PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSA (1)

ESSAI
PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN ETIK DALAM KASUS ABORSI

Koordinator Mata Kuliah: Ns. Setyoadi, M.Kep, Sp.Kep.Kom
Mata Kuliah Etika dan Hukum Keperawatan

Oleh:
Dini Prastyo Wijayanti
NIM. 166070300111019

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2016

PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN ETIK DALAM KASUS ABORSI
A. Paparan Masalah
Keperawatan merupakan pelayanan profesional yang integral dari pelayanan kesehatan

berfokus pada bio, psiko, sosial dan spiritual yang diberikan kepada individu, keluarga,kelompok
dan masyarakat. Sasaran pelayanan keperawatan adalah manusia, maka dalam memberikan
pelayanan perawat harus benar-benar memperhatikan faktor etika karena sejalan dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dan teknologi dan dampaknya
terhadap kehidupan sosial, politik dan ekonomi membuat semakin tingginya perhatian pada
dimensi etika praktik asuhan keperawatan (Gold, 1995).

Etika bagi perawat adalah suatu pedoman yang digunakan dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan etis baik dalam area praktek, pendidikan, administrasi maupun
penelitian. Etika keperawatan menghasilkan informasi tentang moral, perawat yang peka
terhadap masalah yang dihadapi, perawat yang bertanggung-gugat dan mempunyai kemampuan
untuk mengambil keputusan etis dalam praktik keperawatan . Kemampuan untuk membuat suatu
keputusan yang merupakan sesuatu yang esensial dalam praktik keperawatan profesional (Fry,
2002). Dalam praktiknya sehari-hari perawat berhubungan dengan pasien yang beraneka ragam
dengan status kesehatan dan permasalahan yang berbeda-beda. Perawat juga kadangkala terlibat
dalam sebuah permasalahan yang membingungkan untuk mengambil keputusan disebut dengan
masalah etika atau dilema etik dimana dalam pembuatan keputusan tidak ada yang benar dan
salah sehingga membuat perawat menjadi bingung. Beberapa dilema etik yang sering dialami
perawat salah satunya adalah aborsi (Suhaemi, 2003).
Abortus telah menjadi salah satu masalah etika. Berbagai pendapat baik yang pro maupun

kontra. Abortus secara umum dapat diartiakan sebagai penghentian kehamilan secara spontan.
Pihak yang pro mengatakan bahwa aborsi adalah mengakhiri atau menghentikan kehamilan yang
tidak diinginkan, sedangkan pihak antiaborsi cenderung mengartikan aborsi sebagai membunuh
manusia yang tidak bersalah . Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau
pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus
Criminalis” . Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan
kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan
dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan dengan
abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi
perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan” (Suhaemi, 2003)..
Aborsi masih menjadi masalah yang kontroversial pada masyarakat Indonesia saat ini.
Data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
menunjukkan bahwa terdapat 2000.000 kasus aborsi terjadi tiap tahun (Suhaemi, 2003). Lebih
dari 185.000 aborsi terjadi di England pada tahun 2004. Aborsi menjadi hal yang kontroversial.
Meski di England aborsi di legalkan,bebarapa pendapat disisi lain aborsi menimbulkan
perdarahan. Hal mendasar dari etik dihubungkan dengan abortus yaitu nilai moral dan kehidupan
bayi yang belum dilahirkan. Pemerintah melarang tenaga kesehatan profesional memimpin atau
melakukan perhentian kehamilan (aborsi) baik saat adminitrasi, pemberian obat maupun sampai
terminasi kehamilan . Di Brazil, aborsi adalah peringkat ketiga penyebab kematian maternal
(12,5% dati total kematian, dengan perkiraan 529.000 kematian setiap tahunnya,. Menurut

catatan 350,000 post-abortion mengalami komplikasi yang menghasilkan di urutan ke tiga besar
karena prosedur obstetri . Sebagai bahan pertimbangan masalah kesehatan publik, bahwa aborsi
memiliki bermacam-macam konsekuensi untuk wanita , seperti: perdarahan, septicemia,
peritonitis, trauma organ repoduksi kewanitaan. Disinilah peran perawat sangat penting
seharusnya peduli terhadap kemanusiaan, etik, dan melihat yang dibutuhkan wanita, menjujung
kehidupan, martabat, orang yang tepat di sepanjang hidupnya, tanpa diskriminasi. Terutama

kerena issu reproduktif membuat mereka di posisi yang sulit, ketidakcukupan kondisi
menghasilkan pengangguran, pendidikkan yang rendah, ditandai oleh ketidakstabilan hubungan
kasih sayang dan konflik di lingkungan yang keras.

Beberapa faktor yang dihubungkan dengan perkembangan dilema etik yaitu perawat,
peralatan medis, harapan hidup, tingginya biaya perawatan kesehatan , kurangnya waktu
perawatan dan konflik nilai budaya pada pasien, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
Perkembangan pada teknologi medis dan tumbuhnya profesi keperawatan meningkatkan
partisipasi pada pengambilan keputusan hidup dan mati seseorang. Pengalaman perawat di Korea
mengalami dilema etik dilahan praktek, akan tetapi ketersediaan kode etik tidak menjamin
jawaban yang definitif. Perawat seringkali mengalami dilema etik ketika diharuskan memilih
pada alternatif . pengalaman konflik pada perawat ketika memilih didukung oleh etik yang
dipertimbangkang masalah etiknya. Konflik etik terjadi pada pelayanan perawat, penghalang

perkembangan pada profesi keperawatan, penelitian lebih lanjut yaitu perawat sangat sulit
mengontrol emosinya sampai kepedulian pada aborsi yang merupakan dilema etik . Berhadapan
dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya dampak emosional seperti rasa marah,
frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional (Maluwa et al., 2012).

Perawat diasumsikan sebagai tenaga kesehatan yang mempunya tanggungjawab pada
pekerjaannya dengan penyeleseian dilema etik yang sanagat sulit. Nilai dan sikap merupakan
etika di dalam aturan klinik dengan konsen contemporary ethical. Di dunia, aspek profesional
keperawatan mengadung, filosofi, nilai dan ideologi dapat dikombinasikan dengan aspek
pekerjaan, dan nilai derived from this combination should promote the professional satisfaction
of individualnurses and the public’s recognition of our values One’s professional role in nursing
is inseparable . Dari paparan masalah diatas, maka penulis ingin mengungkapkan bagaimana
peran perawat dalam mengambil keputusan etik dalam kasus aborsi dengan mempertimbangkan
nilai dan moral.
B. Pembahasan
Prinsip etika adalah seperangkat peraturan yang dapat diaplikasikan pada segala situasi.
Berbententuk kerangka kerja untuk membantu perawat dan lainnya mengevaluasi issue etik. Etik
dan isuue sosial mempengaruhi pada kesehatan wanita hamil dan janinnya. Beberapa masalah
yang lebih komplek muncul dari teknologi lanjutan di dalam teknologi reproduksi, perawatan
melahirkan , perawatan bayi 0-28hari. Perawat professional memiliki otonomi yang mana

membutuhkan etik dalam kompetensi perawatan. Beberapa prinsip etik dihubungkan dengan
perawatan pasien. Prinsip etik sebagai penuntun aksi etik termasuk empat prinsip moral ; respect
for beneficence, non-maleficence, justice, and autonomy yang menegakkan pilihan yang benar pada
keluarga dan individu. Kuncinya yaitu secara otonom perawat menghormati dan mendukung anak
yang dikandung oleh wanita termasuk wanita remaja .
Aspek yang sangat unik pada maternitas yaitu perawat membela 2 individu yaitu wanita dan janin.
Peran perawat maternitas adalah ditugaskan lebih jelas untuk wanita hamil daripada janinnya yang
belum dibutuhkan ibunya dan janin sangat tergantung. Aborsi adalah issu yang mudah tersebar ,
sebelum RoeV wade membuat keputusan aborsi dilegalkan, 49% wanita hamil di Amerika yang
tidak diinginkan , 40% mengakhirinya dengan aborsi. Aborsi adalah prosedur yang sangat populer
di United States.Dan menjadi debat politic yang panas. Beberapa orang dbagi menjadi dua grup
yaitu : grup prochoice dan grup prolife. Prochoice didukung wanita bebas mebuat keputusan yang
benar mengenai fungsi reproduksinya didasarkan moral dan keyakinan etik. Prolife memiliki
kekuatan bahwa aborsi adalah pembunuhan , dengan menghilangkan janin yang berhak hidup.
Perawat membutuhkan klarifikasi nilai dan keyakinan secara personal terhadap issu dan harus
memberikan perawatan yang tidak menyimpang serta bertanggungjawab pada klien untuk
mempertimbangkan aborsi. Pengambilan keputusan untuk perawatan atau melokak, pengaruh staff
lainnya dalam pengambilan keputusan , tantangan dalam konsep etik. ANA kode etik untuk
mendukung perawat mengambil keputusan yang benar untuk peduli terhadap klien yang akan
melakukan aborsi. Perawat membutuhkan nya untuk nilai dan keyakinan yang mengetahui aturan

sebelum situasi tersebut terjadi sehinggabisa dicari alternatif lainnya. Dengan komunikasi yang
terbuka , penerimaan keyakinan personal, dan hal lainnya yang mendukung kenyamanan di
lingkungan kerja. Perawat membutuhkan pemahaman hukum aborsi dan konflik keyakinan pada

masyarakat dan isu yang berkembang. Menurut Thompson dan Thompson (1985). dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit untuk diputuskan, dimana tidak ada alternative yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan
sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Dan untuk membuat keputusan etis,
seseorang harus bergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangka
pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh beberapa ahli yang pada dasarnya menggunakan
kerangka proses keperawatan dengan pemecahan masalah secara ilmiah (Kozier, 2004).
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi perawat
untuk menjalankan praktek keperawatan professional dan dalam membuat keputusan etis perlu
memperhatikan beberapa nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik dalam praktik keperawatan
(diadaptasi dari Fry, 2002)
.

Kerangka dan strategi pembuatan keputusan etis.

Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi

perawat untuk menjalankan praktek keperawatan professional dan dalam membuat
keputusan etis perlu memperhatikan beberapa nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik
keperawatan, konsep moral perawatan dan prinsip-prinsip etis (gambar 1)

Nilai dan kepercayaan Pribadi
Kode etik perawat Indonesia

Kerangka
pembuat
keputusan

Keputusan dan
tindakan moral

Konsep Moral keperawatan
Teori/prinsip-prinsip etika

Gambar 1: Unsur-unsur utama yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan tindakan moral
dalam praktik keperawatan (diadaptasi dari Fry, 2002)
Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika, di mana

semua kerangka tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika, yang menurut Fry
meliputi:
• Hal apakah yang membuat tindakan benar adakah benar?
• Jenis tindakan apakah yang benar?
• Bagaimana aturan-aturan dapat diterapkan pada situasi tertentu?
• Apakah yang harus dilakukan pada situasi tertentu?
Beberapa kerangka pembuatan keputusan etis keperawatan dikembangkan dengan mengacu pada
kerangka pembuatan keputusan etika medis. Beberapa kerangka disusun berdasarkan posisi
falsafah praktik keperawatan, sementara model-model lain dikembangkan berdasarkan proses
pemecahan masalah seperti yang diajarkan di pendidikan keperawatan. Berikut ini merupakan contoh
model yang dikembangkan oleh Thompson dan Thompson dan model oleh Jameton: Metode
Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan etika keperawatan yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan pasien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry (2002), terdiri
dari enam tahap:
a.
Identifikasi masalah. Ini berarti mengklasifikasi masalah dilihat dari nilai-nilai,
konflik dan hati nurani. Perawat juga harus mengkaji ke-terlibatannya terhadap masalah
etika yang timbul dan mengkaji parameter waktu untuk protes pembuatan keputusan. Tahap
ini akan memberikan jawaban pada perawat terhadap pernyataan: Hal apakah yang
membuat tindakan benar adalah benar? Nilai-nilai diklasifikasi dan peran perawat dalam

situasi yang terjadi diidentifikasi.

b.

c.

d.

e.

Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpul-kan dalam tahap
ini meliputi: orang-orang yang dekat dengan pasien yang terlibat dalam membuat keputusan
bagi pasien, harapan/keinginan dari pasien dan orang yang terlibat dalam pembuatan keputusan.
Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari konflik yang terjadi. Perawat harus
mengindentifikasi semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada pembuat keputusan.
Semua tindakan yang memung-kinkan harus terjadi termasuk hasil yang mungkin
diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban: Jenis tindakan apa yang
benar?
Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti perawat
mempertimbangkan nilai-nilai dasar manusia yang pen-ting bagi individu, nilai-nilai dasar

manusia yang menjadi pusat dari masalah, dan prinsip-prinsip etis yang dapat dikaitkan
dengan masalah. Tahap ini menjawab pertanyaan: Bagaimana aturan-aturan tertentu
diterapkan pada situasi tertentu?
Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pem-buat keputusan
memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap ini menjawab
pertanyaan etika: Apa yang harus dilaku-kan pada situasi tertentu?
Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.

Tahap
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 7
Tahap 8
Tahap 9
Tahap 10


Model Keputusan Bioetis
Review situasi yang dihadapi untuk mendeterminasi masalah kesehatan,
keputusan yang dibutuhkan, komponen etis individu keunikan.
Kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi.
Identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi.
Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional.
Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan.
Identifikasi konflik-konflik nilai bila ada.
Gali siapa yang harus membuat keputusan.
Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan.
Tentukan tindakan dan laksanakan.
Evaluasi/review hasil dari keputusan/tindakan.

Sumber: J.B Thompson and HO Thompson, Ethic ini Nursing, New York:
MacMilan Publishing Co. Inc., 1981, diadaptasikan oleh Kelly, 1987. dalam

Pembuatan keputusan/pemecahan dilema etik menurut, Kozier, erb (2004), adalah sebagai
berikut:

1)

2)
3)
4)
5)
6)

Mengembangkan data dasar; untuk melakukan ini perawat memerlukan
pengumpulan informasi sebanyak mungkin, dan informasi tersebut meliputi: Orang
yang terlibat, Tindakan yang diusulkan, Maksud dari tindakan, dan konsekuensi dari
tindakan yang diusulkan.
Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat
Mendefinisikan kewajiban perawat
Membuat keputusan.

Implikasi untuk perawat
Perawat memiliki beberapa tanggungjawab yang tidak bisa dihindari dalam konflik
mengenai aborsi: (Aderemia, 2016)
 Perawat harus menginformasikan secara lengkap mengenai aborsi dari legal etik dan
hukum regulasi di negara tersebut.
 Perawat harus mengenalkan pada orang-orang ,aborsi adalah dilema etik yang
menghasilkan kebingungan, ambivalen, stress personal
 Perawat harus memberikan masukkan bukan hanya tentang issu dan dilema tetapi
pelanggaran pada agamaatau keyakinan tentang makna hidup
 Akhirnya perawat memiliki pengetahuan setulis hati dan pendirian yang kuat serta
mengendalikan emosi terkait semua issu.
Peran perawat dalam pengambilan keputusan (Aderemia, 2016)
 Mengidentifikasi issu etik dalam praktik keperawatan
 Membela pasien dan keluarga
 Memberikan informasi pada pasien termasuk keputusan etik
 Berpartisipasi dalam proses formal dan informal terhadap issu etik
 Mengevaluasi proses
Abortus sering menimbulkan konflik nilai bagi perawat, bila ia harus terlibat dalam tindakan
abortus. Di beberapa Negara, seperti AS, Australia, Inggris dikenal suatu tatanan hokum
Conscience Clauses yang memperbolehkan dokter, perawat, atau rumah sakit untuk menolak
membantu pelaksanaan abortus. Masalah abortus memang kompleks, namun perawat
professional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai yang ia yakini kepada pasien yang
memiliki nilai berbeda termasuk pandangan terhadap abortus (Ptilin, 2016).

C. Kesimpulan
Konflik etik terjadi pada pelayanan perawat, penghalang perkembangan pada profesi
keperawatan, penelitian lebih lanjut yaitu perawat sangat sulit mengontrol emosinya
sampai kepedulian pada aborsi yang merupakan dilema etik. Masalah abortus memang
kompleks, namun perawat professional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai yang ia
yakini kepada pasien yang memiliki nilai berbeda termasuk pandangan terhadap
abortus.Perawat memiliki beberapa tanggungjawab yang tidak bisa dihindari dalam konflik
mengenai aborsi:
 Perawat harus menginformasikan secara lengkap mengenai aborsi dari legal etik dan
hukum regulasi di negara tersebut.
 Perawat harus mengenalkan pada orang-orang ,aborsi adalah dilema etik yang
menghasilkan kebingungan, ambivalen, stress personal
 Perawat harus memberikan masukkan bukan hanya tentang issu dan dilema tetapi
pelanggaran pada agamaatau keyakinan tentang makna hidup
 Akhirnya perawat memiliki pengetahuan setulis hati dan pendirian yang kuat serta
mengendalikan emosi terkait semua issu.
.
D. Saran
Perawat seharusnya: sebagai tenaga yang profesional harus berpegang teguh pada etik dan
menghindari konflik etik, mendemonstrasikan pengetahuan pada proses pengambilan
keputusan dalam praktik perawatan pasien , lebih bersikap terbuka dan menunjukkan
kepedulian nya pada pasien, mengapresiasi perbedaan budaya sosial

E. Referensi

1.

Aderemi. (2016). Ethical Issues in Maternal and Child Health Nursing:
Challenges Faced By Maternal and Child Health Nurses and Strategies for
Decision Making International Journal of Medicine and Biomedical Research,
vol 5(2), 68-76.

2. Fry, S.T & Johnstone. 2002. Ethics in nursing practice. Oxford: blackwell
3.

Gold, Chambers &Dvorak. (1995). Ethical dilemmas in the lived experience of
nursing practice. Nursing ethics, 2(2) p:373-385.

4.

Ganz FD, Wagner N and Toren O. (2014). Nurse middle manager ethical dilemmas
and moral distress. Nurs Ethics, 21, 1–9.

5.

Harman, Elizabeth. (2000). Creation Ethics: The Moral Status of Early Fetuses
and The Ethics of Abortion. Philosophy and Public Affairs;, 28(4), 310.

6.

Kiera, Jones. (2007). Ethic of abortion: the argumenst for and against. Health &
Medical Collection, 27(37), 45-48.

7.

Kim, Kyunghee. (2015). Korean Nurses’ Ethical Dilemmas, Professional Values
and Professional Quality of Life. Nursing Ethics, Vol.22(4), 467-478.

8. Park HJ. (2009). Ethical dilemma of nurses. J Korean Acad Nurs Admin; 15, 128–135.
9.

Pitilin, Erica. (2016). Nursing Care In Situations Of Induced Ccaused Abortion:
An Integrative Literature Review. Enfemarial Global, 43, 467-479.

10. Suhaemi, M. E. (2003). Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC
.