UPAYA PEMERINTAH DESA DALAM RANGKA MEMAJ

e-Journal Lentera Hukum, Vol. , No.

(2017), h.

© University of Jember, 2017

UPAYA PEMERINTAH DESA DALAM RANGKA
MEMAJUKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA
MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)
M. Ibrahim Zuhri, Antikowati, Iwan Rachmad Soetijono Fakultas Hukum Universitas
Jember
ibrahimzuhri@yahoo.com
Abstrak. Desa merupakan lingkup organisasi atau susunan pemerintahan terkecil
dan lebih dekat dengan masyarakat mempunyai peran penting dalam menjalankan
otonomi yang diamanatkan oleh konstitusi sebagai jalan menuju rakyat yang
sejahtera. Dari sinilah dapat ditentukan keberhasilan pemerintah dalam
pembangunan baik itu dari tingkat Daerah maupun Pusat. melalui tugas pembantuan
yang diberikan kepada Pemerintah Desa, kemudian menyalurkan program
pembangunan tersebut kepada masyarakat. Dalam Undang-Undang Desa telah
disebutkan bahwa: Desa merupakan desa dan desa adat atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan hukum memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.1
Untuk mewujudkan tujuan dari kewenangan pemerintahan desa dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya, desa perlu melakukan
berbagai strategi. Strategi ini penting agar alokasi, potensi dan sumber daya yang ada
di desa dapat diefektifkan untuk mendukung perwujudan pembangunan desa.
Dimana pembangunan desa diupayakan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup
dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.2 Salah satu
strategi pemerintah desa dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat di
bidang perekonomian adalah dengan mendirikan BUMDes Dimana lembaga ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi desa. Definisi dari BUMDes adalah
lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam
upaya memperkuat perekonomian desa dan membangun kerekatan sosial
masyarakat yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes adalah
suatu lembaga usaha yang artinya memiliki fungsi untuk melakukan usaha dalam
rangka mendapatkan suatu hasil seperti keuntungan atau laba.3
Unit usaha yang dibentuk oleh BUMDes akan lebih langgeng (berkelanjutan)
apabila didasarkan atas potensi dan kebutuhan masyarakat. Banyak contoh yang

dapat dipelajari terkait dengan unit usaha yang mampu mempertemukan potensi dan
kebutuhan, seperti misalnya Unit Usaha Pengelolaan Air Bersih pada BUMDes di Desa
Bleberan dan Karangrejek di Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. Unit usaha ini
mampu berkembang dengan baik bahkan mampu membukukan keuntungan yang
cukup signifikan walaupun tarif langganan lebih murah dibandingkan dengan tarif
langganan pada PDAM setempat, serta mampu memberikan pelayanan air bersih
kepada warga desa. 4

1Pasal

1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
4 Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa.
3Maryunani.2008. Pembangunan Bumdes dan Pemerdayaan Pemerintah Desa. Bandung: CV
Pustaka Setia. Hlm 38
4 Suharyanto hastowiyono 2014. Pelembagaan BUMDesa, yogyakarta forum pengembangan
pembaharuan desa. Hlm 16
2Pasal

Melihat posisi BUMDes ini dalam menghadapi realitas arus desak intervensi
modal domestik dan asing yang kini menjadikan desa sebagai sasaran pengembangan

usaha sangat keras sekali, disamping itu badan usaha milik desa ini hanya bermodal
tak seberapa jika dibandingkan dengan swasta bermodal besar maka posisi badan
usaha milik desa ini tak dapat dibandingkan. Dengan sumber daya alam yang dimiliki
oleh desa, hal ini sangat rawan sekali terjadi intervensi modal dan pasar di pedesaan.
Kehadiran BUMDes ini sendiri akan menjadi penangkal bagi kekuatan korporasi asing
dan nasional. Diharapkan badan usaha milik desa ini mampu menggerakkan
dinamika ekonomi desa, dan sebagai perusahaan desa. Maka dari itu pemerintah desa
juga harus turut hadir dalam mengawal kegiatan Badan usaha Miliki desa.5
Pemerintah Desa juga mempunyai peran utama dalam menghadapi MEA dan
AFTA. Pembangunan desa yang meningkat dan perekonomian desa yang semakin
baik memberikan implikasi terhadap kemandirian desa.
Kata Kunci: Upaya Pemerintah Desa, Memajukan Perekonomian Masyarakat Desa,
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Abstract. The village is the scope of the organization or the smallest government
structure and closer to the community has an important role in carrying out the
autonomy mandated by the constitution as a road to prosperous people. From this can
be determined the success of the government in development either from the level of the
Region and Central. through the assistance task given to the Village Government, then
distributed the development program to the community. In the Village Act it has been
mentioned that: The village is a village and an adat village or called by another name,

hereinafter referred to as the village is a legal entity having the boundaries of the
territory authorized to regulate and administer government affairs, the interests of
local people based on community initiatives, proposal, and / or traditional rights
recognized and respected within the system of the Unitary State of the Republic of
Indonesia.
To realize the objectives of the authority of the village administration in
organizing and managing the interests of its people, the village needs to undertake
various strategies. This strategy is important so that the allocations, potentials and
resources available in the village can be streamlined to support the realization of village
development. Where village development is strived to improve the quality of life and life
for the welfare of the village community. One of the strategies of village government in
the effort to realize the welfare of the society in the economic field is to establish
BUMDes where the institution is adapted to the needs and potential of the village. The
definition of BUMDes is a village business entity managed by the community and village
government in an effort to strengthen the village economy and build social cohesion
based on village needs and potentials. BUMDes is a business entity which means having
the function to do business in order to get a result like profit or profit.
Business units established by BUMDes will be more sustainable if they are based
on community potential and needs. Many examples can be learned related to business
units that are able to meet potentials and needs, such as the Clean Water Management

Unit at BUMDes in Bleberan and Karangrejek Villages in Gunungkidul Regency, D.I.
Yogyakarta. This business unit is able to grow well even able to book a significant profit
even though subsidized tariff is cheaper compared to subscription tariff at local PDAM,
and able to provide clean water service to the villagers.
Seeing this position BUMDes in facing the reality of the current flow of domestic
and foreign capital intervention that now makes the village as a target of business
development is very hard, in addition, the business entities belonging to this village only
capital is not much when compared with large private capital then the position of
business entities belonging to this village incommensurable. With the natural resources
owned by the village, it is very vulnerable to rural and capital market intervention. The
5

Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo. Keberadaan Badan Usaha Milik Desa
Sebagai Penguatan Ekonomi jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal.1068-1076. Hlm 2

presence of BUMDes itself will be an antidote to the strength of foreign and national
corporations. It is hoped that the village-owned enterprise can drive the dynamics of the
village economy, and as a village company. Therefore, the village government must also
be present in guarding the activities of business entities Have villages.
The village government also has a major role in dealing with MEA and AFTA.

Improved rural development and improved village economics have implications for
village self-reliance.
Keywords: Village Government Efforts, Advancing the Village Economy, Village Owned
Enterprise (BUMDes)

4 | e-Journal Lentera Hukum

I. Upaya Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat
Desa
Hubungan Pemerintah Daerah Dengan Pemerintah Desa
Di dalam otonomi, hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dan
daerah, antara lain bertalian dengan cara pembagian urusan penyelenggaraan
pemerintahan atau cara menentukan urusan rumah tangga daerah. Cara penentuan
ini akan mencerminkan suatu bentuk otonomi terbatas atau otonomi luas. Dapat
digolongkan sebagai otonomi terbatas apabila : pertama, urusan-urusan rumah
tangga daerah ditentukan secara kategoris dan pengembangannya di atur dengan
cara tertentu pula. Kedua, apabila sistem supervisi dan pengawasan dilakukan
sedemikian rupa, sehingga daerah otonom kehilangan kemandirian untuk
menentukan secara bebas cara-cara mengatur dan mengurus rumah tangga
daerahnya. Ketiga, sistem hubungan keuangan antara pusat dan daerah yang

menimbulkan hal-hal seperti keterbatasan kemampuan keuangan asli daerah yang
akan membatasi ruang gerak ekonomi daerah.6
Dalam pengertian otonomi menurut tradisi hukum tata negara asing itu, maka
desa diindonesia sebagai daerah hukum yang paling tua menjalankan otonomi yang
sangat luas. Adapun hak otonomi atau hak untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga desa sebagai daerah hukum yang diatur dalam hukum adat adalah
kewenangan dan kewajiban tidak hanya yang bersangkutan dengan kepentingan
keduniawian, akan tetapi juga yang bersangkutan dengan kepentingan kerohanian.7
Pandangan ateng syafrudin dan suprin Na a, koneskuensi dan konsep atau gagasan
hukum NKRI bukan saja hanya desentralisasi kewenagan kepada otonom yang
melahirkan otonomi daerah, melainkan lebih dari itu yakni pengakuan ataupun
perlindungan terhadap adanya otonomi desa sebagai otonomi asli bangsa indonesia.
Dengan demikian jelas, bahwa desentralisasi merupakan hubungan partisipasi
dinamis antara berbagai stakeholders dalam proses pemilihan dan pengambilan
keputusan. Suatu hubungan dinamis yang mungkin terjadi karena ukuran daerah
yang semakin kecil, dimana interaksi berbagai pemangku kepentingan menjadi
semakin intensif. Sebagaimana dikatakan oleh stoker, bahwa relasi sebagai
kepentingan tersebut tidak hanya sebatas antara negara dengan masyarakat, tetapi
juga berbagai kelembagaan pemerintahan yang bersifat formal dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.8

Penerapan desentralisasi tersebut, bila ditarik dalam tata hubungan desa
dengan pemerintahan supradesa (pemerintahan diatasnya), maka akan tercermin
dalam beberapa hal. Pertama, berbeda dengan undang-undang sebelumnya yang
meletakkan sentralisasi pengaturan desa ditangan pemerintahan pusat, namun saat
ini pelimpahan wewenang mengenai pengaturan pemerintahan desa dari
pemerintahan pusat kepada pemerintahan kabupaten dan kota. pengaturan desa
ditetapkan dalam peraturan daerah kabupaten dengan memperhatikan pengakuan
dan penghormatan terhadap hak asal-usul dan adat istiadat desa. pengaturan ini
merubah konstelasi dalam keseluruhan arena politik, karena akan terjadi pergeseran
arena pergulatan politik dari tingkat nasional ke daerah kabupaten. Perpindahan
arena politik ini tentu saja menimbulkan berbagai bentuk ketegangan antara
kabupaten dengan desa di berbagai daerah di Indonesia.9
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilaksanakan oleh
pemerintah yang meliputi Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan
daerah, agar pelaksanaan berbagai urusan pemerintahan didaerah tetap dapat
berjalan sesuai dengan standar dan kebijakan pemerintah berdasarkan peraturan
6

Nimatul Huda, Op.Cit, Hlm 47
Ibid, Hlm. 49

8 Moch. Solekhan, Op.Cit, Hlm 35
9 Ibid, Hlm. 37
7

5 | e-Journal Lentera Hukum

perundang-undangan. Sedangkan Pengawasan terhadap peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah meliputi perda provinsi dan peraturan gubernur, perda
kabupaten/kota dan peraturan bupati/walikota dan peraturan desa dan peraturan
kepala desa. Pengawasan dilaksanakan oleh aparat pengawasan intern pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.10
Terkait dengan pembinaan dan pengawasan ini, pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai kewajiban
untuk membina dan mengawasi penyelenggaraan desa.
Pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota, meliputi:
a. Memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan kabupaten/kota yang
dilaksanakan oleh desa;
b. Memberikan pedoman penyusunan peraturan desa dan kepala desa;
c. Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
d. Melakukan fasilitasi penyelenggaraan pemerintahan desa;

e. Melakukan evaluasi dan pengawasan peraturan desa;
f. Menetapkan pembiyaan alokasi dana perimbangan untuk desa;
g. Mengawasi pengelolaan keuangan desa dan pendaya gunaan aset desa;
h. Melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa;
i. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pemerintah desa, badan
permusyawaratan desa; lembaga kemasyarakat, dan lembaga adat;
j. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa, badan permusyawaratan desa, lembaga
kemasyarakatan, dan lembaga adat;
k. Melaksanakan upaya percepatan pembangunan desa melalui bantuan
keuangan, bantuan pendampingan, dan bantuan teknis;
l. Melakukan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh kepala desa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan.11
Konsep pemberdayaan masyarakat
Prinsip utama dalam mengembangkan konsep pemberdayaan masyarakat
menurut Drijver dan Sajise (dalam Sutrisno, 2005, h.18) ada lima macam, yaitu:
1. Pendekatan dari bawah (buttom up approach): pada kondisi ini pengelolaan
dan para stakeholder setuju pada tujuan yang ingin dicapai untuk kemudian
mengembangkan gagasan dan beberapa kegiatan setahap demi setahap untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Partisipasi (participation) dimana setiap aktor yang terlibat memiliki
kekuasaan dalam setiap fase perencanaan dan pengelolaan
3. Konsep keberlanjutan: merupakan pengembangan kemitraan dengan seluruh
lapisan masyarakat sehingga program pembangunan berkelanjutan dapat
diterima secara sosial dan ekonomi.
4. Keterpaduan: yaitu kebijakan dan strategi pada tingkat lokal, regional dan
nasional.
5. Keuntungan sosial dan ekonomi: merupakan bagian dari program
pengelolaan.12
Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan:
a. mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan
Desa yang dilaksanakan secara swakelola oleh Desa
b. mengembangkan program dan kegiatan pembangunan Desa secara
berkelanjutan dengan mendayagunakan sumberdaya manusia dan sumber
daya alam yang ada di Desa;

10

Meri Yani, Op.Cit. Hlm 4
Moch. Solekhan, Op.Cit, Hlm 79-82
12 Ita Ulumiyah, Abdul Juli Andi Gani, Lely Indah Mindarti, op.cit. Hlm 3

11

6 | e-Journal Lentera Hukum

c. menyusun perencanaan pembangunan Desa sesuai dengan prioritas, potensi,
dan nilai kearifan lokal;
d. menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada kepentingan
warga miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan kelompok marginal;
e. mengembangkan sistem
transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa;
f. mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat;
g. mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan Desa yang
dilakukan melalui musyawarah Desa
h. menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia
masyarakat Desa;
i. melakukan pendampingan masyarakat Desa yang berkelanjutan; dan
j. melakukan melakukan pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif
oleh masyarakat Desa.13
Dalam penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat desa maka Pemerintah
dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat Desa dengan
pendampingan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan,14 dan pendampingan
tersebut dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah atau kabupaten/kota dan di
bantu oleh tenaga pendamping yang profesioanl.15 Tenaga pendamping profesional
adalah sebagai berikut:
1. pendamping Desa yang bertugas mendampingi Desa dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, kerjasama Desa, pengembangan BUM Desa,dan
pembangunan yang berskala lokal Desa;
2. pendamping teknis yang bertugas mendampingi Desa dalam pelaksanaan
program dan kegiatan sektoral ; dan
3. tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas
tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa.16
Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan BUMDes sangatlah diperlukan
demi keberlanjutan kegiatan tersebut, Sehingga keberadaan desa baik sebagai
lembaga pemerintahan maupun sebagai entitas kesatuan masyarakat hukum adat
menjadi sangat penting dan strategis. Sebagai lembaga pemerintahan, desa
merupakan ujung tombak pemberian layanan kepada masyarakat. Sedangkan
sebagai entitas kesatuan masyarakat hukum, desa merupakan basis system
kemasyarakatan bangsa Indonesia yang sangat kokoh sehingga dapat menjadi
landasan yang kuat bagi pengembangan sistem politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
hukum yang stabil dan dinamis. Sehingga desa merupakan miniature dan sample
yang sangat baik untuk mengamati secara seksama interaksi antara pemerintah
dengan masyarakatnya. Dan melalui desa inilah BUMDes dapat diselenggarakan
dengan mengacu pada peraturan desa yang didasarkan pada peraturan daerah.17
Konsep Pemerintah Desa dalam Mengembangkan Ekonomi Masyarakat Desa
Pemerintah desa dalam mengupayakan peningkatan perekonomian melalui
BUMDes yaitu dengan cara:
A. Memberi hibah atau pemodalan
13 Pasal 127 Ayat 2
PP No 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
14 Pasal 128 Ayat 1 PP No 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 Tentang Desa
15 Pasal 128 Ayat 2
PP No 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
16 Pasal 129 Ayat 1 PP No 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 Tentang Desa
17 Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo. Op.Cit, Hlm 2

7 | e-Journal Lentera Hukum

B. Melakukan pendampingan atau akses ke pasar
C. Memperioritaskan BUMdes dalam pengelolaan sumber daya di Desa
Artinya pemerintah desa perlu memberikan dukungan tidak hanya dengan dukungan
moral akan tetapi dengan permodalan yang diberikan kepada masyarakat karena kita
ketahui bersama salah satu langkah untuk kelembagaan di bidang perekonomian
yaitu dengan modal, selain itu pemerintah desa juga perlu mendampingi masyarakat
dalam menjalankan kegiatan BUMDes tersebut seperti yang telah di paparkan di atas
yaitu dengan adanya sosialisasi serta pendampingan lebih lanjut yaitu memberikan
akses ke pasar agar usaha tersebut berjalan dengan lancar, serta melindungi kegiatan
tersebut dan memperioritaskan sumber daya yang ada di desa seperti sumber daya
manusia khususnya para kaum perempuan yang memiliki bakat dan perlu di
kembangkan melalui BUMDes.18
Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat desa memiliki peran strategis
dalam pengembangan BUMDes demi kepentingan pemberdayaan ekonomi rakyat,
sebagai suatu usaha ekonomi kerakyatan, BUMDes tidak serta merta menjelma
menjadi sebuah badan usaha ekonomis yang menguntungkan, justru bila tidak
dikelola secara baik, malah dapat merugikan atau setidaknya memberikan masalah
baru bagi masyarakat. Disinilah terletak point penting yang perlu dilakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan BUMDes oleh pemerintah desa,
sebab tidak semua elemen jajaran pemerintahan dan masyarakat desa mengenal dan
memiliki jiwa kewirausahaan yang baik dan benar. Lebih luas perlu dipikirkan dan
dirumuskan pola pembinaan dan pengawasan BUMDes yang efektif, disisi lain
BUMDes juga tidak mungkin berkembang tanpa dukungan semua pihak termasuk
semua stakeholder. Biasanya pada tahap awal pendirian badan usaha merupakan
tahap yang penuh tantangan. Pada tahap ini, sebuah badan usaha akan membutuhkan
modal yang cukup besar untuk dapat menjalankan aktivitas usahanya. Khusus untuk
pendirian BUMDes, hal ini telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Modal
awal BUMDes bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.19
Kendala Dalam Kegiatan Badan Usaha Milik Desa
BUMDes menjadi hak desa untuk memanfaatkan aturan Undang-Undang Desa
yang memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk melakukan inovasi
dalam pembangunan desa, terutama dalam hal peningkatan perekonomian desa dan
kesejahteraan bagi masyarakat desa BUMDes diharapkan menjadi motor penggerak
ekonomi desa masyarakat yang dikelola secara baik dan professional. Keberadaan
BUMDes menjadi harapan masyarakat desa untuk meningkatkan ekonomi desa
melalui pengelolaan keuangan desa yang di
dasarkan pada
APBDes.20
Pengembangan BUMDes sebagai basis ekonomi warga desa sampai saat ini masih
menghadapi banyak kendala antara lain ketidakpahaman warga akan BUMDes,
pemilihan unit usaha yang tidak tepat, pembentukan kepengurusan, kelembagaan,
pengelolaan, keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholders), regulasi,
dukungan desa dan supra desa, dan sebagainya.21
Melihat kondisi desa yang selama ini sangat minim anggaran maka sulit
untuk merealisasikan produk produk rencana desa sekaligus juga makin
meningkatkan apatisme masyarakat. Seperti yang dialami oleh Desa Landungsari,
BUMDes ini awalnya dapat meminjamkan biaya kepada masyarakat desanya yang
ingin mempunyai usaha. Karena memang awal berdirinya BUMDes ini mendapatkan
sumbangan dari pemerintah daerah yaitu Kabupaten Malang Seiring berjalannya
waktu, modal yang dimiliki semakin merosot, bahkan partisipasi masyarakat untuk
meminjam dana usaha ke BUMDes ini juga semakin berkurang. Akan tetapi, masih
18

Pasal 90 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 135 ayat 1 PP No 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang No. 6
Tahun 2014 tentang Desa
20 Ibid, hlm 2
21 Suharyanto Hastowiyono, 2014, pelembagaan Badan usaha Milik Desa. Hlm 5
19

8 | e-Journal Lentera Hukum

beberapa orang saja yang mempercayakan kepada BUMDes ini. Seperti yang telah
diketahui memang desa sangatlah minim anggaran.22 Kendala tersebut menghambat
cita-cita menjadikan BUMDes sebagai penggerak roda perekonomian di tingkat desa
yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan desa, memenuhi kebutuhan warga
desa dengan harga murah, mendukung pengembangan usaha warga dengan bantuan
permodalan, pengadaan bahan baku, perbaikan proses produksi dan pemasaran,
mengurangi peran tengkulak dan renternir, serta mengurangi pengangguran dan
kemiskinan. Cita-cita besar ini dapat diwujudkan dengan kerja keras berbagai pihak
secara bersama-sama.23
II. Upaya Pemerintah Desa dalam mengontrol kegiatan Badan Usaha Milik Desa
Dasar Pembentukan Dan Pendirian Badan Usaha Milik Desa
Syarat pembentukan BUMDes menurut peraturan menteri dalam negeri
No. 39 tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa adalah:
a) atas inisiatif pemerintah desa dan atau masyarakat berdasarkan musyawarah
warga desa;
b) adanya potensi usaha ekonomi masyarakat;
c) sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terutama dalam pemenuhan kebutuhan
pokok;
d) tersedianya sumber daya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal,
terutama kekayaan desa;
e) tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelol badan usaha sebagai
aset penggerak perekonomian masyarakat desa;
f) adanya unit-unit usaha masyarakat yang merupakan kegiatan ekonomi warga
masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi; dan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli desa.24
Mekanisme pembentukan BUMDes yaitu sebagai berikut:
a) rembug desa/musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan;
b) kesepakatan dituangkan dalam AD/ART yang sekurang-kurangnya berisi:
organisasi dan tata kerja, penetapan personil, sistem pertanggung jawaban
dan pelaporan, bagi hasil dan kepailitan;
c) pengusulan materi kesepakatan sebagai draft peraturan desa; dan
d) peneribitan peraturan desa.25
Menurut Purnomo,maksud dan tujuan pembentukan BUMDes adalah sebagai berikut:
Maksud pembentukan BUMDes antara lain:
1. Menumbuhkembangkan perekonomian desa.
2. Meningkatkan Sumber Pendapatan Asli Desa.
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan jasa bagi
peruntukan hajat hidup masyarakat desa.
4. Sebagai perintis bagi kegiatan usaha di desa.
Adapaun Tujuan pembentukan BUMDes antara lain:
1. Meningkatkan peranan masyarakat desa dalam mengelola Sumber-sumber
pendapatan lain yang sah;
2. Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi masyarakat desa, dalam unit-unit
usaha desa;
3. Menumbuhkembangkan usaha sektor informal untuk dapat menyerap tenaga
kerja masyarakat di desa;
4. Meningkatkan kreatifitas berwira usaha Desa masyarakat desa yang
berpenghasilan rendah.26
22

Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo Op.Cit Hlm 3
Suharyanto Hastowiyono. Op.Cit. Hlm 3
24 Pasal 5 Ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik

23

Desa
25

Pasal 5 Ayat 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha
Milik Desa

9 | e-Journal Lentera Hukum

Karakteristik dari BUMDes adalah: Berbentuk Badan Hukum, Berusaha di
bidang perekonomian (jasa, manufaktur, dan perdagangan) Modal terdiri dari
penyertaan Pemdes dan penyertaan masyarakat dengan perbandingan 51% dan 49%,
Menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat desa Menjadi salah satu sumber
pendapatan Desa,Memberikan layanan pada masyarakat. Usaha yang dapat
dijalankan melaui BUMDes antara lain: Pasar desa, Simpan pinjam, Waserda, Sumber
air ,Transportasi, Obyek wisata desa, Home industri, Kerajinan rakyat, Perikanan
darat, Peternakan,Pertanian, Agroindustri.27
Alokasi Hasil Usaha Badan Usaha Milik Desa
Kontribusi BUMDes ini ialah sebagai salah satu pembangunan desa mandiri
yag dapat berjalan dengan percaya diri bahwa desa memang sudah berhasil mengatur
rumah tangganya sendiri dan menciptakan desa yang mandiri yang tidak hanya
bergantung kepada anggaran dana desa yang telah diberikan oleh pemerintah. Dalam
rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli desa maka
BUMDes ini mempunyai beberapa kontribusi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, salah satunya dlam kebutuhanpokok di desa. Mengingat BUMDes ini
adalah suatu lembaga ekonomi modal usaha. 28 Lembaga ini dapat menjalankan usaha
dibidang ekonomi dan pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Maka dari itu, BUMDes ini bisa menjadi alternatif yang dapat
dikembangkan untuk mendorong perekonomian desa dengan harapan dapat
menciptakan sumber daya ekonomi baru untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan
sumber daya alam desa.29 dan hasil dari usaha BUMDes di manfaatkan untuk
pengembangan usaha dan pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan
pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan
kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja
desa.30
Peran Pemerintah Desa dalam Pengawasan Badan Usaha Milik Desa
Pemerintah desa juga sebagai Penasihat atau komisaris dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa mempunyai kewenangan
meminta penjelasan kepada pelaksana operasional atau direksi mengenai
pengelolaan usaha desa sehingga pada tahap kegiatan ini saling mendukung
utamanya pemerintah desa sebagai penasihat sekaligus membina masyarakat desa
guna BUMDes tersebut tepat sasaran dengan apa yang diinginkan bersama.31
Fungsi controlling itu sendiri dalam bahasa Indonesia mempunyai dua
perbedaan, yaitu : Pengawasan dan pengendalian; pengawasan disini adalah
pengawasan dalam arti sempit, yang diberi definisi sebagai segala usaha atau
kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang
pelaksanaan tugas atau pekerjaan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak;
sedangkan pengendalian pengertiannya lebih “forceful” daripada pengawasan, yaitu
sebagai segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar
pelaksanaan tugas atau pekerjaan berjalan sesuai dengan yang semestinya.32 Berikut
tugas dan wewenang komisaris/penasihat :
a) Tugas
Komisaris atau penasehat BUMDes mempunyai tugas dan berkewajiban:
26

Samadi, Arrafiqur, rahman, Afrizal. Peranan Badan Usaha Milik Desa ( Bumdes ) Dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat (StudiPada Bumdes Desa Pekan Tebih Kecamatan Kepe Nuhan Hulu
Kabupaten Rokan Hulu). Hlm 7
27 Ibid, Hlm 27
28 Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo. Op.Cit. Hlm 7
29 Moch. Solekhan, Op.Cit. Hlm 72
30 Pasal 89 Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa
31 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa
32 Meri Yarni. Pengawasan Peraturan Daerah Berdasarkan Perundang-Undangan (Kajian Politik
Hukum) Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. Volume 15, Nomor 2, Hlm. 3

10 | e-Journal Lentera Hukum

1) Memberi nasehat kepada Pelaksana Operasional atau Direksi dalam
melaksanakan pengelolaan BUMDes;
2) Memberi saran/pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi
pengelola BUMDes;
3) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan usaha apabila terjadi
gejala menurunnya kinerja kepengurusan;
4) Melakukan pengawasan umum terhadap kegiatan BUMDes meliputi : Proses,
alur dan mekanisme pelaksanaan.
5) Menyampaikan laporan pertaggung jawaban dan perkembangan BUMDes
kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) minimal satu kali dalam satu
tahun dalam forum musyawarah desa, bagi BUMDes.
6) Melaksanakan musyawarah pemberhentian pengurus BUMDes apabila telah
mendapat rekomendasi dari Dewan Pembina Kabupaten melalui fasilitator
yang telah melakukan audit atau evaluasi yang terdapat temuan diantara
pengurus BUMDes telah melakukan penyelewengan dana atau penyalahan
kekuasaan yang mengakibatkan kerugian BUMDes dan diputuskan dengan
keputusan kepala desa.
b) Wewenang
Untuk melaksanakan kewajibannya, komisaris mempunyai kewenagan :
1) Melakukan pengawasan dan Memberi nasehat kepada
pelaksanaan
operasional
2) Meminta penjelasan dari pengurus dari segala persoalan yang menyangkut
pengelolaan BUMDes;
3) Melindungi BUMDes terhadap hal-hal yang dapat merusak kelangsungan dan
citra BUMDes.33
Pengawasan dalam kegiatan BUMDes seharusnya masyarakat juga dilibatkan
karena secara teori BUMDes di peruntukkan guna meningkatkan perekonomian desa
dengan melihat potensi-potensi yang ada di desa atau kerajinan-kerajinan yang
dimiliki oleh masyarakat desa dan pelaksana dari kegiatan BUMDes yaitu anggotanya
juga terdapat dari masyarakat desa yang dipilih oleh kepala desa sebagaimana yang
terdapat dalam peraturan pelaksana nomor 43 tahun 2014 tentang desa, Maka dari
itu masyarakat desa tidak bisa hanya menjadi obyek program, akan tetapi harus
diperkuat kapasitasnya untuk turut mengawasi jalannya usaha dari BUMDes, dari sini
akan timbul rasa memiliki dan terjadi keharmonisan antara pemerintah desa dengan
masyarakat desa sehingga dalam menuju cita-cita dalam meningkatkan
perekonomian desa lebih mudah dan tepat.34

33
34

Samadi, Arrafiqur Rahman, Dan Afrizal . Op.Cit. Hlm 12
Ibid. Hlm 14

70 | e-Journal Lentera Hukum

III. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemerintah desa dalam meningkatkan perekonomian masyarakat desa dengan
melalui BUMDes Merupakan langkah tepat demi terwujudnya kesejahteraan
masyarakat desa, upaya yang dilakukan pemerintah desa dengan cara
pertama, melakukan pemberdayaan masyarakat desa terlebih dahulu
mengingat kurangnya sumber daya manusia yang memadai, kedua, dengan
melakukan mengenalan terhadap kegiatan BUMDes tersebut, serta melakukan
pendampingan terhadap masyarakat selaku pelaksana operasional BUMDes,
dan yang Ketiga, upaya pemerintah desa dengan memberi akses kepasar
dengan fasilitas yang sudah ada, dan yang terakhir pemerintah desa
memberikan arahan terkait pemilihan unit yang tepat dan sesuai dengan
kondisi desa dan masyarakat desa, tidak hanya itu pemerintah desa juga
berkewajiban dalam meberi fasilitas sebagaimana dalam Pasal 90 UndangUndang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
2. BUMDes merupakan lembaga ekonomi yang didirikan berdasarkan
musyawarah antara pemerintah desa dengan masyarakat desa, BUMDes
didirikan sesusi sumber daya yang ada didesa serta melihat dari beberapa
potensi desa, kegiatan BUMDes ini dikelola oleh masyarakat desa sebagai
pelaksana operasional dan di kontrol oleh pemerintah desa yaitu kepala desa
sebagai penasehat dari kegiatan BUMDes tersebut. Sisi kontrol dari
pemerintah desa yaitu dengan melakukan pengawasan dan evaluasi sekurangkurangnya 1 tahun sekali demi terwujudnya kegiatan BUMDes. Dan apabila
terdapat penyelewengan dalam BUMDes tersebut, maka akan dilakukan
musyawarah pemberhentian pengurus BUMDes dan apabila telah
mendapatkan rekomendasi dari Dewan Pembina Kabupaten melaui fasilitator
yang telah melakukan audit dan evaluasi yang terdapat temuan diantara
pengurus BUMDes telah melakukan penyelewengan dana atau penyalahan
kekuasaan yang mengakibatkan kerugian BUMDes dan diputuskan dengan
Keputusan Kepala Desa.
Saran
Bertitik tolak kepada permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan kesimpulan
yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Hendaknya pemerintah desa, lebih bijaksana dalam menentukan unit usaha
yaitu dengan proses pemilihan dan penentuan unit usaha harus di dasarkan
pada pertimbangan dan kajian yang detail dan cermat. Untuk ini forum
musdes dapat membentuk Tim Survey Unit Usaha atau Tim Pengkaji Unit
Usaha atau bisa juga disebut dengan nama lain. Apabila kegiatan tersebut
tidak tepat dalam pemilihan unit usaha yang akan dijalankan maka BUMDes
tersebut akan terhambat dalam pelaksanaannya.
2. Pengawasan dalam keiatan BUMDes seharusya masyarakat juga dilibatkan
karena secara teori BUMDes di Peruntukkan guna meningkatkan
perekonomian desa dengan melihat potensi-potensi yang ada di desa atau
kerajianan-kerajinan yang dimiliki oleh masyarakat desa dan pelaksana dari
kegiatan BUMDes yaitu anggotanya juga terdapat dari masyarakat desa yang
dipilih oleh kepala desa sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pelaksana
Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa, maka dari itu masyarakat desa tidak bisa
hanya menjadi obyek program, akan tetapi harus diperkuat kapasitasnya
untuk turut mengawasi jalannya usaha dari BUMDes, dari sini akan timbul
rasa memiliki dan terjadi keharmonisan antara pemerintah desa dengan
masyarakat desa sehingga dalam menuju cita-cita dalam meningkatkan
perekonomian desa lebih mudah dan tepat.

70 | e-Journal Lentera Hukum

IV. DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Maryunani, 2008, Pembangunan Bumdes dan Pemerdayaan Pemerintah Desa,
Bandung, CV Pustaka Persada
Moch. Solekhan, MAP, 2014, Penyelenggaraan Pemerintah Desa Berbasis Partisipasi
Masyarakat, Malang, Cita Intans Selaras
Nikmatul Huda, 2015, Hukum Pemerintahan Desa dalam Konstitusi Indonesia Sejak
Kemerdekaan Hingga Reformasi, Malang, Citra Intrans Selaras
Suharyanto Hastowiyono, 2014, Pelembagaan BUMDesa, Yogyakarta, Forum
Pengembangan Pembaharuan Desa
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (PPRI No. 72 Tahun 2005
Tentang Desa
Peraturan Menteri dalam Negeri Republik IndonesiaNomor 39 Tahun 2010 Tentang
Badan Usaha Milik Desa
Peraturan Menteri dalam Negeri No. 35 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Tata
Cara pelaporan dan Pertangungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Desa
C. Jurnal
Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo, Keberadaan Badan Usaha
Milik Desa Sebagai Penguatan Ekonomi, Jurnal Administrasi Publik, (JAP),
Volume 1, No. 6, Hal. 1068-1076
Ita Ulumiyah, Abdul Juli Andi Gani, Lely Indah Mindarti, Peran Pemerintah Desa dalam
Memperdayakan Masyarakat Desa (Studi Pada Desa Sumberpasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang), Jurnal Administrasi Publik (JAP), Volume 1, No. 5,
hal. 890-899
Meri Yarni, Pengawasan Peraturan Daerah Berdasarkan Perundang-Undangan, (Kajian
Politik Hukum), Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Volume 15
No. 2
Samadi, Arrafiqur Rahman, dan Afrizal, Peranan Badan UsahA Milik Desa dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada BUMDesa), di Desa Pekan Lebih
Kecamatan Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu