DOCRPIJM c8745dbed0 BAB IIBAB II PROFIL KABUPATEN.

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

BAB 2
PROFIL
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
2.1. WILAYAH ADMINISTRASI
- Kepulauan Mentawai merupakan gugusan pulau-pulau besar dan kecil
yang terdapat di pantai barat Sumatera, yang terdiri dari 4 (empat)
pulau utama yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan
Pagai Selatan dan beberapa pulau kecil disekitarnya, dengan total
seluruhnya 99 pulau.
- Jarak ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai (Tuapejat) terletak
sekitar 82 mil laut di sebelah Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai
Provinsi Sumatera Barat.
- Secara geografis wilayah ini berada diantara posisi koordinat 98 35’ 100 45’ BT dan 00 55’ - 03 30’ LS dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Siberut.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.


Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Mentawai.
- Keberadaan administratif Kabupaten Kepulauan Mentawai ini
dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 49
Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Mentawai di
Provinsi Sumatera Barat Tanggal 7 Juni 2000. Secara administratif wilayah
Kabupaten Kepulauan Mentawai, berdasarkan PERDA No 15 Tahun 2002
telah mengalami pemekaran, yang sebelumnya dari 4 (empat)
kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan dan 43 (empat puluh tiga)
Desa. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah :

Di Pulau Siberut meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu : Kecamatan
Siberut Selatan, Kecamatan Siberut Utara, Kecamatan Siberut Barat,
Kecamatan Siberut Barat Daya dan Kecamatan Siberut Tengah.

Di Pulau Sipora meliputi 2 (dua) kecamatan, yaitu : Kecamatan
Sipora Utara dan Kecamatan Sipora Selatan.


Di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan meliputi 3 (tiga)
kecamatan, yaitu : Kecamatan Pagai Utara, Kecamatan Pagai
Selatan dan Kecamatan Sikakap.
- Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai secara keseluruhan
adalah 6.011,35 Km² atau 601.135 Ha.
- Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2013 tentang Data
Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa, terdapat pemekaran dusun
menjadi 341 dusun dari sebelumnya 202 dusun.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-1

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

2.1.1. Kondisi Fisik Wilayah
2.1.1.1. Ketinggian
Berdasarkan hasil intepretasi terhadap peta topografi, ketinggian lahan di
wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai cukup bervariasi, mulai dari dataran
rendah yang berawal dari jenis pasang surut (0-2 meter dpl) sampai dengan

ketinggian 50 meter hingga 270 meter dpl. Namun secara umum, ketinggian
lahan di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai ini didominasi ketinggian lahan
antara 100 – 150 m dpl.
2.1.2.2. Kelerengan
Keadaan topografi Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan kelerengan
terbagi atas:
 Coastal land/Flat land, yaitu daerah yang bermula dari garis pantai dan
menaik menjadi zona kelerengan 0 – 3 % menuju daratan. Pada daerah sekitar
pantai merupakan dataran rendah dan rawa-rawa serta berlumpur, pada
saat pasang daerah ini terendam air laut, seperti di Muara Siberut, muara
sikabaluan serta desa-desa lainnya di pinggir pantai.
 Low land, yaitu daerah yang memiliki topografi yang berombak dengan
kemiringan antara 3 – 8 %, dan secara umum sudah bebas dari pengaruh
pasang surut.
 Middle land, merupakan daerah berbatasan dengan Low land menuju arah
perbukitan dengan zona kemiringan 8 – 25 %. Pada daerah ini sangat sesuai
untuk pengembangan perkebunan atau tanaman keras seperti karet,
cengkeh, kelapa, nilam, manau, coklat dan komoditas lainnya.
 Up land, bentuk berbukit-bukit hingga daerah catchment sungai-sungai baik
yang bermuara ke pantai barat maupun pantai timur pulau, dengan

ketinggian antara 50 – 275 m diatas permukaan laut dan dengan kelerengan >
25%. Sebagian besar kawasan ini merupakan kawasan lindung.
Untuk lebih jelas mengenai sebaran kelas lereng, peta kelerengan dan
tampilan DEM dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Kelerengan Tanah Di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2011
No
Kelas Lereng
1.
0%–8%
2.
8 % – 14 %
3.
15 % – 25 %
4.
25 % – 40 %
5.
> 40 %
Kab. Kep. Mentawai


Luas (Ha)
237.756
185.921
158.726
18.362
370
601.135

Prosentase (%)
39,55
30,93
26,40
3,05
0,05
100

Sumber : Intepretasi Data Peta Topografi JAN TOP-AD , diolah Tahun 2011

2.1.2.3. Geologi
Ditinjau dari segi litologis, Pulau Sipora dan Pulau Siberut mempunyai litologi batu

lempungan dengan di beberapa tempat ada sisipan batu intrusive. Dari umur
geologi dapat diindikasikan sebagai wilayah yang berumur resen dan masih
muda. Untuk Pulau Siberut memiliki laju sedimentasi yang tinggi sehingga pulau ini
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-2

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

juga merupakan pulau sedimentasi, yang dipenuhi oleh lumpur, tanah liat
bercampur kapur yang masih relatif muda.
Selain itu, juga terdapat batuan (schist) dan tanah kwarts dari masa pra-miocene,
beberapa batu kapur dari miocene, serta vulkanis yang tersebar menunjukkan
asalnya dari keadaan vulkanis Sumatera dari masa miocene. Namun sebagian
besar susunan geologis menunjukkan asal dari masa pliocene, pleistocene dan
zaman baru. Struktur geologi Kepulauan Mentawai dibagi menjadi dua gugus
kepulauan yaitu gugus geologi Pulau Siberut dan gugus geologi Pulau Sipora,
Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan.
2.1.2.4. Klimatologi

A. Iklim
Kepulauan Mentawai yang dikelilingi oleh Samudera Indonesia dan terletak di
daerah khatulistiwa mempunyai iklim dengan udara yang panas dan lembab
dengan curah hujan yang tinggi. Berdasarkan pola Iklim yang ada di
Indonesia, Iklim Kabupaten Kepulauan Mentawai dipengaruhi oleh fenomena
global dipole mode yang menghasilkan sirkulasi musim Mansoon dan
konvergensi inter tropis (PMK-BMG,2008). Sirkulasi angin bergerak ke arah Barat
Laut - Tenggara menghasilkan musim penghujan (November – Maret). Sirkulasi
angin Tenggara – Barat akan menghasilkan musim kemarau yang
berlangsung mulai bulan Mei – Oktober.

Kondisi iklim mempengaruhi temperatur suhu permukaan laut yang
menyebabkan perairan Kepulauan Mentawai banyak didiami ikan-ikan
pelagis besar. Dari segi transportasi, cuaca di Kepulauan Mentawai bisa
menjadi tidak bersahabat jika timbul angin dengan kecepatan besar yang
menimbulkan tinggi gelombang > 2 meter pada bulan Agustus - Januari.
Kondisi ini menyulitkan mobilitas transportasi laut, karena ketika kondisi
gelombang tinggi, akses transportasi untuk ke Kepulauan Mentawai menjadi
terhambat.
B. Curah Hujan

Curah hujan di Kepulauan Mentawai berkisar antara 2.500 – 4.700 mm/tahun
dengan jumlah hari hujan antara 132 – 267 hari hujan per tahun, sedangkan
suhu berkisar antara 220-320C dengan kelembaban antara 82-85%. Volume
hujan tertinggi jatuh pada bulan Desember, yaitu sebesar 535 mm dengan
jumlah hari hujan mencapai 25 hari. Sementara itu volume hari hujan terendah
ada pada bulan Mei, yaitu 218 mm dengan hari hujan sebanyak 16 hari.
Secara umum curah hujan rata-rata lebih dari 200 mm. Sedangkan hari hujan
terbanyak yaitu 25 hari pada bulan Desember dan hari hujan paling sedikit
yaitu 10 hari pada bulan Juni. Perbedaan pada saat bulan-bulan basah dan
kering yang terjadi tidak begitu jelas, karena hujan lebat dengan durasi
pendek dapat terjadi pada musim kemarau atau selama musim peralihan. Hal
ini disebabkan oleh cuaca yang sering terganggu dengan terjadinya angin

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-3

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya


taufan dari Samudera Indonesia yang bertiup menuju daratan Sumatera.
Tingginya volume hujan atau pada saat musim penghujan biasanya juga
diikuti dengan musim angin atau badai.
Badai menjadi salah satu kendala utama transportasidiKabupaten
Kepulauan Mentawai yang mengandalkan transportasi laut. Musim badai
biasanya mencapai Puncaknya bulan Agustus sampai September. Pada saat
musim badai biasanya angkutan penyeberangan tidak melayani
penumpang, sehingga arus mobilitas barang, jasa dan manusia menjadi
terhambat. Arus mobilitas biasanya normal kembali setelah musim badai
berakhir.
C. Angin
Secara umum angin di Kepulauan Mentawai bertiup sepanjang tahun dari
arah barat dan tenggara. Angin barat atau musim barat terjadi pada bulan
Februari sampai dengan Juli dan Bulan November sampai dengan Desember,
sedangkan angin tenggara bertiup pada bulan Januari serta bulan Agustus
sampai dengan Oktober. Data dari BMG stasiun Tabing (2003) didapatkan
kecepatan angin rata-rata pertahun sebesar 16,68 knot dan kecepatan angin
maksimum pertahun berkisar antara 40 knot. Musim badai sering terjadi
terutama pada bulan Agustus – November hampir setiap tahun. Kecepatan
angin yang bertiup di pesisir sebelah barat Kepulauan Mentawai menjadikan

terbentuknya gelombang besar sehingga kawasan pesisir barat Kepulauan
Mentawai cocok untuk dijadikan lokasi olahraga selancar (surfing).
2.1.2.5. Hidrologi
Hidrologi yang 18 buah sungai (KKMDA, 2014). Adapun sungai yang terpanjang
terdapat di Kecamatan Siberut Barat yaitu Sungai Simalegi panjangnya
mencapai 40 Km dan sungai yang paling pendek yaitu Sungai Makalo terdapat
di Kecamatan Pagai Selatan panjang sungai hanya 5 Km.
Potensi hidrogeologi yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki
potensi sedang menempati zona cekungan pada daerah perbukitan. Perolehan
air tanah tertekan atau lapisan pembawa air (Akuifer) dibatasi bidang tidak
dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu berupa sungai. Dari ke empat
pulau besar yang ada terdapat tembus air (akunlited), dapat diharapkan pada
potensi air tanah daratan ini. Kabupaten Kepulauan Mentawai perolehan
diharapkan pada lapisan tufa pasiran dan pasir gampingan dari formasi saibi,
batu pasir, batu pasir tajam, formasi toli pulai dan batu pasir tufaan.
Potensi air tanah perbukitan memiliki sifat vulkanis dengan selang cekung batu
pasir gamingan, batu lempung, tufa pasiran. Perolehan air tanah dangkal
terbatas pada zona lembah dan zona pelapukan dengan muka air tanah dalam
dari pada tanah setempat.


Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-4

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

2.1.2.6. Mitigasi Bencana
Kepulauan Mentawai termasuk dalam kawasan potensi yang rawan bencana
baik berupa gempa bumi (tektonik), gelombang besar tsunami, abrasi pantai
dan longsor. Dari 43 desa yang ada, 33 desa diantaranya merupakan desa
pesisir, yang pada kondisi saat ini kawasan pesisir merupakan kawasan rawan
bencana terhadap bahaya tsunami. Sebagaimana yang telah terjadi pada
tanggal 25 Oktober 2010, bencana gempa bumi berkekuatan 7,2 SR (atau 7,5 SR
menurut USGS) telah memicu terjadinya gelombang tsunami. Berdasarkan
informasi dari BPBD Provinsi Sumatera Barat, kedalaman gempa bumi yang cukup
dangkal dan terletak pada zona subduksi di bawah dasar laut tersebut telah
memicu terjadinya gelombang tsunami dengan ketinggian gelombang
mencapai 3 meter yang menghasilkan landaan tsunami sejauh 1 Kilometer ke
arah daratan.
Guncangan gempa dan gelombang tsunami tersebut telah menyebabkan
kerusakan dan kerugian di 4 (empat) wilayah kecamatan di Kepulauan
Mentawai, yaitu Kecamatan Sipora Selatan, Pagai Utara, Pagai Selatan dan
Sikakap. Wilayah Kecamatan Pagai Selatan dan Pagai Utara merupakan daerah
yang paling parah terkena dampak bencana yang mengakibatkan banyak
korban jiwa dan kerusakan bangunan rumah serta sarana dan prasarana. Hal ini
juga turut dipengaruhi oleh letak geografis wilayah Kecamatan Pagai Selatan
yang berada dekat dengan pusat kejadian gempa dan terletak di pesisir pantai
barat. Dengan kejadian tersebut di atas, mengakibatkan beberapa diantara 33
desa pesisir di wilayah ini terkena tsunami dan harus direlokasi ke tempat yang
lebih aman. Untuk lebih jelas nama desa-desa pesisir di Kabupaten Kepulauan
Mentawai dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Kawasan Desa Pesisir dan Panjang Garis Pantai

No

Desa

Kecamatan

1

Pagai Selatan

2

Sikakap

3

Pagai Utara

4

Sipora Selatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Bulasat
Malakopa
Makalo
Sinaka
Sikakap
Taikako
Matobe
Saumanganya
Silabu
Betumonga
Sioban Mara
Nemnemleleu
Beriulou
Matobe
Bosua

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

Panjang Garis Pantai
(Km)
99,49
86,52
20,24
199,69
58,71
21,71
12,93
43,27
27,83
41,86
6,00
7,08
16,05
38,40
12,69
29,98

II-5

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya
No

5

Desa

Kecamatan

Sipora Utara

17
18
19
20
21

Tuapejat
Goisooinan
Betumonga
6 Siberut Selatan
Muara
Siberut
Maileppet
7 Siberut Barat Daya 22 Sagullubek
23 Katurei
24 Pasakiat
8 Siberut Tengah
25 Saibi
Taileleu
26 Samukop
Saliguma
9 Siberut Utara
27 Malancan
28 Sirilogui
29 Sikabaluan
10 Siberut Barat
31
Simalegi
30 Cimpungan
32 Sigapokna
33 Simatalu
Kab. Kep. Mentawai

Panjang Garis Pantai
(Km)

68,85
23,43
43,16
19,60
12,49
29,94
129,2
5
81,40
33,30
40,49
32,26
10,52
11,40
55,43
18,51
44,00
26,20
1.402,66

Selain potensi bencana gempa dan tsunami, potensi bencana lain yang
mengancam wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah bahaya abrasi
pantai. Abrasi pantai merupakan proses pengikisan pantai oleh tenaga
gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Namun selain disebabkan
gejala alami, manusia juga sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
Hampir seluruh desa pesisir di wilayah ini mengalami dampak abrasi pantai seperti
terlihat pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7. Sesuai dengan teori perubahan garis
pantai yang dikemukakan oleh Sylvester, pantai–pantai yang diapit headland
karang tersebut akan mengalami evolusi sampai ketitik setimbangnya. Untuk
mengetahui lebih jelas sebaran lokasi abrasi pantai dengan kondisi terparah di
wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dlihat pada Tabel 2.3

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-6

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

Tabel 2.3
Wilayah Abrasi Pantai Terparah
di Kabupaten Kepulauan Mentawai
NO
1

KECAMATAN
Siberut Utara

LOKASI
Pantai Muara Sikabaluan

2

Siberut Selatan

Pantai Muara Siberut

3

Sipora Utara

Pantai Mapadegat
Pantai Tuapejat

4

Sipora Selatan

Pantai Sioban
Pantai Beriulou
Pantai desa Bosua

5

Sikakap

Pantai
Bandara
Rokot
Matobek
Pantai
depan SMA
I
Sikakap

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

KETERANGAN
Abrasi sudah mengarah ke
pemukiman
Abrasi sudah mengarah ke
pemukiman
Abrasi sudah mengarah ke
akses jalan
Abrasi sudah mengarah ke
akses Jalan
Abrasi sudah mengarah ke
akses jalan
Abrasi sudah mengarah
Pemukiman
Abrasi mengarah ke akses
jalan
Abrasi mengarah ke lokasi
Bandara
Abrasi mengarah ke
halaman sekolah

II-7

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

2.1.2.7. Tutupan Lahan
Secara umum, tutupan lahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagian besar
masih didominasi oleh lahan hutan yaitu sekitar 71,15 % dari total luas wilayah
atau sekitar 427.689,57 Ha. Sedangkan lahan lainnya dimanfaatkan untuk
mendukung berbagai kegiatan perekonomian dan tempat tinggal, seperti
pertanian, perdagangan, permukiman maupun untuk pembangunan fasilitas
pelayanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Untuk lebih jelas mengenai
sebaran tutupan lahan dii Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada
Tabel 2.4
Tabel 2.4
Tutupan Lahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
No.

Jenis Tutupan Lahan

1

Permukiman

2
3
4

Belukar/Semak

5

Rawa

6

Rumput/Tanah Kosong

7

Sungai Besar

Luas (Ha)

Prosentase
(%)

2.092,90

0,34

Hutan

427.689,57

71,15

Tegalan/Ladang

123.351,59

20,52

6.784,76

1,13

40.879,34

6,80

314,76

0,05

22,07

0,01

Kab. Kep. Mentawai

601.135

100,00

Sumber : Intepretasi Data Peta Topografi JAN TOP-A , diolah Tahun 2011

2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
2.2.1. Potensi Pariwisata
Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki objek wisata yang
beranekaragam mulai dari darat hingga lautan serta
panorama alam yang indah hingga kebuadayaan
masyarakat yang patut dilestarikan.
Potensi ini harus diharapkan akan mampu menggerakkan
perekonomian dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Tabel 2.25
Objek Wisata, Lokasi dan Potensi
di Kabupaten Kepulauan Mentawai
No
Objek Wisata
1

Lobajau

Desa/
Dusun
Labuan Bajau

2
3
4
5

Teluk Pokai
Simatalu Lubaga
Teluk Sarabua
Muntei

Pokai
Simatalu
Saliguma
Muntei

Lokasi
Kecamatan
Siberut Barat
Siberut Utara
Siberut Barat
Siberut Tengah
Siberut Selatan

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

Potensi
Bahari , Panorama,
Flora&Fauna
Flora, Bahari
Budaya
Flora & Fauna, Bahari
Budaya

II-8

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya
6

Masilok

Katurei

7

Tanjung Mal ilimok

Katurei

8

Pulau Botik

Katurei

9

Katurei

11

Pulau Karang
Majat
Pulau NyangNyang
Pulau Mainuk

12

Pulau Roniki

Katurei

13

Madobag

Madobag

Siberut Barat
Daya
Siberut Barat
Daya
Siberut Barat
Daya
Siberut Barat
Daya
Siberut Barat
Daya
Siberut Barat
Daya
Siberut Barat
Daya
Siberut Selatan

14
15
16

Mapadegat
Pulau Awera
Pulau Pitojat

Tuapeijat
Tuapei jat
Tuapeijat

Sipora Utara
Sipora Utara
Sipora Utara

17
18
19
20

Pulau Siruamata
Katiet
Ombak Si labu
Ombak Sibigeu

Sipora Selatan
Sipora Selatan
Pagai Utara
Pagai Selatan

21

Tanjung Sinaka

Berioulou
Katiet
Silabu
Malakopa’
Monga
Sinaka

10

Katurei
Katurei

Panorama Alam, Bahari
Panorama Alam, Bahari
, Budaya
Bahari
Bahari , Panorama
Alam
Bahari , Sumber Mata
Air
Bahari
Panorama Alam, Bahari
Panorama Alam,
Budaya
Bahari
Bahari
Sumber Mata Air,
Panorama Alam
Bahari
Bahari
Bahari
Bahari

Pagai Selatan

Bahari , Panorama
Alam
Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka Tahun 2014

2.2.2. Potensi Pertanian, Perikanan dan Peternakan
2.2.2.1. Potensi Pertanian
a . Tanaman Pangan
Perkembangan tanaman padi sawah pada tahun
2014 di Kabupaten Kepulauan Mentawai mengalami
peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan
dengan tahun 2013 dari segi luas tanam dan luas
panen, serta jumlah produksinya.
Tabel 2.26
Produksi Padi Sawah Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2014
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kecamatan
Pagai Selatan
Sikakap
Pagai Utara
Sipora Selatan
Sipora Utara
Siberut Selatan
Siberut Barat
Daya
Siberut Tengah
Siberut Utara

Luas Tanam
(Ha)
132
331
32
230
105
89

Luas Panen
(Ha)
61
231
7
205
68
60

Produksi
(ton)
256
970
29
861
286
256

30

33

139

78
65

87
63

365
265

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-9

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya
10 Siberut Barat
Jumlah
2014
2013
2012
2011
2010

50
1162
743
307
398
630

48
863
389
439
221
619

202
3625
1634
1843
945,4
2691,2

Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka Tahun 2014

2.2.2.2. Potensi Perkebunan
Luas tanaman kelapa di kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebesar
7.910,75 Hektar dengan luas produksi sebesar 7.494 hektar dan jumlah produksi
7.634 ton. Sedangkan tanaman cengkeh yang menjadi salah satu sumber
penghasilan masyarakat dari sektor perkebunan memiliki luas lahan sebesar
1984,10 hektar dengan luas produksi 1589 hektar. Sementara itu luas lahan
tanaman perkebunan nilam sebanyak 1598,50 hektar dengan luas produksi 557
hektar, sedangkan jumlah produksinya mencapai7,49 ton.
2.2.2.3. Potensi Peternakan
Berdasarkan informasi dari Bidang Peternakan pada Dinas Pertanian, Peternakan
dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Mentawai, diperoleh data mengenai
populasi hewan ternak beserta jumlah hewan yang dipotong. Pada tahun
2014, populasi sapi di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebanyak 837 ekor
dengan jumlah pemotongan sebanyak 116 ekor atau berkisar 13,82 persen dari
total populasi. Persentase populasi terbesar terdapat di Kecamatan Siberut
selatan yang mencapai 39,9 persen dari total populasi sapi dari 10 (sepuluh)
Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sementara itu jumlah populasi
babi yang terdaftar di Kabupaten Kepulauan Mentawai ada sebanyak 31.274
ekor dengan persentase terbesar di Kecamatan Siberut Barat daya, yakni
sebanyak 9262 ekor atau mencapai 28,7 persen dari total populasi sedangkan
populasi babi terkecil ada di Kecamatan Sipora Utara dengan jumlah babi
hanya 982 ekor atau hanya mencapai 3,04 persen persen dari total populasi
keseluruhan.
2.2.3. Potensi Kelautan dan Perikanan
2.2.3.1. Ekosistem Pesisir
a. Mangrove
Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit yang telah
diverifikasi dengan data survey lapangan dapat
dikuantifikasi luas mangrove per kecamatan seperti
pada Tabel 2.2 Luas total mangrove di Kabupaten
Kepulauan Mentawai 24.619,43 hektar. Luas tutupan
mangrove terbesar ialah di Kecamatan Siberut Barat yaitu sebesar
8.514,01 hektar dan luas tutupan mangrove terkecil berada di
kecamatan Sipora Selatan 421,66 hektar.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-10

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya
Tabel 2.27
Luasan Mangrove di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2013
No

KECAMATAN

LUAS (Ha)

1

Pagai Selatan

3.971,06

2

Sikakap

888,63

3

Pagai Utara

602,87

4

Sipora Selatan

421,66

5

Sipora Utara

6

Siberut Selatan

7

Siberut Barat Daya

8.514,01

8

Siberut Tengah

2.415,82

9

Siberut Utara

571,79

10

Siberut Barat

5.646,04

1.008,56
578,99

TOTAL
24.619,43
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kep. Mentawai Tahun 2013

b. Terumbu Karang
Secara umum perairan pantai Kepulauan Mentawai
banyak dijumpai sebaran terumbu karang. Pada
perairan pantai timur Mentawai umumnya dijumpai
terumbu karang tepi (freengings reefs) yang tidak
merata.
Sementara dibeberapa desa juga dijumpai terumbu karang yang
bersifat tersebar (patchy reefs). Pada sisi barat perairan Kepulauan
Mentawai dijumpai terumbu karang tepi (freenging reefs) yang relatif
merata. Berdasarkan hasil intrepretasi citra satelit didapatkan total luas
tutupan terumbu 17.589,61 hektar.
Tabel 2.28
Luasan Terumbu Karang di Kabupaten
Kepulauan Mentawai Tahun 2013
NO

KECAMATAN

LUASAN (Ha)

1

Pagai Selatan

1.213,75

2

Sikakap

1.115,16

3

Pagai Utara

4

Sipora Selatan

2.808,32

5

Sipora Utara

5.257,92

6

Siberut Selatan

7

Siberut Barat Daya

3.629,37

8

Siberut Tengah

1.660,82

9

Siberut Utara

588,72

10

Siberut Barat

-

927,77

387,78

TOTAL
17.589,61
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kep. Mentawai Tahun 2013

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-11

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya
2.2.3.2. Potensi Perikanan
1. Perikanan Darat
Luas area untuk perikanan darat pada tahun 2014 yaitu 32,75 hektar
dengan total produksi pertahunnya mencapai 74,358 ton
2.Perikanan laut
Sesuai dengan kondisi alamnya yang terdiri dari pulau-pulau,
perikanan laut merupakan potensi yang mempunyai peluang
untuk dikembangkan dan memiliki potensi yang cukup besar.
Peningkatan produksi perikanan laut, akan memberikan
peluang untuk berusaha dan lapangan kerja industri
pengolahan ikan di Kepulauan Mentawai.
Potensi perikanan laut terdiri yang cukup besar dari Ikan kerapu dengan
potensi 1182 ton/tahun, Ikan Capa/Kakap Merah : 429 ton/tahun, ikan
kakap : 500 ton/tahun, Udang : 315 ton/tahun, ikan Tuna/Tongkol : 600
ton/tahun dan beberapa jenis ikan lainnya yang diperkirakan jumlah
produksinya kurang lebih 5278 ton/tahun.
Tabel 2.29
Data Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten
Kepulauan Mentawai Tahun 2014
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pagai Selatan
Sikakap
Pagai Utara
Sipora Selatan
Sipora Utara
Siberut Selatan
Siberut Barat Daya
Siberut Tengah
Siberut Utara
Siberut Barat

JUMLAH

Produksi (Ton)

Persentase

451
449
484
494
869
518
439
456
668
450

8,54
8.51
9,17
9,36
16,46
9,81
8,32
8,64
12,66
8,53

5278

2014
2013

5278

100
100

2012

4148

100

2011
2010

2267,35
450

100
100

Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka Tahun 2014

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-12

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya
2.2.3.3. Potensi Perikanan Budidaya
Dalam hubungannya dengan peningkatan pendapatan nelayan, dengan
memanfaatkan peluang pasar di Kepulauan Mentawai terutama Sumatera Barat
dan Pasar luar negeri seperti Hongkong dan Singapura di perairan Kepulauan
Mentawai mulai dikembangkan komoditas perikanan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi seperti kerapu, rumput laut, kerang mutiara, ikan napoleon dan
beberapa jenis ikan hias.
Tabel 2.30
Lokasi usaha budidaya ikan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai
No.

Lokasi

Daerah

Jenis Budidaya

Produk Budidaya

1

Muara sigep

P. Siberut

KJA

Kerapu

2

Malancan

P. Siberut

KJA

Kerapu

3

Saibi

P. Siberut

KJA

Kerapu

4

Saliguma

P. Siberut

KJA

Kerapu

5

Malilimok

P. Siberut

KJA

Kerapu

6

Katurai

P. Siberut

KJA

Kerapu

7

P.Simakakang

P. Sipora

KJA

Kerapu

8

P. Masusu

P. Sipora

KJA

Kerapu,
hias

9

P. Hawera

P. Sipora

KJA

Kerapu

10

Teluk Simobouk

P. Sipora

KJA

Kerapu

11

Sikakap

Pagai Utara

KJA

Kerapu

12

Batumonga

Pagai Selatan

KJA, Hatchery

Kerapu, Napoleon, ikan
hias, Rumput laut, Mutiara

13

P. Tinopo

Pagai Selatan

KJA

Kerapu

Napoleon, Ikan

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kep. Mentawai Tahun 2013

2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk, Rumah tangga dan Kepadatan Penduduk kurun waktu 5 tahun
Kabupaten Kepulauan Mentawai

No.

Tahun

Jumlah Penduduk
(Jiwa)

1

2014

83.603

Kepadatan
Penduduk
(org/Km)
14

2

2013

81.840

13,61

20.259

3

2012

78.511

13.06

18.133

4

2011

77.078

12.82

18.381

5
2010
76.174
12.67
Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka, 2014

Rumah
Tangga
20.735

18.165

2.3.1. Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan
Pola lapangan usaha sebagian besar penduduk Kabupaten Kepulauan
Mentawai masih berada pada sektor primer yaitu sektor usaha yang
menggambarkan masyarakat agraris terdiri dari pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan dan peternakan.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-13

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya
Pada tahun 2014 sebesar 62,20 persen tenaga kerja bergerak di sektor primer, hal
ini turun sebesar 15,93 persen dibandingkan dengan tahun 2013. Melihat
perkembangan pada dua tahun terakhir distribusi persentase lapangan usaha
masyarakat di sektor primer cukup stabil sementara sektor sekunder
(pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, air minum, dan
konstruksi) mengalami peningkatan. Sebesar 1.27 persen tenaga kerja bergerak di
sektor sekunder atau naik sebesar 0.72 persen dibanding dengan tahun 2013.
Sementara itu sektor tersier (perdagangan, rumah makan, jasa akomodasi,
transportasi, pergudangan, komunikasi, lembaga keuangan, realestate,
persewaan, jasa perusahaan, dan jasa kemasyarakatan,
sosial
dan
perorangan) pada tahun 2014 sebesar 36.53 persen atau naik sebesar 15.21
persen dari tahun 2013.
Gambar 2.1
Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (persen)
2013-2014

2.3.2. Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran
Secara umum keadaan ketenagakerjaan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
tahun 2014 terlihat seperti pada tabel 4.6 Jumlah penduduk yang bekerja
pada tahun 2014 sebanyak 98,34
persen, jumlah penduduk yang
menganggur sebanyak 1,66 persen. Persentase Angkatan kerja terhadap
penduduk usia kerja di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar 76,78 persen,
atau 38.054 jiwa dari 49.558 jiwa penduduk usia kerja.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-14

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama
(persen), 2014

2.3.3. Indikasi Kesejahteraan Penduduk
2.3.3.1. Pendidikan
Gambar 2.2
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut kelompok umur dan jenis kelamin
(persen)
Tahun 2014

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-15

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

Tabel 2.7
APK dan APM Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tahun 2010 s/d 2014
SD

SLTP

SLTA

Tahun
APK

APM

APK

APM

APK

APM

2010

103,00

99,00

99,79

81,00

72,86

72,00

2011

112,25

90,06

63,96

40,34

31,76

21,29

2012

109,38

92,05

69,75

52,33

56,56

41,80

2013

110,05

93,81

48,72

36,44

57,45

51,85

2014

122,01

96,63

79,53

55,16

67,92

53,52

Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010 s/d 2014

Dari tabel 2.7 terlihat bahwa angka APK untuk Sekolah Dasar dari tahun 2010
hingga 2014 cenderung fluktuatif dan tidak stabil dan melebihi angka 100. Namun
demikian di tahun 2014 angka APK SD meningkat menjadi 122,01 dari sebelumnya
110,05 ditahun 2013. Sedangkan di sisi APM SD, terjadi peningkatan dari 93,81
menjadi 96,63. Peningkatan terjadi pada APK dan APM SLTP, dari semula APK SLTP
48,72 di tahun 2013 naik menjadi 79,53 di tahun 2014. Tingginya APK SD/MI adalah
akibat banyaknya siswa diluar usia sekolah yang berada di jenjang tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat SD mempunyai kinerja
yang lebih baik dibandingkan dengan tingkat SMP dan SMA. Di daerah ini anak
yang bersekolah di tingkat SD paling banyak dibandingkan dengan tingkat
lainnya.
Lain halnya dengan APM SLTP meningkat cukup drastis dari 36,44 di tahun
2013 naik menjadi 55,16 di tahun 2014. Begitu juga halnya dengan SLTA, APK SLTA
meningkat dari semula 57,45 di tahun 2013 menjadi 67,92 di tahun 2014.
sedangkan pada APM SLTA meningkat dari 51,85 di tahun 2013 menjadi 53,52 dari
tahun 2014.
2.3.3.2. Tingkat melek huruf
Gambar 2.3
Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Jenis
Kelamin dan Kemampuan Membaca Tahun 2014

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-16

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

Berdasarkan gambar 2.3 diatas, AMH penduduk Kabupaten Kepulauan
Mentawai tahun 2014 tercatat sebesar 99,46 persen. Kemampuan baca tulis
penduduk usia 15-64 tahun lali-laki lebih rendah daripada kemampuan baca dan
tulis penduduk perempuan yaitu sebesar 99,46 persen berbanding 100 persen.
2.3.4. Derajat Kesehatan
2.3.4.1. Angka harapan Hidup
Gambar 2.4
Persentase Angka Harapan Hidup Tahun 2012-2014

2.3.4.2. Rasio Fasilitas Kesehatan Masyarakat per Satuan Penduduk
Jumlah Fasilitas kesehatan masyarakat tahun 2014 secara total keseluruhan
mengalami peningkatan yaitu 353 unit yang dapat dilihat rinciannya pada tabel
1.6. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk di tahun yang sama maka dari
1.000 orang penduduk dapat dilayani di 4 buah fasilitas kesehatan masyarakat.
Meskipun 353 buah fasilitas kesehatan masyarkarat sudah dapat melayani 1.000
orang penduduk, namun pembangunan di bidang kesehatan perlu terus
ditingkatkan melalui penambahan jumlah fasilitas kesehatan masyarakat baik
puskesmas, puskesmas pembantu, poskesdes, posyandu dan polindes. Disamping
itu, kualitas pelayanan kesehatan yang perlu ditingkatkan seiring dengan
penambahan jumlah puskesmas.
Tabel 2.8
Rasio Fasilitas Kesehatan Masyarakat per 1.000 Penduduk Kabupaten Kepulauan
Mentawai
Tahun 2010 s/d 2014
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
Rumah Sakit Umum
1
1
1
1
1
Daerah
Puskemas
8
9
10
10
10
Pustu
14
14
14
14
30
Poskesdes
24
35
37
49
80
Posyandu
185
193
243
241
255
Polindes
33
18
12
17
11
Jumlah
265
270
317
332
387
Jumlah Penduduk
77.078
78.511
79.976
81.840
83.603
Rasio per 1.000
3.77
3.70
3.15
3.01
2.58
penduduk
Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka Tahun 2010 s/d 2014

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-17

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

2.3.5. Kondisi Permukiman
2.3.5.1. Kualitas Tempat Tinggal
dikatakan layak sebagai bangunan tempat tinggal apabila memiliki atap, lantai
dan dinding yang layak. Ketiga unsur tersebut juga mengindikasikan tingkat
kesejahteraan penghuninya. Berdasarkan data Susenas 2014, rumah yang
berlantai bukan tanah di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar 98,57 persen.
Indikator lain yang digunakan untuk melihat kualitas perumahan tempat
tinggal adalah jenis atap dan jenis dinding. Atap dikatakan layak jika terbuat dari
atap beton, genteng, seng, sirap dan asbes. Rumah dengan atap yang layak
sebesar 71.80 persen. Masih terdapat sebesar 28.20 rumah di Kabupaten
Kepulauan Mentawai yang tidak layak (ijuk/rumbia) pada tahun 2014. Dinding
dianggap permanen apabila berbahan tembok dan kayu, pada tahun 2013
rumah dengan dinding permanen di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar
93.10 persen.

2.3.5.2. Sumber Air Minum dan Fasilitas Lainnya
Dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, perlu dilakukan pengadaan
fasilitas air bersih/minum serta sarana lain untuk meningkatkan kualitas
pemukiman penduduk. Pelaksanaan pembangunan ini diupayakan oleh
pemerintah untuk dilakukan secara bertahap atau terus menerus.
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat persentase dari jumlah rumah tangga
menurut sumber air minum. Mayoritas rumahtangga di Kabupaten Kepulauan
Mentawai masih menggunakan sumber air minum dari sungai yaitu mencapai
23,01 persen. Sedangkan 7,28 persen rumahtangga telah menggunakan mata
air terlindung untuk memenuhi kebutuhan air minumnya. Sementara itu baru
sekitar 0,78 persen rumah tangga menggunakan fasilitas ledeng dan hanya 4,78
persen rumah tangga yang membeli air isi ulang. Sedangkan jumlah rumah
tangga di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang menggunakan fasilitas air
hujan sebagai sumber air minum masing-masing adalah 7,11 persen.
Tabel 2.9
Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum Tahun 2014

Sumber : Susenas 2014

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-18

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

2.3.5.3. Pengeluaran Rumah Tangga
Selama periode 2013-2014 rata-rata pengeluaran per kapita per bulan menurun
dari Rp. 486.871,- menjadi Rp. 455.779,-. Penurunan dalam periode 2013-2014
adalah sebesar 6,39 persen. Penurunan bisa saja terjadi akibat penurunan daya
beli masyarakat itu sendiri atau terjadinya kenaikan harga barang yang tidak
disertai dengan peningkatan penghasilan masyarakat itu sendiri.
Tabel .2.10
Perkembangan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
Tahun 2013-2014

Sumber : Susenas 2013-2014
2.3.5.4. Kemiskinan
Gambar 2.5
Prosentase dan jumlah penduduk miskin Kab. Kep. Mentawai
Tahun 2013-2014

Sumber : BPS (angka sementara)

Jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran perkapita per
bulan di bawah garis kemiskinan di kabupaten Kepulauan Mentawai adalah
12.251 orang atau turun 1.014 jiwa dibandingkan dengan penduduk miskin pada
september 2013 sebanyak 13.265 orang. Secara prosentase, jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Kepulauan Mentawai turun 16.12 persen menjadi 14.664
persen.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-19

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

Tabel 2.11
Garis kemiskinan (Rp/bulan/kapita), jumlah (000) dan Prosentase
Tahun 2013-2014

Sumber :

Susenas 2013-2014

2.3.5.5. Listrik, Komunikasi dan Informasi
Tabel .2.12
Rumah tangga dan sumber penerangan utama (persen)

Sumber : Susenas 2013-2014

2.3.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Berdasarkan data, IPM Kabupaten Kepulauan merupakan IPM angka terendah di
Sumatera Barat. Meskipun demikian, tantangan pembangunan daerah masih
dirasakan bagi Kabupaten Kepulauan Mentawai karena dalam tatanan
pembangunan global menuntut setiap daerah memiliki nilai tambah (“Value
added”) dalam aspek pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) terhadap
pembangunan. Selengkapnya IPM daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai dan
beberapa daerah lainya yang ada di Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-20

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya
Tabel 2.13
IPM Kabupaten/Kota di Sumatera Barat
Tahun 2010 s/d 2014

2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN
2.4.1. Kondisi Sosial
Dalam perencanaan tata ruang, kondisi sosial budaya pada hakekatnya
merupakan aspek yang turut mempengaruhi pemanfaatan dan pengelolaan
lingkungan yang terpadu. Eksploitasi bentang alam yang tidak memperhatikan
kearifan lokal diduga akan menyebabkan krisis lingkungan. Budaya bermukim
masyarakat dengan latar belakang sosial-budayanya telah menghasilkan produk
lingkungan binaan sebagai wujud kearifan masyarakat dalam pengelolaan dan
pemanfaatan lingkungan alam. Pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan
melalui proses perencanaan dan perancangan memerlukan pendekatan yang
komprehensif dan terpadu. Penerapan kearifan lokal (local wisdom) merupakan
suatu upaya dalam rangka mewujudkan lingkungan binaan yang harmoni dan
sustainable melalui pemanfaatan pengetahuan lokal (indigenous knowledge),
pendekatan kontekstual serta pendekatan partisipatif.
Masyarakat yang mendiami Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari suku
Mentawai, Minang, Batak, dan Jawa. Secara sosiokultur penduduk asli Mentawai
merupakan keturunan Polinesia dari Melayu Tua atau Proto Melayu, yang
berbeda dengan penduduk yang bermukim di daratan Sumatera yang
merupakan keturunan Melayu. Sebagian besar penduduknya beragama Kristen
protestan, agama Kristen Katholik dan selebihnya beragama Islam.
Masyarakat Mentawai bersifat patrilineal, struktur sosial tradisional adalah
kebersamaan, mereka tinggal di rumah besar yang disebut juga "uma" yang

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-21

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

berada di tanah-tanah suku. Seluruh makanan, hasil hutan dan pekerjaan dibagi
dalam satu uma. Struktur sosial itu juga bersifat egalitarian, yaitu setiap anggota
dewasa dalam uma mempunyai kedudukan yang sama kecuali "Sikerei" (atau
dukun) yang mempunyai hak lebih tinggi karena dapat menyembuhkan penyakit
dan memimpin upacara keagamaan.
Agama Suku Mentawai adalah Arat Sabulungan yang percaya bahwa segala
sesuatu mempunyai roh masing-masing yang sama sekali terpisah dari raganya
dan bebas berkeliaran di alam luas. Konsep Arat Sabulungan merupakan suatu
kepercayaan bagaimana kelompok masyarakat memberi penghormatan yang
sangat tinggi untuk hidup dalam keselarasan dengan alam lingkungannya.
Dalam Arat Sabulungan menjelaskan seluruh benda hidup dan segala yang ada
di alam mempunyai roh atau jiwa (simagre). Roh dapat memisahkan dari tubuh
dan bergerak dengan bebas. Jika keharmonisan antara roh dan tubuhnya tidak
dipelihara, maka roh akan pergi dan dapat menyebabkan penyakit. Konsep
kepercayaan ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kegiatan
keseharian dapat mengganggu keseimbangan dan keharmonisan roh di alam.
Kepercayaan Arat Sabulungan ini berhubungan erat dengan keberadaan
sumber daya alam yang tersedia di sekitarnya. Hal ini tercermin dalam tatanan
kehidupan sehari-hari masyarakat seperti berburu, bercocok tanam, meramu
maupun menyiapkan permukiman. Adanya tata aturan menjadikan muncul
keharmonisan hidup dengan lingkungan sekitarnya, contohnya masyarakat
memiliki konsep yang tegas dan jelas dalam mewujudkan suatu tata ruang
dalam membagi.
2.4.2. Kondisi ekonomi
2.4.2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja ekonomi makro Kabupaten Kepulauan Mentawai menunjukkan perbaikan
pada periode tahun 2009 hingga tahun 2013, secara keseluruhan dalam kurun
waktu lima tahun terakhir (tahun 2009-2013) pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Kepulauan Mentawai menunjukkan trend yang terus mengalami kenaikan yaitu
dari level 4 persen hingga menembus 5,5 persen atau rata-rata pertumbuhan
selama kurun waktu tersebut adalah 5,05 persen.
Gambar 2.6
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2009-2013

Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka, 2014

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-22

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

Gambar 2.6 dapat dilihat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan
Mentawai pada tahun 2010-2011 sebesar 4,88 persen dan 4,92 persen. Kenaikan
pertumbuhan ekonomi di tahun tersebut tidak begitu signifikan dibandingkan
dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2012-2013. Hal ini disebabkan
oleh meningkatnya proporsi belanja pemerintah daerah, khususnya dalam
bidang infrastruktur.
Gambar 2.7
Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Provinsi Sumatera Barat
dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2009-2013

Sumber: Sumatera Barat dalam Angka, 2009-2013

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan trend yang
positif dari 4,58 persen (tahun 2009) ke 5,51 (tahun 2013) ternyata dalam skala
regional dan nasional terdapat ketimpangan/kesenjangan (gap) pertumbuhan
ekonomi. Gambar 2.7 menunjukkan adanya kesenjangan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kepulauan Mentawai yang sangat mencolok di tahun 2009-2010.
Namun, kesenjangan pertumbuhan ekonomi ini mulai berkurang di tahun 2013
dan terus bertumbuh positif yang semakin mengejar pertumbuhan ekonomi
provinsi maupun nasional.
Dilihat dari struktur PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai, kontribusi
perekonomian Kabupaten Kepulauan Mentawai didominasi oleh empat sektor
ekonomi utama, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan/hotel/restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
Kontribusi keempat sektor ini mencapai 87,66%. Kontribusi terbesar tetap
disumbangkan oleh sektor pertanian dan diikuti oleh sektor industri pengolahan.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-23

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

Tabel 2.14
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2010-2013
Sektor
1

Pertanian
Pertambanga
2 n&
Penggalian
Industri
3
Pengolahan
Listrik, Gas &
4
Air Bersih
5 Konstruksi
Perdagangan,
6 Hotel &
Restoran
Pengangkuta
7 n
&
Komunikasi
Keuangan,
8 sewa & jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa
PDRB

2010
(juta Rp)
786.132,86

(%)
54,62

2011
(juta Rp)
880.194,67

(%)
54,08

2012
(juta Rp)
983.746,04

(%)
53,61

2013
(juta Rp)
1.096.786,96

(%)
52,81

8.428,93

0,59

9.906,10

0,61

11.461,39

0,62

13.094,79

0,63

101.146,65

7,03

112.035,61

6,88

122.993,85

6,70

134.021,35

6,45

1.703,70

0,12

1.818,45

0,11

1.980,65

0,11

2.292,50

0,11

61.102,31

4,25

73.686,00

4,53

88.466,59

4,82

106.212,78

5,11

281.387,04

19,55

321.000,03

19,72

364.024,61

19,84

426.202,42

20,52

95.084,07

6,61

109.468,65

6,73

125.123,67

6,82

142.192,54

6,85

18.679,01

1,30

20.385,90

1,25

23.266,61

1,27

26.058,18

1,25

6,08

113.809,57
1.834.890,96

6,20

130.188,89
2.077.050,42

6,27

85.553,47
1.439.218,02

5,94

99.009,93
1.627.503,35

Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka, 2014

Struktur ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai yang masih didominasi oleh
sektor pertanian, ini disebabkan oleh mayoritas masyarakat di Kabupaten
Kepulauan Mentawai umumnya masih mengandalkan sektor pertanian sebagai
mata pencarian sehari-hari.
2.4.2.2. Pendapatan Per Kapita
Salah satu indikator ekonomi untuk melihat gambaran perkembangan dan
pertumbuhan pembangunan suatu daerah atau negara adalah pendapatan
per kapita. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk
suatu negara/wilayah regional ataupun daerah. Variabel yang digunakan untuk
menghitung pendapatan per kapita suatu daerah atau negara adalah
PDB/PDRB dibagi jumlah penduduk. Pendapatan per kapita selain dapat
memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat
juga dapat menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi di antara pelbagai negara atau
daerah regional.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

II-24

RPIJM – Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya

Gambar 2.8
Keadaan Pendapatan Per Kapita Indonesia, Provinsi Sumatera Barat
dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2009-2013
10000000

9665117.07
9798899.43

9500000
9027335.72
9000000
8488596.72

8433109.51

8500000

8039050.91

7994083.16
8000000
7500000

7669920.97
7330022.85
7606049.43
7376488.93
7188853.71
7076205.9 9
6837351.08

7028208.23
7000000
6500000

2009

2010

Kab. Kep. Mentawai

2011

2012

2013

Sumatera Barat

Sumber: BPS, 2009-2013

Pendapatan per kapita, merupakan gambaran dari kemampuan daya beli
masyarakat. Makin tinggi tingkat daya beli masyarakat suatu daerah/negara
maka akan makin menarik negara atau daerah tersebut bagi investor untuk
berinvestasi.
Gambar 2.8 menunjukkan keadaan pendapatan per kapita Kabupaten
Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat dan Indonesia. Gambar 1.8 secara
umum memperlihatkan bahwa terjadi kenaikan perndapatan per kapita kurun
waktu 2009-2013 di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat dan
di Indonesia. Namun, prestasi kenaikan pendapatan per kapita di Kabupaten
Kepulauan Mentawai jika dibandingkan dengan skala regional bahkan nasional
terjadi ketimpangan/kesenjangan (gap) yang besar. Ini menunjukkan bahwa
masih jauhnya tingkat kesejahteraan yang dicapai oleh masyarakat di
Kabupaten Kepulauan Mentawai jika dibandingkan dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat secara regional di Provinsi Sumatera Barat dan secara
nasional. Ketimpangan ini merupakan ancaman serius dalam pembangunan
manusia, terutama untuk menghindari jebakan kepuasan pada tingkat terendah
atau low equilibrium welfare trap. Hal ini menjadi tugas pemerintah daerah
terkhususnya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam memperkecil
ketimpangan pendapatan per kapita daerah dan pendapatan per kapita di
wilayah regional bahkan nasional dengan pelbagai program dan terobosan
yang langsung menyentuh persoalan riil masyarakat.
2.4.2.3. Inflasi
Secara umum, keadaan inflasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai masih baik,
karena nilai inflasi kurun waktu 2009-2013 masih dalam kategori inflasi rendah (