KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMAAH DALAM MEMB

KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMA’AH DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH
(PERSPEKTIF FIQIH DAN TASAWWUF)
BAB I
Pendahuluan
A.

Latar Bekakang
Allah menciptakan manusia didunia ini hanyalah untuk menyembah atau
beribadah kepada-Nya. Ketika manusia mengikuti segala yang diperintahkan oleh Allah,
dengan melaksanakan kewajiban yang ditetapkan untuknya dan menghindari yang
diharamkan, maka hal itu adalah kunci untuk memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan
yang tidak akan didapatkan kecuali bagi orang-orang bersedia menyembah kepada
Allah SWT.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad
SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Dalam ajaran
islam manusia diwajibkan melaksanakan ibadah yang diatur dengan syariah Islam, dan
ibadah yang paling pokok dalam ajaran Islam adalah melaksanakan shalat. Kewajiban
shalat ini menjadi hal yang utama karena amal dari shalatlah yang akan menjadi dihisab
pertama kali oleh Allah SWT diakhirat nanti. Seperti disebutkan dalam sabda Rasulullah
SAW sebagai berikut.
‫صل مةر م‬

‫و ر‬
‫ه‬
‫سائ هرر م‬
‫ب م‬
‫م ال ت ه‬
‫مل ه ه‬
‫م ه‬
‫عل مي ت ه‬
‫فا ه ت‬
‫صل ر م‬
‫صل ر م‬
‫ه ال ت م‬
‫س ر‬
‫ما ي ر م‬
‫و م‬
‫ح ت‬
‫ه م‬
‫حا م‬
‫ع م‬
‫ح لم ر‬

‫قميا م‬
‫ل م‬
‫ت م‬
‫ن م‬
‫ة ال ص‬
‫عب تدر ي م ت‬
‫ام ص‬
‫ت م‬
‫ن م‬
[1](‫ه )رواه الطبراني‬
‫سائ هرر م‬
‫مل ه ه‬
‫وا ه ت‬
‫سدم ت‬
‫سدم م‬
‫ف م‬
‫ف م‬
‫ع م‬
‫م‬
Artinya : “Amalan yang pertama dihisab (dinilai) dari seorang hamba pada hari

kiamat adalah ialah shalat. Jika ia baik, maka baiklah seluruh amalnya, sebaliknya jika
ia jelek, maka jeleklah amalnya”. (HR. Thabrani)
Hadis tersebut menunjukkan bahwa ibadah sholat adalah ibadah yang sangat
penting. Shalat merupakan tiang agama. Shalat adalah titik sentral dasar curahan
kebaikan serta lambang hubungan yang kokoh antara Allah dan hamba-Nya. Jika
shalatnya tidak baik, dalam arti kurang disadari dan dihayati apa yang terkandung
didalamnya, maka bisa menimbulkan pengaruh yang tidak baik pula. Dan sebaliknya
kalau

shalatnya

itu

dikerjakan

dengan

baik,

khusyuk,


serta

dengan tuma’ninah sebagaimana yang dikehendaki dalam shalat itu sendiri, maka insya

Allah akan membuahkan perbuatan-perbuatan lain yang baik, bisa menjadikan
pelakunya berbudi luhur, jujur, konsekwen, dan sebagainya.[2]
Shalat mempunyai kedudukan yang paling utama diantara ibadah-ibadah yang
lain, tetapi akan lebih utama lagi apabila shalat itu dilakukan dengan cara berjamaah,
baik dirumah, mushola ataupun masjid. Shalat jama’ah mempunyai nilai yang lebih,
sama

nilainya

dengan

shalat

perorangan


ditambah dua

puluh

tujuh derajat.

Sebagimana diriwayatkan Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
‫ة ام ت‬
‫ه صلى الله عليه وسلم م‬
‫ض ر‬
‫قا م‬
‫و م‬
‫ن‬
‫ما م‬
‫ن ر‬
‫م‬
‫ف م‬
‫ل ه‬
‫ع ه‬
‫ل الل ه‬

‫ممر أ ص‬
‫صلةر ال ت م‬
‫ن مر ر‬
‫م ت‬
‫ج م‬
‫ع م‬
‫ م‬:‫ل‬
‫س ت‬
‫ن اب ت ه‬
‫ع ه‬
‫صلةم ال ت م‬
‫ع ت‬
[3].‫ متفق عليه‬.‫ة‬
‫ج ة‬
‫و ه‬
‫ن دممر م‬
‫فذ ذ ب ه م‬
‫ري ت م‬
‫م‬
‫ع م‬

‫ش ه‬
‫سب ت ع‬
Artinya: “Dari Ibnu Umar sesungguhnya Nabi bersabda“shalat jama’ah itu lebih
utama dari pada sholat sendirian dengan selilsih dua puluh tujuh derajat”.
Karena selain pahala yang berlipat ganda, shalat berjamaah juga akan
menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat, seseorang tidak akan hidup tanpa adanya
orang lain. Sehari saja jika tidak keluar rumah, tidak bertemu teman terasa dunia ini
sepi. Begitu pula dengan shalat, shalatpun kalau dilakukan bersama teman dan orang
lain (berjamaah) akan lebih mengasikkan dibanding dengan shalat sendirian, sehingga
kita lebih semangat.
Dalam sejarah perkembangan islam yang telah terukir dengan indah, Rasulullah
telah menekankan betapa pentingnya arti kebersamaan. Nilai kebersamaan yang beliau
ajarkan ini tidak hanya berhasil mencetak orang-orang yang berada di samping beliau
menjadi masyarakat yang ideal, melainkan juga membuat lawan-lawanya bertekuk lutut
didepan ajaran beliau. Dengan menjalankan shalat berjamaah, seorang muslim talah
dilatih untuk senantiasa memiliki dan mempertahankan nilai kebersamaan yang luhur
tersebut.[4]
Banyak umat Islam yang menganggap remeh urusan shalat berjamaah.
Kenyataan ini dapat kita lihat di sekitar kita dengan perkataan ‘Masih bagus mau shalat,
dari pada tidak mau shalat’, sehingga tidak berjamaah pun dianggap sudah menjadi

muslim yang baik, layak mendapat surga dan ridha Allah. Padahal, Rasulullah dan para
sahabat tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah kecuali jika ada halangan yang
syar’i. Ketika Rasulullah sakit ia tetap melaksanakan shalat berjamaah di masjid

sebagai imam hingga ketika sakitnya semakin parah beliau memerintahkan abu bakar
untuk mengimami shalat berjamaah. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dalam kitab
bukhori dan Muslim, sampai pernah hendak membakar rumah para sahabat yang
enggan berjamaah. Kisah ini seharusnya dapat membuka mata kita betapa pentingnya
berjamaah dalam melaksanakan rukun Islam kedua ini.
Shalat berjamaah sudah ditentukan waktunya. Waktunya shalat ditandai dengan
adzan yang dikumandangkan. Saat itulah shalat dilaksanakan. Amalan siang tidak akan
diterima diwaktu malam dan amalan malam tidak akan diterima diwaktu siang adalah
shalat. Jelasnya, dengan hal ini seorang harus disiplin dalam shalatnya, bahwa tidak
ada alasan bagi seseorang untuk meninggalkan shalat karena kesibukan, yakni dengan
mengakhirkan shalat atau seseorang mengganti, memajukan atau mengundurkan
waktu pelaksanaanya. ketika sudah waktunya mereka harus bergegas untuk
menjalankannya.
Sikap hidup seseorang berupa patut dan taat terhadap segala peraturan atau
disiplin baik langsung maupun tidak langsung merupakan suatu cerminan dari kerajinan
atau kemalasan seseorang dalam hal mengerjakan shalat, jika mereka disiplin untuk

kemungkinan besar dia itu yang rajin melaksanakan ibadah shalat.
‫ن ٱل ت م‬
‫ح م‬
(45 : ‫ر )النكبوت‬
‫شا ه‬
‫وةم تهن نههىى م‬
‫إه ص‬
‫ف ت‬
‫و ٱل ت ر‬
‫ن ٱل ص‬
‫ء م‬
‫صل م و‬
‫منك م ه‬
‫ع ه‬
Artinya : “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar” (QS. Al Ankabut : 45)
Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa kerjakanlah shalat secara
sempurna seraya mengharapkan keridhoannya dan kembali kepadanya dengan
khusyu’ serta merendahkan diri. Sebab jika shalat dikerjakan dengan cara demikian
maka ia akan mencegah dari perbuatan kekejian dan kemunkaran. Shalat yang di

kehendaki Islam bukanlah semata-mata sejumlah bacaan yang diucapkan oleh lisan,
sejumlah gerakan yang dilakukan oleh anggota badan tanpa di sertai kesadaran akan
kekhusyu’an hati. Tetapi shalat yang diterima adalah shalat yang terpenuhi ketentuanketentuannya baik dilihat dari perspektif fiqihnya maupun tasawwufnya, yakni syarat
sah sholatnya, rukun sholatnya, perhatian fikirannya, kedudukan hatinya dan kehadiran
keagungan seakan-akan berada di hadapannya. Sebab tujuan utama dari shalat adalah

agar manusia selalu mengingat Tuhannya yang maha tinggi. Hal tersebut akan bisa
tercapai bagi orang-orang yang berdisiplin dalam menjalankan sholat yang sebenarbenarnya.
Dari uraian tersebut di atas, maka muncullah inspirasi dari penulis mengangkat judul
skripsi yaitu:
“KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMAAH DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL
KARIMAH (Perspektif Fiqih dan Tasawwuf).

B.

Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, permasalahan yang akan penulis
angkat dalam penelitian ini adalah :

1.


Bagaimana shalat berjamaah dalam perspektif fiqih dan Tasawwuf?

2.

Bagaimana cara membentuk akhlakul karimah dalam perspektif tasawwuf?

3.

Bagaimana pengaruh kedisiplinan shalat berjamaah dalam membentuk akhlakul
karimah dari perspektif fiqih dan tasawwuf?

C.

Tujuan Penelitian

1.

Untuk mengetahui shalat berjamaah dalam perspektif fiqih dan tasawwuf

2.

Untuk

mengetahui

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi

dalam

pembentukan akhlakul karimah dari perspektif tasawwuf.
3.

Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan shalat berjamaah dalam membentuk
akhlakul karimah dari perspektif fiqih dan tasawwuf.

D.
1.

Kegunaan Penelitian
Secara teoritis penelitian ini berguna sebagai sumbangsih pemikiran atau input yang
dapat memperkaya informasi dalam rangka meningkatkan ibadah shalat jamaah dan
hubungannya dengan pembentukan akhlakul karimah.

2.

Secara praktis penelitian ini berguna sebagai paparan yang mendiskripsikan betapa
besar dan kuatnya pengaruh shalat jamaah terhadap pribadi seorang muslim dan
memberikan pemikiran tentang pentingnya shalat jamaah.

3.

Diharapkan dapat berguna bagi kepentingan umum baik di dalam pelaksanaan
ibadah shalat jamaah maupun dalam merealisasikan akhlak mulia dalam kehidupan.

E.

Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah paham dalam persepsi atau penafsiran, maka penulis
menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan istilah dan pembatasan dalam
penelitian ini.

1.

Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” dibentuk kata benda, dengan awalan kedan akhiran –an, yaitu : kedisiplinan, yang artinya suatu hal yang membuat manusia
untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kehendak-kehendak langsung,
dorongan-dorongan keinginan atau kepentingan-kepentingan kepada suatu cita-cita
tujuan

tertentu

untuk

mencapai

efek

yang

lebih

besar.[5]

Sedangkan yang dimaksud kedisiplinan disini adalah kedisiplinan melaksanakan sholat
jamaah dari perspektif fiqih dan tasawwuf yang dapat membentuk akhlakul karimah.

2.

Shalat Berjamaah
Shalat jamaah adalah suatu ikatan pertalian yang terdiri dari imam dan ma’mum
walaupun satu. [6]

3.

Akhlakul karimah
Akhlakul karimah yang dimaksud adalah akhlakul karimah yang bersumber dari
Al-Qur.an dan As-Sunnah.

4.

Perspektif Fikih
Perspektif fikih yang dimaksud adalah perspektif fikih tentang shalat jamaah yang
memumat tentang sholat berjamaah secara dhahir (jelas)

5.

Perspektif Tasawwuf
Perspektif tasawwuf yang dimaksud adalah perspektif tasawwuf tentang shalat
jamaah secara bathin (dalam) dan membahas akhlakul karimah.

F.
1.

Tinjauan Pustaka
Analisis Teoritis
Shalat menurut bahasa adalah doa, sedangkan menurut syariat sholat adalah
ucapan atau perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
[7]
Sholat mempunyai pengertian mengkonsentrasikan akal pikiran kepada Allah
untuk sujud kepada-Nya dan bersyukur serta meminta pertolongan kepadanya atau
berarti doa.[8]
Shalat menempati rukun kedua setelah membaca kedua kalimat syahadat, serta
menjadi lambang hubungan yang kokoh antara Allah dan hamba-Nya.[9]
Allah mewajibkan kita mengerjakan shalat sebanyak lima kali dalam sehari. Akan
tetapi setiap pelaksanaan dan praktik mengenai shalat berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Ada yang yang mengikuti aturan yang sudah diperintahkan oleh
Rasulullah Saw., namun ada juga yang tidak mengikuti aturan nabi.[10]
Shalat jamaah adalah suatu ikatan pertalian yang terdiri dari imam dan ma’mum
walaupun satu. Shalat jamaah merupakan kekhususan untuk umat sekarang ini.
[11] Jadi umat sebelum nabi Muhammad tidak disyariatkan adanya jamaah.
Menurut Muhammad bin Qosim dan Imam Rafi’i dalam kitab Fathul Qorib, hukum
shalat berjamaah bagi laki-laki adalah sunnah mu’akkad. Sedangkan menurut Imam
Nawawi shalat jamaah adalah fardu kifayah.[12]
Dalam kitab i’anatuttholibin Imam Abi Bakar Utsman Syato’ menukil pendapatnya
Imam

Al

Manawi

berkata

bahwa

hikmah

disyariatkannya

jama’ah

adalah

terselenggaranya rangkaian kerukunan diantara orang-orang yang sholat, karena itu
disyariatkan dilaksanakan di masjid supaya bisa saling bertemu antar tetangga di
waktu-waktu sholat.[13]Melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah termasuk
ibadah termulia dan cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah.[14] Kesempatan
saling bertemu di masjid itulah sebagai langkah awal membangun kebersamaan dalam
segala bidang, sehingga dalam diri mereka dan lingkungan masyarakat setempat
terpancar siraman ruhani yang dapat membentuk akhlakul karimah.

Akhlakul karimah berasal dari dua kata yakni akhlak dan karimah. akhlak berarti
budi

pekerti,

tingkah

laku,

perangai,

sedangkan

karimah

berarti

kemuliaan,

kedermawanan, murah hati, dermawan.[15] Selanjutnya Partanto dan Al Barry
mendefinisikan akhlakul karimah sebagai akhlak mulia (agung atau luhur).[16] Akhlak
pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Maka dengan demikian, akhlakul
karimah dalam penelitian ini adalah sikap positif yang melekat pada diri seseorang yang
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan yang merupakan manifestasi keimanan
dan keislamannya.
2.

Kerangka Berfikir
Dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Shalat jama’ah melebihi
shalat sendirian dengan (pahala) dua puluh tujuh derajat.”
Pada shalat jamaah terkandung didalamnya makna ta`awun `alal biri wa
taqwa (tolong menolong dalam kebajikan dan takwa) serta amar ma`ruf dan nahi
mungkar. Hal ini terlihat pada saat implementasinya, dimana kaum muslimin bersamasama berdiri dihadapan Allah di dalam barisan (shaff) yang teratur dengan dipimpin
oleh seorang imam, ibarat sebuah bangunan yang kokoh sehingga mencerminkan
kekuatan dan persatuan kaum muslimin.
Shalat berjama`ah merupakan bentuk penanaman akhlakul karimah yakni
melahirkan rasa kelembutan dan kasih sayang sesama muslim, menghilangkan sifat
kesombongan dan besar diri serta dapat mempererat ikatan persaudaran seagama
(ukhuwah islamiyah) maka terjadilah interaksi langsung antara kalangan tua dengan
yang muda dan antara orang kaya dan yang miskin.
Akhlak merupakan pondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara
hamba dengan Allah swt (hablumminallah) dan antar sesama (hablumminannas).
Akhlak yang mulia (akhlakul karimah) tidak lahir begitu saja sebagai kodrat manusia,
atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang serta manifetasi
seumur hidup melalui pembelajaran atau pendidikan akhlak yang sistematis.
Pendidikan akhlak yang sistematis adalah pendidikan yang terdapat dalam sholat
jamaah. Sebab didalamnya mengandung nilai jasmani maupun rohani. Nilai jasmani

merupakan efek dari adanya peraturan dhohir yang sudah di kemas dalam perspektif
fikih seperti mulai ketika bersuci membersihkan diri dari hadas dan najis. Sedangkan
nilai rohani merupakan efek dari adanya peraturan bathin yang sudah di kemas dalam
perspektif tasawwuf seperti khusyuk dalam shalat berjamaah. Sehingga dengan
peraturan dhahir dan bathin tersebut akan menimbulkan pengaruh positif seperti
munculnya akhlakul karimah dalam diri seseorag. Dalam hal ini penulis membantu
memberikan sumbangsih bagaimana membentuk akhlakul karimah yang bersifat
sistematis

melalui

tesis

yang

berjudul Kedisiplinan

Shalat

Berjama’ah

Dalam

Membentuk Akhlakul Karimah (Perspektif Fiqih Dan Tasawwuf).
G.

Metode Penelitian

1.

Desain Penelitian

a.

Pendekatan
Penelitian ini mengggunakan pendekatan kualitatif yakni penelitian yang
menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik
atau cara kuantitatif lainnya.[17]

b.

Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan atau library research
(kepustakaan)[18], yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan
informasi dengan bantuan macam - macam materi yang terdapat di ruang kepustakaan,
misalnya : buku, majalah, naskah, catatan, dan lain - lain yang berhubungan dengan
judul tersebut.

2.

Sumber Data
Dalam mengumpulkan data skripsi ini, peneliti menggunakan metode kepustakaan
atau library research, yaitu mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan
dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan.
Pengumpulan data kepustakaan dapat dilakukan dengan beberapa sumber yang
dipergunakan, yaitu :

a.

Sumber data primer

Sumber primer yaitu hasil-hasil penelitian atau tulisan-tulisan karya peneliti atau
teoritisi yang orisinil[19]. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah Kitab
Fathul Mu’in tentang Shalat Jamaah.

b.

Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diambil atau didapat dari sumber
kedua, tidak langsung diselidiki.[20] Sumber data sekunder dijadikan sebagai sumber
data yang dapat digunakan untuk sarana pendukung dalam memahami masalah yang
akan diteliti. Adapun yang dijadikan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
buku-buku dan kitab - kitab salaf yang relevan dengan judul.

3.

Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data.[21] Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan library
research yaitu mencari data dengan cara melakukan penelusuran terhadap buku-buku,
sejumlah tulisan perpustakaan, dan menelaahnya.

4.

Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data digunakan beberapa metode diantaranya :

a.

Analisis deskriptif, yaitu bertujuan memberikan predikat kepada variabel yang diteliti
susuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan.[22] Analisis ini hanya sampai pada
taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga
dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan.

b.

Analisis deduktif, yaitu berpikir dari suatu pengetahuan yang sifatnya umum dan
bertitik tolak dari pengetahuan umum itu kita kehendaki meneliti kejadian khusus.
[23] Metode ini digunakan dalam pembahasan yang bersifat teoritis, yaitu untuk
menganalisa buku-buku literatur yang ada guna memberikan penjelasan dan
permasalahan yang secara garis besar kemudian dijelaskan lebih rinci sehingga akan
mudah dipahami.

c.

Analisis Induksi, yaitu suatu metode yang mempelajari kaidah-kaidah atau data yang
bersifat khusus kekmudian mengadakan analisa untuk mengambil kesimpulan yang
bersifat umum.[24]

d.

Analisis isi, atau seringkali disebut analisis dokumen, adalah telaah sistematis atas
catatan-catatan atau dokumen-dokumen sebagai sumber data[25]

H.

Sistematika Penulisan Skripsi
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai skripsi
ini, maka secara global penulis merinci dalam sistematika penulisan ini sebagai berikut :
Bab I, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, berisi tentang shalat berjamaah dalam perspektif fikih dan tasawwuf yang
meliputi pengertian shalat berjamaah, hukum shalat berjamaah, syarat sah shalat
berjamaah, keutamaan sholat berjamaah, hikmah sholat berjamaah dalam perspektif
tasawuf.
Bab III, berisi tentang akhlakul karimah dalam perspektif tasawwuf yang meliputi
pengertian akhlakul karimah, dasar-dasar akhlakul karimah, manfaat akhlakul karimah,
faktor-faktor yang mempengaruhi akhlakul karimah.
Bab IV, berupa analisis terhadap kedisiplinan shalat berjamaah dalam
membentuk akhlakul karimah (perspektif fikih dan taswwuf), implikasi sholat berjamaah
terhadap lingkungan kehidupan.
Bab V, adalah penutup dari serangkaian pembahasan yang berisi tentang
kesimpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA
Al Bustani, Fuad Ifram. Munjid Aththullahm. Beirut : Darul Masyriq. 1956.
Al-Khuli, Hilmi. Menyingkap Rahasia Gerakan-gerakan Shalat. Jogjakarta: Diva Press. 2012.
Al Malibari, Syaikh Zainudin. Fathul Mu’in. Semarang : Thoha Putra.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. 2005.
. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
PT Rineka Cipta. 1998.
As-suyuti, Jalaluddin. Al-Jāmi’u as-soghīr. Al Maktabah as-Syamilah.
Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 1993.
Faisal, Sanapiah. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. 1982.
Forum KALIMASADA (Kajian Ilmiah Tamatan Siswa 2009) Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien
Lirboyo. Kearifan Syariat, Menguak Rasionalitas Syariat dari Perspektif Filosofis, Medis,
dan Sosiohistiris. Kediri : Lirboyo Press & Annajma. 2013.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset. 1989.
Hadjar, Ibnu. Dasar-dasar metodologi penelitian kwantitatif dalam pendidikan. Jakarta : Raja
grafindo persada. 1996.
Ilahim, Fadhl. Shalat Berjamaah bersama Rasulullah. Yogyakarta : Manhaj. 2010.
Mahful M. Meninggalkan Shalat? Batas Hukum dan Sanksinya. Surabaya : Pustaka Progresif.
2003
Mitsly, Lubna. Kesalahan-kesalahan yang Paling Sering dilakukan Saat Shalat, Jogjakarta :
Diva Press. 2011.
Mleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Remaja Rosdakarya. 2006.
Muhammad. Fathul Qorib. Semarang : Toha Putra
Muslim, Abi al-Husain. Shahih Muslim. Semarang : Toha Putra.
Narbuko, Cholil. Metodologi Riset. Semarang : IAIN Press. 1980.
Partanto, A dan M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. 1994.
Utsman, Abi Bakar I’ānatuttālibīn. Beirut : Dar al-Fikr. 2007.

[1] Jalaluddin as-suyuti, Al-Jāmi’u as-soghīr, Al Maktabah as-Syamilah, juz 10, hlm. 291
[2] Mahful M, Meninggalkan Shalat? Batas Hukum dan Sanksinya, (Surabaya : Pustaka

Progresif, 2003), cet.IV, hlm. 27.
[3] Abi al-Husain Muslim, Shahih Muslim, (Semarang : Toha Putra), juz 1, hlm. 122.

[4] Forum KALIMASADA (Kajian Ilmiah Tamatan Siswa 2009) Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien
Lirboyo, Kearifan Syariat, Menguak Rasionalitas Syariat dari Perspektif Filosofis, Medis,
dan Sosiohistiris, (Kediri : Lirboyo Press & Annajma, 2013), cet.VI, hlm. 205.
[5] Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1993), hlm. 89.
[6] Abi Bakar Utsman bin Muhammad Syato’, I’ānatuttālibīn, (Beirut : Dar al-Fikr, 2007), jilid 2,
hlm.3.
[7] Syaikh Zainudin Al Malibari, Fathul Mu’in (Semarang : Thoha Putra), hlm. 3.
[8] Fuad Ifram al Bustani, Munjid Aththullahm, (Beirut : Darul Masyriq, 1956), hlm. 411.
[9] Hilmi Al-Khuli, Menyingkap Rahasia Gerakan-gerakan Shalat, (Jogjakarta: Diva Press,
2012), cet. XVIII, hlm. 27.
[10] Lubna Mitsly, Kesalahan-kesalahan yang Paling Sering dilakukan Saat
Shalat, (Jogjakarta : Diva Press, 2011), hlm. 8.
[11] Abi Bakar Utsman bin Muhammad Syato’, op.cit., jilid 2, hlm.3.
[12] Muhammad bin al-Qosim, Fathul Qorib, (Semarang : Toha Putra), hlm.
[13] Ibid. h. 3
[14] Fadhl Ilahim, Shalat Berjamaah bersama Rasulullah, (Yogyakarta : Manhaj, 2010), hlm.
57.
[15] A. Partanto, dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), h. 309.
[16] ibid
[17] Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Remaja Rosdakarya,
2006), Cet. 22, hlm.6.
[18] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), hlm. 16.
[19] Ibnu
Hadjar, Dasar-dasar
metodologi
penelitian
kwantitatif
dalam
pendidikan, (Jakarta : Raja grafindo persada, 1996), hlm. 83.
[20] Cholil Narbuko, Metodologi Riset, (Semarang : IAIN Press, 1980), hlm.71
[21] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), cet. Ke-7, hlm.100
[22] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian., op.cit., hlm. 386
[23] Sutrisno Hadi, Metodologi Research., op.cit., hlm. 27
[24] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 1998), hlm. 120.
[25] Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982),
hlm. 133