Tidak memiliki akuntabilitas publik sign
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Penerapan SAK ETAP
2.1.1.1 Pengertian SAK ETAP
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di Indonesia merupakan terapan dari beberapa standar akuntansi yang ada seperti, IAS, IFRS, ETAP, GAAP. Selain itu juga ada PSAK syari’ah dan juga SAP. Kemudian,
Definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) adalah entitas yang :
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal (pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit.)
(Sumber : SAK ETAP Bab 1 Ruang Lingkup paragraf 1.1)
SAK ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Seperti contoh, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Koperasi, Bank Perkreditan Rakyat (BPR). SAK ETAP diterbitkan tahun 2009 berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan lebih awal yaitu 1 Januari 2010. Diterapkan secara retrospektif, jika tidak praktis diperkenankan prospektif.
Prospektif yaitu :
1. Mengakui semua aset dan kewajiban sesuai SAK ETAP
2. Tidak mengakui aset dan kewajiban jika tidak diijinkan oleh SAK ETAP
3. Mereklasifikasi pos-pos yang sebelumnya menggunakan PSAK lama menjadi pos-pos sesuai SAK ETAP
4. Menerapkan pengukuran aset dan kewajiban yang diakui sesuai SAK ETAP.
Ketentuan Transisi SAK ETAP yaitu :
1. ETAP dapat memilih tetap menggunakan PSAK – IFRS atau menggunakan SAK ETAP.
2. Seluruh entitas sampai dengan 31 Desember 2009 menggunakan satu PSAK yaitu PSAK yang berlaku per 31 Desember 2009.
3. ETAP yang tetap memilih menggunakan PSAK – IFRS tidak boleh dikemudian hari berubah menggunakan SAK ETAP.
4. Entitas dengan akuntabilitas publik yang kemudian telah memenuhi persyaratan sebagai ETAP dapat menggunakan SAK ETAP.
5. ETAP yang kemudian berubah menjadi bukan ETAP maka harus menggunakan PSAK – IFRS dan tidak boleh lagi menggunakan SAK ETAP. (Sumber : Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)
Terdapat perbedaan mendasar antara SAK ETAP dan SAK UMUM. Salah satunya dapat dilihat dari Komponen laporan keuangan, dimana SAK ETAP masih menggunakan istilah Neraca, Laporan Laba rugi, Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas laporan Keuangan, sedangkan SAK UMUM, Neraca berganti nama dengan Laporan Posisi Keuangan, disajikan pula Laporan Laba Rugi Komperehensif, selain juga menyusun Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penyajian Laporan Laba Rugi Komperehensif dianggap perlu pada SAK UMUM, sedangkan tidak pada SAK ETAP, mengingat SAK ETAP adalah penyederhanaan dari SAK UMUM.
Perbedaan lainnya adalah pada metode pengukuran. SAK ETAP menggunakan historical cost dan nilai wajar, sedangkan SAK UMUM mengunakan historical cost, biaya kini, nilai realisasi bersih dan nilai sekarang. Selain itu dalam penilaian aset, SAK ETAP hanya menggunakan biaya historis dan baru menggunakan revaluasi kalau diizinkan, sedangkan SAK UMUM bisa memilih salah satu yang mana lebih relevan atau yang lebih andal.
Perbedaan terpenting adalah ada tidaknya konsep pemeliharaan modal. Pada SAK UMUM salah satu yang terpenting adalah bagaimana modal pemilik perusahaan itu terjaga. Oleh karena itu, SAK UMUM dirancang untuk bisa menyajikan kondisi perusahaan sebenarnya untuk kepentingan pemilik perusahaan, investor dan kreditor. Berbeda dengan SAK ETAP, karena merupakan SAK “khusus” untuk entitas tanpa akuntabilitas publik, maka tidak diperlukan untuk menyajikan dan menggunakan konsep pemeliharaan modal yang akuntabel. Oleh karena itu, SAK ETAP tidak disajikan catatan atas laporan keuangan mengenai modal perusahaan dan dividen secara detail.
Perbedaan berikutnya adalah masalah aset tidak berwujud. SAK UMUM mengakui umur manfaat yang tidak terbatas, sedangkan SAK ETAP hanya mengakui aset tidak berwujud yang memiliki umur yang terbatas. Begitu pula untuk goodwill,
SAK UMUM mengakuinya, sedangkan SAK ETAP tidak. Pengakuannya juga berbeda, SAK UMUM bisa menggunakan metode historical cost dan revaluasi, sedangkan SAK ETAP hanya menggunakan historical cost. SAK UMUM benar- benar memperhitungkan adanya indikasi pengurangan nilai dari aset tidak berwujud tersebut, sedangkan SAK ETAP tidak.
Perbedaan inilah yang menjadikan SAK ETAP lebih sederhana dan aplikatif bagi perusahaan kecil. Bukan hanya perusahaan kecil, perusahaan besar yang tidak diharuskan memiliki akuntabilitas publik juga diizinkan menggunakannya, tapi perlu diingat, kesederhanaan penyajian ini banyak mengabaikan hal yang tidak relevan, Perbedaan inilah yang menjadikan SAK ETAP lebih sederhana dan aplikatif bagi perusahaan kecil. Bukan hanya perusahaan kecil, perusahaan besar yang tidak diharuskan memiliki akuntabilitas publik juga diizinkan menggunakannya, tapi perlu diingat, kesederhanaan penyajian ini banyak mengabaikan hal yang tidak relevan,
2.1.1.2 Indikator dan Penerapan SAK ETAP
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone
dan Wildavsky (2002:6), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (2004:70), mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Sedangkan SAK ETAP sendiri merupakan Standar Akuntansi Keuangan untuk
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, artinya SAK ETAP diperuntukkan bagi entitas yang laporan keuangannya tidak akuntabel untuk publik secara luas. Biasanya SAK ETAP diterapkan oleh usaha kecil dan menengah, karena tidak memperjualbelikan sahamnya di pasar modal.
Suatu entitas memiliki akuntabilitas publik yang signifikan, jika entitas tersebut telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal atau entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. (Sumber : Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)
Latar belakang penggunaan SAK-ETAP adalah kebutuhan SAK Khusus untuk UKM, hal ini mengingat mayoritas usaha di Indonesia masih dalam besaran UKM bukan Usaha Besar. Tercatat menurut data statistik Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia, pada tahun 2011 PDB disusun oleh lebih dari 52% berasal dari sektor UKM. Selain itu, sering pula terdapat kendala UKM untuk mendapat kredit pada perbankan. IFRS pun terasa sulit untuk diterapkan bagi UKM, karena standar tersebut menyajikan kompleksitas dalam penyusunan laporan keuangan.
Penerapan SAK ETAP direlevansikan dengan anjuran World Bank, yang menyatakan bahwa tiap negara minimal mempunyai dua Standar Akuntansi, yaitu standar untuk perusahaan publik dan standar untuk entitas non publik. Rahmi (2011). Musnandar (2011), menyatakan bahwa yang melatarbelakangi diperlukan SAK ETAP ini karena PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang mengadopsi International Financial Reporting Standard (IFRS) terlalu kompleks jika untuk diterapkan oleh perusahaan kecil menengah (UKM) di Indonesia
SAK yang berbasis IFRS (SAK UMUM) ditujukan bagi entitas yang mempunyai tanggung jawab publik signifikan dan entitas yang banyak melakukan kegiatan lintas negara. SAK UMUM tersebut rumit untuk dipahami serta diterapkan bagi sebagian besar entitas usaha di Indonesia yang berskala kecil dan menengah. Dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk suatu entitas dibandingkan dengan SAK UMUM dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks (IAI, 2010)
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP. Sepanjang diterapkan secara konsisten, entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP dalam penyusunan laporan keuangan berikutnya. Jadi, entitas yang menyusun
laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan sebagai entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP, melainkan wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK non- ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP ini kembali sesuai dengan
paragraf 29.4 (Sumber : Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) Penerapan SAK ETAP menurut Ikatan Akuntan Indonesia adalah mencakup pos-pos berikut ini :
PERKIRAAN SAK ETAP Penyajian Laporan Keuangan
Minimum pos yang harus ada di neraca lebih sedikit. Silent terhadap pos luar biasa, laporan laba rugi (tanpa harus menyajikan laba rugi komprehensif), cash flow dengan metode tidak langsung
Aset Tetap dan Properti Investasi Aset tetap, properti investasi menggunakan metode biaya kecuali ada ketentuan
pemerintah yang
mengharuskan
model revaluasi
diterapkan.
Aset Tidak Berwujud Aset tidak berwujud diamortisasi selama 10 tahun.
Pengukuran menggunakan metode biaya.
Instrumen Keuangan Ruang lingkup; investasi pada efek tertentu- Klasifikasi trading, held to maturity, dan available for sale. Hal tersebut mengacu pada PSAK no 50 (1998).- Jauh lebih sederhana dibanding ketentuan PSAK 50 dan PSAK 55 (revisi 2006)
Persediaan LIFO tidak diijinkan, ketentuan lainnya sama dengan PSAK
Penurunan nilai Aset Ruang lingkup yang meliputi semua jenis aset kecuali aset yang timbul dari manfaat pensiun.- Tidak mengatur penurunan nilai goodwill.- Ada tambahan penurunan nilai untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang menggunakan PSAK 31.
Laporan Keuangan Konsolidasian Tidak diatur bila memiliki investasi atas asosiasi
maupun subsidiary menggunakan metode ekuitas ( on line cosolidation).
Sewa Tidak mengatur perjanjian yang mengandung sewa ( psak 8)- Klasifikasi sewa; kombinasi IFRS for SMEs dan SFAS 13 (rule based)- Laporan keuangan
dan lessor menggunakan PSAK 30 (1990): Akuntansi Sewa
lessee
Biaya Pinjaman Biaya pinjaman langsung dibebankan. Imbalan Kerja
Tidak termasuk imbalan berbasis ekuitas- Untuk manfaat pasti mengunakan PUC dan jika tidak bisa, menggunakan
metode yang metode yang
Pajak Penghasilan Menggunakan tax payable concept. Tidak ada pengakuan dan pengukuran pajak tangguhan.
(Sumber : Ikatan Akuntan Indonesia, 2009)
2.1.1.3 Manfaat Penerapan SAK ETAP Secara Umum
SAK ETAP adalah standar keuangan yang dipergunakan bagi entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan. Usaha-usaha kecil menengah, koperasi dan usaha perseorangan sejak 1 Januari 2011 sudah harus mulai menerapkan SAK ETAP dalam kegiatan operasional usahanya.
SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011, penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP diterapkan dini, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010. (Sumber : SAK ETAP Bab 30 Ruang Tanggal Efektif 30.1)
Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil, menengah, mampu untuk menyusun laporan keuangannya sendiri, dapat diaudit dan mendapatkan opini audit. Sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana (misalnya dari bank) untuk pengembangan usaha.
SAK ETAP lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK – IFRS sehingga lebih mudah dalam implementasinya tetapi tetap memberikan informasi yang handal SAK ETAP lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK – IFRS sehingga lebih mudah dalam implementasinya tetapi tetap memberikan informasi yang handal
sebanyak untuk PSAK –IFRS. Dalam beberapa hal tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama: contoh PSAK 16 (1994), namun ada beberapa hal yang dimodifikasi dari IFRS/IAS.
Menurut Aris Munandar dalam Kholmi (2011) : “Prinsip-prinsip SAK penting diperhatikan pihak UKM agar pengelolaan
bisnis lebih efektif, efisien dan akurat, agar UKM dapat mengelola usahanya secara profesional dan berkembang lebih besar lagi. SAK ETAP ini adalah suatu prinsip, prosedur metode atau aturan penyusunan laporan keuangan pada Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yaitu, entitas usaha yang tidak (belum) tercatat di pasar modal atau tidak dalam proses pengajuan di pasar modal dan entitas ini bukan lembaga keuangan. Entitas usaha yang dimaksudkan disini adalah untuk unit usaha ekonomi berskala kecil dan menengah. Dengan menerapkan SAK ETAP pada UKM, pihak perbankan tentu akan merespon positif sehingga memudahkan perbankan dalam menilai kelayakan bisnis UKM dalam memperoleh bantuan kredit pengembangan usaha. Selain itu UKM memiliki laporan keuangan yang akurat dan sangat berguna bagi UKM dalam meningkatkan produktivitasnya.”
Pada Hakikatnya sasaran pengguna SAK ETAP tidak hanya di kalangan UKM semata, tetapi juga koperasi yang unit usahanya kecil dan juga bank perkreditan rakyat (BPR). Menurut Ayu Nulus (2013) bahwa :
“Pemberlakuan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) dirasakan telah memberi manfaat bagi industri bank perkreditan rakyat (BPR). Dengan SAK-ETAP ini, pelaporan keuangan BPR menjadi lebih transparan, komprehensif dan relevan. Setelah menerapkan SAK-ETAP banyak manfaat yang didapat di antaranya laba menjadi lebih stabil, pelaporan lebih transparan dan berlaku umum.”
SAK ETAP berlaku juga bagi koperasi yang notabene entitas kecil yang semula menggunakan Standar Akuntansi Koperasi menjadi SAK ETAP “Laporan keuangan koperasi menyajikan informasi yang menyangkut kondisi,
kinerja dan perubahan posisi keuangan koperasi, yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan strategis untuk pengembangan koperasi. Pedoman ini merupakan penyempurnaan atas Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Indonesia sebelumnya, yang berisi praktek penerapan akuntansi pada koperasi dengan memperhatikan perubahan pada perkembangan Standar Akuntansi Keuangan yang mengacu pada laporan keuangan internasional (International Financial Reporting Standard/IFRS). Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan Ikatan Akuantan Indonesia pada tanggal 8 April 2011 telah menerbitkan Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan 8 (PPSAK 8) atas pencabutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 27 (PSAK 27). Standar Akuntansi Keuangan yang mengacu pada IFRS dikelompokan menjadi 2, yaitu Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Standar Akuntansi Keuangan Umum (SAK Umum). Mengingat koperasi sejauh ini termasuk dalam entitas tanpa akuntabilitas publik, maka memberlakukan akuntansi koperasi dengan SAK ETAP. Pedoman ini menetapkan bentuk, isi penyajian dan pengungkapan laporan keuangan koperasi untuk kepentingan internal koperasi maupun pihak lain selaku pengguna laporan keuangan koperasi. Pedoman ini merupakan acuan yang harus dipatuhi oleh koperasi dan aparat dalam melakukan pembinaan dalam meyusun laporan keuangan. Maksud dan Tujuan Pedoman Akuntansi adalah untuk menyediakan pedoman yang standar tentang penyajian laporan keuangan koperasi, sehingga membantu mempercepat pengurus dalam menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan koperasi pada rapat anggota tahunan, maupun tujuan-tujuan lain.” (Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 04/per/m.kukm/vii/2012 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi)
2.1.1.4 Peranan SAK ETAP bagi Usaha Kecil dan Menengah Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil
Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri
Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UKM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja
5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :
(1) Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan
(2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1)
Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan
(2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Prinsip-prinsip SAK penting diperhatikan pihak UKM agar pengelolaan bsinis lebih efektif, efisien dan akurat, agar UKM dapat mengelola usahanya secara profesional dan berkembang lebih besar lagi. SAK ETAP ini adalah suatu prinsip, prosedur metode atau aturan penyusunan laporan keuangan pada Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yaitu, entitas usaha yang tidak (belum) tercatat di pasar modal atau tidak dalam proses pengajuan di pasar modal dan entitas ini bukan lembaga keuangan. Entitas usaha yang dimaksudkan disini adalah untuk unit usaha ekonomi berskala kecil dan menengah.
Apabila SAK ETAP diterapkan oleh UKM, pihak perbankan tentu akan merespon dengan positif, karena akan memudahkan perbankan dalam menilai kelayakan bisnis UKM untuk memperoleh bantuan kredit pengembangan usaha. Disamping itu, UKM tentu akan memiliki data (keuangan) akurat yang amat berguna Apabila SAK ETAP diterapkan oleh UKM, pihak perbankan tentu akan merespon dengan positif, karena akan memudahkan perbankan dalam menilai kelayakan bisnis UKM untuk memperoleh bantuan kredit pengembangan usaha. Disamping itu, UKM tentu akan memiliki data (keuangan) akurat yang amat berguna
Penyusunan laporan keuangan, selain berguna untuk pengambilan keputusan pengusaha UKM, juga untuk pihak-pihak ketiga seperti Bank, Kantor Pajak, Mitra Usaha dan lain-lain.
( http://softskills.16mb.com/2012/10/sak-etap-membuat-ukm-lebih-profesional/ ) diakses tanggal 9 maret 2013.
Selain dampak langsung dari SAK ETAP yang penerapannya memberikan kinerja positif bagi UKM dalam hal Laporan Keuangan, Aktivitas Manajemen, Perolehan Modal, bahwasanya informasi keuangan yang akurat dan relevan, akan membantu suatu entitas lebih mandiri dalam aktivitas usahanya. Seperti yang dikemukakan oleh Magginson et al (2000), bahwa :
“Informasi akuntansi mempunyai peranan penting untuk mencapai keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang handal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Penyediaan informasi akuntansi bagi usaha kecil juga diperlukan khususnya untuk akses subsidi pemerintah dan akses tambahan modal bagi usaha kecil dan keditur (Bank)”
Selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Nicholls dan Holmes (1988) yang menyatakan bahwa :
“Informasi akuntansi merupakan alat yang digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan keputusan, terutama oleh pelaku bisnis. Dimana informasi akuntansi diharapkan dapat didefiniskan sebagai sistem informasi yang bisa mengukur dan mengomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan ekonomi.”
UKM perlu menggunakan SAK ETAP agar lebih sederhana terutama untuk pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan dibandingkan SAK Umum, selain masih banyak yang berprinsipkan historical cost dibandingkan SAK umum yang menggunakan fair value. Hal ini juga akan menjadi rujukan auditor dalam memeriksa UKM, bahkan dengan penggunaan SAK ETAP ini tidak perlu pusing mengikuti perkembangan IFRS yang sangat dinamis. (Ilham Gelana, 2011).
2.1.2 Kosultasi Manajemen
2.1.2.1 Pengertian Konsultasi Manajemen
Konsultasi manajemen adalah rangkaian kegiatan dengan pendekatan analitik dalam penyediaan jasa konsultasi manajemen. Secara rinci, proses ini merupakan gabungan kegiatan berikut ini : perumusan sasaran yang ditentukan oleh klien, penemuan fakta, perumusan masalah atau peluang, pengkajian berbagai alternatif, penentuan usulan tindakan, penyampaian temuan, implementasi, dan penindaklanjutan pada manajemen perusahaan
Jasa konsultasi dapat meliputi jasa-jasa berikut ini : Jasa konsultasi dapat meliputi jasa-jasa berikut ini :
b. Jasa pemberian saran profesional (advisory services). Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mengembangkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh : review operasional dan improvement study, analisis terhadap suatu sistem akuntansi, pemberian bantuan dalam proses perencanaan stratejik.
c. Jasa implementasi. Untuk jasa jenis ini, fungsi praktisi adalah mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Praktisi bertanggungjawab kepada klien dalam hal pelaksanaan dan manajemen kegiatan perikatan. Contoh : penyediaan jasa instalasi sistem komputer, jasa pendukung untuk meningkatkan produktivitas.
d. Jasa transaksi. Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh : penyediaan informasi, mendapatkan pendanaan, jasa pengurusan kepailitan, jasa penilai, analisis kemungkinan akuisisi.
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya. Untuk jasa jenis ini fungsi praktisi adalah menyediakan staf yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan klien. Contoh : manajemen fasilitas pemrosesan data, pemrograman komputer, perwalian dalam rangka kepailitan, aktivitas kontrol
f. Jasa produk. Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu. Contoh : penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat lunak komputer, penjualan dan instalasi metodologi pengembangan sistem (Sumber : Standar Profesional Akuntan Publik, 2011)
(Geneva : International Labor Organizatons, 1976) menyatakan bahwa konsultasi manajemen adalah : “Management consulting is a professional service that helps managers to
analyze and solve practical problems and transfer sucessfull management practices from one enterprise to another
Definisi konsultasi manajemen menurut Greiner & Metzger (1983) “Management consulting is an advisory service contracted for and provided
to organization by specially trained and qualified person who assist, in an objective and independent manner, the client organization to identify management problems, analyze such problems, recommend solutions to those problems, and help, when requested, in the implementation of solutions”
Konsultasi manajemen bukanlah produk jasa yang menawarkan jasa untuk dapat meningkatkan harga produksi sebuah usaha, tetapi konsultan manajemen Konsultasi manajemen bukanlah produk jasa yang menawarkan jasa untuk dapat meningkatkan harga produksi sebuah usaha, tetapi konsultan manajemen
Lembaga yang menyediakan layanan konsultasi biasanya terbagi menjadi beberapa kategori. Konsultan dapat berfungsi sebagai jembatan informasi dan pengetahuan dari eksternal terhadap pihak internal perusahaan. Konsultan dapat menyediakan layanan secara lebih ekonomis.
Marvin Bower (1909), menyatakan bahwa konsultan telah mengkhusukan diri pada tugas-tugas untuk membantu klien, seperti organisasi usaha besar ataupun kecil yang sedang mengalami perubahan atau implementasi teknologi informasi. Selain itu, konsultan yang sudah berpengalaman akan memperoleh informasi dari segala penjuru dunia, dan menguntungkan bagi klien.
2.1.2.2 Institusi Penyedia Layanan Konsultasi Manajemen
Konsultasi manajemen adalah suatu proses pemberian jasa yang dilakukan oleh sebuah lembaga atau sesorang yang independen dan berkualifikasi, atau orang yang mampu mengidentifikasi, menginvestigasi permasalahan ataupun kebijakan yang terjadi dalam sebuah organisasi, memberikan rekomendasi atas permasalahan yang terjadi, dan membantu organisasi untuk mengimplementasikannya. (Institute of Management Consultans, United Kingdom, 1976)
Seseorang yang memberikan jasa konsultasi biasanya disebut sebagai konsultan, seperti menurut Bennet dan Robson (2002) :
"Management Consultants are trained people who provide expert advice in the area took part in the entire business process and management system of the business. Services comprise support for IT, management, finance, marketing or business processes. Management consulting firm will identify business needs and help companies improve their performance and profitability by examining existing business problems and develop strategies to meet future financial goals and specificity.
Kemudian penulis menginterprestasikan sebagai berikut : “Konsultan Manajemen adalah orang-orang terlatih yang memberikan nasihat
pakar di daerah mengambil bagian untuk proses bisnis dan seluruh sistem manajemen dari bisnis. Layanan terdiri mendukung untuk IT, manajemen, keuangan, proses pemasaran atau bisnis. Konsultan manajemen akan
mengidentifikasi perusahaan kebutuhan bisnis dan membantu perusahaan meningkatkan kinerja mereka dan profitabilitas dengan memeriksa masalah bisnis yang ada dan mengembangkan strategi-strategi masa depan yang memenuhi tujuan dan kekhususan keuangan perusahaan.”
Bennet dan Robson menambahkan bahwa layanan utama yang ditawarkan oleh konsultan manajemen di Inggris meliputi :
1. Untuk memandu individu dari persyaratan manajerial mereka kerja.
2. Menyarankan tips untuk menyampaikan arah dan tujuan perusahaan sebagai manajer kepada karyawan.
3. Untuk meningkatkan tingkat komunikasi antara karyawan dan staf manajerial.
4. Untuk merombak struktur perusahaan.
5. Untuk menunjukkan tren baru fungsi manajerial yang dapat meningkatkan laba perusahaan.
6. Untuk membawa kualitas kepemimpinan dalam perusahaan dan memotivasi karyawan mereka untuk bekerja sebagai tim bukan individu.
7. Untuk menilai aspek yang dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan dan untuk memandu perubahan mungkin dalam kebijakan untuk menyembuhkan kerugian tak terelakkan.
Tugas yang paling penting dari sebuah konsultan manajemen adalah membimbing individu dalam struktur manajemen, membahas gaya manajerial saat ini manajer dan menyarankan perubahan perilaku positif. Konsultan manajemen harus tetap berhubungan dengan manajer sepanjang masa konsultasi, sehingga dapat memperbaiki masalah kemungkinan dikeluarkan oleh adopsi gaya manajerial baru. (Suadmin, 2011)
Tugas konsultan manajemen yang efisien adalah untuk memberikan yang terbaik bagi klien di perusahaan dengan menyediakan pedoman untuk staf sesuai dengan kebijakan kerja perusahaan. Seorang konsultan manajemen yang baik tidak pernah menunjukkan teknik manajemen yang sama untuk semua perusahaan sebagai kebijakan kerja perusahaan berbeda satu sama lain .
Seorang konsultan manajemen besar adalah bahwa yang bekerja terhadap perbaikan manajemen bukan hanya berbicara tentang kekurangan. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik merupakan persyaratan keharusan bagi konsultan manajemen besar. Membuat perbaikan dalam kode moral karyawan adalah tugas terbesar seorang konsultan manajemen karena efisiensi karyawan yang dapat membuat atau menghancurkan sebuah perusahaan atau organisasi. Hendry (2012)
Menurut Greiner & Metzger (1983 : 12) perusahaan konsultan dapat dibagi menjadi delapan jenis praktek, yang masing-masing berusaha untuk membedakan dalam segmen pasar yang terbatas, diantaranya :
1. General Management Consulting Company
General management consulting firm providing a range of services to meet the needs of top management, including strategic planning, organizational design, reward systems, control and information systems, and management development.
2. Public Accounting Firm with Consulting Services
KAP is a specialization in the accounting side, providing additional consulting clients job easier. Services provided by public accounting firms put more emphasis on the quantitative side. Types of consulting on information systems, computer systems design and installation, and financial analysis and investment.
3. Company Functional / Special Management
Specific functional company has chosen to concentrate on a limited range of services. Here we find a colleague Hay Associates in compensation and human resource consulting, The Boston Consulting Group in strategic planning, The Alexander Proudfoot Company in manufacturing, and the Forum Corporation in training and management development. For these firms, intense specialization required to develop deep expertise and the highest quality.
4. Industry Specific Consulting Company
One consulting firm that concentrates on several industries. The consulting firm developed a reputation for knowledge in a specific complexity economics, marketing, finance, law, and technology industry faced certain.
5. Public Sector Consulting Company
Their livelihood comes from government contracts to study the social and economic problems as well as to aid in the design and implementation of new programs.
6. Special Consultant Growing company "Think Tanks"
The company has appeared for clients who want a futuristic study, a new approach to problem solving, and advanced technical advice can not be given easily by most other consulting firms.
7. Local and Regional Consultant Company
This intensive company serving clients located near their offices, where they tried to establish a close personal relationship and continue, especially with smaller companies that are untouched by large marketing consulting firm.
8. Consultant Practitioner
Consultant practitioners are individuals who choose not to work for others, and there is no responsibility of the consulting firm.
Kemudian penulis menginterprestasikan dari teori tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan Konsultan Manajemen Umum Perusahaan konsultasi manajemen umum menyediakan berbagai layanan untuk memenuhi kebutuhan manajemen puncak, yang meliputi perencanaan strategis, desain organisasi, sistem reward, kontrol dan sistem informasi, dan pengembangan manajemen.
2. Kantor Akuntan Publik dengan Layanan Konsultasi Spesialisasi KAP adalah pada sisi akuntansi, memberikan konsultasi tambahan yang mempermudah pekerjaan kliennya. Layanan yang diberikan oleh kantor akuntan publik lebih menekankan pada sisi kuantitatif. Jenis konsultasi pada sistem informasi, sistem komputer desain dan instalasi, dan analisis keuangan dan investasi.
3. Perusahaan Fungsional/Manajemen Khusus Perusahaan fungsional khusus telah memilih untuk berkonsentrasi pada berbagai layanan terbatas. Di sini kita menemukan rekan Hay Associates dalam kompensasi dan konsultasi sumber daya manusia, The Boston Consulting Group dalam perencanaan strategis, The Alexander Proudfoot Company di bidang manufaktur, dan Forum Corporation dalam pelatihan dan pengembangan manajemen. Bagi perusahaan-perusahaan tersebut, spesialisasi intens diperlukan untuk mengembangkan keahlian yang mendalam dan kualitas yang tertinggi.
4. Perusahaan Konsultan Khusus Industri Salah satu perusahaan konsultan yang yang berkonsentrasi pada beberapa Industri. Perusahaan konsultan tersebut membangun reputasi untuk pengetahuan dalam kompleksitas spesifik ekonomi, pemasaran, keuangan, hukum, dan teknologi yang dihadapi industri tertentu.
5. Perusahaan Konsultan Sektor Publik Mata pencaharian mereka berasal dari kontrak-kontrak pemerintah untuk studi masalah sosial dan ekonomi serta untuk bantuan dalam desain dan implementasi program-program baru.
6. Perusahaan Konsultan Khusus yang Berkembang “Think Tanks” Perusahaan ini telah muncul untuk klien yang menginginkan studi futuristik, pendekatan baru untuk pemecahan masalah, dan saran teknis canggih yang tidak dapat diberikan dengan mudah oleh kebanyakan perusahaan konsultan lainnya.
7. Perusahaan Konsultan Lokal dan Regional Perusahaan ini intensif melayani klien yang terletak di dekat kantor mereka, di mana mereka berusaha untuk membangun hubungan yang erat secara personal dan berlanjut, terutama dengan perusahaan-perusahaan kecil yang tak tersentuh oleh pemasaran perusahaan konsultan besar.
8. Konsultan Praktisi Konsultan praktisi adalah individu yang memilih untuk tidak bekerja bagi orang lain, dan tidak ada tanggung jawab dari perusahaan konsultan.
2.1.2.3 Hubungan antara Pihak Penyedia Jasa Konsultasi Manajemen dengan Dunia Usaha
Jasa konsultasi manajemen merupakan layanan yang disediakan oleh lembaga atau individu yang bersifat independen dan mempunyai integritas tinggi untuk klien yang membutuhkan perbaikan dalam manajemen perusahaanya. Menurut Roberts (1992) :
“Di era persaingan bisnis yang sangat ketat, perusahaan dituntut untuk tetap kompetitif. Oleh karenanya, konsultan biasa diseleksi untuk memberikan second opinion dan outsider perspective. Perusahaan juga sadar bahwa mereka tidaklah sempurna dalam segalanya. Ketika mereka menyadari bahwa mereka lemah dalam penjualan, saat itu juga mereka memutuskan untuk menggunakan jasa konsultan pemasaran.”
Shapiro (1983) juga memberikan penjelasan mengenai konsultan manajemen, yaitu : “Sebelum berlayar dalam bisnis dan terlibat dalam lautan masalah yang tidak
diketahui dan rintangan pertumbuhan, strategi harus diletakkan. Konsultan manajemen membantu untuk mengatur strategi yang menjawab beberapa kemungkinan pertumbuhan, tantangan dan kekosongan proses tanpa pengawasan. Seorang konsultan manajemen yang baik akan melengkapi ukuran keseluruhan dengan pelaksanaan yang tepat dari strategi untuk langkah-langkah bisnis yang sukses dilakukan untuk berhasil menyelesaikan.”
(http://WEB-INF.prmob.net/views/ltr/article.jspx). Diakses tanggal 23 Februari 2013
Usaha Kecil dan Menengah juga memiliki hubungan dengan para konsultan manajemen, seperti yang dijelaskan oleh Bennet dan Robson (2002) dalam penelitiannya bahwa saran eksternal untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) telah menjadi cepat tumbuh dan menjadi fenomena di tahun 1980-an dan 1990-an, 95 persen dari semua UKM di Inggris telah menggunakan jasa konsultan manajemen.
Dari berbagai penjelasan menurut para ahli dan berbagai sumber dapat ditarik kesimpulan bahwa, dunia usaha dan peran konsultan manajemen tidak dapat dipisahkan. Dunia usaha merupakan bidang yang memiliki transformasi cepat, besar- besaran, dan pertukaran informasi yang tidak dapat dibendung. Dunia usaha, baik usaha besar ataupun kecil sekalipun tentunya menginginkan going concern dalam bisnisnya. Disini peran konsultan manajemen sebagai pihak penyedia layanan yang siap berkontribusi membantu klien dalam usahanya.
2.1.3 Kelangsungan Usaha (Going Concern)
2.1.3.1 Pengertian Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Kelangsungan usaha atau konsep kontinuitas memberikan pernyataan bahwa suatu entitas ekonomi akan terus-menerus melakukan aktivitas operasi dalam mengimplementasikan proyek pekerjaan, komitmen, dan kegiatan yang sedang beroperasi. Dengan kata lain suatu entitas perusahaan akan terus melakukan kegiatan pada waktu yang tidak ditentukan dan berkelanjutan (Hany et. al., 2003). Kelangsungan hidup entitas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa lainnya.
Suatu entitas usaha akan terus berlangsung kecuali jika manajemen bermaksud melikuidasi entitas tersebut atau menghentikan operasi, atau tidak mempuyai alternatif lain kecuali melakukan hal-hal tersebut. Ketika manajemen Suatu entitas usaha akan terus berlangsung kecuali jika manajemen bermaksud melikuidasi entitas tersebut atau menghentikan operasi, atau tidak mempuyai alternatif lain kecuali melakukan hal-hal tersebut. Ketika manajemen
Going Concern adalah asumsi bahwa sebuah entitas usaha akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya secara berkesinambungan. Evaluasi terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. (SPAP SA seksi 341)
Auditor mempertimbangkan apakah unit usaha tersebut memiliki indikasi adanya masalah kesulitan keuangan yang signifikan, yang mungkin dapat mempengaruhi kelangsungan hidup entitas tersebut. Indikasi akan kesulitan keuangan ini dapat dilihat dari apakah terdapat kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restruksturisasi utang, Auditor mempertimbangkan apakah unit usaha tersebut memiliki indikasi adanya masalah kesulitan keuangan yang signifikan, yang mungkin dapat mempengaruhi kelangsungan hidup entitas tersebut. Indikasi akan kesulitan keuangan ini dapat dilihat dari apakah terdapat kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restruksturisasi utang,
2.1.3.2 Unsur-Unsur Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Dalam SPAP SA seksi 341 dijelaskan bahwa indikator kelangsungan usaha (Going Concern), adalah perusahaan yang tidak mengalami atau terhindar dari hal-hal di bawah ini :
1. Tren negatif, yaitu kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, yaitu kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian aktiva.
3. Masalah intern, yaitu pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas keberhasilan suatu proyek tertentu, komiten jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk memperbaiki operasi secara signifikan.
4. Masalah luar yang telah terjadi, yaitu pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, masalah-masalah lain yang memungkinkan membahayakan kemampuan untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi 4. Masalah luar yang telah terjadi, yaitu pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, masalah-masalah lain yang memungkinkan membahayakan kemampuan untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi
Adapula indikasi mengenai sebuah entitas dapat dikatakan memiliki asumsi kelangsungan usaha menurut SPA 570 tentang Kelangsungan Usaha yang ditentukan oleh Istitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tahun 2012.
Di bawah ini disajikan contoh-contoh peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual, maupun secara kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan tentang asumsi kelangsungan usaha :
1. Keuangan
a. Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih
b. Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati waktu jatuh temponya tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau pelunasan; atau pengandalan yang berlebihan pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai aset jangka panjang.
c. Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor.
d. Arus kas operasi yang negatif, yang diindikasikan oleh laporan keuangan historis atau prospektif.
e. Rasio keuangan utama yang buruk.
f. Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam nilai aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas.
g. Dividen yang sudah lama terhutang atau yang tidak berkelanjutan.
h. Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo.
i. Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman. j. Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit
menjadi transaksi tunai ketika pengiriman. k. Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk pengembangan produk baru yang esensial atau investasi esensial lainnya.
2. Operasi
a. Intensi manajemen untuk melikuidasi entitas atau untuk menghentikan operasinya.
b. Hilangnya manajemen kunci tanpa penggantian.
c. Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, waralaba, lisensi, atau pemasok utama.
d. Kesulitan tenaga kerja
e. Kekurangan penyediaan barang/bahan.
f. Munculnya kompetitor yang sangat berhasil.
3. Lain-lain
a. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutori lainnya.
b. Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat dipenuhi oleh entitas.
c. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan pemerintah yang diperkirakan akan memberikan dampak buruk bagi entitas.
d. Kerusakan aset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak diasumsikan atau kurang diasuransikan.
2.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Sebuah unit usaha didirikan dengan harapan akan tetap bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidup usahanya dihutuhkan dukungan internal maupun eksternal sebuah manajemen yang cukup baik dalam mengelola usaha tersebut. Seluruh bagian dalam sebuah entitas usaha dapat mengambil perannya masing-masing guna mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Oleh karena itu dalam menghadapi sebuah kondisi terburuk berupa ketidakpastian kelangsungan usaha suatu organisasi atau entitas usaha perlu memperhatikan analisis kelangsungan usaha (Going Concern).
SPAP SA (seksi 341) membahas berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha suatu unit usaha, sebagai berikut :
a. Kerugian usaha secara berulang atau kekurangan modal kerja.
b. Ketidakmampuan suatu unit usaha untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo.
c. Kehilangan pelanggan utama.
d. Terjadi bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi atau banjir yang merugikan aset perusahaan.
e. Masalah perburuhan seperti pemogokan kerja buruh.
f. Perkara pengadilan, atau masalah serupa yang telah terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.
Lenard dkk (1998) menyatakan bahwa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam audit tahunan auditor harus menyediakan laporan audit untuk digabungkan dengan laporan keuangan perusahaan salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan adalah apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut menerangkan bahwa laporan keuangan suatu unit usaha merupakan faktor yang sangat berperan dalam kelangsungan usaha (Going Concern) suatu unit usaha.
2.1.3.4 Fungsi Analisis Kelangsungan Usaha (Going Concern) bagi Usaha Kecil dan Menengah
Kelangsungan Usaha (Going Concern) merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. (Standar Akuntansi Keuangan ,2002)
Analisis kelangsungan usaha (Going Concern) sangat penting bagi para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Karena dengan analisis ini para pelaku Analisis kelangsungan usaha (Going Concern) sangat penting bagi para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Karena dengan analisis ini para pelaku