BAB 2. PROFIL KABUPATEN SUMBAWA - DOCRPIJM 608c1ffcdc BAB II02 PROFIL KABUPATEN

  Pada bagian ini membahas mengenai wilayah administrasi, potensi wilayah, demografi dan urbanisasi, serta isu strategis Kabupaten/Kota.

  RPIJM Kabupaten Sumbawa TAHUN 2017 - 2021 BAB 2.

PROFIL KABUPATEN SUMBAWA

2.1. Wilayah Administrasi

  Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu daerah dari sepuluh kabupaten/kota yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak pada posisi 116" 42' sampai dengan 118" 22' Bujur Timur dan 8” 8' sampai dengan 9” 7' Lintang Selatan serta memiliki luas wilayah 6.643,98 Km2.

  Kabupaten yang lebih dikenal dengan motto Sabalong Samalewa ini berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat di sebelah barat, Kabupaten Dompu di sebelah timur, Laut Flores di sebelah utara dan Samudra Indonesia di sebelah selatan.

  Jarak tempuh dari ibu kota kabupaten ke kota-kota kecamatan rata-rata 45 km. Kota kecamatan terjauh yaitu Kecamatan Tarano dengan jarak tempuh 103 km. Dengan wilayah administratif terdiri dari 24 kecamatan, 8 kelurahan, 158 desa dan 575 dusun.

Tabel 2.1. Luas wilayah, letak geografis dan wilayah administratif

  Luas Wilayah Total : 6.643,98 Km 2 Letak Geografis Berada diantara : 116" 42' BT - 118" 22' BT 8" 8' LS - 9" 7' LS Batas Wilayah : Utara : Laut Flores Timur : Kabupaten Dompu Selatan : Samudra Indonesia Barat : Kabupaten Sumbawa Barat

  Wilayah Administratif - 24 kecamatan - 8 Kelurahan

  • 158 Desa

   Sumber : Kabupaten Sumbawa Dalam Angka, BPS 2016

Gambar 2.1. PETA ADMINISTRASI KABUPATEN SUMBAWA

   Sumber : Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Sumbawa Tahun 2011-2031

  PROFIL KABUPATEN | 2-2 G. Rhee 4 -

  H. Batulanteh 6 -

TABEL 2.2. PEMBAGIAN WILAYAH DI KABUPATEN SUMBAWA

  

Kecamatan Desa Kelurahan

(1) (2) (3)

  A. Lunyuk 7 -

  B. Orong Telu 4 -

  C. Alas 8 -

  D. Alas Barat 8 -

  E. Buer 6 -

  F. Utan 9 -

I. Sumbawa -

  8 J. Labuhan Badas 7 - K. Unter Iwes 8 - L. Moyohilir

  10 - M. Moyo Utara 6 - N. Moyohulu

  12 - O. Ropang 5 - P. Lenangguar 4 - Q. Lantung 4 - R. Lape 4 - S. Lopok 7 - T. Plampang

  12 - U. Labangka 5 -

  V. Maronge 4 - W. Empang 10 -

  X. Tarano 8 - Jumlah 158

  8 Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa, 2011

Topografi. Bentuk topografis Kabupaten Sumbawa cenderung berbukit-bukit dengan ketinggian antara

  • – 1.730 meter di atas permukaan laut (mdpal), dimana sebagian besar diantaranya (355.108 Ha) berada pada ketinggian 100 hingga 500 mdpal (41,81%). Ketinggian untuk kota-kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 hingga 650 mdpal. Ibukota kecamatan Batulanteh (Semongkat) merupakan ibukota kecamatan dengan ketinggian tertinggi dari permukaan air laut dan Sumbawa Besar (ibukota kecamatan Sumbawa) merupakan ibukota kecamatan dengan ketinggian terendah dari permukaan air laut. Wilayah yang didominasi kemiringan lahan >40% adalah Kecamatan Batulanteh, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lenangguar, dan Kecamatan Orong Telu.

GAMBAR 2.2. PETA TOPOGRAFI KABUPATEN SUMBAWA

  Sumber : Profil Daerah Kabupaten Sumbawa, 2015

  

Klimatologis. Berdasarkan data statistik dari lembaga meteorologi, temperatur maksimum pada tahun

  2012 berkisar antara 31,6°C

  • – 37,4°C (rata-rata 34,4°C), dan temperatur minimum berkisar antara 17,0°C - 22,8°C (rata-rata 20,7°C). Temperatur tertinggi terjadi pada bulan Nopember dan terendah ada bulan Agustus. Sebagai daerah tropis, Kabupaten Sumbawa mempunyai rata-rata kelembaban sebesar 78,0% dengan kisaran absolut minimum 67% (pada bulan Agustus dan September) dan maksimum 89% (pada bulan Januari). Curah hujan Kabupaten Sumbawa berkisar dari 30,5 mm
  • – 465,5 mm (rata-rata 1303,8 mm) dengan jumlah hari hujan 127 hari dan penguapan 66 mm. Adanya gejala alam seperti El Nino yang melanda sebagian wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Sumbawa, berpengaruh terhadap banyaknya hari hujan dan curah hujan. Hal ini terlihat dari banyaknya hari hujan dan curah hujan yang terjadi sepanjang tahun 2009. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya jumlah hari hujan terlihat lebih sedikit yaitu sebanyak 94 hari, dengan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Februari sebanyak 24 hari. Demikian juga dengan curah hujan, dimana curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 300 mm. Satu hal yang dapat berpengaruh terhadap hari hujan dan curah hujan adalah besarnya penguapan. Karena banyak sedikitnya penguapan dapat berpengaruh terhadap banyak sedikitnya hari hujan dan curah hujan yang terjadi pada periode berikutnya. Selama tahun 2010 penguapan berkisar antara 4,8 hingga 8,8 mm.
GAMBAR 2.3. PETA KLIMATOLOGI KAB. SUMBAWA

  Sumber : Profil Daerah Kabupaten Sumbawa, 2015

  

Geologi. Dalam Peta Tatanan Geologi dan Gunung Berapi Indonesia, Kabupaten Sumbawa tempat

  pertemuan 2 lempeng aktif dunia yaitu Lempeng Indo-Australia (bagian selatan) dan Lempeng Eurasia (bagian utara). Kondisi geologis tersebut menyebabkan Kabupaten Sumbawa kaya akan deposit sumberdaya mineral sekaligus rawan terhadap bencana alam.

  Sumberdaya mineral potensial berupa emas (180 ribu m3), tembaga (1,575 juta m3), lempung/tanah liat (5,9 juta m3), batu gamping (274,29 juta m3) dan marmer (43,06 juta m3), pasir besi (304,5 m3), sirtu (793 ribu m3) dan batu bangunan (269,22 juta m3). Potensi energi panas bumi juga terdapat di Kecamatan Maronge dengan potensi 6 Mwe untuk pemanfaatan langsung. Potensi angin juga cukup memadai untuk pembangkit listrik skala kecil terutama pada 6 kecamatan yakni Alas Barat (376,177 watt), Labuhan Badas (612,541 watt), Labangka (525,177 watt), Empang (376,177 watt), Plampang (313,621 watt) dan Lape (258,415 watt). Demikian pula potensi sumberdaya air, disamping digunakan sebagai air irigasi juga dapat digunakan untuk Pembangkit Listrik Mikro Hidro yang terdapat di 16 lokasi potensial dengan potensi energi 3.082 Kwatt.

2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Sumbawa

  Berdasarkan kondisi karakteristik wilayah dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti terlihat pada tabel berikut :

TABEL 2.3. POTENSI KAWASAN BUDIDAYA KAB. SUMBAWA No. Jenis Kawasan Lokasi

  1 Kawasan Hutan Produksi  Kawasan Hutan Produksi Tetap yaitu Ngali Tetap RTK 12 (1.135,10 Ha), Serading RTK 36 (826 Ha), Pusuk Pao RTK 38 (2.072,30 Ha), Buin Soway RTK 57 (3.813,90 Ha), Selalu Legini RTK 59 (5.415 Ha), Klongkang P. Ngengas RTK 60 (976,06 Ha), Batu Lanteh RTK 61 (1.891,40 Ha), Dodo Jaran Pusang RTK 64 (12.571,10 Ha), Ampang Kampaja RTK 70 (11.113 Ha), Olat Lake/Olat Cabe RTK 78 (3.451,78 Ha), Gili Ngara/Olat Puna RTK 79

  (2.617,80 Ha), P. Rai Rakit Kwangko RTK 80 (4.745,31 Ha), Samoko Lito RTK 89 (251,50 Ha).

  2 Kawasan Peruntukan  Kawasan Alas dan Pantai Utara Kabupaten Perikanan, Kelautan, Pesisir

  Sumbawa dan sekitarnya sebagai kawasan dan Pulau Kecil penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, cagar wisata, konservasi terumbu karang dan lamun, perlindungan cagar alam dan pelabuhan;

   Kawasan Teluk Saleh dan sekitarnya sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, wisata bahari, pelestarian ekosistem dan pelabuhan;

  3 Kawasan Peruntukan  Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi Pertanian terdiri dari beririgasi teknis seluas 17.714 Ha;

   Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi setengah teknis seluas 8.839 Ha;  Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi  sederhana seluas4.602 Ha;  Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi non  PU seluas 4.397Ha;  Kawasan pertanian lahan sawah tadah hujan seluas 7.627 Ha;  Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering tersebar di seluruh kecamatan seluas  23.795 Ha.

   Kawasan pertanian tanaman hortikultura semusim tersebar di seluruh wilayah kecamatan seluas 91.905 Ha.

  No. Jenis Kawasan Lokasi

  4 Kawasan Peruntukan Perkebunan

   Perkebunan dikembangkan di Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIM-Bun): Rhee dengan tanaman unggulan kelapa, jambu mete; Batulanteh dengan tanaman unggulan kopi,  Komoditi unggulan jambu mete di KIM-Bun : Utan Rhee,  Komoditi kelapa di KIM-Bun : Sumbawa;  Komoditi kopi di KIM-Bun : Batulanteh,  Komoditi kemiri di KIM-Bun : Batulanteh,  Kawasan perkebunan dikembangkan kegiatan agroindustri Hasil tanaman perkebunan dan tanaman komoditi unggulan;

  5 Kawasan Peruntukan Pertambangan

   WUP operasi produksi di Pulau Sumbawa seluas 100.536,29 Ha  Zona-zona tertentu yang telah dinyatakan layak berdasarkan Hasil kajian teknis, ekonomi dan lingkungan.

  6 Kawasan Peruntukan Peternakan

   Kec. Rhee (240 Ha), Lape Lopok (1.426 Ha), Moyo Hilir (13.097 Ha), Moyo Hulu (1.175 Ha), Utan (1.025 Ha), Empang (920 Ha), Tarano (685 Ha), Plampang (1.455 Ha), Labangka (458 Ha), Maronge (1.700 Ha), Ropang (0.539 Ha), Batu Lanteh (269 Ha).

2.3. Demografi Dan Urbanisasi

  Persebaran penduduk berkaitan dengan keseimbangan daya dukung lingkungan (luas wilayah). Dari sisi wilayah, Kabupaten Sumbawa yang seluas 6.643,98 Km² memiliki kepadatan penduduk yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dimana pada tahun 2004 kepadatan penduduk Kabupaten Sumbawa 63 orang/km² menjadi 85 orang/km² pada tahun 2014. Selama kurun waktu 2 tahun terakhir (tahun 2013 sampai 2014), penduduk Kabupaten Sumbawa telah meningkat yaitu dari 558.761 pada tahun 2013 menjadi 565.680 pada tahun 2014. Tingkat laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumbawa pada periode tahun 2013 -2014 adalah 1,22. Sementara itu rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumbawa pada periode tahun 2013 - 2014 adalah pada kisaran 1.79%. Data rincian Jumlah Penduduk per Kecamatan dalam kurun waktu 2013-2014 Kabupaten Sumbawa disajikan pada tabel 2.4. berikut ini :

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2014 NO KECAMATAN

TAHUN 2013 TAHUN 2014 (%) LAKI- LAKI

  

PEREMPUAN

LAKI-

LAKI PEREMPUAN

  2 Orong Telu 3.153 2.889 3..188 2914

  20 Plampang 17.812 17.959 18045 18169

  1.28

  16 Lenangguar 4.196 4.002 4249 4053

  1.47

  17 Lantung 2.295 2.367 2299 2379

  0.83

  18 Lape 10.850 10.829 11022 11011

  3.89

  19 Lopok 11.515 11.862 11703 12068

  4.20

  6.40

  4.75

  21 Labangka 6.416 6.018 6606 6204

  2.26

  22 Maronge 6.451 6.526 6500 6607

  2.32

  23 Empang 14.586 14.481 14693 14556

  5.17

  24 Tarano 10.195 10.284 10372 10438

  3.68 Jumlah 278.958 279.803 282.223 283.457 100.00 Sumber : Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumbawa, 2014 Tingkat laju pertumbuhan penduduk pada masing-masing kecamatan berdistribusi normal (relatif merata), artinya tidak ada kecamatan yang mempunyai laju pertumbuhan penduduk sebagai angka pertumbuhan pencilan kecuali Kecamatan Sumbawa yang jauh di atas kecamatan lainnya. Hal ini cukup dipahami karena dinamika penduduk di kecamatan ini relatif tinggi disebabkan oleh posisinya sebagai ibukota kabupaten dan sekaligus sebagai pusat aktivitas ekonomi dan perdagangan. Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan rasio jenis kelamin (sexratio), yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin atau perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan dapat menjadi dasar dalam pemenuhan berbagai ragam aspek pelayanan, jenis pelayanan untuk penduduk laki-laki dan perempuan. Selain itu rasio jenis kelamin juga menggambarkan pola migrasi penduduk laki-laki dan

  1 Lunyuk 11.933 11.239 12233 11553

  15 Ropang 3.874 3.338 3893 3375

  14 Moyo Hulu 13.158 13.364 13.329 13562

  1.08

  1.70

  3 Alas 18.226 19.155 18.337 19313

  6.65

  4 Alas Barat 14.112 13.778 14.345 14112

  5.03

  5 Buer 9.134 9.741 9.203 9835

  3.36

  6 Utan 19.485 20.777 19.792 21060

  7.22

  7 Rhee 4.739 4.788 4.783 4858

  8 Batulanteh 7.078 6.453 7.228 6578

  2.20

  2.44

  9 Sumbawa 36.334 35.974 36.283 36034

  12.78

  10 Labuhan Badas 20.636 20.656 20.787 20832

  7.35

  11 Unter Iwes 12.593 12.499 12.774 12861

  4.53

  12 Moyo Hilir 14.142 14.717 14.391 15004

  5.19

  4.20

  13 Moyo Utara 6.045 6.107 6.168 6261 perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Sumbawa selama dua tahun terakhir berada di atas 100 yaitu 104. Berdasarkan data sensus penduduk yang dilakukan setiap kurun waktu 10 tahun, secara rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumbawa 1,5%. Data SP dalam kurun waktu 1971-2010 untuk kabupaten Sumbawa disajikan pada tabel 2.5. berikut ini.

Tabel 2.5. Jumlah Pendudukan Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk NO JENIS KELAMIN TAHUN 2013 TAHUN 2014

  1 Laki-Laki 278.958 282.223

  2 Perempuan 279.803 283.457 Jumlah 558.761 565.680

  Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumbawa Tahun 2014 Dari tabel di atas dalam kurun waktu 2 tahun yaitu tahun 2013-2014 terjadi penambahan penduduk sebanyak 6.919 jiwa. Namun bila dibandingkan periode sensus penduduk tahun 2010 sampai dengan 2014 yang bertambah 149.891 jiwa maka penambahan penduduk empat tahun terakhir sebesar 26,50 %. Adapun sex rasio atau perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan, dalam kurun waktu 2013-2014 tidak banyak mengalami perubahan yakni berkisar antara 1,31 (tahun 2013) dan 1,17 ditahun 2014. Sehingga komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin relative tidak mengalami perubahan.

  Berdasarkan data sensus penduduk, data penduduk Kabupaten Sumbawa dapat diolah lebih lanjut dapat diperoleh gambaran rata-rata pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu antar sensus sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 2.1. berikut ini.

  

GRAFIK 2.1. Rata-Rata Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumbawa

Antar Periode Sensus (SP 1980, SP 1990, SP 2000 dan SP 2010)

  Sumber : Data Olahan, 2016 Dalam kurun waktu 2000-2010 terjadi pertumbuhan penduduk rata-rata 1,53% per tahun dengan pertumbuhan laki-laki 1,56% dan perempuan 1,50%. Pertumbuhan penduduk tersebut lebih rendah dibandingkan 10 tahun sebelumnya yakni kurun waktu 1990-2000 yakni dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 1,80% per tahun dengan pertumbuhan laki-laki mencapai 2% per tahun dan perempuan 1,60%. Jika dilihat rata-rata pertumbuhan penduduk dari kurun waktu 1980-2010 terjadi trend penurunan rata-rata pertumbuhan penduduk hampir separuhnya (dari 2,95% per tahun menjadi 1,53% per tahun). Data ini menggambarkan keberhasilan program pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sumbawa dalam 10 tahun terakhir.

  Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, juga terjadi peningkatan jumlah Kepala Keluarga (KK). Jika pada tahun 2013 jumlah KK mencapai 122.532 KK maka pada tahun 2014 berjumlah 125.915 KK bertambah 3.383 KK atau mengalami peningkatan 2,70%. Distribusi masing-masing kecamatan sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.6. berikut ini.

TABEL 2.6. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2012-2014

  Sumber : Data Olahan, 2016 Keterangan: *) pertumbuhan dari tahun 2012 ke tahun 2014 (BPS)

2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

2.4.1. Ekonomi

  Sektor pertanian memegang peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Kabupaten Sumbawa dengan lahan pertanian yang sangat luas memiliki potensi penting dalam menyumbang stok pangan nasional. Pertanian Tanaman Pangan : Pertanian tanaman pangan terdiri dari padi, palawija, sayur-mayur dan buah-buahan.

  

Perikanan : Produksi ikan di Kabupaten Sumbawa sangat ditunjang oleh perairan lautnya yang luas.

  Semua Kecamatan di Kabupaten Sumbawa berpotensi untuk menghasilkan ikan kecuali Kecamatan Batulanteh, hal ini disebabkan karena kecamatan ini tidak mempunyai pantai. Produksi ikan terbesar tahun 2010 terdapat di Kecamatan Labuhan Badas yaitu sebesar 6.207,61 ton.

  

Peternakan : Kabupaten Sumbawa terkenal sebagai daerah penghasil ternak di Nusa Tenggara Barat.

  Produksi ternak banyak yang diekspor ke luar daerah seperti ke Pulau Jawa. Populasi ternak di daerah ini cenderung berfluktuasi, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya pengiriman ternak yang berlebihan atau adanya faktor-faktor lain. Populasi ternak sapi, babi dan ayam buras mengalami pertumbuhan yang cukup baik dari tahun ke tahun, dibandingkan dengan ternak lain. Hingga tahun 2010, populasi ternak kerbau mencapai 56.636 ekor, sapi 129.194 ekor dan ayam buras 568.038 ekor.

  

Perkebunan : Subsektor tanaman perkebunan diharapkan akan menjadi andalan ekspor Kabupaten

  Sumbawa. Beberapa jenis komoditi hasil perkebunan yang cukup potensi antara lain kopi, jambu mente, kelapa, asam, kemiri dan lain sebagainya. Rata-rata produksi komoditi tersebut mengalami peningkatan, terutama tanaman kelapa, jambu mente, dan tebu. Produksi kelapa pada tahun 2009 mencapai 3.033,99 ton, jambu mente 2.058,30 ton, dan tebu 358,20 ton.

  

Kehutanan : Adanya pengetatan pemerintah di sub sektor kehutanan, menyebabkan produksi

  kehutanan terjadi penurunan. Beberapa hasil kehutanan daerah Sumbawa merupakan komoditi ekspor yang sangat laris, seperti hasil olahan kayu, rotan, sarang burung, madu dan lain-lain. Untuk melestarikan hutan di daerah ini pemerintah telah mengadakan penghijauan hutan dengan penanaman kayu sebagai hutan tanaman industri. Beberapa jenis tanaman tersebut adalah Johar, Jati, Mahoni dan lain sebagainya.

  

Agraria : Dari data penggunaan tanah terlihat bahwa jumlah sertifikat tanah pada tahun 2008 sebanyak

  3.388 yang terdiri dari 3.318 berstatus Hak Milik, 11 berstatus Hak Guna Bangunan sedangkan sisanya sebanyak 59 berstatus hak Pakai.

  2.4.2. Sosial Budaya

  Penduduk di kabupaten Sumbawa mayoritas beragama Islam, diikuti beragama Hindu, Katolik, Protestan dan yang paling sedikit beragama Budha. Penduduk asli Kabupaten Sumbawa yaitu suku Sumbawa atau lebih dikenal atau sering disebut dengan nama ”Tau Samawa”. Secara umum struktur mata pencaharian penduduk Kabupaten Sumbawa adalah mayoritas berada di sektor pertanian dalam arti luas, yaitu pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Secara adat istiadat masyarakat Kabupaten Sumbawa cenderung adaptif dengan kemajuan jaman. Di sektor pertanian misalnya, perkembangan pola tanam SRI yang mengedepankan manajemen pertanian yang lebih baik sudah mulai banyak diadopsi oleh petani-petani di seluruh kecamatan di Kabupaten Sumbawa, demikian juga dengan subsektor peternakan, dan perikanan.

  2.4.3. Gender

  Pengarustamaan gender di Kabupaten Sumbawa telah menjadi kebijakan utama dalam rangka pelaksanaan pembangunan di daerah. Di dalam RPJMD Kabupaten Sumbawa tahun 2011-2015 telah ditetapkan bahwa Misi I (Pertama) Pembangunan Jangka Menengah adalah Mengembangkan masyarakat yang religius/ beriman, berbudaya, menghargai pluralitas, kesetaraan gender dan berkesadaran hukum. Dengan demikian Isu Gender telah tertuang dalam kebijakan daerah Kabupaten Sumbawa yaitu Tujuan dan Sasaran Strategis Pembangunan Daerah, dimana tujuan pembangunan daerah melalui Misi Pertama RJMD 2011-2015 adalah Terwujudnya Masyarakat Yang Menghargai Kesetaraan Gender. Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai adalah membaiknya kesadaran Gender masyarakat.

  Indikator kinerja dalam implementasi Kesetaraan Gender di Kabupaten Sumbawa diukur melalui empat indikator yaitu 1) Partisipasi perempuan dalam Lembaga Pemerintahan; 2) Jumlah perempuan pada jabatan struktural; 3) Partisipasi perempuan di lembaga swasta dan 4) Rasio kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Adapun target yang telah ditetapkan dan tertuang dalam RPJMD 2011-2015 Kabupaten Sumbawa adalah :

Tabel 2.7. Target Pengarustamaan Gender Kabupaten Sumbawa Tahun 2015 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

  1 Membaiknya kesadaran

  1. Persentase Partisipasi 119,61 gender masyarakat. perempuan dalam Lembaga Pemerintahan

  2. Jumlah perempuan 481 pada jabatan struktural

  3. Persentase Partisipasi 64,18 perempuan di lembaga swasta

  4. Rasio kekerasan dalam 0,053 Rumah Tangga (KDRT)

  Sumber : LAKIP Pemda Kabupaten Sumbawa 2015 Untuk mewujudkan target RJMD tersebut Pemerintah Kabupaten Sumbawa Tahun 2015 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 26.946.450,- untuk Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan perempuan dan Rp. 97.049.725,- untuk Program Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan Gender dan Anak. Dengan anggaran tersebut capaian kinerja yang telah diraih dalam mengimlementasikan pengarustamaan Gender di Kabuaten Sumbawa adalah sebagai berikut :

TABEL 2.7. Caaian Kinerja Pengarustamaan Gender Kab. Sumbawa

  Sumber : LAKIP Pemda Kabupaten Sumbawa 2015 Berdasarkan pengukuran kinerja sasaran ini, pada masing-masing indikator di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut :  Secara simultan rata-rata pencapaian kinerja sasaran pada tahun 2015 sebesar 161,55 meningkat ibanding tahun 2014 yang mencapai 91,09 persen.  Sumbangan terbesar pencapaian rata-rata simultan ini adalah disumbangkan oleh indikator “Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah”.  Sedangkan secara parsial, 50 persen indikatro sasaran ini masih belum mencapai target yang ditetapkan dan berada pada zona kriteria Kurang (<50 persen).  Jumlah perempuan di struktur birokrasi menurut BKPP Kabupaten Sumbawa bahwa rata-rata sebesar 45 persen dari jumlah pegawai negeri secara keseluruhan di Kabupaten Sumbawa. Proporsi ini meningkat terus dari tahun-tahun sebelumnya dimana pada tahun 2013 sebesar 43 persen dan tahun 2014 sebesar 43 persen.

   Lebih lanjut menurut BKPP Kabuaten Sumbawa bahwa Komposisi perempuan dalam jabatan struktural adalah sebesar 36 persen dan pergerakan dari tahun sebelumnya relatif tetap.  Partisipasi perempuan dalam penyelenggaraan pemerintahan meningkat setiap tahun, dimana kesenjangan jumlah PNS laki-laki dan perempuan semakin kecil. Namun dalam komposisi perempuan dalam jabatan-jabatan publik masih relatif kecil. Kesetaraan dan keadilan gender juga merupakan komponen yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan ekonomi. Partisipasi dan kesempatan kerja yang terbatas yang dialami perempuan secara langsung akan mempengaruhi kesejahteraan perempuan maupun keluarganya. Demikian pula diskriminasi upahyang dialami perempuan akan secara langsung mempengaruhi kualitas hidup serta kesejahteraan perempuan dan keluarganya. Sementara itu, berbagai diskriminasi yang dialami perempuan di tempat kerja juga turut dipengaruhi oleh berbagai aspek lainnya yang dialami perempuan. Pertama adalah akses perempuan yang sangat lemah terhadap pendidikan, khususnya pendidikan yang semakin tinggi, sehingga umumya perempuan kurang memiliki pengetahuan dan keahlian yang tinggi. Kedua adalah akses perempuan yang lemah terhadap pelayanan kesehatan yang memadai, sehingga mempengaruhi kualitas kesehatannya. Kedua hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi produktivitas perempuan yang relatif rendah dibanding laki-laki. Dengan demikian, kesetaraan dan keadilan gender yang lebih merata akan mendorong tingkat produktivitas, pertumbuhan ekonomi daerah, serta pemerataan hasil-hasil pembangunan.

  Selain itu indikator pembangunan gender adalah Indeks Pembangunan Gender. Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan capaian pembangunan yang sudah mengakomodasi persoalan gender. IPG merupakan ukuran pembangunan manusia yang merupakan komposit dari empat indikator, yang lebih menekankan status perempuan khususnya dalam mengukur kemampuan dasar. Tingkat keberhasilan capaian pembangunan yang sudah mengakomodasi persoalan gender salah satunya diukur dengan IPG (Indeks Pembangunan Gender). IPG digunakan untuk mengukur pencapaian dalam dimensi yang sama dan menggunakan indikator yang sama dengan

  IPM, namun lebih diarahkan untuk mengungkapkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG. Angka IPG Kabupaten Sumbawa berdasarkan data Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKPP) Kabupaten Sumbawa adalah sebesar 64,63. Kesenjangan ini disebabkan beberapa hal yaitu :  Adanya kondisi relatif rendahnya kesenjangan gender yang terjadi di Kabupaten Sumbawa, yang ditunjukkan melalui besaran angka IPM yang lebih rendah dibanding angka IPG. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa tidak terdapat persoalan kesenjangan gender di Kabupaten Sumbawa.

   Indikator komposit kesenjangan gender, yaitu IPG menunjukkan angka yang lebih tinggi dibanding

  IPM, dimana rasio IPG terhadap IPM adalah sebesar 102,78. Besaran rasio yang diperoleh berdasarkan perbandingan antara IPG terhadap IPM pada kisaran > 100 persen. Hal ini dapat dimaknai, bahwa kesenjangan gender relatif tidak terjadi.

  Pemerintah Kabupaten Sumbawa terus berupaya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui beberapa kebijakan dan program-program. Namun pada praktiknya masih banyak menemui kendala dan tantangan. Kesetaraan gender (gender equity) lebih dimaknai sebagai kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpartisipasi di segala bidang. Sementara keadilan gender (gender equality) merupakan proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki, sehingga dalam menjalankan kehidupan bernegara dan bermasyarakat, tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

  

GRAFIK 2.2. Indeks Keterwakilan dalam Jabatan Publik Laki-laki dan Perempuan

  Sumber : BAPPENAS, 2015 Partisipasi perempuan di politik masih sangat rendah. Indeks keterwakilan dalam jabatan publik memperlihatkan kesenjangan yang sangat lebar antara pencapaian laki-laki dan pencapaian perempuan secara umum di Indonesia maupun secara khusus di seluruh provinsi. Nilai indeks untuk laki-laki mencapai 0,807 sementara untuk perempuan hanya 0,193. Hal ini memperlihatkan bahwa pencapaian pembangunan dalam aspek keterwakilan dalam jabatan publik pada laki-laki adalah sebesar 80,7 persen, sementara pencapaian yang sama pada perempuan hanya 19,3 persen. Perbedaan sebesar 0,614 memperlihatkan bahwa ada kerugian pembangunan sebesar 61,4 persen akibat adanya kesenjangan pencapaian tersebut di atas.

  Sebenarnya dalam hal keterwakilan perempuan di lembaga legislatif/parlemen, pembangunan kesetaraan dan keadilan gender mendapat dukungan tersen diri dengan adanya Undang-undang No. 27 tahun 2007 tentang Komisi PemilihanUmum (KPU), Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah. Semua undang-undang tersebut menetapkan adanya kuota sebesar 30 persen bagi keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik di tingkat pusat dan daerah, dalam daftar yang diajukan untuk calon anggota legislatif. Kuota tersebut telah diikuti oleh seluruh partai yang politik yang mengikuti pemilihan umum 2009. Namun demikian, dalam kenyataannya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif tingkat pusat dan tingkat provinsi umumnya belum dapat mencapai kuota tersebut. Secara umum di Indonesia persentase perempuan di parlemen baru sebesar 19,3 persen, jauh di bawah kuota yang ditetapkan. Dalam upaya pencapaian sasaran “Membaiknya Kesadaran Gender” beberapa upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Di bidang kesehatan reproduksi, kebijakan diarahkan untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan reproduksi. Penyediaan layanan yang memadai, khususnya terkait dengan tenaga kesehatan terlatih. 2) Di bidang pendidikan, kebijakan diarahkan untuk memastikan pembangunan pendidikan yang lebih merata antara wilayah, dengan tetap menjamin adanya peningkatan pencapaian pendidikan baik pada laki-laki maupun perempuan. 3) Di bidang ekonomi, kebijakan diarahkan bukan saja untuk menutup kesenjangan gender yang terjadi di aspek ini, tetapi juga untuk meningkatkan partisipasi ekonomi khususnya pada perempuan. Regulasi tentang upah perlu dikembangkan untuk tidak hanya mencakup pekerjaan- pekerjaan di sektor formal, namun juga dapat di sektor informal. 4) Di bidang keterwakilan dalam jabatan publik, kebijakan diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan perempuan di parlemen (dan juga lembaga eksekutif dan yudikatif) yang rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong adanya reformasi internal dalam partai politik untuk mempertimbangkan aspek kesetaraan dan keadilan gender, melakukan penguatan kapasitas perempuan dengan berjenjang dan terencana secara baik. 5) Sementara itu, di bidang perlindungan terhadap kekerasan, kebijakan secara khusus diarahkan untuk meningkatkan perlindungan terhadap kekerasan terhadap perempuan. Hal ini terutama perlu dilakukan dengan memastikan tersedianya pusat-pusat pelayanan secara merata, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, yang dapat menjalankan fungsinya dengan berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah terkait. Dalam pencapaian Sasaran Strategis ini, beberapa program/kegiatan pokok disamping program/kegiatan pendukung terkait sasaran ini sebagai berikut :

TABEL 2.8. Program/Kegiatan Terkait Sasaran Strategis Tahun 2015

  Sumber : BKPP Kabupaten Sumbawa, 2015

2.4.4. Mitigasi Bencana

  Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi. Beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung api, tanah Iongsor, angin ribut, kebakaran hutan dan lahan, letusan gunung api. Potensi bencana yang ada dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain. Kebijakan yang ditempuh Pemerintah Kabupaten Sumbawa dalam mitigasi bencana adalah sosialisasi mitigasi bencana, yaitu meliputi: a) Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-masing.

  b) Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.

  c) Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.

  d) Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

  Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah dalam hal penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Salah satu kewenangan tersebut adalah pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang dalam level provinsi dan/atau kabupaten/kota. Sejauh ini, Daerah belum memiliki kapasitas yang memadai untuk memenuhi semua kebutuhannya sendiri baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun Dana Alokasi Umum (DAU) termasuk pembiayaan aktifitas penanggulangan bencana.

  Kabupaten Sumbawa termasuk salah satu daerah rawan bencana di Indonesia dengan kategori 'TINGGI'. Hasil pengukuran Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2013, Kabupaten Sumbawa memiliki skor 150 (range skor : >144) dalam hal tingkat kerawanan bencana baik berupa bencana alam maupun non alam. Dengan nilai skor tersebut, Sumbawa menempati urutan 9 di lingkup NTB dan rangking 293 secara Nasional. Beberapa potensi ancaman bencana di Kabupaten Sumbawa, antara lain : gempa bumi (401), tsunami (109), longsor (124), gelombang ekstrim dan abrasi (14), kebakaran lahan dan hutan (90), cuaca ekstrim (429) dan kekeringan (471).

  Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa terbentuk berdasarkan Peraturan Bupati No. 53 Tahun 2010 sehingga belum memiliki kapasitas kelembagaan yang memadai untuk menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal. Kapasitas kelembagaan dimaksud terkait dengan kemampuan dalam hal-hal sebagai berikut : penyusunan kebijakan; perencanaan dan penganggaran; pendanaan; serta pelibatan partisipasi masyarakat dan institusi lokal. Kelemahan kapasitas kelembagaan tersebut berimplikasi pada belum tersusunnya sejumlah instrumen perencanaan penanggulangan bencana daerah seperti : Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), Rencana Aksi Daerah (RAD), Rencana Kontijensi (Rekon) dan Standar Operasional Prosedur (SOP).

  Di samping itu, kebijakan penanggulangan bencana daerah belum terintegrasi ke dalam kerangka perencanaan dan pengganggaran pembangunan daerah. Akibatnya, kebijakan penanggulangan bencana daerah (kesiap-siagaan, tanggap-darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi serta pembangunan berkelanjutan) belum menjadi satu kesatuan yang utuh melainkan masih bersifat sektoral. BPBD sendiri terlihat lebih menjalankan mandat lembaga penanggulangan bencana nasional (BNPB) daripada berfungsi sebagai instansi/lembaga penanggulangan bencana daerah secara otonom dan mandiri.

  Lemahnya kapasitas kelembagaan BPBD dalam menjalankan fungsi dan perannya juga disebabkan oleh minimnya alokasi anggaran daerah. Pemerintah Kabupaten Sumbawa belum mengalokasikan anggaran dalam jumlah yang memadai dalam APBD untuk penanggulangan bencana khususnya kesiap-siagaan, tanggap darurat serta rehabilitasi dan rekonstruksi. Padahal, ketiga aspek tersebut membutuhkan penanganan secara cepat jika bencana terjadi. Alokasi anggaran untuk tanggap darurat (saat terjadi bencana) sendiri masih memanfaatkan dana tidak terduga pada Sekretariat Daerah. Sementara, anggaran untuk tujuan kesiapsiaagan (pra bencana) serta rehabilitasi dan rekonstruksi (pasca bencana) sangat tergantung pada bantuan dari Pemerintah Propinsi (APBD I) dan Pemerintah Pusat (APBN).