EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta.

(1)

i

MOCHAMAD YUNIARDI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Studi Kuasi

Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Rusman, M.Pd. NIP. 197205051998021001

Pembimbing II

Dr. Diana Rochintaniawati, M.Ed. NIP.196709191991032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum

Dr. Rusman, M.Pd. NIP. 197205051998021001


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2015 Yang membuat pernyataan,


(3)

iii

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu

Luqman Al Hakim Yogyakarta)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum

oleh

Mochamad Yuniardi NIM 1202219

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu

Luqman Al Hakim Yogyakarta) Mochamad Yuniardi

1202219 ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah dasar. Aspek-aspek (indikator) kemampuan berpikir kreatif yang diteliti meliputi; kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas (originality), dan keterincian (elaboration). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Untuk membuktikan hipotesis, penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain non equivalent control

group design. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas VI di SD

Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta.Sampel penelitian terdiri dari kelas eksperimen berjumlah 34 siswa dan kelas kontrol berjumlah 36 siswa. Analisis penelitian menggunakan independent samples t-test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ( ̅=24,15) dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional ( ̅ =16,69). Sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan rerata nilai N-gain antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ( ̅=0,47) dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional ( ̅=0,14). Aspek kemampuan berpikir kreatif yang paling tinggi dalam implementasi model PBM adalah aspek kelancaran (fluency) dengan N-gain sebesar 0,67 dengan kategori sedang diikuti oleh aspek orisinalitas sebesar 0,49, keluwesan sebesar 0,37, dan keterincian sebesar 0,36 dengan kesemuanya berkategori sedang. Hasil penelitian ini merekomendasikan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA.


(5)

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFFECTIVENESS PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO IMPROVE CREATIVE THINKING ABILITY OF STUDENTS(Quasi-Experimental Study

in Subjects Science Class VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta) Mochamad Yuniardi

1202219 ABSTRACT

This research is motivated by the lack of creative thinking ability of elementary school students. The aspects of creative thinking ability in this research include; fluency, flexibility, originality, and elaboration. The purpose of this research was to determine the effectiveness of the implementation of problem-based learning model to improve the creative thinking ability and determine the increase creative thinking ability of students before and after the implementation of problem-based learning model. To prove the hypothesis, this study used quasi experimental methode and non equivalent control group design. The population of this research is class VI at SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta. Sampel study consisted of an experimental class 34 students and control class 36 students. Research analysis using independent samples t-test. The results showed there is a significant difference between creative thinking ability of students used class of problem-based learning model ( ̅ = 24.15) with classes using conventional learning ( ̅ = 16.69). While the improvement creative thinking ability of students shown by the significant differences mean value of N-gain between classes using problem-based learning model ( ̅= 0.47) with a class that uses the conventional learning ( ̅= 0.14). Aspects of creative thinking abilities highest in the PBM model implementation is fluency with N-gain value was 0,67 with middle category followed by the originality aspect was 0,49, flexibility was 0,37, and originality was 0,36 with all of middle categorized. The results of this study recommends problem-based learning model as an alternative that can be used in the implementation of learning to improve students creative thinking ability in science subjects.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI .………...………... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ….………...……… 1

A. Latar Belakang Penelitian………...……… 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ………... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ...………... 8

D. Tujuan Penelitian ………...… 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Penelitian ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...………..………... 12

A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ………... 12

1. Definisi PBM ... 12

2. Karakteristik PBM ... 13

3. Teori Belajar yang Melandasi PBM ... 14

4. Desain Masalah dalam PBM... 16

5. Peran Guru, Siswa dan Tim dalam PBM ... 17

6. Keuntungan PBM ... 19

7. Merencanakan dan Melaksanakan PBM ... 19


(7)

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian berpikir kreatif ... 23

2. Aspek-aspek berpikir kreatif ... 26

3. Strategi meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 28

C. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ...……... 28

1. Konsep IPA ... 28

2. Hakikat IPA ... 30

3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 31

4. Pendekatan Pembelajaran IPA... 33

D. Penelitian yang Relevan ... 34

E. Asumsi ... 39

F. Hipotesis ... 40

BAB III. METODE PENELITIAN ...……..………... 41

A. Metode dan Desain Penelitian ………...…... 41

1. Metode Penelitian ... 41

2. Desain Penelitian ... 42

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ..…………..…... 43

1. Lokasi Penelitian ... 43

2. Populasi Penelitian ... 43

3. Sampel Penelitian ... 44

C. Definisi Operasional ………..……... 44

D. Instrumen Penelitian ………..…... 45

E. Teknik Analisis Instrumen ... 48

1. Uji Validitas ... 49

2. Uji Reliabilitas ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ..………... 51

G. Prosedur Penelitian ... 52


(8)

1. Penghitungan gain ternormalisasi ... 53

2. Uji Normalitas ... 53

3. Uji Homogenitas ... 54

4. Uji Hipotesis ... 54

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN ...……..………... 57

A. Deskripsi Model PBM ...………...…... 57

B. Implementasi PBM ... 59

C. Hasil Analisis Data ... 62

1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif ... 62

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sebelum dan Setelah Pembelajaran ... 64

i. Analisis Data Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Siswa ... 64

ii. Analisis Data Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Siswa ... 67

3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 70

4. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Tiap Aspek ... 73

5. Respon Siswa Terhadap PBM... 75

D. Pembahasan ...…………..…... 75

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sebelum Pembelajaran ... 75

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Setelah Pembelajaran ... 78

3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 81

BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI …... 85

A. Simpulan ………...…... 85

B. Rekomendasi ..…………..…... 86


(9)

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaksis Pembelajaran Berbasis Masalah …...…... 20

Tabel 2.2. Perbedaan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif ... 25

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 43

Tabel 3.2. Deskripsi Indikator dan Cara Menskor Kemampuan Berpikir Kreatif ... 46

Tabel 3.3. Uji Validitas Instrumen ... 50

Tabel 3.4. Kriteria gain ternormalisasi ... 53

Tabel 4.1.Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 62

Tabel 4.2. Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 64

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 65

Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Data Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 65

Tabel 4.5. Hasil Uji-t Data Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 66

Tabel 4.6. Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 67

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data Skor Postes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 67

Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Data Skor Postes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 68

Tabel 4.9. Hasil Uji-t Data Skor Postes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 69

Tabel 4.10. Statistik Deskriptif Skor Skor N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 70


(11)

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Data Skor N-gain Kelas Kontrol dan

Kelas Ekperimen ... 71

Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Data Skor N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 72 Tabel 4.13. Hasil Uji-t Data Skor Skor N-gain Kelas Kontrol dan

Kelas Ekperimen ... 73 Tabel 4.14. Rerata Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Tiap

Aspek ... 73 Tabel 4.15. Rangkuman Hasil Angket Respon Siswa ... 75


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian... 52 Gambar 4.1. Grafik Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 63 Gambar 4.2. Grafik Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 63 Gambar 4.3. Grafik Rerata Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif


(13)

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen ... 93

Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol ... 111

Lampiran 3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 120

Lampiran 4. Rangkuman Hasil Judgement Ahli Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 125

Lampiran 5. Soal Tes Berpikir Kreatif ... 129

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Tes Berpikir Kreatif ... 130

Lampiran 7. Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif ... 134

Lampiran 8. Angket Respon Siswa ... 136

Lampiran 9. Hasil Uji Instrumen ... 138

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 139

Lampiran 11. Data Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol ... 142

Lampiran 12. Data Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen.. 143

Lampiran 13. Data Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Setiap Aspek ... 144

Lampiran 14. Hasil Analisis Data ... 145

Lampiran 15. Foto-Foto Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 156


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Beragam masalah datang silih berganti di kehidupan manusia. Manusia mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologinya untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Semakin tinggi kemampuan dalam menemukan dan menciptakan solusi, maka semakin mudah masalah terselesaikan. Salah satu kemampuan dalam menemukan dan menciptakan solusi adalah kreativitas. Dunia pendidikan telah lama mengkaji kreativitas dan menjadikan sebagai salah satu tujuan bagi peserta didik. Seperti ditetapkan oleh pemerintah kita dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi : pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kreativitas menjadi sesuatu yang penting dan mendapatkan perhatian yang serius oleh banyak kalangan baik akademisi, peneliti, praktisi pendidikan, pelaku ekonomi bahkan pemerintah. Pemerintah sendiri melalui Departemen Perdagangan RI telah mempunyai rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2025 yang merupakan wujud optimisme serta luapan aspirasi untuk mendukung mewujudkan visi Indonesia yaitu menjadi Negara yang maju. Departemen Perdagangan RI (2009,hlm.viii) telah mengidentifikasi secara umum lima permasalahan utama yang menjadi pokok perhatian dalam rencana pengembangan industri kreatif untuk pencapaian tahun 2015. Salah satu yang menjadi perhatiannya adalah kuantitas dan kualitas sumber daya insani sebagai pelaku dalam industri kreatif, yang membutuhkan perbaikan dan pengembangan:


(15)

2

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lembaga pendidikan dan pelatihan, serta pendidikan bagi insan kreatif Indonesia. Hal ini memberikan tantangan bagi dunia pendidikan kita untuk memberikan solusi terhadap masalah tersebut dan sekaligus mewujudkan secara kuantitas maupun kualitas.

Proses pendidikan yang telah dilakukan selama ini di sekolah-sekolah telah menunjukkan usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional di atas. Namun hasil yang ada menunjukkan masih kurang memuaskan. Masih banyak masalah-masalah yang menjadi kendala dan hambatan untuk kemajuan pendidikan seperti masalah profesionalisme guru, sarana dan prasarana pembelajaran, pendanaan, peran serta masyarakat dan dunia usaha serta komitmen politik para pemegang kebijakan. Guru merupakan pelaksana kurikulum dan pemegang kunci keberhasilan proses pendidikan di tingkat mikro (kelas). Guru dalam menghadapi tuntutan kurikulum telah diberikan keluasan untuk mengembangkan pembelajaran yang mengarahkan peningkatan kemampuan siswa baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Salah satu bentuk kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir yang berhubungan dengan kreativitas adalah kemampuan berpikir kreatif. Selama ini guru dalam mengajar masih jarang menyentuh dan menjadikan kemampuan berpikir kreatif sebagai tujuan pembelajaran. Salah satu akibatnya adalah masih rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif pada siswa jenjang sekolah dasar ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitian internasional yaitu 1) hasil Trends in

International Mathematics and Science Studies [TIMSS] 2011 menyebutkan hasil

sains Indonesia di urutan ke-40 dari 42 negara dengan nilai rata-rata 406 (Martin dkk., 2012, hlm.40). TIMSS membagi soal-soalnya menjadi empat katagori: Low mengukur kemampuan sampai level knowing, Intermediate mengukur kemampuan sampai level applying, High mengukur kemampuan sampai level

reasoning, Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete information. Lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai


(16)

level menengah (intermediate). Ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia dalam sains masih rendah dalam penalaran (reasoning); 2) Hasil riset Program for

International Student Assessment [PISA] 2009 kemampuan siswa-siswa Indonesia

di matematika, sains, dan membaca masih rendah dengan skor membaca 402, matematika 371, dan sains 383. Indonesia menempati urutan ke 57 dari 65 negara (OECD, 2010, hlm.8). Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6. Soal-soal sains yang digunakan dalam PISA lebih banyak untuk mengukur kemampuan penalaran, pemecahan masalah, berargumentasi, berkomunikasi, dan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kreatif termasuk ke dalam kategori berpikir tingkat tinggi sesuai dengan pernyataan dari King, Goodson, & Rohani ( t.t., hlm.1) bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) termasuk di dalamnya yaitu berpikir kritis, logis, kreatif, reflektif, dan metakognitif. Dari hasil kedua penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa di Indonesia masih dalam kategori rendah. Hal ini senada dengan Adriana (2012, hlm.1) menyampaikan bahwa ini merupakan indikator kuat adanya “penyakit-penyakit” kronis dalam penyelenggaraan pendidikan di tanah air seperti penyempitan kurikulum, terfokusnya pembelajaran pada latihan-latihan soal, terhambatnya pembelajaran yang menekankan kreativitas dan inovasi. Lebih lanjut Adriana (2012) menyampaikan bahwa laporan OECD di atas juga makin menegaskan bahwa guru memegang peranan teramat vital dalam mempersiapkan siswa dengan sikap-sikap dan kecapakan-kecapakan belajar yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan abad ke-21 termasuk dalam hal ini adalah kreativitas.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjukkan dalam hasil observasi awal peneliti di Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta. Hasil observasi awal peneliti pada pembelajaran IPA dengan cara menganalisis jawaban siswa pada salah satu ulangan harian, memberikan gambaran bahwa hasil siswa kelas VI pada ulangan harian tersebut menunjukkan


(17)

4

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60% siswa masih rendah dalam kemampuan berpikir kreatif. Analisis jawaban siswa menggunakan beberapa indikator yaitu jumlah jawaban yang relevan, uraian jawaban yang rinci dan bervariasi, uraian jawaban yang tidak sama dengan buku teks, uraian jawaban ditulis dengan kata-kata sendiri, dan menemukan ide-ide yang baru (orisinil) dalam uraian jawabannya. Temuan lain diperoleh dari wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas VI, yang menerangkan bahwa siswa hanya 20% siswa yang percaya diri mengungkapkan jawaban maupun gagasannya dan siswa rata-rata memiliki hanya 1 buah buku pegangan (hanya ada 2 siswa yang menjawab mempunyai buku pegangan lain), sehingga dimungkinkan jawaban siswa hanya berpatok pada satu sumber saja yang nantinya akan berpengaruh pada keluasan wawasan pengetahuan dan seberapa banyak solusi yang dihasilkan atas permasalahan yang dihadapi.

Kondisi rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa melalui observasi juga disebabkan oleh adanya pembelajaran IPA saat ini yang dilakukan oleh guru masih sedikit menstimulasi ke arah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Guru mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab serta kurang bervariasi serta menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa lebih banyak mendapatkan informasi dari guru saja dan terkesan individualistik dalam belajar. Siswa lebih banyak dalam posisi penerima informasi dan kurang aktif dalam pembelajaran. Tidak ada waktu siswa secara mandiri untuk mengadakan penyelidikan. Jarang diadakan pembejaran secara kolaboratif dengan sesama siswa lain. Hal lain dalam pembelajaran adalah siswa tidak mendapatkan sesuatu yang menantang untuk dipecahkan sehingga kemampuan berpikir untuk memecahkan masalahpun kurang terasah sehingga minim muncul ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa. Melalui observasi juga ditemukan kondisi sarana dan prasarana belajar yang memadai kurang dioptimalkan penggunaannya. Perpustakaan dan laboratorium komputer yang dapat mengakses internet masih sangat jarang digunakan untuk siswa menambah pengetahuan dan wawasan khususnya yang berhubungan dengan materi IPA. Pengetahuan yang didapatkan


(18)

siswa terbatas pada buku cetak dan tambahan catatan dari guru. Kemampuan berpikirnyapun terasah hanya sebatas mengisi jawaban di LKS secara individu dan tidak ada proses bertukar pengetahuan dengan teman.

Permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa tersebut di atas dapat diusahakan solusinya dengan menyelenggarakan pembelajaran yang memberikan dorongan untuk berkembangnya kemampuan berpikir kreatif. Hal ini didukung oleh pendapat dari Jeff Dyer dkk. (2011, hlm.22) yang mengatakan bahwa kreativitas tidak hanya sifat-sifat genetik yang dikaruniakan pada saat lahir, akan tetapi dapat dikembangkan. Lebih lanjut disebutkan Reznikoff dkk. dalam Dyer (2011, hlm.22) hasil penelitiannya bahwa 25 - 40 % apa yang kita lakukan secara inovatif berasal dari genetik. Itu berarti duapertiga dari ketrampilan inovasi kita masih datang melalui belajar. Sekolah adalah tempat belajar dan semestinya sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kreatis siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah (Rusman,2012,hlm.229).

Model pembelajaran berbasis masalah menurut Tan dalam Rusman (2012,hlm.229) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Arends (2009,hlm.396) menyebutkan bahwa inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk


(19)

6

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

investigasi dan penyelidikan. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah tentang memanfaatkan jenis kecerdasan yang diperlukan dalam menghadapi tantangan dunia nyata: kemampuan untuk berurusan dengan hal-hal baru dan kompleksitas (Tan, 2003, hlm.2).

Tan (2009,hlm.1) menyebutkan masalah memberikan kesempatan untuk inovasi dengan bertindak sebagai katalis untuk berpikir kreatif. Hal ini berdasarkan contoh-contoh nyata dari inovasi dan anekdot dari kehidupan menonjol para pencipta untuk menggambarkan bagaimana masalah dapat terlibat rasa ingin tahu, penyelidikan, dan berpikir dalam cara yang berarti dan kuat. Agar kompatibel dengan tuntutan yang diberikan pada individu saat ini, pendidikan harus berubah sedemikian rupa sehingga masalah digunakan sebagai cara mendorong pembelajaran dan sebagai kendaraan untuk budidaya kreativitas. Kebutuhan ini memberikan dasar untuk pembelajaran berbasis masalah , metode pembelajaran yang mendorong pengembangan pemikiran kreatif dan pemecahan masalah secara kreatif. Dengan PBM diimplementasikan di sekolah, siswa akan menjadi mahir dalam metodologi belajar diskoveri. Pada saat yang sama, guru berusaha untuk menyediakan pedagogi dan lingkungan untuk menumbuhkan kreativitas di berbagai bidang studi, termasuk menggabungkan PBM sebagai bagian dari kurikulum, sehingga siswa secara bertahap akan mengintegrasikan atribut kreatif ke dalam kehidupan mereka (Tan, 2009, hlm.12).

Beberapa penelitian yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruhsignifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara lain ditunjukkan oleh hasil penelitian Wulandari, Liliasari, dan Supriyanti (2011) tentang Problem Based Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan penyangga menunjukkan beberapa hasil penelitian yaitu: (1). penerapan model

Problem Based Learning terbukti meningkatkan keterampilan berpikir

kreatif siswa pada materi larutan penyangga secara signifikan, dengan rata-rata N-gain=0,61; (2). Profil peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa


(20)

pada materi larutan penyangga menunjukkan indikator elaboration memiliki peningkatan yang paling tinggi dengan N-gain=0,70, kemudian fluency, originality dan flexibility dengan N-gain secara berurutan yaitu 0,64, 0,48 dan 0,36; (3). Penerapan model Problem Based Learning terbukti meningkatkan penguasaan konsep kimia pada materi larutan penyangga secara signifikan, dengan rata-rata N-gain=0,61. Label konsep yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah perhitungan pH larutan penyangga dengan N-gain=0,86 dan paling rendah adalah golongan larutan penyangga dengan N-gain=0,17; dan (4). Tanggapan siswa dan guru mengenai

Problem Based Learning yang diterapkan sangat positif yaitu dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan penyangga.

Hasil penelitian lainnya yang berhubungan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan mata pelajaran IPA adalah yang dilakukan oleh Dewi, Lasmawan dan Tika (2013) tentang pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari minat belajar siswa kelas IV di SD 1 Banjar Anyar Tabanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (2) hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional lebih tinggi dan (3) terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara minat belajar siswa dengan hasil belajar siswa kelas IV SD 1 Banjar Anyar Tabanan.

Penelitian yang berkaitan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah di sekolah dasar ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh VanSledright dalam Arends (2009,hlm.404-405) yaitu mengadakan penelitian yang dimuat dalam The Elementary School Journal 103(2) hlm. 131-160 tentang dapatkah Problem Based Learning bekerja dengan siswa sekolah dasar?. Hasil penelitian VanSledright pada kelas 5 dalam pelajaran sejarah menunjukkan bukti


(21)

8

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang agak kuat bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat bekerja dengan sebagian besar siswa SD. Beberapa siswa, tidak merespon serta yang lain, yang mengarah ke pengamatan bahwa pelajaran harus disesuaikan untuk kebutuhan khusus siswa tertentu. Peneliti juga menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan diperlukan waktu yang cukup untuk merakit dan mengatur sumber daya dan pemahaman materi pelajaran dari guru yang dibutuhkan haruslah kuat.

Pemilihan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah tepat dengan adanya beberapa hasil penelitian di atas. Sebab lain adalah adanya karakteristik yang dimiliki oleh model pembelajaran berbasis masalah seperti yang disampaikan oleh Tan (2003,hlm.30-31) yaitu siswa mengasah kemampuan berpikir kreatifnya dengan merumuskan permasalahan, mengadakan penyelidikan mandiri, memanfaatkan sumber pengetahuan yang beragam, menggunakannya, dan mengevaluasi sumber informasi, melakukan belajar kolaboratif, komunikasi dan kooperatif, mengembangkan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah, dan melibatkan evaluasi serta mereviu pengalaman dan proses belajarnya.

IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari alam semesta, diri manusia dan lingkungannya. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah seperti yang disampaikan oleh Winaputra dalam Samatowa (2011,hlm.3). Hal ini memberikan dukungan untuk menguji model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Masalah yang ditemukan adalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif pada siswa sekolah dasar kelas VI yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang telah diungkapkan peneliti pada latar belakang masalah. Namun dalam penelitian ini masalah yang diidentifikasi dan dibatasi pada faktor-faktor penyebab sebagai berikut:


(22)

1. Siswa kurang aktif dalam proses mendapatkan informasi dan pengetahuan sehingga terbatas dalam memberikan jawaban yang beragam, rinci, bervariasi, dan memunculkan ide-ide yang baru.

2. Siswa kurang dalam mengakses sumber informasi dalam memperkaya pengetahuannya termasuk berkolaborasi dengan sesama siswa.

3. Pembelajaran yang dilakukan dominan berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang dalam mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA kelas VI Sekolah Dasar ?”.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA kelas VI sekolah dasar.

Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk :

1. Mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.


(23)

10

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memperkaya pengetahuan yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Manfaat penelitian ini dilihat dari aspek teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Aspek Teoritis

a. Bagi guru mata pelajaran IPA, penelitian model pembelajaran berbasis masalah akan berdampak pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA.

b. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pembanding dalam melakukan penelitian dengan tema yang sama.

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap upaya pemahaman dan implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam mata pelajaran IPA khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Adapun secara operasional diharapkan penelitian ini juga dapat digunakan oleh para pendidik, pemegang kebijakan dan masyarakat umum di dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran sebagai berikut:

a. Bagi guru mata pelajaran IPA, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan pengetahuan tambahan sehingga ketrampilan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian dapat lebih baik khususnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

b. Bagi Kepala sekolah dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas guru mata pelajaran IPA dalam


(24)

melaksanakan pembelajaran dalam membentuk siswa yang berkemampuan berpikir kreatif yang tinggi.

c. Bagi instansi terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, sebagai acuan untuk menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran maupun dalam rangka pembinaan guru kelas maupun guru mata pelajaran IPA.

F. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini merupakan sumbangan ilmu bagi Program Studi Pengembangan Kurikulum. Tesis ini membahas tentang efektifitas model pembelajaran berbasis masalah untuk peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA kelas VI sekolah dasar. Tesis ini terdiri dari 5 bab yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Temuan dan Pembahasan, dan Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi.

Bab I berisi tentang latar belakang penelitian ini dilakukan yaitu terdapat masalah mengenai rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dan alternatif solusinya dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Pada bab ini diuraikan lebih lanjut mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

Bab II berisi tentang kajian pustaka yang dimulai dari kajian dasar mengenai kurikulum dan pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah, kreativitas, pembelajaran IPA, penelitian-penelitian yang relevan terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah, asumsi penelitian dan hipotesis yang diajukan. Bab III berisi tentang metode penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen dengan desain penelitiannya Non Equivalent Control Group Design. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai partisipan, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.

Bab IV berisi tentang temuan yang berasal dari olah data yang didapatkan dari penerapan instrumen penelitian selama pelaksanaan penelitian. Pada bab ini


(25)

12

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibahas mengenai hasil penelitian dengan mengaitkan antara temuan penelitian dengan kajian pustaka pada bab II.

Bab V berisi tentang simpulan berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV, implikasi dan rekomendasi.

Sistematika penulisan tesis ini mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah UPI tahun 2014.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 107) metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode kuasi eksperimen (eksperimen semu) menurut Sukmadinata (2011,hlm.59) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel. Pengontrolan hanya dilakukan terhadap satu variabel saya, yaitu variabel yang dipandang paling dominan. Suryabrata(2012,hlm.92) menyebutkan tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.

Metode kuasi eksperimen digunakan oleh peneliti sebab peneliti sulit membuat kelompok-kelompok buatan sendiri. Peneliti menggunakan kelompok-kelompok utuh yang sudah ada yaitu dalam bentuk kelas-kelas. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Creswell (2012,hlm.309) bahwa di bidang pendidikan, banyak situasi eksperimental terjadi di mana peneliti perlu menggunakan kelompok utuh. Hal ini mungkin terjadi karena ketersediaan peserta atau karena peraturan melarang membentuk kelompok buatan. Kuasi eksperimen termasuk tugas, tetapi tidak tugas acak dari peserta untuk kelompok. Hal ini karena eksperimen tidak bisa membuat grup buatan untuk


(27)

42

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

percobaan. Misalnya, mempelajari program baru matematika mungkin memerlukan menggunakan beberapa kelas empat yang ada dan menunjuk salah satu sebagai kelompok eksperimen dan satu sebagai kelompok kontrol. Secara acak menugaskan siswa untuk dua kelompok akan mengganggu pembelajaran di kelas.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian eksperimen ini membagi dua kelas yaitu pertama, kelas eksperimen sebagai kelas diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kedua, kelas kontrol sebagai kelas yang tidak diberikan perlakuan yang sama dengan kelas eksperimen dan digunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi.

Penelitian eksperimental menurut Sukmadinata (2011,hlm.194) mempunyai kekhasan, pertama penelitian eksperimen menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, kedua menguji hipotesis hubungan sebab-akibat. Variabel itu sendiri dapat diartikan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2012,hlm.60). Variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas (variabel yang mempengaruhi) dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam rancangan ini adalah Non

Equivalent Control Group Design (Sugiono,2012,hlm.116; Emzir, 2008,


(28)

prosedur penempatan acak (without random assigment). Pada dua kelompok tersebut dilakukan pretest diawal dan diakhir diberikan posttest. Hanya kelompok eksperimen (A) saja yang diberikan perlakuan sebagai kelas yang akan dijadikan sampel.


(29)

44

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 O4

Keterangan :

X : perlakuan dengan model pembelajaran bebasis masalah O1 : Pretes eksperimen

O2 : Postes eksperimen O3 : Pretes kontrol O4 : Postes kontrol

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Luqman Al Hakim Yogyakarta. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Luqman Al Hakim Yogyakarta adalah lembaga pendidikan formal jenjang sekolah dasar yang diselenggarakan oleh Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam Luqmanu al Hakiem di kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Propinsi DIY.

SDIT Luqman Al Hakim beralamat di Jalan Timoho II Gg. Delima No.2 Yogyakarta Kodepos 55165 dengan nomor telpon (0274) 542928. Sekolah ini beroperasi sejak tahun 1995 dengan status terakreditasi A pada tahun 2006 dan 2009. Sekolah ini memiliki NSS : 102046014037, NSB : 0021549703006003, NIS : 100290, dan nomor pokok sekolah nasional (NPSN) 20403412. Ijin operasional didapat dengan adanya SK GUBERNUR No 180/KPTS/1997 dan SK KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN No 060/KPB/PK/1997. SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta sekarang memiliki 25 rombongan belajar.


(30)

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,,2012,hlm.117).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta pada semester 1 tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 130 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas VI A, 34 siswa kelas VI B, VI C,VI D dan VI E masing-masing 20 siswa.

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono,2012,hlm.118).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Nonprobability Sampling. Sampel yang digunakan peneliti dalam bentuk kelas

dan tidak mengambil sampel secara individu. Ini digunakan dengan alasan apabila pengambilan sampel secara individu dikhawatirkan situasi kelompok sampel menjadi tidak alami.

Berdasarkan keterangan diatas sampel yang ditetapkan adalah 2 kelas dari siswa kelas VI SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015. Kelas yang digunakan sebagai sampel adalah kelas VIA dan VIB karena memiliki tingkat homogenitas yang lebih dibandingkan kelas VIC,VID dan VIE. Dari keduanya dipilih acak dan didapatkan kelas eksperimennya adalah kelas VIB dan sebagai kelas kontrolnya adalah kelas VIA.

C. Definisi Operasional

Untuk memahami penelitian ditentukanlah definisi operasional sebagai berikut :


(31)

46

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan masalah dunia nyata sebagai fokus atau stimulus untuk belajar memecahkan masalah bagi siswa sehingga dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan melalui penyelidikan mandiri dan proses kerja kelompok atau tim yang sistematis. Sintaksis model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: 1) memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa; 2) mengorganisasi siswa untuk belajar; 3) membantu investigasi mandiri dan kelompok; 4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya; dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. 2. Berpikir kreatif adalah sama dengan berpikir divergen yaitu suatu proses

dimana individu mampu memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Aspek-aspek yang dapat diukur untuk berpikir kreatif meliputi jenis-jenis pemikiran kelancaran/fluency (jumlah ide-ide yang dihasilkan), fleksibilitas/ flexibility (keragaman ide-ide), orisinalitas/

originality (kelangkaan ide), dan elaborasi/ elaboration (sifat rinci dari

ide-ide). Aspek-aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas (originality), dan keterincian (elaboration) dalam penelitian diukur dengan menggunakan soal tes uraian.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini agar dapat terarah dan sesuai dengan tujuan maka disusunlah instrumen penelitian. Instrumen penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi yang dibuat, kemudian dirumuskan menjadi butir-butir pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh responden. Instrumen pada penelitian ini digunakan dua jenis instrumen yaitu tes dan non tes. Instrumen dalam bentuk tes menggunakan seperangkat soal tes uraian (essay) untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif. Sedangkan instrumen non tes menggunakan skala sikap siswa.


(32)

Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan materi mata pelajaran IPA yang akan digunakan dalam penelitian yaitu bab tentang keseimbangan ekosistem.

2. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator mata pelajaran IPA kelas VI sekolah dasar pada semester 1 bab keseimbangan ekosistem. Standar Kompetensi (SK) adalah: Memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan. Sedangkan kompetensi dasarnya (KD) meliputi : 3.1 Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem); 3.2 Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan; dan 3.3 Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan.

3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran bab keseimbangan ekosistem berdasarkan silabus yang telah ditetapkan pada mata pelajaran IPA kelas VI sekolah dasar semester 1. (dapat dilihat dalam lampiran)

4. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian.

5. Melakukan uji coba instrumen kepada responden di luar sampel.

6. Menganalisis instrumen hasil uji coba dan melakukan revisi apabila terdapat saran perbaikan.

7. Menggunakan soal-soal yang telah di validasi kepada sampel penelitian yaitu kelompok kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Tes kemampuan berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dengan bentuk soal tes uraian (essay) yang selanjutnya jawaban siswa dapat di analisis mengenai kelancaran bepikirnya (fluency), keluwesan berpikirnya (flexibility), orisinalitas berpikirnya (originality), dan keterincian berpikirnya


(33)

48

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(elaboration). Tes ini menggunakan soal dalam bentuk essai (memerlukan jawaban dalam bentuk uraian) pada pretes (awal sebelum pembelajaran) dan postes (akhir perlakuan). Pretes digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif awal siswa sedangkan postes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diberikan perlakuan.

Adapun rincian indikator dan cara menskor kemampuan berpikir kreatif yang akan diukur adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Deskripsi Indikator dan Cara menskor Kemampuan Berpikir Kreatif

No Aspek

Kemampuan Berpikir

Kreatif

Indikator Cara Menskor

Skor Keterangan

1 Kelancaran (fluency)

Menghasilkan banyak

gagasan/jawaban yang relevan dengan materi yang sedang dibahas.

1 Apabila jawaban siswa memuat satu gagasan yang relevan dengan materi yang sedang dibahas

2 Apabila jawaban siswa memuat dua gagasan yang relevan dengan materi yang sedang dibahas

3 Apabila jawaban siswa memuat tiga atau lebih gagasan yang relevan


(34)

dengan materi yang sedang dibahas 2 Keluwesan

(Flexibility)

Menghasilkan uraian jawaban secara beragam yang dinyatakan dengan kata-kata sendiri. Ciri-cirinya adalah :

1. uraian jawaban disertai alasan

2. ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda,

3. dinyatakan secara lugas (dengan menggunakan kata-kata sendiri)

1 jawaban memuat salah satu cirinya 2 jawaban memuat

dua cirinya 3 jawaban memuat

ketiga cirinya

3 Orisinalitas (originality)

Memberikan jawaban yang tak lazim. Ciri-cirinya adalah:

1. Uraian jawaban tak persis sama dengan yang tertera dalam buku teks,

2. menggunakan kata-kata dan istilah yang tak biasa dipakai oleh kebanyakan siswa,

3. isi jawaban bersifat kontekstual.

1 Jawaban memuat salah satu cirinya 2 Jawaban memuat

dua cirinya 3 Jawaban memuat

ketiga cirinya

4 Keterincian (elaboration)

Mengembangkan, menambah, memperkaya dan memperluas

1 Jawaban memuat salah satu cirinya


(35)

50

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gagasan/jawaban atau memerinci secara detail.

Ciri-cirinya adalah :

1. Setiap jawaban disertai contoh

2. uraian jawaban yang tak sekedar bersifat garis besar dari materi,

3. pengungkapan gagasan menggunakan kalimat yang lengkap.

2 Jawaban memuat dua cirinya 3 Jawaban memuat

ketiga cirinya

E. Teknik Analisis Instrumen

Instrumen-instrumen yang telah disusun sebelum digunakan dilakukan terlebih dahulu pengujian. Pengujian instrumen dilakukan minimal dua yaitu validitas dan reabilitas. Bagi instrumen tertentu seperti tes hasil belajar ditambahkan persyaratan daya pembeda dan tingkat kesulitan butir soal, bagi skala deskriptif ditambahkan persyaratan daya pembeda dan normalitas sebaran respon (Sukmadinata,2011,hlm.228). Namun untuk instrumen tes kemampuan berpikir kreatif karena tidak memberikan jawaban benar dan salah dalam analisisnya, maka tidak ditambahkan pengujian daya pembeda dan taraf kesukaran.


(36)

1. Uji Validitas

Validitas menurut Arikunto (2009,hlm.167) adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Menurut Arikunto (2009,hlm.167) ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validitas logis dan validitas empiris. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrumen yang sudah sesuai dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi sedangkan instrumen yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur dikatak sudah memiliki validitas konstruksi. Menurut Riduwan (2008,hlm.109) pengujian validitas konstruksi dapat dilakukan dengan meminta pendapat ahli (judgement expert). Sugiyono (2010,hlm.352) mengatakan setelah pengujian konstruk dari ahli selesai, maka diteruskan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diujicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Data hasil uji coba ditabulasikan dan di olah.

Menguji validitas alat ukur menurut Riduwan (2008,hlm.109) setelah data diperoleh dan ditabulasikan, terlebih dahulu dicari harga korelasi antar bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus

Pearson Product Moment sebagai berikut:

dimana:

rhitung : Koefisien korelasi ∑ : Jumlah skor item

∑ : Jumlah skor total (seluruh item)

 

2 2

2

 

2

. . . (

            Y Y n X X n Y X XY n


(37)

52

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

n : Jumlah responden

Butir soal dianggap valid, jika nilai rhitung > rtabelatau jika nilai sig < α=0,05.

Jika instrumen itu valid, maka dilihat krietria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,7999 : tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah (tidak valid)

Data hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif serta validitas butir soal selengkapnya ada pada lampiran. Hasil validitas butir soal kemampuan berpikir kreatif setelah dihitung dengan menggunakan software SPSS versi 22 dihasilkan rata-rata > yang berarti semua valid. Adapun hasil validitas tiap butir soal sebagai berikut :

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Butir Soal

Butir Soal r xy r tabel Kesimpulan Item_1 0,669 0,444 Valid Item_2 0,663 0,444 Valid Item_3 0,633 0,444 Valid Item_4 0,615 0,444 Valid Item_5 0,732 0,444 Valid Item_6 0,849 0,444 Valid Item_7 0,909 0,444 Valid Item_8 0,943 0,444 Valid Item_9 0,890 0,444 Valid Item_10 0,882 0,444 Valid Item_11 0,701 0,444 Valid Item_12 0,773 0,444 Valid rtabel(α = 5%; n:20) adalah 0,444


(38)

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas untuk jenis data interval/ essay digunakan teknik

Alpha Cronbach (Sugiyono,2010,hlm.365). Rumus koefisien reliabilitas Alfa

Cronbach :              

2

2 1 1 t i i S S k k r

Dimana: = reliabilitas instrumen k = mean kuadrat antara subyek

2 i

S = mean kuadrat kesalahan

2 t

S = variansi total Rumus untuk variansi total dan variansi item :

Dimana:

= jumlah kuadrat seluruh skor item = jumlah kuadrat subyek

Kriteria instrumen tes yang reliabel yaitu

Jika > rtabel maka butir soal dinyatakan reliabel. Jika < rtabel maka butir soal dinyatakan tidak reliabel.

Setelah hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS ver.22 didapatkan hasil koefisien alpha cronbach sebesar 0,935. Selanjutnya jika =0,944 dikonsultasikan dengan nilai Tabel rtabel dengan dk=11,signifikansi 5%= 0,602 (Riduwan,2008,hlm.128). Karena > rtabel maka butir soal dinyatakan reliabel. Selengkapnya dapat dilihat di lampiran.


(39)

54

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah berupa tes menggunakan tes berbentuk uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Peneliti menggunakan tes berbentuk uraian karena yang akan diukur tidak menggunakan jawaban tunggal. Jawaban dari responden bersifat terbuka dan nantinya akan dianalisis sebagai penentu seberapa tingkat kreatif dari responden.

Data yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa dikumpulkan melalui pretes dan postes baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Data yang berkaitan dengan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dijaring melalui angket yang diambil pada kelas eksperimen. Respon siswa digunakan untuk mendukung dalam pembahasan.


(40)

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai awal tahun ajaran baru 2014/2015. Penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian yang dikemukakan oleh Arikunto (2002,hlm.20) sebagai berikut : Pembuatan rancangan penelitian, Pelaksanaan penelitian, dan Pembuatan laporan penelitian. Pada tahap pembuatan rancangan penelitian dilakukan kegiatan-kegiatan seperti penyusunan proposal, seminar proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian, pengujian instrumen, perbaikan instrumen, dan pengurusan perijinan penelitian ke beberapa instansi terkait. Pada tahap pelaksanaan penelitian meliputi :implementasi instrumen, implementasi pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah, dan tahap pengumpulan data. Sedangkan tahap pembuatan laporan penelitian meliputi tahap pengolahan data, analisis data, dan penyusunan laporan secara lengkap.

Langkah-langkah penelitian secara lebih lengkap dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut (Arikunto,2002,hlm.20) :


(41)

56

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Analisis Data

Penelitian ini dalam mengolah data statistik dengan menggunakan program SPSS Versi 22. Beberapa langkah analisis data yang dilakukan :

1. Penghitungan gain ternormalisasi

Penghitungan gain ternormalisasi dari hasil pretes dan postes baik pada kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional dimaksudkan untuk melihat adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Untuk memperoleh gain yang ternormalisasi digunakan rumus yang telah dikembangkan oleh Hake (1999:1)

g =

Besar gai yang ternormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan krieteria efektivitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Berikut ini kriteria untuk gain ternormalisasi (Hake,1999,hlm.1) :

Tabel. 3.4 . Kriteria gain ternormalisasi

Nilai gain ternormalisasi Kriteria

> 0,7 Tinggi

0,7 > (<g>) > 0,3 Sedang

< 0,3 Rendah

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas merupakan salah satu cara memeriksa normalitas pada sebuah sampel. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan uji normalitas one sample Kolmogorov Smirnov menggunakan


(42)

program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22. Uji Kolmogorov Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak dipakai. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 :Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Kriteria uji:

Tolak H0 jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < α = 0,05, yang berarti distribusi adalah tidak normal, sedangkan jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > α=0,05 H0 diterima, yang berarti distribusi adalah normal.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui keseragaman data penelitian. Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji homogenitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical

Product and Service Solution) versi 22 dengan uji LeveneTest.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : = : kedua data bervariansi homogen H1 : ≠ : kedua data tidak bervariansi homogen Kriteria uji:

Tolak H0 jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < α=0,05, yang berarti kedua data tidak bervariansi homogen, sedangkan jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > α=0,05, maka kedua data mempunyai variansi yang sama.

4. Uji Hipotesis

Untuk menguji efektivitas perlakuan yang diberikan pada dua kelompok yang akan dibandingkan yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dan


(43)

58

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kedua kelompok itu bebas (independen) maka digunakan t-tes dua sampel independen (Independent Sampels t-test). Rumus t-tes sebagai berikut:

√[ ∑

] [ ]

df=(nI–1)+(n2–1) df = derajat kebebasan XI = XI – 1

X II = X2 - 2 Dimana :

= Angka rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok pertama,(kelas eksperimen)

= Angka rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok kedua, (kelas kontrol) = Jumlah individu kelompok pertama (kelas eksperimen)

= Jumlah individu kelompok kedua

Uji perbedaan rerata diolah dengan menggunakan software SPSS versi 22. Hipotesis yang diajukan adalah :

1. Kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum pembelajaran (kemampuan awal) H0 : = : tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif

siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol sebelum pembelajaran

H1 : ≠ : terdapat perbedaan kemampuan awal berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol sebelum pembelajaran

2. Kemampuan berpikir kreatif siswa sesudah pembelajaran (kemampuan akhir) H0 : = : tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir

kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol setelah pembelajaran


(44)

H1 : ≠ : terdapat perbedaan kemampuan akhir berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol setelah pembelajaran

3. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa

H0 : = : tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol

H1 : ≠ : terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol

Kriteria Ujinya :

Ho diterima jika - t tabel < t hitung < t tabel

Ho ditolak jika - t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Atau berdasar probabilitas:

Ho diterima jika P value > 0,05 Ho ditolak jika P value < 0,05


(45)

85

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di sekolah dasar pada mata pelajaran IPA kelas VI. Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen tidak memiliki perbedaan signifikan, sehingga memungkinkan diberikan penerapan model pembelajaran baik model pembelajaran berbasis masalah maupun dengan pembelajaran konvensional untuk diuji keefektivitasannya. Sedangkan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah memiliki kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan keterincian yang lebih baik dari siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memiliki peningkatan paling tinggi pada aspek kelancaran diikuti aspek


(46)

orisinalitas, keluwesan dan keterincian yang kesemuanya berkategori sedang.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan pembahasan serta simpulan dalam penelitian ini, maka penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bagi guru mata pelajaran IPA

Penelitian model pembelajaran berbasis masalah ini dapat digunakan sebagai contoh keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa terutama dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA. Selanjutnya para guru dapat menerapkan pada pokok-pokok bahasan yang sesuai.

2. Bagi Kepala sekolah.

Penelitian ini memberikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas guru mata pelajaran IPA dalam melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

3. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan rujukan untuk menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran maupun dalam rangka pembinaan guru mata pelajaran IPA.

4. Bagi para peneliti selanjutnya.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pembanding dalam melakukan penelitian dengan tema yang sama mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah maupun tentang kemampuan berpikir kreatif siswa.


(47)

87

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. (2009). Learning to teach. 9th ed. New York : McGraw-Hill. Arikunto, S. (2009). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto,S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arnyana, I.B.P. (2006). Pengaruh penerapan strategi pembelajaran inovatif pada pelajaran biologi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMA. Dalam : Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. No. 3 TH. XXXIX Juli 2006. ISSN 0215 – 8250. Bali, hlm. 496-515.

Barrows,H.S & Tamblyn,R.M. (1980) Problem-based learning:an approach to

medical education. New York: Springer Publishing

Company.[online].Tersedia di: http://apps.fischlerschool.nova.edu/

toolbox/instructionalproducts/edd8124/fall11/1980-BarrowsTamblyn-PBL.pdf. Diakses 21 April 2014.

Brookhart, S.M. (2010). How to assess higher-order thinking skills in your

classroom. Virginia: ASCD.

Brookhart,S.M. (2013). Assessing creativity. [online]. Tersedia di:

http://www.ascd.org/publications/educationalleadership/feb13/vol70/num0 5/Assessing-Creativity.aspx. Diakses 08 Mei 2014.

Creswell,J.W. (2012). Educational research: planning, conducting, and

evaluating quantitative and qualitative research. 4th ed. Boston: Pearson

Education Inc.

Cropley, A.J. (1997). Mark.A. Runco. (penyunting). More ways than one:

fostering creativity.New Jersey:Ablex Publishing Corporation.

Darmawan (2010).Penggunaan pembelajaran berbasis masalah dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS di MI Darrusaadah Pandeglang. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No. 2, Oktober 2010.Tersedia di: http://jurnal.upi.edu/file/3_darmawan.pdf .Akses 10 Mei 2014.


(48)

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan ekonomi

kreatif Indonesia 2025 rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia tahun 2009-2015. Jakarta: Departemen Perdagangan RI.

Dewi, L.P.Y., Lasmawan,W., &Tika,N. (2013). Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari minat belajar siswa kelas IV di SD 1 Banjar Anyar Tabanan. e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013). Tersedia di:

http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/791 .Akses 10 Mei 2014 Djamarah, S.B. (2008). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Driana, E. (2012) Gawat Darurat Pendidikan. Kompas, 14 Desember, hlm.6. Dyer, J.H., Gregersen,H. & Christensen,C.M.(2011). Innovators DNA :

mastering the five skills of disruptive innovators. Boston:Harvard Business

Publishing.

Emzir. (2012). Metodologi penelitian pendidikan: kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Farawita,L. (2013). Pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap

Kemampuan pemecahan masalah matematis dan penalaran logis siswa

SMP.(Tesis).Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

Universitas Negeri Medan, 2013.Tersedia di:

http://digilib.Unimed.ac.id/public/UNIMED-Master-28752-8116171009%20Abstrak.pdf. Akses 10 Mei 2014.

Fasko,D. (2006).Creative Thinking and Reasoning Can You Have One Without The Other?.Dalam James C. Kaufman.& John Baer (Penyunting).

Creativity and Reason in Cognitive Development (hlm.159-176). New

York: Cambridge University Press.

Hake, R.R., (1999) Analyzing change/gain scores .Department of Physics. Indiana University. Tersedia di :http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf. Diakses tanggal : 12 Oktober 2014.

Hamalik, O. (2012). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta:BumiAksara. 87


(49)

89

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Haris, R. (2012). Introduction to creative thinking.[Online]. Tersedia di : http://www.virtualsalt.com/crebook1.htm. Diakses18 Maret 2014.

Heywood,J.(2005). E n g i n e e r i n g e d u c a t i o n : r e s e a r c h a n d d e v e l o p m e n t i n

c u r r i c u l u m a n d i n s t r u c t i o n. New York: IEEE

Press.

Hmelo-Silver,C.E. (2004). Problem-Based learning: what and how do students

learn?. Educational Psychology Review, Vol. 16, No. 3. Tersedia di :

http://kanagawa.lti.cs.cmu.edu/olcts09/sites/default/files/Hmelo-Silver_2004.pdf . Diakses 10 Maret 2014.

Huda, M.(2014). Model-model pengajaran dan pembelajaran isu-isu metodis

dan paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jumadi. (t.t.). Model pembelajaran IPA. Tersedia di :http://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CEwQFjAE&url=http %3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsysem%2Ffiles%2Fpendidikan%2FJuma di%2C%2520M.Pd.%2C%2520Dr.%2FModel%2520Pembelajaran%2520 IPA.pdf&ei=IC8oU7j8Ou6tiQeZ2YDIDw&usg=AFQjCNGH9QEyhUyi WEP7phkC7cJXRaCY2g&bvm=bv.62922401,d.aGc. Diakses 18 Maret 2014.

Guignard,J.H. & Lubart, T. (2006). Is it reasonable to be creative ? Dalam

Kauffman,J.C.,& Baer,J. (Penyunting). Creativity and reason in cognitive

development.(hlm.269-281) New York : Cambridge University Press.

King,F.J., Goodson,L., &Rohani, F. (t.t.). Higher order thinking skills. Center for Advancement of Learning and Assessment. Tersedia di

http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf. Diakses tanggal 5 Januari 2015.

Kuswana, W.S. (2011). Taksonomi berpikir. Bandung : Remaja Rosdakarya. La Moma. (2012).Menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif matematis melalui

pembelajaran generatif siswa SMP. Dalam:Seminar Nasional Matematika

& Pendidikan Matematika.FMIPA UNY. Yogyakarta, ,hlm.505-514.


(50)

of problem-based instruction: a comparative study of instructional methods and student characteristics. Interdisciplinary Journal of

Problem-based Learning,hlm.49-69.Volume 1(2).Tersedia di: http://dx.doi.org/

10.7771/1541-5015.1026. Akses 10 Mei 2014.

Munandar,U. (1999). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta.Rineka Cipta.

Nursal. (2010). Pengembangan model pembelajaran berbasis masalah untuk

meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa

: studi pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA di Kabupaten Kuantan Singingi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia,Bandung.

Oliva,P.F. & Gordon,W. (2012). Developing the curriculum.Eight ed. Boston: Pearson Education.Inc.

Prasetyo,Z.K.(2013).Konsep dasar pendidikan IPA. Yogyakarta: DiktatKuliah PPG IPA FMIPA UNY.Tersedia di: http://staff.uny.ac.id/sites/default/ files/pendidikan/Zuhdan%20Kun%20Prasetyo,%20M.Ed.,%20Dr.,%20Pro f./DIKTAT%20Kuliah%20PPG%20IPA.pdf. Diakses 12 Februari 2014

Porter,J.(2004). ‘Science’ in Jones,R. And Wyse, D. (eds). Creativity in the primary curriculum. London : David Fulthon.

Riduwan. (2008). Metode & teknik menyusun tesis. Bandung: Alfabeta. Riyanti,S. (2012). Pembelajaran konvensional. Tersedia di : http://sin-

riyanti.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-konvensional_5536.html. Diakses 12 Februari 2014.

Runco, M.A. (2007). Creativity theories and themes: research, development

and practice. London: Elsevier,inc.

Rusman.(2011).Manajemen kurikulum. Jakarta:Rajawali Pers.

Rusman. (2012). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme

guru. Jakarta: Rajawali Press


(1)

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2025 rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia tahun 2009-2015. Jakarta: Departemen Perdagangan RI.

Dewi, L.P.Y., Lasmawan,W., &Tika,N. (2013). Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari minat belajar siswa kelas IV di SD 1 Banjar Anyar Tabanan. e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013). Tersedia di: http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/791 .Akses 10 Mei 2014 Djamarah, S.B. (2008). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Driana, E. (2012) Gawat Darurat Pendidikan. Kompas, 14 Desember, hlm.6. Dyer, J.H., Gregersen,H. & Christensen,C.M.(2011). Innovators DNA :

mastering the five skills of disruptive innovators. Boston:Harvard Business Publishing.

Emzir. (2012). Metodologi penelitian pendidikan: kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Farawita,L. (2013). Pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap

Kemampuan pemecahan masalah matematis dan penalaran logis siswa

SMP.(Tesis).Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

Universitas Negeri Medan, 2013.Tersedia di:

http://digilib.Unimed.ac.id/public/UNIMED-Master-28752-8116171009%20Abstrak.pdf. Akses 10 Mei 2014.

Fasko,D. (2006).Creative Thinking and Reasoning Can You Have One Without The Other?.Dalam James C. Kaufman.& John Baer (Penyunting). Creativity and Reason in Cognitive Development (hlm.159-176). New York: Cambridge University Press.

Hake, R.R., (1999) Analyzing change/gain scores .Department of Physics. Indiana University. Tersedia di :http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf. Diakses tanggal : 12 Oktober 2014.

Hamalik, O. (2012). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta:BumiAksara. 87


(2)

Haris, R. (2012). Introduction to creative thinking.[Online]. Tersedia di : http://www.virtualsalt.com/crebook1.htm. Diakses18 Maret 2014.

Heywood,J.(2005). E n g i n e e r i n g e d u c a t i o n : r e s e a r c h a n d d e v e l o p m e n t i n

c u r r i c u l u m a n d i n s t r u c t i o n. New York: IEEE Press.

Hmelo-Silver,C.E. (2004). Problem-Based learning: what and how do students learn?. Educational Psychology Review, Vol. 16, No. 3. Tersedia di :

http://kanagawa.lti.cs.cmu.edu/olcts09/sites/default/files/Hmelo-Silver_2004.pdf . Diakses 10 Maret 2014.

Huda, M.(2014). Model-model pengajaran dan pembelajaran isu-isu metodis dan paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jumadi. (t.t.). Model pembelajaran IPA. Tersedia di :http://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CEwQFjAE&url=http %3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsysem%2Ffiles%2Fpendidikan%2FJuma di%2C%2520M.Pd.%2C%2520Dr.%2FModel%2520Pembelajaran%2520 IPA.pdf&ei=IC8oU7j8Ou6tiQeZ2YDIDw&usg=AFQjCNGH9QEyhUyi WEP7phkC7cJXRaCY2g&bvm=bv.62922401,d.aGc. Diakses 18 Maret 2014.

Guignard,J.H. & Lubart, T. (2006). Is it reasonable to be creative ? Dalam

Kauffman,J.C.,& Baer,J. (Penyunting). Creativity and reason in cognitive development.(hlm.269-281) New York : Cambridge University Press. King,F.J., Goodson,L., &Rohani, F. (t.t.). Higher order thinking skills. Center

for Advancement of Learning and Assessment. Tersedia di http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf. Diakses tanggal 5 Januari 2015.

Kuswana, W.S. (2011). Taksonomi berpikir. Bandung : Remaja Rosdakarya. La Moma. (2012).Menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif matematis melalui

pembelajaran generatif siswa SMP. Dalam:Seminar Nasional Matematika & Pendidikan Matematika.FMIPA UNY. Yogyakarta, ,hlm.505-514. Mergendoller, J. R. , Maxwell, N. L. , &Bellisimo, Y. (2006). The effectiveness


(3)

of problem-based instruction: a comparative study of instructional methods and student characteristics. Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning,hlm.49-69.Volume 1(2).Tersedia di: http://dx.doi.org/ 10.7771/1541-5015.1026. Akses 10 Mei 2014.

Munandar,U. (1999). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta.Rineka Cipta.

Nursal. (2010). Pengembangan model pembelajaran berbasis masalah untuk

meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa

: studi pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA di Kabupaten Kuantan Singingi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,Bandung.

Oliva,P.F. & Gordon,W. (2012). Developing the curriculum.Eight ed. Boston: Pearson Education.Inc.

Prasetyo,Z.K.(2013).Konsep dasar pendidikan IPA. Yogyakarta: DiktatKuliah PPG IPA FMIPA UNY.Tersedia di: http://staff.uny.ac.id/sites/default/ files/pendidikan/Zuhdan%20Kun%20Prasetyo,%20M.Ed.,%20Dr.,%20Pro f./DIKTAT%20Kuliah%20PPG%20IPA.pdf. Diakses 12 Februari 2014

Porter,J.(2004). ‘Science’ in Jones,R. And Wyse, D. (eds). Creativity in the primary curriculum. London : David Fulthon.

Riduwan. (2008). Metode & teknik menyusun tesis. Bandung: Alfabeta. Riyanti,S. (2012). Pembelajaran konvensional. Tersedia di : http://sin-

riyanti.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-konvensional_5536.html. Diakses 12 Februari 2014.

Runco, M.A. (2007). Creativity theories and themes: research, development and practice. London: Elsevier,inc.

Rusman.(2011).Manajemen kurikulum. Jakarta:Rajawali Pers.

Rusman. (2012). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Press


(4)

Sanjaya,W. (2011) Kurikulum dan pembelajaran.teori dan praktik pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santrock,J. (2011). Educational psychology. Edisi 5.New York: McGraw-Hill Companies,inc.

Savery,J.R.(2006). Overview of problem-based learning:definitions and

distinctions.Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, 1(1). Tersedia di: http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article

=1002&context=ijpbl. Diakses 19 Maret 2014,

Savin-Baden,M. & Major, C.H. (2004). Foundation of problem-based learning. New York: Open University Press

Savoie, J.M. & Hughes, A.S. (1994).Problem-based learning as classroom

solution. Educational Leadership 52(3).pp.54-57.[online]. Tersedia di :http://www.ascd.org/publications/educational_leadership

/nov94/vol52/num03/Problem-Based_Learning_As_Classroom_ Solution.aspx. Diakses 19 Maret 2014.

Starko, A.J. (2005). Creativity in the classroom : schools of curious delight. Edisi ketiga. London: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Sugiyono (2009).Metode penelitian pendidikan. Bandung. Alfabeta Sugiyono. (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata,N.S.(2011). Metode penelitian pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya

Sukmadinata,N.S.&Syaodih,E. (2012). Kurikulum & pembelajaran kompetensi. Bandung: Refika Aditama.

Sukmadinata,N.S.(2012). Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suryabrata, S. (2012). Metodologi penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Tan, O.S. (Penyunting).(2004),Enhancing thinking through problem-based

learning approaches: international perspectives. Singapore:Cengage Learning.


(5)

Tan,O.S. (Penyunting).(2009) Problem based learning and creativity. Singapore: Cengage Learning.

Tan, O.S., Chye,S., & Teo,C.T. (2009). Problems and creativity. Dalam O.S. Tan (Penyunting) Problem based learning and creativity (hlm. 1-13). Singapore:Cengage Learning.

Tan, O.S., Chye,S., & Teo,C.T. (2009). Problem-based learning and creativity:a review of the literature. Dalam O.S.Tan (Penyunting) Problem based learning and creativity (hlm. 14-38). Singapore:Cengage Learning.

Tan, O.S. (2003). Problem based learning innovation: using problems to power learning in the 21st century. Singapore:Cengage Learning.

Suratno, T.(2009).Pengembangan kreativitas siswa dalam pembelajaran

sains di sekolah Dasar. Tersedia di:http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/ PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_12Oktober_2009/PENGEMBANGAN_ KREATIVITAS_SISWA_DALAM_PEMBELAJARAN_SAINS_DI_ SEKOLAH_DASAR.pdf. Diakses 23 Maret 2014.

Thorne,K. (2007). Essential creativity in the classroom : inspiring kids. New York: Routledge.

Tim Pengembang MKDP.(2012). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta:Rajawali Pers.

Torp,L. & Sage, S.(2002). Problems as possibilities : problem-based learning for K–16 education. Virginia: ASCD.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Widodo,A., Wuryastuti,S., & Margareta. (2010). Pendidikan IPA di SD. Bandung: UPI PRESS.

Wulandari,W., Liliasari,F.M., & Supriyanti,T. (2011). Problem based

Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan penyangga. Jurnal


(6)

Penelitian Pendidikan, 16 (2). Tersedia di : http://jurnal.upi.edu/penelitian-

pendidikan/view/924/problem-based-learning-untuk-meningkatkan- keterampilan-berpikir-kreatif-dan-penguasaan-konsep-siswa-pada-materi-larutan-penyangga.html. Diakses 19 Maret 2014.