PERANAN FILSAFAT MANAJEMEN DALAM FUNGSI
PERANAN FILSAFAT MANAJEMEN DALAM FUNGSI
PENGAWASAN
Mata Kuliah : Filsafat Manajemen
Dosen : DR. H. Muh. Said Saggaf, M.Si
Disusun Oleh :
Andi Nurul Qalbi
170103008
PROGRAM PASCASARJANA
STIA PUANGRIMAGGALATUNG
SENGKANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai suatu displin ilmiah, manajemen masih muda usianya. Praktek bisnis yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahan dengan menggunakan modal raksasa juga sama.
VOC Belanda adalah perusahaan multinasional dengan modal besar yang kiranya pertama
kali muncul tercatat di dalam sejarah. Di Eropa pada masa yang sama, perusahaan
produsen Katun di Manchester milik Friedrich Engels adalah yang terbesar. Jika anda ingat
Engels adalah sahabat dekat Karl Marx. Selama bertahun-tahun Engels membantu Marx
dalam urusan finansial. Mereka bahkan pernah menulis buku bersama. Engels adalah
seorang pengusaha katun. Di perusahaannya tidak ada manajer, dalam arti seperti yang kita
kenal sekarang ini. (Drucker, 2001, 3).
Yang ada adalah mandor, yang sebenarnya juga adalah pekerja. Sang mandor
menjaga efektivitas dan displin pekerjanya. Marx menyebut kelompok pekerja saat itu
sebagai “kelompok proletar”.Dapat juga dikatakan bahwa perusahaan katun milik Engels
belumlah mengenal manajemen. Yang mereka kenal adalah pembagian kerja, yang
sebenarnya hanya merupakan satu aspek kecil dari manajemen. Sekarang ini manajemen
sebagai ilmu sudah berkembang begitu pesat. Bahkan menurut Drucker, manajemen adalah
salah satu displin ilmu yang berkembang paling pesat dalam sejarah. (Drucker, 2001, 4)
Orang yang tidak memahami manajemen akan mengalami kegagapan menghadapi
berbagai
perubahan
dan
tantangan
yang
muncul
di
abad
ke-21
ini.
Tujuan dasar dari manajemen adalah untuk membuat beragam orang bekerja sama untuk
tujuan yang sama, berpijak pada nilai-nilai yang sama, struktur kerja yang sama, pelatihan
yang sama, dan perkembangan bersama yang diarahkan untuk menanggapi berbagai
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. (Drucker, 2001, 5)
Sampai sekarang tujuan itu masih sama. Namun yang berubah sekarang adalah
ukuran dan kualitas dari tata bisnis yang dilakukan. Dulu manajemen hanya berfokus untuk
mengatur sekumpulan orang yang tidak memiliki keahlian apapun, dan hanya bekerja
untuk tujuan-tujuan jangka pendek saja. Sekarang dan akan terus berkembang di masa
depan, manajemen digunakan untuk mengatur orang-orang yang memiliki pendidikan dan
keahlian yang tinggi. Mereka mengabdi tidak hanya untuk memenuhi tujuan-tujuan jangka
pendek, tetapi untuk masa depan kebudayaan manusia dan memiliki pengaruh yang sangat
luas ke seluruh dunia. (Drucker, 2001).
Manajemen sudah dibagi beberapa cabang ilmu salah
satunya Manajemen
Pembangunan. Konsep manajemen pembangunan (management of development)
merupakan sebuah perspektif dan istilah lain dari konsep administrasi pemabngunan
(administration of development), karena melihat peran administrasi dalam mewujudkan
pembangunan (bryant dan white, 1987 dan esman, 1991). Karena itu pada dasarnya dapat
dikatakan bahwa masalah administrasi pembangunan adalah juga masalah manajemen
pembangunan (mustopadjaja, 1989).
Menurut pemahaman saya, manajemen pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
bidang kajian yang membahas peranan manajemen publik dalam proses pembangunan
nasional . kartasasmita (1997) mengatakan bahwa study mengenai manajemen telah
banyak mengalami perkembangan, namun teori dasarnya tidak berubah termasuk kegiatan
yang dilakukan oleh manajemen, yaitu perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi
manajemen dalam sistem administrasi dan pembangunan, dan dinegara yang sedang
berkembang maupun dinegara maju itu sama saja, yang berbeda adalah penekanannya.
Pada negara berkembang seperti Indonesia dibutuhkan pembangunan yang merata,
efektif dan efesien untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan manajemen pembangunan yang
baik. Dalam manajemen pembangunan ada proses perencanaan (Planning), penganggaran
(Budgetting), implementasi (Implementation), pengawasan dan evaluasi (Monitoring and
Evaluation). Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi.
Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu
Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan
menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun
bagi para pekerjanya.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud filsafat manajemen ?
2. Apa yang dimaksud Pengawasan ?
3. Apa saja peranan filsafat manajemen dalam fungsi pengawasan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Manejemen
a. Pengertian Filsafat Manajemen
Filsafat manajemen adalah bagian yang terpentinig dari pengetahuan dan
kepercayaan yang memberikan dasar yang luas untuk menetapkan pemecahan
permasalah manajerial. Filsafat manajemen memberikan dasar bagi pekerjaan seorang
manajer. Seorang manajer memerlukan kepercayaan dan nilai yang pokok untuk
memberi petunjuk sesuai dan dapat dipercaya guna menyelesaikan pekerjaan. Filsafat
manajemen juga memberikan desain sehingga seorang manajer dapat mulai berpikir.
Filsafat manajemen amat berguna karena dapat digunakkan untuk memperoleh bantuan
dan pengikut. Filsafat manajemen memberikan pemikiran dan tindakan yang
menguntungkan dalam majamen dan membantu kepada sifatnya yang dinamis dan
memberi tantangan.
Dalam
filsafat
manajemen,
terkandung
dasar
pandangan
hidup
yang
mencerminkan keberadaan, identitas, dan implikasinya guna mewujudkan efisiensi dan
efektivitas dalam pekerjaan manajemen. Untuk merealisasikan tujuan diperlukan
beberapa faktor penunjang sehingga merupakan kombinasi yang terpadu, baik
menyangkut individu maupun kepentingan umum. Hal ini dimaksudkan adanya
keseimbangan di diantara faktor-faktor yang diperlukan dalam mencapai suatu kekuatan
untuk mengejar hasil yang maksimum.
b. Penggunaan Filsafat Manajemen
Seorang manajer yang memiliki dan menggunakan sebuah filsafat manajemen
memperoleh tiga macam keuntungan besar :
Pertama, hal-hal tersebut membantu mencapai bantuan efektif dari para pengikut,.
Orang mengetahui apa yang diinginkan oleh seorang manajer dan tindakan-tindakan
umum apa yang kirannya akan dilakukan olehnya. Mereka mengetahui mengapa pihak
manajer bertindak dengan cara tertentu dan mereka menaruh kepercayaan mengenai apa
yang sedang dilakukan.
Kedua, hal tersebut menyediakan petunjuk-petunjuk dan suatu landasan bagi
pemikiran manajerial. Apabila kondisi-kondisi ilmiah serta sosial berubah dengan cepat,
maka terasa pentingnya sesuatu kumpulan pengetahuan dasar dan keyakinan-keyakinan
yang merupakan bagian daripada sebuah filsafat.
Ketiga, hal tersebut merupakan sebuah kerangka dengan apa seorang manajer dapat
memperkembangkan pemikirannya. Dengan berlangsungnya waktu, macam-macam
filsafat manajemen telah berkembang dan meluas dan menyebabkan timbulnya filsafatfilsafat baru atau dimodifikasi oleh pemikiran kontemporer saat itu. Ada manajermanajer yang sangat mementingkan individu dan mereka mempercayai setiap pekerja
dengan jalan menerapkan aturan-aturan dan pengawasan minuman, dan mereka bukan
saja mengusahakan agar supaya pekerjaan bagi setiap orang bukan saja berarti akan
tetapi pula menguntungkan dan setiap pekerja diserahkan tanggung jawab tertentu.
c. Fungsi-Fungsi Manajemen
Untuk lebih memperjelas adanya pengaruh kondisi masyarakat, filsafat serta
pendidikan seorang teoritikus ilmu manajemen serta perkembangan ilmu itu terhadap
istilah yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan fungsi organil manajemen.
Dibawah ini diberikan beberapa contoh dan berbagai teori yang dikemukakan :
1. Henry Fayol dalam bukunya yang berjudul General and Industrial Management
membagi manajemen menjadi beberapa fungsi berikut :
a) Planning ( perencanaan )
b) Organizing (Pengorganisasian )
c) Commanding ( pemberian komando )
d) Coordinating ( pengkoordinasiann )
e) Controlling ( pengawasan )
2. Harold Koontz dan O’donnel
Harold Koontz dan O’Donnell dalam bukunya yang berjudul Principles of
management membagi manajemen menjadi beberapa fungsi tersebut :
a) Planing ( perencanaan )
b) Organizing ( Pengorganisasian )
c) Staffing ( pengisian jabatan)
d) Directing ( Pengarahan )
e) Controlling (Pengawasan )
3. George R.Terry
George R. Terry dalam bukunya yang beijudul Principle of Management membagi
manajemen menjadi beberapa fungsi berikut :
a) Planning (perencanaan)
b) Organizing (pengorganisasian)
c) Actuating (penggerakan)
d) Controlling (pengawasan)
4. Sondang P. Siagian
Sondang R Siagian dalam bukunya yang berjudul Filsafat Administrasi membagi
manajemen menjadi beberapa fungsi berikut :
a) Planning (perencanaan)
b) Organizing (pengorganisasian)
c) Motivating (pemberian motivasi)
d) Controlling (pengawasan)
e) Evaluating (penilalan)
B. Peranan Filsafat Manajemen dalam Fungsi Pengawasan
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja
yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring performance and
taking action to ensure desired results. Pengawasan adalah proses untuk memastikan
bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . The
process of ensuring that actual activities conform the planned activities.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan
bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk
pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.”
Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi
manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai:
“pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk
menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
peraturan.” atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil
timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang
kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.”
Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai
sebagai “proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau
diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.”
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat
kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul.
Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good
governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting
untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini,
pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.
a. Macam-macam Pengawasan
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1.
Ditinjau menurut waktu
a) Pengawasan preventif, yaitu pengawasan yang dilakukan pada saat pekerjaan
sedang berlangsung.
b) Pengeawasan represif, yaitu pengawasan yang dilaksanakan pada akhir
selesainya kegiatan.
2. Ditinjau objek pengawasan
a) Pengawasan administratif, yaitu pengawasan dilaksanakan di bidang yang
fungsinya dikategorikan sebagai tugas administratif (bagian keuangan, bagian
personalia dan sebagainya).
b) Pengawasan operatif, yaitu pengawasan yang dilaksanakan pada bidang yang
berfungsi melaksanakan pekerjaan operatif (bagian proses produksi, bagian
marketing dan sebagainya).
3. Ditinjau subjek pengawasan
a) Pengawasan intern, yaitu yang dilakukan oleh atasan dari petugas/bawahan yang
bersangkutan.
b) Pengawasan ekstern, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang di luar
organisasi.
b. Fungsi dan Tujuan Pengawasan
1. Fungsi pengawasan yaitu
a) Menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melakukan akutansi atas
perubahan sosial,ekonomi.
b) Membantu menentukan apakah sumber daya dan pelayanan yang simaksudfkan
untuk kelompok sasaran.
c) Bermanfaat untuk menetukan apakah tindakan diri para administrator sesuai
dengan baik.
2. Tujuan pengawasan yaitu :
a) Mengetahui jalanya pekerjaan apakah lancar atau tidak.
b) Memperbaiki kesalahan yg dbuat oleh pegawai.
c) Mengetahui penggunaan budget yang tlah ditetapkan dalam rencana awal yg
terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan rencanakan.
d) Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program.
e) Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dgn yang telah ditetapkan dalam
perencanaan.
c. Ciri – Ciri Pengawasan
Telah dijadikan di muka bahwa pengawasan merupakan salah satu fungsi organik
administrasi dan manajemen. Dikatakan bahwa pengawasan termasuk fungsi organik
administrasi dan manajemen karena apabila fungsi ini tidak dilaksanakan, cepat, atau
lambat akan mengakibatkan matinya/ hancurnya suatu organisasi.
Oleh karena itu, agar fungsi pengawasan itu mendatangkan hasil yang diharapkan,
pimpinan suatu organisasi harus mengetahui ciri-ciri suatu proses pengawasan yang lebih
penting lagi, berusaha untuk memenuhi sebanyak mungkin ciri-ciri itu di dalam
pelaksanaannya. Ciri-ciri itu ialah sebagai berikut :
1.
Pengawasan harus bersifat fact finding dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi
pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan
dalam organisasi terpaut dengan tugas tentunya ada faktor-faktor lain, seperti faktor
biaya, tenaga kerja, sistem dan prosedur kerja, struktur dan faktor-faktor psikologis
seperti rasa dihormati, dihargai, kemajuan dalam karier, dan sebagainya.
2.
Pengawasan harus bersifat preventif yang berarti bahwa proses pengawasn itu
dijalankan untuk mencegah timbulnya penyimpangan dan penyelewengan dari
rencana yang telah ditentukan.
3.
Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya
ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini sedang dilaksanakan.
4.
Pengawasan hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efesiensi. Pengawasan tidak
boleh dipandang sebagai tujuan.
5.
Karena pengawasan hanya sekedar alat administrasi dan manajemen maka
pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah tercapainya tujuan.
6.
Proses pelaksanaan pengawasan harus efesien. Jangan sampai terjadi pengawasan
malahan menghambat usaha peningkatan efesiensi.
7.
Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika ada
ketidakberesan, akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak betul.
8.
Pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksanaa meningkatkan
kemampuannya untuk melakukan tugas yang ditentukan baginya.
Jelaslah kiranya bahwa pengawasan memainkan peranan yang sangat menentukan
dalam usaha pencapaian tujuan. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu
mutlak perlu karena manusia bersifat salah, paling sedikit bersifat khilaf. Manusia dalam
organisasi perlu diamati, bukan dengan maksud mencari kesalahannya dan kemudian
menghukumnya, akan tetapi untuk mendidik dan membimbing. Hal ini kiranya sangat
penting diperhatikan karena para pimpinan dalam suatu organisasi sering lupa bahwa
seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang ikhlas memberi kesempatan seluasluasnya kepada bawahannya untuk bertindak meskipun kebebasan itu mungkin berakibat
pada kesalahan. Hanya saja setelah suatu kesalahan diperbuat adalah menjadi tugas
pimpinan untuk memperbaiki kesalahan itu dengan jalan memberikan bimbingan kepada
bahwahannya untuk menyebabkan dia tidak mengulangi berbuat kesalahan yang sama,
akan tetapi berani untuk bertindak dengan resiko berbuat kesalahan lain.
Jika seseorang bawahan selalu diancam dengan hukuman setiap kali ia berbuat
kesalahan maka bawahannya demikian itu tidak akan berkembang karena dalam setiap
tindakannya ia akan selalu dikuasai oleh rasa takut. Akibatnya ia tidak berani mempunyai
prakara, takut mengambil keputusan, dan akhirnya akan kehilangan kepercayaan pada
dirinya sendiri. Ini tidak boleh terjadi.
Meskipun demikian perlu bahwa di atas tidak berarti seorang pimpinan tidak
boleh menghukum bawahannya. Memang seorang pimpinan bertindak positif jika
seorang bawahan, meskipun telah berulang-ulang dibimbing terus menerud berbuat
kesalahan. Hanya saja tindakan seperti ini bersifat objektif dan didasarkan pada kriteria
rasional.
d. Teknik Pengawasan
Adapun teknik pengawasan menurut waktu pelaksanaan, cara pelaksanaan dan subyek
pengawasan :
1) Menurut Waktu Pelaksanaan
a) Setelah kegiatan,
Pengawasan ini disebut juga evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil
kerja dari setiap anggota kelompok dan untuk mengetahui kesalahan yang terjadi
agar kesalahan-kesalahan itu tidak berulang dimasa yang akan datang.
b) Pada saat kegiatan
Pengawasan ini lebih bersifat control. Pengawasan ini lebih bertujuan untuk
memberikan pengarahan-pengarahan untuk memperbaiki kinerja para anggota.
2) Menurut Cara Pelaksanaan
a) Secara Langsung
1) Melakukan pemeriksaan atau verfikasi
2) Dengan latar belakang tertentu, seperti ada dugaan penyimpangan atau
karena ada kejadian penting seperti pergantian kepengurusan
b) Secara tidak langsung
1) Melakukan review, yaitu mengawasi apa saja yang telah terjadi pada satu
organisasi
2) Rutin, yaitu pelaksanaan pengawasan itu sendiri sudah diagrndakan
sebelumnya.
3) Menurut Subyek Pelaksanaannya.
a) Pengawasan melekat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung
yang memiliki kekuatan (power) dilakukan secara terus-menerus agar tugastugas bawahan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
b) Pengawasan Fungsional yaitu Pengawasan yang dilaksanakan oleh pihak yang
memahami substansi kerja objek yang diawasi dan ditunjuk khusus untuk
melakukan audit independent terhadap objek yang diawasi.
c) Pengawasan Masyarakat yaitu pengawasan yang dilakukan masyarakat pada
negara sebagai bentuk social control terhadap penyelenggaraan pemerintahan
yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan masyakat negara yang
demokratis.
d) Pengawasan Legislatif yaitu pengawasan ini dilakukan oleh DPR/DPRD sebagai
lembaga legislative yang bertugas mengawasi kinerja pemerintah.
e. Langkah – Langkah Pengawasan
Seperti dikemukakan di depan bahwa langkah-langkah proses pengawasan ada
empat langkah. Empat langkah tersebut apabila digambarkan sebagai berikut:
1. Menetapkan Standar
Kegiatan pengawasan adalah mengukur atau menilai pelaksanaan atau hasil pekerjaan dari
pada pejabat atau pekerja, untuk dapat melakukan pengukuran harus mempunyai alat pengukur
(standar), Standar ini adalah mutlak diperlukan, yaitu untuk mengukur atau menilai apakah
pekerjaan dilakukan sesuai dengan sasaran-sasaran yang ditentukan (standar) atau tidak. Standar
tersebut harus ditetapkan lebih dahulu sebelum para pekerja melaksanakan pekerjaan (tugastugasnya), dan para pekerja harus tahu benar ukuran yang dipergunakan untuk menilai
pekerjaannya. Karena itu harus dijelaskan sebaik-baiknya kepada para pekerja sebelum
melaksanakan pekerjaannya.
Dalam garis besarnya, jenis-jenis standar itu dapat digolongkan ke dalam empat
bentuk yaitu:
a) Standar fisik :
1) Jumlah produksi
2) Kwalitas produksi
3) Jumlah langganan
b) Standar moneter :
1) Biaya tenaga kerja
2) Biaya penjualan
3) Laba kotor
4) Pendapatan penjualan
c) Standar waktu :
1) Kecepatan produksi
2) Batas waktu selesainya suatu pekerjaan
d) Standar intangible :
1) Sikap pekerja terhadap perusahaan
2) Kesetiaan pekerja terhadap pekerjaan
Demikianlah berbagai jenis standar yang dipergunakan untuk menilai efektif
tidaknya kegiatan-kegiatan para pekerja. Bentuk standar mana yang akan
dipergunakan akan tergantung kepada jenis kegiatan yang akan dinilai.
2.
Pengukuran Kegiatan
Agar pengukuran kegiatan dapat dilakukan secara tepat perlu diperhatikan:
a) Berapa kali (how after) pelaksanaan seharusnya diukur (setiap jam, setiap hari,
setiap bulan dan sebagainya).
b) Dalam bentuk apa (what form) pengukuran akan dilakukan (laporan tertulis,
inspeksi visual, melalui telepon).
c) Siapa (who) yang terlibat pengukuran (manajer, kepala bagian dan sebagainya).
Adapun pelaksanaan pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan:
a) Observasi/inspeksi
b) Laporan lisan dan tertulis
c) Pengujian/test, mengambil sample
d) Metode otomatis
3. Membandingkan kegiatan dengan standar
Dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya penyimpangan-penyimpangan
(deviasi). Penyimpangan-penyimpangan dianalisa untuk mengetahui mengapa standar
tidak dapat dicapai dan mengidentifikasi penyebab-penyebab terjadinya
penyimpangan.
4. Melakukan tindakan koreksi
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, maka tindakan ini
harus diambil/dilakukan. Tindakan koreksi mungkin berupa:
a) Mengubah standar mula-mula (mungkin standar terlalu tinggi atau rendah).
b) Mengubah pengukuran kegiatan (inspeksi terlalu sering/kurang, mungkin
mengganti sistem pengukuran).
c) Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpanganpenyimpangan.
f. Peran Fungsi Pengawasan dalam Akuntabilitas Publik
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu
cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja
pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik
pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di
samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control). Sasaran
pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau
target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan,
2. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan,
3. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.
g. Peranan Pengawasan Dalam Bidang Pemerintahan
Umumnya, banyak orang masih menganggap Badan Pengawas itu tidak penting,
yang hanya dianggap pelengkap struktur organisasi.
Sesungguhnya Badan Pengawasan itu sama pentingnya dengan badan legislasi dan
penegakan hukum. Tanpa seperangkat sistem pengawasan yang sehat dan dapat
diandalkan, maka negara maupun perusahaan akan mengalami kekacauan.
Dalam pemerintahan, tugas pengawasan adalah untuk mengawasi apakan aparatur
sipil negara telah menjalankan tugasnya sesuai dengan kententuan yang berlaku. Salah
satu produk hukum hasil keputusan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terpenting
adalah Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahunan. Dalam
dunia usaha, hal ini disebut Rencana Kerja Tahunan yang ditetapkan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Penyusunan rancangan anggaran merupakan gabungan dari satuan unit kerja dari
yang paling bawah sampai teratas yang meliputi empat bagian, yaitu target pekerjaan,
rincian tugas (operation ine), rancangan pengeluaran, dan rancangan pendapatan.
Rancangan pengeluaran dan pendapatan dibuat berdasarkan perhitungan rincian tugas
yang jelas. Karena itu rincian tugas merupakan dasar utam bagi pelaksanaan tugas
pengawasan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengawasan memainkan peranan yang sangat menentukan dalam usaha pencapaian
tujuan. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu mutlak perlu karena
manusia bersifat salah, paling sedikit bersifat khilaf. Peranan pemimpin yang baik dalam
melakukan pengawasan tentunya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dalam lingkup pemerintahan yang demokratis seperti di Indonesia rakyat bukan hanya
sebagai penonton tetapi ikut turut sebagai pengawas berjalannya suatu kebijakan
DAFTAR PUSTAKA
Dangnga, Muh. Siri. 2018. Bahan Kuliah Filsafat Manajemen. STIA Puangrimaggalatung Bone
http://alisahbaniharahap.blogspot.co.id/2010/11/filsafat-manajemen.html. Diakses pada 5 Mei
2018
http://katarizon.blogspot.co.id/2013/09/pengawasan-dan-pengendalian-organisasi.html. Diakses
pada 5 Mei 2018
http://makalah-asfida.blogspot.co.id/2011/11/filsafat-umum.html. Diakses pada 5 Mei 2018
http://mokhamadsamsuri007.blogspot.co.id/2013/01/manajemen-pengawasan.html. Diakses pada
5 Mei 2018
https://informasiana.com/fungsi-manajemen-menurut-para-ahli/. Diakses pada 5 Mei 2018
https://syongtenhindom.wordpress.com/2013/04/14/filsafat-dalam-proses-manajemen/. Diakses
pada 5 Mei 2018
Saggaf, Said. 2018. Bahan Kuliah Filsafat Manajemen. STIA Puangrimaggalatung Sengkang
Soleh, D.2004. Jenis-Jenis Pengawasan.(Online),(http://dedensoleh. wordpress.
com/2010/04/26/jenis-jenis-pengawasan. Diakses (pada 8 Mei 2018)
PENGAWASAN
Mata Kuliah : Filsafat Manajemen
Dosen : DR. H. Muh. Said Saggaf, M.Si
Disusun Oleh :
Andi Nurul Qalbi
170103008
PROGRAM PASCASARJANA
STIA PUANGRIMAGGALATUNG
SENGKANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai suatu displin ilmiah, manajemen masih muda usianya. Praktek bisnis yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahan dengan menggunakan modal raksasa juga sama.
VOC Belanda adalah perusahaan multinasional dengan modal besar yang kiranya pertama
kali muncul tercatat di dalam sejarah. Di Eropa pada masa yang sama, perusahaan
produsen Katun di Manchester milik Friedrich Engels adalah yang terbesar. Jika anda ingat
Engels adalah sahabat dekat Karl Marx. Selama bertahun-tahun Engels membantu Marx
dalam urusan finansial. Mereka bahkan pernah menulis buku bersama. Engels adalah
seorang pengusaha katun. Di perusahaannya tidak ada manajer, dalam arti seperti yang kita
kenal sekarang ini. (Drucker, 2001, 3).
Yang ada adalah mandor, yang sebenarnya juga adalah pekerja. Sang mandor
menjaga efektivitas dan displin pekerjanya. Marx menyebut kelompok pekerja saat itu
sebagai “kelompok proletar”.Dapat juga dikatakan bahwa perusahaan katun milik Engels
belumlah mengenal manajemen. Yang mereka kenal adalah pembagian kerja, yang
sebenarnya hanya merupakan satu aspek kecil dari manajemen. Sekarang ini manajemen
sebagai ilmu sudah berkembang begitu pesat. Bahkan menurut Drucker, manajemen adalah
salah satu displin ilmu yang berkembang paling pesat dalam sejarah. (Drucker, 2001, 4)
Orang yang tidak memahami manajemen akan mengalami kegagapan menghadapi
berbagai
perubahan
dan
tantangan
yang
muncul
di
abad
ke-21
ini.
Tujuan dasar dari manajemen adalah untuk membuat beragam orang bekerja sama untuk
tujuan yang sama, berpijak pada nilai-nilai yang sama, struktur kerja yang sama, pelatihan
yang sama, dan perkembangan bersama yang diarahkan untuk menanggapi berbagai
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. (Drucker, 2001, 5)
Sampai sekarang tujuan itu masih sama. Namun yang berubah sekarang adalah
ukuran dan kualitas dari tata bisnis yang dilakukan. Dulu manajemen hanya berfokus untuk
mengatur sekumpulan orang yang tidak memiliki keahlian apapun, dan hanya bekerja
untuk tujuan-tujuan jangka pendek saja. Sekarang dan akan terus berkembang di masa
depan, manajemen digunakan untuk mengatur orang-orang yang memiliki pendidikan dan
keahlian yang tinggi. Mereka mengabdi tidak hanya untuk memenuhi tujuan-tujuan jangka
pendek, tetapi untuk masa depan kebudayaan manusia dan memiliki pengaruh yang sangat
luas ke seluruh dunia. (Drucker, 2001).
Manajemen sudah dibagi beberapa cabang ilmu salah
satunya Manajemen
Pembangunan. Konsep manajemen pembangunan (management of development)
merupakan sebuah perspektif dan istilah lain dari konsep administrasi pemabngunan
(administration of development), karena melihat peran administrasi dalam mewujudkan
pembangunan (bryant dan white, 1987 dan esman, 1991). Karena itu pada dasarnya dapat
dikatakan bahwa masalah administrasi pembangunan adalah juga masalah manajemen
pembangunan (mustopadjaja, 1989).
Menurut pemahaman saya, manajemen pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
bidang kajian yang membahas peranan manajemen publik dalam proses pembangunan
nasional . kartasasmita (1997) mengatakan bahwa study mengenai manajemen telah
banyak mengalami perkembangan, namun teori dasarnya tidak berubah termasuk kegiatan
yang dilakukan oleh manajemen, yaitu perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi
manajemen dalam sistem administrasi dan pembangunan, dan dinegara yang sedang
berkembang maupun dinegara maju itu sama saja, yang berbeda adalah penekanannya.
Pada negara berkembang seperti Indonesia dibutuhkan pembangunan yang merata,
efektif dan efesien untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan manajemen pembangunan yang
baik. Dalam manajemen pembangunan ada proses perencanaan (Planning), penganggaran
(Budgetting), implementasi (Implementation), pengawasan dan evaluasi (Monitoring and
Evaluation). Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi.
Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu
Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan
menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun
bagi para pekerjanya.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud filsafat manajemen ?
2. Apa yang dimaksud Pengawasan ?
3. Apa saja peranan filsafat manajemen dalam fungsi pengawasan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Manejemen
a. Pengertian Filsafat Manajemen
Filsafat manajemen adalah bagian yang terpentinig dari pengetahuan dan
kepercayaan yang memberikan dasar yang luas untuk menetapkan pemecahan
permasalah manajerial. Filsafat manajemen memberikan dasar bagi pekerjaan seorang
manajer. Seorang manajer memerlukan kepercayaan dan nilai yang pokok untuk
memberi petunjuk sesuai dan dapat dipercaya guna menyelesaikan pekerjaan. Filsafat
manajemen juga memberikan desain sehingga seorang manajer dapat mulai berpikir.
Filsafat manajemen amat berguna karena dapat digunakkan untuk memperoleh bantuan
dan pengikut. Filsafat manajemen memberikan pemikiran dan tindakan yang
menguntungkan dalam majamen dan membantu kepada sifatnya yang dinamis dan
memberi tantangan.
Dalam
filsafat
manajemen,
terkandung
dasar
pandangan
hidup
yang
mencerminkan keberadaan, identitas, dan implikasinya guna mewujudkan efisiensi dan
efektivitas dalam pekerjaan manajemen. Untuk merealisasikan tujuan diperlukan
beberapa faktor penunjang sehingga merupakan kombinasi yang terpadu, baik
menyangkut individu maupun kepentingan umum. Hal ini dimaksudkan adanya
keseimbangan di diantara faktor-faktor yang diperlukan dalam mencapai suatu kekuatan
untuk mengejar hasil yang maksimum.
b. Penggunaan Filsafat Manajemen
Seorang manajer yang memiliki dan menggunakan sebuah filsafat manajemen
memperoleh tiga macam keuntungan besar :
Pertama, hal-hal tersebut membantu mencapai bantuan efektif dari para pengikut,.
Orang mengetahui apa yang diinginkan oleh seorang manajer dan tindakan-tindakan
umum apa yang kirannya akan dilakukan olehnya. Mereka mengetahui mengapa pihak
manajer bertindak dengan cara tertentu dan mereka menaruh kepercayaan mengenai apa
yang sedang dilakukan.
Kedua, hal tersebut menyediakan petunjuk-petunjuk dan suatu landasan bagi
pemikiran manajerial. Apabila kondisi-kondisi ilmiah serta sosial berubah dengan cepat,
maka terasa pentingnya sesuatu kumpulan pengetahuan dasar dan keyakinan-keyakinan
yang merupakan bagian daripada sebuah filsafat.
Ketiga, hal tersebut merupakan sebuah kerangka dengan apa seorang manajer dapat
memperkembangkan pemikirannya. Dengan berlangsungnya waktu, macam-macam
filsafat manajemen telah berkembang dan meluas dan menyebabkan timbulnya filsafatfilsafat baru atau dimodifikasi oleh pemikiran kontemporer saat itu. Ada manajermanajer yang sangat mementingkan individu dan mereka mempercayai setiap pekerja
dengan jalan menerapkan aturan-aturan dan pengawasan minuman, dan mereka bukan
saja mengusahakan agar supaya pekerjaan bagi setiap orang bukan saja berarti akan
tetapi pula menguntungkan dan setiap pekerja diserahkan tanggung jawab tertentu.
c. Fungsi-Fungsi Manajemen
Untuk lebih memperjelas adanya pengaruh kondisi masyarakat, filsafat serta
pendidikan seorang teoritikus ilmu manajemen serta perkembangan ilmu itu terhadap
istilah yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan fungsi organil manajemen.
Dibawah ini diberikan beberapa contoh dan berbagai teori yang dikemukakan :
1. Henry Fayol dalam bukunya yang berjudul General and Industrial Management
membagi manajemen menjadi beberapa fungsi berikut :
a) Planning ( perencanaan )
b) Organizing (Pengorganisasian )
c) Commanding ( pemberian komando )
d) Coordinating ( pengkoordinasiann )
e) Controlling ( pengawasan )
2. Harold Koontz dan O’donnel
Harold Koontz dan O’Donnell dalam bukunya yang berjudul Principles of
management membagi manajemen menjadi beberapa fungsi tersebut :
a) Planing ( perencanaan )
b) Organizing ( Pengorganisasian )
c) Staffing ( pengisian jabatan)
d) Directing ( Pengarahan )
e) Controlling (Pengawasan )
3. George R.Terry
George R. Terry dalam bukunya yang beijudul Principle of Management membagi
manajemen menjadi beberapa fungsi berikut :
a) Planning (perencanaan)
b) Organizing (pengorganisasian)
c) Actuating (penggerakan)
d) Controlling (pengawasan)
4. Sondang P. Siagian
Sondang R Siagian dalam bukunya yang berjudul Filsafat Administrasi membagi
manajemen menjadi beberapa fungsi berikut :
a) Planning (perencanaan)
b) Organizing (pengorganisasian)
c) Motivating (pemberian motivasi)
d) Controlling (pengawasan)
e) Evaluating (penilalan)
B. Peranan Filsafat Manajemen dalam Fungsi Pengawasan
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja
yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring performance and
taking action to ensure desired results. Pengawasan adalah proses untuk memastikan
bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . The
process of ensuring that actual activities conform the planned activities.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan
bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk
pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.”
Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi
manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai:
“pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk
menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
peraturan.” atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil
timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang
kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.”
Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai
sebagai “proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau
diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.”
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat
kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul.
Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good
governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting
untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini,
pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.
a. Macam-macam Pengawasan
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1.
Ditinjau menurut waktu
a) Pengawasan preventif, yaitu pengawasan yang dilakukan pada saat pekerjaan
sedang berlangsung.
b) Pengeawasan represif, yaitu pengawasan yang dilaksanakan pada akhir
selesainya kegiatan.
2. Ditinjau objek pengawasan
a) Pengawasan administratif, yaitu pengawasan dilaksanakan di bidang yang
fungsinya dikategorikan sebagai tugas administratif (bagian keuangan, bagian
personalia dan sebagainya).
b) Pengawasan operatif, yaitu pengawasan yang dilaksanakan pada bidang yang
berfungsi melaksanakan pekerjaan operatif (bagian proses produksi, bagian
marketing dan sebagainya).
3. Ditinjau subjek pengawasan
a) Pengawasan intern, yaitu yang dilakukan oleh atasan dari petugas/bawahan yang
bersangkutan.
b) Pengawasan ekstern, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang di luar
organisasi.
b. Fungsi dan Tujuan Pengawasan
1. Fungsi pengawasan yaitu
a) Menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melakukan akutansi atas
perubahan sosial,ekonomi.
b) Membantu menentukan apakah sumber daya dan pelayanan yang simaksudfkan
untuk kelompok sasaran.
c) Bermanfaat untuk menetukan apakah tindakan diri para administrator sesuai
dengan baik.
2. Tujuan pengawasan yaitu :
a) Mengetahui jalanya pekerjaan apakah lancar atau tidak.
b) Memperbaiki kesalahan yg dbuat oleh pegawai.
c) Mengetahui penggunaan budget yang tlah ditetapkan dalam rencana awal yg
terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan rencanakan.
d) Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program.
e) Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dgn yang telah ditetapkan dalam
perencanaan.
c. Ciri – Ciri Pengawasan
Telah dijadikan di muka bahwa pengawasan merupakan salah satu fungsi organik
administrasi dan manajemen. Dikatakan bahwa pengawasan termasuk fungsi organik
administrasi dan manajemen karena apabila fungsi ini tidak dilaksanakan, cepat, atau
lambat akan mengakibatkan matinya/ hancurnya suatu organisasi.
Oleh karena itu, agar fungsi pengawasan itu mendatangkan hasil yang diharapkan,
pimpinan suatu organisasi harus mengetahui ciri-ciri suatu proses pengawasan yang lebih
penting lagi, berusaha untuk memenuhi sebanyak mungkin ciri-ciri itu di dalam
pelaksanaannya. Ciri-ciri itu ialah sebagai berikut :
1.
Pengawasan harus bersifat fact finding dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi
pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan
dalam organisasi terpaut dengan tugas tentunya ada faktor-faktor lain, seperti faktor
biaya, tenaga kerja, sistem dan prosedur kerja, struktur dan faktor-faktor psikologis
seperti rasa dihormati, dihargai, kemajuan dalam karier, dan sebagainya.
2.
Pengawasan harus bersifat preventif yang berarti bahwa proses pengawasn itu
dijalankan untuk mencegah timbulnya penyimpangan dan penyelewengan dari
rencana yang telah ditentukan.
3.
Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya
ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini sedang dilaksanakan.
4.
Pengawasan hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efesiensi. Pengawasan tidak
boleh dipandang sebagai tujuan.
5.
Karena pengawasan hanya sekedar alat administrasi dan manajemen maka
pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah tercapainya tujuan.
6.
Proses pelaksanaan pengawasan harus efesien. Jangan sampai terjadi pengawasan
malahan menghambat usaha peningkatan efesiensi.
7.
Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika ada
ketidakberesan, akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak betul.
8.
Pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksanaa meningkatkan
kemampuannya untuk melakukan tugas yang ditentukan baginya.
Jelaslah kiranya bahwa pengawasan memainkan peranan yang sangat menentukan
dalam usaha pencapaian tujuan. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu
mutlak perlu karena manusia bersifat salah, paling sedikit bersifat khilaf. Manusia dalam
organisasi perlu diamati, bukan dengan maksud mencari kesalahannya dan kemudian
menghukumnya, akan tetapi untuk mendidik dan membimbing. Hal ini kiranya sangat
penting diperhatikan karena para pimpinan dalam suatu organisasi sering lupa bahwa
seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang ikhlas memberi kesempatan seluasluasnya kepada bawahannya untuk bertindak meskipun kebebasan itu mungkin berakibat
pada kesalahan. Hanya saja setelah suatu kesalahan diperbuat adalah menjadi tugas
pimpinan untuk memperbaiki kesalahan itu dengan jalan memberikan bimbingan kepada
bahwahannya untuk menyebabkan dia tidak mengulangi berbuat kesalahan yang sama,
akan tetapi berani untuk bertindak dengan resiko berbuat kesalahan lain.
Jika seseorang bawahan selalu diancam dengan hukuman setiap kali ia berbuat
kesalahan maka bawahannya demikian itu tidak akan berkembang karena dalam setiap
tindakannya ia akan selalu dikuasai oleh rasa takut. Akibatnya ia tidak berani mempunyai
prakara, takut mengambil keputusan, dan akhirnya akan kehilangan kepercayaan pada
dirinya sendiri. Ini tidak boleh terjadi.
Meskipun demikian perlu bahwa di atas tidak berarti seorang pimpinan tidak
boleh menghukum bawahannya. Memang seorang pimpinan bertindak positif jika
seorang bawahan, meskipun telah berulang-ulang dibimbing terus menerud berbuat
kesalahan. Hanya saja tindakan seperti ini bersifat objektif dan didasarkan pada kriteria
rasional.
d. Teknik Pengawasan
Adapun teknik pengawasan menurut waktu pelaksanaan, cara pelaksanaan dan subyek
pengawasan :
1) Menurut Waktu Pelaksanaan
a) Setelah kegiatan,
Pengawasan ini disebut juga evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil
kerja dari setiap anggota kelompok dan untuk mengetahui kesalahan yang terjadi
agar kesalahan-kesalahan itu tidak berulang dimasa yang akan datang.
b) Pada saat kegiatan
Pengawasan ini lebih bersifat control. Pengawasan ini lebih bertujuan untuk
memberikan pengarahan-pengarahan untuk memperbaiki kinerja para anggota.
2) Menurut Cara Pelaksanaan
a) Secara Langsung
1) Melakukan pemeriksaan atau verfikasi
2) Dengan latar belakang tertentu, seperti ada dugaan penyimpangan atau
karena ada kejadian penting seperti pergantian kepengurusan
b) Secara tidak langsung
1) Melakukan review, yaitu mengawasi apa saja yang telah terjadi pada satu
organisasi
2) Rutin, yaitu pelaksanaan pengawasan itu sendiri sudah diagrndakan
sebelumnya.
3) Menurut Subyek Pelaksanaannya.
a) Pengawasan melekat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung
yang memiliki kekuatan (power) dilakukan secara terus-menerus agar tugastugas bawahan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
b) Pengawasan Fungsional yaitu Pengawasan yang dilaksanakan oleh pihak yang
memahami substansi kerja objek yang diawasi dan ditunjuk khusus untuk
melakukan audit independent terhadap objek yang diawasi.
c) Pengawasan Masyarakat yaitu pengawasan yang dilakukan masyarakat pada
negara sebagai bentuk social control terhadap penyelenggaraan pemerintahan
yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan masyakat negara yang
demokratis.
d) Pengawasan Legislatif yaitu pengawasan ini dilakukan oleh DPR/DPRD sebagai
lembaga legislative yang bertugas mengawasi kinerja pemerintah.
e. Langkah – Langkah Pengawasan
Seperti dikemukakan di depan bahwa langkah-langkah proses pengawasan ada
empat langkah. Empat langkah tersebut apabila digambarkan sebagai berikut:
1. Menetapkan Standar
Kegiatan pengawasan adalah mengukur atau menilai pelaksanaan atau hasil pekerjaan dari
pada pejabat atau pekerja, untuk dapat melakukan pengukuran harus mempunyai alat pengukur
(standar), Standar ini adalah mutlak diperlukan, yaitu untuk mengukur atau menilai apakah
pekerjaan dilakukan sesuai dengan sasaran-sasaran yang ditentukan (standar) atau tidak. Standar
tersebut harus ditetapkan lebih dahulu sebelum para pekerja melaksanakan pekerjaan (tugastugasnya), dan para pekerja harus tahu benar ukuran yang dipergunakan untuk menilai
pekerjaannya. Karena itu harus dijelaskan sebaik-baiknya kepada para pekerja sebelum
melaksanakan pekerjaannya.
Dalam garis besarnya, jenis-jenis standar itu dapat digolongkan ke dalam empat
bentuk yaitu:
a) Standar fisik :
1) Jumlah produksi
2) Kwalitas produksi
3) Jumlah langganan
b) Standar moneter :
1) Biaya tenaga kerja
2) Biaya penjualan
3) Laba kotor
4) Pendapatan penjualan
c) Standar waktu :
1) Kecepatan produksi
2) Batas waktu selesainya suatu pekerjaan
d) Standar intangible :
1) Sikap pekerja terhadap perusahaan
2) Kesetiaan pekerja terhadap pekerjaan
Demikianlah berbagai jenis standar yang dipergunakan untuk menilai efektif
tidaknya kegiatan-kegiatan para pekerja. Bentuk standar mana yang akan
dipergunakan akan tergantung kepada jenis kegiatan yang akan dinilai.
2.
Pengukuran Kegiatan
Agar pengukuran kegiatan dapat dilakukan secara tepat perlu diperhatikan:
a) Berapa kali (how after) pelaksanaan seharusnya diukur (setiap jam, setiap hari,
setiap bulan dan sebagainya).
b) Dalam bentuk apa (what form) pengukuran akan dilakukan (laporan tertulis,
inspeksi visual, melalui telepon).
c) Siapa (who) yang terlibat pengukuran (manajer, kepala bagian dan sebagainya).
Adapun pelaksanaan pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan:
a) Observasi/inspeksi
b) Laporan lisan dan tertulis
c) Pengujian/test, mengambil sample
d) Metode otomatis
3. Membandingkan kegiatan dengan standar
Dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya penyimpangan-penyimpangan
(deviasi). Penyimpangan-penyimpangan dianalisa untuk mengetahui mengapa standar
tidak dapat dicapai dan mengidentifikasi penyebab-penyebab terjadinya
penyimpangan.
4. Melakukan tindakan koreksi
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, maka tindakan ini
harus diambil/dilakukan. Tindakan koreksi mungkin berupa:
a) Mengubah standar mula-mula (mungkin standar terlalu tinggi atau rendah).
b) Mengubah pengukuran kegiatan (inspeksi terlalu sering/kurang, mungkin
mengganti sistem pengukuran).
c) Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpanganpenyimpangan.
f. Peran Fungsi Pengawasan dalam Akuntabilitas Publik
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu
cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja
pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik
pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di
samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control). Sasaran
pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau
target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan,
2. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan,
3. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.
g. Peranan Pengawasan Dalam Bidang Pemerintahan
Umumnya, banyak orang masih menganggap Badan Pengawas itu tidak penting,
yang hanya dianggap pelengkap struktur organisasi.
Sesungguhnya Badan Pengawasan itu sama pentingnya dengan badan legislasi dan
penegakan hukum. Tanpa seperangkat sistem pengawasan yang sehat dan dapat
diandalkan, maka negara maupun perusahaan akan mengalami kekacauan.
Dalam pemerintahan, tugas pengawasan adalah untuk mengawasi apakan aparatur
sipil negara telah menjalankan tugasnya sesuai dengan kententuan yang berlaku. Salah
satu produk hukum hasil keputusan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terpenting
adalah Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahunan. Dalam
dunia usaha, hal ini disebut Rencana Kerja Tahunan yang ditetapkan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Penyusunan rancangan anggaran merupakan gabungan dari satuan unit kerja dari
yang paling bawah sampai teratas yang meliputi empat bagian, yaitu target pekerjaan,
rincian tugas (operation ine), rancangan pengeluaran, dan rancangan pendapatan.
Rancangan pengeluaran dan pendapatan dibuat berdasarkan perhitungan rincian tugas
yang jelas. Karena itu rincian tugas merupakan dasar utam bagi pelaksanaan tugas
pengawasan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengawasan memainkan peranan yang sangat menentukan dalam usaha pencapaian
tujuan. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu mutlak perlu karena
manusia bersifat salah, paling sedikit bersifat khilaf. Peranan pemimpin yang baik dalam
melakukan pengawasan tentunya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dalam lingkup pemerintahan yang demokratis seperti di Indonesia rakyat bukan hanya
sebagai penonton tetapi ikut turut sebagai pengawas berjalannya suatu kebijakan
DAFTAR PUSTAKA
Dangnga, Muh. Siri. 2018. Bahan Kuliah Filsafat Manajemen. STIA Puangrimaggalatung Bone
http://alisahbaniharahap.blogspot.co.id/2010/11/filsafat-manajemen.html. Diakses pada 5 Mei
2018
http://katarizon.blogspot.co.id/2013/09/pengawasan-dan-pengendalian-organisasi.html. Diakses
pada 5 Mei 2018
http://makalah-asfida.blogspot.co.id/2011/11/filsafat-umum.html. Diakses pada 5 Mei 2018
http://mokhamadsamsuri007.blogspot.co.id/2013/01/manajemen-pengawasan.html. Diakses pada
5 Mei 2018
https://informasiana.com/fungsi-manajemen-menurut-para-ahli/. Diakses pada 5 Mei 2018
https://syongtenhindom.wordpress.com/2013/04/14/filsafat-dalam-proses-manajemen/. Diakses
pada 5 Mei 2018
Saggaf, Said. 2018. Bahan Kuliah Filsafat Manajemen. STIA Puangrimaggalatung Sengkang
Soleh, D.2004. Jenis-Jenis Pengawasan.(Online),(http://dedensoleh. wordpress.
com/2010/04/26/jenis-jenis-pengawasan. Diakses (pada 8 Mei 2018)