Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri dengan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas V SDN 2 Gunung Tumpeng Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2014/201

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus

  Penelitian pada siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan semester II tahun 2014/2015 tentang pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran

  

Numbered Heads Together (NHT) menunjukkan bahwa perlakuan pembelajaran

  IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads

  

Together (NHT) tidak pernah dilakukan. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru

  masih bersifat konvensional yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

  Desain pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) belum pernah dirancang pada siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri kemudian dilanjutkan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Pembelajaran ini merupakan salah satu pembelajaran siswa aktif dimana siswa menggali informasi dan mengembangkan pengetahuannya melalui kegiatan berkelompok kemudian merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data dan membuat kesimpulan. Setelah itu pemanggilan nomor secara acak, dilanjutkan pemberian pertanyaan, kemudian siswa yang nomornya dipanggil menjawab pertanyaan yang diberikan guru sedangkan siswa lain memberikan tanggapan. Kegiatan pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan biasanya hanya duduk, mendengarkan penjelasan dari guru, kemudian mengerjakan tugas. Hal tersebut terjadi karena guru kurang kreatif dan inovatif.

  Hasil belajar siswa diperoleh dari ulangan harian, pekerjaan rumah, tes tengah semester dan tes akhir semester. Penilaian unjuk kerja tidak pernah dilakukan oleh guru. Untuk mengukur ketuntasan hasil belajar menggunakan kriterian ketuntasan minimal (KKM) sebagai acuannya. Untuk mata pelajaran IPA siswa dinyatakan tuntas jika hasil belajarnya mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70.

  Hasil belajar pra siklus siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan tahun 2014/2015 disajikan dalam tabel di bawah ini

  

Tabel 17

Distribusi Hasil Belajar Pra Siklus

Skor Frekuensi Persentase

  40-49 1 5,56 50-59 3 16,67 60-69 10 55,56 70-79 4 22,22 80-89

  90-100 Jumlah 18 100

  Sumber: Data Primer

  Berdasarkan tabel 17 hasil belajar pra siklus siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan terdapat 1 dari 18 siswa (5,56%) yang memperoleh nilai pada interval 40-49.Terdapat 3 dari 18 siswa (16,67%) yang memperoleh nilai pada interval 50-59. Terdapat 10 dari 18 siswa (55,56%) yang memperoleh nilai pada interval 60-69. Terdapat 4 dari 18 siswa (22,22%) yang memperoleh nilai pada interval 70-79 serta tidak ada yang memperoleh nilai pada rentang 80-89 dan 90-100. Nilai terendah pada pra siklus ini adalah 40 sedangkan nilai tertingginya adalah 75 dengan nilai rata-rata kelas 63,11. Untuk lebih jelasnya hasil belajar pra siklus siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten grobogan disajikan dalam gambar berikut.

  

Gambar 3. Hasil Belajar Pra Siklus

  Berdasarkan Gambar 3 hasil belajar pra siklus siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan terdapat 1 dari 18 siswa yang memperoleh nilai pada interval 40-49.Terdapat 3 dari 18 siswa yang memperoleh nilai pada interval 50-59. Terdapat 10 dari 18 siswa yang memperoleh nilai pada interval 60-69. Terdapat 4 dari 18 siswa yang memperoleh nilai pada interval 70-79 serta tidak ada yang memperoleh nilai pada rentang 80- 89 dan 90-100.

  Siswa dinyatakan lulus jika hasil belajarnya mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70. Ketuntasan hasil belajar pra siklus siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan disajukan dalam tabel di bawah ini.

  

Tabel 18

Ditribusi Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus

Skor Kriteria Frekuensi Persentase

  Tuntas 4 22,22 ≥ 70 < 70 Tidak Tuntas 14 77,78

  Jumlah 18 100

  Sumber: Data Primer

  Tabel 18 menunjukan bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM 70 sebanyak 4 dari 18 siswa (22,22%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 14 dari 18 siswa (77,78%). Ketuntasan hasil belajar pra siklus siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan juga disajikan dalam gambar diagram berikut:

  

Gambar 4. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus

  Gambar 4 menunjukan bahwa pada pra siklus siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM 70 sebanyak 22,22 % yang ditunjukkan warna biru pada diagram dan siswa yang belum tuntas sebanyak 77,78% yang ditunjukkan warna merah pada diagram.

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I

  Pelaksanaan siklus I merupakan pemberian perlakuan pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran IPA. Kegiatan pembelajaran siklus I meliputi 3 tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap implementasi tindakan dan observasi, dan refleksi. Uraian tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan Tindakan

  Tahap perencanaan tindakan pada siklus I ini dimulai dengan penyusunan perangkat pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), perangkat pembelajaran dan perangkat evaluasi. RPP siklus I dirancang untuk 2 kali pertemuan dengan materi pembahasan mengenai air. Kompetensi dasar dalam pembelajaran siklu I adalah kompetensi dasar 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Kompetensi dasar tersebut dipaparkan dalam 3 indikator. Indikator tersebut yaitu 7.4.1 Menyebutkan manfaat air bagi manusia, 7.4.2 Menyebutkan macam-macam sumber air, 7.4.3 Mendeskripsikan proses daur air.

  RPP disertai dengan perangkat pembelajaran yang terdiri dari materi, media, sumber belajar, alat dan bahan. Selain perangkat pebelajaran RPP juga disertai dengan perangkat evaluasi yang meliputi butir soal, rubrik penilaian dan lembar observasi. Lembar observasi yang dipakai meliputi aktivitas yang terkait pendekatan inkuiri dengan model pembeajaran Numbered Heads Together (NHT).

b. Implementasi Tindakan dan Observasi

  Implementasi tindakan pada siklus 1 ini dilaksanakan pada tanggal 19-20 Maret 2015, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi menjadi 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit untuk setiap pertemuan.

  Pertemuan I Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2015.

  Pembelajaran dibuka dengan megucapkan salam kepada guru. Setelah itu dilanjutkan dengan berdo’a bersama. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa serta memeriksa kelengkapan belajar siswa. Setelah itu guru menyampaikan materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dilanjutkan dengan apersepsi.

  Selepas apersepsi siswa dibentuk menjadi 3 kelompok yang mana masing- masing beranggotakan 5-6 orang. Pada saat kelompok sudah terbentuk siswa diminta untuk mengamati lingkungan sekitar yang berhubungan dengan air. Kemudian siswa melakukan diskusi kelas mengenai air dilanjutkan dengan menonton video pembelajaran tentang air. Setelah menonton video pembelajaran siswa mengambil alat percobaan yang sudah disiapkan guru. Guru membimbing siswa saat melakukan percobaan daur air. Siswa melakukan percobaan dengan disiplin. Jika praktikum sudah selesai siswa diminta untuk membuat laporan percobaan dilanjutkan dengan diskusi kelas mengenai daur air. Guru dan siswa kemudian bertanya jawab mengenai percobaan daur air lalu secara bersama-sama menyimpulkan hasil percobaan.

  Guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran yang belum dimengerti lalu secara bersama-sama menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Tidak lupa siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dan siswa lain menanggapi pertanyaan dari siswa yang bertanya. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa agar cinta lingkungan dan lebih semangat dalam belajar. Pembelajaran kemudian ditutup dengan berdo’a bersama.

  Pertemuan II

  Pertemuan II siklus I dilaksanakan tanggal 20 Maret 2014. Pembelajaran dibuka dengan megucapkan salam kepada guru. Setelah itu dilanjutkan dengan berdo’a bersama. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa serta memeriksa kelengkapan belajar siswa. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan II.

  Pembagian kelompok kembali dilakukan yaitu siswa dibagi menjadi 3 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang, anggota kelompok seperti pertemuan sebelumnya. Setelah pembagian kelompok selesai guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Selepas itu guru memberikan pertanyaan terkait materi manfaat air dan proses daur air. Selanjutnya guru memanggil nomor secara acak. Siswa yang dipanggil nomornya kemudian maju dan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa lain diperbolehkan untuk menanggapi jawaban pertanyaan dari siswa yang dipanggil nomornya. Kegiatan itu dilakukan secara berulang dengan pertanyaan terkait materi yang lain.

  Kemudian guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran yang belum dimengerti siswa. Dengan bimbingan guru siswa diminta menyimpulkan pembelajaran pada pertemuan ini. Tidak lupa siswa diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum diketahuinya. Begitu sesi tanya jawab selesai siswa mengerjakan tes formatif siklus I. selesai mengerjakan tes formatif siklus I guru memberikan motivasi kepada siswa agar peduli terhadap lingkungan. Pembelajaran pun selesai dan ditutup den gan berdo’a bersama.

c. Refleksi

  Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi pembelajaran siklus I secara keseluruhan. Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama dengan observer yaitu kepala sekolah dan guru kelas usai pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan meliputi observasi terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hasil evaluasi kegiatan pembelajaran dan hasil belajar pada siklus I adalah sebagai berikut:

  1. Kegiatan pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan sesuatu hal yang baru bagi siswa sehingga siswa tertarik dan antusias dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

  2. Kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan dan pembelajaran menjadi lebih hidup karena siswa aktif dan terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.

3. Kegiatan pembelajaran pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran

  Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi siswa dan

  guru kelas untuk lebih beinovasi dan berkreasi. Pada pembelajaran guru membuat alat peraga daur air dengan desain yang menarik. Inovasi yang dilakukan siswa yaitu mampu menuangkan peristiwa daur air pada alat peraga dalam bentuk karya tempel dengan kreasi mereka sendiri.

  Selain itu pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) memiliki kelemahan sebagai berikut: 1.

  Siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng belum semuanya aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu dilihat dari adanya beberapa siswa yang pasif dan tidak mau bekerja dalam kelompok. Agar tidak terjadi hal demikian sebaiknya dalam pembagian kelompok harus merata yang anggotanya mewakili seluruh bagian dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, dan etnis.

  2. Ada beberapa siswa yang merasa minder dan tidak mau menjawab atau menanggapi temannya. Hal itu didukung dengan nilai unjuk kerja yang tidak hanya mencapai beberapa indikator. Solusinya siswa diberi motivasi agar kepercayaan dirinya muncul sehingga tidak memiliki rasa minder lagi.

  Hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran

  Numbered Heads Together (NHT) siklusi I disajikan dalam tabel berikut :

  

Tabel 19

Distribusi Hasil Belajar Siklus I

Skor Frekuensi Persentase

  40-49 50-59 2 11,11 60-69 5 27,78 70-79 6 33,33 80-89 3 16,67

  90-100 2 11,11 Jumlah 18 100

  Sumber: Data Primer

  Berdasarkan pada tabel 19 hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus I tidak terdapat siswa yang memiliki nilai pada interval 40-49. Terdapat 2 dari 18 siswa (11,11%) yang memiliki nilai pada interval 50-59. Terdapat 5 dari 18 siswa (27,78%) yang memiliki pada interval 60-69. Terdapat 6 dari 18 siswa (33,33%) yang memiliki pada interval 70-79. Terdapat 3 dari 18 siswa (16,67%) yang memiliki pada interval 80-89 serta terdapat 2 dari 18 siswa (11,11%) yang memiliki pada interval 90-100. Nilai terendah pada siklus ini adalah 55 dan nilai tertingginya 95 dengan rata-rata 73,39. Untuk lebih jelasnya hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads

  Together (NHT) siklus I disajikan dalam gambar berikut :

Gambar 5. Hasil Belajar Siklus I

  Berdasarkan pada gambar 5 hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus I tidak terdapat siswa yang memiliki nilai pada interval 40-49. Terdapat 2 dari 18 siswa yang memiliki nilai pada interval 50-59. Terdapat 5 dari 18 siswa yang memiliki pada interval 60-69. 6 dari 18 siswa yang memiliki pada interval 70-79. 3 dari 18 siswa yang memiliki pada interval 80-89 serta terdapat 2 dari 18 siswa yang memiliki pada interval 90-100.

  Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar siswa. Untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70. Ketuntasan hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus I disajikan dalam tabel berikut.

  

Tabel 20

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

Skor Kriteria Frekuensi Persentase

  ≥ 70 Tuntas 11 61,11 < 70 Tidak Tuntas 7 38,89

  Jumlah 18 100

  Sumber: Data Primer

  Tabel 20 menunjukan bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM 70 sebanyak 11 dari 18 siswa (61,11%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 dari 18 siswa (38,89%). Ketuntasan hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus I juga disajikan dalam gambar diagram berikut:

  

Gambar 6. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

  Gambar 6 menunjukan bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM 70 sebanyak 61,11 % yang ditunjukkan warna biru pada diagram dan siswa yang belum tuntas sebanyak 38,89% yang ditunjukkan warna merah

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II

  Pelaksanaan siklus II merupakan pemberian perlakuan pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran IPA. Kegiatan pembelajaran siklus I meliputi 3 tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap implementasi tindakan dan observasi, dan refleksi. Uraian tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut :

  a. Tahap Perencanaan Tindakan

  Tahap perencanaan tindakan pada siklus II ini dimulai dengan penyusunan perangkat pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), perangkat pembelajaran dan perangkat evaluasi. RPP siklus II dirancang untuk 2 kali pertemuan dengan materi pembahasan mengenai air. Kompetensi dasar dalam pembelajaran siklu II adalah kompetensi dasar 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya dan kompetensi dasar 7.5 mendeskripsikan perlunya penghematan air.

  RPP disertai dengan perangkat pembelajaran yang terdiri dari materi, media, sumber belajar, alat dan bahan. Selain perangkat pebelajaran RPP juga disertai dengan perangkat evaluasi yang meliputi butir soal, rubrik penilaian dan lembar observasi. Lembar observasi yang dipakai meliputi aktivitas yang terkait pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

  b. Implementasi Tindakan dan Observasi

  Implementasi tindakan pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 26-27 Maret 2015, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi menjadi 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit untuk setiap pertemuan.

  Pertemuan I

  Pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2015. Pembelajaran dibuka dengan megucapkan salam kepada guru. Setelah itu dilanjutkan dengan berdo’a bersama. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa serta memeriksa kelengkapan belajar siswa. Setelah itu guru menyampaikan materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dilanjutkan dengan apersepsi.

  Selepas apersepsi siswa dibentuk menjadi 3 kelompok yang mana masing- masing beranggotakan 5-6 orang. Pada saat kelompok sudah terbentuk siswa diminta untuk mengamati lingkungan sekitar yang berhubungan dengan air. Kemudian siswa melakukan diskusi kelas mengenai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air dilanjutkan dengan menonton video pembelajaran tentang masalah yang diakibatkan oleh air dan penghematan air. Setelah menonton video pembelajaran siswa mengambil alat percobaan yang sudah disiapkan guru. Guru membimbing siswa saat melakukan percobaan penjernihan air. Siswa melakukan percobaan dengan disiplin. Jika praktikum sudah selesai siswa diminta untuk membuat laporan percobaan dilanjutkan dengan diskusi kelas mengenai teknik penjernihan air. Guru dan siswa kemudian bertanya jawab mengenai percobaan penjernihan air lalu secara bersama-sama menyimpulkan hasil percobaan.

  Guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran yang belum dimengerti lalu secara bersama-sama menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Tidak lupa siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dan siswa lain menanggapi pertanyaan dari siswa yang bertanya. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa agar cinta lingkungan dan lebih semangat dalam belajar. Pembelajaran kemudian ditutup dengan berdo’a bersama.

  Pertemuan II

  Pertemuan II siklus II dilaksanakan tanggal 27 Maret 2014. Pembelajaran dibuka dengan megucapkan salam kepada guru. Setelah itu dilanjutkan dengan berdo’a bersama. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa serta memeriksa kelengkapan belajar siswa. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan II.

  Pembagian kelompok kembali dilakukan yaitu siswa dibagi menjadi 3 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang, anggota kelompok seperti pertemuan sebelumnya. Setelah pembagian kelompok selesai guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Selepas itu guru memberikan pertanyaan terkait materi kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan cara penghematan air. Selanjutnya guru memanggil nomor secara acak. Siswa yang dipanggil nomornya kemudian madju dan menawab pertanyaan dari guru. Siswa lain diperbolehkan untuk menanggapi jawaban pertanyaan dari siswa yang dipanggil nomornya. Kegiatan itu dilakukan secara berulang dengan pertanyaan terkait materi yang lain.

  Kemudian guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran yang belum dimengerti siswa. Dengan bimbingan guru siswa diminta menyimpulkan pembelajaran pada pertemuan ini. Tidak lupa siswa diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum diketahuinya. Begitu sesi tanya jawab selesai siswa mengerjakan tes formatif siklus II. selesai mengerjakan tes formatif siklus II guru memberikan motivasi kepada siswa agar peduli terhadap lingkungan. Pembelajaran pun selesai dan ditutup dengan berdo’a bersama.

c. Refleksi

  Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi pembelajaran siklus II secara keseluruhan. Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama dengan observer yaitu kepala sekolah dan guru kelas usai pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan meliputi observasi terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan materi pembelajaran mengenai air. Hasil evaluasi kegiatan pembelajaran dan hasil belajar pada siklus II adalah sebagai berikut:

  1. Kegiatan pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan sesuatu hal yang baru bagi siswa sehingga siswa tertarik dan antusias dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

  2. Kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan dan pembelajaran menjadi lebih hidup karena siswa aktif dan terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.

4. Kegiatan pembelajaran pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran

  Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi siswa untuk

  lebih berinovasi dan berkreasi. Inovasi yang dilakukan siswa yaitu mampu menuangkan alat penjernih air yang rumit menjadi alat penjernih air sederhana.

  3. Siswa sudah terlibat aktif dibanding pembelajaran pada siklus I karena siswa mulai terampil dalam berdiskusi.

  4. Siswa mulai percaya diri dalam bekerja kelompok, berpendapat dan menanggapi jawaban temannya.

  Hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran

  Numbered Heads Together (NHT) sikluis II disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 21

Distribusi Hasil Belajar Siklus II

  

Skor Frekuensi Persentase

  40-49 50-59 60-69 2 11,11 70-79 7 38,89 80-89 5 27,78

  90-100 4 22,22 Jumlah 18 100

  Sumber: Data Primer

  Berdasarkan pada tabel 21 hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus II tidak terdapat siswa yang memiliki nilai pada interval 40-49 dan 50-59. Terdapat 2 dari 18 siswa (11,11%) yang memiliki pada interval 60-69. Terdapat 7 dari 18 siswa (38,89%) yang memiliki pada interval 70-79. Terdapat 5 dari 18 siswa (27,78%) yang memiliki pada interval 80-89 serta terdapat 4 dari 18 siswa (22,22%) yang memiliki pada interval 90-100. Nilai terendah pada siklus ini adalah 65 dan nilai tertingginya 98 dengan rata-rata 80,69 . Untuk lebih jelasnya hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads

  Together (NHT) siklus II disajikan dalam gambar berikut :

  

Gambar 7. Hasil Belajar Siklus II

  Berdasarkan pada gambar 7 hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus II tidak terdapat siswa yang memiliki nilai pada interval 40-49 dan 50-59. Terdapat 2 dari 18 siswa yang memiliki pada interval 60-69. Terdapat 7 dari 18 siswa yang memiliki pada interval 70-79. Terdapat 5 dari 18 siswa yang memiliki pada interval 80-89 serta 4 dari 18 siswa yang memiliki pada interval 90-100.

  Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar siswa. Untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70. Ketuntasan belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus II disajikan dalam tabel di bawah ini.

  

Tabel 22

Distribusi Ketuntasan Belajar Siklus II

Skor Kriteria Frekuensi Persentase

  ≥ 70 Tuntas 16 88,89 < 70 Tidak Tuntas 2 11,11

  Jumlah 18 100

  Sumber: Data Primer

  Tabel 22 menunjukan bahwa pada siklus II siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM 70 sebanyak 16 dari 18 siswa (88,89%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 dari 18 siswa (11,11%). Ketuntasan hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus II juga disajikan dalam gambar diagram berikut:

  

Gambar 8. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

  Gambar 8 menunjukan bahwa pada siklus II siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM 70 sebanyak 88,89 % yang ditunjukkan warna biru pada diagram dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11,11% yang ditunjukkan warna merah pada diagram.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

  Setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) hasil belajar IPA kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan mengalami peningkatan ketuntasan hasil belajar serta naiknya nilai rata-rata kelas nilai terendah dan nilai tertinggi.

  Peningkatan hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Number Heads Together (NHT) secara rinci disajikan dalam tabel berikut.

  

Tabel 23

Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1 dan

Siklus II

Pra siklus Siklus I Siklus II

  Ketuntasan Hasil Belajar Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

  Tuntas 4 22,22 11 61,11 16 88,89 Tidak tuntas 14 77,78 7 38,89 2 11,11 Jumlah 18 100 18 100 18 100

   Sumber: Data Primer

  Tabel 23 diatas tentang perbandingan distribusi ketuntasan hasil belajar

  IPA nampak bahwa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 pada pra siklus terdapat 4 dari 18 siswa yang tuntas ( 22,22%) sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 14 dari 18 siswa (77,78%). Pada siklus I terdapat 11 dari 18 siswa yang tuntas (61,11%) sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 7 dari 18 siswa (38,89%). Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas terdapat 16 dari 18 siswa (88,89%) dan yang tidak tuntas ada 2 dari 18 siswa (11,11%). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu siswa tersebut adalah siswa yang pasif dan daya tangkapnya kurang dibandingkan siswa yang lain. Selain itu siswa tersebut pernah beberapa kali tinggal kelas. Presentase ketuntasan belajar pada siklus II belum mencapai 100% namun dapat dikatakan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar karena telah memenuhi indikator kinerja yaitu ketuntasan belajar sebesar 80%. Perbandingan ketuntasan hasil belajar setiap siklus untuk lebih jelasnya disajikan dengan gambar berikut ini.

  

Gambar 9. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan

Siklus II

  Gambar 9 menunjukkan perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA nampak bahwa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 pada pra siklus terdapat 14 dari 18 siswa yang tidak tuntas dan terdapat 4 dari 18 siswa yang tuntas. Pada siklus I terdapat 7 dari 18 siswa yang tidak tuntas dan terdapat 11 dari 18 siswa yang tuntas. Sedangkan pada siklus II terdapat 2 dari 18 siswa yang tidak tuntas dan terdapat 16 dari 18 siswa yang tuntas. Untuk mengetahui perbandingan skor maksimal, skor minimal dan skor rata-rata dari pra siklus, siklus I dan siklus II secara rinci disajikan pada tabel berikut ini.

  

Tabel 24

Distribusi Perbandingan Skor Maksimal, Skor Minimal, Skor Rata-Rata Pra

Siklus, Siklus I dan Siklus II

Pra

  

Perbandingan Siklus 1 Siklus 2

Siklus

  Skor Minimal

  40

  55

  65 Skor Maksimal

  75

  95

  98 Skor Rata-rata 63,11 73,39 80,69

  Sumber: Data Primer

  Tabel 24 tentang perbandingan skor maksimal, skor minimal, skor rata- rata pra siklus, siklus I dan siklus II nampak bahwa skor maksimal pada pra siklus yaitu sebesar 75 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 95 kemudian pada siklus II skor maksimal meningkat mencapai 98. Setiap kenaikan skor maksimal juga diikuti oleh kenaikan skor minimal hal tersebut nampak kenaikan skor minimal pada pra siklus yaitu sebesar 40 pada siklus I meningkat menjadi 55 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 65. Kenaikan skor maksimal minimal pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga ikut meningkatkan perolehan skor rata-rata.Skor rata-rata dari pra siklus sebesar 63,11 meningkat menjadi 73,39 pada siklus I. Kemudian pada siklus II rata-rata skor menjadi 80,69. Perbandingan skor minimal, skor maksimal, skor rata-rata dan ketuntasan hasil belajar untuk lebih jelasnya disajikan pada gambar berikut ini.

  

Gambar 10. Perbandingan Skor Minimal, Skor Maksimal, Skor Rata-rata,

Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

  Hipotesis tindakan penelitian ini terbukti bahwa pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan semester II tahun 2014/2015.

  Hasil belajar IPA yang meningkat dari pra siklus, siklus I maupun siklus II dikarenakan guru menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang menyenangkan yaitu pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered

  

Heads Together (NHT). Pendekatan inkuiri yang menekankan pada proses

  berpikir secara kritis dan analisis sehingga siswa dapat merumuskan penemuannya sendiri dengan penuh percaya diri. Potensi intelektual siswa juga meningkat karena siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. Siswa yang terlibat secara langsung dalam proses belajar dapat memahami konsep-konsep dan ide-ide dengan baik sehingga memperpanjang daya ingat terhadap materi. Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

  

Numbered Heads Together (NHT) yang merupakan kerangka konseptual pada

  pembelajaran ini membantu peserta didik dalam memahami pembelajaran, berdiskusi, kerjasama dan membantu teman yang belum paham dalam kesiapannya menerima pertanyaan dari guru.

  Peran pendekatan inkuiri adalah sebagai sarana penanaman suatu konsep pengetahuan terhadap siswa sedangkan untuk memantapkan konsep pengatahuan yang didapatkannya digunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Dpat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) mendukung pendekatan inkuiri.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Ajaran 2014 / 2015

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Ajaran 2014 / 2015

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Ajaran 2014 / 2015

0 0 97

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Aplikasi Inventori Menggunakan Teknologi Firebase: Studi Kasus PT. Asindo Setiatama

1 1 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembuatan Game Simulasi Trading Saham pada Platform Android

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Algoritma Blowfish untuk Enkripsi Database Mysql pada Sistem Informasi Data Aset Berbasis Web

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 73

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri dengan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas V SDN 2 Gunung Tumpeng Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2014/201

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri dengan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas V SDN 2 Gunung Tumpeng Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2014/201

0 0 15