PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI GETARAN PADA BANDUL SEDERHANA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP KARITAS NGAGLIK YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh G

  

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI GETARAN PADA

BANDUL SEDERHANA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN

METODE EKSPERIMEN TERBIMBING MENGGUNAKAN LKS PADA

SISWA KELAS VIII SMP KARITAS NGAGLIK YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh:

Rosiana Bumbungan

  

NIM : 041424034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2009

  

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tlah ku lihat kebaikanMu yang tak pernah habis di hidupku..

  

Ku berjuang sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia!!

(Tetap Setia - Nikita)

Sebuah karya sederhana yang dalam pengerjaannya penuh penantian, air mata,

dan senyuman dalam ketidakberdayaan.

  

Aku percaya Allah pun akan berkarya sendiri melampaui yang pernah kita duga

Kupersembahkan dengan segenap hati, teristimewa

Tuhan Yesus Kristus

  

Keluargaku tercinta

Seorang Terkasih

Sahabat, Almamaterku & semua orang yg selalu bertanya kapan

kamu lulus??

  

Terimakasih untuk semua doa, rasa sayang, perhatian, dorongan

semangat, dan kesabaran tak terhingga yang kalian berikan padaku

  

ABSTRAK

Rosiana Bumbungan. 2009. Peningkatan Pemahaman Siswa Mengenai

Getaran Pada Bandul Sederhana Melalui Pembelajaran Dengan Metode

Eksperimen Terbimbing Menggunakan LKS Pada Siswa Kelas VIII SMP

Karitas Ngaglik Yogyakarta. Skripsi S-1. Yogyakarta: Pendidikan Fisika.

  JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep yang berhubungan dengan Getaran Pada Bandul Sederhana melalui pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS) dan untuk mengetahui kemampuan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk menentukan ada tidaknya peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep getaran pada bandul sederhana, peneliti membandingkan pemahaman siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan LKS. Penilaian kemampuan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran dinyatakan dengan prosentase skor yang diperoleh siswa kemudian dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditentukan.

  Penelitian ini dilakukan di SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta, pada bulan Januari 2009. Partisipan penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII. Penelitian ini didesain mencakup empat tahap, yang terdiri dari membuat instrumen, siswa mengerjakan soal pretes, pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan LKS, dan siswa mengerjakan soal postes. Tes berupa soal uraian berjumlah 20 pertanyaan, mencakup konsep pokok yang berhubungan dengan Getaran Pada Bandul Sederhana.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terjadi peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep getaran pada bandul sederhana; (2) secara keseluruhan kemampuan keterampilan siswa masuk dalam kriteria kompeten.

  

ABSTRACT

Rosiana Bumbungan. 2009. The Increasing of Students’ Understanding

about Vibration on a Simple Pendulum through the Learning with Guided

th

  

Experiment Method Using Students’ Worksheet to the 8 Grade Students of

Karitas Junior High School, Ngaglik, Yogyakarta. Yogyakarta: Physics

Education. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of

Teacher Trainning and Eduation. Sanata Dharma University.

  This research was quantitative research. This research aimed to know the increasing of students’ understanding about the concepts related to the Vibration on a Simple Pendulum through the learning with guided experiment using Students’ Worksheet and to know the ability of students’ skills. To determine whether there was some increasing of students’ understanding about vibration concept on a simple pendulum or not, the researcher compared the students’ understanding before and after the learning with guided experiment method using Students’ Worksheet. The Ability of students’ skills in the learning process was stated by score percentage from students then it was compared to the determined criterion.

  This research was done in Karitas Junior High School, Ngaglik, Yogyakarta, on January 2009. The research’s participants were 8th grade students. This research was designed with four steps, which were consist of making an instrument, students did the pretest questions, learning with guided experiment using Students’ Worksheet, and students did the posttest questions. The test consisted of 20 essay questions, including basic concept related to the Vibration on a Simple Pendulum.

  The result of the research showed that (1) overall the increasing of understanding about vibration concept on a simple pendulum was happened; (2) thoroughly, the ability assessment for the students’ skills is included in competence criterion.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaanNya kepada penulis sejak awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

  Dalam proses penyusunan skripsi ini juga mendapat bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan pengarahan dari berbagai pihak yang sangat berharga bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, selaku Kaprodi P.Fisika dan juga selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas kerelaan waktu serta bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa dan selama mengerjakan skripsi. God Always Bless You & Your Family.

  4. Bapak Drs. Fr. Kartika Budi, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik.

  Terima kasih telah membimbing penulis dalam studi selama menjadi mahasiswa.

  5. Segenap dosen FKIP Universitas Sanata Dharma, khususnya dosen P.Fisika yang telah membagikan ilmunya selama penulis mengikuti kuliah, serta staff non akademik terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

  6. Ibu Dra. Ch. Tuti Rahayu Susilowati, selaku Kepala SMP Karitas Ngaglik yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian.

  7. Ibu C. Suryani Poncowati, S.Si selaku guru bidang studi IPA SMP Karitas Ngaglik yang telah memberikan kesempatan dan kerjasama untuk melakukan penelitian.

  8. Seluruh siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta atas kerjasama dan partisipasinya dalam penelitian ini.

  9. Mamaku tercinta Bertha R.L dan Bapakku tercinta Marthen Bumbungan, Terima kasih atas semua cinta kasih, doa, kepercayaan, serta beratus-ratus rupiah yang kalian berikan untukku hingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini.

  10. Kakakku Robbyanus B, Adikku Robert B, Rowinna B serta semua keluarga besarku.

  11. Antonius Adiyoso Nugroho dan keluarga di Kulonprogo. Terimakasih sudah membantu penelitian, memberiku cinta, doa dan semangat untuk menyelesaikan kuliah. Terimakasih juga pinjaman printernya.

  12. Sahabatku Santi, Agustini, Kak Omi, Rani, Sari, Erlina. Akhirnya aku bisa menyusul kalian. Thats what friend are for!

  13. Teman-teman P.Fisika 2004, angkatan atas dan bawah, teman curhatku Giacinta Dwi Woro S, Novita E., Urbanus W, Rusmiyatun, Andrianto, Oma di KalBar dan juga teman seperjuangan bimbingan: Iken, Yayuk, F. Wulansih, Ari, Yanti. Terimakasih dukungannya.

  14. Keluarga “Rumah Ijo”: Fransiska E. K, Mba Echa, Varida I & Putri Dony, terimakasih buat semangatnya supaya aku cepat lulus! Anita Limiarti &

  Herarda Niken yang bosan melihatku selalu duduk di depan komputer, akan tiba saatnya untuk kalian, nikmatilah.. aku sayang kalian semua!

  15. Teman-teman Komunitas Sant’Egidio spesial yang di Yogyakarta, Terimakasih atas persaudaraan yang luar biasa indah. Buat semua orang yang ku kasihi, spesial Romo di Domus Pacis terimakasih untuk persahabatan dan dukungan doanya.

  16. Teman-teman PPL Bina Harapan & KKN “Cinta”..I miss you all.

  17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima kasih untuk segala hal yang dapat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak yang ingin memajukan pendidikan di negara kita.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI.................................................................................................... xii DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

  BAB II DASAR TEORI A. Teori Belajar ..................................................................................... 7 B. Konsep............................................................................................... 9

  1. Pengertian Konsep ...................................................................... 9

  2. Teori Perubahan Konsep ............................................................. 10

  3. Hubungan Teori Perubahan Konsep Dengan Teori Konstruktivisme ................................................... 13

  4. Metode Pengajaran Perubahan Konsep....................................... 14

  5. Pemahaman Konsep .................................................................... 15

  C. Metode Eksperimen .......................................................................... 17

  D. Lembar Kerja Siswa.......................................................................... 21

  E. Evaluasi ............................................................................................. 22

  F. Getaran Pada Bandul Sederhana ....................................................... 28

  G. Kaitan Antara Dasar Teori Dengan Penelitian.................................. 31

  BAB III METODOLOGI A. Jenis Penelitian.................................................................................. 33 B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 33 C. Partisipan Penelitian.......................................................................... 33 D. Desain Penelitian............................................................................... 34 E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 37

  1. Instrumen Pembelajaran.............................................................. 37

  2. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 37

  3. Instrumen Penilaian Kemampuan Siswa.................................... 40

  F. Metode Analisis Data........................................................................ 42

  1. Analisis Pemahaman Awal dan Pemahaman Akhir Siswa Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana ................................ 42

  2. Analisis Pemahaman Konsep Siswa ........................................... 48

  3. Analisis Kemampuan Keterampilan Siswa.................................. 49

  BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian..................................................... 51 B. Data ................................................................................................... 56

  1. Hasil Pretes ................................................................................. 57

  2. Hasil Postes ................................................................................. 59

  3. Hasil Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa..................... 61

  C. Analisis.............................................................................................. 60

  1. Pemahaman Awal Siswa Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana .................................................................................... 62

  2. Pemahaman Akhir Siswa Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana .................................................................................... 78

  3. Perubahan Konsep dan Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ............................................................................. 92

  4. Kemampuan Keterampilan Siswa .............................................. 105

  D. Keterbatasan Penelitian..................................................................... 107

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................... 108 B. Saran.................................................................................................. 109

  DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 110 LAMPIRAN..................................................................................................... 113

  DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes Menurut Indikator

  Hasil Belajar dan Aspek yang Diukur............................................... 39

Tabel 3.2 Distribusi Soal Penilaian Kemampuan Siswa

  Menurut Aspek yang Dikembangkan .............................................. 40

Tabel 3.3 Penskoran Untuk Masing-masing Aspek dan soal............................ 42Tabel 3.4 Skor Maksimum Tiap Aspek ............................................................ 45Tabel 3.5 Kualifikasi Pemahaman Siswa.......................................................... 47Tabel 3.6 Variasi Jawaban Untuk Soal Pretes Maupun Postes ......................... 47Tabel 3.7 Perubahan Pemahaman Konsep Siswa.............................................. 48Tabel 3.8 Peningkatan Pemahaman Seluruh Siswa .......................................... 48Tabel 3.9 Kriteria Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa........................ 50Tabel 4.1 Data Hasil Pretes Siswa .................................................................... 57Tabel 4.2 Data Hasil Postes Siswa ................................................................... 59Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa ........................... 61Tabel 4.4 Kualifikasi dan Prosentase Hasil Pretes............................................ 62Tabel 4.5 Variasi Jawaban Siswa Soal Pretes ................................................... 63Tabel 4.6 Kualifikasi dan Prosentase Hasil Postes ........................................... 78Tabel 4.7 Variasi Jawaban Siswa Soal Postes .................................................. 79Tabel 4.8 Perubahan Pemahaman Konsep Siswa.............................................. 92Tabel 4.9 Peningkatan Pemahaman Konsep Seluruh Siswa ............................. 93Tabel 4.10 Distribusi Kemampuan Keterampilan Siswa .................................... 105Tabel 4.11 Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan

  Kriteria Kemampuan Keterampilan Siswa........................................ 106

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 2.1 Bandul Pada Statif ....................................................................... 28Gambar 2.2 Titik Keseimbangan dan Simpangan............................................ 29Gambar 2.3 Bandul Sederhana......................................................................... 30Gambar 3.1 Desain Penelitian.......................................................................... 34

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar menurut konstruktivis adalah suatu perubahan konseptual,

  yang dapat berupa pengkonstruksian ide baru atau merekonstruksi ide yang sudah ada sebelumnya. Ketika siswa masuk ke kelas untuk menerima pelajaran, siswa tidak dengan kepala kosong yang siap diisi dengan berbagai macam pengetahuan oleh guru. Sebenarnya para siswa telah membawa pengetahuan awal yang diistilahkan oleh para konstruktivis dengan gagasan/pikiran siswa.

  Pengetahuan awal diperoleh siswa dari interaksi dengan lingkungannya dan juga dipengaruhi oleh bahasa, budaya, lingkungan fisik, orang tua, teman sebaya dan masyarakat sekitarnya. Pengetahuan awal ini dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran selanjutnya, tetapi dapat pula mempersulit siswa karena itu guru harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan awal siswa mengenai konsep pelajaran yang akan diajarkan.

  Guru hendaknya menciptakan kegiatan dalam pembelajaran yang dapat mengubah pengetahuan awal siswa yang belum sesuai dengan konsep pelajaran yang sedang dipelajari atau menyempurnakan konsep awal yang kurang lengkap.

  Menurut Suparno (2005: 94-95), proses pembelajaran yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep pada diri siswa yang sedang belajar. Perubahan itu secara umum dapat terjadi dalam dua bentuk. Perubahan yang pertama adalah perubahan dalam arti memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi sempurna. Perubahan yang kedua adalah membetulkan konsep yang salah menjadi benar sesuai dengan konsep para ahli fisika.

  Perubahan konsep merupakan hal yang sangat penting maka hal itu perlu mendapat penekanan dari pihak guru. Dengan dua perubahan itu diharapkan siswa yang belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar.

  Walaupun perubahan konsep itu tidak mudah, terlebih perubahan konsep yang salah ke konsep yang sesuai dengan konsep ilmiah, namun bagi guru yang ingin memajukan siswanya tetap perlu mengusahakan metode- metode yang secara efisien membantu perubahan konsep tersebut. Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan dan konsep mereka. Dengan demikian akan ketahuan salah konsep yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat mengubah konsepnya.

  Salah satu metode pembelajaran fisika yang dapat membantu proses perubahan konsep adalah dengan menggunakan metode eksperimen karena dengan metode eksperimen murid mencari dan menyelidiki sendiri kebenaran dari suatu obyek maupun proses. Murid mengalami sendiri dan bukan hanya percaya atau mengandalkan keterangan guru ataupun penjelasan yang diuraikan dalam suatu buku pelajaran (Djajadisastra,

  1982:10, dalam Hira Prihandoko Rafael, 2006: 7). Dengan demikian siswa lebih percaya pada kebenaran konsep yang telah dicoba sendiri, pembelajaran secara langsung pada obyek yang sedang dipelajari memungkinkan meningkatkan pemerolehan pengetahuan sesuai dengan harapan.

  Untuk mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan metode eksperimen digunakan lembar kerja siswa (LKS). Biasanya LKS disajikan sebagai media dalam bentuk lembaran yang berisi serangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan LKS diharapkan siswa menjadi terlibat aktif dalam pembelajaran.

  Dengan demikian, sehubungan dengan hal diatas dan demi berhasilnya pembelajaran diharapkan para pendidik mau untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum proses belajar mengajar dimulai sehingga bisa membuka konsep awal yang dimiliki siswa dan dapat membantu siswa mengubah kerangka berpikir awal atau mengubah konsep yang salah yang dimiliki mereka serta dapat merekonstruksi pengetahuan awal siswa apabila pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan konsep para fisikawan.

  Berdasarkan uraian diatas, peneliti berminat untuk mengetahui sejauh manakah pengetahuan awal siswa mengenai getaran pada bandul sederhana serta peningkatan pemahaman yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan LKS.

  Peneliti memilih materi getaran pada bandul sederhana dikarenakan pada pertemuan selanjutnya siswa akan mempelajari pokok bahasan gelombang yang juga memerlukan konsep siswa yang baik mengenai getaran dan juga karena peristiwa yang berhubungan dengan materi tersebut banyak terjadi di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan kegiatan eksperimen akan diperoleh pengetahuan konkrit yang dapat memperbaiki penguasan konsep getaran yang bersumber pada diri siswa. Dengan demikian, siswa dapat menerapkan konsep yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu maka penulis memilih judul: “Peningkatan Pemahaman Siswa

  Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana Melalui Pembelajaran Dengan Metode Eksperimen Terbimbing Menggunakan LKS Pada Siswa Kelas VIII SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa mengenai getaran pada bandul sederhana?

  2. Bagaimanakah pemahaman akhir siswa mengenai getaran pada bandul sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS)?

  3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa mengenai getaran pada bandul sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS)?

  4. Bagaimanakah kemampuan keterampilan siswa selama proses pembelajaran berlangsung?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan permasalahan yang telah diketahui di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

  1. Pemahaman awal siswa mengenai getaran pada bandul sederhana.

  2. Pemahaman siswa mengenai getaran pada bandul sederhana setelah pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS).

  3. Peningkatan pemahaman siswa mengenai getaran pada bandul sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS).

  4. Kemampuan keterampilan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari berbagai pihak, yaitu bagi peneliti, para guru atau calon guru, siswa, dan peneliti selanjutnya.

  1. Bagi peneliti, para guru, atau calon guru Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang suatu model alternatif pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru atau calon guru untuk membantu mengubah konsep siswa yang salah atau kurang lengkap menjadi benar atau lengkap dan keterampilan siswa sehingga dapat membuat siswa terampil dan kompeten dalam belajar.

  2. Bagi siswa Dapat memberikan pengalaman langsung yang dapat menantang pemikiran siswa dalam melakukan perubahan konsep ke arah yang lebih benar atau lengkap serta merangsang siswa menjadi terampil dan kompeten.

  3. Bagi peneliti selanjutnya Dapat dipakai sebagai masukan dan bahan untuk mengadakan penelitian dan studi selanjutnya agar konsep siswa menjadi lebih tepat.

BAB II DASAR TEORI A. Teori Belajar Belajar menurut pandangan konstruktivistik adalah lebih dari sekedar

  mengingat. Seseorang yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu memecahkan masalah sendiri, menemukan (discovery) sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berkutat dengan berbagai gagasan. Inti sari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi (Anni dkk., 2004: 50).

  Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar (Dimyati & Mudjiono, 1999: 10). Dengan demikian, belajar merupakan seperangkat kognitif seseorang yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi sehingga timbul kapabilitas baru.

  Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi yang pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada (Dahar, 1988: 134).

  Pengetahuan awal yang dimiliki siswa memiliki peran yang sangat penting dalam proses penemuan konsep baru yang dibentuk dari suatu kegiatan untuk memperoleh informasi baru.

  David Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna (meaningful

  learning ). Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi

  baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar, 1988: 137). Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajaran dapat menimbulkan belajar bermakna jika memenuhi prasyarat yaitu; 1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial, dan 2) anak yang akan belajar atau siswa bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna (meaningful learning set) (Dahar, 1988: 142). Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang (Dimyati & Mudjiono, 1999: 13).

  Thursan Hakim (2000, dalam Sunartombs, 2009) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

  Dengan demikian dapat disimpulkan belajar bukan merupakan sesuatu yang bisa dilakukan dengan cepat tetapi lebih banyak pada proses. Belajar bukan hanya sekedar untuk mendapatkan sebuah hasil saja tetapi proses belajar merupakan sebuah langkah untuk mendapatkan pengetahuan.

B. Konsep

1. Pengertian Konsep

  Menurut Memes (dalam Subagyo, 2006: 9), konsep adalah suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman manusia dengan beberapa peristiwa benda dan fakta. Konsep itu adalah hasil berfikir manusia yang merangkum beberapa pengalaman. Konsep dalam fisika sangat penting untuk memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan menguasai konsep-konsep kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan baru pada siswa tidak terbatas. Salah satu keunggulan dari model pencapaian konsep ini ialah dalam meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan cara lebih mudah dan lebih efektif di masa depan (Winataputra, 1992: 35).

  Euwee van Berg berpendapat bahwa dalam fisika, konsep adalah segala pengertian yang sudah ada mengenai benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa, kondisi-kondisi dan ciri-ciri yang menjadi obyek dalam proses belajar mengajar fisika, penelitian, dan penerapannya untuk berbagai kepentingan (Kartika Budi, 1992: 39).

  Contoh konsep dalam fisika antara lain: kecepatan, momentum, gaya, gelombang, listrik, dan sebagainya. Dengan demikian pendekatan konsep dalam fisika pengajarannya berpangkal pada peran pembantu konsep dan keterkaitannya sehingga memberi makna pada siswa.

2. Teori Perubahan Konsep

  Posner, Strike, Hewson, dan Gertzog, (1982, dalam Suparno, 2005: 87) Perubahan konsep terjadi dalam dua model yaitu asimilasi dan akomodasi Proses asimilasi terjadi bila siswa dalam menghadapi tantangan baru, tidak harus mengubah konsep awal mereka, tetapi mengembangkan atau menambah konsep awal mereka menjadi lebih lengkap. Sedangkan akomodasi, terjadi bila siswa harus mengubah atau mengganti konsep awal mereka karena konsep awal mereka salah sama sekali. Bila mereka mau terus mempertahankan konsep awal mereka, mereka tidak akan dapat menangani persoalan yang dihadapi. Kalau mereka ingin maju dalam pengetahuan mereka, maka mereka haruslah mengubah atau mengganti konsep awalnya. Seluruh proses pembelajaran adalah proses membantu siswa melakukan asimilasi dan akomodasi; sehingga pengertian siswa menjadi benar dan lengkap.

  Posner, Strike, Hewson, and Gertzog (1982, dalam Sharon, 1997: 108) menjelaskan bahwa proses akomodasi memerlukan keadaan tertentu untuk dapat terjadi, antara lain: a. Siswa merasa tidakpuas terhadap konsep mereka yang ada. Siswa mengubah konsep mereka jika mereka percaya bahwa konsep yang telah mereka punyai tidak dapat lagi digunakan untuk memecahkan masalah.

  b. Konsep yang baru harus dapat dimengerti; Siswa dapat mengerti bagaimana pengalaman-pengalaman baru dapat didekati dengan konsep-konsep baru tersebut.

  c. Konsep yang baru harus masuk akal, yaitu mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dimunculkan oleh para pendahulu.

  d. Konsep baru harus berguna bagi perkembangan penelitian dan memiliki kemampuan untuk dikembangkan dan membuka penemuan yang baru.

  Menurut Posner, sumber ketidak puasan dengan konsep yang telah ada adalah keadaan anomali. Ini terjadi bila siswa tidak dapat mengasimilasikan sesuatu atau tidak dapat membuat mengerti sesuatu. Chinn (1993, dalam Suparno, 2005: 92), menjelaskan beberapa sikap yang sering dilakukan oleh siswa atau ilmuwan dalam menghadapi data anomali, antara lain sebagai berikut: a. Mengesampingkan atau menolaknya. Melihat bahwa kenyataan yang dihadapi berbeda dengan konsep yang telah ia punyai, siswa atau ilmuwan tidak mau menggunakan kenyataan atau data itu. Mereka menolaknya. Dengan demikian tidak terjadi perubahan konsep.

  b. Mengeluarkan data itu dari teori yang ada. Data yang berlainan dari konsep yang dipikirkan itu dikeluarkan dari teori yang digunakan.

  Dengan demikian data dianggap sebagai perkecualian saja dari teori yang telah dibangunnya. Sehingga tidak terjadi perubahan konsep ke arah yang lebih benar.

  c. Menginterpretasikan kembali data itu. Melihat data yang berlainan tersebut, siswa atau ilmuwan menginterpretasikan kembali atau mengartikan kembali data itu. Dengan menginterpretasikan yang baru dapat terjadi data diterima sehingga terjadi perubahan, tetapi juga dapat terjadi dan tidak diterima sehingga tidak terjadi perubahan konsep.

  d. Menginterpretasikan data itu dengan perubahan-perubahan pada teori yang sudah ada secara perlahan-lahan. Data yang dihadapi diartikan dan digunakan untuk mengubah konsep yang ada secara perlahan- lahan. Dalam hal ini jelas terjadi perubahan kecil dari konsep yang dipunyai siswa atau ilmuwan. e. Menerima data itu dan merubah teorinya. Data yang berlainan dengan konsep yang telah dipunyai diterima. Akibatnya, konsep yang tidak cocok dengan data itu harus diubah. Maka terjadi proses akomodasi secara kuat.

3. Hubungan Teori Perubahan Konsep Dengan Teori Konstruktivisme

  Menurut Suparno (1997: 53) pengetahuan siswa tidak sekali jadi, melainkan merupakan suatu proses perkembangan yang terus-menerus.

  Dalam perkembangan itu ada yang mengalami perubahan besar dengan mengubah konsep lama melalui akomodasi, ada pula yang hanya mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi. Proses perubahan terjadi bila siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

  Banyak penelitian menunjukkan bahwa teori perubahan konsep dipengaruhi atau didasari oleh filsafat konstruktivisme. Konstruktivisme menekankan pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori perubahan konsep menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan konsep terus-menerus. Konstruktivisme membantu untuk mengerti bagaimana siswa membentuk pengetahuan yang tidak tepat. Dengan demikian, seorang guru dibantu untuk mengarahkan siswa dalam pembentukkan pengetahuan mereka yang lebih tepat. Teori perubahan konsep sangat membantu karena mendorong guru agar menciptakan suasana dan keadaan yang memungkinkan perubahan konsep yang kuat pada siswa sehingga pemahaman mereka lebih sesuai dengan pemahaman ilmuwan.

  Konstruktivisme dan teori perubahan konsep memberikan pengertian bahwa setiap siswa dapat membentuk pengertian yang berbeda dengan pengertian para ilmuwan. Namun pengertian yang berbeda tersebut bukanlah akhir perkembangan, karena setiap saat siswa masih dapat mengubah pemahamannya sehingga lebih sesuai dengan pemahaman ilmuwan. “salah pengertian” dalam memahami sesuatu, menurut teori konstruktivisme dan teori perubahan konsep, bukanlah akhir segala-galanya, melainkan awal untuk perkembangan yang lebih baik (Suparno, 1997).

4. Metode Pengajaran Perubahan Konsep

  Davis dkk, (dalam Suparno, 2005: 99), merangkum beberapa metode pengajaran perubahan konsep sebagai berikut: a. Metode pengajaran berdasarkan konflik kognitif siswa.

  b. Metode pengajaran berdasarkan perkembangan ide-ide siswa.

  Dalam metode ini digunakan gagasan dasar yang ada pada siswa, lalu dibantu dengan pengajaran dan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengembangkan dan memperluas gagasan mereka ke arah pandangan yang bersifat ilmiah. Dengan model ini maka konsep awal siswa pelan-pelan dijembatani dan berubah ke konsep ilmiah yang benar. c. Metode pengajaran berdasarkan metode pembelajaran fisika yang dapat membantu perubahan konsep siswa.

  Beberapa peneliti, ahli, dan pendidik fisika menemukan beberapa metode pembelajaran fisika yang telah terbukti dapat membantu perubahan konsep, terutama perubahan konsep fisika yang kurang benar kearah yang lebih benar.

  Beberapa metode itu antara lain, adalah: 1) Analogi penghubung 2) Simulasi komputer 3) Wawancara diagnosis 4) Diskusi kelompok 5) Peta konsep

  6) Problem solving

  7) Percobaan atau pengalaman lapangan 8) Pertanyaan terus-menerus di kelas 5.

   Pemahaman Konsep

  Menurut Kartika Budi (1992) dalam artikelnya yang berjudul “Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang Terjadi”, fisika pada hakekatnya merupakan akumulasi hasil keilmuan berupa konsep-konsep fisis, prinsip, hukum, dan teori yang diperoleh melalui proses keilmuan, dan sikap keilmuan sehingga memfasilitasi siswa, yang dapat diartikan sebagai proses siswa membangun kosep, hukum, dan teori. Bila hal ini dilakukan, maka tujuan yang harus dicapai dalam belajar fisika supaya dapat memahami konsep adalah dengan melakukan proses keilmuan dan memilih sikap keilmuan yang diperlukan dalam melakukan proses tersebut.

  Seperti yang ditulis oleh Kartika Budi (1987, dalam Juniarsih, 2008: 6) tentang: “KONSEP: Pembentukkan dan Penanamannya” bahwa pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori, maka untuk dapat memahami prinsip dan teori harus memahami terlebih dulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini maka pemahaman konsep memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimengerti dan diterima sejauh tidak mengabaikan aspek-aspek lain.

  Toulmin menyebut bahwa bagian terpenting dalam pemahaman siswa adalah perkembangan konsepnya yang evolutif, terus berubah pelan-pelan dan bukan konsep-konsep yang telah baku, prosedur yang stereotip, atau konsep yang tidak dapat diubah. Dalam perkembangan konsep, siswa mengubah gagasannya lebih maju. Rasionalitas siswa justru terletak pada bagaimana siswa mengubah konsep, prosedur, dan gagasannya untuk semakin maju (Suparno, 2005: 85).

  Menurut Kartika Budi (1992), untuk dapat memutuskan apakah siswa memahami konsep atau tidak, diperlukan kriteria atau indikator- indikator yang dapat menunjukkan pemahaman tersebut.

  Beberapa indikator yang menunjukkan pemahaman siswa akan suatu konsep antara lain: a. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri.

  b. Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain.

  c. Dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum.

  d. Dapat menerapkan konsep untuk 1) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam, 2) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis, 3) memprediksi kemungkinan- kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi.

  e. Dapat mempelajari konsep lain berkaitan dengan lebih cepat.

  f. Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan.

  g. Dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.

C. Metode Eksperimen

  Menurut Gilbert, Watts, Osborne (1982); Brouwer (1984); McClelland (1985) dalam Suparno, 2005: 114 Percobaan ataupun pengalaman lapangan adalah cara yang baik untuk mengkontraskan pengertian siswa dengan kenyataan. Yang perlu diperhatikan adalah, percobaan yang tidak menyeluruh sering kali dapat menyebabkan miskonsepsi yang baru. Jelas bahwa pemilihan percobaan dan pengalaman pun perlu diperhatikan agar benar-benar dipilih yang membantu perkembangan konsep siswa, dan bukan yang sebaliknya.

  Metode eksperimen menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri, dicari dan ditemukan sendiri data dan pemecahannya. Dalam metode ini, murid mencari dan menyelidiki sendiri kebenaran dari suatu obyek maupun proses. Murid mengalami sendiri dan bukan hanya percaya atau mengandalkan keterangan guru ataupun penjelasan yang diuraikan dalam suatu buku pelajaran.

  Menurut Karo-karo (1984) seperti dikutip Hira Prihandoko (2006: 8), secara umum metode pengajaran eksperimen dilaksanakan dengan langkah- langkah berikut ini: Langkah pertama

  Guru menerangkan dan menjelaskan tujuan diadakannya eksperimen, misalnya agar pelajar mengetahui proses apa yang terjadi, cara bekerjanya alat tertentu, benar atau tidaknya hipotesa. Langkah kedua

  Guru atau murid, atau guru bersama murid menyediakan alat-alat yang digunakan. Dalam langkah ini guru menerangkan fungsi alat-alat tersebut atau menerangkan tentang pemakaian alat-alat tersebut. Langkah ketiga Dalam langkah ini menjelaskan urutan langkah-langkah dalam mempertunjukkan atau mencobakan sesuatu.

  Langkah keempat Pelaksanaan dari eksperimen.

  Langkah kelima Mencatat dan menyimpulkan hasil.

  Langkah keenam Dalam langkah ini diadakan penilaian atau membicarakan kebaikan- kebaikan dari apa yang telah dikerjakan atau membicarakan kekurangan- kekurangan dan cara menanggulanginya.

  Dari uraian diatas pembelajaran dengan metode eksperimen terlihat tidak terlalu sukar untuk dilaksanakan tetapi harus diingat bahwa dalam pelaksanaannya memerlukan biaya dan tenaga yang besar sehingga sebagai guru fisika harus ahli dalam mendesain kegiatan eksperimen untuk siswanya. Namun demikian, hendaknya hal tersebut tidak menjadi momok bagi guru dalam mempersiapkan penggunaannya di kelas, akan tetapi justru menjadi tantangan bagi guru untuk mempersiapkan eksperimen sebaik- baiknya agar pembelajaran fisika dapat efektif.

  Kebaikan atau keuntungan metode eksperimen: 1. Meniadakan kemungkinan timbulnya verbalisme.

  2. Mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian.

  3. Karena mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, maka menjadi benar-benar yakin akan hasil atau akibat suatu proses.

  4. Menjadi lebih bersikap hati-hati, teliti, mampu berfikir analitis dan tidak begitu saja percaya pada “kata orang”.

  5. Sesuai dengan perkembangan jiwa murid yang selalu tertarik pada realitas atau obyek-obyek yang nyata dari alam sekitarnya.

  6. Sesuai dengan jiwa anak yang selalu mengadakan eksplorasi (penjelajahan) untuk menemukan hal-hal yang baru baginya.

  7. Sesuai dengan prinsip didaktik modern, yaitu mengembangkan sikap inovatif (mencari sesuatu yang baru, hasrat menemukan sesuatu yang baru).

  8. Memupuk dan mengembangkan sikap berfikir ilmiah.

  9. Membangkitkan hasrat ingin tahu pada anak.

  10. Memperkaya pengalaman dan meningkatkan keterampilan.

  Sedangkan kerugian atau kelemahan metode eksperimen antara lain:

  1. Tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan dengan metode ini. Tidak semua hal dapat dieksperimenkan. Hanya hal-hal yang kongkrit dapat dilakukan eksperimen. Itupun jika tidak membahayakan kesehatan maupun keselamatan jiwa dan jasmani yang bersangkutan.

  2. Suatu eksperimen tidak selalu berhasil seperti yang diharapkan. Lebih- lebih jika kita bekerja dengan zat-zat kimia, dan baru untuk pertama kali melakukannya.

  3. Mahalnya alat-alat praktikum di sekolah sering merupakan hambatan untuk melakukan eksperimen-eksperimen di laboratorium sekolah maupun di kelas. Eksperimen terpaksa dikerjakan berkelompok yang berarti bahwa tidak semua murid dapat mengalami sendiri suatu eksperimen.

D. Lembar Kerja Siswa

  Dalam eksperimen yang akan dilakukan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) untuk menuntun siswa dalam melakukan eksperimen. Biasanya LKS disajikan sebagai media dalam bentuk lembaran yang berisi serangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. LKS yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik pelajaran yang disampaikan guru. Selain itu format LKS harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan penalaran siswa yang sedang melaksanakan proses belajar. Kesesuaian format LKS ini akan mempengaruhi motivasi dan minat siswa untuk mempelajari fisika. Format LKS harus dengan urutan tertentu dan sesuai dengan penalaran siswa sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

  Dengan LKS, siswa dapat dilatih berfikir secara sistematis, dan dengan memeriksa lembar kerja siswa, guru akan lebih mudah melihat kemampuan keterampilan siswa selama proses belajar berlangsung. Yang penting dalam LKS adalah serangkaian langkah-langkah, uraian, dan pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja siswa yang harus dilakukan, dicermati, dan dijawab oleh siswa. Jadi yang dimaksud dengan lembar kerja siswa (LKS) adalah media pembelajaran yang menggunakan lembar kerja yang harus diikuti oleh siswa yang belajar sebagai pelengkap dari kegiatan pembelajaran.

  Selain dengan kelebihannya, LKS juga memiliki kelemahan yaitu, siswa terus menerus fokus mengikuti petunjuk dalam LKS, misalnya saja dalam menjawab pertanyaan atau membaca uraian dalam LKS. Jika siswa tidak benar-benar memahami salah satu bagian dalam LKS maka akan sangat dimungkinkan siswa akan mengalami kebingungan pada langkah berikutnya hal ini disebabkan karena bagian-bagian dalam LKS saling berkaitan satu sama lain.

Dokumen yang terkait

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 17

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 117

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 145

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

0 1 97

FENOMENA BULLYING PADA SISWA-SISWI Program Studi Psikologi KELAS 2 SMP PIRI 1 YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

0 0 141

PERUBAHAN KONSEP SISWA SD TENTANG CAHAYA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

0 0 115

PERUBAHAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMAK SANG TIMUR YOGYAKARTA MENGENAI GAYA KE ATAS PADA ZAT CAIR MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING

0 0 150

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN TEKANAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BAGI SISWA ASRAMA MANIK HARGO PAROKI SANTO ISIDORUS SUKOREJO Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

0 0 146

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA KONSEP TEKANAN DI SMP PANGUDI LUHUR KLATEN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

0 0 185

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 15 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pe

0 6 281