KONTRIBUSI SEJARAH DALAM PENTAS KEBUDAYA

1

Kontribusi Sejarah dalam Pentas Kebudayaan Nasional1
Oleh: Sutejo K. Widodo2

1. Pendahuluan
Ketika berbicara sejarah, tautan pikiran pada umumnya tertuju pada peristiwa
masa lampau umat manusia. Peristiwa masa lampua sudah berlangsung dengan
meninggalkan jejak-jejaknya. Bagaimana peristiwa memberi kontribusi terhadap
pentas kebudayaan nasional? Apakah sejarah yang semacam itu yang dimaksud?
Tentu yang dimaksud adalah sejarah dalam pengertian luas. Sebagaimana
dikemukakan oleh Moh. Hatta, sejarah bukan sekadar melahirkan ceritera dari
kejadian masa lalu sebagai masalah3. Sejarah tidak sekedar kejadian masa
lampau4, tetapi pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai
dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya 5.
Sejarah dengan berbagai problema bisa menjadi pelajaran bagi manusia atau
generasi selanjutnya. Dengan demikian, sejarah yang meliputi sejarah politik,
ekonomi, sosial dan budaya sebagai aktifitas manusia dijadikan sebagai pelajaran.
Pelajaran sejarah memiliki pengertian sebagai bahan yang dipelajari atau
diajarkan. Bahan berupa kisah, riwayat dari peristiwa yang pernah terjadi
memberi pelajaran kepada siapa saja sebagai pembaca, pengambil pelajaran,

sehingga bisa meniru, mencontoh, mengikuti dan meneladani keberhasilan secara
lebih

efektif.

Demikian

pula

terhadap

pelajaran

yang

merupakan

ketidakberhasilan, gagal, berakibat tidak baik dapat dihindari sedemikian rupa
1


Makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Kontribusi Kebudayaan dalam Keindonesiaan”
diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Balai
Bahasa Provinsi Jawa Tengah, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Lustrum X Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro, bertempat di Ruang Quality Hall LP2MP, Widya Puraya
Universitas Diponegoro, Selasa, 8 September 2015.
2
Dosen Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
3
Sejarah sebagai kisah merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun
diceritakan oleh seseorang, dapat berbentuk lisan dan tulisan.
4
Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sehingga sejarah sebagai peristiwa
yaitu peristiwa yang sebenarnya telah terjadi/berlangsung pada waktu lampau. Sejarah melihat
sebagaimana/ seperti apa yang seharusnya terjadi (histoir realite). Sejarah sebagai peristiwa
merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya sekali terjadi serta tidak bisa diulang.
5

2

sehingga generasi setelahnya tidak mengalami kesalahan, kekeliruan atau

kegagalan yang sama. Jangan sampai seperti keledai yang dapat mengulangi
kesalahan yang sama. Perumpamaan ini dimaksudkan akan perlunya mengambil
pelajaran dari peristiwa sebelumnya.
Dengan cakupan sejarah yang sedemikian luas, memberikan bahan
pelajaran yang juga sedemikan luas. Bahan itu sudah tersedia, kemudian
bagaimana sejarah memberikan kontribusi, andil, sumbangan terhadap Pentas
Kebudayaan Nasional. Tema besar Seminar Nasional “Kontribusi Kebudayaan
dalam Keindonesiaan”, memiliki pengertian sumbangan kebudayaan dalam
keindonesiaan, perihal Indonesia; yang bersangkut paut dengan Indonesia yaitu
bagaimana mengembangkan kebudayaan yang berakar dan berada dalam jiwa.
Adapun untuk sub tema yang diberikan panitia kepada kami adalah “Kontribusi
Sejarah dalam Pentas Kebudayaan Nasional. Untuk itu makalah ini akan
membahas Kebudayaan Nasional, bentuk penampilan Kebudayaan Nasional, dan
sumbangan sejarah dalam model dan cara-cara berperilaku, betindak untuk
menanggapi, mengatasi, memecahkan permasalahan hidup bersama menuju
kepada tingkat perkembangan peradaban yang lebih tinggi. Sebagaimana,
Spengler menyatakan bahwa mempelajari sejarah tujuannya adalah mengetahui
tingkat kebudayaan. Demikian juga apa yang disampaikan oleh Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim bahwa dalam kondisi sulit sejarah
akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perubahan dan kemajuan

bangsa. Pemahaman sejarah adalah sebuah esensi bagian dari pencarian yang
terus-menerus. Pengetahuan sejarah merupakan proses pembudayaan yang sangat
penting, terutama untuk memenuhi perubahan-perubahan mendadak dan cepat
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi6.

6

Pernyataan Musliar Kasim di sela acara pembukaan Konferensi Ke-22 "International
Associations Of Historian Asia" (IAHA) di Bangsal Sasono Ondrowino, Keraton Surakarta.
Konferensi membahas antara lain mengingat masa lalu, mengalami masa kini, dan menjelajahi
masa depan.

3

2. Kebudayaan dan Kebudayaan Nasional
Kebudayaan dapat diartikan ke dalam dua pengertian, yaitu secara sempit dan
secara luas. Kebudayaan dalam arti sempit sering disamakan dengan kesenian,
sedangkan kebudayaan dalam arti luas adalah seluruh daya pikiran, karya, dan
hasil cipta manusia yang tidak berakar pada nalurinya dan yang karena itu hanya
bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar (Koentjaraningrat,

1974). Dalam pengertian yang luas tersebut kebudayaan tercermin ke dalam tiga
wujud, yaitu :
a. Berbentuk ide yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun
difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana
kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Budaya ideal mempunyai fungsi
mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan
perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan
ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.
b. Aktivitas, dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto
dan didokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitasaktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu
dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku
dan bahasa.
c. Artifacts, disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan
hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan
didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.
Adapun yang dimaksud kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang
diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP
MPR No.II tahun 1998, yakni: kebudayaan yang berlandaskan Pancasila adalah
perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan

daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat
sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada

4

pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan
demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya 7.
Adapun kebudayaan nasional menurut Ki Hajar Dewantara adalah “puncakpuncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham
kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan
daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional,
hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh
Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari
suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan
menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk
pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa
menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili
identitas bersama8. Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan
penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan
Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan
nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan

munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan
perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional
tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum diamandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk
mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan
bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncakpuncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional
sendiri dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang sudah berada pada posisi yang
memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional
terdapat unsur pemersatu dari Bangsa Indonesia yang sudah sadar dan mengalami
persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan
unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. Meski
7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama
dan Asli bagi Masyarakat Pendukungnya, Semarang: P&K, 199.
8
Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”

5


demikian landasan pandangan tetap didasarkan pada masyarakat multikultural
dipahami dan memaknai dalam konteks masa kini dan masa depan yang harus
terus ditanamkan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrwa : Berbeda-beda tetapi tetap satu, tak ada kebenaran yang mendua9.

3. Kontribusi Sejarah dalam Pentas Kebudayaan Nasional
Sebagaimana dalam uraian dimuka, sejarah yang dimaksudkan untuk kepentingan
pembahasan ini adalah konsep pemikiran berupa strategi kebijakan yang pernah
dilakukan untuk mencapai terwujudnya kehidupan berbangsa. Sementara itu
Pentas Kebudayaan

Nasional bisa menyangkut berbagai aspek kehidupan,

diarahkan lebih kepada ide mengatasi persoalan bangsa secara mendasar yang
hangat dan sedang dibicarakan oleh banyak orang, yaitu konsepsi Revolusi
Mental.
Sejarah yang dimaksud adalah konsepsi berdikari yang dilaksanakan pada era
demokrasi terpimpin dengan uraian penjelas berdaulat secara politik, berdikari
secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Pentas Kebudayaan
Nasional besar dan menonjol dalam sistem berpikir mengatasi masalah bangsa

dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan yang disebut dengan Revolusi
Mental secara jelas mengacu atau mendasarkan kepada konsep Trisakti. Lantas
dimana letak sumbangan sejarah terhadap pentas kebudayaan nasional berupa ide
dalam memecahkan persoalan bangsa?. Pertama, sejarah telah memberikan bahan,
catatan berupa historiografi Trisakti. Kedua, sejarah telah memberikan inspirasi,
9

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ditulis di atas pita
yang dicengkeram oleh burung Garuda dan pemakaiannya diresmikan sebagai Lambang Negara
Indonesia pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat pada tanggal 11 Februari
1950. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuna merupakan kutipan dari Sutasoma,
karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit. Dalam Kitab Sutasoma, pengertian Bhinneka
Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan
kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika
diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya
bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan
persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Kutipan ini
berasal dari Pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti: Rwāneka dhātu winuwus Buddha
Wiswa. Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen? Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa

tunggal Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

6

ide, suatu konsep rumusan dalam membangun bangsa berdasar pada kemandirian
yang sudah disebutkan politik, ekonomi, dan kebudayaan. Ketiga, sejarah juga
sudah memberikan sumbangan cara berpikir, bersikap dalam mengatasi persoalan
bangsa meski jaman sudah berubah, peristiwa sudah berganti. Untuk itu uraian
selanjutnya berkisar kepada tiga persoalan tersebut.
A. Historiografi Trisaksi
Konsep Trisakti, tidak dapat dilepaskan dari Presiden pertama Republik Indonesia
Soekarno yang dalam tahun 1963 pada peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia
menegaskan konsepsi Trisakti10 yang dirumuskankan: “berdaulat secara politik,
berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Dalam situs
Kompasiana dipertanyakan, apakah dalam Pembangunan Kemanusiaan dan
Kebudayaan Indonesia perlu menerapkan Trisakti Bung Karno?.
Trisakti merupakan pola atau resep membuat sebuah negara yang adil makmur
sejahtera, gemah ripah, toto tentrem kerto raharjo dengan kata lain resep
mencapai Indonesia Raya. Seperti halnya sebuah resep membuat masakan, bila
kita tidak mengikuti caranya atau stepnya dengan benar maka masakan itu akan

hambar, keasinan atau justru malah tidak enak dimakan. Demikian pula halnya
meskipun para leluhur kita telah memberikan pola berbangsa dan bernegara yang
berbeda dengan bangsa lain di dunia, dan dari berbagai bumbu itu diramu menjadi
satu dan dipermudah penggunaannya oleh Bung Karno sehingga kreasi baru untuk
membentuk “Negara Berdaulat Adil dan Makmur” ala “nusantara” itu harus
melalui tahap-tahap yang telah dirumuskan bapak Proklamator Indonesia yang
terkenal dan diberi nama “Trisakti Bung Karno”. Tahap-tahap inilah yang perlu
dikaji secara mendalam hingga terwujud segala cita-cita yang diharapkan leluhur
kita. Dibawah ini kita akan mencoba mengupas makna tiap kata dalam Trisakti
Bung Karno.
a. Berdaulat dalam Politik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berdaulat berasal dari kata daulat
yang artinya kekuasaan; pemerintahan, sedangkan berdaulat artinya mempunyai
10

Periksa Pidato Sukarno pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1963.

7

kekuasaan tertinggi atas suatu pemerintahan negara atau daerah: negara merdeka,
kedaulatan: kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara, daerah, dsb.
b. Berdikari di bidang Ekonomi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berdikari kepanjangannya adalah
berdiri di atas kaki sendiri yang berarti tidak bergantung pada bantuan orang lain;
sedangkan arti kata ekonomi 1. ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan
pemakaian barang-barang serta kekayaan (spt hal keuangan, perindustrian, dan
perdagangan); 2. pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang
berharga; 3. tata kehidupan perekonomian (suatu negara); 4. urusan keuangan
rumah tangga (organisasi, negara).
c. Berkepribadian dalam Kebudayaan
Berkepribadian dalam kebudayaan, dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pribadi: 1. manusia sebagai perseorangan (diri manusia atau diri sendiri); 2.
keadaan manusia sebagai perseorangan; keseluruhan sifat-sifat yang merupakan
watak orang; kepribadian sifat hakiki yg tercermin pada sikap seseorang atau
suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain, yang diawali dari
kata ber yang artinya mempunyai, sehingga arti kata berkepribadian yang
dimaksud dalam Trisakti tersebut adalah mempunyai sifat yang berbeda dengan
orang lain atau bangsa lain. Kemudian apa arti Kebudayan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia? Kebudayaan: 1. hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2. Antara keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami
lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya 11.
Dalam bidang kemandirian politik, Soekarno telah berhasil
memperjuangkan Pancasila sebagai kemandirian bangsa Indonesia dengan
memiliki ideologi negara sendiri. Soekarno juga telah berhasil mempertahankan
persatuan dengan menumpas setiap pemberontakan yang terjadi seperti Permesta,
PRRI, DI/NII, dan persoalan Papua. Hanya saja karena kurangnya kemandirian
dalam persoalan persenjataan, Soekarno cenderung mendapatkan pasokan senjata
dari Rusia, sehingga ideologi komunis berkembang di Indonesia yang puncaknya
adalah pertistiwa gerakan 30S/PKI. Sedangkan dalam politik luar negerinya,
11

Sumber: http://kbbi.web.id;http://id.wikiquote.org/wiki/Soekarno;
http://ghostrazieneramochin.wordpress.com/2010/01/25/dasar-dasar-ilmu-politik/

8

Soekarno menerapkan politik bebas aktif di mana tidak berpihak pada salah satu
blok dunia, sosialis atau kapitalis, namun ikut proaktif dalam mendorong
terciptanya perdamaian dunia. Dalam politik ini, Soekarno berhasil mengadakan
Konferensi Asia-Afrika (KAA).
Dalam kemandirian sosial budaya, Soekarno secara tegas menolak budaya
asing. Sedangkan dalam kemandirian secara ekonomi ditegaskan Soekarno,
bahwa lebih baik potensi sumberdaya alam Indonesia dibiarkan, hingga para putra
bangsa mampu untuk mengelolanya. Bung Karno menolak eksploitasi atau
penjajahan oleh kekuatan asing.
Ajaran Soekarno diadopsi oleh Fidel Castro secara konsisten dan tegar
dalam seluruh sistem pemerintahannya. Konsistensi yang paling kentara adalah
menolak segala bentuk imperialisme dan kapitalisme yang merupakan pendiktean
oleh Barat tentang ekonomi, politik dan budaya. Castro sangat jelas menolak
kehadiran dan campur tangan IMF dalam negaranya, bahkan menyerukan agar
lembaga pendanaan kapitalis internasional yang menindas negara-negara
berkembang itu semestinya dibubarkan dan dihentikan perannya. Kekuatan
ekonomi sendiri merupakan landasan bagi pemerintah Kuba untuk membangun
negara dan rakyatnya.Tidak ada hutang luar negeri yang diterima sebagai
landasan, sehingga tak ada kewajiban cicilan bunga hutang yang tinggi yang harus
dibayar oleh pemerintah Kuba. Seluruh pendapatan negara dialokasikan pertamatama untuk belanja tunjangan sosial, dan kedua untuk belanja pendidikan.
Kepentingan lain berada dalam urutan prioritas berikutnya. Karena berdikari
dalam bidang ekonomi, Kuba telah mampu mempertahankan kedaulatan dalam
bidang politik dan kedaulatan dalam kebudayaan nasionalnya. Pemerintah Kuba
menerapkan ajaran Bung Karno dengan pola hidup sederhana, membangun
dengan kekuatan ekonomi sendiri, dan selalu menerapkan prinsip "ukur baju
badan sendiri".
Paham dan ajaran

Soekarno yang disebut Nasakom ditujukan untuk

menggalang persatuan bangsa, dan ajaran Resopim yang merupakan singkatan
dari Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan Nasional, ditujukan untuk
memperkuat kedudukan Presiden Soekarno. Inti dari ajaran Resopim adalah
bahwa seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara harus dicapai melalui

9

revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu pimpinan nasional
yang disebut Panglima Besar Revolusi (PBR), yaitu Presiden Soekarno12.
B. Inspirasi Penyederhanaan Partai-partai Politik dan Kebijakan Ekonomi
Di masa Demokrasi Terpimpin terjadi pembubaran partai-partai politik yang tidak
sesuai dengan Penpres no.7 tahun 1959. Partai yang tidak memenuhi syarat, akan
dibubarkan sehingga dari 28 partai yang ada hanya tinggal 11 partai. Kedudukan
presiden yang kuat tersebut tampak dengan tindakannya untuk membubarkan 2
partai politik yang pernah berjaya masa demokrasi Parlementer yaitu Masyumi
dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Alasan karena kedua partai tersebut terlibat
dalam pemberontakan PRRI & Permesta. Kedua Partai tersebut resmi dibubarkan
pada tanggal 17 Agustus 1960.
Penyederhanaan partai-partai politik juga dilakukan pemerintah Orde Baru
dalam upaya menciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengalaman sejarah pada masa pemerintahan sebelumnya telah memberikan
pelajaran, bahwa perpecahan yang terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya
perbedaan ideologi politik dan ketidakseragaman persepsi serta pemahaman
Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia.
Dalam bidang ekonomi pernah dikeluarkan kebijakan

ekomomi dan

nasionalisasi. Pada tgl 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan guna perbaikan
ekonomi yaitu Dekon (Deklarasi Ekonomi).Tujuan utama dibentuk Dekon adalah
untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari
sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan
cara terpimpin.

C. Revolusi Mental terinspirasi oleh Trisakti13
Joko Widodo, Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada
tanggal

10 Mei 2014, mempublikasikan sebuah tulisan berjudul “Revolusi

12

Sumber: http://www.sejarah-negara.com/2015/08/ajaran-nasakom-dan-ajaran-resopim.html.
Konten adalah milik dan hak cipta www.sejarah-negara.com
13

Academia logo redesign 2015 landasan ontologis "revolusi mental" sang presiden. Metode
kajian yang digunakan adalah kombinasi studi kepustakaan Dokumen Visi-Misi Calon Presiden
dan Wakil Presiden,kpu.go.id., 2014

10

Mental” yang diterbitkan di harian Kompas, dan pada tanggal 20 Oktober, sang
penulis itu benar-benar menjadi Presiden. Joko Widodo dilantik secara resmi
sebagai Presiden Republik Indonesia; negara demokrasi terbesar ketiga di dunia
setelah India dan Amerika Serikat. Pada hari dan tanggal yang sama, sebuah
tulisan dengan tajuk yang sama,“Revoulsi Mental” juga terbit di koran yang
berbeda Penulisnya Romo Benny Susetyo, seorang pemerhati sosial yang juga
menjabat Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI. Esensi kedua tulisan itu sendiri
memang tidak jauh berbeda. Keduanya membahas soal kondisi mentalitas bangsa
Indonesia yang buruk, yang telah mengakibatkan bangsa ini belum mampu
mewujudkan cita-cita kemerdekaan, dan oleh karenanya perlu direvolusi.
Bedanya, sumber inspirasi Jokowi adalah ajaran Tri Sakti-nya Bung Karno,
sementara tulisan Romo Benny tampaknya diilhami oleh pikiran Romo Mangun.
Namun tidak demikian dengan esensi “Revolusi Mental”nya sendiri; versi Jokowi
tentunya, bukan “Revolusi Mental” versinya Romo Benny.
Tetapi yang menarik diantara perdebatan kontroversial itu adalah pendapat
Habib Alatas, peneliti pada Pusat Kajian Politik Islam dan Pancasila. Dalam situs
berita Republika Online yang juga dikutip oleh sejumlah situs lainnya, Alatas
mengungkapkan, bahwa istilah“revolusi mental” yang sekarang digembargemborkan “Jokowi14, memang sudah lama didengungkan gerakan sosialiskomunis di kawasan Eropa untuk mendobrak kungkungan ajaran agama. Karena
dogmatisme agama dianggap menghambat kemajuan peradaban. Istilah“revolusi
mental”juga digunakan pendiri Partai Komunis China yang bernama Chen Duxiu
bersama rekannya Li Dazhao. Istilah itu ditujukan untuk mencuci otak kaum
buruh dan petani dalam rangka menentang kekaisaran China. Sedangkan di
Indonesia, istilah ini mulai dipakai tokoh PKI Ahmad Aidit, anak dari Abdullah
Aidit, yang mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit alias DN Aidit.
Menurut Alatas, bagi Aidit, revolusi mental harus dimulai dengan mengganti halhal yang dianggap menghambat pergerakan, termasuk nama “Ahmad”yang berbau
14

Sebut Tulisan Revolusi Mental Ditulis Bersama Timnya”, Www. Tribunnews.com, Sabtu 10 Mei
2014 “Romo Beny Bantah Plagiat Tulisan Jokowi”,Harin Terbit, Minggu 11 Mei 2014 “Fadli Zon:
Revolusi Mental Itu Tradisi Komunisme”,Www. Tribunnews.com,Jumat 27 Juni 2014 “Rovolusi
Mental, Gagasan Sosialis Komunis”,Republika Online, Jumat 27 Juni 2014 Jokowi

11

Islam. Tetapi di ujung komentarnya perihal kicauan Fadli Zon itu, Habib Alatas
menyatakan, bahwa secara konsep, revolusi mental ala Jokowi tidak ada apaapanya dibandingkan dengan konsep revolusi mental komunisme yang sangat
ideologis. Revolusi mental Jokowi dangkal dan tidak jelas, karena gagasan itu
tidak didasarkan pada kerangka berpikir yang sistematik dan rigid. Landasan
ontologisnya ngambang, sekedar jargon, tidak lebih. Bertolak dari fenomena
terurai diatas ada dua aspek penting dan menarik untuk dibahas terkait gagasan
“Revolusi Mental”-nya Jokowi.
Pertama, konsep ini oleh sebagian kalangan dianggap berbau MarxismeKomunisme, setidak-tidaknya dari sisi semantik istilah “Revolusi Mental”
memang

bercita-rasa

dan

lazim

digunakan

dalam

lingkungan

wacana

pergerakan/perjuangan kelas kaum Marxian.
Kedua, pandangan Habib Alatas yang menyatakan bahwa landasan
ontologis konsep “Revolusi Mental” Jokowi itu tidak jelas; gagasannya tidak
didasarkan pada kerangka berpikir yang sistematik dan rigid layaknya sebuah
pemikiran yang bersifat ideoligis atau merupakan derivasi dari suatu ideologi
tertentu. Karena itu Alatas menyimpulkan, konsep ini tidak lebih kecuali sekedar
jargon politik. Artikel ini merupakan kajian terhadap gagasan “Revolusi Mental”
yang dipromosikan oleh Jokowi menjelang masa kampanye Pilpres 2014 yang
juga menjadi ruh dari 9 (sembilan) agenda prioritas (Nawa Cita) dalam Visi-Misi
Jokowi-JK yang

bertajuk “Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat,

Mandiri, dan Berkepribadian”.

4. Uraian Akhir
Dengan uraian di atas beberapa pemikiran dapat dikemukakan bahwa dengan
memberikan pengertian bahwa sejarah kecuali sebagai peristiwa, sebagai kisah,
dan juga sebagai pengetahuan telah memberikan bukti dan bahan serta cara
tindakan yang pernah dilakukan dalam aspek kehidupan, termasuk diantaranya
adalah dalam pentas kebudayaan nasional. Dalam hal

ini, kebudayaan yang

12

meliputi aspek ide, aktifitas, dan artefak dapat dimaknai kebudayaan dalam artian
yang luas. Pentas kebudayaan nasional yang menjadi perhatian dan penting pada
saat belakangan ini adalah bagaimana bangsa Indonesia dalam memandang,
menyikapi, dan memecahkan permasalahan bangsa yang dikemukakan oleh
pemimpin pemegang kekuasaan. Dengan mengambil Revolusi Mental ala Joko
Widodo secara jelas bahwa gerakan semacam ini pernah dilakukan oleh Soekarno
sebagai pemegang tampuk kekuasaan pada jamannya. Salah satu yang menarik
adalah sikap berdamai dengan sejarah yang secara eksplisit menyebut bahwa
gerakan Revolusi Mental pelaksanaannya didasarkan pada Trisaktinya Soekarno:
berdaulat dalam politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan.