FENOMENA BULLYING PADA SISWA-SISWI Program Studi Psikologi KELAS 2 SMP PIRI 1 YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

FENOMENA BULLYING PADA SISWA-SISWI

KELAS 2 SMP PIRI 1 YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

  

INDRIYANI SITOMPUL

NIM : 049114106

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  SEBUAH CARA YANG BAIK UNTUK MEMBALAS KEBAIKAN SESEORANG ADALAH BERBUAT BAIK KEPADA ORANG LAIN (MARTHA KINNEY)

  Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,

demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan

damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan

  (Yeremia 29: 11)

  

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Papa dan mamaku Abang aldis Adek kembar ria & rina

  

ABSTRAK

  Indriyani Sitompul (2008). Fenomena Bullying pada Siswa-siswi kelas 2 SMP PIRI 1 Yogyakarta. Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

  Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk-bentuk bullying yang terjadi, tempat-tempat yang paling sering dijadikan lokasi untuk melakukan tindakan

  

bullying di lingkungan sekolah, perbedaan jumlah korban dan pelaku bullying

antara siswa putra dan putri, dampak bullying bagi pelaku maupun korbannya.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Pengumpulan data memakai kuesioner tanpa skala dengan menggunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup. Subyek penelitian yang digunakan adalah 140 siswa-siswi kelas 2 SMP PIRI 1 Yogyakarta. Pengolahan data dilakukan dengan mentabulasi data, menghitung frekuensi jawaban dan menganalisis hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan (1) Bentuk bullying yang paling banyak terjadi adalah bentuk bullying secara verbal, yaitu mengejek dan diejek, frekuensi bullying yang terjadi dalam 1 minggu adalah 1-2 kali dan

  

bullying telah terjadi sejak siswa-siswi kelas 2 SMP PIRI 1 berada di kelas 1-2,

  (2) Tempat yang paling sering terjadi bullying adalah di kelas, (3) Siswa pria lebih banyak menjadi korban maupun pelaku bullying dibandingkan siswa wanita, diketahui juga bahwa pelaku bullying adalah kebanyakan teman-teman yang berjenis kelamin yang sama dengan korban bullying, (4) Dampak yang paling banyak dialami korban bullying adalah tidak konsentrasi belajar dan memiliki perasaan emosi, sedangkan akibat yang paling banyak dirasakan oleh pelaku

  

bullying adalah hubungan dengan teman jadi kurang baik, (5) Kebanyakan dari

  korban bullying melaporkan perilaku bullying yang mereka alami kepada temannya dan setelah melapor perasaan mereka agak tenang, (6) Alasan pelaku melakukan bullying adalah hanya iseng-iseng saja, sedangkan pendapat korban mengapa mereka menjadi korban adalah karena teman-teman mereka pada dasarnya jahil.

  Kata kunci: bullying, siswa-siswi kelas 2 SMP

  

ABSTRACT

Indriyani Sitompul (2008). Bullying fenomenon at boys and girls student in

nd

  

2 grade of PIRI I Junior High School Yogyakarta. The faculty of

Psychology, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

  The aim of this research was to study the types of bullying that exist, the places where often be used to bully in school environment, the different of a number of the victim and perpetrator of bullying between boys and girls student, the effect of bullying to the bullies and the victims. The research was descriptive with a survey method. The data collecting used questionnaire without scala with open nd and close question combination. The subjects were 140 2 grade students of PIRI

  I Junior High School Yogyakarta. The data processing is executed by tabulating the data, calculating the frequency of the answer, and analyzing the output of the research. This research resulted that (1) the type of bullying that often occur is verbal bullying involve mocking and mocked, the frecuency of bullying in a week was about 1-2 times and the bullying has been happened since the students were st in 1 grade, (2) the place that usually bullying occurs was in the classrooms, (3) male students had a larger proportion of victims and also bullies compared with female students, it also showed that most of the bullies are the same gender with the victims, (4) the effects of bullying to the victims were lack of concentration in studying and became emotional, however common effect felt by bullies were an unharmonise friendship, (5) most of the bullying victim shared their experience to their friends and then they would feel good after sharing, (6) the reason of the bullies to do bullying was just to have a fun, however the victims told the reason they became a victim because their friends are basicly cruel. nd

  Keyword : bullying, boys and girls student in 2 grade

  Puji dan Syukur atas kasih Tuhan Yesus yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. My Lord Jesus..makasih Tuhan atas penyertaanMu, memberikan anakmu ini kesabaran dan ketekunan dalam mengerjakan skripsi ini.

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph. D selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas kesediaan waktu, perhatian, kesabaran dan bantuan yang amat berharga bagi penulis sehingga karya ini akhirnya bisa terselesaikan.

  4. Bapak Drs. H. Wahyudi, M. Si selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran yang sangat membantu penulis dan kesediaan waktunya untuk menguji penulis.

  5. Ibu Sylvia C. M. Y. M, S. Psi, M. Si selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran yang sangat membantu penulis dan atas kesediaan waktunya untuk menguji penulis.

  6. Ibu Dra. Sulartri selaku kepala sekolah SMP PIRI 1 Yogyakarta atas diijinkannya penulis untuk melakukan penelitian.

  7. Adek-adek kelas 2 SMP PIRI 1 Yogyakarta atas bantuannya mengisi kuesioner.

  8. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S.Psi selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas penyertaannya selama ini.

  9. Kepada Bu Agnes terima kasih karena bersedia menyediakan waktunya untuk berbagi dengan saya, terutama teorinya…

  10. Bapak & Ibu dosen fakultas Psikologi Sanata Dharma yang saya cintai dan hormati..terima kasih atas ilmunya & didikannya…

  11. Papa & MamakuI love u so much…makasih ya mama & papa sudah sabar banget nungguin adek…

  12. Kepada abang aldisku..makasih ya atas sarannya wat pendadaran, ajarin aku buat picture…maklum adekmu ini rada gaptek…but u know I love u very much broher..

  13. My Twins sisters…ria & rina…makasih ya dah sabar dengan gilanya kakak di rumah…love u sisters..

  14. JelekQ…bang Anto…thanks ya mau di repotin ma adekmu ini…luph u…hehehe

  15. Sahabat-sahabatku (Mitha, Ciput, Weni, Inne, G8, Teti, Pandu,

  Rama’05) Kalian sangat berarti buat hidupku. Makasih atas cinta, bantuan

  moral maupun ilmu dan dah dengar curhatku selama bertahun-tahun… 16. Teman-teman Fakultas Psikologi 04, terima kasih atas proses yang kita lalui bersama. Thanks banget…

  17. Mas Gandung dan Mbak Nanik. Terima kasih atas bantuannya yang begitu besar...

  18. Mas Muji.. kapan bisa jadi asisten lagi ya..senang bisa kerjasama dengan mas muji..tetap semangat dengan keceriaannya.

  19. Buat Mas Doni, terima kasih dah sabar kalo saya minjem buku 20.

  Pak Gi’ terimakasih atas bantuan yang telah diberikan.

  21. Saudara-saudari Sitompulku di Yogya..i love u all (special kak vani makasih ya kakakQ atas referensi bukunya dan ito Alvin makasih atas omelannya) 22. Mbak Sari’03, Mas Ohok’01 dan mbak Otik’ 03 terima kasih atas bantuannya, kalian senior2 Q yang baik hati....

  23. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING…………………………ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………....iii HALAMAN MOTO……………………………………………………………...iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………....vi ABSTRAK……………………………………………………………………….vii ABSTRACT……………………………………………………………………..viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................ix KATA PENGANTAR………………………………………………………….....x DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xii DAFTAR TABEL……………………………………………………………......xv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xvi

  BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………..1 A. Latar Belakang……………….…………………………………………...1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………...9 C. Tujuan ……………………………………………………………………9 D. Manfaat…………………………………………………………………...9 1. Manfaat Teoretis………………………………………………............9 2. Manfaat Praktis………………………………………………………10

  BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………11 A. Remaja……………………………………………………………………11 1. Pengertian Remaja dan Batasan Usia Remaja………………….........11 2. Ciri-ciri Masa Remaja……………………………………………......12 B. Bullying…………………………………………………………………..16 1. Pengertian Bullying………………………………………………......16 2. Bentuk-bentuk Bullying……………………………………………...18 3. Tempat-Terjadinya Tindakan Bullying…………………………........21 4. Perbandingan Jumlah Korban dan Pelaku Bullying Berdasarkan Gender………………………………………………...21 5. Dampak Negatif Bullying Terhadap Korban dan Pelaku…………....22 C. SMP PIRI 1 YOGYAKARTA……………………………………...........25 D. Fenomena Bullying pada Siswa-siswi di Lingkungan SMP PIRI 1 Yogyakarta…………………………………………………26 BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………29 A. Jenis Penelitian…………………………………………………………..29 B. Subyek Penelitian………………………………………………………...29 C. Variabel Penelitian……………………………………………………….30 D. Definisi Operasional…………………………………………………......31 E. Instrumen dan Pertanggung Jawaban Mutu……………………………...31 1. Instrumen…………………………………………………………….31 2. Pertanggung Jawaban Mutu………………………………………….33 1)

  Validitas………………………………………………………….33

  2) Reliabilitas……………………………………………………….36 F.

  Prosedur Pengambilan Data…………………………………………......37 G.

  Prosedur Pengolahan Data………………………………………………39 H. Analisa Data………………………………………………………….....39

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………….41 A. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………….....41 B. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………………42 1. Hasil Penelitian Pra-Survei………………………………………....42 2. Hasil Penelitian Survei……………………………………………...43 C. Pembahasan ………………………………………………………….....55 D. Keabsahan Data………………………………………………………....60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………...62 A. Kesimpulan…………………………………………………………......62 B. Saran…………………………………………………………………….63 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......65

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Blue Print Penelitian………………………………………. 34 Tabel 2 Bentuk-bentuk bullying yang terjadi pada siswa-siswi kelas 2 SMP PIRI 1 Yogyakarta ...................... 43 Tabel 3 Berapa kali bullying terjadi pada siswa-siswi kelas 2 SMP PIRI 1 Yogyakarta (dalam 1 minggu)………. 45 Tabel 4 Waktu terjadinya bullying …………………………………. 46 Tabel 5 Tempat-tempat bullying yang terjadi di lingkungan SMP PIRI 1 Yogyakarta………………………. 47 Tabel 6 Jawaban pernah/tidak menjadi korban bullying..................... 48 Tabel 7 Jawaban pernah/tidak menjadi pelaku bullying……………..49 Tabel 8 Jenis kelamin pelaku bullying ................................................49 Tabel 9 Akibat terhadap korban bullying…………………………….50 Tabel 10 Reaksi perasaan korban bullying…………………………….51 Tabel 11 Akibat sebagai pelaku bullying…………………………….. .52 Tabel 12 Pendapat dari korban mengapa menjadi korban bullying….. .53 Tabel 13 Alasan melakukan bullying………………………………… .54

  Lampiran A: Hasil Wawancara (pilot-study)……….……............................67 Lampiran B: Tabel Ringkasan Hasil Wawancara (pilot-study)…………….81 Lampiran C: Kuesioner…………………………………………………….. 89 Lampiran D: Hasil Penelitian Survei………………………………………..94 Lampiran E: Reliabilitas…………………………………………………….117 Lampiran F: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian……………124

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini kasus akibat kekerasan di sekolah makin sering ditemui. Selain tawuran sebenarnya ada bentuk perilaku agresif atau kekerasan yang

  mungkin sudah lama terjadi di sekolah-sekolah namun tidak mendapatkan perhatian, yaitu bullying. Fenomena bullying mulai merebak ketika terjadi beberapa kasus yang terjadi di lingkungan pendidikan baik Universitas, SMA, SMP, SD, bahkan TK sekalipun, seperti peristiwa tewasnya praja Cliff Muntu di Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Hal ini merupakan akibat dari bullying yang dilakukan oleh senior IPDN terhadap juniornya berupa kekerasan fisik, sehingga mengakibatkan kematian juniornya tersebut. Kasus lain yaitu gantung diri yang dilakukan Fifi Kusrini (13) pada 15 Juli 2005 lalu, berawal dari korban sering diejek sebagai anak tukang bubur oleh teman-teman sekolahnya (Alfa Edison Bangu, S.Fil, komunikasi pribadi, 10 Mei 2007).

  Linda Utami, 15 tahun, siswi kelas 2 di SLTPN 12 Jakarta menggantung dirinya di kamar tidur hingga tewas lantaran Linda depresi karena sering diejek temannya tidak naik kelas. Kemudian, kasus terbaru yang sedang hangat dibicarakan adalah kekerasan yang dialami oleh Muhammad Fadhil Harkaputra Sirath (15), siswa kelas X SMA 34 Pondok Labu, Jakarta Selatan, disiksa seniornya hingga menderita patah tulang. Fadhil diduga dianiaya anggota geng Gazper, yang beranggota ratusan siswa SMA 34, Febriane Sarie (2007, November 16). Cermin Masyarakat Yang Frustasi. Kompas, h. 13.

  Beberapa kasus diatas adalah beberapa fenomena yang digunakan peneliti untuk menjelaskan apa itu arti bullying. Bullying didefinisikan sebagai penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya. Sedangkan, Papalia, et. al. (2004) menyatakan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri. Bullying menurut Olweus (1993) adalah suatu pola perilaku dimana satu individu dipilih sebagai target dari agresi berulang oleh satu atau lebih orang. Orang yang menjadi target (korban) umumnya memiliki kekuatan yang lebih lemah dibandingkan mereka yang terlibat dalam agresi (pelaku).

  Bullying adalah perilaku yang disengaja yang dilakukan seorang atau

  beberapa orang secara sadar untuk menyakiti dan membuat orang lain stress (Tattum & Tattum, 1992). Sedangkan arti bullying menurut David Farrington (1993) adalah tekanan fisik dan psikis yang dilakukan secara berulang dari orang yang mempunyai kekuatan kepada orang yang mempunyai sedikit kekuasaan.

  Bullying dapat terjadi di lingkungan manapun, salah satunya di lingkungan

  sekolah (school bullying), maka dapat diambil sebuah pengertian yang diberikan oleh Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005). Mereka mengartikan School

  

bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

  Kasus bullying sendiri paling sering terjadi di sekolah, tetapi juga dapat terjadi pada lingkungan di luar sekolah, seperti pada lingkungan keluarga dan masyarakat. Pada penelitian yang dilakukan terhadap pelajar pria dan wanita pada sekolah dasar dan sekolah tingkat tinggi di Amerika ditemukan bahwa lebih banyak pria menjadi pelaku dan korban dibanding wanita (Nansel et al., 2001, Seals & Young, 2003).

  Selain itu pada penelitian Juliana Raskauskas & Ann D.Stoltz (2007) diketahui bahwa peran pelaku dalam traditional bullying diprediksikan mempunyai peran yang sama dengan electronic bullying, yaitu sama–sama mempunyai tujuan untuk menyakiti korban. Selain itu, dampak negatif pada korban dari bullying pada Internet dan sms adalah sama dengan korban bullying di sekolah yaitu mereka akan mengalami gangguan perkembangan emosi dan sosial.

  Banyak sekali fenomena bullying yang telah terjadi di luar negeri. Sebuah lembaga di Amerika Serikat dalam majalah Journal of the American Medical

  

Association tahun 2001 mengatakan lebih dari 16 % murid sekolah di Amerika

  Serikat mengakui mengalami bullying oleh murid lain. Survei ini dilakukan pada 15.686 siswa kelas 6 hingga 10 di berbagai sekolah negeri maupun swasta di Amerika Serikat. Pada tahun 2001 juga departemen Amerika Serikat menguraikan berdasarkan penelitian statistik bahwa 77 % pelajar Amerika Serikat mengalami bullying baik secara fisik maupun verbal dan psikologis. Ini berarti 1 dari 4 anak di Amerika telah terkena bullying.

  Sementara itu fenomena bullying yang terjadi di Jepang menurut penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Jepang memperkirakan 26 ribu pelajar SD dan SMP membolos sekolah karena perilaku diskriminatif yang dilakukan oleh teman mereka di sekolah. Selain itu, menurut Richard Werley dalam tulisannya Persecuted even on the Playground di majalah Liberation (2001), 10 % pelajar yang stress karena bullying, sudah pernah melakukan usaha bunuh diri paling tidak sekali.

  Olweus (1993) melakukan penelitian yang didasarkan pada sampel 130 ribu murid sekolah berusia 8–16 tahun di Norwegia, bullying memperlihatkan angka prevalensi cukup tinggi. Sembilan persen sampelnya melaporkan pernah menjadi korban bullying, 7 persen mengaku ”sering” atau paling tidak ”sekali– kali” melakukan bullying kepada anak lain.

  Beberapa penelitian tentang bullying tidak terlepas melihat dari aspek umur dan gender yang dianggap sebagai aspek potensial untuk resiko melakukan

  

bullying atau menjadi korban bullying. Dalam hubungannya dengan umur,

  Olweus (1994) menyatakan bahwa ada penurunan tingkat bullying sejalan dengan pertambahan umur. Selain itu, anak–anak yang lebih muda terutama menggunakan bullying secara fisik, sementara anak-anak yang lebih tua lebih mungkin memilih bentuk bullying verbal atau bentuk–bentuk bullying tidak langsung.

  Selain itu, perbedaan gender juga sangat menentukan fenomena bullying yang dialami remaja. Olweus (1994) menyatakan bahwa anak laki–laki tampak lebih menonjol baik sebagai korban maupun sebagai pelaku bullying dibanding anak perempuan. Nansel et al (seperti dikutip dalam Chapell, Mark S.et al., 2006) menemukan bahwa perilaku bullying secara verbal biasa dilakukan oleh anak laki- laki dan anak perempuan. Anak laki-laki Amerika lebih menggunakan tindakan

  

bullying secara fisik dibandingkan anak perempuan. Anak perempuan lebih

  banyak menggunakan tipe bullying yang dilakukan secara tidak langsung atau social bullying daripada anak laki-laki.

  Ciri–ciri remaja yang menjadi korban bullying umumnya merupakan remaja yang pencemas, secara sosial menarik diri, terkucil dari kelompok sebayanya, dan secara fisik lebih lemah dibandingkan kebanyakan teman sebayanya. Sebaliknya, ciri–ciri pelaku bullying biasanya lebih kuat, dominan, dan asertif (SEJIWA, 2008).

  Dampak dari bullying dialami oleh pelaku maupun korban bullying itu sendiri. Penelitian terhadap korban bullying adalah korban bullying akan mengalami hubungan penyesuaian sosial yang buruk, merasa takut datang ke sekolah sehingga absensi mereka tinggi dan ketinggalan pelajaran, mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran sehingga prestasi belajar menurun drastis, mengalami gangguan–gangguan psikologis akibat distress seperti kecemasan dan depresi, sehingga korban berpikir untuk bunuh diri (Rigby, 1999).

  Sedangkan, pelaku bullying akan mempunyai masalah dengan akademisnya, kurang penyesuaian sosial dan kenakalan pada akhir masa remaja dan dewasa awal seperti terlibat dalam tindakan anti sosial dan pelanggaran hukum atau kejahatan (Kupersmidt & Coie, 1990; Nansel et al, 2001; Perren & Hornung, 2005). Pelaku bullying yang kronis akan membawa perilaku itu sampai dewasa, akan berpengaruh negatif pada kemampuan mereka untuk membangun dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.

  Korban dan pelaku bullying juga mengalami kondisi yang tidak baik sebagai akibat dari bullying. Kondisi korban sebagai akibat dari dampak bullying sendiri adalah mengalami gangguan kesehatan, gangguan makan, gangguan tidur dan kelelahan. Selain itu, kondisi pelaku bullying yang berulangkali melakukan

  

bullying pada anak lain di sekolah, cenderung kurang empatik, dan mengarah ke

psikotik (“Bullying in Schools”, Banks R., 1993).

  Remaja biasanya dinamakan masa perkembangan yang sesungguhnya karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan baik secara fisik, kognitif, maupun sosio-emosi. Pada masa ini remaja mengalami puncak perkembangan emosi dan sosial mereka. Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah perkembangan sosio-emosional yang sangat berkaitan erat dengan teman sebaya yang berhubungan dengan penyesuaian sosial dengan teman sebaya baik lawan jenis maupun sejenis. Relasi dengan teman sebaya juga berkaitan erat dengan penerimaan dirinya di dalam suatu kelompok sebaya.

  Remaja yang dapat diterima di kelompok atau lingkungannya adalah remaja yang memiliki ciri-ciri seperti memiliki penampilan diri yang sesuai dengan teman-teman sebaya, memiliki prestasi atau kelebihan yang dapat dibanggakan, memiliki status sosial yang setara dengan teman-teman sebayanya, memiliki kepribadian yang matang dalam arti mempunyai pengendalian emosi yang baik.

  Sedangkan remaja yang tidak dapat diterima di lingkungan kelompok sebayanya memiliki ciri-ciri yang berkebalikan dengan remaja yang dapat diterima didalam kelompok sebayanya. Kebanyakan remaja yang tidak dapat diterima di lingkungan kelompok sebayanya akan menjadi target utama korban

  

bullying , karena remaja tersebut memiliki kekurangan atau dianggap lemah oleh

  teman – temannya yang memiliki kelebihan dan kekuasaan. Selain, itu pelaku

  

bullying juga merupakan dampak dari tidak diterimanya pelaku tersebut di

  lingkungan kelompok sebayanya, sehingga ia berusaha melakukan bullying agar mendapat perhatian dari teman-teman sebayanya. Alasan inilah yang membuat peneliti menggunakan subyek remaja terutama yang menduduki bangku pendidikan SMP sebagai subyek penelitian.

  Di Indonesia sendiri belum banyak data memadai mengenai fenomena

  

bullying karena penelitian tentang fenomena bullying masih baru. Namun sejak 5

  tahun terakhir, fenomena bullying di sekolah mulai diperhatikan oleh media massa. Hal ini diakibatkan oleh banyak sekali peristiwa yang berkaitan dengan

  

bullying khususnya yang terjadi di lingkungan sekolah dan lebih khusus lagi di tempat-tempat yang bebas dari pengawasan guru maupun orang tua. Bullying sendiri dapat terjadi di ruang kelas, lorong sekolah, kantin, lapangan, dan toilet.

  Dalam sebuah penemuan internasional pada tahun 2006 yang dilakukan ahli intervensi bullying asal Amerika Dr Amy Huneck mengungkapkan bahwa 59 persen siswa di Indonesia yang disurvei malaporkan bahwa mereka mendengar ejekan yang menyakitkan hati dan perasaannya setiap harinya di sekolah sehingga mereka merasa enggan atau malas untuk datang ke sekolah lantaran trauma dan 10-16 persen siswa Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan ataupun didorong, sedikitnya sekali dalam seminggu.

  Berdasarkan kenyataan tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui fenomena bullying yang terjadi di lingkungan sekolah khususnya SMP PIRI 1 Yogyakarta dengan menggunakan subyek yaitu siswa- siswi SMP PIRI 1 khususnya kelas 2, yang meliputi: berapa besar frekuensi bentuk bullying tersebut terjadi, tempat-tempat yang paling sering dialami korban sebagai tempat bagi pelaku melakukan tindakan bullying kepada mereka yang menjadi korban di lingkungan sekolah, perbandingan jumlah korban dan pelaku

  

bullying antara siswa putra dan putri, dan akibat bagi pelaku maupun korban

bullying .

B. Rumusan Masalah

  Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui fenomena bullying pada siswa-siswi SMP SMP PIRI 1 Yogyakarta khususnya kelas 2, yang meliputi:

  1. Apa saja bentuk–bentuk bullying yang terjadi

  2. Tempat-tempat mana saja yang paling sering dijadikan lokasi untuk melakukan tindakan bullying di lingkungan sekolah

  3. Perbandingan jumlah korban dan pelaku bullying antara siswa putra dan putri

  4. Apa saja akibat bagi pelaku maupun korban bullying.

C. Tujuan

  Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui:

  1. Bentuk–bentuk bullying yang dialami oleh siswa-siswi

  2. Tempat-tempat yang paling sering dijadikan lokasi untuk melakukan tindakan bullying di lingkungan sekolah.

  3. Jumlah korban dan pelaku bullying antara siswa putra dan putri

  4. Dampak bullying bagi pelaku maupun korbannya

  D. Manfaat 1. Teoretis

   Sebagai bahan literature dalam melaksanakan penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.

   Untuk memberi sumbangan bagi ilmu psikologi perkembangan dan pendidikan dalam mengatasi perkembangan dan kondisi lingkungan pendidikan pada remaja.

   Bagi peneliti: Penelitian ini dapat memberikan hasil terhadap penelitian yang dilakukan peneliti berupa hasil survei mengenai bentuk-bentuk

  bullying yang sering terjadi, perbandingan jumlah korban bullying pada

  siswa putra dan putri, dimana saja tindakan bullying dialami oleh korban di lingkungan sekolah dan berapa kali bentuk tersebut terjadi.

   Bagi orangtua: Dapat membantu meminimalkan perilaku yang dapat memunculkan tindakan bullying  Bagi sekolah: Lingkungan sekolah dapat membantu meminimalkan kecenderungan untuk melakukan tindakan bullying dengan memperhatikan perilaku siswa-siswinya dalam berelasi dengan teman sebaya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja

  1. Pengertian Remaja dan Batasan Usia Remaja Remaja atau istilah adolescence berasal dari kata Latin adolescere yang berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,1994:206). Erikson mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa pembentukan identitas diri mencakup usaha pencarian jati diri dan apa perannya dalam masyarakat (Hurlock 1994: 208).

  Mengenai batasan usia remaja, banyak ahli mencoba memberikan batasan-batasan dan ditemukan perbedaan di dalam memberikan rentang usia remaja. Menurut Thornburg (1982) usia remaja digolongkan menjadi 3 tahap, yaitu remaja awal (usia 13–14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18–21 tahun). Masa remaja awal, umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah tingkat pertama (SLTP), sedangkan masa remaja tengah adalah individu yang sudah duduk di sekolah menengah atas (SMU). Kemudian, remaja yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki universitas atau sudah bekerja. Sedangkan, menurut Hurlock, (1994:206) membagi masa remaja menjadi dua bagian yaitu awal masa remaja yang berlangsung dari 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja kira-kira 16 atau 17 tahun sampai dengan 18 tahun.

  Remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak–kanak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan adanya perubahan–perubahan yang sangat cepat baik segi fisik, psikis, dan psikososial. Perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan–perubahan fisik tersebut.

  Diantara perubahan fisik tersebut, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi tinggi dan panjang), mulai berfungsinya alat reproduksi (ditandai dengan haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki–laki) serta tanda–tanda seksual sekunder yang mulai tumbuh.

  2. Ciri–Ciri Masa Remaja Menurut Hurlock (1999), masa remaja mempunyai ciri–ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya dalam semua periode yang penting selama rentang kehidupan. Ciri-ciri tersebut yaitu:

  a. Masa remaja sebagai periode yang penting Dikatakan periode penting karena pada periode ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan disertai dengan penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru agar remaja memiliki perkembangan fisik dan mental yang baik. Pada periode ini juga penting karena remaja mempunyai akibat langsung terhadap sikap dan perilaku dan akibat jangka panjang yang sama-sama penting.

  b. Masa remaja sebagai periode peralihan Dikatakan periode peralihan karena pada periode ini remaja mengalami peralihan tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya tanpa terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya pada tahap perkembangan sebelumnya. Ini berarti bahwa ketika anak–anak beralih dari masa kanak–kanak ke masa remaja, anak– anak harus meninggalkan sikap kanak–kanak dan harus mempelajari sikap dan perilaku baru untuk menggantikan sikap yang sudah ditinggalkan.

  c. Masa remaja sebagai periode perubahan Pada periode ini remaja mengalami tingkat perubahan fisik yang diikuti dengan tingkat perubahan sikap dan perilaku. Selain itu ada beberapa perubahan lain yang dialami remaja. Pertama, meningginya emosi remaja yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan kelompok sosial menimbulkan masalah baru. Karena perubahan minat dan pola perilaku membuat nilai–nilai juga berubah. Ketiga, remaja juga bersikap ambivalen terhadap perubahan, maksudnya adalah bahwa remaja menuntut kebebasan tapi takut untuk bertanggung jawab.

  d. Masa remaja sebagai usia yang bermasalah Kemampuan berpikir remaja masih dipengaruhi oleh emosi, sehingga pendapatnya sering bertentangan dengan pendapat orang lain.

  Akibatnya, masalah yang muncul adalah pertentangan sosial. Penyebab lain remaja menghadapi banyak masalah adalah remaja dalam menyelesaikan masalahnya cenderung untuk menolak bantuan dari orang yang lebih dewasa. Hal ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa dirinya lebih mampu dan merasa bahwa orang dewasa tidak mengerti dan memahami perasaan, emosi, sikap, kemampuan pikir dan status mereka.

  e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Masa remaja juga menghadapi kondisi pencarian identitas, dimana remaja merasa tidak puas lagi menjadi sama dengan teman-temannya.

  Remaja yang mampu mewujudkan jati dirinya akan membentuk remaja memiliki kepribadian yang menarik, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sehingga dapat diterima di dalam lingkungan teman sebayanya. Sedangkan remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas akan mengalami kebingungan identitas, sehingga remaja akan menarik diri dari teman–teman sebaya dan keluarga atau mereka akan kehilangan identitas mereka dalam kelompok. f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Pada masa ini remaja dianggap sebagai individu yang tidak dapat dipercaya, sering membangkang dan cenderung merusak, sehingga orang dewasa memiliki pandangan yang negatif terhadap mereka.

  g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Pada periode ini remaja cenderung melihat dirinya dan orang lain sesuai dengan keinginannya dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Ketika cita–cita ini tidak realistik, membuat meningkatnya emosi remaja.

  h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Remaja mulai membentuk citra diri yang sesuai dengan orang dewasa dengan mulai berperilaku yang dihubungkan dengan status dewasa. Perilaku yang biasanya dilakukan seperti merokok, minum minuman keras, menggunakan obat–obatan, dan lain–lain.

  Berdasarkan beberapa ciri masa remaja yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan bahwa ciri-ciri masa remaja merupakan masa dimana remaja mengalami perkembangan fisik dan mental secara cepat. Mereka juga mengalami peningkatan emosi yang intensitasnya tergantung pada perubahan fisik dan psikologis. Pada tahap ini emosi remaja mudah terpancing dan meledak, sehingga terlihat lebih agresif, hal ini dapat terlihat ketika remaja menghadapi masalah dan ingin menyelesaikan masalah tersebut mereka masih menggunakan emosi, sebagai akibat dari ketidakstabilan emosi.

  Remaja memiliki perubahan dalam sikap dan minat, dan remaja mulai mencari identitas mengenai dirinya. Remaja yang mampu menunjukkan identitas dirinya, akan dapat dengan mudah melakukan penyesuaian sosial yang baik berupa penerimaan dirinya di dalam suatu kelompok teman sebaya.

  Akibat langsung dari remaja yang diterima di dalam kelompok teman sebaya akan menimbulkan rasa bahagia dan rasa percaya diri yang besar. Sedangkan, remaja yang gagal membentuk identitas dirinya, akan mengalami penolakan oleh kelompok teman sebayanya menimbulkan frustasi, rasa kecewa, dan tingkah laku yang bersifat pengunduran diri (withdrawal) dalam interaksi sosial (Mappiare, 1982: 172-173).

  Ciri remaja yang lain adalah mulai membangkang dan cenderung melakukan pengrusakan yang merupakan perilaku agresif, ciri ini juga sebagai akibat dari ketidakstabilan emosi, dan remaja seringkali memiliki cara pandang yang tidak realistik terutama dalam hal cita-cita, kemudian remaja memiliki kegelisahan atau kecemasan ketika mereka akan memasuki usia dewasa.

B. Bullying

  1. Pengertian Bullying Salah satu bentuk dari perilaku agresi adalah bullying, yaitu bentuk agresi di ruang publik. Definisi bullying menurut Papalia, et. al. (2004) adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri.

  Bullying menurut Olweus (1993) adalah suatu pola perilaku dimana

  satu individu dipilih sebagai target dari agresi berulang oleh satu atau lebih orang, yang dilakukan berulang–ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu, orang yang menjadi target (korban) umumnya memiliki kekuatan yang lebih lemah dibandingkan mereka yang terlibat dalam agresi (pelaku).

  Bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan

  seseorang atau kelompok yang dimaksudkan untuk melukai, membuat takut atau membuat tertekan seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri (Ormrod, 2003; Santrock, 2007). Sementara Crothers dan Levinson (2004) mengatakan bullying dilakukan (salah satunya) untuk mendapatkan popularitas atau perhatian.

  Bullying dapat terjadi di lingkungan manapun, salah satunya di

  lingkungan sekolah (school bullying), maka dapat diambil sebuah pengertian yang diberikan oleh Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005). Mereka mengartikan School bullying sebagai perilaku agresif yang bersifat tidak menyenangkan dan dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Menurut Bukatko (2007) memberikan pengertian bullying di lingkungan sekolah adalah bentuk kekerasan yang dilakukan terhadap siswa lain yang biasanya secara fisik lebih lemah, minder dan kurang mempunyai teman.

  Pengertian korban bullying sendiri di lingkungan sekolah menurut Berk (2006) adalah siswa yang seringkali mendapat serangan verbal, fisik atau tindakan kekerasan lainnya. Seseorang dianggap menjadi korban bullying bila ia dihadapkan pada tindakan negatif seseorang atau lebih, yang dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu, sehingga korbannya terus menerus dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Selain itu, bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya.

  2. Bentuk – bentuk Bullying Menurut Olweus (1999) membagi bullying menjadi 3 bentuk, yaitu:

  a. Bullying yang dilakukan secara langsung (direct bullying)

  Bullying yang dilakukan secara langsung dibagi dalam dua bentuk,