ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA AUDITOR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA DAN KEINGINAN BERPINDAH KERJA AUDITOR

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA AUDITOR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA DAN KEINGINAN BERPINDAH KERJA AUDITOR

Fitriany

Universitas Indonesia [email protected]

Lindawati Gani

Universitas Indonesia [email protected]

Sylvia Veronica Siregar

Universitas Indonesia [email protected]

Arywarti Marganingsih

Universitas Indonesia [email protected]

Viska Anggraita

Universitas Indonesia [email protected]

Abstract

This research aims to examine the factors that influence auditor’s job satisfaction, the effects of job satisfaction on performance and turnover intentions, and how far the performances moderate the relationship between job satisfaction and turnover intention. The unit of analysis from this study is an auditor who works on

a public accounting firm. Results showed that in small accounting firms, only consideration leadership style affects auditor’s satisfaction, while in big accounting firms, leadership style and structure leadership style have affected auditor’s satisfaction. Considerate Leadership style has higher effect than structural leadership style. For auditors in the big accounting firms, the higher the auditors position, the greater the desire to leave accounting firms, but the longer the experience of the auditors, the lower the desire to move from the accounting firms. In this case it is necessary to have periodic promotion policy in the accounting firms. Job satisfaction has a positive influence on performance on all types of the accounting firms. If auditors are satisfied with the work, then their turnover intentions will be low. If auditors have low job satisfaction, they will leave the accounting firms, no matter their performance level because they only consider the accounting firms as stepping stone for their next career. So firms must consider auditors' job satisfaction if they do not want to lose their auditors.

Keyword: job satisfaction, turnover intention, performance, leadership, time budget pressure

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja dan keinginan berpindah kerja, dan apakah kinerja memoderasi hubungan antara kepuasan kerja dan keinginan berpindah kerja. Unit analisis penelitian ini adalah auditor yang

172 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2011, Volume 8 - No. 2, hal 171 - 196

bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada KAP Kecil, hanya gaya kepemimpinan consideration (gaya kepemimpinan yang people-oriented) yang mempengaruhi kepuasan kerja auditor, sedangkan pada KAP Besar baik gaya kepemimpinan consideration maupun gaya kepemimpinan structure berpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor. Gaya kepemimpinan consideration memiliki pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan gaya kepemimpinan structure. Pada auditor di KAP Besar, semakin tinggi posisi auditor, semakin besar keinginan untuk berpindah kerja, tetapi semakin lama pengalaman kerja auditor, semakin rendah keinginan untuk berpindah kerja. Pada kasus ini adalah perlu untuk memiliki kebijakan promosi pada KAP. Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pada semua ukuran KAP. Bila auditor merasa puas dengan pekerjaannya maka keinginan berpindah kerja akan lebih rendah. Bila auditor memiliki kepuasan kerja yang rendah maka mereka akan berpindah kerja, terlepas apakah kinerja mereka tinggi ataupun rendah karena mereka hanya menganggap KAP sebagai batu loncatan untuk karir mereka selanjutnya. Maka penting bagi KAP untuk peduli akan kepuasan kerja auditor bila mereka tidak ingin kehilangan auditornya.

Keyword: kepuasan kerja, keinginan berpindah kerja, kinerja, gaya kepemimpinan, tekanan waktu anggaran

PENDAHULUAN

untuk berpindah kerja atau turnover intention (Snead dan Harrell 1991; Randhawa 2007).

Salah satu faktor penting yang mem- Auditor dituntut untuk dapat menunjukan pengaruhi kualitas audit yang dilakukan oleh

kinerja yang tinggi agar dapat menghasilkan akuntan publik adalah jumlah sumber daya

audit yang berkualitas. Kinerja yang baik dapat akuntan publik yang tersedia. Di Indonesia

dipengaruhi oleh kepuasan kerja yang baik. saat ini terjadi scarcity (kelangkaan) akuntan Jika auditor merasa puas dengan pekerjaannya, publik. Berdasarkan data IAPI per 25 Maret

kinerja yang dihasilkan juga akan baik. 2008, Akuntan Publik (pemegang Izin

Sebaliknya, apabila auditor merasa tidak puas Praktek) di Indonesia hanya 877 orang. Jika dengan keadaan pekerjaannya, kinerjanya pun dibandingkan dengan negara ASEAN, jumlah

bisa menjadi buruk. Oleh karena itu, kepuasan akuntan publik di Indonesia masih sangat

kerja auditor menjadi penting untuk diteliti kurang. Jumlah CPA Indonesia yang ideal

agar dapat diketahui bagaimana pengaruhnya berdasarkan rata-rata ASEAN adalah 2.942

terhadap kinerja.

orang. Hal ini mengindikasikan bahwa di Menurut Hadi (2007) ketidakpuasan kerja Indonesia telah terjadi scarcity (kelangkaan)

auditor muncul karena auditor kurang cocok pada profesi akuntan publik.

dengan gaya kepemimpinan atasannya. Salah satu penyebab utama dari scarcity ini

Nurhayati (2007) mengungkapkan bahwa adalah adanya masalah yang lazim dihadapi

gaya kepemimpinan consideration memiliki oleh profesi akuntan publik yaitu tingkat

pengaruh yang lebih besar daripada gaya turnover karyawan yang sangat tinggi. Adalah

kepemimpinan structure terhadap kepuasan hal yang umum jika seorang akuntan hanya

kerja. Masih terdapat pertentangan pada bertahan 1 sampai 2 tahun di KAP. Literatur

hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai terdahulu menemukan bahwa salah satu faktor

gaya kepemimpinan yang lebih menimbulkan yang mempengaruhi turnover adalah tingkat

kepuasan kerja. Judge et al. (2004) meng- kepuasan kerja (job satisfaction). Sejumlah

ungkapkan bahwa gaya kepemimpinan riset tentang kepuasan kerja secara konsisten

consideration (gaya kepemimpinan yang menyatakan bahwa ketidaksesuaian pekerjaan

people-oriented) lebih mempengaruhi tingkat akan berpengaruh pada penurunan kepuasan

kepuasan kerja. Sementara itu, Ghiselli kerja, mengikis komitmen dalam berorganisasi,

dan Wyatt (1972) menyatakan bahwa gaya dan berujung pada meningkatnya keinginan

kepemimpinan initiating structure (gaya

Fitriany, Lindawati Gani, Sylvia Veronica Siregar, Arywarti Marganingsih, Viska Anggraita, Analisis... 173

kepemimpinan yang task-oriented) dianggap lebih dapat menimbulkan kepuasan kerja pada bawahan. Penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja auditor, khususnya eksternal auditor.

Akuntan selalu dihadapkan pada tugas- tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya (Engko dan Gudono 2007). Jamilah et al. (2007) menemukan bahwa tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek dari kompleksitas tugas. Pengujian atas pengaruh faktor kompleksitas tugas dalam melakukan audit cukup penting dilakukan karena tugas melakukan audit adalah tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks. Selain kompleks, pekerjaan auditor tidak kenal waktu, selalu dengan tingkat kesibukan waktu yang sangat tinggi. Hal ini dapat menimbulkan

tekanan tersendiri bagi auditor. Auditor dituntut harus memiliki kemampuan untuk menghadapi tekanan ini dan menyelesaikan

semua pekerjaan yang ada dalam waktu terbatas (Margheim et al. 2005). Penelitian lain menunjukkan bahwa anggaran waktu digunakan sebagai alat pengukur kinerja di dalam perusahaan (Liyanarachchi dan McNamara 2007). Prasita dan Adi (2007) menyebutkan bahwa waktu pengauditan harus dialokasikan secara realistis, tidak terlalu lama atau terlalu cepat, tekanan anggaran waktu akan menghasilkan kinerja buruk auditor.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja, dan hubungan antara kepuasan kerja ( job satisfaction) dengan keinginan berpindah kerja ( turnover intention) dan kinerja dan juga melihat apakah tingkat kinerja auditor memoderasi hubungan antara kepuasan kerja dengan keinginan berpindah kerja auditor.

Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, namun penelitian ini dibatasi pada variabel organisasi yang terdiri dari gaya kepemimpinan, kompleksitas tugas,tekanan anggaran waktu (time budget presure) dan

variable personal yang terdiri dari kepribadian, jenis kelamin, umur, pengalaman dan level/ posisi. Penelitian akan membandingkan kondisi pada KAP Besar, kecil dan Menengah.

Kontribusi dari penelitian ini terutama bagi literatur terkait kinerja auditor eksternal,

dimana penelitian ini menguji secara bersama- sama hubungan antara kepuasan kerja, kinerja, dan keinginan berpindah kerja auditor eksternal. Penelitian terdahulu pada umumnya meneliti hanya parsial saja. Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan perbandingan antara KAP Besar, menengah, dan kecil karena ketiga kelompok KAP ini memiliki tingkat sumber daya yang berbeda sehingga sangat mungkin mempengaruhi kepuasan kerja, kinerja dan keinginan berpindah kerja secara berbeda. Penelitian sebelumnya pada umumnya hanya membedakan KAP Besar dan KAP Kecil. Bagi KAP, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kepuasan kerja dan keinginan berpindah kerja (turnover intention) dari auditor sehingga diharapkan tingkat turnover auditor di KAP dapat diperbaiki dan memberikan masukan kepada KAP mengenai tindakan atau kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat turnover auditor dan menaikkan kinerja. Selain itu bagi regulator

(Departemen Keuangan dan IAPI khususnya) dapat memberi masukan mengenai bentuk regulasi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan auditor eksternal sehingga meningkatkan jumlah dan minat menjadi akuntan publik (auditor) di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Kepuasan kerja

Davis et al. (1989) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan karyawan tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka yang merupakan hasil persepsi pengalaman selama masa kerjanya. Kepuasan kerja merupakan suatu konsep yang cukup kompleks karena banyak hal

174 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2011, Volume 8 - No. 2, hal 171 - 196

yang dapat mempengaruhinya. Beberapa Snead dan Harrell (1991) menemukan studi menunjukkan bahwa kepuasan kerja

bahwa kepuasan kerja auditor dipengaruhi merupakan perpaduan dari fungsi karakteristik

secara negatif oleh stres pekerjaan. Beberapa personal dan karakteristik pekerjaan itu sendiri

menyebabkan tingginya dengan menambahkan beberapa variabel

faktor

yang

stres pekerjaan adalah kompleksitas dari seperti gender (Clark 1997; Bender et al.

pekerjaan tersebut dan adanya tekanan 2005), umur (Sloane dan Ward 2001), tingkat

waktu. Restuningdiah dan Indriantoro (2000) pendidikan (Sloane dan William 2000; Clark

menemukan peningkatan kompleksitas dalam 1997; Belfield dan Harris 2002), otonomi

suatu tugas atau sistem akan menurunkan (Nguyen et al. 2003), dan pendapatan atau gaji

tingkat keberhasilan tugas. McDaniel (1990) (Shields dan Price 2002).

menjelaskan bahwa tekanan waktu adalah Menurut Nguyen et al. (2003) konsep

suatu pembatasan atas kinerja dan merupakan kepuasan kerja mengandung dimensi yang

sumber stres. Hal ini menyebabkan turunnya bersifat multidimensional, sehingga tidak

tingkat kepuasan auditor.

dapat diprediksikan dengan dimensi tunggal. Demikian pula dengan pendapat Taylor (1999)

Kinerja Auditor

yang menyatakan bahwa kepuasan kerja Kepuasan kerja akan mempengaruhi kinerja profesional dipengaruhi oleh banyak faktor

auditor. Menurut Hasibuan (1994), kinerja sehingga dalam mengukurnya diperlukan

adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dimensi yang cukup kompleks. Beberapa

dalam melaksanakan tugas-tugas yang yang dimensi yang digunakan oleh Taylor (1999)

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas antara lain kepuasan terhadap pekerjaan itu

kecakapan, pengalaman dan kesungguhan, sendiri, kepuasan terhadap supervisi, kepuasan

serta waktu. Kinerja merupakan gabungan dari tehadap kompensasi yang diterima, kepuasan

tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat terhadap prospek promosi, dan kepuasan

seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan terhadap teman sejawat.

atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan Penelitian terdahulu menemukan adanya

tingkat motivasi seorang pekerja.Semakin beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan

tinggi tiga faktor di atas, semakin besar pula kerja ( job satisfaction) auditor. Judge, Picollo, kinerja karyawan.

Ada dua aspek yang mempengaruhi dan Ilies (2004), serta Lok dan Crawford

kinerja karyawan (Gibson et al. 1996), yaitu (2004) menemukan bahwa gaya kepemimpinan

consideration ( faktor individu dan lingkungan organisasi.

people-oriented) memiliki Aspek individu terdiri dari kemampuan dan

hubungan yang kuat dengan kepuasan kerja keterampilan (mental dan fisik), latar belakang pegawai. Hal ini disebabkan karena dalam (keluarga, tingkat sosial, dan pengalaman gaya kepemimpinan consideration, pemimpin kerja), dan demografis (umur, etnis, jenis menekankan pentingnya kesejahteraan dari kelamin). Ferris dan Larker (1983) meneliti semua anggota kelompok yang dipimpinnya, pengaruh motivasi pegawai, job related ability, dengan berorientasi pada hubungan inter-

komitmen organisasi dengan kinerja auditor. personal , kepercayaan, dan pertemanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi Penelitian tersebut menemukan bahwa gaya

dan komitmen organisasi berhubungan positif kepemimpinan consideration mempunyai

dengan kinerja sementara job related ability pengaruh yang lebih besar terhadap kepuasan

berhubungan positif dengan gaji. Larkin and kerja dibandingkan dengan gaya kepemimpinan

Schweikart (1986) meneliti berbagai faktor structure (task-oriented). Nurhayati (2007) juga

yang berhubungan dengan kinerja internal mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan

auditor yang meliputi kemampuan (ability), consideration memiliki pengaruh yang lebih kepuasan kerja (job satisfaction), motivasi besar daripada gaya kepemimpinan structure

( motivation), komitmen terhadap organisasi terhadap kepuasan kerja.

Fitriany, Lindawati Gani, Sylvia Veronica Siregar, Arywarti Marganingsih, Viska Anggraita, Analisis... 175

( organizational commitment), komitmen karena perubahan jalur karir atau faktor terhadap profesi (professional commitment)

keluarga. Keinginan untuk keluar organisasi dan ketertarikan interpersonal ( interpersonal yang dibahas pada penelitian ini adalah dalam attraction). Hasil penelitiannya menunjukkan

konteks model voluntary turnover dan dilihat bahwa kepuasan kerja dan motivasi individu

sebagai suatu fungsi kepuasan kerja. Setiap adalah hal yang paling erat kaitannya dengan

model dari proses turnover menunjukkan kinerja auditor

peran penting dari kepuasan kerja. Gambar 1 menunjukkan proses turnover karyawan yang

Keinginan Berpindah Kerja (Turnover dikembangkan oleh Mobley et al. (1979).

Intention)

Meskipun banyak faktor yang menentukan Keinginan berpindah kerja menurut

keputusan untuk meninggalkan pekerjaan, Suwandi dan Indriantoro (1999) mencerminkan

ketidakpuasan (dissatisfaction) adalah pen- keinginan individu untuk meninggalkan

dorong yang utama. Akan tetapi ada kondisi organisasi dan mencari alternatif pekerjaan lain.

dimana karyawan yang tidak puas tidak Pasewark dan Strawser (1996) mendefinisikan

meninggalkan pekerjaan. Misalnya karena keinginan berpindah kerja mengacu pada

dia tidak laku di pasar tenaga kerja atau keinginan karyawan untuk mencari alternatif

labor market condition sulit ditemukan. Jika pekerjaan lain yang belum diwujudkan

hal ini terjadi maka hubungan normal antara dalam bentuk tindakan nyata. Tuttle (1986)

kepuasan (satisfaction) dan perpindahan kerja mengindetifikasikan tiga katagori variabel

( turnover) akan terganggu. Özer dan Günlük yang mempengaruhi perilaku keinginan

(2010) menemukan adanya hubungan negatif berpindah karyawan, yaitu: (1) faktor eksternal

antara kepuasan kerja auditor dan keinginan (peluang pekerjaan, tingkat pengangguran,

berpindah kerja.

union presence, dan sebagainya); (2) faktor Spencer dan Steers (1981) menggambarkan yang terkait dengan pekerjaan (kepuasan

hubungan turnover rate karyawan dengan kerja, komitmen organisasi, dan sebagainya);

tingkat satisfaction pada low dan high (3) faktor pribadi seperti tenure, gender,

performer seperti tampak pada Gambar pendidikan, dan sebagainya.

2. Dalam kasus ini turnover diukur hanya Keinginan berpindah kerja mengacu

dalam terminologi sukarela ( voluntary) saja kepada hasil evaluasi individu mengenai

(tidak memasukkan faktor pemecatan oleh kelanjutan hubungannya dengan organisasi

perusahaan). Kinerja auditor ditentukan oleh dan belum diwujudkan dalam tindakan pasti

penilaian yang diberikan oleh atasan. Pada meninggalkan organisasi. Perpindahan kerja

gambar tersebut tampak bahwa hubungan ( turnover) dapat terjadi secara sukarela

antara kepuasan kerja dan turnover dimoderasi (voluntary) dan tidak sukarela (involuntary).

oleh tingkat kinerja auditor. Auditor yang Abelson (1987) menyatakan bahwa sebagian

tidak puas (tingkat kepuasannya rendah) besar karyawan yang meninggalkan organisasi

dan dianggap memiliki prestasi yang rendah karena alasan sukarela dapat dikategorikan

(poor performers ) oleh atasannya, memiliki atas perpindahan kerja sukarela yang dapat

tingkat turnover yang tinggi. Tapi sebaliknya, dihindarkan (avoidable voluntary turnover) dan

karyawan yang memiliki kinerja tinggi (baik perpindahan kerja yang tidak dapat dihindarkan

yang puas maupun yang tidak puas) tidak akan ( unavoidable voluntary turnover). Avoidable

meninggalkan pekerjaannya karena mereka voluntary turnover dapat disebabkan karena

diberikan strong inducements untuk tidak keluar alasan berupa gaji, pembisik kerja, atasan

dari tempat bekerjanya. Inducements adalah atau ada organisasi lain yang dirasakan lebih

suatu tindakan untuk memotivasi seseorang. baik, sedangkan perpindahan kerja sukarela

Karyawan yang tidak puas namun memiliki yang tidak dapat dihindarkan dapat disebabkan

kinerja tinggi, ada kemungkinan akan mencari pekerjaan di tempat lain yang memberikan

176 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2011, Volume 8 - No. 2, hal 171 - 196

■ Unemployment ■ Rewards

■ Hilerarchical level

■ Age

■ Vacancy rates ■ Job content

■ Skill level

■ Tenure

■ Advertising levels ■ Supervisor

■ Status

■ Education

■ Recruiting levels ■ Work group

■ Professionalism

■ Interests

■ Word-of-mouth ■ Conditions

■ Personality

communication ■ Climate

■ Socio-economic

■ Family responsibility

■ Size

■ Aptitude

Job-related Labor-market perceptions

Individual values

perceptions

Expectations about Expectations about present job:

alternative job:

1 . Expectancies about 1 . Expectancies about future job outcomes

future job outcomes 2. Expectancy about

Satisfaction

2. Expectancy about keeping job

attaining alternative

Attractions-

Attraction-

expected utility

expected utility

of present job

of alternatives

■ Centrality of nonwork values ■ Beliefs about nonwork

Immediate vs. delayed consequences of quitting

grafications

■ Contractual constraints

Intentions to search,

intentions to quit

Impulsive behavior, specificity and time

Alternative forms of between measures withdrawal behavior

Turnover behavior

Sumber: Mobley, Griffeth, Hand, & Meglino (1979)

Gambar 1 Model Employee Turnover Process

30 Low performance )

Sumber: Spencer & Steers, 1981

Gambar 2 Hubungan Turnover Rates dan Satisfaction Levels untuk Low dan High Performers

Fitriany, Lindawati Gani, Sylvia Veronica Siregar, Arywarti Marganingsih, Viska Anggraita, Analisis... 177

gaji yang lebih tinggi. Untuk menahan lebih disenangi, demikian pula seorang agar karyawan yang berkinerja tinggi tidak

atasan auditor yang mampu menunjukkan dan meninggalkan pekerjaannya saat ini, biasanya

mengarahkan auditor dalam melaksanakan perusahaan akan menawarkan inducement

tugas dengan benar akan memberikan hasil berupa kenaikan gaji dan promosi. Inducement

kinerja sesuai yang diharapkan oleh organisasi ini dapat menghilangkan ketidakpuasan yang

(gaya kepemimpinan structure) yang pada kemudian akan mempengaruhi turnover

akhirnya akan berdampak pada kepuasan intention (keinginan berpindah kerja).

auditor atas kinerja yang dihasilkannya. Judge, Picollo, dan Ilies (2004); House,

Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Filley, dan Gujarati (1971); Osborn dan Hunt

terhadap Kepuasan Kerja Auditor

(1975) dan Lok dan Crawford (2004) menemu- Kepemimpinan adalah kemampuan untuk

kan bahwa gaya kepemimpinan consideration mempengaruhi sebuah kelompok dalam

memiliki hubungan yang kuat dengan mencapai suatu tujuan, baik secara formal

kepuasan kerja pegawai. Penelitian tersebut yang berarti ditunjuk oleh perusahaan yang

menemukan bahwa gaya kepemimpunan bersangkutan, maupun secara informal yaitu tidak

consideration mempunyai pengaruh yang lebih ditunjuk oleh perusahaan, tetapi mempunyai

besar terhadap kepuasan kerja dibandingkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain

dengan gaya kepemimpinan structure. (Robbins 2009). Kreitner dan Kinichi (2005)

Nurhayati (2007) juga mengungkapkan bahwa mengemukakan gaya kepemimpinan dalam 2

gaya kepemimpinan consideration memiliki dimensi:

pengaruh yang lebih besar daripada gaya

1. Gaya Konsiderasi (consideration style) yaitu kepemimpinan structure terhadap kepuasan gaya kepemimpinan yang menggambarkan

kerja. Berdasarkan argumentasi serta studi kedekatan hubungan antara atasan dan

literatur yang telah dipaparkan sebelumnya, bawahan, adanya rasa saling percaya,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai kekeluargaan, menghargai gagasan ba-

berikut:

wahan, dan adanya komunikasi antara

H 1 : Gaya kepemimpinan consideration

atasan dengan bawahan.

akan meningkatkan kepuasan kerja

2. Gaya Struktur Inisiatif (Initiating

auditor.

Structure) yaitu gaya kepemimpinan yang

H 2 : Gaya kepemimpinan structure akan

menunjukkan bahwa pemimpin yang dapat

meningkatkan kepuasan kerja

mengorganisasikan dan mendefinisikan

auditor.

hubungan dalam suatu kelompok, cenderung membangun pola dan saluran

Pengaruh Kompleksitas Audit terhadap

komunikasi yang jelas, serta menjelaskan

Kepuasan Kerja Auditor

cara mengerjakan tugas yang benar. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kerja adalah kompleksitas penugasan.

Seseorang yang menjalankan fungsi Menurut Libby dan Lipe (1992) dan Kennedy manajemen berkewajiban mempengaruhi

(1993), kompleksitas penugasan dapat karyawan bawahannya agar tetap melaksanakan

digunakan sebagai alat untuk meningkatkan tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap

kualitas kerja. Kompleksitas penugasan untuk organisasi, dan tetap merasa berkewajiban untuk

tingkatan tertentu dapat mempengaruhi usaha mencapai tujuan organisasi (Sedarmayanti

auditor. Beberapa penelitian menunjukkan 2007). Kedua gaya di atas dapat mempengaruhi

adanya pengaruh negatif dari kompleksitas produktivitas kerja auditor. Seorang atasan

audit terhadap mutu audit (Simnett dan auditor yang mampu menciptakan hubungan

Trotman 1986 dalam Tan et al. 2002; yang baik antara atasan dan bawahan (gaya

Restuningtias dan Indriantoro 2000). Hal ini kepemimpinan consideration) tentunya akan

178 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2011, Volume 8 - No. 2, hal 171 - 196

merupakan masalah yang seringkali dihadapi waktu yang dihadapi oleh profesional dalam auditor dimana dalam kompleksitas tugas yang

bidang pengauditan dapat menimbulkan tinggi mereka dituntut untuk menghasilkan

tingkat stress yang tinggi dan mempengaruhi laporan audit yang berkualitas.

sikap, niat, dan perilaku auditor (Dezoort Audit menjadi semakin kompleks di- 2002) serta mengurangi perhatian mereka sebabkan tingkat kesulitan dan variabilitas

terhadap aspek kualitatif dari indikasi salah saji tugas audit yang semakin tinggi. Menurut

yang menunjukkan potensial kecurangan atas Restuningdiah dan Indriantoro (2000),

pelaporan keuangan (Braun 2000). Easterbrook peningkatan kompleksitas dalam suatu

(1959) menunjukkan bahwa di bawah tekanan tugas atau sistem akan menurunkan waktu, perhatian akan lebih terfokus pada tugas

tingkat keberhasilan tugas itu. Peningkatan yang dominan seperti tugas pengumpulan kompleksitas penugasan dapat menyebabkan

bukti berkaitan dengan frekuensi dan jumlah akuntan berperilaku disfungsional sehingga

salah saji dan mengorbankan perhatian yang menyebabkan penurunan kualitas audit. Hal

diberikan pada tugas tambahan seperti tugas tersebut tentunya akan menurunkan kepuasan

yang memperhatikan aspek kualitatif atas auditor. Oleh karena itu, hipotesis yang

terjadinya salah saji yang menunjukkan terbentuk adalah:

potensial kecurangan pelaporan keuangan.

H 3 : Kompleksitas penugasan audit dapat

Berdasarkan pembahasan di atas, maka

menurunkan kepuasan kerja auditor.

dapat disimpulkan bahwa tekanan anggaran waktu dapat menyebabkan semakin banyak

Pengaruh Time Budget Pressure terhadap transaksi yang tidak diuji oleh auditor.

Di sisi lain tekanan anggaran waktu juga Dezoort (2002) mendefinisikan tekanan

Kepuasan Kerja Auditor

menyebabkan peningkatan stress dari auditor anggaran waktu (time budget pressure) sebagai

karena kinerjanya dibatasi. Kedua hal ini bentuk tekanan yang timbul dari keterbatasan

berdampak pada penurunan kepuasan kerja sumber daya untuk melaksanakan suatu

auditor. Maka dikemukakan hipotesis sebagai tugas. Tekanan anggaran waktu merupakan

berikut:

suatu keadaan dimana auditor dituntut untuk H 4 : Tekanan anggaran waktu menurunkan

melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu

kepuasan kerja auditor.

yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan

Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap

kaku (Sososutikno 2003). Tekanan anggaran

Kinerja Auditor

waktu merupakan faktor yang mempengaruhi William dan Hazer (1986) menyatakan kinerja seseorang (Ahituv dan Igbaria 1998).

bahwa kepuasan kerja merupakan orientasi McDaniel (1990) menjelaskan bahwa

afektif dari pekerja secara individual terhadap tekanan waktu adalah suatu pembatasan

pekerjaan dan karakteristiknya. Spector atas kinerja dan merupakan sumber stres.

(1997) menjelaskan bahwa kepuasan kerja Hal ini akan lebih memicu stres jika

berhubungan dengan kinerja sehingga seorang pekerjaan yang dilakukan kemungkinan

pekerja yang merasa puas seharusnya juga tidak dapat terselesaikan. Tekanan waktu

merupakan seorang pekerja yang produktif. yang menyebabkan stres akan berakibat pada

Seseorang yang senang atau puas dengan menurunnya efektivitas.

pekerjaannya akan lebih memiliki motivasi, Ada berbagai faktor yang mendorongnya

lebih giat, dan akhirnya memiliki kinerja yang munculnya tekanan anggaran waktu seperti

lebih baik. Robbins (2009) menemukan bahwa organisasi yang memiliki karyawan yang lebih

persaingan fee antara kantor akuntan puas cenderung lebih efektif dibandingkan

publik, pertimbangan kemampuan laba, dan organisasi yang memiliki karyawan yang

keterbatasan personil. Tekanan anggaran

kurang puas.

Fitriany, Lindawati Gani, Sylvia Veronica Siregar, Arywarti Marganingsih, Viska Anggraita, Analisis... 179

Penelitian Maryani dan Supomo (2001) kepuasan kerja berhubungan positif dengan juga menemukan bahwa kepuasan kerja

keinginan untuk berkarir jangka panjang mempunyai hubungan yang signifikan

sebagai auditor. Yang artinya semakin tinggi dengan kinerja individual. Larkin and

kepuasan kerja auditor, semakin rendah Schweikart (1986) meneliti berbagai faktor

keinginan untuk berpindah profesi. Özer dan yang berhubungan dengan kinerja auditor

Günlük (2010) juga menemukan hasil yang internal. Hasil penelitiannya menunjukkan

sejalan dimana adanya hubungan negatif antara bahwa kepuasan kerja dan motivasi individu

kepuasan kerja dan keinginan berpindah kerja adalah hal yang paling menentukan kinerja

auditor. Soedibyo (2010), meneliti pengaruh auditor. Semakin tinggi kepuasan kerja auditor,

job satisfaction terhadap turnover intention semakin tinggi pula kinerjanya. Penelitian

dengan melihat peran nutrient information dan mengenai hubungan kepuasan kerja dengan

information consciousness dalam memoderasi kinerja eksternal auditor masih jarang, namun

hubungan antara job satisfaction dan turnover karakteristik pekerjaan internal auditor dan

intention.

ekstenal auditor tidak jauh berbeda dimana Berdasarkan pembahasan tersebut, peneliti pada ekternal auditor, kepuasan kerja juga

menduga bahwa auditor yang memiliki akan meningkatkan kinerja.

kepuasan kerja akan loyal pada organisasi Berdasarkan berbagai penelitian di atas,

yang menaunginya, sehingga menurunkan penelitian ini akan melihat pengaruh kepuasan

keinginan untuk meninggalkan organisasinya kerja terhadap kinerja ekstenal auditor. Auditor

tersebut. Oleh karena itu, hipotesis yang yang memiliki kepuasan terhadap pekerjaannya,

terbentuk adalah:

akan lebih termotivasi, lebih giat dan produktif

H 6 : Kepuasan kerja menurunkan keinginan

dalam melakukan pekerjaannya sehingga

berpindah kerja auditor.

meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Pengaruh Kinerja terhadap Hubungan

H 5 : Kepuasan kerja meningkatkan kinerja antara Kepuasan Kerja dan Keinginan auditor.

Berpindah Auditor

Kinerja pegawai sebagai suatu ukuran Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap yang dapat digunakan untuk menetapkan

Keinginan Berpindah Kerja Auditor

perbandingan hasil pelaksanaan tugas, Kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya

tanggungjawab yang diberikan oleh organisasi mempunyai pengaruh terhadap keinginan

pada periode tertentu dan relatif dapat berpindah kerja. Karyawan dengan kepuasan

digunakan untuk mengukur prestasi kerja kerja yang rendah, kurang bahagia dan tidak

atau kinerja organisasi (Gibson et al. 1996). termotivasi dengan pekerjaannya, akan

Sedangkan keinginan berpindah merupakan meningkat keinginannya untuk berpindah

variabel yang berhubungan dan lebih banyak kerja. Tate, Whately dan Clugson (1997);

menerangkan perilaku turnover (Arnold dan Igbaria dan Guimaraes (1993); Natemeyer,

Feldman 1982; Mobley et al. 1979 dalam Burton dan Johnston (1995) serta Pasewark

Lekatompessy 2003).

dan Strawser (1996) menemukan bahwa Menurut Spector (2001) hubungan antara kepuasan kerja secara langsung berpengaruh

kepuasan kerja dan turnover dimoderasi negatif terhadap keinginan berpindah

oleh tingkat kinerja auditor. Auditor yang karyawan. Snead dan Harrell (1991) dan Özer

tidak puas (kepuasan kerjanya rendah) dan dan Günlük (2010) meneliti secara spesifik

dianggap memiliki prestasi yang rendah mengenai hubungan antara kepuasan kerja

(poor performers ) oleh atasannya, memiliki auditor dan keinginan berpindah kerja. Snead

tingkat turnover yang tinggi. Tapi sebaliknya, dan Harrell (1991) yang menemukan bahwa

karyawan yang memiliki kinerja tinggi (baik

180 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2011, Volume 8 - No. 2, hal 171 - 196

Gambar 3 Kerangka Penelitian

yang puas maupun yang tidak/kurang puas)

JOBS i = LEADER_C i + LEADER_

keinginan berpindah kerjanya akan lebih rendah

S i + COMPLEX i + TIME i +

karena mereka diberikan strong inducements

CHARACT i + GENDER i +

untuk tidak keluar dari tempat bekerjanya, EXPERIENC i + AGE i + LEVEL i misalnya dengan diberi kenaikan gaji dan

promosi. Inducement ini dapat menghilangkan Model 1

+e

i ......................

ketidakpuasan. Pada penelitian ini akan diteliti apakah tingkat keinginan berpindah kerja

Untuk menguji hipotesis 5 digunakan model auditor tergantung pada tingkat kinerja auditor,

penelitian sebagai berikut:

sehingga hipotesis yang terbentuk adalah:

H 7 : Tingkat kinerja auditor mem- PERFORM i = JOBS i + CHARACT i +

pengaruhi hubungan antara

GENDER i + EXPERIENC i

kepuasan kerja dan keinginannya

+ AGE i + LEVEL i

untuk berpindah kerja auditor.

+e

Model 2 i .....................

Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat Untuk menguji hipotesis 6 dan 7 digunakan

dilihat pada Gambar 3. model penelitian sebagai berikut:

TURNOVER INTENTION i = METODE PENELITIAN

JOBS i + JOBS*PERF i + CHARACT i + GENDER i +

Model Penelitian

EXPERIENC i + AGE i + LEVEL i Untuk menguji hipotesis 1 sampai 4 digunakan

model penelitian sebagai berikut: i ..................

+e

Model 3

Fitriany, Lindawati Gani, Sylvia Veronica Siregar, Arywarti Marganingsih, Viska Anggraita, Analisis... 181

Tabel 1 Operasionalisasi Variabel

No Variabel

Uraian

Diukur dengan kuesioner yang diadopsi dari JSS (Job satisfaction Survey) Paul 1 Kepuasan Kerja

E Spector (2001) yang terdiri dari 20 item pertanyaan mengenai 5 hal yaitu pay, (JOBS)

promotion, fringe benefit, co-worker, dan communication (K01-K04, C1-C4,SL1- SL4,PR1-PR4,B1-B4)

Gaya Diukur dengan instrumen yang dikembangkan Gibson (1996), terdiri dari 5 item 2 Kepemimpinan

pertanyaan mengenai gaya kepemimpinan consideration (P1-P5) dan 3 item untuk (LEADER)

gaya kepemimpinan structure (P6-P8).

3 Kompleksitas Kompleksitas tugas diadopsi dari kuesioner Prasita dan Adi (2007) yang terdiri dari 4

Tugas

pertanyaan (KT1-KT4).

(COMPLEX) Tekanan anggaran waktu digunakan untuk menentukan beban audit dan mengukur

4 Tekanan efektivitas kinerja auditor (Waggoner dan Cashell 1991). Tekanan anggaran waktu Anggaran Waktu

diukur dengan menggunakan variabel yang telah digunakan Prasita dan Adi (2007) (TIME)

dan Cook dan Kelley (1988) dalam Marganingsih (2009). Tekanan anggaran waktu diukur dengan pertanyaan T1-T4.

Performance auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang 5 Performance

telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Variabel kinerja auditor (PERFORM)

dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Kalbers dan Fogarty (1995). Kinerja diukur dengan pertanyaan KN1-KN4.

Keinginan berpindah kerja didefinisikan oleh Suwandi dan Indriantoro (1999) sebagai 6 Keinginan

keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif pekerjaan Berpindah Kerja

lain. Keinginan berpindah kerja diukur dengan instrumen dari Kalber dan Forgarty (TURNOVER

(1995) yang terdiri dari 11 item pertanyaan dengan 7 poin skala likert. Pada penelitian INTENTION)

ini, ketujuh pertanyaan tersebut dipilih yang sesuai dengan pekerjaan auditor dan kemudian dilakukan pre-test untuk menguji validitas dan reliabilitas sehingga

diperoleh 4 pertanyaan (KB1-KB4). Variabel ini adalah dummy, 1: karakteritik A, 0 : karakteristik B. Penelitian ini

7 Kepribadian menggunakan karakteristik kepribadian tipe A dan tipe B seperti yang digunakan (CHARACT)

oleh Rayburn and Rayburn (1996) dan Liyanarachchi (2007). Orang yang memiliki karakteristik A adalah orang yang lebih agresif, ambisius, kompetitif dan tidak sabar, stress, time urgency, cepat, dan berkomitmen dengan goal, dibandingkan dengan orang memiliki karakteristik B. Rayburn and Rayburn (1996) menunjukkan individu dengan karakteristik A lebih memiliki kepuasan kerja dan kinerja daripada individu dengan karakteristik B. Cara pengelompokan karakteristik adalah jawaban karakteristik pada tabel 9 nomor 2, 5, 11, 21, 24, 27 direverse. Lalu dijumlahkan dengan semua skor lainnya. Tipe A adalah orang yag skornya di atas rata-rata, tipe B adalah yang di bawah rata-rata. 8 1= 20-24 tahun; 2=25-29 tahun; 3=30-34 tahun; 4=35-39 tahun; 5 = lebih dari 40

Usia (AGE)

tahun

9 Jenis Kelamin

0 = Wanita; 1 = Pria

(GENDER) 10 Jabatan (LEVEL) 1 = Junior; 2 = Senior; 3 = Supervisor; 4 = Manajer

11 Pengalaman Pengalaman menjadi auditor diukur dengan jumlah tahun seseorang menjadi auditor.

(EXPERIENCE)

Definisi Operasional dan Pengukuran

6 diukur dengan skala likert 1-4, yaitu nilai

Variabel

1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = Definisi operasional variabel penelitian ini

setuju, 4 = sangat setuju (Sekaran 2000). Pada dapat dilihat pada Tabel 1. Variabel 1 sampai

penelitian ini tidak menggunakan 5 skala likert

182 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2011, Volume 8 - No. 2, hal 171 - 196

untuk menghindari responden yang memilih waktu ke waktu). Suatu variabel dikatakan jawaban nomor netral.

mempunyai validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel latennya apabila nilai t

Populasi dan Sampel Penelitian

muatan faktornya lebih besar dari nilai kritis Unit analisis dari penelitian ini adalah

> 1,96 atau >2 (Doll, Xia, dan Torkzadeh auditor dan konsultan yang bekerja di KAP.

1994), dan muatan faktor standarnya >0,50 Populasi penelitian adalah professional staff

(Igbaria et al. 1997). Pengujian reliabilitas yang bekerja di KAP baik sebagai auditor

dengan perhitungan construct reliability dan maupun konsultan. Menurut data Pusat

variance extracted (Hair et al. 1995). Jika hasil Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP)- perhitungan construct reliability lebih besar Depkeu, pada tahun 2008 jumlah KAP di

dari 0,7 dan variance extracted lebih besar dari Indonesia adalah 389 buah, partner 805 orang,

0,5, maka dapat dikatakan bahwa reliabilitas auditor 9.012 orang dan non auditor (konsultan)

construct sudah baik (Wijanto 2008). 987 orang. Sehingga total profesional staff adalah 9.999. Pada penelitian ini, KAP dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan jumlah

ANALISIS HASIL PENELITIAN

karyawan, KAP Besar jumlah karyawannya diatas 400 orang (ada 49 KAP), KAP

Menengah jumlah karyawannya 100-400 orang Statistik Deskriptif Sampel Kuesioner diedarkan kepada 46 KAP di

(ada 13 KAP), KAP Kecil adalah KAP yang jumlah karyawannya dibawah 100 orang (ada

Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan 327 KAP). Metode pemilihan sampel adalah

Medan. Total kuesioner yang disebarkan dengan metode convenience sampling. Peneliti

adalah 1.444 buah dan yang kembali berusaha agar diperoleh data dengan jumlah

sebanyak 1.216 buah. Dari jumlah tersebut yang seimbang antara KAP Besar, Menengah

ada 58 kuesioner yang tidak memenuhi syarat dan Kecil.

sehingga yang diolah adalah 1.178 kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan

Gambaran lengkap profil responden pada metode survei melalui kuesioner yang

KAP Kecil, Menengah dan Besar dapat dilihat dikirimkan kepada responden sejak 28

pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat Februari 2010 sampai 20 April 2010. Sebelum

disimpulkan bahwa sebagian besar responden dikirimkan kepada responden, dilakukan pre- berpendidikan S1. Auditor Junior dan senior, test terlebih dahulu. Kuesioner dikirimkan

berada pada kelompok umur 20-24 dan 25-29 kepada responden dengan cara: (1) Disebarkan

tahun, pengalaman kerja kurang dari 2 tahun pada waktu responden kuliah di PPAk dan

dan antara 2.1–5 tahun. Jumlah wanita dan mengikuti seminar yang diadakan oleh tim

pria hampir sama. Pada kelompok usia 20- peneliti bekerjasama dengan (IAPI) dan

24 tahun wanita lebih banyak daripada pria, MAKSI-PPAk UI; (2) On Line Survey; (3)

namun ketika usia 30 tahun ke atas, pria lebih Dikirim ke KAP.

banyak daripada wanita.

Metode Analisis Data Tahapan dan Hasil Pengujian SEM Data yang berasal dari kuesioner di- (Structural Equation Modeling)

olah dengan software Linear Structural Pengujian SEM pada penelitian ini RELationship (LISREL) 8.72 full version.

menggunakan Maximum Likelihood Estimate Dilakukan uji validitas (untuk mengetahui

(MLE) dengan menggunakan pendekatan dua valid tidaknya suatu pernyataan) dan

langkah (Anderson dan Gerbing 1988 dalam reliablilitas (untuk mengetahui sejauh

Wijanto 2008). Hasil pengujian validitas dan mana hasil pengukuran tetap konsisten dari

reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4

Fitriany, Lindawati Gani, Sylvia Veronica Siregar, Arywarti Marganingsih, Viska Anggraita, Analisis... 183

Tabel 2 Data Demografi Responden

pada lampiran. Dari kombinasi berbagai ukuran

Analisis Hasil Pengujian

kecocokan tersebut, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa kecocokan keseluruhan Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap

Kepuasan Kerja

model baik pada KAP Kecil, KAP Menengah, maupun KAP Besar adalah baik (lihat Tabel 5).

Hasil pengujian pada Tabel 6 menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan konsideran

(atasan yang bersikap ramah, saling Model Persamaan struktural pada penelitian ini

Analisis Model Struktural

percaya, menghargai bawahan, terbuka dan ada 3 untuk masing masing jenis KAP (KAP

menyenangkan) berpengaruh signifikan positif Besar, Menengah dan Kecil). Path diagram

terhadap kepuasan kerja staf akuntan publik di dapat dilihat pada Gambar 4 sampai 6 pada

KAP Kecil dan Besar, tapi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja staf akuntan

lampiran. Hasil pengujian model 1 sampai publik di KAP Menengah. Sedangkan gaya

model 3 untuk KAP Kecil, Menengah dan kepemimpinan structure (atasan yang mampu Besar dapat dilihat pada Tabel 6 sampai 8. berkomunikasi dengan bawahan secara jelas

184 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2011, Volume 8 - No. 2, hal 171 - 196

Tabel 5 Hasil Uji Kecocokan Seluruh Model

KAP KECIL

KAP MENENGAH

KAP BESAR

Ukuran GOF Target – Tingkat

Hasil Estimasi Tingkat Kecocokan

Hasil Estimasi

Tingkat

Hasil Estimasi

Tingkat

Model Kecocokan Chi-Square

Kurang Baik 2018,39 Kurang Baik P

Nilai yang kecil

Kurang Baik 2019.27

(P = 0.0) NCP

923,70 Baik Interval

Nilai yang kecil

Interval yang sempit

0,055 Baik ECVI

M* = 7,27 Baik dekat dengan ECVI

Nilai yang kecil dan

S* = 7,35 saturated

S* = 6,27

S* = 4,62

I* = 218,92 AIC

I* = 214,08

I* = 191,70

Nilai yang kecil dan

M* = 2325,70 Baik dekat dengan AIC Saturated

I* = 70055,61 CAIC

I* = 87132,47

I* = 85881,76

Nilai yang kecil dan

M* = 3404,04 Baik dekat dengan CAIC

S* = 7963,21 saturated

S* = 8939,37

S* = 7355,77

I* = 70284,64 NFI

I* = 87383,04

I* = 86111,57

0.97 Baik NNFI

0.98 Baik CFI

0,98 Baik IFI

0,98 Baik RFI

0,97 Baik CN

168,16 Kurang Baik RMR

Kurang Baik 0,05 GFI

Standardized RMR <

Kurang Baik 0.072

Kurang Baik 0.1

GFI > 0,90

0.81 Cukup Baik

0.84 Cukup Baik

0.8 Cukup Baik

(Marginal Fit) AGFI

(Marginal Fit)

(Marginal Fit)

Kurang Baik 0,76 Kurang Baik * M = Model ; S = Saturated ; I = Independence

AGFI > 0,90

Kurang Baik 0,79

Tabel 6 Hasil Pengujian Model 1

KAP BESAR Hipotesis

KAP KECIL

KAP MENENGAH

Path

Estimasi Nilai t Kesimpulan H1 LEADER_C => JOBS

Estimasi Nilai t

Kesimpulan

Estimasi Nilai t

Kesimpulan

6,67 Signifikan H2 LEADER_S => JOBS

Tidak Signifikan

4,15 Signifikan H3 COMPLEX => JOBS

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

-1,61 Tidak Signifikan H4 TIME => JOBS

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

-0,39 Tidak Signifikan CHARAC => JOBS

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

-1,42 Tidak Signifikan GENDER => JOBS

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

0,66 Tidak Signifikan EXPERIEN => JOBS

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

-2,14 Signifikan AGE => JOBS

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

-0,90 Tidak Signifikan LEVEL => JOBS

-0,0014 -0,010

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

2,56 Signifikan

Tabel 7 Hasil Pengujian Model 2

KAP KECIL

KAP MENENGAH

KAP BESAR

Hipotesis Path

Estimasi

Nilai t

Kesimpulan

Estimasi Nilai t Kesimpulan

Estimasi Nilai t Kesimpulan

0,31 4,47 Signifikan CHARAC => PERFORM

H5 JOBS => PERFORM

0,074 1,64 Tidak Signifikan GENDER => PERFORM

Tidak Signifikan

0,76 Tidak Signifikan

0,16 3,15 Signifikan EXPERIEN => PERFORM

Tidak Signifikan

0,35 Tidak Signifikan

0,075 1,05 Tidak Signifikan AGE => PERFORM

Tidak Signifikan

0,93 Tidak Signifikan

-0,071 -0,94 Tidak Signifikan LEVEL => PERFORM

Tidak Signifikan

-0,76 Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

-2,04 Signifikan

0,042 0,66 Tidak Signifikan

Fitriany, Lindawati Gani, Sylvia Veronica Siregar, Arywarti Marganingsih, Viska Anggraita, Analisis... 185

Tabel 8 Hasil Pengujian Model 3

KAP KECIL

KAP MENENGAH

KAP BESAR

Hipotesis Path

Estimasi

Nilai t Kesimpulan

Estimasi Nilai t Kesimpulan

Estimasi Nilai t Kesimpulan

-5,82 Signifikan H7 JOBSPERF => TI

H6 JOBS => TI

-0,59 Tidak Signifikan CHARAC => TI

0,84 Tidak Signifikan GENDER => TI

-0,76 Tidak Signifikan EXPERIEN => TI

Tidak Signifikan

1,45 Tidak Signifikan

-2,99 Signifikan (negatif) AGE => TI

-1,44 Tidak Signifikan

-0,90 Tidak Signifikan LEVEL => TI

Tidak Signifikan

-0,0045 -0,036 Tidak Signifikan

dan efektif, mampu memberi arahan dalam ( structure). Hal ini berhubungan dengan skala mengerjakan tugas dengan benar, dan fokus kantor yang sangat besar. Temuan ini sesuai pada tujuan) berpengaruh signifikan positif

dengan penelitian dari Nurhayati (2007). terhadap kepuasan kerja staf akuntan publik di

Hasil ini menunjukkan bahwa KAP perlu KAP Besar, tapi tidak berpengaruh signifikan

memperhatikan gaya kepemimpinan yang terhadap kepuasan kerja staf akuntan publik di

cocok, untuk itu perlu dipertimbangkan adanya KAP Menengah dan Kecil.

pelatihan kepemimpinan bagi pemimpin KAP Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

agar dapat meningkatkan kepuasan kerja pada KAP kecil, yang mempengaruhi

auditor sehingga dapat meningkatkan kualitas tingkat kepuasan kerja auditor hanya gaya

audit.

kepemimpinan consideration, sedangkan gaya kepemimpinan structure tidak berpengaruh.

Pengaruh Kompleksitas Tugas dan Time

Hal tersebut mungkin disebabkan ukuran KAP

Budget Pressure terhadap Kepuasan Kerja

Kecil tidak terlalu besar, maka tidak terlalu Pada semua jenis KAP, kompleksitas diperlukan gaya kepemimpinan structure. Pada tugas dan time budget pressure terbukti tidak KAP Menengah, kedua gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan kerja (lihat tidak mem pengaruhi tingkat kepuasan kerja Tabel 6). Hasil ini bertentangan dengan auditor. Hal ini mungkin disebabkan karena hasil penelitian McDaniel (1990). Hal ini

KAP yang tergolong Menengah sangat heterogen sehingga belum dapat disimpulkan kemungkinan karena beda konteks negara

dan para auditor sudah menyadari bahwa tipe kepemimpinan yang memberi kepuasan

kompleksitas tugas dan anggaran waktu audit pada KAP Menengah. Sedangkan pada KAP yang ketat sudah menjadi nature dari pekerjaan Besar, gaya kepemimpinan konsideran dan audit sehingga hal ini tidak mempengaruhi gaya kepemimpinan structure berpengaruh tingkat kepuasan kerjanya. Hal ini menun- terhadap kepuasan auditor, namun gaya jukkan bahwa para auditor yang bekerja kepemimpinan consideration memiliki di KAP memang bertujuan untuk mencari pengaruh yang lebih besar dibandingkan gaya pengalaman dan ilmu pengetahuan sehingga kepemimpinan structure. Berarti di KAP Besar, mereka bersedia melakukan pekerjaaan yang selain dibutuhkan jenis gaya kepemimpinan kompleks dan waktu kerja yang penuh dengan yang ramah, terbuka, menyenangkan dan peduli terhadap bawahan (consideration), tekanan.

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian juga diperlukan kepemimpinan yang mampu besar variabel kontrol (karakteristik, gender, berkomunikasi dengan bawahan secara jelas pengalaman, umur, level) tidak berpengaruh dan efektif serta memberi arahan yang benar signifikan pada model ini, kecuali pengalaman

186 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2011, Volume 8 - No. 2, hal 171 - 196