PERSEPSI PARA SISWA KELAS I DAN II SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA WEETEBULA TAHUN AJARAN 20072008 TERHADAP ASPEK-ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM SKRIPSI

  

PERSEPSI PARA SISWA KELAS I DAN II SMA

SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA WEETEBULA

TAHUN AJARAN 2007/2008 TERHADAP ASPEK-ASPEK

PEMBINAAN CALON IMAM

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

AGUSTINUS TANGGU DAGA

NIM: 0 4 1 1 1 4 0 2 7

  

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO: “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1 Tes 5:24).

  

“Jika engkau tidak bisa mengubah nasibmu maka ubahlah sikapmu kepada dirimu,

kepada orang lain dan kepada kehidupan”.

“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau

lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap waktu yang ada padamu,

dengan semua semangat yang ada padamu, selama kau mampu melakukannya”.

  PERSEMBAHAN:

  

Kemuliaan kepada Allah, syukur bagi keluarga, terimakasih untuk semua. Kasih dan

dukungan yang tulus bagi para calon imam dan pendidik di Seminari Menengah Sinar

Buana Weetebula Sumba Barat Daya NTT.

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 4 Nove mber 2008 Penulis Agustinus Tanggu Daga

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : AGUSTINUS TANGGU DAGA Nomor Mahasiswa : 0 4 1 1 1 4 0 2 7

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERSEPSI PARA SISWA KELAS I DAN II SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA WEETEBULA TAHUN AJARAN 2007/2008 TERHADAP ASPEK-ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 14 November 2008 Yang menyatakan

  ( AGUSTINUS TANGGU DAGA )

  ABSTRAK PERSEPSI PARA SISWA KELAS I DAN II SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA WEETEBULA TAHUN AJARAN 2007/2008

  TERHADAP ASPEK-ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM Oleh

  Agustinus Tanggu Daga Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2008

  Persepsi terhadap pembinaan calon imam merupakan unsur yang penting dalam proses pembinaan para siswa Seminari sebagai calon imam. Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi tentang persepsi terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana Weetebula tahun ajaran 2007/2008.

  Masalah yang diteliti adalah (1) Bagaimana persepsi siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap seluruh aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah? (2) Bagaimana persepsi siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap tiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah? (3) Bagaimana persepsi tiap kelas (kelas I dan II SMA) terhadap setiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah Sinar Buana? (4) Apakah persepsi siswa kelas II SMA Seminari Sinar Menengah Sinar Buana terhadap setiap aspek pembinaan calon imam lebih tinggi daripada persepsi siswa kelas I?

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Alat pengumpulan data adalah kuesioner persepsi siswa Seminari terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam yang berjumlah 180 item. Populasi penelitian adalah siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana Weetebula yang berjumlah 55 orang. Uji hipotesis dengan teknik Chi-Kuadrat.

  Gambaran persepsi para siswa kelas I dan II SMA seminari Menengah Sinar Buana menunjukan: (1) Jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap semua aspek pembinaan calon imam lebih banyak (54,55%) dari jumlah siswa kelas I dan II yang mempunyai persepsi rendah (45,45%), (2) jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap semua aspek pembinaan calon imam lebih sedikit /lebih kecil (18,18%) daripada jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi rendah (25,45%), (3) jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam lebih banyak (36,36 %) daripada jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi rendah (20 %).

  Uji hipotesis menunjukkan: (1) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan pribadi tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I, (2) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan hidup kristiani tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I, (3) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan menanggapi panggilan tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I, (4) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek intelektual tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I, (5) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan misioner lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I, (6) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I.

  Usaha para pembina menyusun dan melaksanakan program kegiatan pembinaan bagi para siswa serta upaya para siswa untuk melaksanakan kegiatan pembinaan tersebut dapat meningkatkan persepsi para siswa terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam. Untuk itu diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas program pembinaan yang dilaksanaan secara integral dalam seluruh aspek pembinaan calon imam.

  ABSTRACT THE PERCEPTION OF THE STUDENTS OF CLASS I AND II SINAR BUANA SECONDARY SEMINARY WEETEBULA ACADEMIC YEAR 2007/2008 TOWARD

  ASPECTS FORMATION OF CANDIDATES PRIESTHOOD By:

  Agustinus Tanggu Daga Sanata Dharma University

  Yogyakarta 2008

  The perception toward formation of candidates for priesthood is one of the important elements in the formation process of the students as candidates for priesthood. This research was done to get information about the perception toward aspects of formation of candidates of the students of Sinar Buana Secondary Seminary, Weetebula, during the academic year of 2007/2008.

  This study asked the following questions: (1) What is the perception of the students of class I and II of Sinar Buana Secondary Seminary toward the whole formation of candidates for priesthood in the Secondary Seminary? (2) What is the perception of the students of class I and II of Sinar Buana Secondary Seminary toward the different aspects of formation of candidates for priesthood in the Secondary Seminary? (3) What is the perception of the students of each class (I and II) of Sinar Buana Secondary Seminary toward every aspect of formation of candidates for priesthood in the Secondary Seminary? (4) Weather the perception of the students in class II Sinar Buana Secondary Seminary toward each aspect of formation was highter than the perception of class I?

  This study was a descriptive research, which employed a survey method. This study used a questionaire regarding the Seminary students perception toward the formation of candidates for priesthood consisting of 180 items as the tool of data collection. The participants of this research were 55 students of class I and II Sinar Buana Secondary Seminary. This hypothesis testing was done by using Chi-Square technique.

  The description of the perception of the students of class I and II Sinar Buana Secondary Seminary showed that: (1) The total of students of class I and II Sinar Buana Secondary Seminary had a high level of perception toward all formation aspects higher (54,55%) than those who had low level perception (45,45%), (2) The total of students of class I Sinar Buana Secondary Seminary who had a high level of perception toward all formation aspects was lower(18,18%) than those who had low level perception (25,45%), (3) The total of students of class II Sinar Buana Secondary Seminary who had a high level of perception toward all formation aspect was higher(36,36 %) than those who had a low level perception (20 %).

  The hypothesis testing result showed that: (1) The perception of class II students of Sinar Buana Secondary Seminary toward personal formation was equal with that of the class I, (2) ) the perception of class II students of Sinar Buana Secondary Seminary toward Christian formation was equal with that of the class I, (3) ) The perception of class II students at Sinar Buana Secondary Seminary toward the understanding of the intention of formation was equal with that of the class I, (4) The perception of class II students Sinar Buana Secondary Seminary toward intellectual formation was equa l with that of the class I, (5) The perception of class II students of Sinar Buana Secondary Seminary toward missionary (apostolate) formation was higher that of the class I, (6) The perception of class II students of Sinar Buana Secondary Seminary toward interfaith-dialoque formation was equal with that of the class I.

  Therefore the formator’s attempts to prepare and implement the formation program in formation activities and also the student’s attempts to practice the formation program increased the students perception toward all aspects of formation of candidates for priesthood. Hence, there is a need for upgrading the quantity and quality of formation activities in all aspects of formation of candidates for priesthood.

  KATA PENGANTAR Penulis menghaturkan pujian dan syukur kepada Tuhan atas tuntunanN ya kepada penulis selama mengikuti kegiatan perkuliahan, terutama selama penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya hingga akhir.

  Penulis menyadari keterlibatan banyak pihak selama penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, khususnya kepada:

  1. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan sabar dan tekun.

  2. Drs. H. Sigit Pawanta, SVD, M.A selaku dosen pembimbing II yang telah membaca dan mengoreksi skripsi ini serta memb erikan saran-saran yang bermanfaat bagi penulisan skripsi ini.

  3. Drs. Wens Tanlain, M.Pd. yang telah membantu penulis mengolah data-data penelitian.

  4. Panitia Penguji yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mempertanggungjawabkan dan mempertahankan skripsi ini.

  5. Dr. M.M.Sri Hastuti, M.Si selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling dan para dosen Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Sanata Dharma yang telah memperkaya penulis dengan ilmu pengetahuan selama kegiatan perkuliahan.

  6. Drs. T. Sarkim. M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah mengatur penyelenggaraan kegiatan pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  7. Rektor dan seluruh Civitas Akademica Universitas Sanata Dharma yang memungkinkan penulis menimba ilmu pengetahuan di Universitas Sanata Dharma.

  8. Mgr G. Kherubim Pareira, SVD dan Administrator Keuskupan Weetebula serta Ekonom Keuskuan Weetebula yang telah memberikan kesempatan belajar serta memberikan bantual moril dan materiil selama penulis menjalani pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  9. Rm. Yohanes Kota Sando, Pr dan para staf pembina/guru di Seminari Menengah Sinar Buana Weetebula yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan penelitian.

  10. Rm Emilianus Sarimas, Pr yang telah mengijinkan penulis menggunakan kuesioner penelitian.

  11. Para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008 yang telah mengisi kuesioner penelitian.

  12. Pater Rektor dan anggota komunitas Wisma Sang Penebus Nandan yang dengan tulus menerima, mendukung penulis selama menempuh pendidikan di Yogyakarta.

  13. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan tahun 2004: Ardhi, Priska, Irna, Anting, Phimpom, Sigit/Cimbah, Sr. Yus CB, Tian, Sepri, Sr.

  Eva ADM, Ratna, Acha, Kris Kumis, Pikal, Lia, Sr. Sisca JMJ, Condro, Wulan, Fenty, Tyo, Ocha, Leni, Br. Yulius CSA, Elshinta, Ria, Marsel, Sr. Hilaria ADM, Yasinta, Sr. Brigita SCMM, Erna, Sr. Rachel OSFS, Trias, Sr. Lina FdCC, Natalia, Tina, Ayu, Emma yang telah menjalin kebersamaan, persahabatan dan kerjasama dengan penulis selama masa perkuliaan serta dengan cara masing- masing memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  14. Pihak-pihak manapun yang telah mendukung, memperhatikan, membantu penulis secara langsung dan tidak langsung dalam menjalani masa pekuliahan dan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki keterbatasan. Penulis sangat menghargai kritik dan saran yang ditujukan terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

  Yogyakarta, 4 November 2008 Penulis Agustinus Tanggu Daga.

  DAFTAR ISI Halaman

  HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................iii HALAMAN MOTO PERSEMBAHAN.......................................................................iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.........................................................................v ABSTRAK....................................................................................................................vi ABSTRACT................................................................................................................viii KATA PENGANTAR....................................................................................................x DAFTAR ISI...............................................................................................................xiii

  BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1 B. Rumusan Masalah..............................................................................................6 C. Tujuan Penelitian................................................................................................7 D. Manfaat Penelitian..............................................................................................7 E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian.....................................................8 1. Definisi Operasional....................................................................................8 2. Variabel Penelitian.....................................................................................9 F. Hipotesis...........................................................................................................10 BAB II KAJIAN TEORITIS........................................................................................12 A. Seminari Sebagai Lembaga Pendidikan Calon Imam dalam Gereja Katolik........................................................................................12

  1. Landasan Hukum Seminari........................................................................12 2.

  Tingkatan Seminari....................................................................................12 3. Tujuan Pendidikan di Seminari Menengah................................................14 4. Gambaran Lulusan Seminari Menengah....................................................16 B. Aspek-Aspek Pembinaan Calon Imam di Seminari Menengah.......................21 1.

  Pembinaan Pribadi......................................................................................22 2. Pembinaan Hidup Kristiani........................................................................25 3. Pembinaan Menanggapi Panggilan............................................................27 4. Pembinaan Intelektual................................................................................29 5. Pembinaan Semangat Misioner..................................................................31 6. Pembinaan Sikap Dialog Antar Umat Beragama.......................................31 C. Pembinaan di Seminari Menengah Sinar Buana..............................................32 1.

  Gambaran Umum tentang Seminari Menengah Sinar Buana.....................32 2. Kegiatan Pembinaan di Seminari Menengah Sinar Buana.........................33 D. Persepsi.............................................................................................................36 1.

  Arti Persepsi...............................................................................................36 2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi............................................37 3. Proses Terjadinya Persepsi.........................................................................40 4. Fungsi dan Sifat-Sifat Dunia Persepsi........................................................42 E. Persepsi Para Siswa Seminari Menengah Sinar Buana....................................43 1.

  Perkembangan Persepsi Siswa Seminari....................................................43 2. Perkembangan Persepsi Siswa Seminari Terhadap

  Aspek-Aspek Pembinaan Calon Imam.......................................................45

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................50 A. Jenis Penelitian.................................................................................................50 B. Populasi Penelitian..........................................................................................50 C. Alat Penelitian..................................................................................................51 1. Kuesioner Persepsi Siswa...........................................................................51 2. Pengskoran Item Kuesioner........................................................................54 3. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner..........................................................54 a. Reliablitas.............................................................................................54 b. Validitas................................................................................................55 D. Pengumpulan Data............................................................................................55 E. Analisa Data.....................................................................................................55 1. Perhitungan Reliabilitas dan Validitas ......................................................55 2. Mean...........................................................................................................57 3. Standar Deviasi...........................................................................................58 4. Uji Hipotesis...............................................................................................58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................60 A. Hasil Penelitian.................................................................................................60 1. Gambaran Umum Persepsi Para Siswa Kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Semua Aspek Pembinaan Calon Imam.....................................................60 2. Gambaran Umum Persepsi Siswa Kelas I dan II Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008 terhadap tiap-tiap aspek pembinaan calon imam......................................................61

  3. Gambaran umum persepsi para siswa tiap kelas (kelas I dan II) SMA Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008 terhadap tiap-tiap aspek pembinaan calon imam....................62 4. Uji Hipotesis...............................................................................................65 B. Pembahasan......................................................................................................71

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................80 A. Kesimpulan.......................................................................................................80 B. Saran.................................................................................................................82 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................84 DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................90 Lampiran 1 : Kuesioner Persepsi Siswa Kelas I dan II SMA Seminari Sinar Buana Lampiran 2 : Total Skor Penelitian Persepsi Kelas I dan II Seminari Sinar Buana Lampiran 3 : Skor Gasal-Genap Penelitian Persepsi Kelas I dan II Lampiran 4 : Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Lampiran 5 : Tabel Frekuensi Skor dan Tinggi- Rendah Skor Lampiran 6 : Perhitungan Uji Hipotesis Lampiran 7 : Surat Permohonan Ijin Penelitian. Lampiran 8 : Surat Pemberitahuan Penelitian Lampiran 9 : Surat Ijin Menggunakan Kuesioner Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sidang Majelis Wali Gereja Indonesia (sekarang: Konferensi Wali Gereja Indonesia ) tentang pendidikan calon imam menegaskan bahwa imam yang diharapkan adalah imam yang mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan, imam yang penuh

  dedikasi terhadap umat, imam yang komunikatif, imam yang solider dengan rekan-rekan seimamat dan imam ya ng suka belajar seumur hidupnya. Imam yang memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan mengandaikan bahwa imam mempunyai iman yang mendalam, menjadikan doa dan ekaristi sebagai pusat hidupnya dan mampu merefleksikan karya pastoralnya (Sidang MAWI, 1977:3).

  Imam memiliki dedikasi terhadap umat karena ia mempunyai jiwa misioner, peka terhadap situasi konkrit umat, menghargai kebudayaan dan bahasa umat yang dilayani.

  Imam yang komunikatif dengan umat adalah imam yang bersedia membangun suasana dialog, membangun kerjasama dengan umat, membangun dialog dengan umat yang beragama lain (Sidang MAWI, 1977:4). Imam yang solider dengan rekan imam berarti imam yang memiliki sikap saling memperhatikan dalam kesulitan masing- masing, bersedia mengakomodasi berbagai kritik dan teguran, membangun kebersamaan dalam karya pelayanan. Imam yang suka belajar seumur hidup senantiasa belajar tanpa hentinya, baik dari dirinya sendiri maupun dari sumber-sumber lainnya berupa buku- buku, lokakarya, ceramah dan diskusi (Sidang MAWI, 1977:5).

  Gambaran imam tersebut ditegaskan kembali oleh KWI dalam Pedoman Dasar Pembinaan Imam di Indonesia tentang citra imam di Indonesia, yakni. imam yang tampil sebagai pemimpin rohani, pendoa, pelayan, nabi, misionaris. Imam sebagai pemimpin rohani berperan membimbing umat dengan sabar, lembut dan tegas untuk menempuh perjalanan hidup rohani yang mampu memberi makna pada segala bidang dan peristiwa hidup, mahir dalam pelbagai pengalaman iman, terbuka terhadap nilai- nilai religius pada agama dan kepercayaan lain, bersedia dan mampu bekerjasama dengan pemuka umat dan tenaga pastoral lainnya (Komisi Seminari KWI, 1987:16).

  Imam sebagai pendoa berarti imam meneladani Kristus yang mengawali karya perutusanNya dengan berdoa. Kehidupan doa hendaknya meresapi cipta, rasa dan karsa imam. Doa seorang imam selalu menggereja dan misioner artinya dilaksanakan bagi dan bersama umnat yang dilayaninya dan demi perkembangan injil (Komisi Seminari KWI, 1987: 17).

  Imam sebagai pelayan berarti imam yang mengikuti sabda Kristus: “...bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”(Mat 20:28). Sebagai pelayan imam berperan mengamalkan semangat pengabdian Kristus dengan melayani kebutuhan-kebutuhan umat. Imam membina umat dalam keterlibatan sosial, meningkatkan nilai- nilai rohani dalam seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu menurut Mulyono (2007:4) karya pela yanan imam harus bercirikhas pastoral yang artinya imam membawa umat kepada Tuhan. Imam sebagai nabi berarti imam mampu mewartakan iman kristiani dengan cara dan bahasa yang relevan dengan tuntutan zaman. Dengan semangat kenabian, imam menempatkan diri dipihak orang-orang lemah, tertindas, menderita, tersingkir, direndahkan, baik dengan gaya hidup maupun dengan perkataan dan perbuatannya. Imam memberi perhatian penuh kepada soal-soal keadilan dan perikemanusiaan dan memperjuangkan apa yang baik dan benar (Komisi Seminari KWI, 1987: 18)

  Imam sebagai misionaris berarti imam terus- menerus mempelajari nilai- nilai injil yang terdapat dalam masyarakat dan mengintegrasikan dalam diri dan karya pastoralnya.

  Imam juga memiliki keterbukaan terhadap karya misi gereja universal sehingga ia selalu siap untuk diutus kemana pun (Komisi Seminari KWI, 1987: 19).

  Rapat para pembina calon imam di Seminari Menengah Se-Nusa Tenggara pada tahun 1978 menghasilkan pedoman pendidikan dan pembinaan siswa-siswa Seminari Menengah Se-Nusa Tenggara. Pedoman tersebut mengatakan bahwa Seminari Menengah merupakan pendidikan awal calon imam yang bertujuan membentuk manusia yang hidupnya berpusat pada Kristus, mengembangkan segala aspek kepribadian secara seimbang dan mengarahkannya kepada imamat. Seminari Menengah mempunyai tugas mempersiapkan siswa-siswa melanjutkan pendidikan ke Seminari Tinggi (Rapat Pimpinan Seminari Menengah, 1978:3).

  Pedoman pembinaan calon imam di Indonesia bagian Seminari Menengah menyatakan bahwa lulusan Seminari Menengah adalah manusia yang dewasa secara manusiawi dan dewasa secara kristiani pada tingkatnya serta diperlengkapi dengan kemampuan untuk belajar mandiri, hidup berpola pada Kristus, terarah kepada imamat dan meneladani Bunda Maria dalam menghayati panggilannya (Driyanto, 2001:31).

  Gambaran tentang imam sebagai pemimpin rohani, pendoa, pelayan, nabi, misionaris dan lulusan calon imam di Seminari Menengah yang dewasa secara manusiawi, dewasa secara kriatiani, terarah kepada panggilan tersebut menjadi tujuan dan arah pembinaan calon imam di Indonesia. Pembinaan tersebut menurut Paus Yohanes Paulus II (1992:84) adalah pembinaan manusiawi, pembinaan hidup rohani dan pembinaan intelektual.

  Konsili Vatikan II dalam dokumen Optatam Totius (Dekrit tentang Pembinaan Imam) mengungkapkan bahwa seminari sebagai lembaga pendidikan calon imam “diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan para seminaris” (Hardawiryana, 1993:275).

  Oleh karena itu Pedoman Pembinaan Calon Imam di Indonesia Bagian Seminari Menengah memuat enam aspek pembinaan diri calon imam di Seminari Menengah yaitu aspek pribadi, aspek hidup kristiani, aspek menanggapi panggilan, aspek intelektual, aspek semangat kerasulan atau misioner, aspek sikap dialog antar umat beragama (Driyanto, 2001: 37).

  Calon imam menjalani pendidikan dan pembinaan pada lembaga gerejani yang disebut seminari. Dewasa ini khususnya di Indonesia, seminari dibagi dalam dua tingkat yaitu Seminari Menengah dan Seminari Tinggi. Seminari Menengah merupakan tempat pendidikan calon imam yang mene mpuh pendidikan tingkat SMP dan SMA. Ada dua tipe Seminari Menengah yaitu: Seminari yang merupakan satu kesatuan asrama dan sekolah, seminari yang terpisah antara asrama dan sekolah. Ada tiga tipe Seminari Tinggi yaitu: Seminari Tinggi yang merupakan satu-kesatuan asrama dan tempat studi filsafat- teologi, Seminari Tinggi yang hanya menjadi tempat studi filsafat dan teologi, Seminari Tinggi hanya tempat tinggal pembinaan rohani dan pastoral ( Heuken, 1994: 202-204).

  Keuskupan Weetebula memiliki sebuah le mbaga pendidikan calon imam yaitu Seminari Menengah Sinar Buana di Weetebula, Sumba Barat Daya. Seminari Menengah Sinar Buana merupakan tempat pendidikan calon imam pada tingkat SMP dan SMA yang merupakan tipe seminari terpadu. Secara kurikuler, proses pendidikan bagi para siswa Seminari Sinar Buana berlangsung di Seminari Sinar Buana. Ada siswa Seminari Menengah Pertama dan ada siswa Seminari Menengah Atas. Setiap kelompok menurut jenjangnya mempunyai asrama masing- masing, namun satu-kesatuan sebagai calon imam. Seminari Sinar Buana melaksanakan pembinaan bagi siswa-siswa dengan menekankan aspek-aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah.

  Uraian tentang gambaran imam dan lulusan calon imam dalam konteks Indonesia mengisyaratkan adanya tantangan bagi para calon imam dan tuntutan bagi lembaga pendidikan calon imam. Pembinaan calon imam di Seminari Menengah memiliki kendala tersendiri yang berkaitan dengan kepribadian calon imam dan pola pembinaan yang dijalankan. Berkaitan dengan pola pembinaan, Hill (1987:133-134) menegaskan bahwa kesulitan di seminari disebabkan oleh ketidakberesan pola pendidikan dan ketidakseriusan pembinaan calon imam sehingga menyebabkan banyak calon imam yang meninggalkan seminari. Oleh karena itu para penyelenggara pendidikan dan pembinaan calon imam perlu memeriksa pola pendidikan dan pembinaan yang sedang dijalankan. Kardinal Pio Laghi mengatakan: “They are more conservative and conforming than before. They are also more individualistic, even choosy. Their catechatical formation is not as good as in generation past...” (Suharman, 2007: 12). Suyitno (2005:8) mengatakan: “Para pengelola Seminari Menengah sepakat mengakui bahwa panggilan menurun karena sulitnya menjaring calon seminaris apalagi bicara soal kualitas”.

  Berkaitan dengan kepribadian seminaris, pertemuan para pembina Seminari Menengah se-Nusa Tenggara yang berlangsung tanggal 28 Oktober 2004 di Atambua mengemukakan tiga masalah pokok yaitu:

  (1) Masalah gambaran imam: Para siswa seminari gambaran memiliki yang keliru tentang imam, misalnya: imam itu rapi dan anggun, sering naik sepeda motor atau mobil, disapa duluan, status sosialnya tinggi. Akibatnya, siswa seminari bersikap enggan kerja kerja tangan. (2) Masalah kedisiplinan. Kedisiplinan seminaris semakin menurun, misalnya: tidak tepat waktu, tidak menghargai silentium (waktu hening), suka bolos. (3) Mentalitas negatif. Misalnya: tidak jujur terhadap pembina, solider dalam hal- hal negatif, permisif terhadap kelakuan jelek temannya, kurang menghargai sopan santun, kurang serius belajar, tidak menghargai fasilitas umum, kurang bertanggngjawab, tidak terbuka terhadap pembina, tidak mempunyai ‘rasa memiliki’, kurang menghargai bimbingan rohani (Sarimas, 2005: 5).

  Pertemuan para Rektor Seminari Menengah seluruh Indonesia pada tanggal 3-7 Oktober 2005 di Wisma Samadi Klender Jakarta merumuskan beberapa tantangan pembinaan di seminari sebagai berikut:

  “Daya juang, kreativitas dan insiatif menurun, belum siap menghadapi perubahan yang cepat (globalisasi), latar belakang keluarga yang miskin, belum tampak keunggulan/kekhasan seminaris daripada siswa SMA lainnya, internalisani nilai dan panggilan menurun” (Kusumawanta, 2007: 31). Masalah- masalah tersebut menyebabkan banyak siswa yang tidak merasa nyaman menjalani proses pembinaan di seminari. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai pandangan para siswa seminari terhadap pembinaan calon imam di Seminari Menengah. Penelitian dengan topik “Persepsi Para Siswa Kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana Weetebula Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Aspek-Aspek Pembinaan Calon Imam” ini dilaksanakan dengan tujuan memperoleh jawaban obyektif terhadap permasalahan tersebut.

  B.

Perumusan Masalah

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana persepsi siswa kelas I dan

  II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap seluruh aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah? (2) Bagaimana persepsi siswa kelas I dan II SMA Seminari

  Menengah Sinar Buana terhadap tiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah? (3) Bagaimana persepsi para siswa tiap kelas (kelas I dan II SMA) terhadap setiap aspek pembinaan calo n imam di Seminari Menengah Sinar Buana? (4) Apakah ada perbedaan yang signifikan persepsi siswa kelas I dan II SMA Seminari terhadap tiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah. ? C.

  Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1.

  Mengetahui persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap seluruh aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah.

  2. Mengetahui persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap tiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah.

  3. Mengetahui persepsi para siswa tiap kelas (kelas I dan II SMA) terhadap tiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah Sinar Buana

  4. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan persepsi siswa kelas I dan

  II SMA Seminari terhadap tiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah.

  D.

Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini dapat digunakan (1) oleh para pembina di Seminari Menengah Sinar Buana sebagai masukan dalam menyusun program pembinaan di seminari, (2) oleh para guru di Seminari Sinar Buana sebagai masukan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran bagi seminaris, (3) oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma sebagai masukan dalam merencanakan dan menyusun kegiatan mahasiswa.

  E.

  Definisi Operasional dan Variabel Penelitian 1.

  Definisi Operasional a.

  Persepsi adalah pandangan, tanggapan dan penilaian individu terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia, dan hal- hal lain yang ditemuinya dalam kehidupan sehari- hari (Mulyono 1978:22).

  b.

  Seminari Seminari adalah lembaga pendidikan calon imam dalam gereja katolik c. Seminari Sinar Buana

  Seminari Sinar Buana adalah tempat pendidikan calon imam pada tingkat SMP dan SMA di Keuskupan Weetebula Sumba Barat Daya NTT.

  d.

  Pembinaan Pembinaan berarti usaha, kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990: 117).

  Pembinaan adalah pendampingan berupa pemeliharaan, pengasuhan kepada seseorang dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depannya (Sarimas, 2005:8).

  e.

  Calon Imam Calon imam di Seminari Menengah adalah remaja (siswa SMA) yang bercita- cita untuk menjadi imam.

  f.

  Pembinaan Calon Imam

  Pembinaan calon imam adalah pendampingan berupa pemeliharaan, pengasuhan siswa seminari sebagai calon imam dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan demi mencapai pribadi yang dewasa secara manusiawi dan kristiani dan siap memenuhi tuntutan panggilan.

  Pendampingan itu mencakup aspek pribadi-sosial, kristiani, menanggapi panggilan, intelektual, semangat misioner, dialog antar umat beragama.

  a. Aspek pembinaan calon imam 1)

  Persepsi siswa dalam aspek pembinaan pribadi adalah pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa dalam kegiatan pemeliharaan diri dan lingkungan, solidaritas, relasi sosial dan komunikasi di seminari dan diukur dengan kuesioner persepsi serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswa. 2)

  Persepsi siswa dalam aspek pembinaan kristiani adalah pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa terhadap bimbingan rohani, kitab suci, doa, ekaristi, sakramen tobat, rekoleksi/ret-ret, doa rosario, bacaan rohani, lagu-lagu gereja, petugas liturgi dan diukur dengan kuesioner persepsi serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswa. 3)

Persepsi siswa dalam aspek pembinaan menanggapi panggilan adalah pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa terhadap kejujuran

  penerimaan diri, orientasi status/fungsi, cita-cita, pengenalan dunia, tanggungjawab terhadap panggilan teman dan diukur dengan kuesioner persepsi serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswa.

  4) Persepsi siswa dalam aspek pembinaan intelektual adalah pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa terhadap kegiatan yang berkaitan dengan pengetahuan akademis (pengajaran di kelas, sikap dan cara belajar), keterampilan dan diukur dengan kuesioner persepsi serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswa.

  5) Persepsi siswa dalam aspek pembinaan semangat misioner (kerasulan) adalah pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa terhadap kegiatan ambulasi/pesiar, aksi panggilan dan aksi sosial, mengenal dokumen- dokumen gereja, mengenal nilai-nilai budaya, katekese diukur dengan kuesioner dan diukur dengan kuesioner persepsi serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswa.

  6) Persepsi siswa dalam aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama adalah pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa terhadap kegiatan pendalaman ajaran agama, relasi dengan umat beragama lain dan diukur dengan kuesioner persepsi serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswa.

  b.

Tingkat kelas siswa adalah pengalaman pendidikan siswa SMA Seminari Menengah Sinar Buana yaitu kelas I, kelas II

  D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah persepsi para siswa kelas

  II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap tiap aspek pembinaan calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA. Hipotesis ini dapat dijabarkan menjadi 6 hipotesis yaitu:

  1. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pemb inaan pribadi calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA

  2. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan hidup kristiani calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA.

  3. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan menanggapi panggilan calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas

  I SMA.

  4. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan intelektual calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA.

  5. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan semangat misioner calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA.

  6. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA.

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Seminari Sebagai Lembaga Pendidikan Calon Imam dalam Gereja Katolik 1. Landasan Hukum Seminari Landasan hukum berdirinya sebuah Seminari -Seminari Tinggi dan Seminari Menengah- tercantum dalam Kitab Hukum Kanonik tentang Pembinaan Klerus. Kanon 232 mengatakan: “Gereja mempunyai kewajiban dan juga hak yang bersifat miliknya sendiri dan eksklusif untuk membina mereka yang

  ditugaskan bagi pelayanan suci” (Rubiyatmoko, 2005: 86). Kanon ini menegaskan bahwa pendidikan calon imam dalam gereja merupakan sebuah kewajiban dan hak yang bersifat eksklusif bagi gereja. Artinya pendidikan calon imam adalah hak istimewa bagi gereja. Kanon 234 menyatakan:

  “Hendaknya dipelihara, kalau ada, dan juga dibina seminari- seminari menengah atau lembaga-lembaga sejenis, di mana diselenggarakan pendidikan keagamaan khusus bersama dengan pendidikan humaniora dan ilmiah demi pembinaan pangilan, bahkan bilamana dinilai bermanfaat, hendaknya Uskup diosesan mengusahakan didirikannya seminari menengah atau lembaga sejenis” (Rubiyatmoko, 2005:87). Kanon ini menegaskan bahwa pembinaan calon imam adalah tugas uskup diosesan melalui pendidikan khusus di seminari. Maka di setiap keuskupan perlu didirikan seminari untuk mendidik calon imam; baik Seminari Tinggi maupun Seminari Menengah.

  Secara etimologis kata Seminari berasal dari bahasa Latin Seminarium (Semen = bibit) yang berarti tempat penyemaian atau pembibitan (Prent, 1969:

  779). The Chatolic Encyclopedia For Shcool and Home (1965:27) mendefinisikan seminari sebagai “An institution established for the training of diocesan priest

  

those who work directly under the bishop in serving the faithful of a diocese ”.

  Istilah Seminari dipakai untuk menunjukkan menyemai dan menumbuhkan benih- benih panggilan imamat. Seminari merupakan tempat dimana sekelompok pemuda dipersiapkan menjadi imam (Staf Kepamongan Medan Utama, 1996:95). Selanjutnya, menurut Ponomban (2007: http://yesaya.indocell.net/id766.htm.), sekretaris eksekutif Komisi Seminari KWI, seminari adalah tempat di mana benih-benih panggilan imam yang terdapat dalam diri anak-anak muda, disemaikan secara khusus, untuk jangka waktu tertentu, dengan tatacara hidup dan pelajaran yang khas, dengan dukungan bantuan para staf pengajar dan pembina, yang biasanya terdiri dari para imam / biarawan. Adapun kata “seminaris” menunjuk pada para siswa yang menempuh pembinaan di seminari.

  Seminari merupakan lembaga pendidikan calon imam dalam gereja katolik. Ada dua tingkatan Seminari yakni Seminari Tinggi dan Seminari Menengah. Seminari Tinggi merupakan lembaga pendidikan calon imam pada tingkat perguruan tinggi. Di Seminari Tinggi para calon imam memperoleh pendidikan dalam bidang filsafat dan teologi sebagai persiapan menjadi imam.

  Seminari Menengah merupakan lembaga pendidikan calon imam pada tingkat SMP dan SMA. Siswa Seminari SMP berasal dari lulusan Sekolah Dasar.

  Para siswa menemp uh masa pembinaan selama tiga tahun, mengikuti kurikulum nasional ditambah dengan beberapa materi pelajaran khas Seminari. Siswa Seminari SMA berasal dari lulusan SMP Seminari dan juga dari siswa Kelas

  Persiapan Bawah (KPB). Para siswa menempuh masa pembinaan selama tiga tahun, mengikuti kurikulum pemerintah ditambah beberapa materi pelajaran yang khas Seminari, sekaligus dengan tambahan 1 tahun, entah pada tahun pertama memasuki Seminari (disebut KPB: Kelas Persiapan Bawah) atau nanti ditambahkan sesudah melewatkan 3 tahun pendidikan SMU (disebut KPA: Kelas Persiapan Atas).

  Seminari Menengah menerapkan dua kurikulum yaitu kurikulum nasional dan kurikulum Seminari. Kurikulum nasional merupakan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah yang wajib ditempuh oleh siswa-siswa sekolah menengah di seluruh Indonesia. Sedangkan kurikulum Seminari adalah kurikulum yang ditetapkan oleh Komisi Seminari Konferensi Wali Gereja Indonesia. Kurikulum ini memuat sejumlah mata pelajaran yakni: Bahasa Latin, Kitab Suci, Liturgi, Sejarah Gereja, Tradisi Doa, Pengenalan Ordo dan Kongregasi, etiket pergaulan, public speaking, musik dan kesenian gereja, hidup berkomunitas, panggilan dan motivasi panggilan, bimbingan rohani, katekese.

  Konsili Vatikan II melalui Dekrit Optatam Totius (Dekrit tentang Pembinaan Imam) No. 3 mengungkapkan bahwa Seminari Menengah Atas didirikan untuk memupuk tunas-tunas panggilan. Para seminaris disiapkan untuk mengikuti Kristus Penebus dengan semangat rela berkorban dan hati yang jernih melalui pembinaan hidup rohani yang khas terutama bimbingan rohani yang cocok. Seminaris dibantu untuk menjalani hidup yang cocok dengan usia dan prinsip-prinsip psikologi yang sehat. Seminari Menengah menjadi tempat bagi seminaris memperoleh pengalaman-pengalaman manusia secukupnya dan memiliki hubungan yang biasa dengan keluarganya (Hardawiryana, 1993: 271).

  Seminari Menengah didirikan untuk mempersiapkan para seminaris memasuki Seminari Tinggi. Paus Yohanes Paulus II (1992: 117) melalui Ensiklik menegaskan bahwa Seminari Menengah merupakan

  Pastores Dabo Vobis

  lembaga gereja dibidang karya pendidikan untuk untuk memelihara, melindungi dan mengembangkan benih-benih panggilan imam. Tujuan pendidikan di Seminari Menengah adalah melaksanakan secara bertahap pembinaan manusiawi, budaya dan rohani untuk mengantar seminaris memasuki Seminari Tinggi dengan dasar yang memadai dan andal.

  Untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Seminari ini, misalnya Seminari Menengah Mertoyudan memiliki visi: Sanctitas (Kesucian), Scientia (Pengetahuan) dan Sanitas (Kesehatan). Aspek sanctitas menekankan kehidupan rohani yang Kristosentris melalui meditasi,doa dan ekaristi, rekoleksi dan ret-ret, pendalaman kitab susi. Aspek scientia menekankan pengetahuan ilmiah dan keterampilan. Aspek sanitas menekankan pendidikan dan pemeliharaan kesehatan fisik dan psikis (Staf Kepamongan Medan Utama, 1996:98-99).

  Pada dasarnya Seminari Menengah merupakan lembaga pendidikan awal calon imam yang bertujuan membentuk manusia kristiani yang Kristosentris dengan mengembangkan segala aspek kepribadian secara seimbang dan mengarahkannya kepada imamat. Tugas Seminari Menengah adalah mempersiapkan seminaris untuk menempuh pendidikan lebih lanjut ke Seminari Tinggi atau memasuki tarekat/ordo tertentu ( Rapat Pimpinan Seminari Menengah, 1978: 3).

  4. Gambaran Lulusan Seminari Menengah Menurut Pedoman Pembinaan Calon Imam di Indonesia Bagian Seminari

  Menengah, lulusan Seminari Menengah adalah manusia dewasa secara manusiwi dan kristiani pada tingkatnya serta diperlengkapi dengan kemampuan belajar secara mandiri, hidup berpola pada Yesus Kristus untuk menuju imamat dengan meneladan Bunda Maria dalam menghayati panggilannya (Driyanto, 2001: 31).

  Dengan demikian seorang lulusan seminari Menengah adalah pribadi yang dewasa secara menusiawi, pribadi dewasa secara kristiani dan pribadi yang siap sedia terhadap tuntutan panggilan.

  a. Pribadi Dewasa Secara Manusiawi Pribadi dewasa secara manusiawi adalah pribadi yang mengalami kepurnaan dan keutuha n jiwa dan badan dalam kesatuan dirinya. Ia tahu dan menyadari apa yang dilakukannya karena ia sadar akan tujuan yang hendak dicapainya. Ia dapat menempatkan dirinya dalam kehidupan dan pergaulan.