IDENTIFIKASI KAWASAN TRADISIONAL DI LAMPUNG
PEMERINTAH PROPINSI LAMPUNG
DINAS PEMUKIMAN DAN PENGAIRAN
IDENTIFIKASI KAWASAN
TRADISIONAL LAMPUNG
Oleh : Ir. Dadang Satyawan, IAI.
PT. VISITAMA DAYA SOLUSI Consultant
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
MADSUD DAN
TUJUAN
MADSUD
Membantu Pemerintah dalam Menyiapkan Rencana
Aksi Program Pengembangan dan Pengelolaan
Kawasan Tradisional KHUSUS NYA DIBIDANG
PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA
PERMUKIMAN DAN BANGUNAN PERMUKIMAN
TUJUAN
A.
Menginventaris Jenis Adat Istiadat dan Budaya
Masyarakat Lampung yang Berkembang di
seluruh wilayah Propinsi Lampung.
B.
Menginventaris Bangunan Permukiman, sarana
dan prasarana permukiman Tradisional
C.
Mengidentifikasi perkembangan seni, Budaya,
dan Tradisi
D.
Mengidentifikasi perkembangan sarana
prasarana dan bangunan permukiman
tradisional
E.
Menyusun Rencana Aksi program
pengembangan kawasan permukiman
khususnya dibidang sarana, prasarana dan
bangunan permukiman tradisional
SASARAN
Terwujudnya
Inventaris / data
base kawasan
tradisional
Tersusunnya
Program
Pengembangan
kawasan
permukiman
Tradisional.
1. PENGANTAR
Definisi Kampung
/Kawasan Tradisional
Karakter Pemukiman
Tradisional
Karakter budaya, sosial
dan pemerintahan
Unsur-unsur yang
mudah mengalami
perubahan dan faktorfaktor penyebab
perubahan
Arah pengembangan
desa tradisional yang
ideal
KAWASAN
ARTINYA DAERAH YANG MEMILIKI CIRI KHAS TERTENTU ATAU BERDASARKAN
PENGELOMPOKAN FUNGSIONAL KEGIATAN TERTENTU, SEPERTI
KAWASAN INDUSTRI, KAWASAN PERDAGANGAN, KAWASANREKREASI DAN
KAWASAN TRADISIONAL.
KAMPUNG / DESA ADALAH KESATUAN MASYARAKAT HUKUM YANG
MEMILIKI BATAS BATAS WILAYAH YANG BERWEWENANG UNTUK
MENGATUR DAN MENGURUS KEPENTINGAN MASYARAKAT SETEMPAT
BEDASARKAN ASAL USUL , ADAT ISTIADAT YANG DIAKUI DAN
DIHORMATI DALAM SISTIM PEMERINTAHAN NKRI (Permendagri Nomor
22 tahun 2006) TENTANG PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA.
DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI MEMANDANG DESA ATAU NAMA
LAIN (PEKON; BUAY; NAGARI; BINUA; KAMPUNG; GAMPONG; NEGRI;
HUTA; SOSIR; MARGA; LEMBANG; KUWU; PEMUSUNGAN; PAROIGU;
LUMBAN; ) ADALAH KESATUAN MASYARAKAT YANG TERGABUNG
BEDASARKAN GARIS KETURUNAN (GENEOLOGI) YANG MENDIAMI
WILAYAH (TERITORIAL) DAN TERIKAT OLEH SUATU TRADISI
/KEBIASAAN
KARAKTER PERMUKIMAN
(DESA) TRADISIONAL
DITINJAU DARI SEGI SOSIAL DAN BUDAYA
Adat menentukan jati diri, norma, nilai dan tata
aturan untuk mengelola tanah, sumberdaya alam,
warga maupun hubungan-hubungan sosial
(pernikahan, kematian, sengketa, pembagian
tanah, dan sebagainya).
Setiap warga masyarakat terikat oleh tatacara adat
untuk mengelola (merawat dan membagi) tanah
(kekayaan) secara komunal (bersama) dengan
prinsip kesejahteraan ( welfare society),
keseimbangan dan berkelanjutan.
Pemimpin ditentukan secara turun-temurun melalui
jalan musyawarah tanpa pergolakan kekuasaan
(politik) di dalam lingkup keluarga atau masyarakat.
Pemimpin bukanlah jabatan yang sarat dengan
kekuasaan dan kekayaan, tetapi posisi kehormatan
yang sarat dengan tanggungjawab untuk mengurus
dan melindungi tanah, penduduk, keamanan,
hubungan-hubungan sosial, dan sebagainya.
KARAKTER PERMUKIMAN
(DESA) TRADISIONAL
DITINJAU DARI BENTUK
POLA PERMUKIMAN
(SPASIAL )
Karakteristik Permukiman
Tradisional
Permukiman tradisional
Permukiman tradisional sering
direpresentasikan sebagai
tempat yang masih memegang
nilai nilai adat dan budaya yang
berhubungan dengan nilai
kepercayaan atau agama yang
bersifat khusus atau unik pada
suatu masyarakat tertentu yang
berakar dari tempat tertentu pula
di luar determinasi sejarah
(Sasongko 2005).
komunitas yang berbeda tentunya
memiliki ciri permukiman yang berbeda
pula. Artinya Perbedaan inilah yang
memberikan keunikan tersendiri pada
bangunan tradisional, Permukiman
Kawasan tradisional yang antara lain
dapat dilihat dari orientasi, bentuk, dan
bahan bangunan serta konsep religi
yang
Melatar belakanginya. Keunikan
tersebut sekaligus menjadi salah satu
daya tarik bagiwisatawan. Oleh karena
itu Koentjaraningrat (1987) menjelaskan
bahwa benda–benda hasil karya
manusia merupakan wujud kebudayaan
fisik, termasuk di dalamnya adalah
permukiman dan bangunan
tradisional.
Kategori Pola Permukiman
tradisional berdasarkan bentuknya terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu
1.
Pola permukiman bentu memanjang terdiri dari
memanjang sungai, jalan, dan garis pantai;
2. Pola permukiman bentuk melingkar;
3. Pola permukiman bentuk persegi panjang; dan
4. Pola permukiman bentuk kubus. Menurut Widayati
(2002) dijelaskan bahwa rumah merupakan
bagian dari suatu permukiman.Rumah saling
berkelompok membentuk permukiman dengan
pola tertentu
DITINJAU DARI BENTUK BANGUNAN
DITINJAU DARI BANGUNAN TRADISIONAL
Selain permukiman tradisional, bangunan tradisional
yang biasanya diterapkan pembangunannya melalui
rumah tradisional. Menurut Machmud (2006:180), rumah
tradisional dapat diartikan sebuah rumah yang dibangun
dengan cara yang sama oleh beberapa generasi. Istilah
lain untuk rumah tradisional adalah rumah adat . Kriteria
dalam menilai keaslian rumah–rumah tradisional antara
lain kebiasaan–kebiasaan yang menjadi suatu peraturan
yang tidak tertulis saat rumah didirikan ataupun mulai
digunakan. Ada ritual–ritual tertentu banyak tata cara
atau aturan yang dipakai, misalnya arah hadap rumah,
bentuk, warna, motif hiasan, bahan bangunan yang
digunakan, sesajen, doa atau mantera yang harus
dibaca dan sebagainya sangat erat terkait pada rumah
tradisional. Bangunan arsitektur tradisional mempunyai
beberapa ciri yang dapat dilihat secara visual. Ciri-ciri ini
hampir semuanya terdapat di beberapa daerah di
Indonesia, namun adakalanya beberapa lokasi sedikit
mempunyai perbedaan. Beberapa ciri arsitektur
tradisional antara lain (Utomo 2000 dalam Dewi et al.
2008:33-35):
:
Berlatar belakang religi: Keberadaan
bangunan arsitektur tradisional tidak lepas dari
faktor religi, baik secara konsep, pelaksanaan
pembangunannya
maupun
wujud
bangunannyaarsitektur tradisional (juga di
Indonesia). Mereka mengenal arah mana yang
dianggap baikdan arah mana yang dianggap
buruk atau jelek. Adapula yang menghubungkan
arah ini dengan simbolisme dunia (baik dan
suci), tengah (sedang) dan bawah (jelek, buruk,
kotor). Arah-arah baik ini mempengaruhi pola
tata letak bangunan dalam satu tapak.
Bangunan harus dihadapkan pada arah baik dan
membelakangi arah buruk; dan - Menganggap
ruang-ruang tertentu memiliki kekuatan magis:
Adakalanya bangunan bangunan tertentu di
dalam bangunan dianggap mempunyai nilai
sakral. Kesakralan ini
diwujudkan dengan memberikan nilai lebih
dalam suatu ruangan.
KARAKTER BUDAYA, SOSIAL DAN
PEMERINTAHAN
Dibatasi oleh satu batas
teritorial atau kawasan
atau lebih
Penduduk mengucapkan
satu bahasa atau satu
logat bahasa
Adanya rasa identitas
bersama sebagai warga:
yang ditentukan oleh
suatu wilayah geografi,
ekologi, dan tradisi serta
adat
Mengalami satu
pengalaman sejarah yang
sama
Frekuensi interaksi
merata tinggi
Susunan sosial yang
seragam
Dibatasi oleh garis batas
suatu daerah politikaladministrasi
UNSUR-UNSUR YANG MUDAH MENGALAMI PERUBAHAN
Unsur yang mudah
berubah:
bahasa
sistem peralatan
(teknologi),
mata pencaharian,
sistem pengetahuan
dan kesenian
Unsur yang sulit
berubah:
organisasi sosial,
dan sistem religi
MASING MASING MENUNJUKAN CIRI CIRI FISIK, TATA LAKU DAN ATURAN
YANG IMPLIKASINYA PADA KEADAAN BERUBAH ATAU TIDAK BERUBAH
Arah Pengembangan Kawasan/
Desa Tradisional Yang Ideal
DENGAN BEBERAPA CARA PENDEKATAN
Dalam Proses Perancangan dan Perancangan dikenal beberapa cara Pendekatan atau metode Perencanaan
yang disesuaikan dengan kondisi atau sifat permasalahan yang dihadapi kawasan tersebut yaitu:
Pembangunan Kembali (Redevelopment) atau peremajaan menyeluruh, yakni upaya penataan
kembali suatu kawasan dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana atau prasarana dari
sebagian atau seluruh kawasan tersebut.
Gentrifikasi (Urban Infill), yakni upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan mealui upaya
peningkatan kualitas lingkungannya tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik
kawasan tersebut.
Konservasi yakni upaya memelihara suatu tempat (lahan, kawasan, gedung, atau kelompok
bangunan / gedung beserta lingkungan nya ) sebagainya ) dari tempat tersebut dapat dipertahankan
Rehabilitasi yakni upaya untuk mengembalikan kondisi suatu bangunan atau unsur unsur kawasan
(kota) yang telah mengalami kerusakan,kemunduran, atau degradasi kepada kondisi aslinya sehingga
dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya.
Preservasi yakni upaya memelihara dan melestarikan monumen, bangunan,
atau lingkungan pada kondisinya dan mencegah terjadinya proses kerusakan.
Renovasi yakni upaya untuk mengubah sebagian atau beberapa bagian dari
bangunan/ kompleks tersebut dapat diadaptasi untuk menampung fungsi baru
ataupun fungsi yang sama dengan persyaratan – persyaratan yang sesuai
dengan kebutuhan baru/ modern. Upaya ini biasanya menyertai upaya
konservasi dan gentrifikasi suatu bangunan atau lingkungan.
Restorasi yakni upaya menghilangkan tambahan – tambahan yang timbul
kemudian, serta memasang / mengembalikan unsur unsur semula yang hilang.
Rekonstruksi yakni upaya untuk mengembalikan kondisi atau membangun
kembali suatu tempat yang rusak parah atau telah hilang sedekat mungkin
dengan wujud semula yang diketahui.
UTARA
0
2. SUBSTASI
1.
Tinjauan Terhadap Kebijakan
2.
Tinjauan Terhadap Adat
Istiadat dan Kebudayaan
Lampung
3.
Arsitektur / Bangunan
Tradisional Lampung
4.
Pola Permukiman Kawasan
tradisional Lampung
5.
Identifikasi kawasan Tradisional
10
20
40 M
1. Tinjauan Terhadap Kebijakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Undang Undang no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang Undang no 28 tahun2002 tentang Bangunan Gedung
Undang Undang no 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
Undang-Undang no 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 18/PRT/M/2010 Tentang Pedoman
Revitalisasi Kawasan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 16/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
RTRW Propinsi Lampung
RTRW . Kabupaten /Kota di Propinsi Lampung
RDTR .
RTBL. Kawasan.
P erat ur a n Men te ri P eke rjaa n U mu m No mor 0 6/ P RT / M/ 20 0 7
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR 06/PRT/M/2007
TANGGAL 16 MARET 2007
TENTANG
PEDOMAN UMUM
RENCANA TATA BANGUNAN
DAN LINGKUNGAN
2. Tinjauan Terhadap Adat Istiadat dan
Kebudayaan Lampung
Gambaran Umum
Dari segi budaya, masyarakat Lampung
dapat dibedakan menjadi dua kelompok
besar, yaitu masyarakat yang menganut
Adat Pepadun dan masyarakat yang menganut Adat Sebatin. Masyarakat Adat
Pepadun terbagi enam: (A) Abung Siwo
Migo (Sembilan Kebuaian) yang terdiri
dari Buai Nunyai, Nuban, Unyi, Subing,
Anak Tuho, Selagai, Kunang, Belinyuk, dan
Nyerupo; (B) Pubian Telu Suku (Tiga
Kebuaian ) terdiri dari Buai Tamba Pupus,
Banyarat, Buku Jadi; (C) Mego Pak (Empat
Marga) terdiri dari Buai Tegamoaan,
Bolan, Suwy Umpu, dan Aji; (D) Way
Kanan (Lima Marga ) terdiri dari Buai
Pemuka, Bahuga, Semenguk, Barisakti,
dan Baradatu; (E) Sungkai Bunga Mayang;
(F) Melinting.
TINJAUAN GEOGRAFIS
Secara geografis, mereka bermukim di sepanjang sungaisungai utama di Provinsi Lampung, yaitu sepanjang Way Kanan,
Way Besai, Way Rarem, Way Sungkai, Way Pengubuan, Way
Terusan, Way Seputih dan Way Sekampung. Bila dikaitkan
dengan pemerintahan kabupaten/kota, Lampung Abung Siwo
Migo bermukim di Kabupaten Lampung Utara, Lampung Tengah,
Lampung Timur, dan Kota Bandar Lampung. Pubian Telu Suku
bermukim di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan,
dan Tanggamus. Mego Pak bermukim di Kabupaten
Tulangbawang. Kelompok masyarakat Way Kanan bermukim di
Kabupaten Way Kanan. Kelompok masyarakat Sungkai
bermukim di Kabupaten Lampung Utara.
Masyarakat Adat Sebatin yang pada umumnya
bermukim di sekitar pesisir pantai, mulai dari Kabupaten
Lampung Selatan, Tanggamus, Kota Bandar Lampung, hingga
Kabupaten Lampung Barat.
FALSAFAH HIDUP
Falsafah hidup orang Lampung sejak terbentuk dan
tertatanya masyarakat Adat Pepadun adalah piil pesenggiri.
Piil (fiil=arab) artinya perilaku sedangkan pesenggiri
maksudnya bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan
kewajiban
Secara ringkas unsur-unsur piil pesenggiri itu dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Juluk Adek
Setiap anggota masyarakat adat Lampung mempunyai gelar adat (julukadek).
B. Nemui Nyimah
Secara harfiah nemui-nyimah berarti sikap pemurah, terbuka
tangan, suka memberi dan menerima dalam arti materiil sesuai
dengan kemampuan. Nemui-nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan
serta silaturahmi
C. Nengah-nyappur
Menggambarkan bahwa anggota masyarakat Lampung mengutamakan
rasa kekeluargaan dan didukung dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan siapa saja, tidak membedakan suku, agama, tingkatan, asal
usul dan golongan
D. Sakai-sambaiyan
Berarti tolong menolong dan gotong royong, artinya memahami makna
kebersamaan atau guyub. Sakai-sambaiyan pada hakekatnya adalah
menunjukkan rasa partisipasi serta solidaritas yang tinggi terhadap
berbagai kegiatan sosial pada umumnya
Diketahui bahwa asas kehidupan dari suatu keluarga dalam
masyarakat adat Lampung adalah :
(1). Kepemimpinan masyarakat adat kebuaiyan dipimpin oleh
penyimbang kebuaiyan/marga
(2). Kepemimpinan masyarakat adat di kampung/pekon/tiyuh
dipimpin oleh penyimbang tiyuh
(3). Kepemimpinan masyarakat adat di tiyuh suku dipimpin
oleh penyimbang suku
Punyimbang-Punyimbang Kebuwayan bersatu
mufakat menetapkan bahwa penguasaan
tanah di daerah Lampung hanya terdiri dari
Empat besar, yaitu:
1. Ratu Di Puncak menguasai tanah hak
Ulayat Abung di Way Abung, Way Rarem
dan Way Seputih.
2. Ratu Pemanggilan menguasai tanah
hak UlayatPemanggilan di Pesisir
Krui, Pesisir Semaka, Muara Dua dan
Martapura.
3. Ratu Di Balau menguasai tanah hak
Ulayat Pubiyan di bagian Selatan Way
Sekampung, Teluk Betung dan Bandar
Lampung,
4. Ratu Di Pugung menguasai tanah hak
Ulayat Bandar Pugung didaerah
Pugung,
Jabung,
Maringgai
danSekampung Ilir.
3. Arsitektur / Bangunan tradisonal Lampung
Suku Lampung mengenal empat macam
bangunan yang bersifat permanen atau tetap.
yaitu
(1) tempat tinggal (lamban),
(2) tempat pertemuan masyarakat adat
(sesat/bantahan),
(3) tempat ibadah (mesjid/mesigit/rang
ngaji/pok ngaji), serta
(4) tempat menyimpan padi/gabah
(balai/walai).
Rumah Tua di Kenali, Lampung Barat
Ada perbedaan yang agak mencolok antara bangunan
tradisional yang dibuat sebelum tahun 1900-an, tahun
1930-an, dan tahun 1960-an. Bangunan tradisional,
terutama rumah, yang dibuat sebelum tahun 1900-an
umumnya berbentuk segi empat dan beratap (kekopni
lamban/pemugungan)
atau
bumbung
bubung
perahu/pelana (pamugung tebak/bubung perahu tebak) dan
kerucut (bubung kukus) dengan atap rumah terbuat dari
ijuk atau sabuk dari pohon aren/enau (hanau). Halaman
rumah umumnya luas segi empat, sedikit jendela, tidak
memiliki beranda. Rumah semacam ini terdapat di Kenali
dan Liwa, Kabupaten Lampung Barat.
Masyarakat Lampung Saibatin
(Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten
Tanggamus, Kota Bandar Lampung, dan
Kabupaten Lampung Selatan) menyebut
rumah adalah lamban. Sedangkan
masyarakat
Lampung
Pepadun
(Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Lampung Timur, Kabupaten Lampung
Utara,
Kota
Metro,
Kabupaten
tulangbawang,
dan
Kabupaten
Waykanan) menyebut rumah adalah
nuwo/lambahan.
Rumah Tua di Negeri batin
Rumah Tua di Sukadana,
Tempat tinggal atau rumah
panggung
masyarakat
suku
Lampung terbagi dua, yakni (1)
rumah kepala adat atau penyimbang
dan (2) rumah masyarakat biasa.
Rumah
kepala
adat
atau
penyimbang biasanya lebih besar
dan memiliki ruang-ruang bangunan
yang lebih banyak ketimbang rumah
masyarakat biasa. Rumah kepala
adat atau penyimbang dinamakan
rumah besar atau lamban balak
(Lampung
Saibatin)
dan
nowou/lambahan balak (Lampung
Pepadun).
Sketsa Rumah Kepala Adat
kebik
temen,
rangek,
tengah, ranjang tundo,
selak sukang, dll. Kebik
temen adalah kamar tidur
untuk anak tertua laki-laki,
kebik rangek untuk kamar
tidur anak kedua laki-laki,
kebik tengah untuk anak
ketiga laki-laki, ranjang
tundo untuk anak keempat
laki-laki, selak sukang
kamar untuk istri atau ibu
: Sketsa Denah Rumah Tradisional Kenali dan Pagardewa
Sketsa Denah Rumah Tradisional Lampung (rumah kerabat)
Tempat Pertemuan Masyarakat Adat
Bangunan tempat musyawarah
masyarakat adat disebut sesat atau
bantaian. Sesat
Selain
sesat,
tempat
musyawarah
masyarakat
adat
adalah di lamban/nowou balak.
Sesat bentuk bangunannya seperti
huruf “T” dengan kaki lebih pendek,
persegi panjang, rumah panggung
berdinding setengah bangunan
(sekitar setengah meter)
Sesat Adat Di Kab Way Kanan
Tempat Ibadah
Tempat ibadah ada dua, yakni masjid
(mesjid/mesigit) dan surau (rang
ngaji/pok ngaji). Masjid berukuran lebih
besardari surau. Berbeda dengan rumah
dan sesat, masjid jarang berbentuk
panggung. Beberapa surau ada yang
berupa bangunan panggung. Masyarakat
Lampung cenderung membuat masjid
berbentuk
segi
empat
dengan
bumbungan bertingkat atau beranak
(pemugungan nganak). Sedangkan surau
lebih banyak yang segi panjang dengan
bumbungan perahu atau limas
: Masjid di Tanjung Heran
Tempat Menyimpan Padi
Bangunan tempat menyimpan
bahan makanan atau lumbung padi
disebut balai/walai. Ada yang
memanfaatkan untuk menyimpan
biji kopi dan getah damar. Lumbung
berbentuk segi empat, bangunan
panggung, dan mempunyai bubung
perahu (serotong).Balai umumnya
berada di belakang rumah bahkan
ada yang jauh dari rumah dan
perkampungan. Hal ini bertujuan
menghindari debu (huwok) dari kulit
padi (dedak) bagi masyarakat
kampung serta hewan piaraan,
seperti ayam, ketika padi dijemur.
Lumbung Padi
POLA PEMUKIMAN KAWASAN
TRADISONAL Sebagaian besar
mempunyai struktur Linear /
Memanjang. Biasanya mengikuti pola
arah Jalan atau sungai.
5. Identifikasi Kawasan Tradisional
5.1
. Kabupaten Lampung Timur
a. Tinjauan Terhadap RTRW Kab. Lampung Timur
Wana Kecamatan Melinting
a. Visualisasi Lingkungan Pemukiman
b. Barang Barang peninggalan (wana)
c. Buku Tamu Kunjungan Wisatawan di wana
Bojong Kecamatan Sekampung Udik
a. Visualisasi Lingkungan Pemukiman
5.2 Kabupaten Lampung Barat
a. Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Kenali
. Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Pekon Kejadian kec. Belalau
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Pekon Pedudu Liwa
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Pekon Bala
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Pekon Batu Brak
5.3 Kabupaten Pesisir Barat
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Karya Penggawa V Tengah
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Laay
5.4 Kabupaten tanggamus
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Bandar Kejadian
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Bandar Negeri Semuong
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Semaka
5.5
Kabupaten Tulang Bawang
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Ujung Gunung
SEKIAN TERIMA KASIH
DINAS PEMUKIMAN DAN PENGAIRAN
IDENTIFIKASI KAWASAN
TRADISIONAL LAMPUNG
Oleh : Ir. Dadang Satyawan, IAI.
PT. VISITAMA DAYA SOLUSI Consultant
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
MADSUD DAN
TUJUAN
MADSUD
Membantu Pemerintah dalam Menyiapkan Rencana
Aksi Program Pengembangan dan Pengelolaan
Kawasan Tradisional KHUSUS NYA DIBIDANG
PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA
PERMUKIMAN DAN BANGUNAN PERMUKIMAN
TUJUAN
A.
Menginventaris Jenis Adat Istiadat dan Budaya
Masyarakat Lampung yang Berkembang di
seluruh wilayah Propinsi Lampung.
B.
Menginventaris Bangunan Permukiman, sarana
dan prasarana permukiman Tradisional
C.
Mengidentifikasi perkembangan seni, Budaya,
dan Tradisi
D.
Mengidentifikasi perkembangan sarana
prasarana dan bangunan permukiman
tradisional
E.
Menyusun Rencana Aksi program
pengembangan kawasan permukiman
khususnya dibidang sarana, prasarana dan
bangunan permukiman tradisional
SASARAN
Terwujudnya
Inventaris / data
base kawasan
tradisional
Tersusunnya
Program
Pengembangan
kawasan
permukiman
Tradisional.
1. PENGANTAR
Definisi Kampung
/Kawasan Tradisional
Karakter Pemukiman
Tradisional
Karakter budaya, sosial
dan pemerintahan
Unsur-unsur yang
mudah mengalami
perubahan dan faktorfaktor penyebab
perubahan
Arah pengembangan
desa tradisional yang
ideal
KAWASAN
ARTINYA DAERAH YANG MEMILIKI CIRI KHAS TERTENTU ATAU BERDASARKAN
PENGELOMPOKAN FUNGSIONAL KEGIATAN TERTENTU, SEPERTI
KAWASAN INDUSTRI, KAWASAN PERDAGANGAN, KAWASANREKREASI DAN
KAWASAN TRADISIONAL.
KAMPUNG / DESA ADALAH KESATUAN MASYARAKAT HUKUM YANG
MEMILIKI BATAS BATAS WILAYAH YANG BERWEWENANG UNTUK
MENGATUR DAN MENGURUS KEPENTINGAN MASYARAKAT SETEMPAT
BEDASARKAN ASAL USUL , ADAT ISTIADAT YANG DIAKUI DAN
DIHORMATI DALAM SISTIM PEMERINTAHAN NKRI (Permendagri Nomor
22 tahun 2006) TENTANG PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA.
DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI MEMANDANG DESA ATAU NAMA
LAIN (PEKON; BUAY; NAGARI; BINUA; KAMPUNG; GAMPONG; NEGRI;
HUTA; SOSIR; MARGA; LEMBANG; KUWU; PEMUSUNGAN; PAROIGU;
LUMBAN; ) ADALAH KESATUAN MASYARAKAT YANG TERGABUNG
BEDASARKAN GARIS KETURUNAN (GENEOLOGI) YANG MENDIAMI
WILAYAH (TERITORIAL) DAN TERIKAT OLEH SUATU TRADISI
/KEBIASAAN
KARAKTER PERMUKIMAN
(DESA) TRADISIONAL
DITINJAU DARI SEGI SOSIAL DAN BUDAYA
Adat menentukan jati diri, norma, nilai dan tata
aturan untuk mengelola tanah, sumberdaya alam,
warga maupun hubungan-hubungan sosial
(pernikahan, kematian, sengketa, pembagian
tanah, dan sebagainya).
Setiap warga masyarakat terikat oleh tatacara adat
untuk mengelola (merawat dan membagi) tanah
(kekayaan) secara komunal (bersama) dengan
prinsip kesejahteraan ( welfare society),
keseimbangan dan berkelanjutan.
Pemimpin ditentukan secara turun-temurun melalui
jalan musyawarah tanpa pergolakan kekuasaan
(politik) di dalam lingkup keluarga atau masyarakat.
Pemimpin bukanlah jabatan yang sarat dengan
kekuasaan dan kekayaan, tetapi posisi kehormatan
yang sarat dengan tanggungjawab untuk mengurus
dan melindungi tanah, penduduk, keamanan,
hubungan-hubungan sosial, dan sebagainya.
KARAKTER PERMUKIMAN
(DESA) TRADISIONAL
DITINJAU DARI BENTUK
POLA PERMUKIMAN
(SPASIAL )
Karakteristik Permukiman
Tradisional
Permukiman tradisional
Permukiman tradisional sering
direpresentasikan sebagai
tempat yang masih memegang
nilai nilai adat dan budaya yang
berhubungan dengan nilai
kepercayaan atau agama yang
bersifat khusus atau unik pada
suatu masyarakat tertentu yang
berakar dari tempat tertentu pula
di luar determinasi sejarah
(Sasongko 2005).
komunitas yang berbeda tentunya
memiliki ciri permukiman yang berbeda
pula. Artinya Perbedaan inilah yang
memberikan keunikan tersendiri pada
bangunan tradisional, Permukiman
Kawasan tradisional yang antara lain
dapat dilihat dari orientasi, bentuk, dan
bahan bangunan serta konsep religi
yang
Melatar belakanginya. Keunikan
tersebut sekaligus menjadi salah satu
daya tarik bagiwisatawan. Oleh karena
itu Koentjaraningrat (1987) menjelaskan
bahwa benda–benda hasil karya
manusia merupakan wujud kebudayaan
fisik, termasuk di dalamnya adalah
permukiman dan bangunan
tradisional.
Kategori Pola Permukiman
tradisional berdasarkan bentuknya terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu
1.
Pola permukiman bentu memanjang terdiri dari
memanjang sungai, jalan, dan garis pantai;
2. Pola permukiman bentuk melingkar;
3. Pola permukiman bentuk persegi panjang; dan
4. Pola permukiman bentuk kubus. Menurut Widayati
(2002) dijelaskan bahwa rumah merupakan
bagian dari suatu permukiman.Rumah saling
berkelompok membentuk permukiman dengan
pola tertentu
DITINJAU DARI BENTUK BANGUNAN
DITINJAU DARI BANGUNAN TRADISIONAL
Selain permukiman tradisional, bangunan tradisional
yang biasanya diterapkan pembangunannya melalui
rumah tradisional. Menurut Machmud (2006:180), rumah
tradisional dapat diartikan sebuah rumah yang dibangun
dengan cara yang sama oleh beberapa generasi. Istilah
lain untuk rumah tradisional adalah rumah adat . Kriteria
dalam menilai keaslian rumah–rumah tradisional antara
lain kebiasaan–kebiasaan yang menjadi suatu peraturan
yang tidak tertulis saat rumah didirikan ataupun mulai
digunakan. Ada ritual–ritual tertentu banyak tata cara
atau aturan yang dipakai, misalnya arah hadap rumah,
bentuk, warna, motif hiasan, bahan bangunan yang
digunakan, sesajen, doa atau mantera yang harus
dibaca dan sebagainya sangat erat terkait pada rumah
tradisional. Bangunan arsitektur tradisional mempunyai
beberapa ciri yang dapat dilihat secara visual. Ciri-ciri ini
hampir semuanya terdapat di beberapa daerah di
Indonesia, namun adakalanya beberapa lokasi sedikit
mempunyai perbedaan. Beberapa ciri arsitektur
tradisional antara lain (Utomo 2000 dalam Dewi et al.
2008:33-35):
:
Berlatar belakang religi: Keberadaan
bangunan arsitektur tradisional tidak lepas dari
faktor religi, baik secara konsep, pelaksanaan
pembangunannya
maupun
wujud
bangunannyaarsitektur tradisional (juga di
Indonesia). Mereka mengenal arah mana yang
dianggap baikdan arah mana yang dianggap
buruk atau jelek. Adapula yang menghubungkan
arah ini dengan simbolisme dunia (baik dan
suci), tengah (sedang) dan bawah (jelek, buruk,
kotor). Arah-arah baik ini mempengaruhi pola
tata letak bangunan dalam satu tapak.
Bangunan harus dihadapkan pada arah baik dan
membelakangi arah buruk; dan - Menganggap
ruang-ruang tertentu memiliki kekuatan magis:
Adakalanya bangunan bangunan tertentu di
dalam bangunan dianggap mempunyai nilai
sakral. Kesakralan ini
diwujudkan dengan memberikan nilai lebih
dalam suatu ruangan.
KARAKTER BUDAYA, SOSIAL DAN
PEMERINTAHAN
Dibatasi oleh satu batas
teritorial atau kawasan
atau lebih
Penduduk mengucapkan
satu bahasa atau satu
logat bahasa
Adanya rasa identitas
bersama sebagai warga:
yang ditentukan oleh
suatu wilayah geografi,
ekologi, dan tradisi serta
adat
Mengalami satu
pengalaman sejarah yang
sama
Frekuensi interaksi
merata tinggi
Susunan sosial yang
seragam
Dibatasi oleh garis batas
suatu daerah politikaladministrasi
UNSUR-UNSUR YANG MUDAH MENGALAMI PERUBAHAN
Unsur yang mudah
berubah:
bahasa
sistem peralatan
(teknologi),
mata pencaharian,
sistem pengetahuan
dan kesenian
Unsur yang sulit
berubah:
organisasi sosial,
dan sistem religi
MASING MASING MENUNJUKAN CIRI CIRI FISIK, TATA LAKU DAN ATURAN
YANG IMPLIKASINYA PADA KEADAAN BERUBAH ATAU TIDAK BERUBAH
Arah Pengembangan Kawasan/
Desa Tradisional Yang Ideal
DENGAN BEBERAPA CARA PENDEKATAN
Dalam Proses Perancangan dan Perancangan dikenal beberapa cara Pendekatan atau metode Perencanaan
yang disesuaikan dengan kondisi atau sifat permasalahan yang dihadapi kawasan tersebut yaitu:
Pembangunan Kembali (Redevelopment) atau peremajaan menyeluruh, yakni upaya penataan
kembali suatu kawasan dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana atau prasarana dari
sebagian atau seluruh kawasan tersebut.
Gentrifikasi (Urban Infill), yakni upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan mealui upaya
peningkatan kualitas lingkungannya tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik
kawasan tersebut.
Konservasi yakni upaya memelihara suatu tempat (lahan, kawasan, gedung, atau kelompok
bangunan / gedung beserta lingkungan nya ) sebagainya ) dari tempat tersebut dapat dipertahankan
Rehabilitasi yakni upaya untuk mengembalikan kondisi suatu bangunan atau unsur unsur kawasan
(kota) yang telah mengalami kerusakan,kemunduran, atau degradasi kepada kondisi aslinya sehingga
dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya.
Preservasi yakni upaya memelihara dan melestarikan monumen, bangunan,
atau lingkungan pada kondisinya dan mencegah terjadinya proses kerusakan.
Renovasi yakni upaya untuk mengubah sebagian atau beberapa bagian dari
bangunan/ kompleks tersebut dapat diadaptasi untuk menampung fungsi baru
ataupun fungsi yang sama dengan persyaratan – persyaratan yang sesuai
dengan kebutuhan baru/ modern. Upaya ini biasanya menyertai upaya
konservasi dan gentrifikasi suatu bangunan atau lingkungan.
Restorasi yakni upaya menghilangkan tambahan – tambahan yang timbul
kemudian, serta memasang / mengembalikan unsur unsur semula yang hilang.
Rekonstruksi yakni upaya untuk mengembalikan kondisi atau membangun
kembali suatu tempat yang rusak parah atau telah hilang sedekat mungkin
dengan wujud semula yang diketahui.
UTARA
0
2. SUBSTASI
1.
Tinjauan Terhadap Kebijakan
2.
Tinjauan Terhadap Adat
Istiadat dan Kebudayaan
Lampung
3.
Arsitektur / Bangunan
Tradisional Lampung
4.
Pola Permukiman Kawasan
tradisional Lampung
5.
Identifikasi kawasan Tradisional
10
20
40 M
1. Tinjauan Terhadap Kebijakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Undang Undang no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang Undang no 28 tahun2002 tentang Bangunan Gedung
Undang Undang no 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
Undang-Undang no 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 18/PRT/M/2010 Tentang Pedoman
Revitalisasi Kawasan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 16/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
RTRW Propinsi Lampung
RTRW . Kabupaten /Kota di Propinsi Lampung
RDTR .
RTBL. Kawasan.
P erat ur a n Men te ri P eke rjaa n U mu m No mor 0 6/ P RT / M/ 20 0 7
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR 06/PRT/M/2007
TANGGAL 16 MARET 2007
TENTANG
PEDOMAN UMUM
RENCANA TATA BANGUNAN
DAN LINGKUNGAN
2. Tinjauan Terhadap Adat Istiadat dan
Kebudayaan Lampung
Gambaran Umum
Dari segi budaya, masyarakat Lampung
dapat dibedakan menjadi dua kelompok
besar, yaitu masyarakat yang menganut
Adat Pepadun dan masyarakat yang menganut Adat Sebatin. Masyarakat Adat
Pepadun terbagi enam: (A) Abung Siwo
Migo (Sembilan Kebuaian) yang terdiri
dari Buai Nunyai, Nuban, Unyi, Subing,
Anak Tuho, Selagai, Kunang, Belinyuk, dan
Nyerupo; (B) Pubian Telu Suku (Tiga
Kebuaian ) terdiri dari Buai Tamba Pupus,
Banyarat, Buku Jadi; (C) Mego Pak (Empat
Marga) terdiri dari Buai Tegamoaan,
Bolan, Suwy Umpu, dan Aji; (D) Way
Kanan (Lima Marga ) terdiri dari Buai
Pemuka, Bahuga, Semenguk, Barisakti,
dan Baradatu; (E) Sungkai Bunga Mayang;
(F) Melinting.
TINJAUAN GEOGRAFIS
Secara geografis, mereka bermukim di sepanjang sungaisungai utama di Provinsi Lampung, yaitu sepanjang Way Kanan,
Way Besai, Way Rarem, Way Sungkai, Way Pengubuan, Way
Terusan, Way Seputih dan Way Sekampung. Bila dikaitkan
dengan pemerintahan kabupaten/kota, Lampung Abung Siwo
Migo bermukim di Kabupaten Lampung Utara, Lampung Tengah,
Lampung Timur, dan Kota Bandar Lampung. Pubian Telu Suku
bermukim di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan,
dan Tanggamus. Mego Pak bermukim di Kabupaten
Tulangbawang. Kelompok masyarakat Way Kanan bermukim di
Kabupaten Way Kanan. Kelompok masyarakat Sungkai
bermukim di Kabupaten Lampung Utara.
Masyarakat Adat Sebatin yang pada umumnya
bermukim di sekitar pesisir pantai, mulai dari Kabupaten
Lampung Selatan, Tanggamus, Kota Bandar Lampung, hingga
Kabupaten Lampung Barat.
FALSAFAH HIDUP
Falsafah hidup orang Lampung sejak terbentuk dan
tertatanya masyarakat Adat Pepadun adalah piil pesenggiri.
Piil (fiil=arab) artinya perilaku sedangkan pesenggiri
maksudnya bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan
kewajiban
Secara ringkas unsur-unsur piil pesenggiri itu dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Juluk Adek
Setiap anggota masyarakat adat Lampung mempunyai gelar adat (julukadek).
B. Nemui Nyimah
Secara harfiah nemui-nyimah berarti sikap pemurah, terbuka
tangan, suka memberi dan menerima dalam arti materiil sesuai
dengan kemampuan. Nemui-nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan
serta silaturahmi
C. Nengah-nyappur
Menggambarkan bahwa anggota masyarakat Lampung mengutamakan
rasa kekeluargaan dan didukung dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan siapa saja, tidak membedakan suku, agama, tingkatan, asal
usul dan golongan
D. Sakai-sambaiyan
Berarti tolong menolong dan gotong royong, artinya memahami makna
kebersamaan atau guyub. Sakai-sambaiyan pada hakekatnya adalah
menunjukkan rasa partisipasi serta solidaritas yang tinggi terhadap
berbagai kegiatan sosial pada umumnya
Diketahui bahwa asas kehidupan dari suatu keluarga dalam
masyarakat adat Lampung adalah :
(1). Kepemimpinan masyarakat adat kebuaiyan dipimpin oleh
penyimbang kebuaiyan/marga
(2). Kepemimpinan masyarakat adat di kampung/pekon/tiyuh
dipimpin oleh penyimbang tiyuh
(3). Kepemimpinan masyarakat adat di tiyuh suku dipimpin
oleh penyimbang suku
Punyimbang-Punyimbang Kebuwayan bersatu
mufakat menetapkan bahwa penguasaan
tanah di daerah Lampung hanya terdiri dari
Empat besar, yaitu:
1. Ratu Di Puncak menguasai tanah hak
Ulayat Abung di Way Abung, Way Rarem
dan Way Seputih.
2. Ratu Pemanggilan menguasai tanah
hak UlayatPemanggilan di Pesisir
Krui, Pesisir Semaka, Muara Dua dan
Martapura.
3. Ratu Di Balau menguasai tanah hak
Ulayat Pubiyan di bagian Selatan Way
Sekampung, Teluk Betung dan Bandar
Lampung,
4. Ratu Di Pugung menguasai tanah hak
Ulayat Bandar Pugung didaerah
Pugung,
Jabung,
Maringgai
danSekampung Ilir.
3. Arsitektur / Bangunan tradisonal Lampung
Suku Lampung mengenal empat macam
bangunan yang bersifat permanen atau tetap.
yaitu
(1) tempat tinggal (lamban),
(2) tempat pertemuan masyarakat adat
(sesat/bantahan),
(3) tempat ibadah (mesjid/mesigit/rang
ngaji/pok ngaji), serta
(4) tempat menyimpan padi/gabah
(balai/walai).
Rumah Tua di Kenali, Lampung Barat
Ada perbedaan yang agak mencolok antara bangunan
tradisional yang dibuat sebelum tahun 1900-an, tahun
1930-an, dan tahun 1960-an. Bangunan tradisional,
terutama rumah, yang dibuat sebelum tahun 1900-an
umumnya berbentuk segi empat dan beratap (kekopni
lamban/pemugungan)
atau
bumbung
bubung
perahu/pelana (pamugung tebak/bubung perahu tebak) dan
kerucut (bubung kukus) dengan atap rumah terbuat dari
ijuk atau sabuk dari pohon aren/enau (hanau). Halaman
rumah umumnya luas segi empat, sedikit jendela, tidak
memiliki beranda. Rumah semacam ini terdapat di Kenali
dan Liwa, Kabupaten Lampung Barat.
Masyarakat Lampung Saibatin
(Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten
Tanggamus, Kota Bandar Lampung, dan
Kabupaten Lampung Selatan) menyebut
rumah adalah lamban. Sedangkan
masyarakat
Lampung
Pepadun
(Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Lampung Timur, Kabupaten Lampung
Utara,
Kota
Metro,
Kabupaten
tulangbawang,
dan
Kabupaten
Waykanan) menyebut rumah adalah
nuwo/lambahan.
Rumah Tua di Negeri batin
Rumah Tua di Sukadana,
Tempat tinggal atau rumah
panggung
masyarakat
suku
Lampung terbagi dua, yakni (1)
rumah kepala adat atau penyimbang
dan (2) rumah masyarakat biasa.
Rumah
kepala
adat
atau
penyimbang biasanya lebih besar
dan memiliki ruang-ruang bangunan
yang lebih banyak ketimbang rumah
masyarakat biasa. Rumah kepala
adat atau penyimbang dinamakan
rumah besar atau lamban balak
(Lampung
Saibatin)
dan
nowou/lambahan balak (Lampung
Pepadun).
Sketsa Rumah Kepala Adat
kebik
temen,
rangek,
tengah, ranjang tundo,
selak sukang, dll. Kebik
temen adalah kamar tidur
untuk anak tertua laki-laki,
kebik rangek untuk kamar
tidur anak kedua laki-laki,
kebik tengah untuk anak
ketiga laki-laki, ranjang
tundo untuk anak keempat
laki-laki, selak sukang
kamar untuk istri atau ibu
: Sketsa Denah Rumah Tradisional Kenali dan Pagardewa
Sketsa Denah Rumah Tradisional Lampung (rumah kerabat)
Tempat Pertemuan Masyarakat Adat
Bangunan tempat musyawarah
masyarakat adat disebut sesat atau
bantaian. Sesat
Selain
sesat,
tempat
musyawarah
masyarakat
adat
adalah di lamban/nowou balak.
Sesat bentuk bangunannya seperti
huruf “T” dengan kaki lebih pendek,
persegi panjang, rumah panggung
berdinding setengah bangunan
(sekitar setengah meter)
Sesat Adat Di Kab Way Kanan
Tempat Ibadah
Tempat ibadah ada dua, yakni masjid
(mesjid/mesigit) dan surau (rang
ngaji/pok ngaji). Masjid berukuran lebih
besardari surau. Berbeda dengan rumah
dan sesat, masjid jarang berbentuk
panggung. Beberapa surau ada yang
berupa bangunan panggung. Masyarakat
Lampung cenderung membuat masjid
berbentuk
segi
empat
dengan
bumbungan bertingkat atau beranak
(pemugungan nganak). Sedangkan surau
lebih banyak yang segi panjang dengan
bumbungan perahu atau limas
: Masjid di Tanjung Heran
Tempat Menyimpan Padi
Bangunan tempat menyimpan
bahan makanan atau lumbung padi
disebut balai/walai. Ada yang
memanfaatkan untuk menyimpan
biji kopi dan getah damar. Lumbung
berbentuk segi empat, bangunan
panggung, dan mempunyai bubung
perahu (serotong).Balai umumnya
berada di belakang rumah bahkan
ada yang jauh dari rumah dan
perkampungan. Hal ini bertujuan
menghindari debu (huwok) dari kulit
padi (dedak) bagi masyarakat
kampung serta hewan piaraan,
seperti ayam, ketika padi dijemur.
Lumbung Padi
POLA PEMUKIMAN KAWASAN
TRADISONAL Sebagaian besar
mempunyai struktur Linear /
Memanjang. Biasanya mengikuti pola
arah Jalan atau sungai.
5. Identifikasi Kawasan Tradisional
5.1
. Kabupaten Lampung Timur
a. Tinjauan Terhadap RTRW Kab. Lampung Timur
Wana Kecamatan Melinting
a. Visualisasi Lingkungan Pemukiman
b. Barang Barang peninggalan (wana)
c. Buku Tamu Kunjungan Wisatawan di wana
Bojong Kecamatan Sekampung Udik
a. Visualisasi Lingkungan Pemukiman
5.2 Kabupaten Lampung Barat
a. Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Kenali
. Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Pekon Kejadian kec. Belalau
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Pekon Pedudu Liwa
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Pekon Bala
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Pekon Batu Brak
5.3 Kabupaten Pesisir Barat
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Karya Penggawa V Tengah
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Laay
5.4 Kabupaten tanggamus
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Bandar Kejadian
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Bandar Negeri Semuong
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Semaka
5.5
Kabupaten Tulang Bawang
Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Ujung Gunung
SEKIAN TERIMA KASIH