IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SEKOLAH (STUDI KASUS SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG)

THE IMPLEMENTATION OF REPRODUCTION HEALTH EDUCATION
IN SCHOOL
(CASE STUDY OF SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG)
Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret
University, July 2018.
Haris Luhur Pradias1), Sigit Pranawa2), Nurhadi3)
1)

Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS, e-mail:
harisluhur7@gmail.com

2)

Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS, e-mail:
sigit_pranawa@yahoo.com

3)

Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS, e-mail:
Nurhadi1974@gmail.com


ABSTRACT
This study aims to examine the problems that hinder the implementation of
reproductive health education in schools that occur in schools. This study used a
qualitative approach using structural-functionalism theory to analyze the
implementation of reproductive health education applied by schools to students in
SMK Muhammadiyah 3 Gemolong. Implementation of reproductive health in
schools is very important to improve because Implementation is one way of a
school policy toward the goal. Departing from the understanding of learners who
are less about the importance of reproductive health then they are looking for
information that less supervision of adults then they not only seek about positive
reproductive health but reproductive health education is distorted. Therefore the
implementation of reproductive health education is needed in the supervision of
teachers to learners in order to minimize sexual deviation.
Keywords: Implementation, Sudents, Education, Reproductive Health

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI
DI SEKOLAH
(STUDI KASUS SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG)
Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret, Juli 2018.

Haris Luhur Pradias1), Sigit Pranawa2), Nurhadi3)
1)

Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail: harisluhur7@gmail.com
2)

Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail:
sigit_pranawa@yahoo.com

3)

Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail:
Nurhadi1974@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan yang menghambat
implementasi pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah yang terjadi di sekolah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teori
fungsionalisme-struktural untuk menganalisis implementasi pendidikan kesehatan
reproduksi yang diterapkan sekolah kepada peserta didik di SMK Muhammadiyah

3 Gemolong. Implementasi kesehatan reproduksi di Sekolah sangat penting untuk
di tingkatkan karena memang Implementasi adalah salah satu cara dari suatu
kebijakan sekolah menuju tujuan. Berangkat dari pemahaman peserta didik yang
kurang tentang pentingnya kesehatan reproduksi kemudian mereka bersaha
mencari informasi yang kurang pengawasan dari orang dewasa kemudian mereka
tidak hanya mencari tentang kesehatan reproduksi yang positif melainkan
pendidikan kesehatan reproduksi yang menyimpang. Oleh sebab itu implementasi
pendidikan kesehatan reproduksi sangat diperlukan dalam pengawasan guru
kepada peserta didik agar dapat meminimalisir penyimpangan seksual.
Kata Kunci : Implementasi, Peserta Didik, Pendidikan, Kesehatan Reproduksi

putrinya,

PENDAHULUAN
Dewasa ini pendidikan kesehatan

misalnya

tentang


budi

pekerti, dan mengajarinya tentang

reproduksi merupakan suatu hal yang

akhlak

dapat dilakukan dimana saja baik di

menghindarkannya dari teman-teman

lingkungan

lingkungan

yang berakhlak buruk. Tetapi untuk

sekolah maupun dalam lingkungan


memberikan pendidikan seks ini

masyarakat. Dengan melihat hal itu

memang

semua orang tua wajib memberikan

keahlian

pendidikan

reproduksi

pemerintah

kepada anaknya. Orang tua dalam

Koordinasi


kaitannya dengan pendidikan adalah

Nasional telah menyediakan akses

sebagai

informasi,

keluarga,

kesehatan

pendidik

untuk

yaitu

mulia,


serta

diperlukan

ilmu

tersendiri.

Memang

melalui

Badan

Keluarga

baik

dan


Berencana

kepada

remaja

tanggung jawab orang tua kepada

maupun kepada orang tua, melalui

anaknya sangat diharapkan dan harus

Pusat

menjadi prioritas utama. Dalam hal

Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-

ini


KRR). Tetapi waktu, kesempatan,

juga

reproduksi

pendidikan
yang

kesehatan

sangat

penting

dan

Informasi

kemauan


dan

Konseling

orang

tua

untuk

diterapkan kepada anaknya sebagai

memperoleh informasi tersebut di

pemahaman tentang akan pentingnya

PIK-KRR sangatlah terbatas.

kehidupan


seks

terhindar

dari

dan

juga

agar

penyimpangan

seksualitas pada anak dan remaja.
Mengenai hal tersebut beragam cara
serta strategi pendidikan kesehatan
reprodukdi
terhadap

yang akan diberikan
anak

memang

harus

dilakukan, sesuai dengan kebiasaan
atau situasi dan kondisi anak.
.

Secara

mungkin

umum,

mampu

kewajibannya

Kesehatan

tua

melaksanakan
putra-

tahun

2010

Survei

Reproduksi

Remaja

Indonesia

(SKKRI)

menyatakan,

responden

mengaku

mempunyai

teman pernah melakukan hubungan
seksual

sebesar

82%,

hamil

sebelum

menikah

66%,

remaja

secara
melakukan

orang

mendidik

Pada

Survei
Remaja

terbuka
seks

menyatakan
pranikah

Kesehatan
Indonesia

48%.

Reproduksi
(SKKRI)

menyatakan persentase pada tahun

2010 menunjukkan seks pranikah di

Sebanyak 10 remaja pria dan 12

wilayah

51%,

remaja wanita asal Sragen diketahui

Bandung54%, Surabaya 47% dan

menikah di bawah umur sepanjang

Medan 52%. Data yang diperoleh

Januari hingga Juni 2016. Faktor

dari PILAR PKBI Jateng dari Januari

hamil di luar nikah mendominasi

2002 hingga Juni 2010

alasan remaja asal Bumi Sukowati

Jabotabek

tercatat

sebanyak 863 orang telah melakukan

memilih

hubungan seksual pranikah, 452

Keluarga Sejahtera, Badan Keluarga

remaja putri mengalami kehamilan

Berencana

pranikah dan

Masyarakat

244 remaja putri

melakukan aborsi. Remaja

yang

Sragen,

nikah

dini.

dan

Pemberdayaan

Desa

Deddy

Kasubid

(BKBPMD)

Setyo

Handoko,

melakukan konsultasi melalui telpon,

mengatakan angka pernikahan dini di

surat, dan tatap muka, peringkat ke 2

Sragen

terbesar dilakukan oleh remaja yang

mereka itu rata-rata di bawah 16

duduk

remaja

tahun. Seharusnya mereka masih

merupakan usia yang sangat aktif

mengenyam pendidikan di bangku

termasuk

sekolah.

di

SMA.

dalam

Usia

dorongan

dan

terbilang

Namun,

perilaku seksualnya. (Rizky Ardiani

”kecelakaan”

2014)

mengurus

Hasil analisis Direktorat Jenderal

”Usia

tinggi.

itu

rumah

karena

faktor

mereka

harus

tangga,”

jelas

Deddy saat ditemui wartawan di

Kesehatan Masyarakat Depkes dan

sela-sela

Kesejahteraan

RI (2010),

Kesehatan Reproduksi Remaja dan

kondisi

Generasi Berencana di Aula SMAN

kesehatan reproduksi di Indonesia

1 Sragen, Kamis (Solopos/4/8/2016).

Sosial

menunjukkan

bahwa

dewasa ini masih belum seperti yang
diharapkan,

bila

dibandingkan

kegiatan

Kabupaten
terbilang

Sosialisasi

Sragen

sendiri

tinggi

bahkan,

masih

dengan keadaan di negara-negara

mayoritas para korban kekerasan

ASEAN lainnya. Indonesia masih

seksual adalah mereka yang masih

tertinggal

jauh

dibawah umur yang dalam kurun

kesehatan

reproduksi,

termasuk

kesehatan

reproduksi

remaja.

dalam

aspek

2005-2012

tercatat

sebanyak

66

kasus. Ironisnya lagi sebagian besar

pelaku kekerasan seksual berupa
pencabulan atau perkosaan yang
terjadi

merupakan

remaja

ABG

pelajar tingkat SMA. Koordinator

keingintahuan remaja mengenai
hal-hal
yang
berhubungan
dengan seksualitas menyebabkan
remaja selalu berusaha mencari
informasilebih banyak mengenai
seksualitas (Willis, 2012:67).

Aliansi Peduli Perempuan Sukowati
(APPS) Sragen, Sugiyarsih kepada

Setelah

mengetahui

wartawan, Kamis (10/1) mengatakan

fenomena

“Masih tingginya angka kekerasan

benar hal yang menyebabkan anak

seksual pada perempuan ini harus

dalam konteks pendidikan kesehatan

menjadi

reproduksi ini adalah sebagian besar

perhatian

bersama,

yang

data-data
memang

pemerintah dan instansi pendidikan

mereka

harus

tentang hal itu dengan berbagai

mengambil

kebijakan

nyata

langkah
untuk

atau

menekan

macam

mencoba

terjadi

cara

mencari

tanpa

tahu

pengawasan

angka kekerasan seksual tersebut.

langsung dari keluarga maupun agen

Dijelaskan bahwa kekerasan seksuan

lainnya

tertinggi didaerah Kecamatan Sragen

masyarakat. Oleh Sebab itu hal ini

Kota. Wilayah perkotaan jumlah

penelitian

ini

kasusnya cukup menonjol dibanding

bagaimana

pendidikan kesehatan

kecamatan lain dipedesaan, mungkin

reproduksi diterapkan di Sekolah.

karena diwilayah perkotaan akses

Penelitian ini bertujuan untuk (1)

informasinya atau hiburan yang lebih

Mengkaji

memicu terjadinya kekerasan seksual

strategi

lebih mudah didapat. Disini dampak

kesehatan reproduksi di sekolah; (2)

negatif

teknologi

Mengkaji bentuk-bentuk Pendidikan

sangat berperan besar,” Jelasnya

kesehatan reproduksi yang telah

(Kamis

diberikan oleh pihak Sekolah.

dari

10

kemajuan

Januari

2013-

KRJogja.com).
Pada masa remaja, rasa ingin
tahu mengenai seksualitas sangat
penting
terutama
dalam
pembentukan hubungan dengan
lawan
jenisnya.Besarnya

seperti

sekolah

ingin

dan

melihat

bagaimana

penerapan

implementasi

pendidikan

Kesehatan Reproduksi
Dahulu
merupakan

kesehatan
aspek

yang

reproduksi
menjadi

perhatian setelah upaya kesehatan

pada umumnya tercapai. Namun,

pengetahuan

setelah

sumber

taraf

kesehatan

semakin

tentang

luar

merata sekarang, upaya pencapaian

menyesatkan.

kesehatan

Pendidikan

reproduksi

dilakukan

seks

yang

dari

cenderung

Bahkan,
kesehatan

tentang
reproduksi

setaraf dengan pencapaian kesehatan

telah diatur dalam PP Nomor 61

lainnya. Di samping itu, seiring

Tahun

dengan perkembangan teknologi dan

Kesehatan Reproduksi yang berada

masuknya pengaruh budaya asing

pada Pasal 11 dan 12.

2014

terutama

tentang

pada masyarakat maka hal-hal yang

Penelitian tentang implementasi

berbau ‘seksualitas’ telah menjadi

kesehatan reproduksi ini relevan

konsumsi

dengan

masyarakat

sehari-hari

bahkan di kalangan anak-anak.

beberapa

penelitian

sebelumnya antara lain oleh Devi

Walaupun seks sebenarnya hal

Setiawati dengan judul penelitian

yang alamiah, dengan melihat hal-hal

PERSEPSI REMAJA MENGENAI

tersebut

PENDIDIKAN

diatas

kebutuhan

akan

SEKS

(Studi

pembelajaran kesehatan reproduksi

Deskriptif Kualitatif Pada Pelajar

saat ini bukan merupakan hal yang

SMA Negeri 4 Magelang) Tahun

tabu

2010.

lagi.

Pendidikan

kesehatan

Dengan

hasil

penelitian

reproduksi merupakan suatu proses

Persepsi

yang integratif dengan memadukan

pendidikan seks adalah pendidikan

pengetahuan biologis, nilai moral,

seks dipandang oleh remaja sebagai

aspek psikologis dan berlandaskan

sesuatu yang penting, bernilai positif,

agama.

serta bermanfaat bagi mereka dalam

Menyesuaikan

kebutuhan
seharusnya
mulai

dari

anak,

dengan
ini

sejak

dini

Melalui

keluarga.

mampu

lingkungan

mengenai

membantu persoalan hidup remaja.

proses

dilakukan

remaja

pendidikan

seks

mengarahkan

remaja
perilaku

Namun, fakta di masyarakat kita

seksualnya agar tidak menyimpang

menunjukkan sebagian besar orang

dari norma yang ada serta dapat

tua

risih

terhindar dari hal-hal yang negatif.

membicarakan seks pada anaknya.

Dengan kata lain remaja memandang

Sehingga anak akan mendapatkan

pendidikan seks sebagai alat untuk

masih

tetap

merasa

mencegah terjadinya penyalahgunaan

Pendidikan

seks.

pakar

Remaja

menganggap

seks

pendidikan,

menurut
berarti

pendidikan seks mampu menjawab

perlakuan proses sadar dan

keingintahuan dan rasa penasaran

sistematis

mereka

keluarga,

akan

segala

hal

yang

berkaitan dengan seks.

di

sekolah,

dan

masyarakat

untuk menyampaikan proses
kesehatan

perkelaminan menurut agama

reproduksi saat ini kalah populer

dan yang sudah ditetapkan

dengan istilah pendidikan seks yang

oleh masyarakat, selain itu

gencar

juga memberi pengetahuan

Istilah

pendidikan

dikampanyekan

melalui

media cetak maupun elektronik.

dan

Mungkin karena banyaknya pendapat

tanggung jawab laki-laki dan

mengenai pendidikan seks itu sendiri

perempuan

membuat

ajaran

pengertiannya

menjadi

siur.

Kata

sesuai

agama.

tentang

dengan
Arief

Rahman (2000:124)

semakin kabur, bahkan cenderung
simpang

keterampilan

pendidikan

Menurut Enung Fatimah, dalam

berarti proses pengubahan sikap dan

bukunya Psikologi Perkembangan

tata laku seseorang atau kelompok

(Perkembangan Peserta Didik) 2010.

orang dalam usaha mendewasakan

Di dalam buku ini, mengandung

manusia melalui upaya pengajaran

sebuah pembelajaran terhadap guru

dan latihan. (BKKBN, 2011).

maupun orang tua agar mampu

Dalam hal ini adapun definisi
pendidikan

kesehatan

reproduksi

“. . .Seks mempunyai
dua pengertian yaitu jenis
kelamin dan hal ihwal yang

kelamin

dengan

perkembangan peserta didik pada
masa usia sekolah menengah dan

yang lainnya. Antara lain yaitu :

berhubungan

mengenal dan memahami tingkat

alat

misalnya

persetubuhan atau senggama.

Atas. Hal ini penting dikarenakan
pada masa ini psikologis remaja
berada pada masa yang labil dan
mereka

sedang

mengeksplor

lingkungan tempat tinggal mereka.
Untuk

itu,

guru

harus

mampu

menciptakan metode pembelajaran

yang

kondisi

bagaimana

melakukannya

tanpa

masing-masing peserta

melanggar

aturan-aturan

yang

sesuai

psikologis

dengan

berlaku dimasyarakat.

didik.
Selain itu, tugas perkembangan
remaja berkenaan dengan kehidupan
pendidikan dan karier remaja, yaitu
remaja memiliki minat yang jelas
tentang pendidika dan pekerjaan dan
mengetahui bahwa pendidikan dan
pekerjaan

memerlukan

pengetahuan

dan

dukungan

keterampilan.

Untuk itu, bimbingan dan latihan dari
guru

maupun

memahami

orang

tugas

tua

dalam

perkembangan

Dalam

hal

kespro/seks

ini

pendidikan

idelanya

diberikan

pertama kali oleh orangtua di rumah,
mengingat yang paling tahu keadaan
anak adalah orangtua itu sendiri.
Tetapi jika anak tersebut statusnya
telah merangkap menjadi peserta
didik maka mau dan tidak mau
lembaga sekolah juga ikut untuk
mendidik

dalam

hal

pendidikan

moral atau seks itu sendiri. Menurut
Sarlito W Sarwono (2002 :89)

sangat diperlukan bagi remaja.

tentang Faktor-faktor adalah sebagai
Menurut Sarlito dalam bukunya
Psikologi

Remaja

(2002)

secara

umum pendidikan seksual adalah
suatu informasi mengenai persoalan
seksualitas manusia yang jelas dan
benar,
terjadinya

yang

meliputi

pembuahan,

proses

kehamilan

sampai

kelahiran,

tingkah

laku

seksual,

hubungan

seksual,

dan

aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan
kemasyarakatan. Masalah pendidikan
seksual yang diberikan sepatutnya
berkaitan dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat, apa yang
dilarang, apa yang dilazimkan dan

berikut:
1) Perubahan-perubahan
harmonal yang meningkatkan
hasrat

seksual

Peningkatan

remaja.

hormon

ini

menyebabkan

remaja

membutuhkan

penyaluran

dalam bentuk tingkah laku
tertentu.
2) Penyaluran

tersebut

tidak

dapat

segera

dilakukan

karena

adanya

penundaan

usia perkawinan, baik secara
hukum oleh karena adanya
undang-undang

tentang

perkawinan, maupun karena

integrasi dan adaptasi sistem yang

norma sosial.

berlaku, artinya pemikiran struktural

3) Norma-norma agama yang

fungsional sangat dipengaruhi oleh

berlaku, dimana seseorang

pemikiran

dilarang

menganggap

untuk

melakukan

biologis
masyarakat

organisme biologis yaitu terdiri dari

menikah.

organ-organ

makin

meningkat

karena

yang

hasil

atau

konsekuensi

organisme

dan

bertahan hidup.

rangsangan

melalui

tersebut

tetap

Fungsionalisme

agar
dalam

Struktural

canggih

Talcott Parsons ini mengenal empat

buku

fungsi penting untuk semua system

foto,

majalah,

dan terkenal dengan istilah AGIL.

internet,

dan

lain-lain)

Fungsi-fungsi penting tersebut ialah

menjadi

tidak

terbendung

teknologi

yang

(contoh:

VCD,

stensilan,

Adaptation,

Atteinment,

a) Adaptation (Adaptasi)

Fungsionalisme Struktural

Sistem
Teori Fungsionalisme struktural
adalah suatu bangunan teori yang
paling besar pengaruhnya dalam ilmu
sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh
pertama

fungsional

Goal

Integration, dan Latency.

lagi.

kali

yaitu

Durkheim

mencetuskan

August

Comte,

dan

Herbet

Spencer. Asumsi – asumsi dasarnya
adalah bahwa seluruh struktur sosial
atau

saling

ketergantungan tersebut merupakan

adanya penyebaran informasi

media masa yang dengan

Emile

sebagai

hubungan seksual sebelum

4) Kecenderungan pelanggaran

yang

yaitu

setidaknya

menyumbang

diprioritaskan,

terhadap

suatu

menyesuaikan
lingkungannya

tersebut

harus

diri
dan

dengan
setelah

itu

membuat lingkungan sesuai dengan
kebutuhan.
b) Goal Atteinment (Pencapaian
Tujuan)
Sistem

tersebut

mendefinisikan

dan

harus
mencapai

tujuannya.
c) Integration (Integrasi)

Sistem tersebut harus mampu
mensinergikan

antar

komponen

Kesehatan

Reproduksi

diimplementasikan

oleh

yang
lembaga

dalam sistem tersebut dan juga ketiga

pendidikan atau sekolah memang

fungsi yang lain (Adaptation, Goal

terjadi

Atteinment, Latency)

masing-masing

keselarasan

pada

subjek

fungsi
maupun

d) Latency (Pemeliharaan pola)

objeknya. Dalam hal ini pihak

Sistem

sekolah berperan sebagai subjek

tersebut

melengkapi,

juga

harus

memperbaiki,

baik

yang

menjadikan

pendidikan

motivasi individual maupun pola-

kesehatan reproduksi sebagai apa

pola kultural yang menciptakan dan

yang harus semestinya disampaikan

menopang motivasi.

untuk para peserta didiknya yang

Parson mendesain skema agil di

dimana semua itu berubah menjadi

atas untuk digunakan di semua

sebuah Fungsi semstinya sekolah

tingkat dalam sistem teoritisnya,

selain orangtua. Dan dimana objek

yaitu Organisme perilaku adalah

adalah mereka peserta didik yang

sistem tindakan yang melaksanakan

mendapatkan meteri apapun tentang

fungsi adaptasi, menyesuaikan diri

pendidikan

dengan lingkungan dan mengubah

yang diberikan oleh pihak sekolah

lingkungan

eksternal.

Sistem

dan

kepribadian

melaksanakan

fungsi

kehidupan keseharian mereka supaya

dengan

dapat meminilalisir perilaku negatif

pencapaian

tujuan

menetapkan

tujuan

sistem

dan

harus

kesehatan

reproduksi

diterapkan

dalam

tentang seks. Dengan AGIL yang

mengoptimalkan sumberdaya yang

dikemukakan

ada untuk mencapai tujuan. Sistem

diharapkan apapun strategi yang

sosial menjalankan fungsi integrasi

direncanakan oleh pihak sekolah

dengan

dapat berhasil diterima dengan baik

mengendalikan

setiap

komponennya. Dan sistem kultural

Talcott

oleh para perserta didik.

melaksanakan fungsi pemeliharaan
pola.
Jika Teori yang telah dibahas
diatas dikaitkan dengan Pendidikan

METODE PENELITIAN

Parsonn

Berdasarkan rumusan masalah

Sumber Data Primer

dan tujuan penelitian yang diajukan.

Data primer adalah data yang

Penelitian ini menggunakan jenis

diambil

penelitian studi kasus. Jenis studi

penelitian. Informan penelitian disini

kasus yang dipilih adalah studi kasus

adalah peserta peserta didik random

intrinsic. Studi kasus intrinsik Studi

(kelas X dan XI ) dari sekolah tempat

kasus

penelitian berlangsung dan warga

suatu

mempelajari,

pendekatan

untuk

menerangkan,

atau

menginterpretasi suatu kasus dalam
konteksnya

yang

alamiah

(Salim, 2006:118). Studi kasus ini
sangat

tepat

digunakan

untuk

menjawab pertanyaan yang bersifat
“mengapa” (why?) dan bagaimana
(how?). Metode studi kasus ini
menekankan

pada

tujuan

untuk

mengetahui keragaman (diversity)
dan kekhususan (particularity) dari
objek studi, dalam hal ini sistem
pertukaran

sosial

gantangan

di

komunitas pedesaan Subang. Hasil
utamanya

adalah

dari

informan

sekolah Guru serta mata pelajaran.
Sumber Data Sekunder

tanpa

intervensi dari pihak luar (peneliti)

langsung

Data sekunder adalah data yang
sudah ada yang berkaita dengan
masalah penelitian. Data sekunder ini
berupa media cetak, media massa,
media online, laporan penelitian lain
yang

relevan

penelitian

ini

pemerintah

dengan
dan

masalah

data

(data

resmi

pelanggaran

penyimpangan kesehatan reproduksi
jika ada ). Data sekunder disini
berfungsi sebagai pijakan penelitian
dan

analisis

data

primer

serta

pendukung data primer.

menemukan

keunikan kasus yang diteliti, yang
meliputi : (1) hakekat kasus (2) latar

Teknik Pengumpulan Data
Teknik

pengumpulan

data

belakang historis (3) setting fisik (4)

merupakan hal yang paling utama

konteks kasus (5) persoalan lain

dalam sebuah penelitian. Karena

disekitar kasus dan (6) informan atau

untuk

segala hal berkaitan dengan kasus

permasalahan dibutuhkan data-data

tersebut.

yang berkaitan dengan permasalahan

Data dan Sumber Data

memecahkan

suatu

tersebut. Dalam penelitian ini, teknik

pengumpulan data yang digunakan

dipahami oleh diri sendiri maupun

adalah wawancara mendalam dan

orang lain. Dalam analisis data ini

dokumentasi. Wawancara merupakan

terdapat tiga komponen yaitu reduksi

suatu teknik pengumpulan data untuk

data, display (penyajian) penyajian

mendapatkan informasi yang digali

data

dari sumber data langsung melalui

Miles dan Huberman (Sugiyono,

percakapan atau tanya jawab (Satori

2010:338).

dan

Komariah.

dan

penarikan

kesimpulan.

2012:130).

Wawancara mendalam atau indepth
interview adalah wawancara tanpa
alternatif

pilihan

jawaban

dan

HASIL

PENELITIAN

PEMBAHASAN

mendalami

Hasil Penelitian

informasi dari seorang informan

Bentuk-bentuk

(Afrizal.

kesehatan

dilakukan

untuk

2014:136).Dokumentasi

merupakan
referensi

penelaahan
atau

berhubungan
penelitian.
sumber

dokumen
dengan

Dokumen
informasi

masnusia.

terhadap
yang
masalah
merupakan

yang

Dokumen

bukan

merupakan

rekaman kejadian masa lalu yang
ditulis atau dicetak (Satori dan
Komariah. (2012:147).

data

adalah

pendidikan

reproduksi

yang

diberikan oleh Sekolah
Dalam
pendidikan

hal

implementasi

kesehatan

reproduksi,

sekolah memiliki berbagai macam
pendampingan yang sangat penting
untuk

bisa

diterapkan

dengan

harapan sesuai tujuan visi dan misi
sekolah. Dalam hal ini juga Sekolah
sebagai lembaga pendidikan harus

Teknik Analisis Data
Analisis

DAN

mampu
proses

dalam

memberikan
bentuk

apapun

termasuk

mencari dan menyusun data yang

pendidikan

diperoleh secara sistematis dengan

untuk peserta didiknya. Berbagai

cara

dan

upaya yang dilakukan oleh pihak

menjabarkan data sampai membuat

sekolah memang telah ditempuh

kesimpulan

untuk mencapai hasil yang terbaik

mengorganisasikan

sehingga

mudah

kesehatan

pendidikan

reproduksi

untuk peserta didiknya salah satunya

di dalamnya terdapat sebuah suatu

adalah menjadi fasilitator atau bisa

temuan hal yang sinkron antara

dikatakan ada kerjasama yang baik

subjek dan objek, guru dan siswa.

dengan pihak puskesmas setempat

Terjalin

dengan kegitatan rutin tahunan yang

mengikat di antara keduanya karena

memang berbobot materi yang sangat

memang sudah semestinya bentuk-

mengena dan efektif untuk peserta

bentuk itu dibuat dan nantinya untuk

didik.

bisa

Selain itu bentuknya dari dalam
yang berusaha diapliaksikan pada
peserta didik dengan acara kaijan,
pengajian

serta

kegiatan

dilakukan

oleh

IPM

yang
sangat

membantu karena memang sekolah
ini berbasis agama dan memiliki

suatu

hubungan

diterapkan

yang

pada

proses

implementasi kepada peserta didik
agar tidak terjadi suatu pemahaman
sulit yang dierapkan siswa dalam
keseharian

dilingkungan

formal

sekolah maupun dilingkungan non
formal (keluarga dan masyarakat).
Hal

ini

memang

sangat

keterikatan yang sangat kuat maka

dibutuhkan sebagai perwujudan yang

dari itu adanya IPM. IPM sendiri

diharapkan untuk mencapai tujuan

singkatan

Pelajar

yang baik antara pihak sekolah,

Muhammadiyah, Yang merupakan

orang tua peserta didik serta peserta

sel

didik

dari

dari

Ikatan

organisasi

Islam

sendiri

dlam

menjalani

Muhammdiyah. IPM bisa disebut

prosesnya sebagai remaja yang masih

juga Organisasi Intra Sekolah atau

harus

biasa yang di sebut OSIS pada

sekolah ataupun orang tua, karena

sekolah Negeri, tetapi jika di sekolah

memang mau tidak mau remaja di

Muhammadiyah IPM inilah sebagai

seumuran mereka masih sangat perlu

Organisasi Siswa Intra Sekolah nya.

adanya pembinaan serta pengawasan

Dari beberapa hasil temuan data
tentang bagaimana bentuk-bentuk
pendidikan

kesehatan

reproduksi

yang diberikan oleh sekolah memang

berada

dalam

bimbingan

dari orang-orang yang dianggapnya
lebih

mengetahui

tentang

hal

tersebut. Dalam hal ini juga peranan
sekolah dengan perhatian peserta
didik

sangat

diperlukan

untuk

menjalin hubungan yang baik dalam

Jika semua telah dilakukan tapi

kegiatan implementasi pendidikan

kurang maksimal cara yang menurut

kesehatan reproduksi di sekolah.

dari pihak sekolah sangat mengena
peserta

didik

sebagai

pendampingan,
Penerapan Srategi Implementasi
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Di Sekolah

diharapkan

pendidikan

kepedulian

dan

perhatian adalah dengan semacam
ancaman surat tertulis. Dengan hal
ini

Dengan strategi implementasi

bentuk

sangat

diharapakan

siswa

mempunyai efek jera bagi siswa

kesehatan

yang terkena masalah kenalan remaja

reproduksi yang disampaikan oleh

atau kurang pemahaman tentang

pihak

diterapkan

bagaimana

pendidikan

kesehatan

sepenuhnya oleh peserta didik dalam

reproduksi

yang

diberikan

kehidupan

sehari-hari

kepada peserta didik.

kehidupan

sosial

sekolah

bisa

ataupun
masyarakat.

Strategi atau cara yang dilakukan
oleh pihak sekolah sebenarnya sudah
sering

dilakukan

misalnya

pada

KBM sehari-hari pada mata pelajaran
yang

bersangkutan

pendidikan

kesehatan

dengan
reproduksi.

Terdapat suatu garis besar tentang
cara-cara

menyampaikan

tentang

pendidikan

materi

kesehatan

reproduksi salah satunya dengan
menyelipkan pemahaman tersebut
kedalam mata pelajaran atau KBM
yang

sifatnya

awalan/pengantar

hanya

sebagai

disaat

sebelum

memulai pelajaran yang semestinya
sesuai jadwal mata pelajaran.

telah

Dalam hal regulasi memang mau
tidak mau sekolah harus memberikan
suatu

pendidikan

kesehatan

reproduksi untu peserta didik. Tidak
hanya

pendidikan

melainkan

KBM

pendidikan

saja

kesehatan

reproduksi juga sangat penting atas
perkembanga peserta didik pada
proses remajanya. Dalam hal ini pada
PP Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi Pasal 11 ayat
3

sudah

Pemberian
Reproduksi

diterangkan
Pelayanan
Remaja

bahwa
Kesehatan
harus

disesuaikan dengan masalah dan
tahapan tumbuh kembang remaja
serta memperhatikan keadilan dan

kesetaraan

gender,

memakasimalkan serta mengemas

nilai

beberapa materi untuk disampaikan

agama, perkembangan mental, dan

kepada peserta didiknya. Dengan

berdasarkan

peraturan

adanya hal itu nantinya sekolah dapat

perundang-undangan. Oleh karena

menerapkan secara maksimal dan

itu hubungan yang baik harus terjalin

peserta didik juga dapat memahami

diantara sekolah dan peserta didik

serta menjalankan apa saja yang

agar dapat mewujudkan pendidikan

sudah didapat kemudian diterapkan

kesehatan reproduksi yang maksimal

pada kehidupannya sehari-hari.

mempertimbangkan

moral,

ketentuan

dan dapat diterima baik oleh peserta
didik.

Dalam hal ini penulis berusaha
menghubungkan

Fungsionalisme

Struktural Talcott Parsons dalam
Pembahasan

Implementasi

Fungsionalisme Struktural Talcott

Kesehatan Reproduksi di Sekolah.

Parsons dalam Implementasi

Dalam hal ini suatu fungsi adalah

Pendidikan Kesehatan

“suatu kompleks kegiatan-kegiatan

Reproduksi di Sekolah.

yang diarahkan kepada pemenuhan

Implementasi
kesehatan

pendidikan

reproduksi

di

sekolah

merupakan salah satu komponen

Pendidikan

suatu kebutuhan atau kebutuhankebutuhan

system

itu

(Rocher,1975;R.Stryker, 2007).

yang sangat penting selain KBM

Fungsionalisme Struktutal AGIL

yang telah direncanakan pada silabus

menurut pandangan Talcott Parsons

sekolah. Suatu pengetahuan yang

dalam hubungannya penelitian ini

sebenarnya bisa didapatkan pada

yang

proses

remaja

sistem harus mengatasi kebutuhan

dimanapun mereka berada. Namun,

mendesak yang bersifat situasional

pada penelitian ini memang sekolah

eskternal.

sebagai penyelenggara pendidikan

beradaptasi dengan lingkungannya

pada peserta didik sangat disoroti

dan

tentang bagaimana tindakan, langkah

dengan kebutuhan – kebutuhannya.

atau

Dalam hal ini adaptasi Parsons

pertumbuhan

cara

yang

diambil

untuk

Pertama,

Adaptasi;

Sistem

mengadaptasikan

itu

Suatu

harus

lingkungan

berperan
peserta

dalam
didik

memperhatikan

perempuan

karena

memang akan menggangu untuk
mewujudkan

tujuan

utama

dari

sudah jelas dikatakan Guru bahwa

sekolah

sebagian besar peserta didik di

selanjutnya tentang apa yang sudah

sekolahan tersebut adalah perempuan

dipaparkan oleh Ibu Titin yang

. Oleh sebab itu sangat penting

mempunyai

sebuah

yang

perlakuan dan pemberian efek jera

diberikan oleh guru untuk peserta

bagi peserta didik yang sedang

didik. Terlebihnya kepada peserta

mengalami

didik

berharap peserta didik lain juga tidak

system

baru

adaptasi

yang

sangat

pendampingan

dari

Lingkungan

sekolah.

butuh

sekolah

dan

Kedua,

tersebut.

terjerumus

Untuk

garis

yang

besar

masalah

kedalam

sebagai

dan

juga

kasus

yang

sama. Hal ini juga mempunyai tujuan

Pencapaian Tujuan. Dalam hal ini

kepedulian

Parson memandang bahwa suatu

memperlakukan peserta didik dengan

system harus mendefinisikan dan

cara-cara

mencapai tujuan utamanya. Menjadi

kepada sebuah tujuan yang lebih

harapan bersama ketika tujuan utama

besar yaitu prestasi dan akhlak.

dari sebuah sistem yang telah di
definisikan itu terwujud. Karena
memang tujuan dari Visi sudah jelas
dipaparkan di awal yang didalamnya
berkaitan dengan arahan landasan
untuk beriman kepada Allah SWT
dan Unggul untuk mencapai sebuah
prestasi. Dalam hal ini kaitannya
tentang
reproduksi

pendidikan
memang

kesehatan
dari

pihak

sekolah berusaha untuk tidak ingin
peserta didiknya kecolongan terkena
kasus-kasus
kesehatan reproduksi

penyimpangan
karena itu

dari

tersebut

sekolah

dan

menuju

Ketiga, Integrasi: Suatu system
harus

mengatur

antar

hubungan

bagian-bagian dari komponennya. Ia
juga harus mengelola hubungan di
antara tiga imperatif fungsional yang
lainnya (A,G,L). Mengingat pada
integrasi Parsons ini suatu sistem
harus mengatur hubungan semua dari
komponennya, dalam hal ini apa
yang sudah dipaparkan oleh Ibu Titin
di atas memang terjadi sebuah
hubungan yang saling berkaitan antar
satu dengan yang lainnya. Seperti
bentuk pengiriman delegasi peserta

didik ke dalam acara-acara yang

dampak positif didalamnya nanti

sifatnya dadakan/insidental biasanya

apalagi dengan waktu yang rutin dan

diadakan

lembaga-lembaga

selalu diulangi setiap tahunnya akan

kecamatan,

menjadikan sebuah perkembangan

ataupun

untuk peserta didik dalam proses

oleh

pemerintahan,
kepolisian,

puskesmas

undangan dari sekolah sederajat

perkembangannya.

lainnya yang mengadakan seminar

Sistem Tindakan Antara Pihak

atau pemyuluhan. Hal-hal tersebut

Sekolah

sangatlah penting untuk menjaga

Mengenai Pendidikan Kesehatan

hubungan baik dan juga internal

Reproduksi

sekolah

dapat

berpartisipasi

serta

dengan

berkembang

Jika dalam hal sistim tindakan

mendapatkan

ini dikaitkan dalam penelitian ini

informasi lebih yang menunjang

memang

pendidikan

kebutuhan

kesehatan

Peserta Didik

reproduksi.

terlihat
siswa

selaras
yang

antara
memang

Selain itu juga pada bagian internal

sangat butuh pendidikan kesehatan

sekolah juga ada IPM yang selalu

reproduksi

aktif dibawah arahan sekolah untuk

kondisi peserta didik apa adanya atau

kegiatan-kegiatan peserta didik yang

bahkan belum mengetahui sedikitpun

positif seperti pengajian, pengkajian,

tentang kesehatan reproduksi dan

ekstrakurikuler dan lain-lain.

sudah diketahui oleh Guru, kemudian

Keempat, Latensi (Pemeliharaan
Pola):

Suatu

menyediakan,

sistem
memelihara,

harus
dan

Sekolah

dari

lewat

memberikan

sekolah

guru

pemaham

dengan

berusaha
tersebut

melalu banyak cara, salah satunya

memperbarui baik motivasi para

dengan

individu maupun pola-pola budaya

kesehatan reproduksi di dalam mata

yang menciptakan dan menopang

pelajaran yang bersangkutan dan

motivasi itu. Rutinitas di sini sangat

selalu memberikannya pada awal-

diperhatikan ketika Parsons dengan

awal memulai pelajaran.

menyelipkan

pendidikan

pemeliharaan polanya. Kerjasama
yang sudah terjalin baik antara kedua
lembaga tersebut sangat memberikan

Dalam hal ini memang level yang
lebih tinggi berperan penuh untuk

level yang lebih rendah. Sekolah dan

dikatakan ada kerjasama yang

peserta didik di sini adalah sangat

baik dengan pihak puskesmas

berhubungan

prosesnya.

setempat dengan kegitatan

Sekolah yang menjadi level tinggi

rutin tahunan yang memang

dan peserta didik menjadi level yang

berbobot materi yang sangat

lebih rendah. Dalam pemaparan Ibu

mengena dan efektif untuk

Titin di atas terlihat jelas bahwa

peserta didik. Terdapat suatu

setiap ada permasalan atau kasus

garis besar tentang cara-cara

yang melibatkan peserta didik akan

menyampaikan

lebih mudah dicerna ketika level

tentang pendidikan kesehatan

tinggi

reproduksi

dalam

yaitu sekolah mempunyai

materi

salah

satunya

kewenangan penuh untuk level yang

dengan

lebih rendah dalam hal ini adalah

pemahaman tersebut kedalam

peserta didik.

mata pelajaran.
2.

dilakukan

penelitian
maka

yang
dapat

telah
ditarik

Penerapan

strategi

implementasi
Kesehatan

Pendidikan
Reproduksi

di

Sekolah
Berbagai

yang

dilakukan oleh pihak sekolah
memang

telah

ditempuh

untuk mencapai hasil yang
terbaik

diberikan oleh Sekolah
Bentuk praktik yang sudah

reproduksi

di

Gemolong

ini

untuk

peserta

didiknya salah satunya adalah
menjadi fasilitator atau bisa

SMK

3

sebenarnya

sudah berjalan dengan baik.
sekolah ini berusaha untuk
terus

upaya

pendidikan

berjalan mengenai kesehatan

kesimpulan sebagai berikut :
1.

Bentuk-bentuk

kesehatan reproduksi yang

SIMPULAN DAN SARAN
Dari

menyelipkan

menjalin

kerjasama

yang baik dengan puskesmas
setempat serta studi banding
atau

diskusi

tentang

kesehatan dengan sekolahsekolah menengah lainnya di
lingkungan

Kecamatan

Gemolong. Setelah itu guru

juga memberikan rangsangan

memperhatikan

kepada peserta didik melalui

penjelasan materi.

sepenuhnya

sedikit pengantar pada hampir
setiap KBM berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Saran yang dapat diberikan

Agus Salim.2006. Teori dan
pradigma penelitian sosial.
Yogyakarta: Tiara Wacana.

peneliti berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah

Enung Fatimah, M. M. (2010).
Psikologi

Perkembangan

Hendaknya kepala sekolah

(Perkembangan Peserta Didik).

menambahkan aplikasi lain

Bandung: CV.Pustaka Setia

yang berhubungan dengan
kesehatan

reproduksi.

Aplikasi

tersebut

dalam

M Khodiq Duhri. (2016, 07 Agustus)
22

Remaja

Pernikahan

Sragen
Dini,

Jalani

Terbanyak

bentuk rutinitas yang lebih

Dipicu Hamil Duluan. Solopos

sering dilakukan.

Diperoleh pada 02 September

2. Bagi

Guru

SMK

2017,

dari

Muhammadiyah 3 Gemolong

http://www.solopos.com/2016/0

Lebih

8/07/22-remaja-sragen-jalani-

meningkatkan

pemahaman

tentang

pendidikan
reproduksi

kesehatan
untuk

peserta

pernikahan-dini-terbanyakdipicu-hamil-duluan-743173
Peraturan

Pemerintah

Republik

didik dengan cara menambah

Indonesia Nomor 61 Tahun

selipan-selipan di semua mata

2014.

pelajaran.

Reproduksi.

Tentang

3. Bagi Peserta Didik

Kementrian

Meningkatkan

Negara RI.

pemahaman

materi pendidikan kesehatan
reproduksi
oleh

yang
guru

diajarkan
dengan

Kesehatan
Jakarta

:

Sekretariat

Rahman, Arief. (2000). Pendidikan
Seks

di

Seminar

Sekolah.

Prosiding

Nasional

Perlukah

Pendidikan Seks di Sekolah. 27
Januari 2000. Jakarta: BKKBN
Rizki Ardiani. (2014). FAKTORFAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

PERILAKU

Sarwono, Wirawan Sarlito. (2012).
Psikologi

Remaja.

Jakarta

Penerbit Rajagrafindo Persada
Satori Djam’an., Komariah Aan.
(2012). Metode Penelitian

SEKSUAL PADA SISWA KELAS

Kualitatif. Bandung : Penerbit

X DISMA MUHAMMADIYAH 2

Alfabeta

GEMOLONG

SRAGEN

Tahun

:

Sofyan S. Willis. (2012).

Remaja

2014. Skripsi : STIKES PKU

dan Masalahnya. Bandung : Penerbit

Muhammadiyah Surakarta

Alfabeta