HUKUM PIDANA DI BIDANG TEKHNOLOGI INFORM

1

HUKUM PIDANA DI BIDANG TEKHNOLOGI INFORMASI :
Telaah Teori dan Studi Kasus Prostitusi Online di Sleman Yogyakarta Serta
Perbandingan Pengaturannya di Thailand

Muhammad Nuur Rohmaan-12340027
Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Hukum dan Tekhnologi Kelas B
Website : www.muhnuurrohmaan.com Email : 12340027@student.uin-suka.ac.id

CRIMINAL LAW IN THE CYBER CRIME:
The study Theory and Case Studies Online Prostitution in Sleman
Yogyakarta
ABSTRACK
Activities based on internet technology is no longer a new matter in the society, effect can be
positive and negative. The occurance of cyber crime in which protitution can be run online, is
looked one of the negative effects In Sleman. The prostitution activities can only be done directly
by accessing certain websites. Indonesia has the law Number 11 Year 2008 on Information and
Eletronocal Transactions in which regulates criminal conduct on online prostitution. However the
current law still need to be reviewed not only on the suspect of the prostitutional conduct using

information media.

Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

2

HUKUM PIDANA DI BIDANG TEKHNOLOGI INFORMASI :
Telaah Teori dan Studi Kasus Prostitusi Online di Sleman
Yogyakarta

ABSTRAK
Aktivitas berbasis teknologi internet, bukan lagi menjadi hal baru dalam masyarakat, dampak
dari teknologi internet yaitu dampak positif dan dampak negative. Munculnya sebuah tindak
pidana baru (cybercrime) di Kabupaten Sleman yakni berupa prostitusi yang dapat dilakukan
secara online, merupakan salah satu dampak negatif. Kegiatan prostitusi tersebut hanya dapat
dilakukan dengan cara kontak langsung, yaitu dengan cara mengakses situs-situs dan media
sosial tertentu. Indonesia memiliki Undang-Undang UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik, yang mengatur mengenai tindak pidana berupa prostitusi secara
online. Akan tetapi di Kabupaten Sleman belum ada Peraturan Daerah yang mengatur prostitusi
ditambah Undang-Undang yang ada masih perlu untuk dilakukan pengkajian tidak dalam hal

menjerat pelaku tindak pidana prostitusi yang menggunakan media informasi.

Kata Kunci (Keyword) : Prostitusi Online (Online Prostitution), Kejahatan Dunia Maya
(Cyber Crime) .

Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

3

Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang perkembangan teknologi dan informasinya
bertumbuh dengan pesat, perkembangan

teknologi tersebut memberikan pengaruh positif

diantaranya mempermudah melakukan pekerjaan dan mendapatkan informasi, namun selain itu
terdapat pula dampak negatif yang salahsatunya ialah kegiatan

perdagangan orang yang


dilakukan melalui media online atau yang dikenal dengan prostitusi online. Prostitusi online
merupakan kegiatan prostitusi atau suatu kegiatan yang menjadikan seseorang sebagai objek
untuk diperdagangkan melalui media elektronik atau online, media online yang digunakan
seperti Website, Blackberry Massanger, Whatsapp, dan Facebook.1
Prostitusi online dilakukan dengan media karena lebih mudah, murah, praktis, dan lebih
aman dari razia petugas daripada prostitusi yang dilakukan denngan cara konvensional. Yang
menjadi alasan terjadinya prostitusi diantaranya: faktor moral seperti rendahnya pendidikan,
faktor ekonomi seperti pengangguran dan kebutuhan hidup, faktor sosiologis seperti ajakan dari
teman-teman dan tipu daya, faktor psikologis seperti

hubungan keluarga yang berantakan

sehingga kurangnya perhatian dari kedua orang tua, faktor kemalasan seperti psikis dan mental
yang rendah, faktor biologis seperti adanya nafsu seks abnormal.
Prostitusi merupakan salah satu penyakit sosial, atau lebih popular disebut patologi sosial
(social pathology). “Patologi sosial ialah suatu gejala dimana tidak ada persesuaian antara
berbagai unsur dari suatu keseluruhan, sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok, atau
yang sangat merintangi pemuasan keinginan fundamental dari anggota-anggotanya dengan
akibat bahwa pengikatan sosial patah sama sekali”. 2
1


Firman Saputra,” Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Prostitusi Online”,Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Atmajaya Yogyakarta,(2013) .
2
Khoe Soe Khiam, Sendi-Sendi Sosiologi, (Bandung:Ganaco,1963), hal. 127.
Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

4

Jika diteliti sebab terjadinya patologi sosial ini, maka dapat dikembalikan psychological
tension. Secara psikologis manusia memiliki nafsu-nafsu yang merupakan kekuatan sosial.
Dalam kehidupan sosial kita melihat dinamik yang dapat menggabungkan dan merenggangkan
hubungan semua anggota masyarakat. Jika manusia hendak hidup wajar harus dapat memenuhi
hasrat dan nafsu tadi. Seandainya keinginan-keinginan tadi tidak dapat dipenuhi, maka hal ini
dapat menimbulkan ketegangan batin. Jika ketegangan-ketegangan ini meluas dalam masyarakat,
maka terjadilah ketegangan sosial. Bila ketegangan ini tidak segera dipecahkan dapat
berkembang menjadi penyakit sosial.
Salah satu contoh kasus prostitusi online di Sleman Yogyakarta yaitu kasus yang berhasil
dibongkar oleh Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta yang melibatkan mahasiswi salah satu
perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Dua tersangka ditangkap MMP SH alias Onge (28

tahun), laki-laki warga Janti, Sleman, dan NES alias Gendis (16 tahun), perempuan, warga
Magelang. Mereka di tangkap pada 16 September 2014. Dua orang lagi yang terlibat berinisial
ES alias MEY (28 tahun), perempuan, warga Sleman, dan AU alias Tyas (22 tahun), perempuan,
warga Magelang. Mereka mengaku menerima antara 40 persen hingga 60 persen dari tiap
transaksi prostitusi online dari tersangka. Sejumlah barang bukti disita polisi: tiga unit telepon
seluler, alat kontrasepsi, dan uang tunai Rp2,5 juta.3 Selain itu penulis juga melakukan stalking4
melalui media online seperti Facebook dan Instagram,dengan memasukan kata kunci prostitusi
online ke mesin pencari Facebook dan Instagram penulis menemukan banyaknya akun maupun
grup yang muatannya menawarkan jasa prostitusi.5

3

Sumber berita didapat dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/546103-polisi-bongkar-prostitusionline-mahasiswi-yogya yang diakses pada 25 April 2016 Pukul 10.34 WIB.
4
Stalking adalah kegiatan memata-matai sebuah akun atau grup di media sosial.
5
Hasil dari Stalking penulis pada tanggal 23 April 2016 Pukul 23.04 WIB.
Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

5


Cara yang dipakai mucikari untuk merekrut para penyedia jasa ini sangat beragam, tetapi
biasanya mucikari ini merekrut gadis belia yang berpenampilan menarik untuk dijadikan anak
buahnya melalui layanan chating dan sejenisnya yang beberapa tahun belakangan ini sudah
menjadi trend di kalangan anak muda. Setelah mucikari berhasil merayu para gadis belia untuk
menjadi anak buahnya, mereka biasanya akan langsung ditawarkan lewat website yang dikelola
mucikari tersebut. Untuk bisa berkencan dengan gadis-gadis muda ini, pada umumnya calon
penyewa harus mendaftarkan diri dulu pada website dimana gadis-gadis tersebut dipamerkan.
Setelah semua proses pendaftaran atau pemesanan selesai gadis pesanan akan diantarkan ke
tempat yang telah disepakati.6
Maraknya prostitusi online di Sleman Yogyakarta menimbulkan keresahan di dalam masyarakat
Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dengan menulis jurnal dengan judul “HUKUM

PIDANA

DI

BIDANG


TEKHNOLOGI

INFORMASI : TELAAH TEORI DAN STUDI KASUS PROSTITUSI ONLINE DI SLEMAN
YOGYAKARTA” dengan rumusan permasalahan sebagai berikut: Pertama, Bagaimanakah
pengaturan mengenai prostitusi cyber dalam ketentuan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik ? .Kedua, Bagaimana pertanggungjawaban pidana bagi pelaku
prostitusi cyber secara online dalam ketentuan Perundang-Undangan ? .Ketiga , Bagaimana
perkembangan dan penegakan hukum terhadap praktik prostitusi online di Sleman Yogyakarta ?.

6

Diakses dari http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/websites/1851387-prostitusi-di-internet 25
April 2016 Pukul 10.54 WIB.
Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

6

Pengaturan Mengenai Prostitusi Online dalam Ketentuan UU Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.


Prostitusi dapat didefinisikan sebagai praktek melakukan hubungan seksual dengan
ketidakpedulian emosional yang labil dan didasarkan pada pembayaran. Prostitusi adalah istilah
yang sama dengan pelacuran. Dalam prostitusi terlibat tiga komponen penting yakni pelacur
(prostitute), mucikari atau germo dan pelanggannya (client) yang dapat dilakukan secara
kovensional maupun melalui dunia maya. Cyber prostitution atau prostitusi dunia maya adalah
kejahatan prostitusi yang menggunakan media internet atau kejahatan prostitusi yang terjadi di
dunia maya (cyber space).7
1. Kejahatan Prostitusi secara umum diatur dalam Buku II KUH Pidana Bab XIV tentang
Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Buku III KUH Pidana Bab II tentang Pelanggaran
Ketertiban Umum. Adapun penjelasan mengenai Tindak Pidana tentang Prostitusi yang
terdapat dalam KUHP:
a. Pasal 296 Buku II KUH Pidana tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan, yang berbunyi:
“Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh
orang lain dengan orang lain dan menjadikannya sebagai pekerjaan atau kebiasaan,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda
b.

paling banyak lima belas ribu rupiah”
Pasal 506 Buku III KUH Pidana tentang Pelanggaran Ketertiban Umum, yang berbunyi:
“Barang siapa mengambil keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan

menjadikannya sebagai mata pencaharian, diancam dengan pidana kurungan paling
lama satu tahun”

7

Azani Pratiwi,“ Kajian terhadap Prostitusi Cyber dari Perspektif UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik“,Jurnal, Fakultas Hukum Universitas M ataram,2013,hlm.8.
Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

7

2.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang
mengatur tentang Prostitusi diatur dalam Pasal 27 Ayat (1) yang berbunyi:
“Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan”
Setiap unsur tindak pidana tidak berdiri sendiri.” Selalu mempunyai hubungan dengan
unsur-unsur lainnya. Dari sudut normatif, tindak pidana adalah suatu pengertian tentang

hubungan antara kompleksitas unsur-unsurnya tersebut. 8
Hubungan dari keseluruhan unsur dalam sebuah rumusan pasal nantinya dapat diperoleh
alasan tercelanya suatu perbuatan yang dilarang dalam setiap tindak pidana, dalam hal ini
adalah tindak pidana yang melanggar kesusilaan. Dalam pasal 27 ayat (1) tersebut diatas
apabila dibagi menurut unsur-unsurnya maka akan terdiri dari:
a. Setiap orang .
b. Dengan sengaja dan tanpa hak.
c. Mendistribusikan, mentransmisikan, atau membuat dapat diaksesnya.
d. Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
e. Melanggar kesusilaan.
Kelima unsur yang terdapat di dalam pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik tersebut kemudian dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Unsur Setiap orang dapat diartikan bahwa subyek hukum dari pasal tersebut adalah orang
perseorangan maupun badan hukum (Recht Person).

8

Diakses dari adamichazawi.blogspot.com/2009_12_27_archive.html+&cd =1&hl= en&ct=clnk&gl=id
pada 25 April 2016 Pukul 13.00 WIB.
Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B


8

b. Unsur dengan sengaja dan tanpa hak, terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai unsur
sengaja, dimana menurut KUH Pidana Belanda mengatakan bahwa “pidana pada
umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barangsiapa melakukan perbuatan yang
dilarang, dengan dikehendaki dan diketahui”. Secara singkat sengaja artinya menghendaki
(willens ) dan mengetahui (wetens).
c. Unsur mendistribusikan, mentransmisikan, atau membuat dapat diakses diartikan
demikian:
1) Mendistribusikan adalah perbuatan menyebarluaskan informasi atau dokumen
elektronik melalui media elektronik.
2) Mentransmisikan adalah perbuatan mengirimkan, memancarkan, atau meneruskan
informasi melalui perangkat telekomunikasi.
3) Membuat dapat Diakses adalah perbuatan memberi peluang suatu informasi atau
dokumen elektronik agar dapat diakses oleh orang lain, seperti membuat tautan atau
link ataupun memberitahukan password suatu sistem elektronik.
d. Unsur informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang tercantum di dalam
ketentuan umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Tranasksi
Elektronik Pasal 1 ayat (1) dan ayat (4) demikian bunyinya:
1) Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

9

2) Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,
gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang
yang mampu memahaminya.
e.

Unsur melanggar kesusilaan di dalam undang-undang tersebut memiliki makna yang
sangat luas, dapat diamati bahwa perumusan delik di dalam pasal tersebut dapat
digunakan untuk menjangkau perbuatan penyalahgunaan internet untuk tujuan-tujuan
seksual (misalnya cyberporn, cybersex, cyberprostitution, atau pun virtual adultery)
kesemuanya adalah bagian dari illegal contents di dunia maya. mengenai mengenai unsur
melanggar kesusilaan dalam Pasal 27 ayat (1) UU ITE, Majelis Hakim dalam perkara
pada Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 2191/Pid.B/2014/PN.Sby menjelaskan
bahwa melanggar kesusilaan adalah tindakan seseorang yang melanggar norma
kesusilaan,

termasuk

dalam

pengertian

melanggar

kesusilaan

adalah

tindakan

penyerbaluasan konten gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui
berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat
kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. 9
Perlu digarisbawahi bahwa yang dapat dijerat oleh pasal ini bukan pada kegiatan
prostitusinya secara langsung namun lebih kepada kegiatan mengupload atau mengunggah
9

Diakses dari http:// www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5530c6177b530/ini-jerat-hukum-untuk-penjajaseks-di-media-sosial pada 25 April 2016 Pukul 13.30 WIB.
Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

10

konten yang mengandung prostitusi kedalam dunia maya Apabila seseorang memenuhi
unsur pasal-pasal tersebut yakni mendistribusikan mentransmisikan, atau membuat dapat
diaksesnya suatu dokumen atauinformasi elektronik yang berupa kata-kata, tulisan dan
gambar melalui bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum yang
memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat dimana prostitusi online termasuk kedalam unsur-unsur tersebut maka pelaku
pengunggah konten prostitusi online dapat diancam pidana sebagaimana terdapat di dalam
Pasal 45 ayat (1) UU ITE yang bunyinya : (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2),ayat (3), atau ayat (4) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pertanggungjawaban Pidana bagi Pelaku Prostitusi Cyber cecara Online dalam
Ketentuan Perundang-Undangan
Dengan penafsiran sistematis melalui pengertian orang sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 27 ayat 1 maka dapat diketahui bahwa subjek hukum yang dimaksud adalah
orang perseorangan, baik warga Negara Indonesia, warga negara asing, maupun badan
hukum. Terkait pemidanaan terhadap pelaku prostitusi cyber hukuman atau sanksi yang dianut
hukum pidana merupakan ciri khas yang membedakan hukum pidana dengan bidang hukum
lain.10 Hukuman dalam hukum pidana ditujukan untuk memelihara keamanan dan pergaulan
hidup yang teratur.
Pertanggungjawaban pelaku prostitusi online tidak bisa dikenakan oleh UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik melainkan cukup
menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Penulis menilai bahwa prostitusi baik
10

Leden Marpaung,” Asas Teori Praktik Hukum Pidana”,(Jakarta: Sinar Grafika,2008).hlm.105.
Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

11

dilakukan secara online, maupun offline tidak jauh berbeda perbedaan hanya dari sisi
pemanfaatan atau penggunaan internet sebagai sarana kejahatan atau pelanggaran.Gagasan
penulis ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Ketua Umum Indonesia Cyber Law
Community (ICLC) Teguh Arifiyadi.11
“UU ITE tidak pernah mengatur khusus prostitusi online, karena pada prinsipnya
prostitusi baik online maupun offline adalah tidak jauh berbeda, yang menjadi
pembeda dengan hanya dari sisi pemanfaatan atau penggunaan internet sebagai
sarana kejahatan atau pelanggaran. Dengan demikian, sebagai delik konvensional,
prostitusi online cukup diatur melalui KUHP dan peraturan perundang-undangan
terkait”(Hukum Online 3 Mei 2015)
Selain itu belum ada peraturan khusus yang mengatur mengenai prostitusi online di
Indonesia., namun dalam menjerat pelaku prostitusi online bisa menggunakan pasal 296
KUHP yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan
perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain dan menjadikannya sebagai pekerjaan
atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau
pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah”,dan Pasal 506 Buku III KUH Pidana
tentang Pelanggaran Ketertiban Umum, yang berbunyi: “Barang siapa mengambil
keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikannya sebagai mata
pencaharian, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun”,serta dapat
ditambahkan pemberatan dengan penggunaan UU Perlindungan Anak jika pelaku terindikasi
mengeksploitasi anak, atau bahkan dapat menggunakan UU Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang jika terindikasi sebagai jaringan jual beli manusia (human

11

Lihat di http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt554613f24a645/prostitusi-online-tidak-bisadikenakan-uu-ite
Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

12

traficking). Ketentuan lain yang bisa digunakan juga adalah peraturan-peraturan daerah
tempat dimana perbuatan atau sarana pelanggaran terjadi.
Pemerintah sebagai pelaksana Undang-undang harus melakukan cyber patrol secara
komprehensif dan rutin. Dengan adanya cyber patrol tersebut bisa menghasilkan usulan
pemblokiran konten yang tidak sesuai, juga bisa dikaitkan hingga ke tingkat penyidikan. Hasil
cyber patrol bisa ditindaklanjuti dengan usulan pemblokiran konten, penertiban pelaku secara
faktual, atau bahkan bisa dilanjutkan ke proses penyidikan jika dirasa unsur tindak
pidanannya ditemukan.
Penjatuhan pidana bagi mucikari online sekali pun masih berupa pidana penjara
diharapkan dapat memberikan setidaknya tiga fungsi yakni:12
1. Hukuman dapat memberikan akibat jera seseorang yang diberi hukuman. Ini berarti
bahwa hukuman memberikan efek preventif.
2. Hukuman sebagai rehabilitasi, memberi kesempatan pada terhukum untuk memperbaiki
diri. Mungkin lembaga pemasyarakatan di Indonesia diharapkan untuk merehabilitir para
terhukum.
3. Hukuman sebagai pendidikan moral, bersifat edukatif agar si terhukum menjadi taat pada
hukum.
Perkembangan dan Penegakan Hukum terhadap Praktik Prostitusi Online di Sleman
Yogyakarta
Pesatnya bisnis prostitusi di Kabupaten Sleman tak lain sebagai akibat modernisasi dalam
segala bidang tanpa diikuti kendali dari pemerintah daerah, tidak adanya regulasi terkait
controlling bisnis protitusi ditambah dengan pesatnya volume penghuni di wilayah Kabupaten
Sleman semakin menyuburkan bisnis prostitusi di wilayah ini. Sebuah kewajaran memang
12

Azani Pratiwi,“ Kajian terhadap Prostitusi Cyber dari Perspektif UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang...

3,hlm.10.
Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

13

apabila volume penghuni Kabupaten Sleman sangat tinggi hal ini tidak terlepas dari beberapa
faktor yaitu,
1. Sleman sebagai pusat industri terbesar di DIY.
2. Banyaknya Universitas di wilayah Kabupaten Sleman.
3. Maraknya pembangunan properti di Kabupaten Sleman.
4.

Terdepat beberapa pusat perbelanjaan besar di wilayah Kabupaten sleman.
Tingginya populasi manusia di Kabupaten Sleman membut berkembang dengan pesatnya

bisnis prostitusi baik secara konvensional maupun online,hal ini sesuai denga prinsip ekonomi
“Semakin tinggi populasi manusia di suatu wilayah semakin tinggipula permintaan atas
pemenuhan kebutuhan mereka” .
Prostitusi online yang berkembang pesat di Kabupaten Sleman tidak terlepas dari
menjamurnya beberapa tempat prostitusi seperti prostitusi yang berkedok salon kecantikan, panti
pijat dan masih banyak lagi,yang mana pada sistem pemasaran yang dilakukan oleh tempattempat prostitusi di Sleman menerapkan promosi secara online dengan menggunakan media
sosial Facebook dan Instagram didalam mencari pelanggan. Model transaksi yang dilakukan
dengan membuat akun FB atau IG dan diposting di beranda ,selain itu juga terdapat grup—grup
FB yang berbasis prostitusi yang berperan sebagai pusat pemasaran.
Terkait dengan penegakan hukum prostitusi online di Kabupaten Sleman selama ini
berjalan hanya saja tidak secara umum tidak sampai ke akar-akarnya, penegakan hukum
dilakukan pada kasus-kasus yang memang menjadi bidikan kepolisian dan peran serta Pemda
sangat tidak ada mengingat di Sleman belum ada peraturan daerah yang mengatur prostitusi
seperti halnya Kabupaten Bantul yang telah mempunyai Perda Nomor Nomor 5 Tahun 2007
tentang Pelacuran di Muka Umum.

Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

14

Penutup
Adapun yang menjadi kesimpulan dari keseluruhan jurnal ini adalah:
1. Tindak pidana prostitusi melalui media online ditinjau dari hukum positif di Indonesia yaitu
baik dalam KUHP maupun di luar KUHP ditetapkan sebagai kejahatan.
a. Tindak pidana prostitusi ditinjau dari KUHP
Tindak pidana prostitusi sebagai bagian dari kejahatan kesopanan diatur dalam BAB XIV
yaitu dalam Pasal 281-303, namun Pasal yang mengatur khusus mengenai pelacuran
adalah Pasal 296, Pasal 297, dan Buku Ketiga BAB II sebagai bagian dari pelanggaran
tentang ketertiban umum Pasal 506 karena dapat mengganggu ketertiban dalam
masyarakat.
b.

Tindak pidana prostitusi online ditinjau dari luar KUHP
Di luar KUHP, tindak pidana prostitusi online diatur dalam UU RI No.11 Tahun 2008,
UU RI No. 21 Tahun 2007, UU RI No.44 Tahun 2008 dan UU RI No. 23 Tahun 2002 16

Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

15

2. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana prostitusi online dapat
dilakukan dengan hal-hal berikut seperti melalui pendekatan teknologi, pendekatan
budaya/kultur, kerjasama internasional, peranan pemilik usaha internet, pengawasan orang
tua dan melalui pendekatan sosial lingkungan.
3. Terkait dengan penegakan hukum prostitusi online di Kabupaten Sleman selama ini berjalan
hanya saja tidak secara umum tidak sampai ke akar-akarnya, penegakan hukum dilakukan
pada kasus-kasus yang memang menjadi bidikan kepolisian dan peran serta Pemda sangat
tidak ada mengingat di Sleman belum ada peraturan daerah yang mengatur prostitusi.

Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B

16

Daftar Isi
UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Marpaung,Leden,” Asas Teori Praktik Hukum Pidana”,Jakarta: Sinar Grafika,2008.
Khiam,Khoe Soe, Sendi-Sendi Sosiologi, Bandung:Ganaco,1963.
Pratiwi,Azmi,“ Kajian terhadap Prostitusi Cyber dari Perspektif UU Nomor 11 Tahun 2008
tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik“,Jurnal, Fakultas Hukum Universitas

Mataram,2013,hlm.8.
Firman Saputra,” Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Prostitusi Online”,Skripsi,
Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta,(2013) .
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/546103-polisi-bongkar-prostitusi-online-mahasiswiyogya yang diakses pada 25 April 2016 Pukul 10.34 WIB.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt554613f24a645/prostitusi-online-tidak-bisadikenakan-uu-ite
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5530c6177b530/ini-jerat-hukum-untuk-penjajaseks-di-media-sosial
adamichazawi.blogspot.com/2009_12_27_archive.html+&cd =1&hl= en&ct=clnk&gl=id
http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/websites/1851387-prostitusi-di-internet

Muhammad Nuur Rohmaan-12340027-Hukum & Tekhnologi Kelas B