GEOMILITER DAN APLIKASINYA PADA OPERASI

GEOMILITER DAN APLIKASINYA PADA OPERASI MILITER: PERBANDINGAN DI
DAERAH SUNGAI SOČA, KROASIA DENGAN DAERAH ZAWAR KILI DAN
SHAH-I-KHOT, AFGHANISTAN

REFERAT
Oleh:
Ichsan Afriansyah
(12014077)

Makalah ini adalah makalah referat yang bersumber dari Zečević, Marko dan Jungwirth, Enio. The
Influence of Geology on Battlefield Terrain and it’s Affects on Military Operations in Mountains
and Karst Regions: Examples from WW1 and Afghanistan. 2007. Rudarsko-geološko-naftni
zbornik. 19, 57-66. dan Häusler, Hermann. 2015. Military Geology and Comprehensive Security
Geology – Applied Geologic Contributions to New Austrian Security Strategy. Austrian Journal of
Earth Sciences. 108/2, 302-316.

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016


1

SARI
Selama Perang Dunia I, konflik antara tentara Austria dan Italia terjadi, dimana unit insinyur
Austria membangun lorong-lorong di kawasan karst Sungai Soča. Fenomena karst (gua-gua) dan
benteng lainnya, memberikan tentara Austria keunggulan taktis. Pembangunan gua-gua ini adalah
konsekuensi dari kondisi dan struktur geologi dari daerah tersebut. Sementara itu, konflik militer
lain terjadi di Afghanistan. Di daerah dimana morfologi medannya mendukung untuk taktik gerilya
dan dimana fungsi teknologi militer yang modern dibatasi oleh konfigurasi medan perang, penulis
mengilustrasikan kemungkinan pandangan medan perang masa depan. Anggota Al-Qa’ida di
daerah timur Afghanistan memanfaatkan kesempatan struktur geologi dari daerah tersebut dan
mengembangkan jaringan terowongan dari gua-gua alami. Meskipun jaringan terowongan di
Afghanistan dibangun terutama di batupasir dan batuan metamorf, kita dapat membandingkannya
dengan sistem lorong-lorong Austria. Dalam arti bahwa makalah ini menunjukkan pengaruh
kondisi geologi pada medan tempur dalam kaitannya dengan operasi militer di pegunungan dan
daerah karst, dan analogi antara operasi militer di Sungai Soča dan operasi militer di daerah Zawar
Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan.
Kata kunci: Geologi militer, peperangan gunung, daerah karst, analisis medan, “kecerdasan
geologi”
ABSTRACT

During World War I, a conflict between Austrian and Italian soldiers occurred, where Austrian
engineer units built hallways in the karst region Soča river. Karst phenomena (caverns) and other
fortifications, giving the Austrian army tactical advantage. Construction of these caverns were a
consequence of the conditions and the geological structure of the area. Meanwhile, another
military conflict occurs in Afghanistan. In areas where the terrain morphology supports guerrilla
tactics and where the functions of modern military technology is limited by the configuration of
the battlefield, the author depicts the possible views of the future battlefield. Al-Qa'ida members
in eastern Afghanistan took advantage of the geological structure of the area and develop a
network of tunnels of natural caves. Although the network of tunnels in Afghanistan built mainly
of sandstone and metamorphic rocks, we can compare it with a system of hallways Austria. In the
sense that this paper shows the influence of geological conditions on the battlefield in relation to
military operations in the mountains and karst regions, and the analogy between military
operations on the Soča river and military operations in the area of Zawar Kili and Shah-i-Khot,
Afghanistan.
Keywords : Military geology, mountain warfare, karst regions, terrain analysis, “geological
intelligence”

2

KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Geomiliter dan Aplikasinya pada
Operasi Militer: Perbandingan di Daerah Sungai Soča, Kroasia dengan Daerah Zawar Kili dan
Shah-i-Khot, Afghanistan” dengan baik. Melalui makalah ini, penulis mencoba untuk
memaparkan aspek geologi dan kaitannya dengan operasi militer pada kedua daerah tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan melalui bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Dr. Ir. Budi Brahmantyo M. Sc, selaku dosen pengampu mata kuliah referat

2.

Orangtua yang mendukung proses belajar penulis, baik secara material maupun spiritual

3.

Mahasiswa Teknik Geologi ITB khususnya angkatan 2014 atas kerjasama serta sarannya.
Harapan penulis, ada pihak yang mendapatkan manfaat dari penulisan makalah ini. Penulis


menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan mengharapkan kritik serta saran
terhadap makalah ini sehingga dapat menjadi lebih baik kedepannya. Terima kasih.

Bandung, 21 Oktober 2016

Penulis

3

DAFTAR ISI
Halaman
SARI/ABSTRACT ............................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 5
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 6

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 7
1.4 Metode Penelitian ...................................................................................... 7
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................ 7

BAB II

DASAR TEORI
2.1 Geologi Militer ........................................................................................... 8
2.2 “Kecerdasan Geologi”................................................................................ 9
2.3 Analisis Medan .......................................................................................... 9

BAB III

TINJAUAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1 Aspek Geologi Daerah Sungai Soča, Kroasia ............................................ 10
3.2 Aspek Geologi Daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan ........... 13

BAB IV


ANALISIS
4.1 Kondisi Geologi ........................................................................................ 14
4.2 Kerentanan Geologi dari Fasilitas Militer Bawah Tanah ......................... 18
4.3 Peranan Ilmu Geologi dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
Militer ....................................................................................................... 18

BAB V

KESIMPULAN ................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 23
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 24

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1a. Peta politik di perbatasan antara Italia dengan Kekaisaran AustroHungaria tahun 1894 (Hoić, 1894 dalam Zečević & Jungwirth, 2007) .............. 11
Gambar 1b. Peta geologi daerah sekitar Sungai Soča dan Gunung San Michele,
Kroasia (Jelić & Kalogijera, 2001 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).............. 11

Gambar 1c. Peta situasi pertempuran antara tentara Austro-Hongaria dengan Italia.
Garis merah menunjukkan garis medan pertempuran pada 1915/1916 .............. 12
Gambar 2. Penggambaran struktur geologi dari medan di sekitar Gunung San
Michele (Tentor, dkk., 1994 dalam Zečević & Jungwirth, 2007)....................... 12
Gambar 3. Peta geologi daerah timur Afghanistan (Wahl & Doebrich, 2006)... 13
Gambar 4a. Gua-gua pertahanan Austro-Hungaria beserta kelengkapan artilerinya
(Gariboldi, 1926 dalam Zečević & Jungwirth, 2007) ......................................... 15
Gambar 4b. Posisi artileri yang dibentengi oleh sistem gua-gua didalam Gunung San
Michele (Gariboldi, 1926 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). .......................... 15
Gambar 5. Rekonstruksi ideal – profil posisi artileri pasukan Austro-Hungaria yang
diperkuat pertahanannya didalam gua-gua batugamping (Modifikasi dari Tavagnutti,
2002 dalam Zečević & Jungwirth, 2007) ............................................................ 16
Gambar 6. Rekonstruksi ideal – profil markas bertingkat-banyak pasukan Al-Qa’ida
yang pertahanannya diperkuat oleh gua-gua dan sistem terowongan batupasir di
timur Afghanistan dan rekonstruksi penyerangan markas bawah tanah bertingkatbanyak pasukan Al-Qa'ida dengan proyektil “pintar” GBU-29 "bunker buster" yang
dapat menembus kedalam permukaan tanah (Modifikasi dari Zečević, 2004 dalam
Zečević & Jungwirth, 2007) ............................................................................... 17
Gambar 7. Integrasi dari data peta geologi, tanah, topografi, dan taktis sebagai bagian
dari “kecerdasan geologi” dalam perencanaan dan pengambilan keputusan militer.
(Modifikasi dari Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007) .................. 20


5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Secara umum, geologi berperan dalam aspek yang berhubungan dengan sumber daya
mineral, sumber daya energi, sumber daya kewilayahan, dan kebencanaan. Banyak sekali
cabang dari geologi yang berhubungan dengan empat aspek di atas, sehingga geologi semakin
berkembang dan dapat dimanfaatkan di berbagai bidang, seperti tambang, minyak & gas bumi,
pariwisata, teknik sipil & perencanaan, farmasi & kedokteran, hukum & militer.
Cabang geologi yang berhubungan dengan militer disebut sebagai geologi militer. Geologi
militer di seluruh dunia sangat bermanfaat bagi kepentingan militer, baik pada saat perang
maupun pada saat tidak terjadi perang. Geologi sebagai ilmu kebumian sangat mendukung
berbagai kepentingan militer, namun penelitian geologi untuk kebutuhan militer di Indonesia
masih belum banyak dilakukan, walaupun di Indonesia terdapat banyak instansi yang
berhubungan dengan geologi maupun perguruan tinggi penyelenggara pendidikan geologi.
Dalam makalah ini, penulis meninjau pengaruh geologi yang mendasari medan
pertempuran dan efeknya pada operasi militer di daerah pegunungan dan karst. Contoh pertama

yang diberikan adalah operasi militer di Sungai Soča, Kroasia (1915-1917) dan operasi militer
Amerika Serikat dan sekutunya yang kedua di Afghanistan (2001-2006).

1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perbandingan dan pengaruh kondisi geologi terhadap operasi militer?
b. Apakah yang menjadi faktor kerentanan geologi dari fasilitas militer bawah tanah?
c. Apakah metode geosains untuk mendeteksi keberadaan fasilitas militer bawah tanah?
d. Bagaimana peranan ilmu geologi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan militer?

6

1.3. Tujuan
a. Mengetahui perbandingan dan pengaruh kondisi geologi terhadap operasi militer.
b. Mengetahui faktor kerentanan geologi dari fasilitas militer bawah tanah.
c. Mengetahui metode geosains untuk mendeteksi keberadaan fasilitas militer bawah tanah.
d. Mengetahui peranan ilmu geologi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan militer.

1.4. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi literatur melalui
berbagai sumber informasi yang dibutuhkan yaitu dari berbagai buku, jurnal ilmiah,

makalah, situs akademik dan literatur lain yang dikumpulkan atas dasar adanya kebutuhan
dalam pembahasan makalah ini. Literatur utama dalam penyusunan makalah ini berupa dua
makalah ilmiah berjudul The Influence of Geology on Battlefield Terrain and it’s Affects
on Military Operations in Mountains and Karst Regions: Examples from WW1 and
Afghanistan yang disusun oleh Marko Zečević dan Enio Jungwirth pada tahun 2007 dan
makalah ilmiah berjudul Military Geology and Comprehensive Security Geology – Applied
Geologic Contributions to New Austrian Security Strategy yang disusun oleh Hermann
Häusler pada tahun 2015. Selanjutnya, dari kedua makalah tersebut dilakukan analisis
sehingga diperoleh kesimpulan yang menjawab tujuan penulisan makalah ini.

1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini dibagi atas sistematika dengan rincian sebagai berikut.
Bab I berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, dan sistematika penulisan.
Bab II berisi tentang dasar teori mengenai geologi militer secara umum, “kecerdasan
geologi”, dan analisis medan.
Bab III berisi tentang tinjauan dan aspek geologi dari daerah Sungai Soča, Kroasia serta
daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan.
Bab IV berisi tentang analisis daerah penelitian, yang meliputi kondisi geologi, kerentanan
geologi dari fasilitas militer bawah tanah, dan peranan geologi dalam perencanaan militer.

Bab V berisi tentang kesimpulan dari semua hasil analisis geologi dengan kaitannya dalam
operasi militer di daerah penelitian.
7

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Geologi Militer
Di banyak negara istilah "geologi militer" (Militärgeologie) atau "geologi peperangan"
(Kriegsgeologie) umum digunakan sebagai aplikasi geologi permukaan dan bawah permukaan
untuk aplikasi geologi untuk mendukung operasi militer, baik selama masa damai maupun masa
perang. (Schramm, 2006 dalam Häusler, 2015).
Dalam buku "Glossary of Geology" (Jackson, 1997 dalam Häusler, 2015) "geologi militer"
didefinisikan sebagai:
a) Cabang-cabang dari ilmu bumi, terutama geomorfologi, ilmu tanah, dan klimatologi, yang
diterapkan untuk kepentingan militer seperti analisis medan, persediaan air, gerakan lintas alam,
lokasi bahan konstruksi, pembangunan jalan dan lapangan udara.
b) Penerapan ilmu geologi untuk proses pengambilan keputusan yang diperlukan oleh komando
militer.
Meskipun beberapa masalah telah berubah, kebanyakan fungsi dasar geologi militer tetap sama.
"Evaluasi medan akan selalu menjadi titik fokus dari geologi militer. (Betz, 1984 dan Parry, 1984
dalam Häusler, 2015).
Geologi militer mengamati struktur geologi yang mendasari dan pengaruhnya pada medan
(permukaan) hingga batuan dasar untuk operasi militer dalam penggunaannya sebagai benteng dan
terowongan, yang dapat juga dimanfaatkan untuk bahan bangunan (Jungwirth & Zečević, 2003
dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Baru-baru ini, pengamatan geologi militer juga mempelajari
geologi pada skala lokal untuk analisis bom dan penetrasi proyektil, serta menyelidiki cara untuk
mendeteksi dan menghancurkan infrastruktur militer bawah tanah (Zečević, 2004 dalam Zečević
& Jungwirth, 2007). Selain itu, geologi militer menerapkan pengetahuan geologi untuk
memecahkan masalah militer. Pengetahuan mengenai proses dan mekanisme geologi penting
dalam pengintaian medan taktis. Dalam sejarah perang di masa lampau, geologi memiliki peran
penting dalam kemampuan bertahan dan penetrasi dari benteng dan fasilitas militer lainnya,

8

kemampuan melintas dari bentang alam, persediaan air minum, dan analisis medan untuk kedua
tujuan - bertahan maupun menyerang (Zečević, 2003 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).
Para ahli geologi, merupakan penasihat - baik dalam rekayasa geologi maupun
hidrogeologi - juga sebagai perwira staf dalam komando militer yang lebih tinggi, sehingga dapat
memberikan pemanfaatan geologi yang terbaik untuk operasi militer. Pendidikan dari universitas
dan pengetahuan teoritis sangatlah berguna, namun pengalaman yang diperoleh dari proyekproyek diterapkan (pembuatan terowongan, skema tenaga air, pasokan air, dan konstruksi jalan
raya, dsb) adalah potensi yang lebih besar dalam kaitannya untuk aplikasi militer.

2.2. “Kecerdasan Geologi”
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan operasi militer, “kecerdasan geologi” (disebut juga
“geologic intelligence”) merupakan perpaduan dari berbagai informasi geologi yang digunakan
dalam analisa struktur geologi dari medan, stabilitas lereng, karakteristik kekompakan batuan,
lokasi dan karakteristik gua, hidrologi air tanah, serta pembuatan evaluasi dari efektivitas
penggunaan senjata. Pemanfaatan dari “kecerdasan geologi” ini diharapkan dapat memberikan
informasi-informasi penting yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan yang dapat
memenangkan pertempuran, dan juga menyelamatkan nyawa para prajurit maupun peralatan
tempur (Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

2.3. Analisis Medan
Analisis medan (disebut juga terrain analysis atau terrain intelligence) merupakan proses
penafsiran wilayah geografis untuk menentukan efek dari fitur alam dan buatan manusia pada
operasi militer, termasuk pengaruh cuaca dan iklim terhadap fitur-fitur tersebut (Kamus Istilah
Angkatan Darat AS, 1953 dalam Whitmore, 1960). Pengetahuan mengenai medan ini berdasarkan
analisis oleh para ahli dari berbagai sumber dan dikombinasikan dalam dokumen ataupun laporan
intelijen, beserta peta dengan desain khusus yang memprediksi kondisi medan dari suatu wilayah
yang menjadi perhatian militer (Whitmore, 1960).

9

BAB III
TINJAUAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1. Aspek Geologi Daerah Sungai Soča, Kroasia
Peta Italia dan Kekaisaran Austria-Hungaria yang ditunjukkan pada Gambar 1a
menunjukkan morfologi medan yang relatif beragam dan telah berkembang, termasuk rangkaian
pegunungan, bukit, danau, lembah dan sungai berliku-liku (Hoić, 1894). Batugamping berumur
Mesozoikum merupakan penyusun sebagian besar dari wilayah karst Adriatik, yang ditunjukkan
pada Gambar 1b (Jelić & Kalogijera, 2001 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Pegunungan
Alpen terbentuk pada kala Oligosen dan Miosen sebagai akibat dari tekanan yang mendesak
geosinklin Tethyan, ketika lapisan Mesozoikum dan Kenozoikum dihimpit oleh daratan Eurasia
yang stabil dengan daratan Afrika yang bergerak kearah utara. Sejarah geologi yang kompleks
dicerminkan oleh medan yang terbentuk pada wilayah ini.
Lembah dengan panjang ratusan kilometer dari Sungai Soča (Isonzo) yang membentang
dari Julian Alps hingga ke selatan di pantai Laut Adriatik, kenyataannya, merupakan satu-satunya
daerah untuk operasi ofensif oleh Angkatan Darat Italia melawan pasukan Austro-Hungaria selama
Perang Dunia I (Gambar 1c) (Zečević & Jungwirth, 2007). Sisanya berupa pegunungan dengan
garis depan sepanjang 650 kilometer yang telah didominasi oleh pasukan Austro-Hungaria.
Sepanjang Sungai Soča, jurang dan urut-urutan dari punggungan dan lembahan terbentuk dalam
batugamping, ditambah dua dataran tinggi karbonat yang terdenudasi, berupa Plato Bainsizza dan
Plato Carso. Daerah ini disebut sebagai Karst atau disebut juga Krš, Carso, Karst atau Kras dalam
bahasa setempat, yang berarti tempat berbatu. Penggambaran struktur geologi dari medan di
sekitar Gunung San Michele ditunjukkan oleh Gambar 2 (Tentor, dkk., 1994 dalam Zečević &
Jungwirth, 2007). Secara geografis, medan karst di daerah ini merupakan daerah gersang, berbatu
dan sebagian besar gelap antara Gorizia dan Laut Adriatik, berbatasan dengan Teluk Trieste dari
Monfalcone hingga ke Trieste. Jumlah gua-gua di daerah Sungai Soča hanya dapat diperkirakan,
yang kebanyakan berada pada batugamping berumur Trias hingga Kapur.

10

Gambar 1a. Peta politik di perbatasan antara Italia dengan Kekaisaran Austro-Hungaria tahun 1894 (Hoić, 1894
dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

Gambar 1b. Peta geologi daerah sekitar Sungai Soča dan Gunung San Michele, Kroasia (Jelić & Kalogijera, 2001
dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

11

Gambar 1c. Peta situasi pertempuran antara tentara Austro-Hongaria dengan Italia. Garis merah menunjukkan garis
medan pertempuran pada 1915/1916 (Zečević & Jungwirth, 2007).

Gambar 2. Penggambaran struktur geologi dari medan di sekitar Gunung San Michele (Tentor, dkk., 1994 dalam
Zečević & Jungwirth, 2007)

12

3.2. Aspek Geologi Daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan
Peta geologi daerah timur Afghanistan yang ditunjukkan pada Gambar 3 menunjukkan
litologi yang dominan berupa batupasir berumur Tersier, serta batuan metamorf gneiss dan sekis
yang berumur Mesozoikum hingga Paleozoikum (Wahl & Doebrich, 2006). Morfologi medan
daerah ini sangat mendukung taktik gerilya, dikarenakan kesulitan medan perang yang membatasi
penggunaan taktik modern.
Sistem terowongan dan gua-gua terletak di wilayah Zawar Kili di Provinsi Paktia di timur
Afghanistan dan Lembah Shah-i-Khot di tenggara, yang hampir keseluruhannya dibangun dalam
litologi batupasir dan batuan metamorf. "Benteng Tora Bora" adalah sistem terowongan dan ruang
untuk meningkatkan sistem gua yang ada di White Mountains, disebelah baratdaya dari Jalalabad,
di Timur Afghanistan, dekat perbatasan dengan Pakistan. Nama "Tora Bora" diterjemahkan
sebagai "debu hitam". Sistem gua dan tebing yang dalam membuat tempat ini hampir mustahil
ditembus oleh pemboman dari permukaan.

Gambar 3. Peta geologi daerah timur Afghanistan (Wahl & Doebrich, 2006)

13

BAB IV
ANALISIS

4.1. Kondisi Geologi
Meskipun jaringan terowongan Afghanistan di daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot
sebagian besar dibangun pada batupasir dan batuan metamorf, hal ini dapat dibandingkan dengan
sistem lorong-lorong Austro-Hungaria di wilayah karst Sungai Soča. Perbedaan dari pandangan
taktis adalah posisi sistem lorong-lorong Austro-Hungaria yang berada tidak jauh di bawah
permukaan, sedangkan jaringan terowongan Afghanistan bisa jauh lebih dalam (hingga 350 meter
dari permukaan). Kedalaman struktur militer tersebut bergantung kepada keadaan geologi yang
mendasari daerah, pengetahuan teknik, dan potensi efektivitas senjata yang digunakan. Teknologi
militer sekarang memiliki proyektil "pintar" yang dapat menembus hingga 30 meter di bawah
tanah, melewati 6 meter batuan padat dan memiliki mekanisme time-delay untuk meledakkan 300
kg bahan peledak berkekuatan tinggi yang dikemas dalam bagian belakang selubungnya (dikenal
sebagai proyektil GBU-28 "bunker buster"). Namun - perkecualian pada sistem terowongan yang
relatif dangkal - posisi gerilya dan infrastruktur mereka akan tetap utuh.
Sistem terowongan yang luas di Gunung St. Michele terdiri dari kompleks markas, tempat
penyimpanan, serta posisi pertempuran artileri yang saling berhubungan dan diperkuat, terlindungi
di bawah batuan dasar batugamping sedalam lebih dari 7 meter, yang menciptakan perbentengan
yang mengesankan dan hampir mustahil ditembus pada masa Perang Dunia I. Oleh karena itu,
dalam hal ini, daerah karst terbukti memberikan keunggulan bagi pasukan yang bertahan dan
memberikan kelemahan yang signifikan bagi pasukan yang menyerang. Batugamping
meningkatkan efek pecahan proyektil dari ledakan artileri. Batuan dasar dekat permukaan di
daerah pegunungan (dan utamanya di daerah karst yang telah terdenudasi) meningkatan efektivitas
pecahan proyektil secara proporsional. Ketika dihantam ledakan artileri, batuan akan pecah dan
menyebabkan peningkatan 50% dari cedera mata dan kepala pada pasukan musuh, dibandingkan
dengan medan perang biasanya (Ciciarelli, 1994 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Selain itu,
dukungan artileri Italia di banyak penyerangan tidak mampu mengimbangi kekuatan pasukan
Austro-Hungaria yang selalu dibentengi dengan baik, yang mengambil keuntungan dari banyak
gua-gua yang disediakan oleh medan geologi, yang ditunjukkan oleh Gambar 4a dan 4b
14

(Gariboldi, 1926 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Contoh rekonstruksi ideal posisi artileri
Austro-Hungaria yang dibentengi batugamping dengan baik di Gunung St. Michele ditunjukkan
pada Gambar 5 (Tavagnutti, 2002 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

Gambar 4a. Gua-gua pertahanan Austro-Hungaria beserta kelengkapan artilerinya (Gariboldi, 1926).

Gambar 4b. Posisi artileri yang dibentengi oleh sistem gua-gua didalam Gunung San Michele – tampak luar (kiri)
dan tampak dalam (kanan) (Gariboldi, 1926).

15

Gambar 5. Rekonstruksi ideal – profil posisi artileri pasukan Austro-Hungaria yang diperkuat pertahanannya
didalam gua-gua batugamping (Modifikasi dari Tavagnutti, 2002 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

Sistem terowongan dan gua-gua di daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan
terdapat pada litologi yang didominasi oleh batupasir berumur Tersier serta batuan metamorf
gneiss dan sekis yang berumur Mesozoikum hingga Paleozoikum. Terowongan-terowongan itu
sendiri sebagian besar dibangun 20 tahun yang lalu pada masa invasi Soviet terhadap Afghanistan.
Sistem terowongan tersebut kemudian diperluas lagi oleh pasukan Al-Qa'ida, menggunakan hardrock engineering mining techniques (Zečević & Jungwirth, 2003 dan Bahmanyar, 2004 dalam
Zečević & Jungwirth, 2007). Pasukan Al-Qaeda di timur Afghanistan kemudian menggunakan
jaringan terowongan ini untuk menyimpan amunisi, persediaan makanan dan bahkan kendaraan
seperti tank di gua-gua besar, seperti ditunjukkan pada Gambar 6 (Zečević, 2004 dalam Zečević
& Jungwirth, 2007). Penyadapan air bawah tanah dilakukan untuk memenuhi persediaan air di
tempat itu. Sumber air bersih yang berasal dari air bawah tanah tidak dapat dengan mudah tercemar
oleh operasi militer yang terjadi di permukaan, sehingga memungkinkan keberlangsungan hidup
para gerilyawan di bawah permukaan. Suhu gua yang konstan juga berguna bagi mereka untuk
mempertahankan diri terhadap musim dingin Afghanistan yang keras.

16

Gambar 6. Rekonstruksi ideal – profil markas bertingkat-banyak pasukan Al-Qa’ida yang pertahanannya diperkuat
oleh gua-gua dan sistem terowongan batupasir di timur Afghanistan (atas) – dan rekonstruksi penyerangan markas
bawah tanah bertingkat-banyak pasukan Al-Qa'ida dengan proyektil “pintar” GBU-29 "bunker buster" yang dapat
menembus kedalam permukaan tanah (bawah) (Modifikasi dari Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

17

4.2. Kerentanan Geologi dari Fasilitas Militer Bawah Tanah
Kerentanan geologi dari fasilitas militer bawah tanah merupakan fungsi dari tiga variabel:
kedalaman di bawah permukaan tanah, kekuatan massa-batuan dan penetrabilitas permukaanlapisan (Eastler, dkk., 1998 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Namun, batupasir harus dievaluasi
secara terpisah karena memiliki sifat fisik yang sangat bervariasi. Misalnya, batupasir kuarsa dan
batulanau memiliki kekuatan geser (shear strength) yang tinggi. Contoh perbentengan dari material
tersebut dapat bertahan berbulan-bulan, baik dari pengeboman darat maupun sungai oleh beberapa
senjata terbesar Angkatan Darat Union pada Perang Saudara Amerika selama pengepungan
Vicksburg pada tahun 1863 (Coleman, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).
Penetrasi proyektil serta daya ledak bom dan proyektil bergantung kepada jenis tanah dan
jenis batuan dasar. Efek penetrasi dari proyektil bergantung kepada jenis medan: apakah medan
tersebut alami atau telah dibangun. Faktor lain adalah potensi penguatan sebagai struktur bawah
permukaan yang dapat meningkatkan kemungkinan bertahan dari pengeboman. Akan tetapi, pintu
masuk terowongan sangat rentan terhadap bom konvensional maupun yang dapat menembus,
meskipun biasanya ada lebih dari 1 jalan keluar dari sistem terowongan. Peledakan pintu masuk
utama mungkin dilakukan, meskipun tidak memiliki efek 'menjebak' yang diinginkan. Untuk
sistem terowongan dan gua modern yang kompleks, terdapat sistem ventilasi yang efektif untuk
dijadikan sasaran, karena merupakan bagian yang paling rentan terhadap pemboman. Gambar 6
menunjukkan rekonstruksi penyerangan markas bawah tanah bertingkat-banyak pasukan AlQa'ida dengan proyektil “pintar” GBU-29 "bunker buster", yang dapat menembus kedalam
permukaan tanah hingga 30 meter (Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).
4.3. Peranan Ilmu Geologi dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Militer
Peta topografi dan peta geologi yang akurat serta pengetahuan medan merupakan bagian
integral dan penting dari semua proses perencanaan militer. Untuk keperluan bertahan, penting
untuk mengetahui letak di mana musuh telah menempatkan persediaan logistik mereka dan
bereaksi pada waktu yang tepat dan menentukan posisi pasukan yang dimiliki sehingga dapat
menggagalkan atau setidaknya meminimalisir potensi serangan dari musuh. Untuk operasi
penyerangan, penting untuk mengetahui di mana posisi musuh yang paling lemah, sehingga dapat
merencanakan serangan yang paling efektif. Saat ini, perkembangan terbaru dari perangkat lunak
18

digital terpadu medan perang memungkinkan untuk memprediksi parameter geologi militer yang
penting dari kombinasi data militer, geologi, topografi dan tanah. Prediksi ini kemudian dapat
digunakan untuk analisis geologi lebih lanjut, visualisasi komputer 3-D, atau sebagai masukan ke
simulasi instalasi militer permukaan dan bawah tanah. Metodologi integrasi data-data diatas dapat
diimplementasikan kedalam Proses Pembuatan Keputusan Militer (Military Decision Making
Processes/MDMP) di mana informasi digambarkan dan teknik pemodelan medan yang tersedia
dapat meningkatkan visualisasi pemimpin militer dari medan perang melalui integrasi berbagai
dimensi (Doyle, 2003 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Penting untuk disadari, bahwa telah
terjadi kemajuan pesat dalam pengelolaan medan perang selama beberapa tahun terakhir
(Jungwirth & Zečević, 2005 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Dalam konflik di masa depan,
keunggulan informasi akan menjadi sangat penting untuk mencapai kemenangan. Teknologi
informasi dapat membantu para perencana militer dan komandan militer untuk lebih memahami
faktor-faktor geologi dan pengaruh kondisi geologi dari medan pada situasi perang. Analisis datadata yang ada akan menjadi faktor penting untuk memberikan keunggulan militer dalam
pertempuran.
Dalam geosains, ada dua jenis metode utama untuk mendeteksi dan menemukan adanya
ruang di bawah tanah: secara remote-sensing (penginderaan jauh) atau secara langsung (berbasis
darat). Metode penginderaan jarak jauh menggunakan satelit (biasanya data multi atau hiperspektral) untuk secara akurat mengkarakterisasi topografi permukaan maupun kemungkinan
geologi dekat-permukaan. Metode berbasis darat meliputi metode geofisika dangkal (misalnya
radar penembus-tanah/ground-penetrating radar atau survei elektromagnetik) dan pengukuran
langsung oleh sensor inframerah genggam untuk menemukan dan mengkarakterisasi fasilitas
bawah tanah musuh (Llopis et al., 2003 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Pada dasarnya, metode
berbasis darat lebih efektif tetapi pelaksanaannya sulit untuk dilakukan di wilayah pegunungan
seperti di Afghanistan, terlebih lagi daerah ini merupakan daerah konflik yang rentan terhadap
serangan.
Pengambil keputusan militer memerlukan "kecerdasan geologi", baik pada tingkatan
strategis, operasional, maupun taktis (Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Langkah
pengembangan berikutnya dari analisis medan dan peta akan menyediakan informasi-informasi
penting yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan yang dapat memenangkan pertempuran, dan

19

juga menyelamatkan nyawa para prajurit maupun peralatan tempur. Sistem Informasi Geografis
(SIG) dan teknologi Global Positioning System (GPS) yang berkaitan dapat meningkatkan
kecepatan dan kualitas keputusan, dalam pandangan penuh dari segala kegiatan yang berhubungan
dengan medan. Sistem Informasi Geografis (SIG) juga dapat digunakan secara akurat untuk
menemukan dan mengintegrasikan fitur taktis, tanah, data geologi dan topografi, sumber daya
alam, dan jenis-jenis fitur medan lainnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 7 (Zečević, 2004
dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Penekanan dalam geologi militer, baik untuk mendeteksi
instalasi militer bawah tanah maupun menilai potensi efektivitas senjata dan kerentanan sasaran
sangatlah penting. Pemodelan matematika dari interaksi terminal antara mekanisme senjata untuk
menyerang dan ukuran pelindung dari target juga bisa dilakukan. Teknologi penginderaan jauh,
dari satelit ataupun berbasis-pesawat, dapat memberikan citra satelit multispektral, yang
digunakan untuk mengidentifikasi fitur-fitur khusus pada data, seperti mineral dan batuan.
Informasi tentang keadaan geologi dari fasilitas militer musuh dapat digunakan untuk menentukan
senjata paling tepat yang digunakan dan metode serangan yang paling efektif, yang akan
menghasilkan keunggulan militer di pihak yang bersangkutan.

Gambar 7. Integrasi dari data peta geologi, tanah, topografi, dan taktis sebagai bagian dari “kecerdasan geologi”
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan militer. (Modifikasi dari Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth,
2007).

20

BAB V
KESIMPULAN

1.

Perbandingan kondisi geologi terhadap operasi militer di daerah Sungai Soča, Kroasia
dengan daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan dan pengaruh kondisi geologi
terhadap operasi militer adalah sebagai berikut:

 Sistem terowongan dan gua-gua di wilayah karst Sungai Soča, Kroasia terdapat pada
litologi batugamping berumur Mesozoikum, dimana posisinya berada tidak jauh di
bawah permukaan. Sedangkan sistem terowongan dan gua-gua di daerah Zawar Kili dan
Shah-i-Khot, Afghanistan terdapat pada litologi yang didominasi oleh batupasir berumur
Tersier serta batuan metamorf gneiss dan sekis yang berumur Mesozoikum hingga
Paleozoikum, dimana posisinya bisa jauh lebih dalam (hingga 350 meter dari
permukaan), sehingga dapat membentuk banyak tingkatan pada sistem tersebut.

 Litologi dan medan dapat memberikan keunggulan maupun kelemahan bagi kedua belah
pihak yang saling berperang. Kondisi geologi juga berpengaruh terhadap operasi militer
dalam menentukan kedalaman struktur militer, yang bergantung kepada keadaan geologi
yang mendasari daerah, pengetahuan teknik, dan potensi efektivitas senjata yang
digunakan.
2.

Faktor kerentanan geologi dari fasilitas militer bawah tanah merupakan fungsi dari variabel
berikut:

 Kedalaman di bawah permukaan tanah
 Kekuatan massa-batuan.
 Penetrabilitas permukaan-lapisan.
3.

Metode geosains untuk mendeteksi keberadaan fasilitas militer bawah tanah, meliputi:

 Metode penginderaan jarak jauh menggunakan satelit (biasanya data multi atau hiperspektral) untuk secara akurat mengkarakterisasi topografi permukaan maupun
kemungkinan geologi dekat-permukaan.

 Metode berbasis darat (langsung), meliputi metode geofisika dangkal (misalnya radar
penembus-tanah/ground-penetrating radar atau survei elektromagnetik) dan pengukuran

21

langsung oleh sensor inframerah genggam untuk menemukan dan mengkarakterisasi
fasilitas bawah tanah musuh.
4.

Berikut merupakan peranan ilmu geologi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
militer:

 Integrasi dari data peta geologi, tanah, topografi, dan taktis penting sebagai bagian dari
“kecerdasan geologi” dalam perencanaan dan pengambilan keputusan militer.

 Peta topografi dan peta geologi yang akurat serta pengetahuan medan merupakan bagian
integral dan penting dari semua proses perencanaan militer.

 Hasil analisis dari integrasi data-data militer, geologi, topografi dan tanah dapat
diimplementasikan kedalam Proses Pembuatan Keputusan Militer (Military Decision
Making Processes/MDMP), yang dapat dikembangkan menjadi faktor penting untuk
memberikan keunggulan militer dalam pertempuran.

 Informasi tentang keadaan geologi dari fasilitas militer musuh dapat digunakan untuk
menentukan senjata paling tepat yang digunakan dan metode serangan yang paling
efektif, yang akan menghasilkan keunggulan militer di pihak yang bersangkutan.

22

DAFTAR PUSTAKA
Häusler, Hermann. 2015. Military Geology and Comprehensive Security Geology – Applied
Geologic Contributions to New Austrian Security Strategy. Austrian Journal of Earth
Sciences. 108/2, hlm. 302-316.
Knowles, Robert B. dan Wedge, William K. 1998. Military Geology and the Gulf War. GSA –
Reviews in Engineering Geology. XIII, hlm. 117-124.
Whitmore, Frank C. Jr. 1960. Terrain Intelligence and Current Military Concepts. American
Journal of Science. 258-A, hlm. 375-387.
Zakaria, Zufialdi. 2005. Peran Geologi Teknik dan Analisis Kewilayahan dalam Geologi Militer
di Indonesia. Bulletin of Scientific Contribution. 3, hlm. 103-110.
Zečević, Marko dan Jungwirth, Enio. 2007. The Influence of Geology on Battlefield Terrain and
it’s Affects on Military Operations in Mountains and Karst Regions: Examples From WW1
and Afghanistan. Rudarsko-geološko-naftni zbornik. 19, hlm. 57-66.

23

LAMPIRAN

24

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25