja Frederick berisi kanon-kanon, sebuah fuga, dan dua trio yang diberi judul Musikalische Opfer.

Menjelang akhir hidupnya, kesehatan mata Bach menurun sampai ia buta total di tahun 1749. Dua kali operasi mata yang dijalani Bach gagal. Bach meninggal tahun 28 Juli 1750 akibat serangan otak.3

3. Analisis Struktural Prelude, Fugue and Allegro BWV 998

Prelude merupakan sebuah repertoar pembuka yang menghantarkan ke karya selanjutnya, dalam hal ini, adalah Fugue dan ditutup oleh Allegro. Karya ini berstruktur polifoni tiga suara. Prelude ini diawali oleh tanda sukat 12/8 yang dimainkan dalam tangga nada D mayor. Birama 1-5 terdapat tema dalam tonalitas D mayor lalu pengulangan pada dominannya di A mayor pada birama 6 dan pengulangan lagi pada birama

3 Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 1 (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1998), hlm.


(7)

14 tetapi kali ini di relatif minornya di tonalitas B minor. Adanya perpindahan frase dalam F# minor pada birama 17-19, E minor pada birama 21 ke A mayor pada birama 22 dan kembali ke D mayor pada birama 23. Pada ketukan ke 7 di birama 23, tonalitas modulasi ke C mayor dan ke dominannya G mayor pada birama 25. Pada birama 30 kembali ke tonalitas awal yaitu D mayor dengan pola ritmik yang sama pada birama 31-32 dan masuk ke pedal bas pada birama 33-35. Pada birama 36, dalam D mayor terdapat introduksi bentuk akor hingga birama 37 dan fermata pada birama 40.Tema melodi dimainkan kembali pada birama 42-44 dari titik ini melodi mengalir hingga suspensi akor di D mayor pada birama 48.

Gambar 2. 1 Birama 1-3 Tema Prelude Tabel 2. 1 Analisis struktural Prelude

Prelude

A Eksposisi

B

Pengembangan Tema

A’ Rekapitulasi Birama/

ketukan 1-5 6-41 42-48

Keterangan Tonalitas mulai dalam D mayor Tonalitas mulai dalam dominannya di A mayor

Tonalitas kembali ke D mayor ditutup oleh suspensi akor Fugue ini berstrukstur polifoni tiga suara, bersukat 4/4, subjek utamanya pada tonalitas D mayor pada birama 1 hingga birama 3 ketukan pertama dan dijawab pada suara kedua di dominannya di tonalitas A


(8)

mayor pada suara tengah di birama ke 3 ketukan kedua sampai birama 5 ketukan pertama. Suara ketiga muncul pada suara bas di birama 7 ketukan kedua hingga birama 9 ketukan pertama.

Gambar 2. 2 Birama 1-3 Subjek di suara atas (suara 1)

Gambar 2. 3 Birama 3-5 Subjek di suara tengah (suara 2)

Gambar 2. 4 Birama 7-9 Subjek di suara bawah (suara 3) Tabel 2. 2 Analisis struktural Fugue

Fugue

A Eksposisi

B Pengembangan

A Pengulangan Birama /

ketukan 1-17/1 17/2-29/1 29/2-77/2 77/3-103

Keterangan

Pada birama1-9

terdapat polifoni tema

tiga suara Tonalitas mulai dalam

D mayor

Muncul motif ritme baru. Interaksi tiap suara menjadi semakin intens dalam tonalitas

D mayor

Bagian tanpa permunculan

tema. Menggunakan kontrapung not seperenambelas.

Tonalitas mulai dalam D mayor

Tema utama muncul kembali


(9)

Allegro menggunakan sukat 3/8, tonalitas mulai dalam D mayor dan dimainkan arrpegio dalam not seperenambelasan dengan tempo allegro. Dalam Allegro ini terdapat dua bagian dan tiap bagiannya diulang dua kali.

Bagian pertama dari birama 1-32, pada birama 1-18 dimulai dari suara atas dalam tonalitas D mayor dan modulasi ke A mayor pada birama 19-23. Pada birama 24-26 kembali ke D mayor, ke A mayor lagi di birama 27, dan sampai pada kadens sempurna di birama 31-32 dalam tonalitas A mayor.

Bagian kedua dari birama 33-96 di mulai di dominannya yaitu A mayor dan kembali ke tonika D mayor pada birama 36, pada ketukan ketiga di birama 37 di modulasi ke subdominant nya di G mayor. Terjadi modulasi ke relatif minornya ke E minor di birama 41-56 dan E minor ini di modulasi ke paralel mayornya di E mayor di birama 57 dan kembali ke dominan dari D mayor yaitu A mayor di birama 60 agar dapat kembali ke tonika D mayor pada birama 64 ditutup oleh kadens sempurna dari akor V- I pada birama 95-96.

Gambar 2.5 Bentuk arpeggio seperenambelasan Tabel 2.3 Analisis struktural Allegro

Allegro

Birama / ketukan 1-32 33-96

Keterangan

Dimulai dari tonalitas D mayor dan modulasi dan

ditutup kadens di A mayor

Dimulai dari dominan A mayor dan ditutup kadens


(10)

4. Analisis teknik Prelude, Fugue and Allegro BWV 998

Komposisi ini memiliki gaya barok yang berati dimainkan ringan, dengan ornamentasi khas tanpa rubato dan vibrato yang berlebihan. Pada bagian Fugue memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dibandingkan dengan Prelude dan Allegro. Kesulitannya ialah memilah melodi utama yaitu subjek yang harus terdengar kontras dibandingkan konter-subjeknya, dengan begitu kerja jari-jari tangan kanan perlu kerja ekstra untuk memilahnya. Sementara pada Allegro selain tempo yang cepat yang menjadi perhatian ialah posisi jari tangan kiri yang membutuhkan perenggangan ekstra untuk mencapai nada-nada dengan posisi yang susah.Penalaan senar keenam untuk karya ini, dari E diturunkan ke D. C. Sejarah Periode

1. Klasik

Periode Klasik berlangsung antara 1720-1800, dalam jeda waktu 70 tahun dalam periode ini membuat banyak perubahan besar dalam musik, seperti ekspresi melodi dan warna instrumental.4 Karakter utama yang menjadi ciri khas periode klasik adalah: kesederhanaan, bentuk yang simetris, musik yang anggun, ornamentasi teratur, dan kejernihan suara yang tinggi. Musik pada periode ini lebih bersifat universal. Pada periode Klasik ini praktik moral dianggap lebih penting dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat ketuhannan, sikap natural dalam perilaku sosial lebih dihargai daripada kemewahan atau perilaku formal yang megah. Musik pada periode klasik tidak dibatasi oleh ras atau kenegaraan. Pada periode ini orang-orang lebih menyukai musik alamiah, ekspresif dan sifatnya menghibur.

2. Biografi Fernando Sor

Josep Ferrando Sor adalah seorang komposer dan gitaris klasik Spanyol pada era klasik pada tahun 1778 - 1839. Sementara ia terkenal

4 Joseph Kerman, Gary Tomlison, dan Vivian Kerman, Listen: Brief Fourth Edition


(11)

karena komposisi gitarnya, ia juga menggubah musik untuk berbagai genre, termasuk opera, orkestra, kuartet string, piano, suara, dan balet.keseriusan Sor dalam instrument gitar dimulai pada saat ia berada di Barcelona. Ia terinspirasi oleh Frederico Morreti yang juga merupakan seorang komposer dan gitaris yang bertugas di Royal “Walloon Guards of The Queen of Spain”. Dengan pengaruhnya Morreti, Komponis –gitaris berikutnya seperti Sor, Dinisio Aguado dan Mauro Giula sangat ingin meningkatkan instrument gitar sebagai instrument solo. Pengaruh musikalitas Morreti terhadap Sor, juga mempengaruhi komponis-gitaris Itali dalam memandang Morreti sebagai “Obor yang meyakinkan langkah para gitaris lainnya”.

3. Analisis Struktural Grand Solo op.14

Newman berpendapat bahwa Sor hanya menulis tiga sonata antara lain Sonata Prima atau Grand Solo, op. 14, Sonata Seconda in C mayor (Sonate, op 15b) dan Grande Sonata in C mayor, op .22. Brian Jeffery yang adalah seorang Komposer dan Gitaris (1994) mengatakan dalam bukunya Grand Solo Op. 14 ini merupakan "fantasi bebas dimana tema muncul kembali”. Grand Solo Op.14 adalah karya tunggal/Single movement yang merupakan contoh atau gambaran setelah pembukaan opera Italia pada 1780- 90’an. Gaya ini paling banyak diwakili pada saat itu oleh tokoh-tokoh seperti Spontini, Paisiello dan komponis lainnya di era klasik.

Tabel 2.4 Analisis struktural Grand Solo

T

Grand Solo Op.14

Introduksi Eksposisi Codeta Development Rekapitulasi Birama /

ketukan 1-25 26-102 103-121 125-169 171-238

Keterangan Introduksi dimulai dalam tonalitas D minor. Dengan tempo Tonalitas mulai dalam D mayor Dengan tempo Allegro Tonalitas mulai dalam A mayor Tonalitas dimulai dalam F mayor 7 Tonalitas mulai dalam D mayor


(12)

abel 2.5

Gambar 2.6 Main Theme

Pada tema utama terdiri dari 2 frase yang ketika dipilah terdapat 4 semi frase. Frase ini ditandai dua percakapan dramatis yang kuat dan dibangkitkan dengan acelaration/percepatan dengan irama yang kontras dan juga merupakan ciri khas di era klasik. Pada birama ke 41 diakhiri oleh half cadence.

Bridge

Gambar 2.7 Bridge

Bridge/Jembatan pada gambar diatas tidak menghasilkan modulasi yang efektif yang hanya merupakan pengulangan.

Grand Solo Op.14

Codeta Coda

Birama /

ketukan 239-262 263-268

Keteranga


(13)

Gambar 2.8 Transisi

Birama 59-78 merupakan transisi yang dimulai dengan A mayor.

Gambar 2.9 Italianate Passagework

Dalam gaya khas overture, proses ini melalui beberapa bagian yang termasuk didalamnya yaitu ritme yang tinggi dan mudah diikuti.

Gambar 2.10 Codeta

Birama 103-121 Merupakan codetta sebagai penutup yang juga merupakan pengembangan dari tema A.

Gambar 2.11. Development

Pengembangan/Development dengan tonika sebagai Des Mayor.

Gambar 2.12 Rekapitulasi Tema utama muncul lagi pada birama ke 171


(14)

4. Analisis teknik Grand Solo Op.14

Ciri dari musik klasik antara lain adalah beberapa elemen yang kontras, akselerasi, deselerasi, stabilitas dan ketegangan yang ditujukan sebagai dasar dalam memahami setiap frase pada suatu karya. Hubungan tonal dan kontrasnya sebuah ritme adalah kekuatan utama dari suatu karya yang tidak dapat diabaikan. Beberapa perubahan tekstur atau kejutan tonalitas, kepadatan, kriteria warna, fleksibilitas dalam perubahan tempo dan karakter musik pada Grand Solo Op.14 menggambarkan sebuah karya yang cukup sulit untuk dimainkan, karena kecepatan dan kestabilan yang dibutuhkan memerlukan pelatihan yang seimbang pada penjarian tangan kiri dan kanan.

D. Sejarah Periode 1. Romantik

Awal mula munculnya periode Romantik berkisar 1800-1900. Prinsip utama musik instrumental pada jaman romantik adalah: musik dapat menyampaikan emosi yang jelas tanpa menggunakan kata-kata. Musik pada periode romantik, lebih berkesan ekspresif dan personal. Struktural, bentuk dan tonalitas yang dulunya dianggap masuk akal dan baku, di periode ini batasan-batasannya menjadi tidak jelas dan meluas. Contoh nyata perkembangan musik pada periode Romantik ini adalah harmoni yang semakin kaya, perkembangan alat musik yang semakin beragam, banyaknya karya-karya solo untuk instrumen, dan banyaknya karya orkestra dengan komposisi instrumen yang lebih luas dan variatif dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Komponis periode Romantik yang karyanya dipilih penulis untuk dibawakan dalam resital ini, yaitu: Isaac Albeniz dengan kedua karyanya “Sevilla (Sevillanas) no. 3 aus Suite Espanola dan Cadiz”.

2. Biografi Isaac Albeniz

Isaac Albeniz lahir di Barcelona pada tahun 1860 dan wafat 1909. Albeniz adalah anak yang jenius dimana saat usianya yang keempat, ia sudah bermain dalam konser piano pertamanya yang membuat para


(15)

penontonnya takjub. Talenta berharga Albeniz ini membawa perjalanan hidupnya untuk belajar di Madrid Conservatory.5 Keinginannya yang mendalam untuk bermain dalam konser musik membuatnya kabur dari rumah dan melakukan perjalanan konser ke Argentina, Uruguay, Brasil, Kuba, Puerto Rico, Amerika Serikat, Inggris, Wiemar, Paraguay, Vienna, Budapest dan Brussels.

Sekitar tahun 1890 Albeniz mundur dari konser dan fokus dalam mengkomposisi karya. Ia belajar di Paris dan bertemu teman-temannya Paul Abraham Dukas, Faure dan Debussy. Ketika kematian ibu kandungnya pada 1900, Albeniz kembali ke Barcelona dan membuat opera Merlin disana. Pada akhir masa hidupnya, ia mengerjakan karya pianonya seperti Suite Iberia, Zarzuelas dan karya lainya. Sungguh ironis bahwa pada masa itu transkripsi karya gitarnya kurang terkenal dibandingkan dengan karya pianonya, dimungkinkan karena karya gitarnya tidak dimainkan didepan umum pada semasa hidupnya.6

3. Historis dan analisis Struktural Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola

Disepanjang masa hidupnya sebagai komponis, Albeniz memulai komposisinya dengan ide-ide musik Spanyol yang luas, memiliki budaya dan musik yang kuat. Teknik bermain pianonnya yang luar biasa memungkinkan dia untuk menciptakan efek-efek suara yang meniru permainan gitar atau kastanyet.

Di Sevilla ini dapat terdengar ritmik dansa asal kota Andalucia, sebuah provinsi yang dikenal dari agrikulturnya, pertarungan banteng, iklim yang hangat dan kultural yang beragam. Karya ini memiliki gambaran suasana kota Seville, Ibu kota Andalucia yang kontras, tertulis dalam bentuk ABA yang merupakan tipikal dari gaya nasionalistik

5Elias Barreiro, 4, Sevilla arranged for four guitars(United States of America: Mel Bay

Publications, 1999).

6 Claude v. Palisca.1995.The New Grove Dictionary of Music and Musicians, ed. Stanley


(16)

Spanyol milik Albeniz. Perlu digaris bawahi yaitu ritme pada bagian A yang riang dan pada bagian B yang melankolis, karya ini bersukat ¾.

Gambar 2.13 Tema bagian A

Tabel 2.6 Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola

Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola

A B A

Birama/ ketukan 1-52 53-92 2-23, 93-95

Keterangan

Tonalitas mulai dalam G mayor Dengan tempo Vivo

Energico

Tonalitas mulai

dalam C minor Pengulangan bagian A hingga coda

4. Analisis Teknik Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola

Komposisi ini memiliki gaya bermain Flamenco, menghindari penggunaan rubato yang berlebihan (khususnya pada bagian A). Bagian A dimainkan dalam tempo cepat dan dinamikanya forte. Bagian B dimainkan agak sedikit lambat, dinamika piano dan legato. Penalaan senar kelima dari A diturunkan ke G dan senar keenam dari E diturunkan ke D.

5. Kajian Historis dan analisis Struktural Cadiz

Cadiz merupakan salah satu bagian karya dari Suite Espanola. Karya ini menrcirikan patriotisme, serta mempertahankan gaya musik Eropa dari penggunaan melodi dan lirik yang rumit. Dengan sukat ¾ allegro ma non toppo. Introduksi dimulai pada birama 1-4. Frase Anteseden terdapat pada birama 5-12 dan frase konsekuen pada birama


(17)

13-28. Pengulangan motif triul seperenambelas selalu terdengar dan berulang yang dikontraskan pada tangan kiri. Subordinat terdapat pada birama 29-36 dan diakhiri dengan pengulangan introduksi. Karya ini berstruktur ABA dan menampilkan bentuk pertama Rondo.

Tabel 2.7 analisis struktural Cadiz

Cadiz no.4 aus Suite Espanola

A B A

Birama/

ketukan 5-28 41-56 1-40, 73-76

Keterangan

Tonalitas dimulai dalam A mayor

Dengan tempo Allegro ma non

troppo

Tonalitas dalam A

minor bagian A dan Pengulangan diakhiri dengan

coda

Gambar 2.14.Tema

Subjek melodi berada pada suara sopran dan diselingi pola triul yang berulang.


(18)

Pada birama 29-36 terjadi perpindahan tonalitas ke C Mayor dan dilanjutkan pada birama berikutnya dengan kembali pada tonalitas A mayor dan di akhiri dengan half cadence.

Gambar 2.16 Tema B

Tema B dimulai dengan relatif minor dari tonalitas tema A dan menggunakan motif yang sama. Pada birama ke 57, terjadi pengembangan tema yang dimulai dengan E mayor dan diakhiri oleh Codeta pada birama 68-72.

Gambar 2.17 Coda

Setelah tema B diakhiri dengan codetta, tema A diulang kembali hingga birama ke 40 dan diakhiri dengan coda.

6. Analisis teknik Cadiz

Teknik yang dibutuhkan pada karya ini adalah pelatihan slur tangan kiri, karena motif dan tema pada karya ini selalu berulang dan harus dikontraskan pada penjarian tangan kiri. Melodi, ritme serta dinamika juga menuntut kerja keras penjarian tangan kanan dengan teknik arpeggio, sehingga alur frase tanya dan jawab dapat dibedakan


(19)

E. Periode Abad XX

1. Sekilas mengenai Periode Abad XX

Pada periode musik abad XX para seniman atau komponis-komponis mengembangkan dan menerapkan berbagai macam idiomatika baru dalam karya-karya mereka. Karya komponis di periode ini sudah tidak terikat lagi dengan pemahaman dan struktur bentuk seni yang baku. Dalam bidang musik para komponis abad XX awal mengembangkan pemahaman yang berbeda-beda tentang hubungan antara nada ke nada satunya yang pada periode-periode sebelumnya komponis dituntut untuk memenuhi apa yang ingin didengar para pendengarnya, maka pada abad XX awal justru sebaliknya7.

2. Biografi Komponis

2.1 Biografi Heitor Villa-Lobos

Heitor Villa-Lobos lahir pada 5 Maret 1887 dan wafat pada 17 November 1959 di Rio de Janeiro, Brasil. Villa-Lobos ialah seorang komponis asal Brasil yang digambarkan sebagai sosok yang kreatif dan paling menonjol pada Abad ke-20 dalam perkembangan musik Brasil. Ia juga seorang komponis yang sangat produktif, banyak karyanya untuk orkestra, musik kamar, instrumental dan vokal, hingga lebih dari 2000 karya sebelum tutup usia. Musiknya dipengaruhi oleh musik rakyat Brasil dan gaya musik Eropa lama. Seperti Bachianas Brasileiras dan Prelude-preludenya untuk perbendaharaan karya untuk instrumen gitar.

Pada masa tumbuh kembang Villa-Lobos, Brasil sedang menjalani masa revolusi sosial dan modernisasi, penghapusan perbudakan, dan turunnya kekaisaran pada tahun 1889. Masa perkembangan Brasil terlihat jelas dalam kehidupan musik dan

7Andik Sutanto. (2012). Musik Abad Modern. (Online). Tersedia:

http://www.majalahpraise.com/musik-abad-modern-%281900-2000%29-517.html.(12 Desember 2012)


(20)

karya-karyanya. Ia sempat mengikuti kursus pelajaran musik tradisional dan harmoni di Conservatorio de Musica. Villa-lobos menguasai instrumen cello, gitar dan klarinet.

Masa mudanya berubah ketika ayah kandungnya meninggal dunia pada 1899 dan ia menjadi tulang punggung keluarganya dengan menjadi pemain musik di teater orkestra di Rio, selain itu ia juga bergabung dengan musik jalanan lokal di Brasil. Tanpa disadari dari sanalah ia mulai memutuskan untuk serius mengkomposisi karya-karyanya.

2.2 Biografi Roland Dyens

Roland Dyens adalah seorang gitaris dan komposer asal Prancis yang lahir di Tunis, ibukota Tunisia, pada 19 Oktober 1955. Pada tahun 1961, Dyens mulai bermain gitar pada usia sembilan tahun.Empat tahun kemudian, mulai belajar klasik dengan gitaris Spanyol Alberto Ponce di l'Ecole Normale de Musique di Paris. Dyens menerima gelar “Licence de Concert” pada tahun 1976 dari l'Ecole Normale. Ia belajar komposisi, konduktor, dan orkestrasi dengan Desire Dondeyne. Ia juga mendapatkan penghargaan khusus dalam kompetisi “Allesandria” dan penghargaan dari “Chareles-Cros Academia” untuk rekamannya dalam penghormatan karya-karya Villa Lobos. Selain menjadi seorang pemenang dari Beracasa dan Yayasan Menuhin (1980), Dyens juga dihormati pada tahun 1988 oleh Majalah Gitar sebagai salah satu dari 100 gitaris kontemporer terbaik dalam setiap gaya. Sejak Oktober 1998 sampai Juni 2000, Dyens mengajar kelas gitar klasik, jazz dan rock di sekolah “l'Ecole”, dan di Conservatoire “National Supérieur de Paris”, dimana ia mulai mengajar pada bulan Juni tahun 2000 setelah pensiun dari gurunya, Alberto Ponce. Roland Dyens mengaransemen dan merekam 12 album yang didalamanya terdapat berbagai komposisi yang berbeda seperti Heitor Villa Lobos, Fernando Sor, Joaquin Rodrigo, Frederic Chopin, Erik Satie, and


(21)

Maurice Ravel, Django Reinhardt and Thelonius Monk. komposisinya seperti Libra Sonatine, Tango en Sky, dan The Trois Saudades telah menjadi kebutuhan pokok dari repertoar konser di era modern. Dalam komposisinya, ia memulai hal dengan pemilihan akord dan memutuskan apakah ia akan menggunakan scordatura tuning. Pilihan utama dan scordatura sering dirancang untuk menempatkan akord tonika dan dominan pada Open stirng dan bertujuan menampilkan suatu karakter atau warna pada gitar untuk menyoroti aspek-aspek yang menarik.8

3. Analisis Struktural

3.1 Analisis Struktural Etude No.11

Gambar.28 Analisis Struktural Etude No.11

Etude No. 11

Tema A B C

Birama/

Ketukan 1-14 12-45 46-64

Keterangan Tema A dimulai

dengan A minor. sukat 4/4 dan bertempo Lento

Tema B dimulai dengan tonalitas C

Mayor, dengan sukat 2/2

Tema C dimulai dengan akord

E minor dengan tempo

poco meno.

Tema A dibuka dengan tempo lambat/lento, dengan panduan dinamika “Bien chante et tres expressif dans la cored” yang berarti bernyanyi dengan baik dan sangat ekspresif. Pada birama ke 15 terjadi perpindahan tonalitas dari G Mayor ke C Mayor dan bertempo “anime” yang berarti “hidup”, kemudian tempo mulai bergerak semakin cepat hingga memasuki tema B pada birama ke

8 Beavers, Sean. “Homage in the Solo Guitar Music of Roland

Dyens.” A Treatise submitted to theCollege of Musicin partial fulfillment of therequirements for the degree ofDoctor of Music. Florida, 2006.


(22)

17. Pengembangan pada tema B terjadi di birama 34 dan diselingi dinamika (Sfz, p) dan aksen. Pada birama ke 43-45 merupakan penutup/codetta dari tema B. Bagian ke tiga atau tema C dimulai pada birama 46 dengan sukat 4/4 dan not seperenembelasan. Tema B kembali muncul pada birama ke 66-76. Penutup tema C dimulai dari birama 77-82 dan diakhiri dengan Coda pada birama 93.

Gambar 2.18 Tema A

Gambar 2.19 Tema B

Gambar 2.20 Tema C

Gambar 2.21 Closing section Tema C


(23)

Gambar 2.23 Coda

3.2 Analisis Struktural Saudade No. 3 (Fantasia)

Saudade No.3 ( Fantasia )

Introduksi A B A’

Birama/

ketukan Ad Libitum 5-51 52-85 87-94

Keterangan

Introduksi diawali dengan permainan bebas dari penyaji.

Tonalitas dimulai pada

D Mayor. Sukat 2/4

Tema B dimulai dengan akord

A minor. Sukat ¾ dan

3/16

Rekapitulasi dimulai dengan D

Mayor.

Pada introduksi, penyaji menampilkan keahlian teknik kecepatan serta dinamika. Bagian A dimulai dengan tonalitas D Mayor dengan iringan melodi atau motif pada senar bas yang diulang-ulang. Pada birama 24, terjadi pemakian teknik tambura/teknik memukul badan gitar dan memasuki sebagian pengulangan yang sama pada tema A. Bridge/jembatan dimulai pada birama 33-38 dan melodi berada pada senar bas. Sebagai penutup tema A, codetta dimulai pada birama 39-51 dengan teknik penjarian slur dan diakhiri dengan perdendonsi/lambat.

Tema B dimulai dengan tempo 70 dengan not 1/16 dan 1/32. Sukat yang digunakan adalah ¾ + 3/16, dengan kombinasi dinamika Forte dan piano subito. Transisi pada tema B dimulai pada birama 55-58 dan memasuki tema kedua. Untuk menutupi Secondary theme B, terjadi melodi tunggal pada senar bass yang dimulai pada birama 80-85.


(24)

Rekapitulasi dimulai pada birama berikutnya yaitu 86-94 dan bertempo largo. Coda dimulai pada birama 95 dengan sebagian pengulangan dari tema A dan menutupi karya ini dengan teknik arpeggio pada nada Dm+11.

4. Analisis Teknik

4.1 Analisis Teknik Etude No.11

Etude No 11 Villa Lobos ini melatih beberapa teknik penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri. Teknik-teknik ini dilatih untuk menegaskan setiap dinamika, seperti sfz, sffz, p serta aksen. Tema B dalam karya ini melatih penjarian tangan kanan untuk mengkontraskan aksen serta dinamika. Tema C melatih kedua tangan kanan dan kiri, antara lain merenggangkan tangan kiri serta ketahanan jari jempol. Pada tangan kanan melatih kestabilan teknik arpeggio dengan not seperenambelasan, dan juga melatih jari jempol dalam memetik tiga senar bas sekaligus.

4.2 Analisis Teknik Saudade No. 3 (Fantasia)

Karya ini memberikan dan meningkatkan skill seorang performa dalam interpretasi. Beberapa teknik yang ada pada karya ini antara lain, accelerando/kecepatan, melatih dinamika, melatih kekuatan jari tangan kiri dalam memainkan melodi tanpa dipetik, teknik memukul badan gitar sebagai ritme/tambura, serta teknik pizzicato pada tangan kanan.


(1)

E. Periode Abad XX

1. Sekilas mengenai Periode Abad XX

Pada periode musik abad XX para seniman atau komponis-komponis mengembangkan dan menerapkan berbagai macam idiomatika baru dalam karya-karya mereka. Karya komponis di periode ini sudah tidak terikat lagi dengan pemahaman dan struktur bentuk seni yang baku. Dalam bidang musik para komponis abad XX awal mengembangkan pemahaman yang berbeda-beda tentang hubungan antara nada ke nada satunya yang pada periode-periode sebelumnya komponis dituntut untuk memenuhi apa yang ingin didengar para pendengarnya, maka pada abad XX awal justru sebaliknya7.

2. Biografi Komponis

2.1 Biografi Heitor Villa-Lobos

Heitor Villa-Lobos lahir pada 5 Maret 1887 dan wafat pada 17 November 1959 di Rio de Janeiro, Brasil. Villa-Lobos ialah seorang komponis asal Brasil yang digambarkan sebagai sosok yang kreatif dan paling menonjol pada Abad ke-20 dalam perkembangan musik Brasil. Ia juga seorang komponis yang sangat produktif, banyak karyanya untuk orkestra, musik kamar, instrumental dan vokal, hingga lebih dari 2000 karya sebelum tutup usia. Musiknya dipengaruhi oleh musik rakyat Brasil dan gaya musik Eropa lama. Seperti Bachianas Brasileiras dan Prelude-preludenya untuk perbendaharaan karya untuk instrumen gitar.

Pada masa tumbuh kembang Villa-Lobos, Brasil sedang menjalani masa revolusi sosial dan modernisasi, penghapusan perbudakan, dan turunnya kekaisaran pada tahun 1889. Masa perkembangan Brasil terlihat jelas dalam kehidupan musik dan

7Andik Sutanto. (2012). Musik Abad Modern. (Online). Tersedia:

http://www.majalahpraise.com/musik-abad-modern-%281900-2000%29-517.html.(12 Desember 2012)


(2)

karya-karyanya. Ia sempat mengikuti kursus pelajaran musik tradisional dan harmoni di Conservatorio de Musica. Villa-lobos menguasai instrumen cello, gitar dan klarinet.

Masa mudanya berubah ketika ayah kandungnya meninggal dunia pada 1899 dan ia menjadi tulang punggung keluarganya dengan menjadi pemain musik di teater orkestra di Rio, selain itu ia juga bergabung dengan musik jalanan lokal di Brasil. Tanpa disadari dari sanalah ia mulai memutuskan untuk serius mengkomposisi karya-karyanya.

2.2 Biografi Roland Dyens

Roland Dyens adalah seorang gitaris dan komposer asal Prancis yang lahir di Tunis, ibukota Tunisia, pada 19 Oktober 1955. Pada tahun 1961, Dyens mulai bermain gitar pada usia sembilan tahun.Empat tahun kemudian, mulai belajar klasik dengan gitaris Spanyol Alberto Ponce di l'Ecole Normale de Musique di Paris. Dyens menerima gelar “Licence de Concert” pada tahun 1976 dari l'Ecole Normale. Ia belajar komposisi, konduktor, dan orkestrasi dengan Desire Dondeyne. Ia juga mendapatkan penghargaan khusus dalam kompetisi “Allesandria” dan penghargaan dari “Chareles-Cros Academia” untuk rekamannya dalam penghormatan karya-karya Villa Lobos. Selain menjadi seorang pemenang dari Beracasa dan Yayasan Menuhin (1980), Dyens juga dihormati pada tahun 1988 oleh Majalah Gitar sebagai salah satu dari 100 gitaris kontemporer terbaik dalam setiap gaya. Sejak Oktober 1998 sampai Juni 2000, Dyens mengajar kelas gitar klasik, jazz dan rock di sekolah “l'Ecole”, dan di Conservatoire “National Supérieur de Paris”, dimana ia mulai mengajar pada bulan Juni tahun 2000 setelah pensiun dari gurunya, Alberto Ponce. Roland Dyens mengaransemen dan merekam 12 album yang didalamanya terdapat berbagai komposisi yang berbeda seperti Heitor Villa Lobos, Fernando Sor, Joaquin Rodrigo, Frederic Chopin, Erik Satie, and


(3)

Maurice Ravel, Django Reinhardt and Thelonius Monk. komposisinya seperti Libra Sonatine, Tango en Sky, dan The Trois Saudades telah menjadi kebutuhan pokok dari repertoar konser di era modern. Dalam komposisinya, ia memulai hal dengan pemilihan akord dan memutuskan apakah ia akan menggunakan scordatura tuning. Pilihan utama dan scordatura sering dirancang untuk menempatkan akord tonika dan dominan pada Open stirng dan bertujuan menampilkan suatu karakter atau warna pada gitar untuk menyoroti aspek-aspek yang menarik.8

3. Analisis Struktural

3.1 Analisis Struktural Etude No.11

Gambar.28 Analisis Struktural Etude No.11 Etude No. 11

Tema A B C

Birama/

Ketukan 1-14 12-45 46-64

Keterangan Tema A dimulai

dengan A minor. sukat 4/4 dan

bertempo Lento

Tema B dimulai dengan tonalitas C

Mayor, dengan sukat 2/2

Tema C dimulai dengan akord

E minor dengan tempo

poco meno.

Tema A dibuka dengan tempo lambat/lento, dengan panduan dinamika “Bien chante et tres expressif dans la cored” yang berarti bernyanyi dengan baik dan sangat ekspresif. Pada birama ke 15 terjadi perpindahan tonalitas dari G Mayor ke C Mayor dan bertempo “anime” yang berarti “hidup”, kemudian tempo mulai bergerak semakin cepat hingga memasuki tema B pada birama ke

8 Beavers, Sean. “Homage in the Solo Guitar Music of Roland

Dyens.” A Treatise submitted to theCollege of Musicin partial fulfillment of therequirements for the degree ofDoctor of Music. Florida, 2006.


(4)

17. Pengembangan pada tema B terjadi di birama 34 dan diselingi dinamika (Sfz, p) dan aksen. Pada birama ke 43-45 merupakan penutup/codetta dari tema B. Bagian ke tiga atau tema C dimulai pada birama 46 dengan sukat 4/4 dan not seperenembelasan. Tema B kembali muncul pada birama ke 66-76. Penutup tema C dimulai dari birama 77-82 dan diakhiri dengan Coda pada birama 93.

Gambar 2.18 Tema A

Gambar 2.19 Tema B

Gambar 2.20 Tema C

Gambar 2.21 Closing section Tema C


(5)

Gambar 2.23 Coda

3.2 Analisis Struktural Saudade No. 3 (Fantasia)

Saudade No.3 ( Fantasia )

Introduksi A B A’

Birama/

ketukan Ad Libitum 5-51 52-85 87-94

Keterangan

Introduksi diawali dengan permainan bebas dari penyaji.

Tonalitas dimulai pada

D Mayor. Sukat 2/4

Tema B dimulai dengan akord

A minor. Sukat ¾ dan

3/16

Rekapitulasi dimulai dengan D

Mayor.

Pada introduksi, penyaji menampilkan keahlian teknik kecepatan serta dinamika. Bagian A dimulai dengan tonalitas D Mayor dengan iringan melodi atau motif pada senar bas yang diulang-ulang. Pada birama 24, terjadi pemakian teknik tambura/teknik memukul badan gitar dan memasuki sebagian pengulangan yang sama pada tema A. Bridge/jembatan dimulai pada birama 33-38 dan melodi berada pada senar bas. Sebagai penutup tema A, codetta dimulai pada birama 39-51 dengan teknik penjarian slur dan diakhiri dengan perdendonsi/lambat.

Tema B dimulai dengan tempo 70 dengan not 1/16 dan 1/32. Sukat yang digunakan adalah ¾ + 3/16, dengan kombinasi dinamika Forte dan piano subito. Transisi pada tema B dimulai pada birama 55-58 dan memasuki tema kedua. Untuk menutupi Secondary theme B, terjadi melodi tunggal pada senar bass yang dimulai pada birama 80-85.


(6)

Rekapitulasi dimulai pada birama berikutnya yaitu 86-94 dan bertempo largo. Coda dimulai pada birama 95 dengan sebagian pengulangan dari tema A dan menutupi karya ini dengan teknik arpeggio pada nada Dm+11.

4. Analisis Teknik

4.1 Analisis Teknik Etude No.11

Etude No 11 Villa Lobos ini melatih beberapa teknik penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri. Teknik-teknik ini dilatih untuk menegaskan setiap dinamika, seperti sfz, sffz, p serta aksen. Tema B dalam karya ini melatih penjarian tangan kanan untuk mengkontraskan aksen serta dinamika. Tema C melatih kedua tangan kanan dan kiri, antara lain merenggangkan tangan kiri serta ketahanan jari jempol. Pada tangan kanan melatih kestabilan teknik arpeggio dengan not seperenambelasan, dan juga melatih jari jempol dalam memetik tiga senar bas sekaligus.

4.2 Analisis Teknik Saudade No. 3 (Fantasia)

Karya ini memberikan dan meningkatkan skill seorang performa dalam interpretasi. Beberapa teknik yang ada pada karya ini antara lain, accelerando/kecepatan, melatih dinamika, melatih kekuatan jari tangan kiri dalam memainkan melodi tanpa dipetik, teknik memukul badan gitar sebagai ritme/tambura, serta teknik pizzicato pada tangan kanan.