EFEKTIVITAS PEMBAHARUAN KURIKULUM MENTORING AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2015-2016

kehadiran Islam merupakan revolusi
yang berperan secara segnifikan
dalam sejarah kehidupan manusia.
Islam telah menjadi penanda
perubahan, bukan hanya dalam
tatanan teologi melainkan juga dalam
sosial dan ekonomi. Tujuan dasarnya
adalah persaudaraan yang universal,
kesetaraan dan keadilan sosial.25
Mari kita lihat pebedaan
pengajaran
yang
dilaksanakan
Nabi pada saat di Mekah dan
Madinah.Mahmud Yunus dalam
bukunya Sejarah Pendidikan Islam,
menyatakan
bahwa
pembinaan
pendidikan Islam pada masa Makkah
meliputi:26

1. Pendidikan Keagamaan. Yaitu
hendaklah membaca dengan
nama Allah semata jangan
dipersekutukan dengan nama
berhala.
2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah.
Yaitu mempelajari kejadian
manusiadari segumpal darah dan
kejadian alam semesta.
3. Pendidikan Akhlak dan Budi
pekerti. Yaitu Nabi Muhammad
SAW
mengajarkan
kepada
sahabatnya agar berakhlak baik
sesuai dengan ajaran tauhid.
4. Pendidikan
Jasmani
atau
Kesehatan. Yaitu mementingkan

kebersihan pakaian, badan dan
tempat kediaman.
Secara
lebih
sederhana,
24

pendidikan Islam yang dilakukan
Rasulullah di Makkah yang bertujuan
untuk membina pribadi muslim agar
menjadi kader yang berjiwa kuat dan
dipersiapkan menjadi masyarakat
Islam, mubaligh dan pendidik
yang baik. Sesuai karakteristik
perkembangan pendidikan Islam,
maka tahapan pendidikan Islam
periode Makkah terbagi menjadi :
1. Tahapan sembunyi
Dengan diturunkannya wahyu
pertama,

Rasulullah
mulai
membimbing dan mendidik
umatnya.
Pada
awalnya
beliau
melakukan
dengan
cara diam-diam dilingkungan
sendiri diantara orang-orang
terdekatnya. Rumah Al- Arqam
bin Abil Arqam menjadi lembaga
pendidikan Islam pertama sebagai
tempat pertemuan Rasulullah
SAW dengan sahabat-sahabat dan
pengikut-pengikutnya. Disanalah
Rasulullah SAW mengajarkan
dasar-dasar atau pokok-pokok
Agama Islam dan membacakan

wahyu-wahyu (ayat-ayat) AlQur’an.
2. Tahapan terang terangan
Setelah sekitar 3 tahun kemudian
turun wahyu agar Rasulullah
SAW berdakwah secara terangterangan. Firman Allah SWT:
Maka sampaikan olehmu secara
terang-terangan segala apa yang

Ibid.
Ibid. Hlm.77-78.
26
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Hidakarya Agung, 1992), hlm 211.

25

60 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 50-65

diperintahkan(kepadamu)
dan
berpalinglah dari orang musyrik

(QS. Al-Hijr : 94)
Perintah dakwah terang-terangan
ini seiring dengan semakin
bertambah banyaknya jumlah
sabahat Nabi SAW serta untuk
meningkatkan jangkauan seruan
dakwah. Banyak tantangan dan
penderitaan yang diterima Nabi
dan sahabat-sahabatnya dari
kaum quraisy, namun hal itu tidak
menggoyahkan semangat untuk
terus mempelajari ajaran Islam
dan terus berdakwah.
3. Tahapan seruan umum
Kemudian Rasulullah SAW
merubah
strategi
dakwah
dengan seruan umum, umat
manusia secara keseluruhan.

Hal ini dilakukan pada musimmusim haji, ketika banyak kaum
diluar Makkah berdatangan
untuk melaksanakan haji. Pada
tahapan ini berkat semangat yang
tinggi dari para sahabat dalam
mendakwahkan ajaran Islam,
maka seluruh penduduk Yatsrib
masuk Islam kecuali orang-orang
Yahudi.
Pendidikan di Madinah adalah
sebagai pendidikan permulaan dan
pengemabangan yang dilaksanakan
sedikit lebih maju dan berkembang
dibandingkan pendidikan di Makkah.
Evaluasi dan pemberian ijazah
sebagaimana yang dikenal pada

saat ini belum ada di Madinah saat
itu. Namun kepada sahabat yang
dinyatakan sudah menguasai materi

pelajaran di berikan oleh Nabi
Muhammad SAW, diberikan hak
untuk mengajar di berbagai wilayah
kekuasaan Islam.27
Berbeda dengan periode di
Makkah, pada periode Madinah
Islam merupakan kekuatan politik.
Ajaran Islam yang berkenaan dengan
kehidupan masyarakat banyak turun
di Madinah. Nabi Muhammad juga
mempunyai kedudukan, bukan saja
sebagai kepala agama, tetapi juga
sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan pembinaan
dan pengajaran pendidikan agama
Islam di Madinah adalah sebagai
berikut:
1. Pembentukan dan pembinaan
masyarakat
baru,

menuju
satu
kesatuan
sosial
dan
politikNabi Muhammad SAW
mulai meletakkan dasar-dasar
terbentuknya masyarakat yang
bersatu padu secara intern (ke
dalam), dan ke luar diakui dan
disegani oleh masyarakat lainnya
(sebagai satu kesatuan politik).
Dasar-dasar tersebut adalah:
a. Nabi Muhammad saw
mengikis
habis
sisasisa
permusuhan
dan
pertentangan antar suku,

dengan jalan mengikat tali
persaudaraan
di-antara
mereka. nabi memper-

27 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam , (Jakarta: Media Kencana Group, 2011), hlm, 89-101.
Kontekstualisasi Hijrah Sebagai Titik...(Muhammad Taufik Ismail dan Zaenal Abidin) 61

b.

c.

d.

saudarakan dua-dua orang,
mula-mula diantara sesama
Muhajirin,
kemudian
diantara Muhajirin dan
Anshar. Dengan lahirnya

persaudaraan itu bertambah
kokohlah persatuan kaum
muslimin.
Untuk
memenuhi
kebutuhan sehari-hari, Nabi
Muhammad menganjurkan
kepada kaum Muhajirin
untuk berusaha dan bekerja
sesuai dengan kemampuan
dan pekerjaan masingmasing seperti waktu di
Makkah.
Untuk menjalin kerjasama
dan saling menolong dlam
rangka membentuk tata
kehidupan masyarakat yang
adil dan makmur, turunlah
syari’at zakat dan puasa,
yang merupakan pendidikan
bagi warga masyarakat

dalam tanggung jawab
sosial, baik secara materil
maupun moral.
Suatu
kebijaksanaan
yang
sangat
efektif
dalam pembinaan dan
pengembangan masyarakat
baru di Madinah, adalah
disyari’atkannya
media
komunikasi
berdasarkan
wahyu,
yaitu
shalat
juma’t yang dilaksanakan
secara berjama’ah dan

62 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 50-65

adzan.
Dengan
sholat
jum’at tersebut hampir
seluruh warga masyarakat
berkumpul untuk secara
langsung
mendengar
khutbah
dari
Nabi
Muhammad SAW dan
shalat jama’ah jum’at
Rasa harga diri dan kebanggaan
sosial tersebut lebih mendalam
lagi setelah Nabi Muhammad
SAW menapat wahyu dari Allah
untuk memindahkan kiblat dalam
shalat dari Baitul Maqdis ke
Baitul Haram Makkah, karena
dengan demikian mereka merasa
sebagai umat yang memiliki
identitas.
Setelah selesai Nabi Muhammad
mempersatukan kaum muslimin,
sehingga menjadi bersaudara,
lalu Nabi mengadakan perjanjian
dengan kaum Yahudi, penduduk
Madinah. Dalam perjanjian
itu ditegaskan, bahwa kaum
Yahudi bersahabat dengan kaum
muslimin, tolong- menolong
, bantu-membantu, terutama
bila
ada
seranga
musuh
terhadap
Madinah.
Mereka
harus memperhatikan negri
bersama-sama kaum Muslimin,
disamping itu kaum Yahudi
merdeka memeluk agamanya
dan bebas beribadat menurut
kepercayaannya. Inilah salah satu
perjanjian persahabatan yang

dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW.
2. Pendidikan sosial politik dan
kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan
kewarnegaraan Islam pada
masa itu adalah pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam
konstitusi Madinah, yang dalam
prakteknya diperinci lebih lanjut
dan di sempurnakan dengan
ayat-ayat yang turun selama
periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar
secara berangsur-angsur, pokokpokok pikiran konstitusi Madinah
diakui dan berlaku bukan hanya
di Madinah saja, tetapi luas,
baik dalam kehidupan bangsa
Arab maupun dalam kehidupan
bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Perbedaan ciri pokok pendidikan
Islam periode makkah dan
madinah
3. Ciri Pokok Periode Makkah
Pokok pembinaan pendidikan
Islam di kota Makkah adalah
pendidikan tauhid, titik beratnya
adalah menanamkan nilai-nilai
tauhid ke dalam jiwa setiap
individu muslim, agar jiwa
mereka terpancar sinar tauhid dan
tercermin dalam perbuatan dan
tingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari.

4.

Ciri Pokok Periode Madinah
Pokok pembinaan pendidikan
Islam di kota Madinah dapat
dikatakan sebagai pendidikan
sosial dan politik. Yang
merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Makkah,
yaitu pembinaan di bidang
pendidikan sosial dan politik agar
dijiwai oleh ajaran, merupakan
cermin dan pantulan sinar tauhid
tersebut.28 Pada periode Madinah
adalah
disamping
seperti
periode Makkah juga terdapat
perkembangan yaitu:
a. Perinsip pendidikan kesehatan (jasmani)
b. Perinsip pendidikan sosial
c. Perinsip pendidikan politik
dan pemerintah

Mengindentifikasikan kurikulum
pendidikan pada zaman Rasulullah
terasa sulit, sebab Rasul mengajar
pada sekolah kehidupan yang
luas tanpa di batasi dinding kelas.
Rasulullah memanfaatkan berbagai
kesempatan
yang
mengandung
nilai-nilai pendidikan dan rasulullah
menyampaikan ajarannya dimana
saja seperti di rumah, di masjid, di
jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Ada beberapa pendapat tentang
hakikat manusia. Satu di antarany
aialah yang diajukan Al-Syaibani
yang mengatakan bahwa manusia

28 Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik,
(Bandung : Angkasa, 2003), hlm, 135-136.
Kontekstualisasi Hijrah Sebagai Titik...(Muhammad Taufik Ismail dan Zaenal Abidin) 63

itu terdiri atas tiga unsur yang sama
pentingnya, yaitu jasmani, akal, dan
ruhani. Jasmani, akal, dan ruhani itu
membangun manusia laksana sisisisi sebuah segitiga sama kaki, AlSyaibani juga mengatakan bahwa
pendidikan harus mengembangkan
jasmani, akal, dan ruhani manusia
secara seimbang dan terintegrasi.
Yang terpenting dari Al Syaibani ialah
bahwa hakikat manusia ialah jasmani,
akal, ruhani. Pemikiran tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Berdasarkan
pendapat
itu
pendidikan haruslah terarah membina
tiga unsur itu secara proporsional
Bila itu dilakukan maka hanya ada
dua kemungkian, yaitu (1) kita
berhasil mengembangkan ketiganya
secara
proporsional;
(2)
kita
gagal mengembangkannya secara
proparsional.29
Kita ambil yang terbaik: kita
mampu mengembangkan. jasmani,
akal, dan ruhani itu secara propersional.
Kesulitannya ialah bagaimana kita
tahu bahwa perkembangan ketiga
unsure itu sudah proporsional.
Mungkin
perkembangan
yang
proporsional itu ialah bila ketiga
unsure itu sudah terintegrasi. Ciri
terintegrasi dalam hal ini bila setiap
tindakan telah melalui pertimbangan
ketiga unsure itu; setiap tindakan
telah di-”iya”-kan oleh ketiga unsure
itu. Kesulitan lain ialah kita tidak tahu
unsur yang mana dari ketiganya itu
29

yang berfungsi sebagai pengintegrasi
ketiganya, apakah jasmani, akal,
atau ruhani, atau ada unsure ata
uinstansi lain dalam manusia yang
bertugas mengintegrasikan ketiga
unsure tersebut? Jawaban terhadap
pertanyaan inilah agaknya yang
merupakan inti manusia.30
Dari pemaparan diatas dapat
kita ambil sebuah pelajaran bahwa
jelas hijrah menjadi sebuah titik
tolak perubahan baik dari psikologis
umat Islam dan sosiologisnya. Oleh
karenanya umat Islam yang sekarang
hidup dalam zaman modern harus
mampu memaknai hijrah tidak hanya
perpindahan secara raga saja tapi
juga secara utuh berpindah untuk
menjadi manusia yang seutuhnya.
Karena tujuan pendidikan adalah
memanusiakan manusia.
Kesimpulan
Hijrah adalah sebuah perpindahan
dan sebagai titik tolak perubahan
umat Islam menuju kebangkitan Islam
sebagai acuan bagi dunia pendidikan
untuk mengambil ibrah dari peristiwa
itu, untuk mau bangkit dari semua
kejumutan dan membangun civil
societyyaitu masyarakat yang madani.
Jelas terdapat perbedaan sebelum dan
sesudah hijrah oleh karenanya dunia
pendidikan Islam harus membuka
pikiran dan mampu menyesuaikan diri
dengan berbagai macam lingkungan
yang senantiasa berkembang.

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, hlm 26.
Ibid, hlm 26-27.

30

64 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 50-65

Merumuskan sistem ataupun
kurikulum seperti apa yang digunakan
Rasulullah pada saat itu tentu
sangatlah sulit, karena pengajaran
yang dilaksnakan Nabi tidak mengenal
waktu, tempat, tanpa dibatasi apapun.

Karena segala sesuatu yang ada pada
Nabi Muhammad adalah contoh bagi
semua umat manusia yang diutus
untuk menyempurnakan akhlak
manusia. Guna melahirkan manusia
yang sesungguhnya.

Daftar Pustaka
Arief, A. (2003). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga
Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Angkasa.
Darmaningtyas. (2004). Pendidikan yang Memiskinkan. Yogyakarta: Galang
Pres.
Ghazali, A. M. (2009). Argumen Pluralisme Agama. Depok: Kata Kita.
Harahap, S. (1999). Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Hart, M. H. (2009). 100 Orang Paling Berpengaru Di Dunia Sepanjang
Sejarah. Jakarta: Hikmah.
Iqbal, A. M. (2015). Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lings, M. (2013). Muhammad. Jakarta: Serambi.
Nata, A. (2011). Sejarah Pendidikan Islam. Jakara: Media Kencana Group.
Raman, F. (1984). Islam. Bandung: Pustaka.
Syari’ati, A. (1996). Rasullulah saw. Bandung: Pustaka Hidayah.
Tafsir, A. (2014). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Rosda.
Yunus, M. (1992). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Hikayat Agung.

Kontekstualisasi Hijrah Sebagai Titik...(Muhammad Taufik Ismail dan Zaenal Abidin) 65

EFEKTIVITAS PEMBAHARUAN KURIKULUM
MENTORING AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2015-2016
Erni Sari Dwi Devi Lubis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing: Ma’arif Jamuin, Email: mjamuin500@ums.ac.id

ABSTRAK
Perlunya mendesain ulang Kurikulum Mentoring al-Islam dan
Kemuhammadiyahan di Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal
ini berdasarkan hasil uji kemampuan mahasiswa dalam menulis
dan membaca al-Quran. Pada bulan Agustus, 7.000 mahasiswa
pada tahun ajaran 2015-2016 mengikuti ujian, hanya 50% yang
lulus. Tes lainnya dilakukan pada tahun ajaran 2014-2015, dari
6.000 mahasiswa mengikuti ujian, dan mendapat hasil yang sama.
Pada bulan Desember 2014, Lembaga Pengembangan al-Islam dan
Kemuhammadiyahan (LPIK-UMS) mencoba melakukan tes ulang
terhadap siswa yang sama, namun hasilnya tetap, walaupun mereka
sudah selesai mengikuti pendampingan.
Sebagai Universitas Muhammadiyah yang memiliki misi untuk
menjadikan Alquran sebagai landasan prilaku mahasiswa, UMS ingin
memiliki alumni yang berkualifikasi yang menerapkan nilai-nilai
Islam dan berakhlakul Alquran. Misi ini harus sepenuhnya dibawah
tanggungjawab program LPIK.
Berdasarkan temuan fakta pada penelitian, kami menemukan
bahwa Kurikulum Pendataan Mentoring pada kegiatan al-Islam
dan Kemuhammadiyahan berfokus pada (1) materi pelajaran; (2)
Mahasiswa sebagai objek; (3) Kompetensi Mentor; (4) Jadwal
Mentoring; dan (5) Evaluasi Pembelajaran.
Hasil penelitian, dibandingkan dengan kurikulum lama, desain ulang
Kurikulum Mentoring lebih efektif untuk memberantas buta tulis alQuran terhadap mahasiswa UMS.
Kata Kunci: efektifitas, desain ulang, kurikulum, pendampingan

66 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 66-81

Pendahuluan
Berdasarkan hasil nilai tes Baca
Tulis al-Qur’an yang dilaksanakan
pada 28-29 Agustus 2015, dari 7000
mahasiswa angkatan 2015/2016 yang
mengikuti tes BTA diperoleh hasil
50% tidak lulus BTA. Dan dari hasil
tes BTA angkatan 2014/2015 dari
6000 mahasiswa dinyatakan 50 %
tidak lulus BTA. Ketika pada bulan
Desember 2014 mengulang tes BTA
masih ada beberapa mahasiswa yang
belum lulus juga meskipun sudah
dinyatakan lulus mentoring. Sebagai
perguruan tinggi yang mengemban
misi ke-Islaman dan bertujuan
menghasilkan lulusan berkualitas
yang mengamalkan nilai-nilai Islam
dengan akhlak qur’ani Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS)
merasa belum mampu memenuhi
harapan untuk terwujudnya kampus
yang Islami tersebut. Dengan
demikian,
diharapkan
melalui
pembaharuan program Mentoring
Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
(AIK) Universitas Muhammadiyah
Surakarta mampu mencetak generasi
Qur’ani dengan cara memberantas
buta huruf al-Qur’an1.
Mentoring AIK yaitu salah
satu
strategi
pembinaan
dan
pendampingan ke-Islaman bagi
mahasiswa UMS melalui halaqahhalaqah
(kelompok-kelompok)
kecil secara terencana, terarah, dan
bertanggungjawab guna mengkaji

keislaman dan kemuhammadiyahan
untuk mencetak generasi qur’ani,
mengembangkan potensi dan fitrah
keagamaan serta mengentaskan
mahasiswa dari kebutaan membaca
al Qur’an2. Program mentoring ini
diselenggarakan dalam kerangka
mengembangkan potensi dan fitrah
keagamaan mahasiswa UMS, sebagai
tanggung jawab moral dan komitmen
untuk mewujudkan kampus yang
berwacana keilmuan dan ke-Islaman.
Pembaharuan yang digagas
terdapat pada tujuan khusus mentoring
AIK yaitu memberantas buta huruf
al-Qur’an di kalangan mahasiswa
UMS melalui kelas tahsin, tahfid,
dan baca tulis al-Qur’an. Gagasan ini
telah berjalan setengah periode (satu
semester). Pembaharuan ini diadakan
sebagaimana
visi
Universitas
Muhammadiyah
Surakartayaitu
menjadi pusat pendidikan Islam dan
pengembangan iptek yang Islami dan
memberi arah perubahan.
Melalui pembaharuan inilah
diharapkan mahasiswa a) dapat
membaca al-Qur’an dengan baik
dan benar, b) dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilainilai Islam dalam kehidupan seharihari, c) terwujudnya mahasiswa yang
memiliki pemahaman Islam secara
kaffah dan, d) tersedianya kaderkader yang berakhlakul karimah
untuk mengemban amanah dakwah
di lingkungan kampus, masyarakat,

1

Wawancara dengan Abu Bakri Royani selaku Kasi Mentoring AIK pada tanggal 14 Januari 2016.
Rosyadi, Imron, dkk. 2013. BerISLAM Menuju Kesalehan Individual dan Sosial. Surakarta: LPIK
(Lembaga Pengembangan Al Islam dan Kemuhammadiyahan).Pendahuluan hal.i.
2

Efektivitas Pembaharuan Kurikulum...(Erni Sari Dwi Devi Lubis) 67

bangsa, dan Negara. Sehingga bisa
mengantarkan mahasiswa menjadi
generasi qur’ani, yakni generasi
yang sesuai dengan Qur’an Surah Al
Mukminun: 1-11.
Dari latar belakang masalah di
atas penulis merumuskan masalahnya
sebagai berikut. Unsur kurikulum apa
saja yang diperbaharui Mentoring
Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
Universitas Muhammadiyah Surakarta? Efektif yang mana antara
kurikulum lama dan kurikulum baru?
Tujuan penelitian ini secara
akademis
untuk
mengetahui
efektivitas pelaksanaan pembaharuan
kurikulum mentoring AIK di UMS.
Sedangkan secara praksis sebagai
bahan
rekonstruksi
Lembaga
Pengembangan
Al-Islam
dan
Kemuhammadiyahan (LPIK) UMS
dalam melaksanakan pembaharuan
kurikulum mentoring AIK.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif yakni penelitian
yang menghasilkan data berupa
deskripsi mengenai pembaharuan
kurikulum mentoring AIK di UMS.
Adapun
metode
pengumpulan
data yang pertama, observasi
dilakukan untuk memperoleh data
tentang apa yang dilakukan mentor,
peserta didik, dan penyelenggara
LPIK tentang pengembangan dan

pengamalan mentoring AIK secara
langsung. Kedua, pustaka untuk
memperoleh data yang mendukung
dalam menganalisis data dan
proses penyelenggaraan mentoring
AIK. Ketiga, wawancara untuk
memperoleh
data
pelaksanaan
mentoring AIK melalui diskusi
individual dan kelompok (focus group
discussion) kepada mentor, peserta
mentor, dan penyelenggara LPIK.
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode komparasi data.
Dalam penelitian ini yang dimaksud
yaitu membandingkan kurikulum
mentoring lama dengan kurikulum
baru.
Hasil dan Pembahasan
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia efektivitas berasal dari kata
efektif yang berarti ada akibatnya,
ada pengaruhnya, dan ada kesannya.
Jika dikaitkan dengan suatu usaha
dan tindakan maka diartikan suatu
usaha yang dapat membawa hasil3.
Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
kata efektivitas digunakan untuk
pemantauan suatu proyek4.
Pembaharuan dalam bahasa
arab berarti tajdid yakni proses
memperbaharui
sesuatu
yang
dipandang usang atau rusak. Adapun
secara istilahi menurut Imam AlSyatibi yaitu menghidupkan ajaran

3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1989.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Cetakan kedua.
Jakarta. Balai Pustaka. Hal. 219.
4
Departemen Pendidikan Nasional. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi keempat cetakan ke 8. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.Hal. 352.

68 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 66-81

Qur’an dan Sunnah yang telah
banyak
ditinggalkan
umatnya,
dan memurnikan pemahaman dan
pengamalan agama Islam dari halhal yang tidak berasal dari Islam.
Majelis
Tarjih
Muhammadiyah
dalam Muktamar Tarjih ke XXII,
1989 di Malang merumuskan
makna tajdid secara bahasa berarti
pembaharuan yang dari segi istilah
berarti pula pemurnian, peningkatan,
pengembangan, modernisasi, dan
yang semakna dengannya5.
Dari segi history, kata curriculum
berasal dari bahasa Yunani yaitu
dari kata curir yang berarti pelari
dan curere yang berarti tempat
berpacu. Jadi istilah kurikulum pada
zaman Romawi kuno mengandung
pengertian sebagai suatu jarak yang
harus ditempuh oleh para pelari dari
garis start sampai garis finish. Baru
pada tahun 1855 istilah kurikulum
dipakai dalam bidang pendidikan6.
Kurikulum dalam pendidikan
merupakan isi atau materi pelajaran
yang akan diberikan kepada peserta
didik7. Implikasi kurikulum menurut
Romine yaitu bahwa kurikulum
bersifat luas, tidak hanya mata

pelajaran
intrakurikuler
tetapi
juga ekstrakurikuler. Pelaksanaan
kurikulum tidak hanya dilakukan
di dalam kelas tetapi juga di luar
kelas, sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.Sistem penyampaian
dilakukan secara bervariasi sesuai
dengan kondisi siswa. Tujuan
pendidikan
bukanlah
untuk
menyampaikan mata pelajaran saja,
tetapi juga pembentukan pribadi
anak dan belajar cara hidup di dalam
masyarakat8.
Mentoring
Al-Islam
dan
Kemuhammadiyahan
merupakan
salah satu strategi pembinaan keIslaman bagi mahasiswa yang
dilakukan melalui halaqah-halaqah
(kelompok-kelompok)
secara
terencana, terarah, dan bertanggung
jawab untuk mengembangkan potensi
dan fitrah keagamaan mahasiswa
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta,
sebagai
tanggung
jawab moral dan komitmen untuk
mewujudkan kampus yang berwacana
ke-Ilmuan dan ke-Islaman9.
Dari definisi teori di atas dapat
disimpulkan
bahwa
Efektivitas
Pembaharuan Kurikulum Mentoring

5

Hidayat, S, dkk. 2013. Studi Kemuhammadiyahan Kajian Historis, Ideologis, dan Organisasi.
Edisi Pembaharuan cetakan V. Surakarta: LPIK (Lembaga Pengembangan Al Islam dan Kemuhammadiyahan).Hal. 1-2.
6
Hidayat, S. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.Hal. 19.
7
Daulay, H. P. 2009. Sejarah Pertumbuhan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Edisi pertama. Jakarta. Kencana.Hal. 92.
8
Hamalik, O. 2007.Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal.
3-4.
9
Shobahiya, M, dkk. 2013. Profil Mentoring Al-Islam & Kemuhammadiyahan.Surakata. LPIK
(Lembaga Pengembangan Al Islam dan Kemuhammadiyahan).Hal. 3
Efektivitas Pembaharuan Kurikulum...(Erni Sari Dwi Devi Lubis) 69

Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
tahun 2015-2016 adalah penelitian
untuk
membandingkanefektivitas
pembaharuan kurikulum Mentoring
Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
di
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta dari kurikulum lama (tahun
2003-2014) dengan kurikulum baru
(tahun 2015-2016).

Berdasarkan data yang telah
diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara dapat diketahui bahwa
ada limaunsur yang memperbaharui
kurikulum Mentoring AIK. Pertama,
materi pembelajaran, kedua target
group halaqah, ketiga kompetensi
pementor,
keempat
jadwal
pembelajaran, dan kelima, evaluasi
pembelajaran.

Tabel 1. Perbedaan Kurikulum Lama dengan Kurikulum Baru Dilihat dari
Lima Unsur yang Diperbaharui
No.

Unsur yang diperbaharui

Kurikulum Lama

Kurikulum Baru

Materi

Materi yang digunakan
Materi yang digunakan dari tahun
saat ini (tahun 2015-2016)
2003-2014 adalah buku BerISLAM
menggunakan
metode
Menuju Kesalehan Individual dan
tartil ustmani berbentuk
Sosial
suhuf(lembaran)

2.

Target group halaqah

pengelompokkan halaqah
berdasarkan
tes
Baca
pengelompokkan halaqah tanpa
Tulis
al-Qur’an,
dan
melalui pengujian
dikelompokkan sesuai nilai
tiap halaqah terdiri dari 12-15
tes BTA.
peserta mentor
Tiap halaqah terdiri dari
7-10 peserta mentor.

3.

Kompetensi pementor

Siapapun bisa menjadi pementor

4.

Jadwal pembelajaran

Tidak terstruktur, tiap pementor Terstruktur, di sesuaikan
dan fakultas berbeda-beda
kategori halaqahnya

Evaluasi pembelajaran

Tes
dilaksanakan
dua
kali dan perkembangan
Tes dilaksanakan satu kali,
pemahaman
materi
tanpa melihat perkembangan
dilaksanakan rutin tiap
pemahaman materi peserta mentor
mentoring
Lebih menekankan ranah kognitif
Menekankan ranah kognitif,
afektif, psikomotorik

1.

5.

Tabel di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut. Pertama, materi
pembelajaran. Menurut Wotruba
dan Wright (1985) berdasarkan
10

Diprioritaskan yang lancar
membaca al-Qur’an

pengkajian dan hasil penelitian,
mengidentifikasikan tujuh indicator10 yang dapat menunjukkan
pembelajaran yang efektif, salah

Pertama pengorganisasian materi yang baik, kedua komunikasi yang efektif, ketiga penguasaan
dan antusiasme terhadap materi pelajaran, keempat sikap positif terhadap siswa, kelima pemberian nilai
yang adil, keenam keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, ketujuh hasil belajar siswa yang baik

70 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 66-81

satunya adalah pengorganisasian
materi yang baik. Pengorganisasian
materi yang baik terdiri dari perincian
materi, urutan materi dari yang
mudah ke yang sukar, dan berkaitan
dengan tujuan. Factor lain yang perlu
dipertimbangkan dalam penyajian
materi adalah bagaimana kemampuan
daya serap peserta didik11.
Materi kurikulum lama adalah
buku “BerISLAM Menuju Kesalehan
Individual dan Sosial” karya Imron
Rosyadi, dkk yang diterbitkan oleh
Lembaga Pengembangan Al Islam

dan Kemuhammadiyahan (LPIK)
UMS. Buku ini mencakup nilainilai keislaman dan aplikasinya yang
berkaitan dengan masalah-masalah
yang sering muncul dan dialami oleh
mahasiswa. Tujuan dari buku ini adalah
agar buku ini dapat mendampingi
dan mengarahkan mahasiswa dalam
mengkaji
dan
mengaplikasikan
nilai-nilai ke-Islaman dalam dirinya
sehingga terbentuk pribadi yang sadar
akan keharusan mengimplementasikan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari12.

Tabel 2. Perbedaan Materi Kurikulum Lama dan Baru
Materi Kurikulum Baru
No.

Materi Kurikulum
Lama

Materi al Qur’an
Kategori
Tahfidz

Kategori
Tahsin

Materi Ubudiyah
Kategori BTA

1

Dasar-Dasar Etika

Makharijul
Huruf

Pengenalan
huruf hijaiyah

Teori dan praktek
thaharah

2

Membangun
Spiritualitas

Sifat-sifat huruf

Pengenalan
hukum bacaan

Bacaan dan
praktek shalat
wajib

3

Membangun pribadi
muslim

4

Membangun etos
belajar & bekerja

5

6

Membangun
komunitas yang
islami
Mewujudkan
lingkungan Sosial
yang Islami

Teori shalat
Qashar dan jama’
beserta tatacaranya
Hafalan juz 30
Hukum bacaan

Pengenalan
tanda baca dan
tanda waqaf

Macam-macam
shalat sunnah

Sujud syahwi dan
tatacaranya

(Uno,Hamzah B. dan Nurdin Mohammad. 2013. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta. PT
Bumi Aksara.Hal. 174-191)
11
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohammad. 2013. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta.
PT Bumi Aksara.Hal. 174-175.
12
Rosyadi, I. dkk. 2013. BerISLAM Menuju Kesalehan Individual dan Sosial. Edisi revisi cetakan
ke 11, Surakarta.LPIK (Lembaga Pengembangan Al Islam dan Kemuhammadiyahan).
Efektivitas Pembaharuan Kurikulum...(Erni Sari Dwi Devi Lubis) 71

Materi yang digunakan kurikulum
baru yaitu selembaran kertas yang
berisi
pembelajaran
al-Qur’an
menggunakan metode tartil utsmani
yang disusun oleh Rakhmad Agung
Hidayatullah dan diterbitkan Pustaka
Ulin Nuha13.Tujuan yang diharapkan
dari selembaran ini adalah mahasiswa
dapat membaca al-Qur’an dengan
baik dan benar sesuai dengan kaidah
membaca al-Qur’an menggunakan
metode utsmani. Lembaran ini
dikhususkan untuk halaqah tahsin
dan BTA. Sedangkan untuk kategori
tahfid, media yang digunakan adalah
al-Qur’an. Di samping selembaran
metode tahfid, materi yang digunakan
di semua halaqah adalah buku Al
‘Ubudiyah yang disusun oleh Tim
LPIK UMS dan diterbitkan oleh LPIK

UMS yang bertujuan agar mahasiswa
beribadah sesuai dengan al-Qur’an
dan As-Sunnah serta Putusan Tarjih
Muhammadiyah14.
Kedua, Target group halaqah.
Dalam kurikulum lama, mahasiswa
dikelompokkan dalam beberapa
halaqah berdasarkan hasil klasifikasi
yang
dilakukan
sebelumnya,
masing-masing
beranggotakan
12-15 mahasiswa dan diserahkan
kepada
masing-masing
mentor.
Klasifikasi halaqah tersebut bersifat
umum, artinya tidak melalui tes atau
kategori tertentu15. Sedangkan dalam
kurikulum baru masing-masing
halaqah terdiri dari 7-10 peserta
mentoring,
klasifikasi
tersebut
didasarkan pada hasil tes BTA16.

Tabel 3. Pengelompokkan Halaqah Berdasarkan Nilai Tes BTA
Nilai

Keterangan

Kategori

1

No.

A

Lulus

Tahfidz

2

B

Lulus

Tahsin

3

C

Lulus

Tahsin

4

D

Tidak lulus

Baca Tulis Al Qur’an

Berdasarkan table 3 di atas
dapat diketahui peserta mentoring
dinyatakan lulus apabila mendapat
nilai A, B, dan C dengan kategori
tertentu. Peserta mentoring mendapat
Nilai A dengan kategori Tahfidz juz
ke 30. Peserta mentoring mendapat
13

Nilai B dan C dengan kategori Tahsin
menggunakan
metode
utsmani.
Peserta mentoring mendapat Nilai D
dengan kategori BTA menggunakan
metode utsmani17.
Ketiga, kompetensi pementor.
Pementor merupakan pendidik.

Rakhmad Agung Hidayatullah. 2013. metodetartil utsmani. Pustaka Ulin Nuha
Tim LPIK. 2013. Al ‘Ubudiyah. Edisi revisi cetakan ke 11, Surakarta.LPIK (Lembaga Pengembangan Al Islam dan Kemuhammadiyahan).
15
Observasi langsung dari bulan Agustus sampai Desember 2014 pukul 07.00-08.30 WIB.
16
Observasi langsung dari bulan Agustus sampai Desember 2015 pukul 07.00-08.30 WIB.
17
Observasi langsung dari bulan Agustus sampai Desember 2015 pukul 07.00-08.30 WIB.
14

72 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 66-81

Kata pendidik (bahasa Indonesia)
merupakan padanan dari kata
educator (bahasa Inggris). Di dalam
Kamus Webster kata educator berarti
educationist atau educationalist
yang padanannya dalam bahasa
Indonesia adalah pendidik, spesialis
di bidang pendidikan, atau ahli
pendidikan18. Seorang pendidik
harus memiliki empat kompetensi19,
salah satunya adalah kompetensi
Profesional. Kompetensi Profesional
yang dimaksud diantaranya adalah
penguasaan
materi,
struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran
pendidikan agama.
Pada kurikulum lama, diterapkan
siapa saja berhak menjadi pementor
dengan syarat sudah lulus mentoring.
Melalui
kebijakan
tersebut

kompetensi professional tidak begitu
berpengaruh terhadap kompetensi
pementor. Selama pementor rajin
mementori dan peserta mentor selalu
hadir maka dinyatakan pementor
berhak mendapat apresiasi dan peserta
mentor dinyatakan lulus. Namun,
pada kurikulum baru, pementor
harus memiliki kompetensi, terutama
kompetensi professional. Kompetensi
professional secara umum yang harus
dimiliki pementor yaitu 1) lulus
mentoring dengan nilai minimal
B, 2) lancar membaca al-Qur’an.
Kedua kompetensi ini harus dimiliki
pementor karena erat hubungannya
dengan
pencetakkan
generasi
20
qur’ani . Sedangkan kompetensi
professional secara khusus yang
harus dimiliki pementor dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Kompetensi Pementor Masing-Masing Halaqah
No.

Kompetensi pementor Tahfidz

1.

Hafal juz 30

2.

Memahami makharijul huruf

Kompetensi pementor Tahsin

Kompetensi pementor BTA

Memahami makharijul huruf

lancar membaca al-Qur’an

Keempat, jadwal pembelajaran.
Pada kurikulum lama, meskipun
LPIK sudah membuatkan jadwal yang
sesuai dengan materi buku panduan,
namun kenyataan di lapangan
pementor lebih memilih mendesain

materi sendiri atau fakultas yang
memilih mendesain sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian
Mahasri Shobahiya dan Najmudin
Zuhdi, ada 28,87% penyimpangan
atau ketidaksesuaian antara materi

18Mudlofir. A. 2012. Pendidik Profesional Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan
Mutu Pendidik di Indonesia. Edisi 1 cetakan 1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal. 120.
19Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Undang-undang
nomer 14 tahun 2015 pasal 1 ayat 10 tentang guru dan dosen) kompetensi guru meliputi kompetensi
kepribadian, pedagogik, professional, dan social (Undang-undang nomer 14 tahun 2015 pasal 10 ayat 1
tentang guru dan dosen).
20Wawancara dengan Abu Bakri Royani selaku Kasi Mentoring AIK pada tanggal 14 Januari 2016.
Efektivitas Pembaharuan Kurikulum...(Erni Sari Dwi Devi Lubis) 73

yang disampaikan pementor dengan
buku panduan yang sesuai jadwal
dari
LPIK21.
Ketidaksesuaian
pementor dalam penyampaian materi
dengan jadwal disebabkan beberapa
factor, diantaranya. 1) pementor
tidak memahami materi yang ada di
buku, 2) pementor tidak memiliki
sumber ajar sehingga lebih memilih
ceramah berdasarkan pemahaman
ilmu agamanya, 3) pementor
berpendapat tidak ada kebijakan
yang mengharuskan sesuai jadwal,
4) pementor tidak mengetahui jadwal
materi dari LPIK22.
Jadwal kurikulum baru untuk
materi al-Qur’an disesuaikan dengan
kategori masing-masing halaqah.
Hasil penelitian perbedaan kurikulum
lama dan baru terlampir pada table 7,
8, 9, dan 10.
Kelima, evaluasi pembelajaran.
Evaluasi
pembelajaran
adalah
proses penentuan baik buruk hasil
pembelajaran berdasarkan kriteria
tertentu untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagian mana
dari tujuan pendidikan yang tercapai,
jika belum tercapai, bagian mana
dan apa sebabnya. Tujuan evaluasi
pembelajaran ini adalah 1) untuk
melihat produktivitas dan efektivitas
proses kegiatan belajar mengajar, 2)
menyempurnakan dan memperbaiki
kinerja pementor. 3) peningkatan mutu
pembelajaran. 4) untuk mendapatkan
informasi yang akurat mengenai

tingkat pencapaian tujuan instruksional
peserta mentoring sehingga dapat
diupayakan tindaklanjutnya.
Evaluasi berkaitan dengan tiga hal,
yaitu input, transformasi, dan output.
Input yaitu peserta yang akan masuk
mentoring sebelumnya dinilai dulu
kemampuannya sehingga diketahui
apakah kelak dia akan mampu
mengikuti atau tidak. Sasarannya
adalah kemampuan, kepribadian,
sikap-sikap, dan inteligensi peserta
mentoring. Transformasi adalah mesin
yang bertugas mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi. Sasarannya adalah
kurikulum/materi, metode dan cara
penilaian, sarana pendidikan/media,
sistem administrasi, guru dan personal
lainnya. Output adalah hasil jadi atau
lulusan atau keluaran setelah melalui
tahap-tahap kegiatan dan evaluasi.
Sasarannya adalah pencapaian/prestasi
siswa.
Evaluasi
yang
diterapkan
pada kurikulum lama yaitu ujian
tes setahun sekali dilaksanakan
pada waktu menjelang Ujian Akhir
Semester (UAS) dua. Instrumen
tes yang digunakan yaitu uraian.
Uraian adalah butir soal yang
mengandung pertanyaan atau tugas
yang jawabannya dilakukan dengan
cara mengekspresikan pikiran peserta
tes. Tes uraian menuntut kemampauan
siswa untuk dapat mengorganisir,
menginterpretasi,
menghubungkan
pengertian-pengertian yang telah

21Shobahiya, M. dan N. M. Zuhdi.2008.Efektivitas Pelaksanaan Program Mentoring Al-Islam.
Ishraqi.Vol. 4(1): 26-40. Hal. 34.
22Wawancara dengan Abu Bakri Royani selaku Kasi Mentoring AIK pada tanggal 14 Januari 2016.

74 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 66-81

dimiliki
dan
mengasah
daya
kreativitas dalam menyusun jawaban.
Butir-butir soal yang digunakan untuk
tes bergantung kepada pementornya,
begitu pula penilaiannya23.
Sedangkan
evaluasi
yang
diterapkan di kurikulum baru sebagai
berikut. ujian tes setahun dua kali.
Pertama pada waktu menjelang
UASI, kedua pada waktu menjelang
UASII.Jenis ujian yang digunakan
adalah non tes dengan instrument
performance. Performance yaitu
Penilaian unjuk kerja atau perbuatan
yang dilaksanakan pada saat atau
setelah siswa melakukan kegiatan
pembelajaran. Penilaian dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta
mentoring dalam mempraktekkan

hafalan juz 30 bagi kategori tahfidz,
membaca al Qur’an sesuai metode
utsmani bagi kategori tahsin dan BTA.
Sedangkan, evaluasi Ibadah dilakukan
dengan cara praktek sholat24.
Di samping ada ujian non tes juga
diadakan evaluasi setiap mentoring
(setiap hari Sabtu). Evaluasi ini ditulis
di lembar evaluasi pendampingan
mentoring AIK sesuai kategori peserta
mentoring. Bagi mahasiswa kategori
tahsin dan BTA mendapat lembar
warna hijau, sedangkan kategori
tahfidz mendapat lembar warna
orange25.
Dari lima unsur pembaharuan
kurikulum mentoring di atas dapat
diketahui kelebihan dan kelemahan
kurikulum lama dan baru.

Tabel 11. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Lama
No.

Kelebihan

Kelemahan
materi cenderung membosankan terutama bagi
peserta mentor yang sudah sering mendengar materi
tersebut

1

Materi yang diajarkan menjadi benteng
mahasiswa dari pergaulan bebas

2

Memberi peluang kepada pementor untuk
Materi hanya dapat menilai satu ranah saja yaitu
kreatif dalam mendesain pembelajaran
ranah psikomotorik
dalam halaqah

3

Memberi peluang kepada semua civitas
akademika untuk bisa berdakwah meski
hanya menyampaikan satu ayat

Motivasi peserta mentoring hadir hanya karena agar
mendapat sertifikat, dimana sertifikat mentoring
digunakan untuk mengambil mata kuliah tertentu

4

Menumbuhkan ghirah peserta mentoring
untuk bisa instropeksi diri menjadi
pribadi berakhlakul karimah

Pementor yang kurang berkompetensi mudah
diacuhkan peserta mentornya

5

Tidak perlu menuntut siswa untuk bisa
tapi menuntut untuk berubah karena yang
ditekankan psikomotorik bukan kognitif

Halaqah yang bersifat umum menyebabkan
pementor sulit menyamakan kepemahaman mereka
terhadap materi

6

Evaluasi tidak sesuai dengan materi karena materi
menekankan ranah psikomotorik sedangkan
evaluasi yang dilakukan menekankan ranah
kognitif1
23Observasi langsung dari bulan Agustus sampai Desember 2014 pukul 07.00-08.30 WIB.
24Observasi langsung dari bulan Agustus sampai Desember 2015 pukul 07.00-08.30 WIB.
25Observasi langsung dari bulan Agustus sampai Desember 2015 pukul 07.00-08.30 WIB.
Efektivitas Pembaharuan Kurikulum...(Erni Sari Dwi Devi Lubis) 75

Tabel 12. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Baru
No.

Kelebihan

Kelemahan
Kompetensi pementor ada yang tidak tersalurkan
ketika berada di lapangan sehingga perlu adanya
bimbingan dan pelatihan pementor

1

Materi dapat menilai seluruh ranah yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik

2

Pembagian jadwal lebih terfokus sehingga
Semua pementor harus beradaptasi lagi dengan
memudahkan pementor memanajemen
kurikulum baru
waktu

3

Pembagian halaqah yang diklasifikasikan
berdasarkan kemampuan membaca al
Qur’an memudahkan pementor memberi
materi

Pementor pemula masih ada yang bingung karena
penerapan mentoring tidak sama dengan ketika mereka
menjadi peserta mentoring dahulu

4

Evaluasi yang diadakan secara rutin
melalui lembar perkembangan peserta
didik memudahkan pementor menilai
kemampuan peserta mentornya

Ada beberapa peserta mentoring yang nilai BTAnya
tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga mau
tidak mau mereka harus mengejar atau menunggu
kemampuan teman-temannya yang satu halaqah2

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat dianalisa
kelemahan kurikulum lama sehingga

diperlukannya pembaharuan sebagai
berikut.

Table 13. Analisa Data Pembaharuan Kurikulum Mentoring AIK
No.

Hal-hal yang perlu diperbaharui dari
kurikulum lama

Pembaharuan kurikulum baru

1

Materi yang diterapkan belum mampu
mewujudkan tujuan diharapkan

Memperbaharui materi secara spesifik mengerucut
kepada realita yang dihadapi UMS saat ini dengan
tidak mengesampingkan tujuan yang diharapkan

2

Group halaqah dipandang terlalu banyak
dan bersifat umum

Memperbaharui group halaqah agar lebih terfokus
dengan melihat kompetensi yang dimiliki dan
dibutuhkan peserta mentoring.

3

Pementor belum memiliki kompetensi
professional

Mencetak pementor yang memiliki kompetensi
professional melalui tahap penyeleksian

4

Belum seluruh pementor menerapkan
Jadwal pembelajaran

Memperbaharui jadwal pembelajaran dan menekankan
semua pementor menerapkan jadwal tersebut sesuai
dengan kategori halaqah

5

Mengefektifkan Evaluasi pembelajaran dengan cara
Evaluasi pembelajaran belum efektif
melaksanakannya secara rutin dan terprogam dengan
karena hanya menekankan ranah kognitif
menekankan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

Tabel di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut. Pertama, materi
yang diterapkan belum mampu
mewujudkan tujuan yang diharapkan.
Materi yang digunakan pada
kurikulum lama hanya bertujuan
76 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 66-81

untuk mendampingi dan mengarahkan
mahasiswa dalam mengkaji dan
mengaplikasikan
nilai-nilai
keIslaman dalam dirinya sehingga
terbentuk pribadi yang sadar akan
keharusan
mengimplementasikan

nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan
secara
khusus tujuan mentoring adalah
a) memberantas buta huruf alQur’an di kalangan mahasiswa
UMS, b) mendorong mahasiswa
untuk belajar dan memahami Islam
secara teoritik, empiric, dan aplikatif
(komprehensif) berdasarkan alQur’an dan as-sunnah al-maqbullah,
c) menghantarkan mahasiswa kepada
perubahan
konstruktif
menuju
pengaplikasian nilai-nilai ke-Islaman
dalam kehidupan sehari-hari, d)
menyiapkan kader-kader mentor yang
berdedikasi tinggi untuk menjaga
keberlangsungan pelaksanaan progam
mentoring pada periode berikutnya26.
Materi
pembelajaran
tersebut
diperbaharui dengan menekankan
pemberantasan buta huruf. Hal ini
didasarkan pada realita yang terjadi
di UMS yaitu berdasarkan hasil nilai
tes BTA. Dari Tes BTA diketahui
bahwa 50 % mahasiswa tidak lulus
BTA. Realita tersebut membuktikan
bahwa perlu adanya pembaharuan
kurikulum
untuk
mewujudkan
harapan UMS. Oleh karena itu,
mentoring memperbaharui materi
secara spesifik mengerucut kepada
realita yang dihadapi UMS saat ini
dengan tidak mengesampingkan
tujuan yang diharapkan.
Kedua,
Group
halaqah
dipandang
bersifat
umum.Pada
kurikulum lama target satu halaqah

adalah 12 sampai 15 mahasiswa. Hal
ini dipandang tidak efektif ditambah
dengan pengklasifikasian halaqah
yang bersifat umum. Umum disini
yaitu tidak ada alat yang digunakan
untuk mengukur pengklasifikasian
halaqah tersebut. Sebab yang muncul
dari tidak adanya alat pengukur
ini adalah sulit mengetahui sejauh
mana pemahaman peserta mentoring
terhadap Islam sebelum masuk UMS,
sehingga akibat yang ditimbulkan
adalah peserta yang sudah faham
lama-lama bosan karena tidak
mendapatkan hal yang baru. Selain
itu akibat yang ditimbulkan adalah
pementor sulit mengetahui mana
peserta didik yang sudah faham
dan mana yang belum.Oleh sebab
itu, mentoring AIK memperbaharui
group halaqah agar lebih terfokus
dengan melihat kompetensi yang
dimiliki dan dibutuhkan peserta
mentoring. Setiap halaqah terdiri dari
7 sampai 10 peserta mentor dengan
diklasifikasikan berdasarkan nilai
tes BTA. Pengklasifikasian tersebut
terbagi menjadi tiga kategori yaitu
kategori tahfidz, tahsin, dan BTA.
Ketiga,
pementor
belum
memiliki kompetensi professional.
Kompetensi professional berpengaruh
terhadap kemajuan pembelajaran.
Pembelajaran
dikatakan
efektif
apabila seorang pendidik memiliki
empat
kompetensi
pendidik,
salah satunya adalah kompetensi

26Shobahiya, M, dkk. 2013. Profil Mentoring Al-Islam & Kemuhammadiyahan.Surakarta. LPIK
(Lembaga Pengembangan Al Islam dan Kemuhammadiyahan).Hal. 6.
Efektivitas Pembaharuan Kurikulum...(Erni Sari Dwi Devi Lubis) 77

professional.
Pada
kurikulum
lama kompetensi tersebut belum
diaplikasikan secara keseluruhan.
Ada pementor yang masih binggung
apa yang harus diajarkan sehingga
memilih peserta mentornya membuat
makalah dan mempresentasikannya.
Sebab dari model pembelajaran
yang demikian adalah pementor
membebani peserta mentornya.
Sebagai mahasiswa, peserta mentor
otomatis sudah mendapatkan tugas
dari dosen, jika pementor menambahi
tugas tersebut akibatnya peserta
mentor malas untuk mentoring.
Kejadian yang demikian harus
dihindari karena dapat memperburuk
citra pementor dan hubungan
pementor dengan peserta mentor.
Oleh sebab itu, mentoring berusaha
mencetak pementor yang memiliki
kompetensi professional melalui
tahap penyeleksian yang dilakukan
oleh Koordinator Mentoring Fakultas
(KMF).
Keempat, jadwal pembelajaran
merupakan susunan kegiatan belajar
agar lebih teratur, terarah dan
sistematis. Kurikulum lama membuat
jadwal pelajaran sesuai dengan materi
dengan waktu pembelajaran setiap
hari Sabtu jam 07.00 sampai jam
08.30 WIB. Waktu yang diterapkan
2 jam pelajaran untuk membaca al
Qur’an dan materi (pokok) serta
lain-lain (sesuai pementor masing)
sebab ada pembaharuan materi maka
jadwal pembelajaran juga mengalami
pembaharuan. Pembaharuan yang
78 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 66-81

diterapkan yaitu pembelajaran dibagi
dua yaitu materi al Qur’an jam 07.0008.00 WIB (60 menit), dan materi
Ubudiyah jam 08.00 sampai 08.30
(30 menit) WIB.
Kelima, evaluasi yang digunakan
pada kurikulum lama tidak valid
karena tidak mengukur apa yang
seharusnya diukur. Jika materi
menekankan ranah psikomotorik
maka sebaiknya yang dievaluasi juga
ranah psikomotorik (tingkah laku) dan
dilakukan secara bertahap. Oleh sebab
itu pada kurikulum baru mentoring
AIK
berusaha
mengefektifkan
evaluasi pembelajaran dengan cara
melaksanakannya secara rutin dan
terprogam dengan menekankan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan
hasil
pembahasan halaman 2 sampai hal
8 tentang pembaharuan kurikulum
lama ke kurikulum baru dapat
disimpulkan bahwa pembaharuan
kurikulum Mentoring AIK didasarkan
pada lima unsur pembaharuan yaitu
pembaharuan materi, pembaharuan
group
halaqah,
pembaharuan
kompetensi pementor, pembaharuan
jadwal
pembelajaran,
dan
pembaharuan evaluasi pembelajaran.
Dari lima unsur tersebut dapat
dilihat bahwa kurikulum baru lebih
efektif daripada kurikulum lama.
Hal ini dapat dilihat dari perbedaan
pembaharuan yang diaplikasikan,
kelebihan dan kelemahan masing-

masing kurikulum, serta alasan-alasan
kongkrit diperbaharuinya kurikulum
lama ke kurikulum baru.
Pertama,
dari
perbedaan
pembaharuan yang diaplikasikan,
meskipun baru setengah periode
tapi sudah dapat dilihat bahwa
pembaharuan kurikulum baru lebih
terkonsep daripada kurikulum lama,
meskipun kurikulum lama sudah
11 tahun digunakan. Kedua, dari
kelebihan dan kelemahan, dapat
dilihat bahwa kurikulum baru
lebih unggul konsep kurikulumnya
dibanding kurikulum lama. Ketiga,
alasan diperbaharuinya kurikulum
lama ke kurikulum baru dapat
dipandang logis karena kegagalan
pelaksanaan kurikulum lama.
Saran
dari
penulis,
1)
pembaharuan tersebut sudah baik
namun perlu ditingkatkan lagi
agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, 2) alangkah baiknya jika
materi kurikulum lama yang sudah
11 tahun (2003-2014) diaplikasikan
tidak dihilangkan tetapi diasosiasikan
dengan kurikulum baru dengan
menambah jam pelajaran agar tujuan
dan target mentoring AIK dapat

terwujud secara menyeluruh, yakni
a) semua mahasiswa UMS dapat
membaca al Qur’an dengan baik dan
benar, b) terwujudnya mahasiswa
yang memiliki pemahaman terhadap
Islam secara komprehensif (kaffah),
c) terwujudnya perubahan konstruktif
dalam diri mahasiswa yang meliputi
pandangan (world view), kepribadian,
dan akhlak sehari-hari yang sesuai
dengan syari’at Islam, d) tersedianya
kader-kader mentor yang berakhlakul
karimah untuk mengemban amanah
dakwah dalam periode berikutnya.
3) sebaiknya tidak hanya kompetensi
professional yang dijadikan acuan
untuk memilih pementor tetapi juga
kompetensi kepribadian, pedagogik,
dan social. Kompetensi sosial
adalah ia mampu menunjukkan
kemampuan berkomunikasi dengan
baik, kompetensi pedagogik adalah
kemampuan dalam mengelola interaksi
pembelajaran bagi peserta didik,
dan, kompetensi kepribadian adalah
kemampuan yang dimiliki oleh
pendidik berupa kepribadian yang
mantap, berahklak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi pendidik
teladan.

Daftar Pustaka
Daulay, H. P. 2009. Sejarah Pertumbuhan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia. Edisi pertama. Jakarta. Kencana.Hal. 92.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1989.Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Cetakan ke 2. Jakarta. Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa. Edisi keempat cetakan ke 8. Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Utama.
Efektivitas Pembaharuan Kurikulum...(Erni Sari Dwi Devi Lubis) 79

Hidayat, S. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Hidayatullah, R.A. 2013. MetodeTartil Utsmani. Pustaka Ulin Nuha.
Hamalik, O. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Mudlofir, A. 2012. Pendidik Profesional Konsep, Strategi dan Aplikasinya
dalam Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia. Edisi 1 cetakan 1.
Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
Rosyadi, I. dkk. 2013. BerISLAM Menuju Kesalehan Individual dan Sosial.
Edisi revisi cetakan ke 11, Surakarta. LPIK (Lembaga Pengembangan Al
Islam dan Kemuhammadiyahan).
Shobahiya, M. dan N. M. Zuhdi. 2008. Efektivitas Pelaksanaan Program
Mentoring Al-Islam. Ishraqi.Vol. 4(1): 26-40.
Shobahiya, M, dkk. 2013. Profil Mentoring Al-Islam & Kemuhammadiyahan.
Surakarta. LPIK (Lembaga Pengembangan Al Islam dan
Kemuhammadiyahan).
Tim LPIK. 2013. Al ‘Ubudiyah. Edisi revisi cetakan ke 11, Surakarta. LPIK
(Lembaga Pengembangan Al Islam dan Kemuhammadiyahan).
Undang-undang Republik Indonesia Nomer 14 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 10
tentang Guru dan Dosen.
Uno, H. B. dan N. Mohammad. 2013. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM.
Jakarta. PT Bumi Aksara.
Observasi langsung dari bulan Agustus sampai Desember 2014 pukul 07.0008.30 WIB di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Observasi langsung dari bulan Agustus sampai Desember 2015 pukul 07.0008.30 WIB di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wawancara dengan Abu Bakri Royani selaku Kasi Mentoring AIK pada
tanggal 14 Januari 2016
Footnotes
1Observasi langsung dari bulan Agustus sampai Desember 2014 pukul 07.0008.30 WIB.

80 SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 66-81

2Observasi langsung dari bulan Agustus sampai Desember 2015 pukul 07.0008.30 WIB.

Efektivitas Pembaharuan Kurikulum...(Erni Sari Dwi Devi Lubis) 81