MENINGKATKAN KESADARAN DAN UPAYA PERLIND

MENINGKATKAN KESADARAN DAN UPAYA PERLINDUNGAN
TERHADAP LINGKUNGAN
Zaeda Zulfa
zaedazulfa@students.unnes.ac.id

DATA BUKU
Judul Buku

: Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional

Penulis

: Dr.Muhammad Akib, S.H., M.Hum.

Penerbit

: PT RajaGrafindo Persada

Tahun Terbit

: 2014


Kota Penerbit

: Jakarta

Bahasa Buku

: Indonesia

Jumlah Halaman : xxii, 258 hlm., 23 cm
ISBN Buku

: 978-979-769-684-9

DISKUSI/PEMBAHASAN REVIEW
Dr. Muhammad Akib, S.H.,
M.Hum. merupakan guru besar
dalam
bidang
Ilmu

Hukum
Admistrasi Negara mulai pada 1
Desember 2014. Beliau lahir pada
16 September 1963 di Karta. Dr.
Muhammad Akib, S.H., M.Hum.
adalah lektor kepada di fakultas
hukum Universitas Lampung. Beliau
mengampu
program
studi
S1
dengan
mata
kuliah
hukum
lingkungan, hukum sumber daya
alam, hukum penyelesaian sengketa
lingkungan hukum penataan ruang
dan filsafat hukum, dan untuk S2
dan S3 mengampu mata kuliah

hukum lingkungan, negara hukum
dan demokrasi, sejarah hukum dan
teori hukum. Dr. Muhammad Akib
adalah anak didik dari Prof. Dr. Arief
Hidayat, S.H., M.S. Guru Besar Ilmu
Hukum Undip dan menjabat sebagai Hakim Mahkamah Agung. Muhammad
Akib, S.H., M.Hum. merupakan penulis aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah
seperti penelitian, seminar, lokakarya, pelatihan, dan kursus-kursus di bidang
hukum lingkungan. Ada beberapa buku yang diterbitkan oleh Dr.Muhammad

Akib, S.H., M.Humdan salah satunya adalah buku yang berjudul Hukum
Lingkungan: Perspektif
Global dan Nasional. Dalam buku ini penulis
memberikan pemahaman konsep-konsep permasalahan lingkungan, kebijakan
lingkungan dan penegakan hukumnya baik dalam lingkup regional, nasional
dan internasional. Konsep yang diberikan mengajak pembaca baik akademisi
maupun masyarakat untuk sadar bahwa manusia berperan penting akan
kelestarian lingkungan dapat tetap seimbang antara pembangunan dan
pengelolaan lingkungan. Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal pikiran
sudah seharusnya sadar akan lingkungannya menjaga agar tetap lestari dan

mempertimbangkan segala pembangunan-pembangunan melalui perencanaan
yang matang seperti menerapkan pembangunan bernuansa hijau,
pembangunan ramah lingkungan.
Buku berjudul “Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional”
terbitan tahun 2014 dengan penerbit PT RajaGrafindo ini merupakan edisi
revisi dari buku yang berjudul “Hukum Lingkungan, Kebijakan dan Pengaturan
Hukum Global dan Lingkungan” yang terbit pada tahun 2008. Buku ini direvisi
untuk mengikuti perkembangan hukum lingkungan pada perubahan UndangUndang Nomor 32 tahun 2004 menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dan perubahan nomenklatur Kementerian
Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Untuk memudahkan para pembaca memahami makna kata yang kurang
dimengerti, buku ini memberikan fasilitas glosarium seperti pengertian dari
Amdal, penyakit-penyakit, hukum lingkungan dan lain-lainnya.
Hukum lingkungan merupakan salah satu bidang ilmu hukum yang paling
strategis karena mempunyai banyak bidang yaitu bidang hukum admistrasi,
bidang hukum pidana, dan bidang perdata. Hukum lingkungan mencakup
semua benda dan kondisi termasuk manusia yang berpengaruh dalam
kelangsungan hidup dan kesejahteraan. Perlindungan dan kesadaran
lingkungan saat ini perlu digalakkan ke masyarakat, akademisi maupun pejabat
pemerintah karena dapat dilihat kerusakan alam yang semakin parah seperti

mulai kondisi cuaca yang tidak bisa dipastikan, bencana terjadi di mana-mana
hingga menewaskan banyak orang sehingga mengancam kelangsungan hidup
manusia akibat ulah dari manusia itu sendiri dan juga faktor alam. Pengertian
lingkungan hidup pertama kali dituangkan dalam Undang-Undang Lingkungan
Hidup Nomor 4 Tahun 1982 lalu dirubah menjadi Undang-Undang Lingkungan
Hidup Nomor 23 Tahun 1997 dan mengalami perubahan kembali dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPPLH-2009). Konsep lingkungan yang diberikan dalam
buku ini meliputi daya dukung dan daya tampung, memberikan gambaran
permasalahan seperti serangan penyakit mengerikan di Teluk Minamata yang
terjadi di Jepang pada tahun 1950 akibat dari racun metil merkuri dan
kadmium. Penyebab pencemaran lingkunga n yang terjadi karena air laut yang
tercemar oleh limbah yang mengandung raksa (Hg) oleh produksi pabrik kimia.
Tidak adanya pengolahan limbah kembali menjadikan ikan-ikan terserang
racun berbahaya dan dikonsumsi oleh masyarakat sekitar.
Pembahasan Bab I mengulas banyak kasus pencemaran lingkungan
mulai dari penggunaan bahan kimia berlebihan, pengolahan limbah yang
kurang baik oleh pabrik, bahkan pencemaran udara yang terjadi di Indonesia
menjadi perhatian dunia karena Indoensia sebagai negara paru-paru dunia.
Pencemaran lingkungan yang diulas dijelaskan mulai dari masalah global, asia

dan nasional. Dan masalah-masalah lingkungan ini akibat oleh ulah manusia
seperti kita yang kurang sadar dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Para

pelaku perindustrian dalam membuang limbah pabrik lagi-lagi tidak
memperhatikan keadaan lingkungan, tidak mempertimbangkan bahaya yang
timbul ketika pembuangan limbah sembarangan secara terus-menerus. Dalam
pengulasan kali ini , permasalahan lingkungan di tiap negara maju dan
berkembang memiliki perbedaan. Negara maju menganggap jika negara
berkembang adalah penyebab dari rusaknya lingkungan. Dan sebaliknya,
negara berkembanglah yang menjadi faktor penting kerusakan lingkungan,
alam menjadi tidak ramah kembali. Untuk memperbaiki keadaan mutu
kehidupan manusia, memperbaiki kerusakan yang telah terjadi dapat
diselesaikan dengan beberapa cara yang harus diperhatikan yaitu pembahasan
lebih
lanjut
dalam
Bab
ini.
Pembangunan
berkelanjutan

harus
mempertimbangkan tiga tujuan pembangunan berkelanjutan itu sendiri dan
tidak boleh bertentangan.
Pada Bab kedua berjudul kesadaran lingkungan : Global, regional, dan
Nasional yang terdiri dari sub bab yaitu Pengertian Kesadaran dan kebijakan
lingkungan, kebijakan lingkungan Global Internasional, kebijakan lingkungan
regional, kebijakan lingkungan Nasional. Sadar berarti memliki rasa perhatian
dan peduli terhadap kondisi masyarakat, lingkungan yang terjadi, ikut
memikirkan apa yang akan terjadi di masa mendatang dan perubahan seperti
apa nanti. Kesadaran menjadi hal terpenting dalam keberlangsungan hidup.
Kesadaran di mulai ketika terjadi berbagai kasus dan memberikan dampak
yang luar biasa sehingga mengundang rasa sadar tiap orang. Negara dunia
mulai perhatian terhadap lingkungan dimulai di kalangan Dewan Ekonomi dan
Sosial PBB pada waktu peninjauan terhadap hasil-hasil gerakan Dasawarsa
Pembangunan Dunia ke-1 (1960-1970). Seiring dengan meningkatnya
kesadaran lingkungan dibuatkanlah Deklarasi Stockholm yang mengahasilkan
tiga bagian yaitu A Global assessment programme, environmental
management activities, dan supporting measures: education and training,
public information and organizational and financing arrangements. Konverensi
Nairobi, Kenya (1982), konfrensi ini pada dasarnya mengkritik kendala yang

dihadapi 10 tahun dan mengevaluasi implementasi konfrensi Stockhom. Maka
dibentuklah sebuah komisi yang mengkaji suatu agenda global bagi
perubahan. Konfrensi Rio de Janeiro Brazil (1992) menghasilkan prinsip prinsip
pembangunan kehutanan berkelanjutan (Forestry Principles), agenda 21,
konvensi kerangka perubahan iklim, dan konvensi keanekaragaman hayati.
terdiri dari 26 asas dengan tujuan untuk mewujudkan kemitraan global yang
baru dan adil. Konferensi Johannesburg 2002 ( KTT Pembangunan berkelanjutan
) dengan agenda refleksi dan peninjauan kembali atas agenda 21 mengenai
pembangunan berkelanjutan yang disepakati engara negara peserta KTT bumi
di Rio. memiliki program yang pertama pembangunan sosial yang ditunjukan
pada pemberantasan kemisikinan struktural diberbagai bidang, pembangunan
ekonomi, penyelamatan dan perlindungan ekosistem. penulis mempersoalkan
dalam konferensi tersebut, sejak dilaksanakan konferensi tersebut belum ada
kvntribusi yang lebih baik , SDA yang ada dimanfaatkan oleh negara maju
bukan negara yang berkembang. Kesepakatan Ingternasional yang terdiri dari
International Convention for the prevention of population of the sea by oil,
international Convention on civil liability for oil population damage ,
international convention relating to invention on the high seas in cases of oil
population causalities , wetlsnds convention, CITES, WCS, WCN, UNCLOS.
lembaga lembaga internasional terdiri dari UNEP, WCED, UNDP,IUCN, WWF,

OECD. Kebijakan lingungan regional yang terdiri dari Regional asia afrika
(AALCC) yang berisi pada pembangunan hukum lingkungan asia pasifik ,

regional ASEAN yang ebrtujuan untuk mengurangi pembuangan minyak,
mengkoordiansikan dan mengintegrasi rencana. Kebijakan lingkungan nasional
menghasilkan PP No. 27 Tahun 2012 tentang bizin lingkungan.
Pada
Bab
ketiga
yang
berjudul
Hukum
Lingkungan
Dan
Perkembangannya (Global dan Nasional ) yang terdiri dari sub bab yaitu
pengertian dan ruang lingkup hukum lingkungan, kedudukan hukum
lingkungan , perkembangan hukum lingkungan regional dan nasional. Penulis
menjelaskan pengertian dari beberapa pendapat ahli hukum, bahwa hukum
lingkungan tidak semarta mata hukum yang sedang berlaku tetapi juga
meliputi hukum yang dicita citakan atau diharapkan. Dan masih dipersoalkan

jika hukum lingkunagn dijadika bagian salahs atu aspek dari hukum lingkungan.
Bukankah semua aspek dari hukum lingkungan bertujuan untuk menata agar
ligkungan tetap baik, dalam artian mampu mendukung kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Kedudukan hukum lingkungan sebagai cabang ilmu
hukum yang berdiri sendiri yang secara subtansial materi muatannya sebagain
besar merupakan bagian dari hukum adminitrasi. Hukum internaisonal
meskipun telah ada sebel;um adanya lesadaran mengenai lingkungan global
yangb ditandai dengan konferensi Stockholm 1972, perkembangannnya
ditandai dengan diadakannya Ad Hoc meeting of senior government officials
expert in environmental law di Montevideo urugay 1981. Pertemuan tersebut
telah menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi yang sangat berarti
bagimperkembangan hukum lingkungan. Pada tshun 1985 oleh WCED dibentuk
expert group on environmental law yang bertugas mempersiapkan sebuah
laporan tentang prinsip prinsip hukum guna perlindungan lingkungan dann
pembangunan berkelanjutan, dan saran saran guna mempercepat
pengembangan hukum yang relevan bagi perkembangan WCED. Prinsip prinsip
umum dan tanggung jawab yang ebrkaitan dengan SDA dan gangguan
lingkungan hidup antara lain : pengakuan hak dasar manusia atas lingkungan
untuk kesehatan dan kesejahteraan mausia, keadilan antar generasi dalam
menggunakan lingkungan dan sumber daya alam, pelestarian dan

pemanfaatan berkesinambungan ekosoistem serta proses ekologi yang
esensial bagi berfungsinya biosfer, penetapan tolak ukur lingkungan dan
pemantauan dan lain lain. Prnsip selanjutnya yaitu berkenaaan dengan sumber
daya alam lintas batas dan gangguan lingkungan, dan tentang tanggung jawab
Negara. Perkembangan hukum lingkungan di Indonesia dibuat pada masa
penjajahan kolonial beanda, tentang kehutanan, tentang perikanan, gangguan
oleh tempat usaha pabrik, perlindungan alam dan satwa, tentang pengairan ,
tentang perindustrian, bahan industry. Pada tahun sebelum 1970 antara lain :
UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA, UU No. 5 Tahun 1967 tentang kehutanan
dan UU No. 11 tahun 1967 tentang pertmbanga. Pada tahun 1976 dibentuk
panitia nasional kebijaksanaan bagipemerintah dilingkunag hidup. Panitia ini
ebrhasil menyusun RUU tentang lingkungan hidup. UU No. 4 tahun 1982
tentang ketentuan ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup ( UULH –
1982 ) merupakan tonggak sejarah pembangunan hukum lingkungan
Indonesia, karena sejak itu kita pertama kali memiliki undang-undang khusus
dan komprehensif mengatur tentang lingkungan hidup dalams satu ubdang
undang, sebagai ketentuan payung ( umbrella provisions) , UULH telah memuat
prinsip hukum yang encerminkan konsepsi konsepsi perlindungan hukum dan
pembangunan berkelanjutan.
Pada bab yang keempat yang berjudul Peratutan perundang undangan
lingkungana yang terdiri dari sub bab yaitu Pengertian peraturan perundang
undangan ( lingkungan ), zaman kolonial, lingkungan naisonal, dari UULH- 1982

ke UUPLH-2009 dan implikasinya terhadap sistem hukum lingkungan nasional.
Peraturan perundang undangan lingkungan terbagi menjadi dua bagian yaitu
dibuat dan diberlakuakan sejak zaman kolonioal hingga Indonesia merddeka,
yang dibuat dan diberlakukan secara naisonal sejak berlakunya UULH-1982.
Secara yuridis terdapat dalam UU No. 12 Tahun 2011, peraturan perudang
undanagn adalah peraturan yang tertlis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan bentuk atau ditetapkan secara umum dan
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang undang ( pasal 1
dan 2 ) . Hinder ordantie ( HO ) merupakan salah satu peraturan lingkungan
hidup. Dalam pasal 1 HO ditetapkan larangan mendirikan tempat usaha tanpa
izin. Ketentuan mengenai pengelolaan B3 dan limbah B3 telah diatur dalam
pasal 58-59 UUPPLH-2009. Peraturan perundang undangan nasional UU No. 5
tahun 1960 tentang UUPA, UU No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, UU No. 4
tahun 2009 tentang pertambangan ineral dan batubara, UU No. 7 Tahun 2004
tentang SD air, UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, UU No. 10 tahun
1997 tentang kenukliran. Implikasi hukum dari perkembangan dan penguatan
jelas bahwa semua peraturan perpu yang terkait dengan lingkungan hidup
harus sesuai dengan UUPPLH-2009.
Pada bab kelima yang berjudul Hukum lingkungan Adminitrasi yang
terdiri dari sub bab yaitu penegrtian hukum lingkungan adminitrasi, wewenang
pengelolaan lingkungan , kelembagaan, instrument HL adminitrasi,
pengendalian pencemaran air dan udara, pengelolaan B3 dan limbah B3,
peneglolaan dan perlindungan SDA, otonomi daerah, pengelolaan LH dan
penataan ruang. Wewenang pengelolaan lingkungan ebrtumpu pada pasal 33
ayat 3 dan 4 UUD 1945, ketentuan tersebut menjadi landasan bagi Negara
untuk menguasai SDA. Kelesmbaan pengelolaan dilaukan di kementerian LH,
kementerian non structural dan lembaga kementerian non kementeriaan,
pengelolaan lingkungan didaerah . instrument HL adminitrasi terdiri dari
Instrumen perencanaan perlindungan dan peneglolaan LH ( inventarisasi LH,
penetapan wilayah ekoregion, RPPLH, ), instrument pencegahan pencemaran
LH ( KLHS, tata ruang , izin lingkungan, Amdal dan UKL-UPL, baku mutu
lingkungan dan kriteria baku kerusakan lingkungann, instrument ekonomi LH .
peraturan Perpu berbasis LH /
Green legislation, anggaran berbasis
lingkungan,analisis resiko LH, audit LH, penegndalian pencemaran air dan
udara, peneglolaan b3 dan limbah b3 ).
Pada bab keenam yang berjudul Hukum lingkungan kepidanaan yang
etrdiri dari sub bab yaitu pengertian hukum lingkungan kepidanaan, delik
lingkungan an unsur unsurnya, sanksi pidana lingkungan , tanggung jawab
pidana badan hukum dan pejabat. Istilah hukum lingkungan kepidanaan adalah
hukum lingkunga yang memuat aspek aspek pidana, bukan berbicara dalam
konteks ilmu hukum pidana pada umumnya. Dalam UUPPLH-2009 ketentuan
pidana diatur dari pasal 97 – 120. Rumusan delik material terdapat pada pasal
98,99 dan 112. Delik formal pada pasal 100-111, 113-115. Salah satu unsur
yang menjadi pertanyaan dan perhatian adalah unsur “melanggar ketentuan
perundang undangann atau perizinan” diatur dalam pasal 101 UUPPLH-2009.
Penerapan sanksi pidana penjara dan denda tersebut bersifat kumulasi bukan
alternative. Tanggung jawab pidana koorporasi diatur dalam pasal
116,117,118. Tanggung jawab pidana terhadap pejabat diatur dalam pasal 111
dan 112.
Pada bab ketujuh yang berjudul Hukum lingkungan keperdataan yang
etrdiri dari sub bab yaitu pengertian, tanggung gugat lingkungan dan beban

pembuktian, gantirugi tindakan tertentu dan pembayaran, gugatan kelompok,
kewenangan menggugat organisasi lingkungan, gugatan pemerintah dan
pemda. HL keperdataan mmeuat ketentuan yang berkaitan dengan
pemenuhan hak ak keperdataan seseorang. Jenis doktrin tanggung gugat baik
yang bersistem hukum eropa maupun sistem Amerika antara lain tanggung
gugat berdasarkan kesalahan, berdasarkan kesalahan engan pembuktian
terbalik, mutlak, bersama, berdasarkan andilnya dalam pencemaran. Ganti rugi
, tindakan tertentu dan pembayaran uang paksa menurut pasal 87 ayat 1 ada
dua jenis yaitu kerugian atas pencemaran lingkungan, lingkunag hidup itu
sendiri. Eksistensi legal standing instasi pemerintah ternyata telah diakui
dalam praktik peradilan sebelum keluarnya UUPPLH-2009.
Pada bab kedelapan yang berjudul penegakan hikum lingkungan yang
terdiri dari sub bab yaitu pwngwrtian, tata tuan dan ruanglingkup, penegakan
HL adminitrasi, Penegakan HL kepidanaan, peneylesaian sngketa lingkungan ,
meuju efektivitas penegakan hikum lingkungan penegakan HL adminitrasi
bersifat preventif dan bersifat represf.ketentuan pidananya pada lemaga,
personil dan hukum acara yang ebrlaku. Aspek menuju efektivitas ada tiga
yaitu aspek subtansi hukum, kelmbagaan dan aparatur Negara, budaya hukum
masyarakat.
Pembahasan mengenai Hukum lingkungan , membuat buu ini memiliki
nilai lebih untuk dapat menjadi acuan dan dapat dibaca oleh kalangan baik
akademisi, mahasiswa, praktisi hukum dan pemerintah. Terutama mahasiswa
fakultas hukum tentang bahan ajar Hukum lingkungan.