LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS DI INDONESIA

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS
I.

DEFINISI
 Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan
tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah,
2007).
 Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari tiga
minggu (Samer Qarah, 2007).
 Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan
dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut.
 Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang
minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut
pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah
2, 1998, hal : 490).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit
jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Macam-macam Bronchitis
Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut.



Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam
waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh
total tanpa masalah yang lain.



Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang
dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga

berarti menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulanbulan hingga tahunan.

II.

ETIOLOGI
1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan
resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang
dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).
2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena

polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat juga
menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
3. Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme
lain seperti Mycoplasma pneumonia.
4. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5%
pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1
antitripsin ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh
neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).
5. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri
banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur
dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.
6. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita
bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan
kerusakan paru bertambah.
Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:

a.


Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan sehingga
infeksi bakteri mudah terjadi.

b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang dapat
menyerang dinding bronkhus.
c. Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronkhus
d.

sehingga

infeksi

bakteri

mudah

terjadi.


Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga

drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.

III.

PATOFISIOLOGI
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali

sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari
serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama
kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons
inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.
Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar
dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak

mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan
produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary
defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien
dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan
sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi
hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi
mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal
(sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya
mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam
jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran
udara besar. Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat
laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama
selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada
bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,

hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat

meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari
hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang
hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada
FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,
hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive
Heart Failure).

IV.

TANDA DAN GEJALA
Gejalanya berupa:

 Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul
siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan
frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya

jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun
dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi
sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi
sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang
sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,
puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak
( celluler debris ).
 Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen
dan kental.

 Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda –
tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat
infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya
obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya



sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan



sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)



bengek



lelah



pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan




wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan



pipi tampak kemerahan



sakit kepala



gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler,
lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk
biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi
1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak

akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi
demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak nafas
terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah
batuk. Bisa terjadi pneumonia.
V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

  Sinar x dadaDapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan
area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi. Tes fungsi paruUntuk
menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi. TLC
:
Meningkat.
 Volume residu : Meningkat. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat. GDA
:
PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal. BronchogramMenunjukkan di latasi silinder
bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa. Sputum
: Kultur untuk


menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen. EKG
peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF

VI.

: Disritmia atrial,

KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :

a.

Bronchitis kronik

b.

Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang
biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada
mereka drainase sputumnya kurang baik.

c.

Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya
pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

d. Efusi pleura atau empisema
e.

Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada
bronkus. Sering menjadi penyebab kematian

f.

Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) ,
cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe
hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.

g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena
pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan
oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut
akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal
jantung kanan.
i.

Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas

j.

Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan
jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati
dan limpa serta proteinurea.

VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa
diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan
acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya
adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan

penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan
trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun
dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak
diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka
dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu
dilakukan penggantian antibiotik.
a.

Pengelolaan umum

a) Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh :
 Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
 Mencegah / menghentikan rokok
 Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
b) Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai
berikut :
 Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase
sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20
menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha
mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat
dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat
dibantu dengan tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan punggung
jari.
 Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-obat
mukolitik

dan

sebagainya.Mengatur

posisi

tepat

tidur

pasien

Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum.
 Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah
penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi
tidak berkelanjutan.
b. Pengelolaan khusus.

 Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan
Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic
sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada
setiap pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki
akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa
antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi
mukoid ( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat
mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi
aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan
bronkoskop. Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien.
Keperluannya antara lain:
o Menentukan dari mana asal secret
o Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
o Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi.


Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau mebahayakan
pasien.



Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1 <
70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.



Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.



Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari berbagai
penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit
diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.



Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih
kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat
antipiretik.



Pengobatan pembedahan

Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena.
o Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon yang tidak berespon
terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk
operasi
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau haemaptoe dari
daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.
o Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis dengan koplikasi
kor pulmonal kronik dekompensasi.
o Syarat-ayarat operasi.
-

Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel

-

Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel

-

Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis atau bronchitis kronik.

o Cara operasi.
-

Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra indikasi,
yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk operasi. Umumnya
operasi berhasil baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik.

-

Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami keadaan gawat darurat
paru, misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-syarat
dan tidak terdapat kontra indikasi operasi.

o Persiapan operasi :
-

Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah, pemeriksaan
broncospirometri ( uji fungsi paru regional )

-

Scanning dan USG
Meneliti

ada

atau

tidaknya

Memperbaiki keadaan umum pasien.

kontra

indikasi

operasi

pada

pasien

VIII. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :


Aktivitas/istirahat
Gejala

: Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktivitas

sehari–hari, Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda


: Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

Sirkulasi
Gejala

: Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda

: Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat,

Distensi vena leher, Edema dependent, Bunyi jantung redup, Warna kulit/membran
mukosa normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi.




Integritas Ego
Gejala

: Peningkatan faktor resiko Perubahan pola hidup

Tanda

: Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

Makanan/cairan
Gejala

: Mual/muntah, Nafsu makan buruk/anoreksia, Ketidakmampuan untuk

makan, Penurunan berat badan, peningkatan berat badan.
Tanda

: Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, Penurunan berat badan,

palpitasi abdomen.


Hygiene
Gejala

: Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan.

Tanda

: Kebersihan buruk, bau badan.



Pernafasan
Gejala

: Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3

bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, Episode batuk hilang timbul.
Tanda

:

Pernafasan

biasa

cepat,

Penggunaan

otot

bantu

pernafasan,

Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, Bunyi nafas ronchi, Perkusi
hyperresonan pada area paru, Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu
– abu keseluruhan.


Keamanan
Gejala

:

Riwayat

reaksi

alergi

terhadap

zat/faktor

lingkungan,

Adanya/berulangnya infeksi.


Seksualitas
Gejala : Penurunan libido.



Interaksi sosial.
Gejala

:

Hubungan

ketergantungan,

Kegagalan

dukungan/terhadap

pasangan/orang dekat, Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan, Keterbatasan mobilitas fisik, Kelalaian hubungan dengan anggota
keluarga lain.

IX.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.

2)

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.

3)

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

4)

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.

5)

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.

6)

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

7)

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

8)

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan dirumah.

X.
NO
1

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

Definisi : Ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran pernafasan
untuk mempertahankan kebersihan
jalan nafas.

Batasan Karakteristik :
Dispneu, Penurunan suara nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales,
wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau tidak 
ada
Mata melebar
Produksi sputum
Gelisah
Perubahan frekuensi dan irama

nafas
Faktor-faktor yang berhubungan:
Lingkungan : merokok, menghirup
asap rokok, perokok pasif-POK,
infeksi
Fisiologis : disfungsi
neuromuskular, hiperplasia dinding
bronkus, alergi jalan nafas, asma.
Obstruksi jalan nafas : spasme
jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan
nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya
benda asing di jalan nafas.

TUJUAN DAN CRITERIA
HASIL (NOC)

INTERVENSI (NIC)

NOC :
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status : Airway
patency
Aspiration Control

NIC :
Airway suction
Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning
Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
Kriteria Hasil :
Minta
klien nafas dalam sebelum
Mendemonstrasikan batuk
suction
dilakukan.
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan Berikan O2 dengan menggunakan
dyspneu
(mampu nasal untuk memfasilitasi suksion
mengeluarkan
sputum, nasotrakeal
mampu bernafas dengan Gunakan alat yang steril sitiap
mudah, tidak ada pursed lips) melakukan tindakan
Menunjukkan jalan nafas yang Anjurkan pasien untuk istirahat dan
paten (klien tidak merasa napas dalam setelah kateter
tercekik,
irama
nafas, dikeluarkan dari nasotrakeal
frekuensi pernafasan dalam Monitor status oksigen pasien
rentang normal, tidak ada Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
suara nafas abnormal)
Mampu mengidentifikasikan Hentikan suksion dan berikan
apabila
pasien
dan mencegah factor yang oksigen
bradikardi,
dapat menghambat jalan menunjukkan
peningkatan saturasi O2, dll.
nafas








Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan

Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab

Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2




2

Gangguan Pertukaran gas

NOC :
Respiratory Status : Gas
exchange

Definisi : Kelebihan atau
kekurangan dalam oksigenasi dan  Respiratory Status : ventilation
 Vital Sign Status
atau pengeluaran karbondioksida di
Kriteria Hasil :

dalam membran kapiler alveoli

Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan

Batasan karakteristik :
oksigenasi yang adekuat
 Gangguan penglihatan
 Memelihara kebersihan paru
 Penurunan CO2
paru dan bebas dari tanda

 Takikardi
tanda
distress
pernafasan

 Hiperkapnia
Mendemonstrasikan
batuk
 Keletihan
efektif dan suara nafas yang

 somnolen
bersih, tidak ada sianosis dan
 Iritabilitas
dyspneu
(mampu
 Hypoxia

mengeluarkan
sputum,
 kebingungan
mampu bernafas dengan
 Dyspnoe

mudah, tidak ada pursed lips)
 nasal faring

Tanda tanda vital dalam rentang
 AGD Normal

normal
 sianosis

 warna kulit abnormal (pucat,
kehitaman)

 Hipoksemia
 hiperkarbia
 sakit kepala ketika bangun

frekuensi dan kedalaman nafas
abnormal



Faktor faktor yang berhubungan :
 ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
 perubahan membran kapileralveolar









NIC :
Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berika bronkodilator bial perlu
Barikan pelembab udara
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
Monitor rata – rata, kedalaman,
irama dan usaha respirasi
Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan,
retraksi
otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti
dengkur
Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor
kelelahan
otot
diagfragma (gerakan paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas utama
auskultasi suara paru setelah
tindakan
untuk
mengetahui
hasilnya

3

Pola Nafas tidak efektif

NOC :
NIC :
 Respiratory status :
Airway Management
Ventilation

Buka jalan nafas, guanakan
Definisi : Pertukaran udara
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak  Respiratory status : Airway teknik chin lift atau jaw thrust bila
patency
perlu
adekuat
 Vital sign Status

Posisikan
pasien
untuk
Kriteria Hasil :
memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik :
 Mendemonstrasikan batuk

Identifikasi pasien perlunya
- Penurunan tekanan
efektif dan suara nafas yang pemasangan alat jalan nafas
inspirasi/ekspirasi
bersih, tidak ada sianosis dan buatan
- Penurunan pertukaran udara per
dyspneu
(mampu

Pasang mayo bila perlu
menit
mengeluarkan
sputum,

Lakukan fisioterapi dada jika
- Menggunakan otot pernafasan
mampu bernafas dengan perlu
tambahan
mudah, tidak ada pursed lips)

Keluarkan sekret dengan batuk
- Nasal flaring

Menunjukkan
jalan nafas yang atau suction
- Dyspnea
paten (klien tidak merasa
- Orthopnea

Auskultasi suara nafas, catat
tercekik,
irama
nafas,
- Perubahan penyimpangan dada
adanya suara tambahan
frekuensi pernafasan dalam
- Nafas pendek

Lakukan suction pada mayo
rentang normal, tidak ada
- Assumption of 3-point position

Berikan bronkodilator bila perlu
suara nafas abnormal)
- Pernafasan pursed-lip

Berikan pelembab udara Kassa
 Tanda Tanda vital dalam
- Tahap ekspirasi berlangsung
basah
NaCl Lembab
rentang normal (tekanan
sangat lama

Atur
intake untuk cairan
darah, nadi, pernafasan)
- Peningkatan diameter anteriormengoptimalkan keseimbangan.
posterior

Monitor respirasi dan status O2
- Pernafasan rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau > 60
Terapi Oksigen
Usia 1-4 : < 20 atau > 30

Bersihkan
mulut, hidung dan secret
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
trakea
Usia > 14 : < 11 atau > 24
 Pertahankan jalan nafas yang paten
- Kedalaman pernafasan
 Atur peralatan oksigenasi
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat
 Monitor aliran oksigen
istirahat
 Pertahankan posisi pasien
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
 Onservasi adanya tanda tanda
- Timing rasio
hipoventilasi
- Penurunan kapasitas vital
 Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Faktor yang berhubungan :
Hiperventilasi
Deformitas tulang
Vital sign Monitoring
Kelainan bentuk dinding dada
Penurunan energi/kelelahan
Perusakan/pelemahan muskulo Monitor TD, nadi, suhu,
skeletal
dan RR
Obesitas
 Catat adanya fluktuasi
Posisi tubuh
tekanan darah
Kelelahan otot pernafasan
 Monitor VS saat pasien
Hipoventilasi sindrom
berbaring, duduk, atau
Nyeri
berdiri
Kecemasan

Auskultasi TD pada
Disfungsi Neuromuskuler
kedua
lengan
dan
Kerusakan persepsi/kognitif
bandingkan
Perlukaan pada jaringan syaraf
 Monitor TD, nadi, RR,
tulang belakang
sebelum, selama, dan
Imaturitas Neurologis
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru







4

Ketidakseimbangan nutrisi kurang
NOC :
dari kebutuhan tubuh
 Nutritional Status : food and
Fluid Intake
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup Kriteria Hasil :
 Adanya peningkatan berat
untuk keperluan metabolisme
badan sesuai dengan tujuan
tubuh.
 Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
Batasan karakteristik :

Mampu
mengidentifikasi
- Berat badan 20 % atau lebih di
kebutuhan
nutrisi
bawah ideal

Tidak
ada
tanda
tanda
- Dilaporkan adanya intake makanan
malnutrisi
yang kurang dari RDA
(Recomended Daily Allowance)  Tidak terjadi penurunan berat
- Membran mukosa dan konjungtiva badan yang berarti
pucat
- Kelemahan otot yang digunakan
untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat
setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan
sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan
cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau
tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap
makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai
rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup
banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :

Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

NIC :
Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih
( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat
badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan

Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.

5

Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

Resiko infeksi

NOC :
 Immune Status
 Knowledge : Infection control
Definisi : Peningkatan resiko
 Risk control

masuknya organisme patogen
Kriteria Hasil :
 Klien bebas dari tanda dan

Faktor-faktor resiko :
gejala
infeksi

Prosedur Infasif

Mendeskripsikan
proses

Ketidakcukupan pengetahuan
penularan
penyakit,
factor
untuk menghindari paparan
yang
mempengaruhi
patogen
penularan
serta
Trauma
penatalaksanaannya,

Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan  Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya

Ruptur membran amnion
infeksi
Agen farmasi (imunosupresan)
 Jumlah leukosit dalam batas
Malnutrisi

normal
Peningkatan paparan lingkungan
 Menunjukkan perilaku hidup
patogen

sehat
Imonusupresi
Ketidakadekuatan imum buatan
Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon
inflamasi)
Tidak adekuat pertahanan tubuh
primer (kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, perubahan
sekresi pH, perubahan peristaltik)
Penyakit kronik
















NIC :
Infection Control (Kontrol
infeksi)
Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat
berkunjung
dan
setelah
berkunjung meninggalkan pasien
Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten
untuk
menurunkan
infeksi
kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila
perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase










6

a.
b.
c.
d.

Intoleransi aktivitas b/d curah
jantung yang rendah,

ketidakmampuan memenuhi

metabolisme otot rangka, kongesti
pulmonal yang menimbulkan

hipoksinia, dyspneu dan status
nutrisi yang buruk selama sakit

NOC :
Energy conservation
Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, 
nadi dan RR

Mampu
melakukan aktivitas 
Intoleransi aktivitas b/d fatigue
sehari hari (ADLs) secara
Definisi : Ketidakcukupan energu

secara fisiologis maupun psikologis mandiri
untuk meneruskan atau
menyelesaikan aktifitas yang

diminta atau aktifitas sehari hari.
Batasan karakteristik :
melaporkan secara verbal adanya
kelelahan atau kelemahan.
Respon abnormal dari tekanan
darah atau nadi terhadap aktifitas
Perubahan EKG yang
menunjukkan aritmia atau iskemia
Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat beraktivitas.

Faktor factor yang berhubungan :
Tirah Baring atau imobilisasi
Kelemahan menyeluruh
Ketidakseimbangan antara suplei
oksigen dengan kebutuhan

Gaya hidup yang dipertahankan.




Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif

NIC :
Energy Management
Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
Dorong anal untuk mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi
tangadekuat
Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
 Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
 Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
 Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
 Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi

yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual
7

Cemas b/d penyakit kritis, takut
kematian atau kecacatan,

perubahan peran dalam lingkungan
social atau ketidakmampuan yang 
permanen.

Definisi :
Perasaan gelisah yang tak jelas dari
ketidaknyamanan atau ketakutan

yang disertai respon autonom
(sumner tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu); perasaan
keprihatinan disebabkan dari
antisipasi terhadap bahaya. Sinyal 
ini merupakan peringatan adanya 
ancaman yang akan datang dan
memungkinkan individu untuk
mengambil langkah untuk
menyetujui terhadap tindakan
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas

NOC :
Anxiety control
Coping
Impulse control

Kriteria Hasil :
Klien mampu

mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala

cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas

Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat 
aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan









8

Kurang pengetahuan b/d
NOC :
keterbatasan pengetahuan
 Kowlwdge : disease process
penyakitnya, tindakan yang
 Kowledge : health Behavior 1.
dilakukan, obat obatan yang
Kriteria Hasil :
diberikan, komplikasi yang
 Pasien dan keluarga
mungkin muncul dan perubahan
menyatakan pemahaman 2.
gaya hidup
tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
Definisi :
 Pasien dan keluarga mampu 3.
Tidak adanya atau kurangnya
melaksanakan prosedur yang
informasi kognitif sehubungan
dijelaskan secara benar
dengan topic spesifik.
 Pasien dan keluarga mampu 4.
menjelaskan kembali apa
Batasan karakteristik :
yang dijelaskan perawat/tim5.
memverbalisasikan adanya
kesehatan lainnya.
masalah, ketidakakuratan
6.
mengikuti instruksi, perilaku tidak

NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
Pahami prespektif pasien
terhdap situasi stres
Temani
pasien
untuk
memberikan
keamanan
dan
mengurangi takut
Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Dorong
keluarga
untuk
menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan
pasien
menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
NIC :
Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien

sesuai.
7.
8.

Faktor yang berhubungan :
keterbatasan kognitif, interpretasi
terhadap informasi yang salah,
kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak
mengetahui sumber-sumber
informasi.

9.

10.
11.

12.
13.
14.

tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan
pada
pemberi
perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, alih bahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.
Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I Made
Kariasa, editor; Monica Ester, Edisi 3. EGC: Jakarta.
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan,
Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit FKUI:
Jakarta.
Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.