BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Harga Diri Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok Peserta Didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain (Slameto, 2009: 2). Komponen pendidikan saling berkaitan satu sama lain dalam mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu intitusi pendidikan. Kepala sekolah untuk bisa merencanakan secara matang, mengorganisasikan berbagai komponen yang ada, melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan, dan mengawasi sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal.

  Fungsi utama manajemen pendidikan adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi dalam melaksanakan pendidikan. Bidang garapan pendidikan meliputi sumber daya manusia (SDM) yang mencakup peserta didik, tenaga pendidik yaitu guru, tenaga kependidikan yaitu tenaga ketatausahaan meliputi (pesuruh, penjaga malam, satpam, laboran, pustakawan, dan tenaga lain yang membatu lancarnya pendidikan). Masyarakat pemakai jasa pendidikan termasuk yang harus difungsikan secara maksimal.

  Sumber daya peserta didik perlu dilayani secara maksimal guna mendapatkan keluaran yang maksimal. Peserta didik bermasalah akan berdampak pada prestasi yang tidak maksimal. Maka tugas tersebut bukan hanya tugas kepala sekolah tetapi juga guru bimbingan konseling untuk perlu memahami dirinya sendiri maupun peserta didik. Pemahaman yang mendalam terhadap peserta didik dengan baik akan meningkatkan harga diri peserta didik. Kebutuhan harga diri merupakan suatu kebutuhan untuk dihormati, dihargai oleh orang lain (Nasrudin, 2010: 236).

  Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian seseorang dalam menilai dirinya sendiri. Seseorang akan menilai dirinya antara citra diri dengan diri yang ideal dan akan mempengaruhi perilaku kehidupan sehari-hari seseorang. Harga diri seseorang dipengaruhi pihak lain antara lain orang tua, guru, teman sebaya, dan yang lainnya. Guru mempunyai posisi yang strategis untuk mempengaruhi harga diri peserta didik (Loekmono, 1993: 6). Guru mempunyai peran yang sangat sentral dalam membangkitkan harga diri karena apa yang dikatakan menjadi pembangkit rasa percaya diri pada peserta didik akan kemampuan diri dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Begitu juga sebaliknya apabila peserta didik yang mempunyai harga diri rendah berdampak pada perilaku dan bersikap dalam dalam berkomunikasi pada guru maupun pada teman sebaya, dan dalam mengambil sebuah keputusan di kelas.

  Peserta didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal memandang dirinya rendah sehingga dalam mengikuti pembelajaran kurang percaya diri. Peserta didik kurang yakin akan kemampuannya sehingga berdampak pada perilaku belajar dan hasil belajar yang kurang maksimal. Berdasarkan hasil wawancara guru yang mengajar kelas sembilan diketahui sebagian peserta didik yang mempunyai harga diri yang rendah. Peserta didik biasanya kurang bergaul, kurang mampu berkomunikasi, dan kurang percaya diri akan kemampuannya. Maka yang terpikir peserta didik akan memandang akan kekurangan pada dirinya sehingga peserta didi kurang percaya diri dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Padahal sebentar lagi akan melaksanakan ujian sekolah maupun ujian nasional sebagai penentu keberhasilan menempuh pendidikan di SMP.

  Loekmono (1993: 13) menjelaskan bahwa jika seseorang mempunyai harga diri yang tinggi atau positif mereka akan menerima kualitas-kualitas dalam kebersamaan dan dapat mendekati orang lain dengan percaya diri tanpa merasa ditolak. Sementara itu seseorang yang harga diri rendah maka akan cenderung mengarah merusak (merendahkan) dirinya sendiri dan ingin dapat sama dengan orang pada umumnya. Harga diri dianggap sangat penting bagi keberhasilan hidup individu seperti yang tercantum pada “hierarki kebutuhan manusia pada tingkat ke-

  4”. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan penting dalam pendidikan. Kegiatan membimbing sangat menentukan arah perkembangan, dan kemunduran peserta didik di sekolah baik perkembangan dan kemunduran pada prestasi akademik maupun non-akademik serta perilaku-perilaku sosial lainnya, termasuk pula dalam hal kedisiplinan.

  Pelayanan bimbingan dan konseling sekolah perlu guna membantu peserta didik mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Secara umum masalah-masalah peserta didik di sekolah yang perlu mendapatkan layanan bimbingan konseling adalah (1) masalah-masalah pribadi, (2) masalah belajar, (3) masalah pendidikan, (4) masalah karier atau pekerjaan, (5) menggunakan waktu senggang, dan (6) masalah-masalah sosial lainnya (Tohirin, 2013: 11).

  Harga diri yang rendah merupakan suatu masalah peserta didik dan berdampak dalam mengikuti pembelajaran di SMP Negeri 2 Patebon Kabupaten Kendal. Berdasarkan hasil inventori harga diri yang diadaptasi dari inventori milik Coopersmith tahun 1987 bahwa kelas 9 G dengan mean 17,1429 merupakan kelas yang mempunyai harga diri paling rendah dibanding kelas sembilan lainnya. Peserta didik yang harga diri rendah dalam mengikuti pembelajaran tidak berani mengemukakan pendapat, kurang percaya diri akan kemampuannya sehingga setiap tindakan selalu ragu-ragu. Burns (dalam Sadha 2012: 52) menyimpulkan bahwa individu dengan self esteem cenderung merasa terasing, merasa tidak disayangi, tidak dapat mengekspresikan diri, dan terlalu lemah untuk mengatasi kekurangan yang dimiliki.

  

Self esteem bukan merupakan faktor yang dibawa

  sejak lahir tetapi merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman individu. Apabila perilaku dibiarkan terus maka akan merugikan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sehingga prestasi tidak dapat maksimal. Hal tersebut sesuai Sandha (2012: 51) menjelaskan bahwa sef esteem secara umum berhubungan dengan psikologis sedangkan secara khusus berhubungan dengan perilaku seperti prestasi belajar.

  Peserta didik yang mempunyai harga diri rendah perlu dibantu supaya peserta mampu meningkatkan harga diri agar tidak mengalami masalah secara psikologi dan dapat meningkatkan prestasi belajar. Hal tersebut dikarenakan bagi peserta didik yang mengalami masalah harga diri maka peserta didik kurang mampu mengikuti pembelajaran secara maksimal. Tohirin (2013: 13) menjelaskan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah perlu diadakan karena dapat membantu para peserta didik meningkatkan pencapaian akademik dan mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik sehingga dapat menghasilkan perubahan positif.

  Peranan seorang konselor dalam bimbingan dan konseling sangatlah penting baik dalam keberlangsungan kegiatan belajar mengajar maupun sebagai tenaga pembina sekaligus membantu dalam menangani berbagai masalah yang dialami peserta didik. Dengan adanya konselor dalam lembaga sekolah, maka memungkinkan teratasinya suatu masalah termasuk masalah rendahnya prestasi belajar peserta didik. Selain itu, kehadiran bimbingan dan konseling sangat relevan sekali dengan tujuan pendidikan nasional yaitu pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensi berupa minat belajar, bakat dan kompetensi.

  Rendahnya prestasi belajar peserta didik, tentu tidak dapat diidentifikasi secara totalitas oleh pengajar, karena kecenderungan mereka hadir ketika ada jadwal mengajar, sedangkan seorang konselor lebih banyak memiliki waktu luang dan sering bersentuhan langsung dengan peserta didik terutama dalam hal psikologis atau kepribadian peserta didik. Layanan dengan pendekatan kelompok dalam bimbingan merupakan bentuk usaha pemberian bantuan kepada pihak yang memerlukan (Prayitno, 2012: 23). Untuk itu perlunya eksperimen guna menaikkan harga diri peserta didik yang rendah dengan metode diskusi kelompok di SMP Negeri 2 Patebon Kendal. Dengan adanya eksperimen diharapkan dapat meningkatkan harga diri peserta didik yang rendah sehingga peserta didik yang rendah dapat terbantu menyelesaikan masalah.

1.2 Rumusan Masalah

  Rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian dikarenakan peserta didik di SMP Negeri 2 Patebon mempunyai harga diri rendah. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan secara signifikan harga diri peserta didik kelas IX G SMP Negeri 2 Patebon Kendal

  ?”

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan untuk mengetahui peningkatan harga diri melalui bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok peserta didik kelas IX SMP Negeri 2 Patebon Kendal.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian dapat memberi manfaat secara teoretik maupun praktik. 1.4. 1 Secara Teoretis

  Hasil penelitian bermanfaat bagi perkem- bangan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok untuk meningkatkan harga diri peserta didik kelas IX SMP Negeri 2 Patebon Kendal. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Sigit (2013), hasil penelitian Purwanti (2012), dan hasil penelitian Mufidah (2009). Apabila hasil penelitian bimbingan kelompok dengan menggunakan metode diskusi kelompok tidak dapat meningkatkan harga diri peserta didik IX SMP Negeri 2 Patebon Kendal sejalan dengan penelitian Neolaka (dalam Pancariatno, 2009).

  1.4.2 Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat: 1. Bagi konselor SMP Negeri 2 Patebon Kendal dapat menggunakan satuan layanan bimbingan kelom- pok dengan teknik diskusi kelompok untuk meningkatkan harga diri peserta didik yang rendah sebagai model.

  2. Bagi Kepala SMP Negeri 2 Patebon Kendal hasil penelitian peningkatan harga diri peserta didik yang rendah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok sebagai salah satu cara untuk meningkatkan harga diri peserta didik yang rendah di lingkungan SMP Negeri 2 Patebon Kendal walaupun belum tentu hasilnya akan sama dengan penelitian pada tahun ini.

  3. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal hasil penelitian harga diri melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan harga diri peserta didik yang rendah di lingkungan Kabupaten Kendal.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 2 24

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 1 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 2 104

Bab II Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sarana Prasarana Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2014/2015

0 0 24

Bab III Metode Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sarana Prasarana Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2014/2015

0 0 14

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sarana Prasarana Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2014/2015

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sarana Prasarana Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2014/2015

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sarana Prasarana Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2014/2015

0 0 33