PENANGANAN TINGKAT KESELAMATAN PADA PERM

PENANGANAN TINGKAT KESELAMATAN PADA PERMASALAHAN
KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA
(STUDI KASUS SIMPANG 5 MUARA RAPAK TEPATNYA DARI JALAN SOEKARNO
HATTA KM. 0 DEPAN RAPAK PLAZA, BALIKPAPAN)

Transportasi didefinisikan sebagai suatu proses pergerakan atau
pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain
dengan mempergunakan suatu sistem tertentu untuk maksud atau tujuan
tertentu. Alat perpindahan yang dipergunakan dapat berbeda misalnya jalan
kaki, angkutan darat, laut dan udara ataupun kombinasi dari alat-alat
tersebut (Khisty dan Lall, 2006). Transportasi jalan diselenggarakan dengan
tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat,
aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan
moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan,
untuk

menunjang

pemerataan,

pertumbuhan


dan

stabilitas

sebagai

pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya
terjangkau oleh daya beli masyarakat (pasal 3, Undang – undang No.14
Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).
Adapun salah satu permasalahan transportasi yang memiliki urgensi
tinggi untuk ditangani adalah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas
merupakan suatu peristiwa dimana terjadinya tubrukan/benturan kendaraan
bergerak di jalan yang menyebabkan manusia atau hewan terluka bahkan
bisa saja sampai meninggal. Di dalam definisi ini tidak disinggung ada atau
tidaknya unsur kesengajaan.
Di Provinsi Kalimantan Timur khususnya kota Balikpapan yang
dinobatkan sebagai kota paling layak huni di Indonesia, sebagai kota dengan
peningkatan


transportasi

yang

sangat

pesat.

Terutama

tersedianya

kendaraan bermotor dan jalan raya guna memperlancar arus lalu lintas.
Dilihat

dari

jumlah

penduduknya, jumlah penduduk


Kota

Balikpapan

berdasarkan data BPS terakhir sampai dengan bulan Januari tahun 2015
berjumlah 706.414 jiwa dengan luas wilayah mencapai 843,48 km2 yang
berarti kepadatan penduduknya mencapai 837,5 jiwa/km2. Sedangkan
jumlah

kendaraan

bermotor

menurut

data

Dinas


Perhubungan

Kota

Balikpapan hingga tahun 2013 mencapai 449.832 unit. Menurut data
Lakalantas Balikpapan hingga Agustus 2014, Kota Balikpapan menduduki
urutan kedua tertinggi untuk jumlah kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak
149 kasus dengan kerugian materiil Rp. 772,2 juta atau mencapai 18,87
persen dari total kecelakaan di Provinsi Kalimantan Timur. Menurut data unit
Lakalantas Polres Balikpapanpada tahun 2014, kecelakaan lalulintas kota
Balikpapan mengakibatkan 40 korban meninggal dunia dan ratusan korban
luka-luka. Dikutip dari artikel pihak Kepolisian Lalu Lintas Balikpapan, daerah
yang tercatat memiliki sejarah kecelakaan lalu lintas yang tinggi salah
satunya adalah Simpang Muara Rapak Balikpapan (blackspot). Hal ini juga
didukung dengan adanya persepsi masyarakat yang memberikan identitas
terhadap Simpang Muara Rapak sebagai “Simpang Tengkorak”. Dari lokasi
Simpang Muara Rapak tersebut, titik lokasi rawan kejadian kecelakaan
adalah di Jalan Soekarno Hatta KM. 0 yaitu tepat di depan Rapak Plaza
dimana kemiringan jalan sangat curam didekat traffic light (turunan dan
tanjakan).

Simpang Muara Rapak mempertemukan lima arus lalu lintas di Pusat
Kota Balikpapan yaitu Jalan Soekarno Hatta KM. 0 sebagai jalan arteri primer,
Jalan Jendral Ahmad Yani sebagai jalan arteri sekunder, Jalan Ahmad Yani
sebagai jalan kolektor primer, Jalan Klamono sebagai jalan local primer, dan
Jalan Warukin 2 sebagai jalan lokal primer. Titik lokasi rawan kecelakaan
yaitu Jalan Soekarno Hatta KM. 0 diklasfikasikan sebagai ruas jalan arteri
primer karena menghubungkan antar pusat kegiatan nasional atau antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah sehingga sering
dilalui oleh macam-macam kendaraan bermotor baik kendaraan pribadi,
angkutan umum, maupun kendaraan bervolume besar. Jalan Soekarno Hatta

KM. 0 ini sering dilalui kendaraan bervolume besar seperti truk karena jalan
ini menghubungkan ke pusat kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan
Semayang. Selain itu jalan ini juga dilalui kendaraan pribadi yang ingin
menuju ke pusat Kota Balikpapan baik pengendara dari pinggir Kota maupun
pengendara yang dari luar kota (Kota Samarinda).
Simpang Muara Rapak memiliki identitas sebagai “Simpang Tengkorak”
karena banyak kecelakaan lalu lintas yang memakan banyak korban terjadi
di blackspot ini. Diperkuat dengan hasil kajian LHR yang menyebutkan
bahwa volume lalu lintas yang paling kritis berada di Simpang Muara Rapak

dengan tingkat kepadatan kendaraan bermotor yang sangat tinggi sehingga
sering mengakibatkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.
Menurut catatan dari artikel Kaltim Post, pada tahun 2009 sedikitnya
terjadi 4 kejadian yang menghebohkan publik dimana salah satu kejadinnya
merupakan kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk dan sebuah mobil
yang disebabkan oleh rem truk yang tidak berfungsi (blong). Pada berita
tahun 2010, tabrakan hebat terjadi pada pukul 17.30 WITA di Simpang Muara
Rapak yang melibatkan sebuah truk dengan 8 kendaraan bermotor (terdiri
dari 4 mobil dan 4 motor). Tabrakan beruntun ini disebabkan oleh truk yang
berkecapatan tinggi dan tidak bisa menggunakan rem secara maksimal di
turunan Simpang Rapak. Kejadian ini mengakibatkan 3 orang meninggal
dunia di tempat kejadian peristiwa. Kemudian berita kecelakaan lalu lintas di
Simpang Muara Rapak kembali tercatat oleh Lakalantas Polda Balikpapan
pada tahun 2011, dimana kecelakaan maut melibatkan 1 truk tronton
dengan 9 kendaraan bermotor (terdiri dari 6 mobil dan 3 sepeda motor) yang
mengakibatkan 1 orang pengendara sepeda motor meninggal dunia di
tempat kejadian peristiwa karena terlindas oleh truk tronton. Kecelakaan ini
terjadi pada pukul 14.25 WITA. Catatan terakhir pada tahun 2014, kembali
terjadi kecelakaan sejenis pada pukul 17.25 yang melibatkan 1 truk dengan
12 mobil dan 1 sepeda motor. Beberapa kejadian yang menghebohkan publik

tersebut pada umumnya terjadi pada pick hour di sore hari pada hari kerja

(senin-jumat) dimana kepadatan kendaraan di jalan ini sangat tinggi. Dari
tahun ke tahun, kendaraan yang berbenturan selalu antara truk dengan
mobil

dan

sepeda

motor

yang

benturan

dari

belakang


sehingga

menyebabkan tabrakan beruntun.
Permasalahan lain juga terjadi di lokasi ini dimana Jalan Soekarno
Hatta Km. 0 (depan Rapak Plaza) ini termasuk dalam area sentra
perdagangan, lebar jalan terasa sempit ketika sebagian jalan harus
dipergunakan sebagai lahan parkir on-street dan tempat pemberhentian
angkutan kota untuk mengangkut/menurunkan penumpang. Sehingga pada
saat jam sibuk dimana jalan dipadati oleh banyak kendaraan, akan terjadi
tundaan dan hambatan kendaraan karena adanya parkir on-street dan
pemberhentian angkutan kota.
Keselamatan lalu lintas di jalan raya merupakan tuntutan mendesak
yang perlu diwujudkan oleh pihak perencana dan pengelola infrastruktur
transportasi khususnya transportasi darat untuk menjamin rasa aman dan
keselamatan bagi setiap pengguna jalan. Keselamatan lalu lintas merupakan
aspek penting untuk meningkatkan sistem angkutan jalan selain kelancaran,
keamanan, efisiensi dan keselarasannya dengan lingkungan. Indikator utama
keselamatan lalu lintas adalah tinggi-rendahnya tingkat kecelakaan yang
terjadi, baik yang disebabkan oleh faktor utama dalam sistem lalu lintas
jalan, yaitu manusia, kendaraan dan jalan/lingkungan,maupun oleh faktorfaktor lain yang dominan berpengaruh dalam implementasi lalu lintas

angkutan

jalan,seperti

jumlah

penduduk,

faktor

pengemudi,

faktor

kendaraan, panjang jalan, dan jumlah kendaraan.
Untuk masalah kecelakaan lalu lintas di daerah studi,

dapat

diidentifikasi melalui data-data yang ada bahwa faktor penyebab kecelakaan

lalin di Simpang Muara Rapak adalah faktor manusia, faktor lingkungan jalan,
dan faktor dari kendaraan itu sendiri.
a. Faktor manusia

Kecelakaan di daerah studi terjadi kebanyakan karena pengemudi
kendaraan tidak mampu untuk mengemudikan kendaraannya dengan
wajar. Hal ini dapat disimpulkan dengan kecelakaan lalu linta di
Simpang Muara Rapak yang disebabkan oleh pengendara kendaraan
(seperti supir truk) yang melewati batas kecepatan yang ada.
Mengingat geometrik jalan yang berupa turunan dan tanjakan, maka
sangat

salah

jika

pengendara

mengendarai


kendaraan

dengan

kecepatan tinggi. Hal ini lah yang membuat kecelakaan beruntun
sering terjadi dan tak bisa dihindari.
b. Faktor lingkungan jalan
Simpang Muara Rapak menjadi lokasi yang rawan kecelakaan.
Lingkungan area tersebut merupakan jalan akses menuju ke pelabuhan
Semayang sehingga banyak kendaraan bermuatan dan bervolume
besar yang sering keluar-masuk jalur ini. Serta di sekitar jalan
Soekarno Hatta KM. 0 tepatnya di depan Rapak Plaza, banyak mobil
penumpang atau angkutan kota yang seenaknya berhenti untuk
mencari penumpang. Melihat adanya keberadaan toko-toko grosir
makanan ringan di pinggir jalan membuat banyak kendaraan bermotor
yang menggunakan lahan parkir secara on-street. Dan itu semua
terjadi hanya kisaran 10-15 meter dari keberadaan lampu merah
Simpang Muara Rapak.
c. Faktor kendaraan
Jumlah kendaraan di Kota Balikpapan meningkat setiap tahunnya, hal
ini dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas karena semakin padat
jumlah kendaraan bermotor maka meningkat pula index rawan akan
kecelakaan lalu lintas di daerah studi. Selain itu, disebabkan juga oleh
kendaraan yang tidak memenuhi persyaratan layak jalan sepeti pada
data yang ada, kecelakaan lalu lintas di Simpang Muara Rapak terjadi
karena rem truk yang blong.

Kecelakaan lalu lintas dapat direduksi dengan program penanganan
jalan yang dapat diartikan sebagai upaya dalam penanggulangan kecelakaan
yang terjadi di jalan raya (road crash), yang tidak hanya disebabkan oleh
faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi, namun disebabkan pula oleh
banyak faktor lain seperti: kondisi alam, desain ruas jalan (alinemen vertikal
atau horizontal), jarak pandang kendaraan, kondisi perkerasan, perlengkapan
rambu atau petunjuk jalan, pengaruh budaya dan pendidikan masyarakat di
sekitar jalan, bahkan peraturan/kebijakan tingkat lokal yang berlaku dapat
secara tidak langsung memicu terjadinya kecelakaan di jalan raya.
Melihat dari kondisi jalan tersebut dan masalah-masalah yang terjadi,
Pemerintah

Kota

(Pemkot)

Balikpapan,

Kalimantan

Timur

berencana

membangun jalan layang (Fly Over) di turunan Rapak atau Simpang Muara
Rapak. Flyover merupakan salah satu alternatif penyelesaian guna menekan
tingkat kepadatan kendaraan bermotor di turunan-tanjakan Simpang Muara
Rapak yang diharapkan dapat berpengaruh pada
kecelakaan

beruntun

di

“Jalur

Tengkorak”

ini.

penurunan tingkat

Pihak

Pemkot

telah

merampungkan Detail Engineering Desaign (DED) pada akhir 2013 lalu
dengan kebutuhan mencapai Rp. 124 miliar, dan untuk proses selanjutnya
adalah pembebasan lahan dengan anggaran kebutuhan Rp baru kemudian
dapat dilakukan proses pembangunan dengan estimasi biaya Rp. 250 miliar
yang bersumber dari APBD kota Balikpapan, ABPD Provinsi, dan APBN.
Kawasan Simpang Muara Rapak ini menjadi rpioritas Pemkot untuk
dibangunnya jalan layang, sehingga proses pembebasan lahan demi
pembangunan akan terus digenjot hingga tahun 2016.
Namun, pemerintah kota terlihat masih merasa kesulitan dan seperti
tidak punya solusi cepat untuk melindungi keselamatan masyarakat demi
menghindari kejadian-kejadian serupa seperti dijelaskan di atas agar tidak
terulang

kembali. Sehingga

diharapkan Pemkot

dapat mengantisipasi

terulangnya kecelakaan lalin sejenis dengan melakukan tindakan-tindakan
serta wewenang sebelum atau sementara menunggu pembangunan Fly Over
dilakukan, hal yang dapat dilakukan terlebih dahulu guna meminimalisir

terulangnya kecelakaan di jalur tersebut yaitu dengan melakukan razia truk
bermuatan berat dan membatasi jumlah truk yang lewat pada saat pick hour
mengingat Simpang Muara Rapak meru[pakan jalur yang padat, hal ini tentu
saja

dieksekusi

oleh

Dinas

Perhubungan

bersama

Satlantas

Polres

Balikpapan. Truk besar yang akan melewati Simpang Rapak menuju ke
Pelabuhan dapat diarahkan lewat Somber. Cara lain juga dapat dilakukan
yaitu dengan memindahkan proses bongkar muat di Pelabuhan Semayang ke
Terminal Peti Kemas Kariangau, atau membangun terminal barang demi
mengurangi peredaran kendaraan besar di dalam kota.
Solusi

lain

yang

dapat

dilakukan

adalahmemperhatikan

dan

memperbaiki kondisi perkerasan jalan turunan-tanjakan di Simpang Muara
Rapak ini agar tidak licin terutama pada saat turun hujan. Meminimalisir
permukaan jalan yang berlubang atau bergelombang, dan kelengkapan
fasilitas jalan seperti marka, median, bahu jalan, rambu-rambu lalu lintas
(rambu

peringatan

rawan

kecelakaan

lalu

lintas,

rambu

peringatan

mendekati turunan/tanjakan). Selain itu, bagi instansi terkait dan aparat
kepolisian agar memberikan ketegasan kepada masyarakat agar mematuhi
peratutran lalu lintas seperti rambu lalu lintas, marka jalan, dan memakai
pelindung pada saat mengendarai kendaraan.
Memberikan perhatian khusus terhadap traffic light dikarenakan
beberapa alasan. Pertama, melihat kota Balikpapan sering mengalami mati
listrik sehingga berdampak juga pada traffic light yang menjadi tidak
berfungsi. Dari hasil wawancara masyarakat sekitar, traffic light tidak
berfungsi akibat mati listrik sudah beberapa kali terjadi, sehingga terjadi
kemacetan (crowded) dan penumpukan kendaraan karena kendaraan dari
kelima jurusan akan berusaha saling mendahului. Oleh karena itu, harus ada
polisi lalu lintas yang selalu bertugas di Simpang Muara Rapak ini. Aparat
kepolisian diharap profesional dalam menertibkan dan menjaga keamanan di
daerah studi baik pada saat kondisi mati listrik maupun kondisi listrik yang
menyala. Kedua, traffic light dengan hitungan count down dapat membantu

pengendara untuk mengetahui jarak antara lampu merah ke lampu hijau
guna memudahkan pengendara.
Pemasangan perangkat pembatas kecepatan, misalnya pita kejut guna
“memaksa” kendaraan mengurangi kecepatannya saat mendekati turunan
lampu merah Jalan Soekarno Hatta KM. 0 (depan Rapak Plaza).
Penertiban parkir on-street agar tidak terlalu memakan badan jalan
serta larangan bagi angkutan kota untuk berhenti mengangkut/menurunkan
penumpang
disediakan.

disembarang

tempat

melainkan

di

tempat

yang

telah

LAMPIRAN

Gambar 1. Peta Daerah Studi (Simpang Muara Rapak Balikpapan)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124