PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM ERA BISNI

MULTINASIONAL FINANCE DALAM ERA BISNIS GLOBAL DAN AFTA 2003
Bachtiar Husain

Perusahaan

multinasional atau PMN adalah perusahaan yang

berusaha

di

banyak

negara;

perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik
atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana
mereka mengkoordinasi manajemen global.
Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana yang melewati dana banyak negara.
Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yang
sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi

masyarakat dan melobi politik.
Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan negara sendiri, harus
berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak
pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas eknomi lainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat
berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali menawarkan insentif kepada
PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar
pekerja dan lingkungan yang memadai.
PMN seringkali memanfaatkan subkontraktor untuk memproduksi barang tertentu yang mereka
butuhkan.
Paling tidak ada enam alasan yang melatar belakangi mengapa perusahaan perlu melakukan langkah
global :
1. Ketika perusahaan merasa jenuh dengan pasar dalam negeri , maka perusahaan tersebut
akan mencari pasar diluar negeri untuk perluasan pasarnya
2. Bahan baku yang menipis dan harganya semakin mahal dinegara asal
3. Alih tekhnologi untuk mendominasi suatu pasar
4. Menghindari biaya tinggi
5. Timbulnya masalah politik yang tidak sejalan dengan keinginan pebisnis
6. Deversifikasi untuk menghindari terjadinya pemusatan modal disuatu Negara
Namun meskipun pengembangan bisnis secara global dianggap mampu mengembangkan
keuntungan perusahaan berdasarkan enam alas an diatas namun beberapa kendala yang dihadapi

dalam pengembangan bisnis secara multinasional antara lain :
1. Transansaksi dilakukan berdasarkan mata uang local, dimana perusahaan itu berada
2. Adanya potensi sengketa hukumyang lebih besar disbanding dinegara perusahaan didirikan
seperti pajak
3. Kemampuan komunikasi yang terbatas
4. Perbedaan Budaya yang dapat menimbulkan miss persepsi
5. Aturan pemerintah

6. Resiko politik yang bisa terjadi kapan saja
Dari keenam hambatan diatas sehingga para pengusaha dituntut untuk lebih mengerti
terhadap kondisi sustu Negara yang akan diajadikan sebagai tempat pengembangan usaha.
Untuk itu beberapa organisasi / badan secara berkala mengeluarkan country risk sebagai
referensi buat pengusaha yan akan mengembangkan bisnisnya , Salah satunya adalah
International Country Risk Guide yang secara berkala menglaurkan laporannya perbulan
dengan mengkopilasi beberapa resiko bisnis dalam suatu Negara

dengan

persentase


pengukuran yaitu Resiko Politik (50%) , Financial ( 25%) dan Ekonmomi (25%) .
Adanya perbedaan tujuan antara pemerintah dan pengusahan menyebabkan kemungkinan
terjadinya resiko politik terhadap perusahaan anatara lain :


Pengambil alihan asset perusahaan ( Expropriation) yang biasanya terjadi pada Negara
yang melakukan pergerakan politik / kekacauan politik yang menyebabkan pergantian






Rezim
Perubahan Kebijakan pemerintah baik dari sisi fiscal maupun monoter ( Disruption in
Operation) , seperti adanya perubahan tarif pajak
Proteksionisme , dengan alas an nasionalisme maka kebijakan akan didukung oelh
Undang-undang atau peraturan pemerintah lainnya
Adanya kebijakan devisa tertutup ( Blocked Fund ) yaitu pelarangan pemerintah untuk
menarik sejumlah besar uang dari negaranya

Pelanggaran terhadap hak paten , kekayaan intelektual . Kekayaan tersebut dapat
hilang tanpa tindakan atau dengan tindakan pemerintah .

Sementara resiko ekonomi dapat terjadi disebabkan adanya masalah kuantitas ekonomi
( Quantitative macro economic ) dan Faktor – factor kualitatif . masalah kuantitas ekonomi
trediri dari Volatilitas dari mata uang lokal , Tingkat Bunga, Inflasi dan persentase dari barang
dan jasa. Sementara factor – factor kualitatif yaitu Restrukturisasi Utang, Penundaan
Pembayaran , Pembatalan Kontrak oleh pemerintah lokal dan berbagai hambatan lain.
Dengan mengetahui beberapa hal diatas maka potensi timbulnya kerugian dapat direduksi, hal ini
dapt dilakukan dengan Perencanaan Strategi yang dilakukan sebelum melakukan investasi,
Operasional Manajemen Resiko selama invenstasi sedang berlangsung dan kemampuan bertahan
setelah investasi ( Disaster Economy ) .
Untuk meningkatkan expected return dan menurunkan resiko beberapa cara dapat ditempuh
negosiasi dengan pemerintah lokal mengenai komitmen memenuhi peraturan yang berlaku,
mengasuransikan kemungkinan potensi timbulnya kerugian berdasarkan waktu, tempat , penyebab
dan jumlahnya. Membatasi ruang lingkup terhadap apa yang di investasikan ke Negara lain , yaitu
hanya sebagian saja dari keseluruhan dari produk dan pentingnya memiliki rencana antisipasi jika
terjadi disaster ekonomi.

AFTA 2003 dan Posisi Indonesia sebagai Country Risk

Peluang Perluasan Pasar Pasca AFTA 2003
Peluang bertambahnya pasar bagi :
Jumlah Penduduk
GDP
134%
278%
2.000%
528%
549%
770%
14.600%
810%
717%
380%
535%
1.580%

Negara
Indonesia
Malaysia

Filipina
Singapura
Thailand
Vietnam
Kompas,210203

Jika dilihat dari table diatas maka Indonesia hanya memiliki 134% perluasan pasar terhadap jumlah
pendudknya yang 213.6 juta dan dari hasil perluasan pasar hanya mampu menaikkan GDP sebasar
278%, dibandingkan Singapura yang memiliki peluang pengembangan pasar 14.600% dari jumlah
penduduknya yang mampu menaikkan GDP nya sebesar 810%.
Sementara itu jika dilihat dari trend arus Investasi Asing Langsung ( FDI- Foreign Direct Investment)
Indonesia memperlihatkan trend yang menurun dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.
FDI- Foreign Direct Investment 1998-2002:1 ( dalam juta )
Negara
1997
1998
Brunei
701
573
Kamboja

168
120
Indonesia
4.678
-536
Laos
86
45
Malaysia
6.323
2.714
Myanmar
878
683
Filipina
1.261
1.718
Singapura
12.836
8.214

Thailand
2.587
7.443
Vietnam
2.587
1.700
Sekretariat ASEAN, Kompas 200203

1999
747
143
-2.745
51
3.895
304
1.734
12.825
6.149
1.483


2000
549
111
-4.549
34
3.787
208
1.354
5.389
3.280
1.289

2001
526
112
-3.278
24
554
192
1.537

8.583
3.780
1.300

2002:1
216
17
- 1.172
22
731
Na
1.342
Na
344
450

Negara Investor terbesar di ASEAN masih di dominasi Jepang ( $ 740 Juta AS) , Inggris ($260 Juta AS),
Singapura ( $175 Juta AS) . Investasi ini di dominasi di sector Elektronik. Jepang memanfaatkan
kemudahan yang ditawarkan Negara ASEAN serta keuntungan dalam produksi, efisiensi, skala
ekonomi serta jumlah pasar yang potensial. Dalam 5 Tahun terakhir Indonesia dianggap sebagai

Negara yang memiliki resiko investasi yang besar diantara Negara ASEAN. Hal ini disebabkan oleh
tingkat kekacauan politik , kerusahan sosial, ketidakpastian hukum , dibebarapa daerah juga terjadi
kerusuhan seperti terorisme lokal yang menyebabkan menurunnya minat investasi dan beralihnya
perusahaan multinasional ke Negara lain , hal ini dapat dilihat dari penutupan pabrik SONY,
penembakan guru di Papua, perdebatan divestasi Indosat . Political and Economic Risk Consultancy
Ltd (PERC) memeberi nilai 8,49 untuk Indonesia, bahkan dibeberapa jejak pendapat menempatkan
Indonesia dengan nilai 10.
Dengan semakin menipisnya batasan antar negara dan semakin dekatnya AFTA , Indonesia harus
melihat hal ini sebagai peluang untuk lebih memajukan perekonomian, terlebih lagi dengan

kekayaan alam yang dimiliki berupa sumber-sumber energy yang belum optimal pemanfaatannya.
Bagi Pemerintah tidak ada jalan lain kecuali menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif , mereduksi
biaya tinggi dan lebih memberikan kepastian hukum akan menjadikan Negara Indonesia menjadi
Negara yang kuat dengan perekonomian yang lebih mandiri.

Catatan :
Perusahaan Internasional
Fokus
Visi
Orientasi
Strategi
Struktur
Strategi Pemasaran
Fokus lokasi litbang
Sumber Daya Manusia
Gaya Operasi
Kebijakan finansial
Kebijakan investas

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Pasar domestik identik dengan pasar luar negeri
Kriteria ditentukan sendiri
Etnosentrik (sifat pasar / konsumen dimanapun sama)
Internasional
Divisi internasional
Perluasan
Negara asal
Orang negeri asal ditempatkan di posisi kunci dimana saja
Sentralisasi
Tergantung pasar keuangan negara asal
Sumber dari negara asal

Perusahaan Multinasional
Fokus
Visi
Orientasi
Strategi
Struktur
Strategi Pemasaran
Fokus lokasi litbang
Sumber Daya Manusia
Gaya Operasi
Kebijakan finansial
Kebijakan investasi

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Pasar luar negeri berbeda dengan pasar domestik
Memandang setiap negara adalah unik
Polisentric (konsumen untuk setiap negara berbeda, baik selera, kebiasaan, dan lain-lain)
Multidomestik
Divisi area /produk
Adaptasi
Negara asal dan tuan rumah tidak terintegrasi
Orang disetiap negara (tuan rumah) dapat menempati posisi kunci dinegaranya sendiri
Desentralisasi
Tergantung pasar keuangan dimana berada
Sumber dari negara tujuan

Perusahaan Global
Fokus
Visi
Orientasi

:
:
:

Strategi
Struktur
Strategi Pemasaran
Fokus lokasi litbang
Gaya Operasi

:
:
:
:
:

Kebijakan finansial
Kebijakan investasi

:
:

Realitas : ada perbedaan dan persamaan dalam pasar dunia
Melihat dunia sebagai susunan yang kompleks
Geocentric (konsumen untuk setiap negara ada kesamaannya dan perbedaannya), jadi
strateginya standarisasi tapi juga penyesuaian.
Global
Struktur campuran / matrik
Perluasan, adaptasi, penciptaan
Negara asal dan tuan rumah terintegrasi
Orang terbaiklah tanpa memadang dari mana asalnya yang memegang posisi kunci
Integrasi
Mencari sumber keuangan paling murah dipasar dunia
Subsidi silang dan dapat ditransfer antar negara untuk mendukung strategi global.