DASAR KONSTITUSIONAL PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG DAN BATASAN PENGATURANNYA

[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA DASAR KONSTITUSIONAL PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG DAN BATASAN PENGATURANNYA

Chrisdianto Eko Purnomo 1

Fakultas Hukum Universitas Mataram ABSTRAK

Ketentuan Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 merupakan landasan konstitusional Presiden dalam menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu). Namun, dalam praktik, hak Presiden menetapkan Perpu tidak dapat diukur secara obyektif perihal syarat hal ikhwal kegentingan yang memaksa. Padahal Perpu berderajat dan memiliki kekuatan hukum yang sama dengan Undang-Undang. Oleh karena itu diperlukan batas-batas penetapan Perpu oleh Presiden agar dapat menghindari penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini penting, dari sudut pemerintahan yang berdasarkan konstitusi (constitutionalism), dengan titik tekan pada pembatasan penetapan Perpu menurut Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 yang semestinya hanya mengatur di bidang pemerintahan (administratiefrechtelijk). Selain itu, pembatasan dilakukan dengan menerapkan mekanisme checks and balances antar organ lembaga negara, yaitu memperkuat fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap penetapan Perpu oleh Presiden sesuai dengan Pasal 22 ayat (2) dan (3) UUD 1945.

Kata Kunci : Konstitusionalisme, Peraturan Darurat, Checks and Balances

ABSTRACT

The provisions of Article 22 paragraph (1) of the 1945 Constitution is the cornerstone of the constitutional President in determining Government Regulation in Lieu of Law (decree). However, in practice, the right of the President establishes decree can not be measured objectively about matters of urgency requirement that force. Whereas decree degree and have the same legal force with the Act. It is therefore necessary limits of determination decree by the President in order to avoid abuse of power. It is important, from the point of a government based on the Constitution (constitutionalism), with a tap on the point of fixing restriction decree pursuant to Article 22 paragraph (1) of the 1945 Constitution which should only regulate in the public administration (administratiefrechtelijk). Moreover, the restrictions implemented by applying the mechanism of checks and balances between the organs of state institutions, namely strengthening the supervisory function of the House of Representatives of the establishment decree by the President in accordance with Article 22 paragraph (2) and (3) of the 1945 Constitution.

Keywords : Constitutionalism, Rule of Emergency, Checks and Balances

Pokok Muatan

DASAR KONSTITUSIONAL PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG DAN BATASAN PENGATURANNYA .................. 229

1 Dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Mataram [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA

A. PENDAHULUAN........................................................................................................... 230

B. PEMBAHASAN ............................................................................................................. 232

1. Penetapan Perpu Menurut Pasal 22 UUD 1945 ....................................................... 232

2. Pengawasan DPR Terhadap Penetapan Perpu ......................................................... 240

C. SIMPULAN .................................................................................................................... 246 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 247

A. PENDAHULUAN

Ketentuan Pasal 22 UUD 1945 mengatur sebagai berikut.

Ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

(1) Dalam hal ikhwal kegentingan 1945 1 (UUD 1945) menentukan dasar-

yang memaksa, Presiden berhak dasar kewenangan Presiden untuk me-

menetapkan peraturan peme- ngatur keadaan luar biasa, karena

rintah sebagai pengganti undang- Peraturan

Undang-Undang itu sendiri merupakan (2) Peraturan pemerintah itu harus peraturan

perundang-undangan

mendapat persetujuan Dewan bersifat darurat. 2 Kewenangan Presiden

yang

Perwakilan Rakyat dalam per- menetapkan Peraturan Pemerintah Peng-

sidangan yang berikut; ganti Undang-Undang (Perpu) diharuskan

memenuhi syarat yaitu hal ikhwal Jika tidak mendapat persetujuan,

maka peraturan pemerintah itu kegentingan yang memaksa sebagaimana

harus dicabut. yang dimaksud menurut Pasal 22 ayat (1)

UUD 1945. Kewenangan Presiden menetapkan Perpu merupakan wewenang luar biasa di

Dalam sejarah konstitusi yang pernah bidang perundang-undangan karena Perpu

berlaku di Indonesia mencatat bahwa Pasal memiliki kekuatan hukum yang sama 139 Konstitusi Republik Indonesia Serikat dengan Undang-Undang. Dalam praktik (KRIS) Tahun 1949 dan Pasal 96 Undang- sistem perundang-undangan, Perpu meru- Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950 pakan jenis peraturan perundang-undangan memuat pengaturan yang bersifat luar tersendiri yang dimaksudkan untuk mem- biasa dengan menggunakan istilah

3 “undang-undang darurat”. bedakan dengan peraturan pemerintah yang bukan sebagai pengganti undang- undang. Jika dikaitkan dengan Pasal 22

1 Penyebutan “Undang-Undang Dasar Negara Republik ayat (3) UUD 1945, maka Perpu

Indonesia Tahun 1945” merupakan nama resmi sebagaimana dimaksud oleh Pasal II Aturan Tambahan UUD 1945. Dalam Pasal II Aturan Tambahan tersebut ditegaskan: “Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri

wewenang membuat Perpu ada pada presiden, sedangkan atas Pembukaan dan pasal- pasal.” Demikian pula, nama

menurut KRIS 1949 dan UUDS 1950 wewenang membuat “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

“undang-undang darurat” ada di tangan pemerintah. Perbedaan 1945” ditegaskan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor

ini dikarenakan perbedaan sistem pemerintahan. UUD 1945 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

menganut sistem pemerintahan presidensial sedangkan KRIS undangan yang mengatur mengenai jenis dan hierarki peraturan

1949 dan UUDS 1950 menganut sistem pemerintahan perundang-undangan. 2 parlementer. Kedua, Menurut UUD 1945, Perpu ditetapkan oleh

Menurut Bagir Manan, Perpu ditetapkan Presiden dan presiden dalam “hal ikhwal kegentingan yang memaksa”. merupakan peraturan perundang-undangan yang bersifat darurat.

Sementara itu, menurut KRIS 1949 dan UUDS 1950, undang- Karena itu dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950 disebut

undang darurat dikeluarkan karena “keadaan yang mendesak”. “undang-undang darurat”. Bagir Manan, Dasar-Dasar

Dilihat dari kebahasaan, pengertian yang digunakan KRIS 1949 Perundang-undangan Indonesia, Jakarta:Ind-Hill.Co., 1992, h.

dan UUDS 1950 lebih mudah dimengerti dan menunjukkan 50. 3

bentuknya sebagai undang-undang daripada pengertian yang Istilah “Perpu” menurut UUD 1945 dapat dibedakan dipakai dalam UUD 1945 sebagai suatu bentuk peraturan

dengan “undang-undang darurat” menurut Konstitusi RIS 1949 pemerintah. Lihat Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, dan UUDS 1950, antara lain: Pertama, Menurut UUD 1945

Yogyakarta:FH UII Press, Cet. Ke-3, Edisi Revisi, 2006, h.151.

230 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA

merupakan nama yang tumbuh dalam dimiliki Presiden untuk menetapkan Perpu praktik. 4 sebagaimana dikatakan oleh Bagir Manan

adalah wewenang bersyarat, bukan Ketentuan Pasal 22 ayat (1) UUD

wewenang yang secara hukum umum 1945 menentukan adanya prasyarat hal

melekat pada Presiden. 8 ikhwal kegentingan yang memaksa sebagai

penilaian Presiden yang bersifat subjektif. Ketentuan Pasal 22 UUD 1945 me- Penilaian Presiden itu akan menjadi

nyangkut noodverordeningsrecht Presiden, objektif apabila dinilai dan dibenarkan

maka perlu pengawasan Dewan Per- adanya oleh Dewan Perwakilan Rakyat

wakilan Rakyat (DPR). DPR akan (DPR) berdasarkan ketentuan Pasal 22

memberikan penilaian untuk memberi ayat (2) UUD 1945. 5 persetujuan atau tidak atas Perpu dalam

persidangan DPR yang berikutnya, sesuai Dalam praktik, Perpu Nomor 1 dengan Pasal 22 ayat (2) UUD 1945 yang Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 mengatur bahwa “Peraturan pemerintah itu

6 harus mendapat persetujuan tentang Mahkamah Konstitusi Dewan telah ke- Perwakilan Rakyat dalam persidangan

hilangan makna sebagai sebuah peraturan

yan g berikut”.

darurat, karena Perpu tersebut tidak dikeluarkan pada saat keadaan genting dan

Fokus tulisan ini adalah tentang memaksa. Yusril Ihza Mahendra ber-

konstitusional kekuasaan pendapat Perpu Nomor 1 Tahun 2013

batas-batas

Presiden dalam menetapkan Perpu. Kajian terlambat dikeluarkan Presiden, ada

ini penting karena beberapa alasan, antara tenggang waktu sekitar dua (2) minggu

lain: Pertama, Kekuasaan Presiden dalam sejak tertangkapnya Akil Mochtar sampai

menetapkan Perpu dapat dipandang Perpu tersebut baru dikeluarkan Presiden. 7 sebagai kekuasaan yang absolut yang

Perpu ini dikeluarkan Presiden pada dibenarkan konstitusi (constitutional dic- tanggal 17 Oktober 2013, sementara

tatorship) sehingga diperlukan suatu peristiwa tertangkapnya Akil Mochtar

pembatasan secara konstitusional. Perpu terjadi pada tanggal 2 Oktober 2013. Perpu

dapat digunakan Presiden sebagai alat Nomor 1 Tahun 2013 tersebut menunjuk-

kekuasaan semata.

kan bahwa Presiden menafsirkan ketentuan Hal ini bertentangan dengan prinsip

Pasal 22 UUD 1945 secara subyektif pemerintahan yang konstitusional, yang

mengenai hal ikhwal kegentingan yang pada hakikatnya perwujudan konstitusio- memaksa . Padahal kewenangan yang nalisme tidak hanya apa yang tertuang

Ibid. , h.150.

dalam

konstitusi, melainkan harus

5 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat,

diwujudkan dalam praktik. Kedua, keten-

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, h. 13. 6 Perpu No. 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua

tuan Pasal 22 UUD 1945 belum mengatur

Atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi ditetapkan menjadi UU No. 4 Tahun 2014 tentang Penetapan

secara tegas dan rinci mengenai dasar-

Perpu 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 24

dasar kekuasaan Presiden dalam me-

Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Menjadi Undang-

netapkan Perpu. Dalam penetapan Perpu

Undang. Selanjutnya, Mahkamah Konstitusi membatalkan UU No. 4 Tahun 2014 dan dinyatakan tidak memiliki kekuatan

dipersyaratkan

adanya hal ikhwal

hukum mengikat sebagaimana yang tertuang dalam Putusan MK No. 1-2/PUU-XII/2014.

kegentingan yang memaksa yang dapat

7 Yusril Ihza Mahendra,

menimbulkan penafsiran secara subjektif

oleh Presiden. Ketiga, dalam rangka

http://indonesiarayanews.com/read/2013/10/18/857

menerapkan mekanisme checks and

08/yusril-nilai-perpu-mk-kehilangan-makna-

#ixzz2jHb4j4UN di akses pada tanggal 28 Oktober 8 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, 2013 Pukul. 08.00 Wib. Yogyakarta: FH UII Press, Cet. Ke-2, 2004, h. 216-217.

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA

balances system , yaitu melihat hubungan tersebut dapat pula dimasukkan kriteria fungsional antara Presiden dengan DPR

“telah ada tanda-tanda permulaan yang terkait dengan pengawasan DPR terhadap

nyata dan menurut nalar yang wajar penetapan maupun pelaksanaan Perpu

(reasonableness) , apabila tidak diatur menurut Pasal 22 ayat (2) dan (3) UUD

segera akan menimbulkan gangguan baik 1945.

bagi masyarakat maupun terhadap jalannya pemerintahan”. 12

B. PEMBAHASAN

1. Penetapan Perpu Menurut Pasal 22

Berdasarkan uraian di atas, ruang

lingkup “hal ikhwal kegentingan yang

UUD 1945

memaksa” sebagai syarat penetapan

a. Syarat Kegentingan yang Memaksa

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Ketentuan Pasal 22 UUD 1945

Undang sebagaimana diatur berdasarkan merupakan dasar Presiden untuk membuat

Pasal 22 ayat (1) UUD 1945, terdapat 3 (tiga) unsur, seperti disebutkan oleh Bagir

peraturan perundang-undangan (extraor- dinary rules)

Manan, antara lain:

, atau lazim disebut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

1) Adanya unsur krisis (crisis); (Perpu), dan bukan sebagai dasar untuk

2) Adanya kemendesakan (emergency) melakukan tindakan darurat (extraordinary

dan;

measures) . Dalam praktik yang berlaku, “hal ikhwal kegentingan yang memaksa”

3) Adanya permulaan tanda-tanda yang tidak sekedar diartikan sebagai adanya 13 nyata dan wajar (reasonableness).

bahaya, ancaman, atau berbagai kegen- Keadaan darurat yang bersifat tingan lain yang langsung berkenaan

internal pemerintahan dapat timbul dengan negara atau rakyat banyak.

berdasarkan penilaian Presiden sendiri Bagir Manan memberikan kriteria

sebagai pemegang tugas-tugas kepala bahwa unsur “kegentingan yang memaksa”

pemerintahan tertinggi atas keadaan negara sebagaimana dimaksud Pasal 22 UUD

dan pemerintahan yang dipimpinnya. Jika 1945 harus menunjukkan dua ciri umum,

timbul keadaan yang demikian genting dan yaitu: Pertama, ada krisis (crisis). Suatu

memaksa, baik karena faktor-faktor yang keadaan krisis apabila terdapat suatu

bersifat eksternal ataupun karena faktor- gangguan yang menimbulkan kegentingan

faktor yang bersifat internal pemerintahan. dan bersifat mendadak (a grave and

Presiden diberi kewenangan berdasarkan sudden disturbunce) . Kedua, kemendesa-

Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 untuk kan (emergency). 10 Kemendesakan (emer-

menetapkan Peraturan Pemerintah Peng- gency) ini dapat terjadi apabila berbagai

Undang-Undang sebagaimana keadaan yang tidak diperhitungkan

ganti

mestinya.

sebelumnya dan menuntut suatu tindakan Pengertian kegentingan yang me- atau pengaturan segera tanpa menunggu

11 maksa terkandung sifat darurat atau permusyawaratan terlebih dahulu. emergency yang memberikan alas kewe-

Bagir Manan juga menambahkan, nangan kepada Presiden untuk menetapkan selain unsur krisis dan kemendesakan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang. Undang-Undang Darurat menurut

9 Bagir Manan, “Peraturan Pemerintah Sebagai

Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950.

Pengganti Undang-Undang ”, Majalah Varia Peradilan, Edisi Tahun XXV, Nomor 295, 2010, h. 6. 10

Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, Op.Cit., h. 153.

12 Ibid., h. 159.

11 Ibid.

13 Ibid.

232 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA

Jimly Asshiddiqie menyatakan pula tindakan yang diambil justru melebihi pandangannya bahwa syarat materiil

kewajaran atau kesetimpalan yang menjadi penetapan Perpu, antara lain:

dasar pembenaran bagi dilakukannya tindakan itu sendiri. Apabila tujuan sudah

a. Adanya kebutuhan yang mendesak

proporsionalitas tindakan untuk bertindak (reasonable necessity);

tercapai,

dianggap sudah terpenuhi sehingga tidak

b. Waktu yang tersedia (limited time) atau perlu lagi diteruskan. Jika diteruskan, terdapat kegentingan waktu, dan

tindakan seterusnya itu tidak dapat disebut

c.

Tidak tersedia alternatif lain atau sebagai tindakan yang proporsional lagi. menurut penalaran yang wajar (beyond

Perpu dapat dibedakan dalam dua (2) reasonable doubt ) alternatif lain

jenis, yaitu Perpu dalam keadaan normal, diperkirakan tidak akan dapat mengatasi

dan Perpu dalam keadaan darurat, kritis keadaan, sehingga penetapan Perpu

atau bahaya. 15 Polemik yang terjadi selama merupakan satu-satunya cara untuk

ini soal Perpu, lebih disebabkan kepada mengatasi keadaan tersebut. 14 pemahaman yang terbatas soal Perpu.

Kebutuhan yang masuk akal untuk Selama ini penilaian yang terjadi, lebih bertindak timbul akibat tuntutan keadaan.

kepada penilaian subjektif dari Presiden Keadaan yang dimaksud, dikaitkan

untuk menentukan kriteria hal ikhwal pengertiannya dengan keadaan krisis, yaitu

kegentingan yang memaksa, sehingga keadaan yang menimbulkan gangguan dan

penilaiannya tergantung pada kehendak

bersifat mendadak (a grave and sudden

Presiden.

disturbance ). Jika terdapat suatu keadaan Jimly Asshiddiqie mengemukakan krisis pasti menimbulkan kebutuhan untuk

bahwa harus dibuat aturan yang tegas soal bertindak. Namun tidak setiap ada krisis

keadaan darurat dimana Perpu bisa selalu harus direspon dengan penerbitan

dikeluarkan dengan sebelumnya mendek- Perpu, hal itu tentunya sangat tergantung

larasikan keadaan darurat. Keadaan darurat kepada kebutuhan konkret kasus demi

itu harus diumumkan secara sah. Misalnya kasus. Jika keadaan yang dihadapi

dengan deklarasi keadaan darurat. Pejabat memang dapat diatasi dengan menerapkan

yang berwenang mengeluarkan deklarasi ketentuan Undang-Undang yang ada,

itu hanyalah Presiden. Setelah deklarasi ini Perpu tidak diperlukan. Meskipun tindakan

bisa diterima oleh rakyat dan disahkan, yang diperlukan itu bersifat mengubah

barulah Perpu diterbitkan. Berbeda dengan ketentuan Undang-Undang, sementara

aturan Perpu dalam keadaan normal, bukan masih tersedia waktu yang cukup untuk

darurat atau bahaya. Dalam keadaan pembahasan dengan DPR, Presiden tidak

normal dan tidak ada deklarasi keadaan perlu menerapkan hak konstitusionalnya

darurat, Perpu harusnya dikeluarkan hanya untuk mengeluarkan Perpu.

untuk tujuan melancarkan peraturan yang Kebutuhan untuk bertindak itu

sudah ada. 17

timbul akibat adanya keadaan krisis

itu, Mahkamah sehingga tindakan yang diambil memang

Di

samping

Konstitusi melalui Putusan MK No. benar-benar tindakan yang dimaksudkan

untuk mencapai maksud dan tujuan

menghadapi atau mengatasi keadaan yang Jimly Asshiddiqie, Penerbitan Perpu Akan Dikontrol,

dalam

bersangkutan. Semestinya dapat dihindari

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b7bb8eba552c/pene rbitan-perpu-akan-dikontrol, diakses, 26 Maret 2010 pukul 22.20 wib.

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat,

Ibid.

Op.Cit., h. 282.

17 Ibid.

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA

138/PUU-VII/2009 tentang Pengujian memaksa sebagaimana dimaksud oleh Perpu No. 4 Tahun 2009 tentang 19 Pasal 22 ayat (1) UUD 1945.

Perubahan Atas Undang-Undang No. 30 Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 Tahun 2002 tentang Komisi Pem- menyatakan. ”Dalam hal ihwal kegen-

berantasan Tindak Pidana Korupsi, memberikan penafsiran terhadap “kegen- tingan yang memaksa, Presiden berhak

tingan yang memaksa” sebagaimana menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang- undang”. Dari rumusan

ditentukan menurut Pasal 22 ayat (1) UUD kalimat tersebut jelas bahwa peraturan 1945. pemerintah yang dimaksud pada pasal ini

Presiden dalam menetapkan Perpu adalah sebagai pengganti Undang-Undang, diperlukan apabila:

yang artinya seharusnya materi tersebut diatur dalam wadah Undang-Undang tetapi

1. adanya keadaan yaitu kebutuhan men- karena kegentingan yang memaksa, UUD

desak untuk menyelesaikan masalah 1945 memberikan hak kepada Presiden hukum secara cepat berdasarkan untuk menetapkan Perpu dan tidak Undang-Undang; memberikan hak kepada DPR untuk

membuat peraturan sebagai pengganti tersebut belum ada sehingga terjadi

kekosongan hukum, atau ada Undang- Apabila pembuatan peraturan di- Undang tetapi tidak memadai; serahkan kepada DPR maka proses di DPR

3. kekosongan hukum tersebut tidak dapat memerlukan waktu yang cukup lama diatasi dengan cara membuat Undang-

karena DPR sebagai lembaga perwakilan, Undang secara prosedur biasa karena

pengambilan putusannya ada di tangan akan memerlukan waktu yang cukup

anggota, yang artinya untuk memutuskan lama sedangkan keadaan yang men-

sesuatu hal harus melalui rapat-rapat DPR desak tersebut perlu kepastian untuk

sehingga kalau harus menunggu keputusan diselesaikan; 18 DPR kebutuhan hukum secara cepat

MK berpendapat tiga (3) syarat di mungkin tidak dapat terpenuhi. atas adalah syarat adanya kegentingan

b. Pengajuan Perpu Pada Sidang DPR

yang memaksa sebagaimana dimaksud Presiden harus mengajukan Perpu

oleh Pasal 22 ayat (1) UUD 1945. Dengan tersebut pada sidang Dewan Perwakilan

demikian pengertian kegentingan yang Rakyat berikutnya. Menurut Pasal 22 ayat

memaksa tidak dimaknai sebatas hanya (2) UUD 1945 menentukan, “Peraturan adanya keadaan bahaya sebagaimana dimaksud oleh Pasal 12 UUD 1945. pemerintah itu harus mendapat per-

Keadaan bahaya sebagaimana dimaksud setujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam oleh Pasal 12 UUD 1945 dapat menye- persidangan yang berikut ”; dan ayat (3)

babkan proses pembentukan Undang- “Jika tidak mendapat per-

menentukan,

setujuan, maka peraturan pemerintah itu Undang secara biasa atau normal tidak

harus dicabut”.

dapat dilaksanakan, namun keadaan

bahaya bukanlah satu-satunya keadaan Ketentuan Pasal 22 ayat (2) UUD yang menyebabkan timbulnya kegentingan

1945 mempunyai dua fungsi, Pertama, sebagai pembatasan waktu berlaku Perpu, yaitu paling lama sampai masa persidangan

Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009 tentang Pengujian Perpu No. 4 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 30 Tahun 2002

19 Ibid.

tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

20 Ibid.

234 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA

Dewan Perwakilan Rakyat berikutnya; sebagaimana yang ditentukan Pasal 22 Kedua,

Peraturan Pemerintah Pengganti 23 ayat (3) UUD 1945. Undang-Undang harus diubah statusnya

Ketentuan Pasal 22 ayat (3) menjadi Undang-Undang jika disetujui

menegaskan “Jika tidak mendapat per- DPR atau dicabut apabila tidak mendapat

21 setujuan, maka peraturan pemerintah itu persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. harus dicabut.” Secara gramatikal, frasa,

Secara gramatikal, frasa “Peraturan “Jika tidak mendapat persetujuan” pemerintah itu” dalam Pasal 22 ayat (2)

menunjukkan bahwa DPR dapat menolak UUD 1945 menunjukkan bahwa apa yang

Perpu yang diajukan Pemerintah tersebut. disebut dalam praktek sebagai Perpu

Apabila ditolak, maka Perpu harus adalah sebuah Peraturan Pemerintah. 24 dicabut. Apabila Perpu yang diajukan

Dengan demikian, dalam sistem UUD pada sidang Dewan Perwakilan Rakyat dan 1945 ada dua macam Peraturan Pemerintah

ternyata Perpu itu tidak mendapatkan yaitu

persetujuan DPR, maka semestinya dengan melaksanakan Undang-Undang menurut

tegas seketika itu pula secara hukum Perpu ketentuan Pasal 5 ayat (2) UUD 1945, dan

tidak berlaku lagi. Alasannya ialah dengan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti

tidak berlakunya Perpu secara hukum pada undang-undang menurut Pasal 22 ayat (1)

saat Perpu ditolak Dewan Perwakilan UUD 1945. Peraturan Pemerintah sebagai

Rakyat dapat dipandang sebagai bentuk pengganti undang-undang menurut Pasal

perimbangan kekuasaan (checks and

22 UUD 1945 dikenal dalam praktek

balances) .

ketatanegaraan (konvensi) dengan nama Perpu harus diajukan ke DPR pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

22 Undang sidang berikutnya sesuai dengan Pasal 22 atau Perpu. ayat (2) UUD 1945. Pengajuan Perpu Pada frasa “harus mendapat per-

dilakukan dalam bentuk RUU tentang setujuan Dewan Perwakilan Rakyat”

Penetapan Perpu menjadi Undang- dalam Pasal 22 ayat (2) UUD 1945 secara 25 Undang, dan apabila Perpu mendapat

gramatikal mengandung dua pengertian: persetujuan DPR dalam rapat Paripurna maka Perpu tersebut ditetapkan menjadi

a. Dewan Perwakilan Rakyat harus Undang-Undang. Dalam hal Perpu tidak

memberikan persetujuan, artinya DPR mendapat persetujuan DPR dalam rapat

tidak mempunyai hak menolak Perpu; paripurna, Perpu tersebut harus dicabut dan

b. Pemerintah wajib mengajukan Perpu

tidak berlaku. 26 kepada DPR paling lambat dalam

harus

dinyatakan

Pencabutan atas Perpu dan dinyatakan masa persidangan berikutnya, se-

tidak berlaku, DPR atau Presiden hingga DPR dapat pula tidak

mengajukan RUU tentang Pencabutan menyetujui Perpu yang dijukan

Perpu. 27 Rancangan Undang-Undang kepadanya. Artinya DPR dapat

tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah menolak menyetujui Perpu tersebut,

Pengganti Undang-Undang mengatur segala akibat hukum dari pencabutan

Bagir Manan, DPR, DPD dan MPR Dalam UUD

23 Ibid. h. 50-51.

1945 Baru , Yogyakarta: FH UII Press, 2005, h. 50. Bandingkan

dengan A. Hamid S. Attamimi, “Peranan Keputusan Presiden 25 Ibid. Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Negara: Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden

26 Pasal 52 ayat (3), (4) dan (5) Undang-Undang Nomor yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I-IV ”,

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum, Jakarta: Universitas

undangan.

Indonesia, 1990, h. 220. 27 Pasal 52 ayat (6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 22 Ibid.

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Tabel 1

Undang. 28 Selanjutnya, RUU tentang

Alasan Kegentingan Memaksa Dalam

Pencabutan Perpu ditetapkan menjadi

Penetapan Perpu (Periode 1999-2013)

Undang-Undang tentang

Pencabutan

Perpu. 29 Alasan

Bidang Kegentingan

Secara hukum, Perpu harus dianggap Materi

tidak memiliki kekuatan mengikat lagi

Tidak Ada

HTN HAN

dengan serta merta pada saat Perpu ditolak

Ada

30 oleh DPR. Perpu No. 1 Tahun Hal lainnya, agar prinsip

tentang

konstitusionalisme terjaga dan ditegakkan

Pengadilan

Hak

dengan tidak berlakunya Perpu itu. Dengan

Asasi Manusia

demikian, Presiden tidak lagi meng-

Perpu No. 1 Tahun

gunakan instrumen Perpu sebagai jalan

tentang

untuk mempertahankan dan memperluas

2 Kawasan

Perdagangan Bebas

kekuasaannya. Jika memberikan peluang

dan

Pelabuhan

kepada Presiden untuk tetap mem-

Bebas

berlakukan Perpu, meskipun Perpu itu

Perpu No. 2 Tahun

ditolak DPR, dan Presiden diberi waktu

tentang

untuk mencabut Perpu itu, maka akan

Kawasan

memungkinkan pula penggunaan Perpu itu

Perdagangan Bebas

dan

Pelabuhan

digunakan sebagai langkah Presiden untuk

Bebas Sabang

melakukan perbuatan sewenang-wenang.

Perpu No. 3 Tahun 2000

c. Penetapan Perpu dalam Praktik

tentang

Perubahan Atas UU

Ketatanegaraan

No.11 Tahun 1998

4 tentang Perubahan  - - 

Kriteria atau tolak ukur yang menjadi

landasan untuk menentukan “hal ikhwal UU

Berlakunya

No.25 Tahun 1997

kegentingan yang memaksa” sebagaimana

tentang

yang dikemukakan oleh Pandangan Ahli

Ketenagakerjaan

dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

Perpu No. 1 Tahun 2002

138/PUU-VII/2009. tentang Adapun maksud

5 Pemberantasan

melakukan pembidangan materi Perpu

Tindak

Pidana

adalah dalam rangka mengidentifikasi

Terorisme

perlunya pembatasan terhadap materi yang

Perpu No. 2 Tahun

diatur oleh sebuah Perpu.

Di bawah ini ditampilkan Tabel yang

Perpu No.1 Tahun

menunjukkan alasan kegentingan yang

tentang

memaksa dalam Konsiderans Perpu dan Pemberantasan

Tindak

Pidana

pembidangan materi muatan Perpu.

Terorisme

Pada

Peristiwa Peledakan Bom

di

Bali

Tanggal 12 Oktober 2002

Perpu No. 1 Tahun

Pasal 52 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang

29 Pasal 52 ayat (8) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 7 Perubahan Atas UU  - - 

No.41 Tahun 1999

Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, Op.Cit.,

tentang Kehutanan

h. 88.

236 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA

Perpu No. 2 Tahun

UU No. 31 Tahun

Perubahan Atas UU

Perikanan

No. 12 Tahun 2003

Perpu No. 1 Tahun

8 tentang Pemilihan -

tentang

Umum Anggota

Perubahan Atas UU

DPR, DPD, dan

No. 36 Tahun 2000

DPRD

tentang Penetapan

14 Perpu No. 1 Tahun  - -  Perpu No. 1 Tahun

Kawasan Bebas dan

Penangguhan Mulai

Pelabuhan

Bebas

Berlakunya UU No.

Perpu No. 2 Tahun

Perpu No. 2 Tahun

Rangka

2005 tentang Badan

Pelaksanaan

Rehabilitasi dan

Rehabilitasi

dan

 - -  Wilayah

Provinsi Nanggroe

Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam

Aceh

Darussalam

dan Kepulauan Nias

dan Kepulauan Nias

Provinsi Sumatera

Provinsi Sumatera

Utara

Utara

Perpu No. 3 Tahun

Perpu No. 1 Tahun

Perubahan Atas UU

Perubahan Atas UU

11 No. 32 Tahun 2004 -

16 No. 21 Tahun 2001 -   - tentang

Provinsi Papua

Perpu No. 1 Tahun

Perpu No. 2 Tahun

Perubahan Kedua

17 -   - Atas UU No. 12

Atas UU

No.23

Tahun 2003 tentang

Tahun 1999 tentang

Pemilihan Umum

Bank Indonesia

Anggota DPR,

Perpu No. 3 Tahun

DPD, dan DPRD

tentang

Perpu No. 2 Tahun 18 Perubahan Atas UU -  -  2006

tentang

No. 24 Tahun 2004

Pelaksanaan Tugas

Penjamin Simpanan

dan Fungsi

Perpu No. 4 Tahun

Pengadilan

19 -  -  Perikanan

2008 tentang Jaring

Dimaksud Dalam

Pasal 71 ayat (5) 20 -  - 

Perpu No. 5 Tahun

tentang

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA

Perubahan Keempat

yang memaksa menurut Pasal 22 ayat (1)

Atas UU No. 6

UUD 1945. Dari jumlah 15 (lima belas)

Tahun 1983 tentang Ketentuan

Perpu tersebut diantaranya ada 9

Umum

dan Tata Cara

(sembilan) Perpu yang mengandung materi

Perpajakan

hukum tata negara (staatsrechtelijk) dan 6

Perpu No. 1 Tahun

(enam) Perpu di bidang administrasi

2009 tentang

negara (administratiefrechtelijk). Kedua,

Perubahan Atas UU No. 10 Tahun 2008

ada 10 (sepuluh) Perpu dapat memenuhi

unsur kegentingan memaksa berdasarkan

tentang Pemilihan

Umum Anggota

Pasal 22 ayat (1) UUD 1945, yaitu

DPR, DPD, dan

sebanyak 8 (delapan) Perpu di bidang

DPRD

administrasi negara (administratiefrech-

Perpu No. 2 Tahun

telijk) dan hanya 2 (dua) Perpu yang

2009 tentang Perubahan Atas UU

berkaitan dengan hukum pidana.

22 No. 13 Tahun 2008 -

 Perpu yang ditetapkan Presiden pada

tentang Penyelenggaraan

kurun waktu Tahun 1999-2013 tidak

Ibadah Haji

memperhatikan unsur kegentingan yang

Perpu No. 3 Tahun

memaksa sebagaimana yang dimaksud

2009 tentang

oleh Pasal 22 ayat (1) UUD 1945,

Perubahan Atas UU

 misalnya Perpu Nomor 1 Tahun 2013

No. 9 Tahun 1992 tentang

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Keimigrasian

Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Perpu No. 4 Tahun

Mahkamah Konstitusi. Selain itu Perpu

2009 tentang

tersebut mengatur mengenai ketata-

Perubahan Atas UU

negaraan khususnya menyangkut ranah

No. 30 Tahun 2002

peradilan.

tentang Komisi

Pemberantasan

Penetapan Perpu seharusnya ada

Tindak Pidana

pembatasan dalam materi yang diaturnya

Korupsi Perpu No. 1 Tahun

agar tidak menimbulkan kediktatoran.

2013 tentang

Perpu dapat menjadi instrumen kedik-

Perubahan Kedua

tatoran dalam penyelenggaraan negara.

25 Atas UU No. 24 -

Untuk mencegah penyimpangan, Perpu

Tahun 2003 tentang

semestinya hanya mengenai hal-hal yang

Mahkamah Konstitusi

berkaitan dengan penyelenggaraan peme- rintahan (administrasi negara). Perpu

Sumber: Data diolah oleh Penulis semestinya tidak mengatur ketentuan Data

bersifat ketatanegaraan dan hal-hal yang memperlihatkan bahwa sejak kurun waktu

berkaitan dengan perlindungan dan antara Tahun 1999 sampai dengan Tahun

jaminan hak-hak dasar rakyat. 2013 ada sebanyak 25 (dua puluh lima)

Hal-hal yang bersifat ketatanegaraan, Perpu yang ditetapkan oleh Presiden,

misalnya yang berkaitan dengan lembaga- dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian,

lembaga negara, kewarganegaraan, teri- sebagai berikut: Pertama, sebanyak 15

torial negara, dan hak dasar rakyat tidak (lima

boleh diatur oleh Perpu. 31 dikategorikan sebagai Perpu yang tidak

belas) Perpu

yang

dapat

memenuhi syarat hal ikhwal kegentingan

31 Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, Op.Cit., h.

153-154.

238 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA

Pembatasan materi yang diatur 35 government ”. (…bahwa pengalihan dengan Perpu dimaksudkan agar Presiden

kekuasaan legislatif dari Parlemen kepada dalam menggunakan haknya sesuai dengan

Perdana Menteri atau Kongres kepada maksud ketentuan Pasal 22 UUD 1945.

Presiden adalah sangat tidak biasa dan Apabila Presiden tidak tepat menggunakan

bahkan bentuk kediktatoran pemerintah.) haknya secara proporsional maka kemung-

Bagir Manan menilai bahwa perlu kinan suatu saat Presiden dapat bertindak

dipertimbangkan untuk menghapus bentuk secara diktator atau melakukan tindakan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini Undang dari sistem peraturan perundang- mengingat, bahwa Perpu sederajat dan undangan. Usul Bagir Manan ini memiliki kekuatan hukum yang sama berdasarkan pertimbangan, antara lain: dengan undang-undang. Meskipun hanya Pertama, Perpu dapat digunakan oleh berlaku sementara, penetapan Perpu tanpa Presiden sebagai instrumen penyalah- terlebih dahulu meminta persetujuan gunaan kekuasaan walaupun hanya untuk dengan DPR. sementara. Melalui Perpu ini, dimungkin-

Hak konstitusional ini dapat memberi kan pelaksanaan pemerintahan secara peluang kepada Presiden bertindak secara

kediktatoran; Kedua, dapat timbul berbagai diktator atas nama konstitusi. Perpu dapat

implikasi hukum apabila kemudian Dewan pula digunakan Presiden sebagai alat

Perwakilan Rakyat menolak menyetujui kekuasaan belaka untuk memperkuat dan

Perpu menjadi undang-undang. Penolakan memperluas kekuasaannya. Perpu di-

DPR ini harus jelas, apakah penolakan mungkinkan dapat membekukan dan

Perpu oleh DPR bersifat “van rechtswege membubarkan lembaga-lembaga negara.

nietig’ atau “vernietigbaar”. 36 Kalaupun Apabila hal ini terjadi, maka tindakan

Perpu tetap dipertahankan sebagaimana Presiden sudah melanggar konstitusi. 32 yang tertuang dalam Pasal 22 UUD 1945,

maka harus dengan persyaratan yang lebih Presiden dapat bertindak secara

terurai (rinci). 37

diktator karena mendapatkan legitimasi konstitusi atau dikenal dengan constitutio-

Pandangan terhadap pembatasan nal dictatorship seperti yang dikatakan

materi yang semestinya diatur dengan oleh Clinton L. Rossiter. 33 Clinton L.

Perpu, tentu berseberangan dengan praktik Rossiter menyebutkan karakter constitutio-

ketatanegaraan dalam penetapan Perpu. nal dictatorship adalah Presiden dapat

Persoalan yang muncul secara akademis bertindak secara diktator karena diberi

adalah berkenaan dengan apabila terjadi

ketatanegaraan, sementara Rossiter juga mengatakan, “…it is obvious

landasan konstitusional. 34 Clinton L.

darurat

penetapan Perpu hanya dibatasi pada indeed that the transfer of legislative

bidang pemerintahan (administratiefrech- power from Parliament to Prime Minister

telijk) maka bentuk norma hukum apakah or Congress to President is a highly

yang dapat digunakan oleh Presiden untuk unusual and even dictatorial method of

mengatasi darurat ketatanegaraan itu? Menurut hemat

Penulis, ada

Chrisdianto Eko

Purnomo,

“Pembatasan

beberapa hal yang dapat dikemukakan,

Konstitusional Kekuasaan Presiden Dalam Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Berdasarkan

sebagai berikut:

UUD 1945 ”, Disertasi, Bandung: Program Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Padjadjaran, 2014, h. 288. 33

Clinton L. Rossiter, Constitutional Dictatorship,

35 Ibid., h. 8

Crisis Government in the Modern Democracies, Princeton: 36 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, Op. Cit., Princeton University Press, 1948, h.10-11.

h. 216.

34 Ibid. , h.12.

37 Ibid., h. 216-218.

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA

Pertama, keadaan darurat yang peraturan darurat yang ditetapkan semata- bersifat ketatanegaraan tidak mesti

mata berkaitan dengan usaha memecahkan diselesaikan dengan menggunakan Perpu

dan melancarkan fungsi administrasi sebagai jalan untuk membenarkan tindakan

negara. Menurut Bagir Manan, hal ikhwal Presiden. Perpu merupakan tindakan

memaksa harus produk pengaturan yang hanya bersifat

kegentingan

yang

menunjukkan ada krisis yang menim- pemerintahan. Sementara, darurat ketata-

bulkan bahaya atau hambatan secara nyata negaraan

terhadap kelancaran menjalankan fungsi mengeluarkan produk hukum yang

pemerintahan. 39 Hambatan itu bersumber melibatkan persetujuan bersama antara

pada peraturan perundang-undangan yang Presiden dengan DPR. Presiden tidak

ada atau karena suatu kekosongan hukum dapat menetapkan Perpu untuk mengatur

yang bersifat sangat mendesak dan harus secara berlawanan dengan Undang-Undang

dipecahkan dengan segera. Krisis itu hal-hal yang berkenaan dengan pengaturan

memerlukan pengaturan segera pada di bidang ketatanegaraan.

tingkatan undang-undang. 40 Kedua, menyitir pendapat Jimly

2. Pengawasan

DPR Terhadap

Asshiddiqie yang menyatakan bahwa

Penetapan Perpu

keadaan darurat yang bersifat internal Pada dasarnya sebelum memberi pemerintahan dapat dijadikan alasan pokok

tidak memberi untuk membenarkan ditetapkannya Perpu

persetujuan

atau

38 persetujuan, DPR seharusnya meng- oleh Presiden. Penetapan Perpu dapat gunakan hak bertanya misalnya, yang

dibenarkan sepanjang berkaitan dengan pertama-tama harus dinilai oleh DPR

kepentingan internal pemerintahan yang adalah memeriksa apakah Perpu yang memerlukan dukungan payung hukum dikeluarkan Presiden tersebut sudah sesuai

setingkat undang-undang dalam keadaan dengan persyaratan untuk ditetapkannya

genting dan mendesak, sementara undang- Perpu yaitu hal ikhwal kegentingan yang

undang dimaksud tidak mungkin di bentuk memaksa sesuai dengan Pasal 22 ayat (1)

dalam waktu cepat. Pengaturan yang UUD 1945? Perpu merupakan hak luar berkenaan dengan tindakan pemerintahan biasa yang diberikan konstitusi kepada

(administratiefrechtelijk) dapat dijadikan Presiden, sehingga DPR dalam hal ini

dasar pembenaran penetapan Perpu oleh harus memberikan penilaian yang ketat

Presiden. Oleh karena itu dapat dibedakan terhadap dasar-dasar konstitusionalitas

materi pengaturan dengan undang-undang

penetapan Perpu.

sebagai tindakan kenegaraan (staatsrech- telijk) dan sebagai tindakan pemerintahan

Hak kontrol atau pengawasan inilah (administratiefrechtelijk) . Materi peng-

yang semestinya dipergunakan DPR secara aturan dengan Perpu hanya sebagai

maksimal. Meskipun pada kenyataannya, tindakan pemerintahan (administratief-

pertimbangan-pertimbangan politik yang rechtelijk) dapat dipandang tepat.

lebih dominan dalam pengambilan keputusan di DPR, terkait dengan begitu

Ketiga, karena Perpu hanya dapat mudahnya DPR memberikan persetujuan

mengatur tindakan pemerintahan (adminis- terhadap penetapan Perpu menjadi

trasi negara), maka Perpu sebagai beleid Undang-Undang. 41 Selain itu, ada pula yang ditetapkan Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa . Perpu sebagai

39 beleid Lihat Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, (kebijakan) Presiden ini merupakan

Op.Cit.,

Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, Jakarta: Perpu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Konstitusi Press, 2006, h. 85.

Tindak Pidana Terorisme dan Perpu Nomor 2 Tahun 2002

240 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA

Perpu yang nyata-nyata tidak mendapat

Tahun Kawasan

1-9-2000 Ditetapkan

persetujuan dan tidak nyata-nyata pula

Perdaganga Menjadi UU: n Bebas dan

ditolak oleh DPR. UU No. 37 42 Pengawasan DPR (148/3997)

Pelabuhan

Th. 2000

terhadap penetapan Perpu oleh Presiden

Bebas

tentang

dapat dinilai masih lemah.

Sabang

Penetapan Perpu No. 2

Berikut ini tabel yang menunjukkan

Th. 2000

hubungan pengawasan DPR terhadap

tentang

Presiden.

Kawasan Perdagangan

Tabel 2

Bebas dan

Pengawasan DPR Terhadap Presiden Pelabuhan

Bebas

Terkait Dengan Persetujuan atau

Sabang Penolakan Perpu (Tahun 1999-2013) menjadi UU

Disahkan

No/Tahun No

Tahun Perubahan 25-9-2000 Mencabut:

Tentang (Tgl-Bln- Keterangan

(LN/TLN)

Atas UU

Tahun Pengadilan 8-10-1999 Dicabut: 1999

Hak Asasi

UU No. 26

Tahun 1998 tentang

Ketenagakerj (191/3911) Manusia

Hak Asasi

Tahun 1997 No. 25 Th.

Ketenagake Ketenagakerj 2000

Tahun Kawasan

1-9-2000 Ditetapkan

aan (147/3996) n Bebas dan

Perdaganga

Menjadi UU:

rjaan

Menentukan Pelabuhan

UU No. 36

Mulai Bebas

Perpu No. 1

aan, yaitu

Perdagangan

pada tanggal

Bebas dan

Tahun Pemberanta 18-10- Ditetapkan

menjadi UU

san Tindak 2002 Menjadi UU:

(106/4232) Pidana

UU No. 15

tentang Pemberlakuan Perpu Nomor 1 Tahun 2002 tentang

Tahun 2003 Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Pada Peristiwa

Terorisme

tentang Peledakan Bom di Bali Tanggal 12 Oktober 2002. Kedua Perpu

Penetapan tersebut mulai berlaku pada tanggal 18 Oktober 2002 dan

Perpu No. 1 selanjutnya tanggal 4 April 2003 disahkan sebagai Undang-

Undang RI Nomor 15 dan 16 Tahun 2003 tentang Th. 2002

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Kemudian Mahkamh tentang Konstitusi mengeluarkan Putusan No. 13/PUU-I/2003 pada

Pemberantas tanggal 22 Juli 2004 yang memberikan putusan untuk

an Tindak membatalkan ketentuan “pemberlakuan surut” dalam Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2003 untuk kasus bom di Bali.

Pidana 42 DPR tidak secara tegas untuk memberikan

Terorisme persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Perpu

menjadi UU Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem

Tahun Pemberlaku 18-10- Ditetapkan Keuangan. Perpu JPSK tersebut dipermasalahkan keabsahan

hukumnya karena tidak secara nyata disetujui dan tidak nyata-

2002 Menjadi UU: nyata ditolak oleh DPR.

an Perpu

UU No. 16 [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

(107/4233) No. 1

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA

Tahun 2002

Tahun 2004 Penetapan tentang

Tahun 2003

Perpu No. 1 Pemberanta

tentang

tentang

Penyelesaia Tahun 2005 san Tindak

Penetapan

tentang Pidana

Perpu No. 2

Perselisihan Penangguhan Terorisme

Tahun 2002

Mulai Pada

tentang

Hubungan

Berlakunya Peristiwa

Pemberlakua

Industrial

UU No. 2 Peledakan

n Perpu No.

Tahun 2004 Bom di Bali

1 Tahun

tentang tanggal 12

2002 tentang

Penyelesaian Oktober

Pemberantas

Perselisihan 2002

an Tindak

menjadi UU

Peristiwa

Tahun Badan

16-4-2005 Ditetapkan

Peledakan

Rehabilitasi Menjadi: UU

Bom di Bali

Rekonstruks 2005 tentang

Oktober

i Wilayah

Perpu No. 2

Masyarakat tentang

Tahun Perubahan 2-4-2004 Ditetapkan

Nanggroe

dan No. 41

Atas UU

Menjadi: UU

Aceh

Darussalam Rekonstruksi Tahun 1999

No. 19 Th

Wilayah dan tentang

2004 tentang

dan

Kehidupan Kehutanan

Penetapan

Kepulauan

Perpu No. 1

atas UU No.

Tahun Perubahan Ditetapkan

Atas UU

Sumatera No. 12

Menjadi: UU

Utara Tahun 2003

No. 20 Th

menjadi UU tentang

2004 tentang

Tahun Perubahan 27-4-2005 Ditetapkan Pemilihan

Penetapan

Menjadi: UU Umum

Perpu No. 2

Atas UU

No. 8 Th. Anggota

Tahun 2004

(38/4493) No. 32

Tahun 2004 2005 tentang DPR, DPD,

tentang

Penetapan dan DPRD

Pemerintaha Perpu No. 3

Th

n Daerah

atas UU No.

DPR, DPD,

32 Th 2004

tentang 9 1

dan DPRD

Tahun Penangguha 19-1-2005 Ditetapkan Pemerintaha 2005

n Daerah (4/4468)

n Mulai

Menjadi: UU

Berlakunya

Menjadi UU UU No. 2

Tahun Perubahan 7-3-2006 Ditetapkan

242 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] [ JATISWARA Jurnal Hukum

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

2006 Kedua Atas UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD

menjadi: UU No.

10 Tahun 2006 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD Menjadi UU

13 2 Tahun 2006

Penangguha n Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Pengadilan Perikanan sebagaiman

a dimaksud dalam Pasal 71 ayat (5) UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

02-10- 2006

14 1 Tahun 2007

Perubahan Atas UU No. 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi UU

04-06- 2007

Ditetapkan dengan UU No. 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas UU No.

36 Tahun 2000 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi UU Menjadi UU

Penanganan Permasalah an Hukum dalam Rangka Rehabilitasi dan Rekonstruks

i Wilayah dan Kehidupan Masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara

05-09- 2007

Ditetapkan menjadi UU No. 48 Tahun 2007 tentang Penetapan Perpu No. 2 Tahun 2007 tentang Penanganan Permasalaha n Hukum Dalam rangka Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara Menjadi UU

Perubahan Atas UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

16-04- 2008

Ditetapkan menjadi UU No. 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas UU No.

21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Menjadi UU

Perubahan Kedua Atas UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

13-10- 2008

Ditetapkan menjadi UU No. 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Perpu No. 2 Tahun 2008

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA

tentang

DPR, DPD, tentang

Perubahan

dan DPRD

Perubahan

Kedua atas

atas UU No.

tentang Bank

DPR, DPD,

Undang-

dan DPRD

menjadi UU 18 3

Undang

Tahun Perubahan 17-07- Ditetapkan 2008

Tahun Perubahan 13-10-

Ditetapka

Atas UU

2009 menjadi UU No. 24

menjadi UU

Atas UU

No. 34 (143/4902) Tahun 2004

No. 7 Tahun

No. 13

(110/5036) Tahun 2008 Tahun 2009 tentang

2009 tentang

tentang Lembaga

Penetapan

tentang

Penyelengg Penetapan Penjamin

Perpu No. 3

Perpu No. 2 Simpanan

Ibadah Haji Tahun 2009

Perubahan

tentang

atas UU No.

Perubahan

24 Tahun

atas UU No.

raan Ibadah

Haji Menjadi 19 4

Menjadi UU

UU 2008

Tahun Jaring

15-10-

Tahun Perubahan 17-07- Ditetapkan (149/4907) Sistem

Pengaman 2008

2009 menjadi UU Keuangan

Atas UU

No. 37 20 5

No. 9

(111/5037) Tahun 1992 Tahun 2009 2008

Tahun Perubahan 31-12-

Ditetapkan

Keempat

tentang Atas UU

menjadi UU

tentang

Keimigrasia Penetapan (211/4953) No. 6

No. 16

Perpu No. 3 Tahun 1983

Tahun 2009

Tahun 2009 tentang

tentang

tentang Ketentuan

Penetapan

Perubahan Umum dan

Perpu No. 5

Atas UU No. Tata Cara

Tahun 2008

9 Tahun Perpajakan

Atas UU No.

Menjadi UU

6 Tahun

Tahun Perubahan 22-09- Dicabut

1983 tentang

Atas UU

2009 dengan: UU

Ketentuan

No. 30

No. 3 Tahun

Umum dan

(132/5051) Tahun 2002 2010 tentang

Tata Cara

Perpu No. 4

Pembaranta Tahun 2009 21 1

Menjadi UU

tentang 2009

Tahun Perubahan 26-2-2009 Ditetapkan

san Tindak

Perubahan No. 10

Atas UU

menjadi UU

Pidana

Atas UU No. (41/4986) Tahun 2008

No. 17

Korupsi

30 Tahun tentang

Tahun 2009

2002 tentang Pemilihan

tentang

Komisi Umum

Penetapan

Pemberantas Anggota

Perpu No. 1

Tahun 2009

an Tindak

244 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA

Pidana

ikhwal kegentingan yang memaksa

Korupsi

seharusnya dinyatakan batal demi hukum

25 1 Tahun Perubahan 17-10-

Ditetapkan

karena Perpu ditetapkan tanpa dasar

2013 Kedua Atas 2013

44 Undang-

menjadi UU

kewenangan, melanggar asas legalitas.

No.4 Tahun

(167/5456) Undang

2014 tentang

Pada sisi lain, nampaknya Presiden

Nomor 24

Penetapan

ingin mengambil jalan pintas dengan tidak

Tahun 2003

Perpu No.1

Tentang

Tahun 2013

berlama-lama membahas suatu Rancangan

Mahkamah

tentang

Undang-Undang dengan DPR melalui

Konstitusi

Perubahan

mekanisme Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20

Kedua Atas

UUD 1945. Presiden lebih memilih

UU No.24 Tahun 2003

menggunakan hak yang dimilikinya untuk

tentang

menetapkan Perpu yang sederajat dan

Mahkamah

memiliki kekuatan hukum yang sama

Konstitusi

dengan

Undang-Undang. Dalam