PERAN FISIKA MEDIK DALAM RADIOTERAPI

Buletin ALARA 2 (2), 1 – 5 (1998)
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi
Badan Tenaga Nuklir Nasional

PERAN FISIKA MEDIK DALAM RADIOTERAPI
Nasukha1
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN

Jl. Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440

PO Box 7043 JKSKL Jakarta 12070

secara rinci saran dan sumbangan terhadap
berfungsinya tim radioterapi yang multi disiplin.

PENDAHULUAN
Sebagai kelanjutan makalah terdahulu
tentang Peran Fisika Medik dalam Kedokteran
Nuklir [1], tulisan ini akan lebih memfokuskan pada
radioterapi. Radioterapi adalah pengobatan penyakit
kanker dengan menggunakan radiasi pengion.

Terapi berkas eksternal dengan menggunakan
radiasi gamma dari pesawat teleterapi memakai
sumber radiasi aktivitas tinggi, sinar-X, elektron,
atau partikel-partikel lain dari akselerator.
Perkembangan akselerator dan aplikasinya dalam
radioterapi telah banyak dibahas [2]. Brakiterapi
menggunakan sumber radiasi terbungkus berukuran
kecil yang diaplikasikan secara internal dan sangat
dekat, baik intracavitary, interstitial, ataupun
implant. Sumber radiasi terbuka juga dimanfaatkan
secara
langsung
untuk
beberapa
kondisi
pengobatan.

Radiasi pengion secara potensial berbahaya.
Fisikawan medik memiliki tanggung jawab yang
dominan untuk mengurangi dan memperkecil resiko

yang berkaitan dengannya. Tugas dan peran
Fisikawan Medik dalam radioterapi bervariasi
sehubungan dengan kondisi dan fasilitas yang
dimiliki oleh instalasi radioterapi. Peran dan tugas
yang dimaksud meliputi :
1. Dosimetri radiasi, perencanaan perlakuan
(treatment
planning)
dan
pelaksanaan
perlakuan.
2. Proteksi radiasi pasien, staf, pekerja dan
masyarakat
3. Perencanaan, instalasi, dan
peralatan radioterapi baru

commissioning

4. Jaminan kualitas dan perawatan peralatan
Fisikawan Medik telah memberikan

sumbangan yang sangat berharga terhadap
perkembangan radioterapi sejak lebih dari 60 tahun.
Mereka telah dapat secara presisi dan sesuai dengan
standar akurasi yang harus dipenuhi untuk
kesuksesan pengobatan ditinjau secara klinis.
Sumbangan tersebut terus berjalan dan berkembang
secara baik dalam peningkatan kualitas pengobatan
sampai saat ini.

5. Pendidikan dan pelatihan.
6. Penelitian
dan
pengembangan
meningkatkan tujuan klinis.
7. Manajemen.

Ketujuh garis besar peran Fisikawan Medik
tersebut diatas dapat dijabarkan satu demi satu,
meskipun tidak mendetail, namun cukup untuk
memberikan wawasan dan gambaran apa dan

bagaimana Fisikawan Medik dalam kaitannya
dengan radioterapi.

Dalam sebuah instalasi radioterapi, secara
tegas fisikawan medik harus ada dan jumlahnya
tergantung besar kecilnya instalasi tersebut. Mereka
harus memahami proses-proses fisika, memberikan

1

untuk

Anggota American Association of Physicists in Medicine (AAPM)

1

2 - Nasukha

DOSIMETRI RADIASI,
PERENCANAAN PERLAKUAN

DAN PELAKSANAAN PERLAKUAN
Fisikawan Medik bertanggung jawab
terhadap kemantapan dan perawatan standar
dosimetri, teknik dan peralatan. Tanggung jawab ini
mencakup kalibrasi dosimeter, implementasi
protokol-protokol
dosimetri,
pengukuran
karakteristik seluruh berkas radiasi perlakuan dan
data dosimetri untuk keperluan perlakuan klinis.
Fisikawan Medik bekerja erat dengan
radioterapist, radiografer dan teknisi dan juga
bertanggung jawab terhadap beberapa aktivitas
penting untuk efektivitas perencanaan dan
penyebaran modalitas radioterapi. Keahlian dalam
distribusi dosis klinis individual pasien, simulasi
perlakuan dan verifikasi, perhitungan yang
mencakup perbandingan perbedaan penjadwalan
perlakuan dan pengukuran dosis untuk setiap
pasien.

Tanggung jawab juga akan dibebankan
untuk instalasi yang agak besar secara normal
meliputi penyiapan dan penanganan sumber radiasi
tertutup untuk brakiterapi dan penyiapan dan
administrasi pengobatan dengan sumber radiasi
terbuka untuk radioterapi. Sebagai contoh
bagaimana mengkalibrasi sumber HDR brakiterapi
Ir-192 yang digunakan dalam instalasi radioterapi
[3].
Fisikawan medik memegang peran yang
sangat penting dalam rancangan, konstruksi dan
pemeliharaan tujuan pengobatan, dan seringkali
juga supervisi ruang mould dan bengkel lainnya.

PROTEKSI RADIASI PASIEN, STAF,
PEKERJA RADIASI DAN MASYARAKAT
Fisikawan Medik dalam radioterapi
memiliki tanggung jawab terhadap proteksi radiasi.
Hal ini bergantung pada peraturan-peraturan yang
berlaku, misalnya merangkap sebagai Petugas

Proteksi Radiasi (PPR) baik secara individu ataupun
dalam suatu bagian dari Bidang Fisika Medik.
Fisikawan medik dalam hal ini bisa berperan antara
lain dalam meliputi :

1. Perencanaan awal bangunan baru atau
modifikasi dan peralatan yang memiliki
implikasi untuk keselamatan radiasi terhadap
pasien, staf, pekerja dan masyarakat.
2. Pemeriksaan dan pengecekan ulang prosedur
operasional, sistem kerja, supervisi dan kendali
ruangan tertentu, atau tempat penyimpanan
sumber radioaktif.
3. Pemonitoran radiasi lingkungan dan peralatan
serta perisai ruangan sebagaimana persyaratan,
perawatan dan verifikasi keadaan keselamatan.
Hal ini mencakup pengecekan berfungsinya
interlock, rancangan ruangan dan tebal tembok
untuk daerah-daerah disekitarnya.
4. Pengetesan kebocoran bahan radioaktif dari

sumber-sumber radiasi lainnya yang digunakan
dalam brakiterapi dan teleterapi dan mencatat
data-data perawatan dalam sebuah buku
tersendiri.
5. Perhatian terhadap proteksi radiasi tiap individu
pasien selama mendapatkan perlakuan radioterapi, khususnya dalam mengurangi dosis
terhadap fetus dan gonad pasien yang masih
memiliki kapasitas reproduksi.
6. Pengkajian terhadap bahaya dan persiapan
pelaksanaan
penanganan
jika
terjadi
kecelakaan, misalnya kegagalan mekanisme
kembalinya sumber radiasi dalam pesawat
teleterapi, atau kebakaran di suatu daerah
tempat penyimpanan sumber radiasi.
7. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
diperbolehkannya pulang seorang pasien yang
mendapatkan pengobatan dengan sumber

radiasi, baik dengan implant permanen atau
sumber radiasi terbuka, saran
dalam
pemakaman jenasah yang mengandung
radioaktif, dan kontrol limbah radioaktif dari
akibat penggunaan untuk pengobatan
8. Kalibrasi peralatan untuk pengukuran proteksi
radiasi.
Dalam keadaan darurat -emergency radiasi,
tentu Fisikawan medik adalah orang pertama yang
menangani dan bertanggung jawab atas kejadian itu.
Hal ini mencakup investigasi, pembuatan laporan
dan rekomendasi.

Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998

Peran fisika medik dalam radioterapi

PERALATAN BARU RADIOTERAPI
Telah diuraikan secara rinci perlunya suatu

pengkajian dalam masalah teknologi medik untuk
negara berkembang, mengingat masalah teknologi
canggih ini seringkali kurang cocok untuk negeranegara yang sumber daya manusianya belum siap
[4]. Fisikawan medik adalah anggota dari suatu tim
yang bertanggung jawab terhadap anggaran dan
usaha mendapatkan peralatan baru. Saran
diperlukan dalam spesifikasi, kinerja dan dalam
kecocokan peralatan sesuai dengan usulan
pemakaian. Peran Fisikawan Medik dalam
perencanaan instalasi peralatan baru meliputi saran
dalam merancang tim untuk kebutuhan perisai shielding untuk memenuhi peraturan dalam
perijinan.
Setelah proses instalasi, Fisikawan Medik
bertanggung jawab terhadap commissioning
peralatan radioterapi sebelum peralatan tersebut
digunakan untuk keperluan klinis. Selama
commisioning, pengukuran dibuat untuk meyakinkan bahwa kinerja peralatan telah ditunjukkan
sesuai dengan spesifikasi, yaitu ketentuan proteksi
radiasi telah mencukupi dan memenuhi syarat.
Demikian pula dengan fungsi pengoperasian

interlock untuk keselamatan pasien dan staf serta
pengoperasian
peralatan.
Fisikawan
Medik
mengkalibrasi sistem monitor dosis, memantapkan
operasi keselamatan, mengecek akurasi sistem
berkas optik dan mengukur karakteristik dosimetri
untuk seluruh berkas radiasi. Pengoperasian yang
benar dan akurasi gerakan mekanik seluruh
peralatan utama bersama dengan pengoperasian dan
keselamatan seluruh peralatan penunjang harus
dicek sebelum digunakan untuk keperluan
pengobatan pasien.
JAMINAN KUALITAS DAN PERAWATAN
PERALATAN RADIOTERAPI
Lingkup yang sangat vital yang dikerjakaan
oleh Fisikawan Medik adalah Program Jaminan
Kualitas Terpadu untuk meyakinkan akan fungsi
keselamatan seluruh peralatan perlakuan, yang
meliputi peralatan brakiterapi, simulator, dan sistem
perencanaan perlakuan terapi, termasuk dalam
penggunaan komputer untuk perhitungan dosis.

–3

Selain itu, Fisikawan Medik juga bertanggung
jawab untuk keefektifan pemeliharaan seluruh
peralatan radioterapi, baik yang berhubungan
dengan teknisi maupun perusahaan yang terkait
dengan peralatan tersebut. Termasuk juga
didalamnya apabila ada penggantian sumber
radionuklida dengan jadwal yang terprogram,
misalnya untuk Ir-192 setiap tiga bulan sekali.
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Dalam kaitannya dengan Pendidikan dan
Pelatihan, Fisikawan Medik akan terkait dengan :
1. Pendidikan
Dokter
Spesialis
Radiologi
(Sp.Rad), baik yang berkaitan dengan Fisika
Diagnostik maupun Terapi, atau untuk
pendidikan Radioterapist sebagai lanjutan dari
Sp.Rad perlu mendapat dukungan yang
profesional
2. Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir
(Sp.KN),
yang
menggunaan
banyak
radiofarmaka untuk diagnosis maupun terapi
tentu perlu mendapatkan dasar-dasar Fisika
medik
yang
berkitan
dengan
bidang
spesialisasinya.
3. Pendidikan Fisika Medik itu sendiri tentu harus
ditangani oleh Fisikawan Medik, baik untuk
keperluan klinis, penelitian dan pengembangan
ataupun untuk industri.
4. Pendidikan Radiografer, mengingat Radiografer
selalu berinteraksi dengan bidang Fisika medik
maka Fisikawan Medik dituntut untuk
memberikan dasar-dasar ilmu Fisikanya pada
calon-calon radiografer.
5. Pelatihan Proteksi Radiasi untuk staf, baik
teknisi maupun perawat yang akan berinteraksi
dengan radioterapi. Dengan demikian mereka
memahami dasar-dasar keselamatan radiasi
untuk kesehatan.
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Keilmuan radioterapi akan terus dan selalu
berkembang dari tahun ke tahun untuk meningkatkan kualitas yang lebih baik di seluruh dunia. Hal
ini bisa dilihat sebagai contoh dalam penggunaan
akselerator yang dimuali sejak tahun 50-an, yang

Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998

4 - Nasukha

kemudian pada tahun 60-an didukung dengan
Sistem Perencanaan Perlakuan yang berbasis
komputer. Lalu pada tahun 70-an mulai dimanfaatkan CT simulator. Multi Leaf Collimator (MLC)
sebenarnya sudah dikenalkan sejak tahun 80-an, dan
sampai pada tahun 90-an diperkenalkan istilah
Conformal - 3D radiotherapy. Kemudian di akhir
90-an mulai dikenalkan Electronic Portal Imaging
Device -EPID, baik untuk verifikasi posisi maupun
dosimetri. Perkembangan terus berlanjut sesuai
dengan hasil-hasil penelitian dan pengembangan
Fisika Medik dalam radioterapi. Masih ada
beberapa jenis aplikasi yang lebih luas yang
berkaitan dengan kedokteran nuklir ini, yaitu apa
yang dikenal dengan Dynamic Wedge dan
Stereotactic radiosurgery.
Kemajuan demi kemajuan itu semua, tidak
terlepas dari penelitian dan pengembangan Fisika
Medik dalam radioterapi dan dari tujuan radioterapi
itu sendiri. Sehingga disini jelas bahwa Fisikawan
Medik akan selalu berinteraksi dan menyumbangkan ilmunya untuk kebutuhan pasien dan dokter,
untuk solusi terbaik pengobatan penyakit kanker.
Sehingga partisipasi dalam penelitian dan
pengembangan Fisika Medik yang dilakukan akan
terasa manfaatnya bagi semua pihak.
Jika mitra kerja antara Fisikawan Medik,
dokter, teknisi dan radiografer terjadi dengan baik,
maka akan terbit makalah-makalah atau tulisantulisan hasil penelitian dan pengembangan berbagai
sektor, tidak hanya masalah klinisnya. Sehingga
akan terjadi keterpaduan antara klinis, fisika,
biologi dan teknologi. Demikian juga dalam
seminar atau diskusi sehari-hari akan saling mengisi
satu dengan lainnya, sesuai dengan profesionalisme
masing-masing.

MANAJEMEN
Fisikawan Medik juga akan terlibat dalam
masalah manajemen, seperti:
1. Staf Fisika Medik

4. Program Jaminan Kualitas untuk Sistem
Perencanaan Perlakuan yang mungkin saja
dikerjakan oleh radiografer, sehingga perlu
manajemen yang baik antara Fisikawan Medik
dan dokter yang kaitannya dengan simulator.
5. Fisikawan Medik juga terlibat dalam
manajemen masalah anggaran sesuai dengan
tingkatannya. Sebagai contoh misalnya dalam
sebuah rumah sakit yang cukup besar,
barangkali pasien akan dibebani sesuai dengan
banyak sedikitnya tenaga dan fasilitas yang
digunakan. Misalnya saja seorang pasien
radioterapi yang memerlukan pengecekan atau
verifikasi dosis ketika dipapari akan dibebani
biaya lebih, jika dibandingkan dengan pasien
yang tidak memerlukannya. Sehingga dengan
makin banyaknya tenaga dan fasilitas yang
digunakan tentu akan semakin besar beban yang
ditanggung pasien.

PENUTUP
Dengan melihat peran dan tanggung jawab
Fisikawan Medik dalam radioterapi tersebut, maka
kiranya sangat jelas betapa diperlukannya
kualifikasi minimal yang tepat untuk sebuah
Instalasi Radioterapi sesuai dengan besar dan
kecilnya instalasi tersebut. Apalagi radioterapi
adalah suatu cara pengobatan pasien yang tidak
hanya masalah klinis saja, akan tetapi juga
menyangkut masalah fisika, sehingga mitra kerja
antara dokter radioterapist dengan fisikawan medik
sangat dibutuhkan setiap harinya. Bahkan
merupakan suatu keharusan apabila kalau
menginginkan kesuksesan dan keberhasilan
pengobatan dengan radioterapi. Semoga saja tulisan
ini dapat memberikan manfaat, baik untuk
Departemen Kesehatan, Rumah sakit-rumah sakit
yang memiliki instalasi radioterapi maupun bagi
universitas yang ingin mengembangkan pendidikan
Fisika Medik.

DAFTAR PUSTAKA

2. Bengkel atau Laboratorium dan stafnya
3. Perawatan peralatan radioterapi dan manajemen
staf untuk melakukan perawatan atau mungkin
juga perbaikan.

1. NASUKHA. Peran Fisika Medik dalam
Kedokteran Nuklir. Buletin ALARA, Vol 1, No.
1, hal 27-31, 1997

Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998

Peran fisika medik dalam radioterapi

2. SUSWORO, R, ET AL. Perkembangan dan
aplikasi akselerator dalam radioterapi. Prosiding
Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan
Lingkungan, PSPKR-BATAN, hal 9-17, 1997.

–5

4. NASUKHA DAN WIHARTO, K. Teknologi
Medik : Perkembangan dan sebuah pengkajian
untuk negara berkembang. Majalah INOVASI
TEKNOLOGI, No.1, hal 38-42, 1996.

3. NASUKHA. Kalibrasi Aktivitas Sumber Ir-192
Brakiterapi. Majalah CERMIN DUNIA
KEDOKTERAN, No. 118, Juli, hal 56-59, 1997

ISBN 979-8591-46-1
237 halaman, 17,5 x 15 cm
Bisa diperoleh di berbagai toko buku, atau
pesan langsung ke ;

PENERBIT ITB
Jalan Ganesha 10
Bandung – 40132
Telpon (022) – 2504257

Ringkasan
Buku “Mengenal asas proteksi radiasi”
memperkenalkan
cabang
kajian
yang
berhubungan dengan upaya memberikan
perlindungan kepada seseorang, masyarakat,
dan
lingkungan
terhadap
kemungkinan
memperoleh dampak yang merugikan dari
pemanfaatan
radiasi
pengion.
Anda
diperkenalkan kepada konsep dasar fisika,
falsafah proteksi radiasi, serta teknik proteksi
radiasi. Selain itu Anda diperkenalkan kepada
cara mengevaluasi keefektifan upaya proteksi
disertai penjelasan singkat mengenai peralatan yang digunakan.
Buku ini terutama dimaksudkan sebagai buku pegangan jika Anda peserta kuliah proteksi radiasi di
Jurusan Fisika. Namun, dengan menyesuaikan di sana-sini, buku ini akan sangat membantu Anda dalam
mempelajari masalah keselamatan radiasi meskipun Anda berlatar pendidikan ilmu pengetahuan eksata
yang lain atau keteknikan, khususnya jika Anda meminati masalah kesehatan lingkungan. Selain itu,
buku ini juga membantu para sarjana yang bekerja di Badan Tenaga Atom Nasional, Badan Pengawas
Tenaga Nuklir, BPPT, Departemen Kesehatan, BAPEDAL, berbagai instansi dan industri yang sifat
pekerjaannya berhubungan dengan pengaturan, pengawasan, pemerhati dampak radiasi, atau
pemanfaatan radiasi pengion agar mereka lebih mengenal konsep dan teknik keselamatan radiasi.
Pengetahuan dasar ini selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai titik awal jika Anda ingin membina
karier sebagai tenaga ahli proteksi radiasi, sebagai pekerja radiasi, atau pemerhati aspek kesehatan
lingkungan akibat pemanfaatan tenaga atom.

Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998