Evaluasi ketaatan pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakartra antara pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu ketaatan serta dampak terapinya periode Juni-Juli 2009 (kajian terhadap penggunaan obat golongan saluran pernafasan) - USD Repo

  

EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI

YOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI versus

  

INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN SERTA DAMPAK

TERAPINYA PERIODE JUNI-JULI 2009

(Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Saluran Pernafasan)

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Shielanita Eulampia NIM : 068114101

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Karya kecilku ini kupersembahkan untuk :

  Allah Bapa di surga yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, Papa dan Mama atas kasih sayang, doa dan dukungannya baik moral dan materiil Kakak dan adikku tersayang Sahabat-sahabatku tercinta dan Almamaterku…

  

PRAKATA

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan kasih karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti

  

Rini Yogyakarta Antara Pasien Yang Diberi Informasi Versus Informasi Plus

Alat Bantu Ketaatan Serta Dampak Terapinya Periode Juni-Juli 2009 (Kajian

terhadap Penggunaan Obat Golongan Saluran Pernafasan)” ini dengan baik

  sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi, Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

  1. Direktur Rumah Sakit RS Panti Rini Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di RS Panti Rini.

  2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma dan sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritikan yang membangun selama penyusunan skripsi ini.

  3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. 4. dr. Fenty, M.Kes., SpPK. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritikan yang membangun selama penyusunan skripsi ini.

  5. Bapak Hari Budiarto, selaku kepala bagian Rekam Medis RS Panti Rini yang

  6. Ibu Bety Husadani, S.Si., Apt selaku apoteker di instalasi Farmasi RS Panti Rini yang dengan senang hati memberikan bantuan dan arahan selama penulis melakukan penelitian di RS Panti Rini.

  7. Seluruh pasien rawat jalan RS Panti Rini yang telah bersedia mengikuti penelitian ini dan atas penerimaan yang baik saat penulis melakukan home visit serta dukungan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  8. Papa dan mama tercinta atas kasih sayang, doa, dukungan semangat, pengertian serta bantuan finansial hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  9. Kakak dan adikku yang telah memberikan semangat, dukungan, serta doa hingga terselesaikannya skripsi ini.

  10. Teman-teman kelompok payung, yaitu Tiara, Oline, Vero, May, Mbak Rian, Dewi dan Arum yang telah saling menguatkan, memberikan semangat dan bantuan kepada peneliti serta bersama-sama menjalani suka dan duka selama menjalankan penelitian ini.

  11. Sahabatku Reyni, Rosa, dan Sekar yang telah memberikan dorongan semangat dan banyak membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  12. Teman-teman kelas B dan FKK angkatan 2006, terima kasih atas kebersamaannya dan pengalaman yang tak terlupakan selama menjalani kuliah dan praktikum serta dorongan semangat yang telah diberikan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

  13. Dan seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu disini, baik secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu hingga

  

INTISARI

  Ketaatan dalam penggunaan obat merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan suatu terapi dan peningkatan kualitas hidup pasien. Gangguan saluran pernafasan merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan ketaatan dalam pengobatannya untuk menurunkan morbiditas penyakit serta mencegah kekambuhan. Rata-rata ketidaktaatan pasien dengan gangguan saluran pernafasan kronis lebih besar daripada pasien penyakit kronis. Pemberian edukasi dan informasi obat secara verbal saja tidak menjamin seorang pasien paham akan pengobatannya dengan benar. Oleh karenanya, perlu dibuat suatu alat bantu yang dapat meningkatkan ketaatan pasien dalam pengobatan.

  Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi ketaatan pasien yang diberi informasi dan informasi plus alat bantu ketaatan serta dampak terapinya. Penelitian ini termasuk eksperimental semu dengan rancangan pola searah. Pengambilan data dilakukan dengan melihat data Rekam Medis (RM) dan home visit ke rumah pasien. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney, Chi Square, Fisher’s serta Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 90%.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketaatan berdasarkan jumlah obat yang digunakan memiliki perbedaan tidak bermakna, ketaatan berdasarkan aturan pakai menunjukkan perbedaan tidak bermakna serta ketaatan berdasarkan jumlah keseluruhan obat yang diterima pasien menunjukkan perbedaan tidak bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Selain itu, dampak terapi yang dirasakan pasien berbeda tidak bermakna.

  Kata kunci : ketaatan, alat bantu ketaatan, obat golongan saluran pernafasan

  

ABSTRACT

  Compliance in the drug usage is crucial to the success of a therapy and improved quality of life of patients. Respiratory disorders is a disease that requires treatment compliance in order to reduce morbidity and prevent recurrence of disease. The average non-compliance of patients with chronic respiratory disorders is greater than the patient’s chronic disease. Providing of education and verbal information does not guarantee a patient use the medication correctly. Therefore, it needs an aid to increase understanding of patient and improve patient compliance during treatment.

  The purpose of this study was to evaluate the compliance of patients who were given information and information plus compliance aids with impact therapy. This research is a quasi-experimental with direction pattern design. Data retrieval is done by seeing the patients medical record (MR) and home visit. Data analysis using Mann Whitney Test, Chi Square, Fisher’s and Kolmogorov-Smirnov with 90% confidence level.

  The results showed that the compliance based on the number of drugs used have no significant differences, according to the regimen dosage showed no significant differences as well as compliance based on the total number of patients received the drug showed no significant differences between treatment groups and control groups. In addition, the impact therapy have no significant differences.

  Keyword : compliance, compliance aids, respiratory drugs

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL……………………………………………………... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH…………………... v PRAKATA……………………………………………………………..….. vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………….….. vii

  INTISARI………………………………………………………………..… ix ABSTRACT……………………………………………………………...…x DAFTAR ISI…………………………………………………………..…... xi DAFTAR TABEL……………………………………………………..…... xv DAFTAR GAMBAR………………………………………………….…... xvii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….…… xviii

  BAB I PENGANTAR……………………………………………….....….. 1 A. Latar Belakang………………………………………………................. 1

  1. Perumusan masalah……………………………………………….. 4

  2. Keaslian penelitian………………………………………………... 4

  3. Manfaat penelitian…………………………………………………5

  B. Tujuan Penelitian……………………………………………………..... 5

  1. Tujuan umum……………………………………………………... 5

  2. Tujuan khusus…………………………………………………….. 5

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……………………………………... 6 A. Pharmaceutical Care…………………………………………………. 6 B. Drug Therapy Problems (DTPs)……………………………………… 7 C. Ketaatan Penggunaan Obat (Patient Compliance)…………………… 9 D. Anatomi Sistem Pernafasan…………………………………………… 12

2. Sistem pernafasan bagian bawah…………………………………. 13

E. Gangguan Saluran Pernafasan………………………………………… 14

  1. Gangguan ventilasi obstruktif…………………………………….. 15

F. Asthma (Asma)………………………………………………………… 15

G. Bronchitis (Bronkhitis)………………………………………………… 20

H. Cough (Batuk)………………………………………………………… 23

  2. Epidemiologi……………………………………………………… 23

  BAB III METODE PENELITIAN………………………………………... 28 A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………. 28

  J. Hipotesis………………………………………………………………. 27

  6. Strategi terapi……………………………………………………... 25

  5. Manifestasi klinik…………………………………………………. 24

  4. Patofisiologi………………………………………………………..24

  3. Etiologi……………………………………………………………. 23

  1. Definisi……………………………………………………………. 23

  2. Gangguan ventilasi restriktif……………………………………… 15

  6. Strategi terapi……………………………………………………... 22

  5. Manifestasi klinik…………………………………………………. 21

  4. Patofisiologi………………………………………………………. 21

  3. Etiologi……………………………………………………………. 20

  2. Epidemiologi……………………………………………………… 20

  1. Definisi……………………………………………………………. 20

  6. Strategi terapi…………………………………………...………… 17

  5. Manifestasi klinik…………………………………………………. 17

  4. Patofisiologi………………………………………………………..17

  3. Etiologi……………………………………………………………. 16

  2. Epidemiologi……………………………………………………… 16

  1. Definisi……………………………………………………………. 15

I. Landasan Teori………………………………………………………… 26

  C. Subyek Penelitian……………………………………………………… 31

  1. Berdasarkan jumlah obat yang diresepkan…………...……………45

  D. Evaluasi Peresepan Obat yang Digunakan Pasien……………………... 59

  4. Evaluasi Dampak Terapi…………………………………….......... 58

  3. Berdasarkan aturan pakai obat……………………......................... 56

  2. Berdasarkan jumlah keseluruhan obat yang diterima.......………....55

  1. Berdasarkan jumlah obat yang digunakan……………….......…….54

  C. Evaluasi Ketaatan Pasien yang Menerima Obat Golongan Saluran Pernafasan serta Dampak Terapinya………………………................…53

  4. Berdasarkan bentuk sediaan obat golongan saluran pernafasan...... 51

  3. Berdasarkan golongan obat selain golongan saluran pernafasan yang diterima....................................................................................49

  2. Berdasarkan golongan obat saluran pernafasan yang diterima........ 46

  B. Profil Penggunaan Obat Gangguan saluran Pernafasan………………...45

  D. Bahan Penelitian………………………………………………………. 32

  4. Berdasarkan diagnosis utama……………………………………... 44

  3. Berdasarkan tingkat pendidikan…………………………………... 43

  2. Berdasarkan jenis kelamin………………………………………....43

  1. Berdasarkan umur pasien………………...……………………….. 42

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………....... 41 A. Profil Pasien yang Menggunakan Obat Golongan Saluran Pernafasan.. 41

  I. Kesulitan Penelitian…………………………………………………… 40

  H. Tata Cara Analisis Data………………………………………………. 36

  G. Tata Cara Pengumpulan Data…………………………………………. 33

  F. Tempat Penelitian……………………………………………………… 33

  E. Instrumen Penelitian…………………………………………………… 32

  E. Rangkuman Pembahasan……………………………………………..... 65

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………... . 69 A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 69 B. Saran………………………………………………………………….... 70 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….... 71 LAMPIRAN………………………………………………………………. . 73 BIOGRAFI……………………………………………………………....... 106

  DAFTAR TABEL

  Tabel I. Penyebab-penyebab drug therapy problems (DTPs)……......... 8 Tabel II. Profil Pasien Rawat Jalan (Baseline) yang Menerima

  Obat Golongan Saluran Pernafasaan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009............................................ 42

  Tabel III. Profil Jumlah Keseluruhan Obat yang Diterima Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009………………………...………………. 46

  Tabel IV. Profil Jumlah Obat Golongan Saluran Pernafasan yang Diterima Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009……………………..…….. 46

  Tabel V. Profil Golongan Obat Saluran Pernafasan yang Diterima Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009………………………………………… 49

  Tabel VI. Profil Golongan Obat Selain Obat Saluran Pernafasan yang Diterima Pasien Kelompok Perlakuan Dan Kontrol Periode Juni-Juli 2009………………………………………… 50

  Tabel VII. Profil Bentuk Sediaan Obat Golongan Saluran Pernafasan yang Diterima Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009……………………….…... 52

  Tabel VIII. Ketaatan Berdasarkan Jumlah Obat yang Digunakan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009……………………………….……….. 54

  Tabel IX. Ketaatan Berdasarkan Jumlah Keseluruhan Obat yang Digunakan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009……………………………………….... 56

  Tabel X. Ketaatan Berdasarkan Aturan Pakai Obat yang Digunakan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009…………………………………….…... 57

  Tabel XI. Presentase Dampak Terapi yang Dirasakan Oleh Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009………………………………………….59

  Tabel XII. Kelompok Kasus ADR pada Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Obat Golongan Saluran Pernafasan Periode Juni-Juli 2009………... 60

  Tabel XIII. Kelompok Kasus Interaksi Obat pada Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Obat Golongan Saluran Pernafasan Periode Juni-Juli 2009…………61

  Tabel XIV. Kelompok Kasus Non-compliance pada Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Obat Golongan Saluran Pernafasan Periode Juni-Juli 2009…........... 64

  Tabel XV. Presentase Kasus yang Terjadi pada Pasien Rawat jalan di RS Panti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Obat Golongan Saluran PernafasanPeriode Juni-Juli 2009................ 65

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Anatomi Saluran pernafasan.................................................. 14 Gambar 2. Alat Bantu Ketaatan Minum Obat (pil dispencer)………….33

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Informed Consent.................................................................... 74 Lampiran 2: Panduan Wawancara.............................................................. 76 Lampiran 3. Daftar Obat Sistem Saluran Pernapasan Yang Digunakan

  Pasien di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009...78 Lampiran 4. Daftar Obat Selain Obat Sistem Saluran Pernapasan

  Yang Digunakan Pasien di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009............................................................. 79

  Lampiran 5. Profil Jumlah Obat Golongan Saluran Pernafasan yang Diterima Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009............................................................. 80

  Lampiran 6. Statistika Profil Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009......................................... 81

  Lampiran 7. Statistika Profil Obat Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009.............. 86 Lampiran 8. Statistika Ketaatan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

  Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 Berdasarkan Jumlah Obat yang Digunakan..............................................................87

  Lampiran 9. Statistik Ketaatan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 Berdasarkan Jumlah Keseluruhan Obat yang Diterima............................... 88

  Lampiran 10. Statistik Ketaatan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 Berdasarkan Aturan Pakai....................................................... 90

  Lampiran 11. Data Pasien Kelompok Perlakuan yang Menjalani Rawat Jalan di RS Panti Rini Periode Juni-Juli 2009...............92

  Lampiran 12. Data Pasien Kelompok Kontrol yang Menjalani Rawat Jalan di RS Panti Rini Periode Juni-Juli 2009..............99

BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Ketaatan dalam mengkonsumsi obat merupakan hal yang sangat penting

  dalam menentukan keberhasilan terapi yang dilakukan oleh pasien. Kesalahan atau kurangnya informasi mengenai obat yang digunakan dapat mendorong terjadinya ketidaktaatan pasien dalam mengkonsumsi obat. Hal ini dapat terjadi karena lebih dari 50% Farmasis tidak berada di tempat pada jam buka Apotek (Febrianti, 2008).

  Ketidaktaatan pasien dalam mengkonsumsi obat merupakan masalah utama dalam pengobatan di Amerika Serikat. Sebanyak lima puluh hingga tujuh puluh persen pasien tidak taat dalam pengobatannya. Rasio ketidaktaatan ini lebih besar terjadi pada pasien penyakit kronis, karena mereka seringkali mendapatkan pengobatan dalam jangka waktu yang lama, dan obat yang kompleks (Wertheimer & Santella, 2006). Sebanyak tiga puluh tiga hingga enam puluh sembilan persen penerimaan Rumah Sakit yang berhubungan dengan obat di Amerika Serikat adalah karena rendahnya kepatuhan terhadap pengobatan, dengan biaya resultan sekitar $ 100 miliar per tahun (Osterberg & Blaschke, 2005).

  Gangguan saluran pernafasan pada tahun 2007 merupakan 10 penyakit terbanyak yang terjadi di Yogyakarta. Dengan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menduduki peringkat pertama, yang diikuti dengan faringitis akut serta bronkhitis, emfisema dan penyakit paru lainnya menduduki posisi nomor 5 dan 9 (Anonim, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Abula dan Worku (2001) saluran pernafasan kronis seperti asma dan tuberculosis lebih tinggi daripada pasien penyakit kronis.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Buston & Wood (2000) mengenai ketidaktaatan pada pasien remaja yang memiliki penyakit asma, ditemukan bahwa dari 49 pasien yang diinterview, 45 diantaranya tidak taat dalam pengobatan dengan alasan lupa, merasa obat yang digunakan tidak efektif, sulit menggunakan inhaler, ketakutan akan terjadi efek samping, dan kemalasan. Ketidakpatuhan penderita asma dalam menggunakan obat turut mendorong meningkatnya penderita asma di Indonesia (Toto, 2002).

  Menurut hasil survei Response (Respiratory Patients Opinion Survey) di Eropa, sebanyak 42% penderita asma berhenti menggunakan kortikosteroid inhalasi yang diresepkan dokter karena merasa kondisinya membaik. Hal ini mengakibatkan jumlah keseluruhan penderita asma dalam waktu 20 tahun terus meningkat (Toto, 2002). Konsekuensi dari ketidaktaatan antara lain tidak terkontrolnya gejala pada siang dan malam hari, keterbatasan gaya hidup, dan membutuhkan pertolongan oleh dokter bedah atau rumah sakit, penggunaan obat yang berlebihan

  emergency

  yang berarti efek samping yang dihasilkan juga semakin besar serta meningkatkan biaya pengobatan untuk mendapatkan regimen terapi yang baru (Dinwiddie & Muller, 2002).

  Untuk mengatasi masalah ini, farmasis menjalankan Pharmaceutical Care yaitu dengan cara memberikan pelayanan informasi dan edukasi tentang obat yang digunakan secara tepat dan lengkap, sehingga dapat mencegah dan meminimalkan terjadinya Drug Related Problems (khususnya kejadian ketidaktaatan). Pemberian informasi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan mendemonstrasikan menggunakan alat visual, multimedia, verbal dan form kepatuhan. Namun pemberian informasi verbal saja tidak dapat menjamin seorang pasien dapat memahami obat yang digunakan dengan benar, sehingga dibutuhkan suatu kombinasi menggunakan alat bantu sederhana yang dapat membantu meningkatkan ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat.

  Rumah Sakit Panti Rini merupakan sarana pelayanan kesehatan tipe D. Rumah Sakit ini dipilih karena letaknya di pinggiran kota, dekat dengan perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan tingkat mobilitas kendaraan dan penduduk tinggi. Dengan tingginya mobilitas kendaraan, menyebabkan tingkat polusi udara di daerah tersebut semakin tinggi. Dan penduduk yang berdomisili di sekitar daerah tersebut setiap harinya banyak yang bekerja menuju kota yang berarti kemungkinan untuk terpapar polutan akibat polusi udara semakin besar. Semakin sering seseorang terpapar polutan, maka resiko terjadinya gangguan saluran pernafasan juga semakin besar. Berdasarkan data rekam medis selama periode 1999-2005, gangguan saluran pernafasan merupakan 10 penyakit terbanyak yang terjadi di RS Panti Rini dan jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun (Anonim, 2006).

  Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan sebuah penelitian yang mengevaluasi tingkat ketaatan pasien yang menerima obat golongan saluran pernafasan yang diberi tambahan alat bantu serta dampak terapinya. Kemudian membandingkan ketaatan pasien tersebut dengan pasien yang tidak diberi tambahan alat bantu atau hanya diberi informasi saja.

  1. Perumusan Masalah

  a. Apakah ada perbedaan profil pasien yang menggunakan obat golongan saluran pernafasan antara pasien yang diberi informasi dengan pasien yang diberi informasi plus alat bantu ketaatan?

  b. Apakah ada perbedaan profil obat yang digunakan antara pasien kelompok kontrol dengan pasien kelompok perlakuan? c. Seperti apakah perbedaan ketaatan serta dampak terapi antara pasien kelompok kontrol dengan pasien kelompok perlakuan? d. Seperti apakah masalah peresepan obat pada pasien yang menggunakan obat golongan saluran pernafasan, baik pasien kelompok kontrol dengan pasien kelompok perlakuan?

  2. Keaslian Penelitian

  Penelitian mengenai Evaluasi Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Antara Pasien yang Diberi Informasi versus Informasi plus Alat Bantu Ketaatan Serta Dampak Terapinya (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Saluran Pernafasan) belum pernah dilakukan. Belum ditemukan penelitian terkait ketaatan pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu oleh peneliti lain.

  Namun penelitian dengan tema ketaatan untuk obat-obat golongan saluran pernafasan sudah pernah dilakukan yaitu :

a. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada

  Fase Intensif Pada Penderita TB Di Puskesmas Pracimantoro Wonogiri Jawa Tengah (Warsito, 2009).

c. Non-compliance Amongst Adolescent With Asthma : Listening to What They Tell Us About Self-management (Buston & Wood, 2000).

3. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan oleh farmasis dalam mempraktekkan pharmaceutical care, secara khusus di RS Panti Rini dan secara umum di Rumah Sakit di Indonesia serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum

  Penelitian ini bertujuan untuk mengamati ketaatan penggunaan obat pasien setelah pemberian informasi yang menggunakan alat bantu dibandingkan dengan pasien dengan pemberian informasi tanpa alat bantu.

  2. Tujuan Khusus

  Penelitian ini juga bertujuan untuk :

  a. Mengetahui perbedaan profil pasien yang menggunakan obat golongan saluran pernafasan antara pasien yang diberi informasi dengan pasien yang diberi informasi plus alat bantu.

  b. Mengetahui perbedaan profil obat yang digunakan antara pasien kelompok kontrol dengan pasien kelompok perlakuan.

  c. Mengevaluasi perbedaan ketaatan dan dampak terapi pasien kelompok kontrol dengan pasien kelompok perlakuan.

  d. Mengevaluasi peresepan obat pasien kelompok kontrol dan pasien kelompok

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pharmaceutical Care

  atau asuhan kefarmasian adalah suatu praktek

  Pharmaceutical care

  kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, dilakukan dengan memikul tanggung jawab atas kebutuhan obat individu pasien dan diselenggarakan berdasarkan komitmen tanggung jawab tersebut. Tanggung jawab tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:

  1. Menjamin semua terapi yang diterima oleh individu pasien sesuai (appropriate), paling efektif (the most effective possible), paling aman (the safest available), dan praktis (convenient enough to be taken as indicatead)

  2. Mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah permasalahan yang berhubungan dengan terapi obat yang menghambat pelaksanaan tanggung yang pertama (Cipolle & Strand, 2004).

  Kedua tanggung jawab tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada pasien sehingga pasien mendapatkan jaminan kualitas kehidupan yang lebih baik lagi. Dalam memberikan perlindungan terhadap pasien, dapat diidentifikasi bahwa fungsi dari pharmaceutical care adalah menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk mengidentifikasikan hasil pengobatan dan tujuan akhir pengobatan, agar pengobatan dapat diterima untuk terapis, agar diterapkan penggunaan secara rasional, memantau efek samping obat, menentukan metode penggunaan obat. Selain itu, fungsi lain dari yaitu mendapatkan rekam medis yang dapat digunakan untuk

  pharmaceutical care pemilihan obat yang tepat (Bahfen, 2009).

  Dalam praktek Pharmaceutical care, seorang farmasis dapat melakukan suatu proses pengambilan keputusan rasional yang disebut Pharmacotherapy Workup untuk membuat suatu penilaian tentang kebutuhan obat pasien, mengidentifikasi

  (DTPs), membuat perencanaan pengobatan, dan

  Drug Therapy Problems

  mengadakan evaluasi untuk memastikan bahwa semua obat yang digunakan efektif dan aman untuk terapi (Cipolle et.al., 2004).

B. Drug Therapy Problems (DTPs)

  Drug Therapy Problems adalah suatu kejadian atau efek yang tidak

  diharapkan yang dialami pasien selama proses terapi dengan obat dan secara aktual dan potensial terjadi bersamaan dengan outcome yang diharapkan pada saat mendapat pengobatan terhadap penyakit tertentu (Cipolle et.al., 2004).

  Menurut Cipolle et.al., (2004), DTPs digolongkan menjadi 7 yaitu 1)

  

unnecessary drug therapy (ada obat tanpa indikasi), 2) additional drug therapy

  (ada indikasi tanpa obat), 3) ineffective drug (obat tidak perlu), 4) dosage too

  needed

  low (dosis terlalu rendah), 5) adverse drug reaction (efek obat merugikan), 6) dosage

  

too high (dosis terlalu tinggi) dan 7) noncompliance (ketidaktaatan pasien). Sejak

  pertama kali Pharmaceutical care dijalankan, telah terjadi 3995 kasus DTPs yang berhasil diidentifikasi dan dipecahkan dari 5136 total pasien. Drug Therapy yang paling banyak terjadi adalah indikasi tanpa obat (31,6%), dosis terlalu

  Problems rendah (21,0%), efek obat merugikan (14,3%) serta ketidaktaatan (14,3%).

  Presentase ini akan meningkat pada pasien dengan umur lebih dari 65 tahun (Cipolle et.al. , 2004).

  4 Dosis terlalu rendah (dose too

  7 Ketaatan pasien (compliance)/ gagal menerima

  Dosis terlalu besar, kadar obat dalam plasma melebihi rentang terapi yang diharapkan Dosis dinaikkan terlalu cepat Obat akumulasi karena terapi jangka panjang Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien Dosis dan interval pemberian misalnya analgesik bila perlu diberikan terus

  6 Dosis terlalu tinggi (dose too high)

  Interaksi obat karena induksi atau inhibisi enzim, penggeseran dari tempat ikatan, atau dengan hasil laboratorium

  Obat diberikan terlalu cepat Risiko yang sudah teridentifikasi karena obat tertentu Pasien alergi atau reaksi indiosinkrasi Bioavalibilitas atau efek obat diubah oleh obat lain atau makanan.

  5 Efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat

  ) Dosis terlalu rendah untuk mendapat respon yang diinginkan Waktu pemberian yang tidak tepat, misalnya profilaksis antibiotika untuk operasi Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien

  low

  Obat yang digunakan bukan yang efektif /paling efektif Pasien alergi atau kontraindikasi Obat efektif tetapi relative mahal atau bukan yang paling aman Obat sudah resisten terhadap infeksi Kondisi sukar sembuh dengan obat yang sudah pernah diperoleh perlu mengganti obat Kombinasi obat yang salah.

  

Tabel I. Penyebab-penyebab drug therapy problems (DTPs)

  drug )

  3 Pemilihan obat salah (wrong

  Timbulnya kondisi medis baru memerlukan tambahan obat baru Kondisi kronis memerlukan terapi lanjutan terus-menerus Kondisi yang memerlukan terapi kombinasi Pasien potensial timbul kondisi medis baru yang perlu terapi profilaksi.

  therapy needed )

  2 Ada indikasi tanpa obat (additional drug

  Terapi yang diperoleh sudah tidak valid saat itu Terapi dengan dosis toksik Penyalahgunaan obat, merokok, dan alkohol Terapi sebaiknya non-farmakologi Polifarmasi yang sebaiknya terapi tunggal Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman

  drug therapy )

  1 Ada obat tanpa indikasi (unnecessary

  (Cipolle et.al., 2004) No Jenis DRP Contoh Penyebab DRP

  Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error Pasien tidak menuruti aturan yang ditetapkan secara sengaja maupun karena tidak mengerti maksudnya Pasien tidak sanggup menebus obat karena biaya

C. Ketaatan Penggunaan Obat (Patient Compliance)

  Kepatuhan (ketaatan) pada regimen obat didefinisikan sebagai sejauh mana pasien mengambil obat yang diresepkan oleh penyedia layanan kesehatan. Kata "kepatuhan" lebih disukai oleh banyak penyedia layanan kesehatan, karena kepatuhan menunjukkan bahwa pasien secara pasif mengikuti perintah dokter dan bahwa rencana pengobatan tidak didasarkan pada kelompok terapeutik atau kontrak yang dibangun antara pasien dan dokter (Osterberg & Blaschke, 2005).

  Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), istilah kepatuhan dapat didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku seseorang (misalnya minum obat, mengikuti diet dan/atau mengubah gaya hidup) disepakati sesuai dengan rekomendasi dari ahli kesehatan, yaitu bagaimana pasien mengikuti pengobatan mereka. Kepatuhan atau ketaatan adalah penting untuk mencapai hasil terapeutik yang optimal, yang mana dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Ketidakpatuhan biasanya menyebabkan peningkatan morbiditas (sakit), kegagalan pengobatan, eksaserbasi penyakit, lebih sering mengunjungi dokter, meningkatkan tingkat perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian (Devyani, 2009).

  Adapun jenis ketidaktaatan (ketidakpatuhan) pada terapi obat adalah

  1. Tidak menebus resep obatnya, hal ini terjadi karena pasien merasa tidak memerlukan obat atau tidak menghendaki mengambilnya. Namun ada pula pasien yang tidak menebus resepnya karena tidak mampu membelinya.

  2. Kesalahan saat mengkonsumsi obat, yaitu obat dikonsumsi tidak tepat dikaitkan dengan waktu makan, serta teknik penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) yang tidak tepat.

  3. Penghentian pemberian obat sebelum waktunya, yang biasanya terjadi pada penggunaan antibiotik karena pasien merasa gejala yang dirasakan sudah hilang/merasa telah sembuh (Hussar, 2005).

  Masalah ketidakpatuhan sering terjadi pada pasien usia lanjut karena banyak dari mereka memperoleh regimen terapi yang rumit. Ketidakpatuhan secara signifikan berkaitan dengan penggunaan lebih dari lima obat yang ditulis, ketidakmampuan membaca resep dan etiket tambahan serta kesulitan membuka tutup wadah. Ketidakpatuhan juga dapat terjadi pada pasien pediatrik. Hal ini dapat terjadi dikarenakan orang tua memberikan obat kurang dari dosis yang tertulis (penggunaan sendok teh yang memiliki berbagai volume yang berbeda), penghentian obat sebelum waktunya, dan pengetiketan yang tidak benar. Pasien rawat jalan juga rentan terhadap ketidakpatuhan dikarenakan kurangnya pengawasan selama terapi, tidak mengerti instruksi penggunaan dengan benar, dan ada yang salah menginterpretasikan (Hussar, 2005).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan antara lain :

  1. Penyakit, contohnya pasien dengan penyakit kronik, seperti pasien TB yang seringkali menjadi tidak taat terhadap pengobatan selanjutnya (pengobatan berlangsung secara lama).

2. Regimen terapi

a. Terapi multi obat, makin banyak jenis dan jumlah obat yang digunakan pasien, maka semakin tinggi risiko ketidakpatuhan.

  b. Frekuensi pemberian dan durasi obat, pemberian obat pada jangka waktu yang sering dan lama (seperti pada penyakit kronis), membuat ketidakpatuhan lebih mungkin terjadi.

  c. Efek merugikan dan rasa obat, adanya efek samping yang dirasakan membuat pasien merasa lebih buruk daripada sebelum terapi, sehingga akan menghentikan pengobatan. Rasa obat yang tidak enak juga mendorong ketidakpatuhan terutama pada pasien pediatrik.

  d. Pasien asimtomatik (tidak ada gejala) atau gejala sudah reda, pada pasien

  yang tidak menunjukkan gejala sebelumnya akan sulit untuk menyakinkan mengenai nilai terapi dari suatu obat karena pasien tidak merasakan perbedaan setelah terapi sehingga pasien akan menghentikan pengobatannya. Selain itu, beberapa pasien setelah merasa lebih baik maka akan menghentikan pengobatannya.

  e. Harga obat, harga obat yang mahal juga dapat mempengaruhi ketidakpatuhan (tidak menebus resepnya).

  

3. Interaksi pasien dengan professional kesehatan, pasien cenderung lebih mematuhi

instruksi seorang dokter yang mereka kenal betul dan dihormati, serta dari siapa saja

mereka memperoleh informasi dan kepastian tentang kesakitan dan obat-obat mereka

(Hussar, 2005) .

  Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ketaatan penggunaan

obat, yaitu: metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung (direct

) yaitu : (1) observasi terapi secara langsung; (2) mengukur kadar obat atau methods

  metabolit dalam darah; (3) mengukur penanda biologi dalam darah. Sedangkan metode tidak langsung yaitu : (1) daftar pertanyaan kepada pasien atau laporan

  

pribadi pasien; (2) penghitungan pil; (3) penilaian terhadap respon klinis pasien; (4)

  monitor pengobatan secara elektronik; (5) mengukur penanda psikologis (contohnya kecepatan jantung pada pasien yang menggunakan beta-blockers); (6) diary pasien (Osterberg & Blaschke, 2005).

D. Anatomi Sistem Pernafasan

  Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan membuang CO

  2

  sebagai sisa metabolisme. Sistem pernafasan dibagi menjadi dua yaitu sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah (Martini & Timmons, 1997).

Dokumen yang terkait

Gambaran penggunaan obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman periode 2007 berdasarkan indikator peresepan who [1993].

1 3 117

Gambaran penggunaan obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode 2007 berdasarkan indikator peresepan WHO [1993].

0 0 2

Gambaran penggunaan obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode 2007 berdasarkan indikator peresepan WHO [1993] - USD Repository

0 0 128

Evaluasi ketaatan antara pasien yang diberii informasi vs informasi plus alat bantu ketaatan serta dampak terapinya pada pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 (kajian penggunaan obat saluran cerna) - USD Repository

0 0 133

Perbedaan ketaatan pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta antara pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu ketaatan periode Juni-Juli 2009 (kajian terhadap penggunaan obat golongan antiinfeksi) - USD Repository

0 1 131

Pengaruh pemberian alat bantu ketaatan dan informasi terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 - USD Repository

0 0 126

Pengaruh perbedaan karakteristik pasien dan karakteristik obat terhadap ketaatan penggunaan obat pada pasien rawat jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 - USD Repository

0 0 159

Evaluasi penggunaan obat pada masa kehamilan pasien rawat jalan di RSU Santa Elisabeth Purwokerto Periode Oktober-Desember 2008 - USD Repository

0 0 84

Perbedaan ketaatan pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta antara pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu ketaatan periode Juni-Juli 2009 (kajian terhadap penggunaan obat golongan neuromuskular) - USD Repository

0 0 128

Perbedaan ketaatan pasien rawat jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta antara pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu ketaatan periode Juni-Juli 2009 : kajian terhadap pengguna obat antidiabetes - USD Repository

0 0 138