IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SEKOLAH (STUDI KASUS SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG)
THE IMPLEMENTATION OF REPRODUCTION HEALTH EDUCATION
IN SCHOOL
(CASE STUDY OF SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG)
Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret
University, July 2018.
Haris Luhur Pradias1), Sigit Pranawa2), Nurhadi3)
1)
Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS, e-mail:
harisluhur7@gmail.com
2)
Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS, e-mail:
sigit_pranawa@yahoo.com
3)
Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS, e-mail:
Nurhadi1974@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to examine the problems that hinder the implementation of
reproductive health education in schools that occur in schools. This study used a
qualitative approach using structural-functionalism theory to analyze the
implementation of reproductive health education applied by schools to students in
SMK Muhammadiyah 3 Gemolong. Implementation of reproductive health in
schools is very important to improve because Implementation is one way of a
school policy toward the goal. Departing from the understanding of learners who
are less about the importance of reproductive health then they are looking for
information that less supervision of adults then they not only seek about positive
reproductive health but reproductive health education is distorted. Therefore the
implementation of reproductive health education is needed in the supervision of
teachers to learners in order to minimize sexual deviation.
Keywords: Implementation, Sudents, Education, Reproductive Health
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI
DI SEKOLAH
(STUDI KASUS SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG)
Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret, Juli 2018.
Haris Luhur Pradias1), Sigit Pranawa2), Nurhadi3)
1)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail: harisluhur7@gmail.com
2)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail:
sigit_pranawa@yahoo.com
3)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail:
Nurhadi1974@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan yang menghambat
implementasi pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah yang terjadi di sekolah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teori
fungsionalisme-struktural untuk menganalisis implementasi pendidikan kesehatan
reproduksi yang diterapkan sekolah kepada peserta didik di SMK Muhammadiyah
3 Gemolong. Implementasi kesehatan reproduksi di Sekolah sangat penting untuk
di tingkatkan karena memang Implementasi adalah salah satu cara dari suatu
kebijakan sekolah menuju tujuan. Berangkat dari pemahaman peserta didik yang
kurang tentang pentingnya kesehatan reproduksi kemudian mereka bersaha
mencari informasi yang kurang pengawasan dari orang dewasa kemudian mereka
tidak hanya mencari tentang kesehatan reproduksi yang positif melainkan
pendidikan kesehatan reproduksi yang menyimpang. Oleh sebab itu implementasi
pendidikan kesehatan reproduksi sangat diperlukan dalam pengawasan guru
kepada peserta didik agar dapat meminimalisir penyimpangan seksual.
Kata Kunci : Implementasi, Peserta Didik, Pendidikan, Kesehatan Reproduksi
putrinya,
PENDAHULUAN
Dewasa ini pendidikan kesehatan
misalnya
tentang
budi
pekerti, dan mengajarinya tentang
reproduksi merupakan suatu hal yang
akhlak
dapat dilakukan dimana saja baik di
menghindarkannya dari teman-teman
lingkungan
lingkungan
yang berakhlak buruk. Tetapi untuk
sekolah maupun dalam lingkungan
memberikan pendidikan seks ini
masyarakat. Dengan melihat hal itu
memang
semua orang tua wajib memberikan
keahlian
pendidikan
reproduksi
pemerintah
kepada anaknya. Orang tua dalam
Koordinasi
kaitannya dengan pendidikan adalah
Nasional telah menyediakan akses
sebagai
informasi,
keluarga,
kesehatan
pendidik
untuk
yaitu
mulia,
serta
diperlukan
ilmu
tersendiri.
Memang
melalui
Badan
Keluarga
baik
dan
Berencana
kepada
remaja
tanggung jawab orang tua kepada
maupun kepada orang tua, melalui
anaknya sangat diharapkan dan harus
Pusat
menjadi prioritas utama. Dalam hal
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-
ini
KRR). Tetapi waktu, kesempatan,
juga
reproduksi
pendidikan
yang
kesehatan
sangat
penting
dan
Informasi
kemauan
dan
Konseling
orang
tua
untuk
diterapkan kepada anaknya sebagai
memperoleh informasi tersebut di
pemahaman tentang akan pentingnya
PIK-KRR sangatlah terbatas.
kehidupan
seks
terhindar
dari
dan
juga
agar
penyimpangan
seksualitas pada anak dan remaja.
Mengenai hal tersebut beragam cara
serta strategi pendidikan kesehatan
reprodukdi
terhadap
yang akan diberikan
anak
memang
harus
dilakukan, sesuai dengan kebiasaan
atau situasi dan kondisi anak.
.
Secara
mungkin
umum,
mampu
kewajibannya
Kesehatan
tua
melaksanakan
putra-
tahun
2010
Survei
Reproduksi
Remaja
Indonesia
(SKKRI)
menyatakan,
responden
mengaku
mempunyai
teman pernah melakukan hubungan
seksual
sebesar
82%,
hamil
sebelum
menikah
66%,
remaja
secara
melakukan
orang
mendidik
Pada
Survei
Remaja
terbuka
seks
menyatakan
pranikah
Kesehatan
Indonesia
48%.
Reproduksi
(SKKRI)
menyatakan persentase pada tahun
2010 menunjukkan seks pranikah di
Sebanyak 10 remaja pria dan 12
wilayah
51%,
remaja wanita asal Sragen diketahui
Bandung54%, Surabaya 47% dan
menikah di bawah umur sepanjang
Medan 52%. Data yang diperoleh
Januari hingga Juni 2016. Faktor
dari PILAR PKBI Jateng dari Januari
hamil di luar nikah mendominasi
2002 hingga Juni 2010
alasan remaja asal Bumi Sukowati
Jabotabek
tercatat
sebanyak 863 orang telah melakukan
memilih
hubungan seksual pranikah, 452
Keluarga Sejahtera, Badan Keluarga
remaja putri mengalami kehamilan
Berencana
pranikah dan
Masyarakat
244 remaja putri
melakukan aborsi. Remaja
yang
Sragen,
nikah
dini.
dan
Pemberdayaan
Desa
Deddy
Kasubid
(BKBPMD)
Setyo
Handoko,
melakukan konsultasi melalui telpon,
mengatakan angka pernikahan dini di
surat, dan tatap muka, peringkat ke 2
Sragen
terbesar dilakukan oleh remaja yang
mereka itu rata-rata di bawah 16
duduk
remaja
tahun. Seharusnya mereka masih
merupakan usia yang sangat aktif
mengenyam pendidikan di bangku
termasuk
sekolah.
di
SMA.
dalam
Usia
dorongan
dan
terbilang
Namun,
perilaku seksualnya. (Rizky Ardiani
”kecelakaan”
2014)
mengurus
Hasil analisis Direktorat Jenderal
”Usia
tinggi.
itu
rumah
karena
faktor
mereka
harus
tangga,”
jelas
Deddy saat ditemui wartawan di
Kesehatan Masyarakat Depkes dan
sela-sela
Kesejahteraan
RI (2010),
Kesehatan Reproduksi Remaja dan
kondisi
Generasi Berencana di Aula SMAN
kesehatan reproduksi di Indonesia
1 Sragen, Kamis (Solopos/4/8/2016).
Sosial
menunjukkan
bahwa
dewasa ini masih belum seperti yang
diharapkan,
bila
dibandingkan
kegiatan
Kabupaten
terbilang
Sosialisasi
Sragen
sendiri
tinggi
bahkan,
masih
dengan keadaan di negara-negara
mayoritas para korban kekerasan
ASEAN lainnya. Indonesia masih
seksual adalah mereka yang masih
tertinggal
jauh
dibawah umur yang dalam kurun
kesehatan
reproduksi,
termasuk
kesehatan
reproduksi
remaja.
dalam
aspek
2005-2012
tercatat
sebanyak
66
kasus. Ironisnya lagi sebagian besar
pelaku kekerasan seksual berupa
pencabulan atau perkosaan yang
terjadi
merupakan
remaja
ABG
pelajar tingkat SMA. Koordinator
keingintahuan remaja mengenai
hal-hal
yang
berhubungan
dengan seksualitas menyebabkan
remaja selalu berusaha mencari
informasilebih banyak mengenai
seksualitas (Willis, 2012:67).
Aliansi Peduli Perempuan Sukowati
(APPS) Sragen, Sugiyarsih kepada
Setelah
mengetahui
wartawan, Kamis (10/1) mengatakan
fenomena
“Masih tingginya angka kekerasan
benar hal yang menyebabkan anak
seksual pada perempuan ini harus
dalam konteks pendidikan kesehatan
menjadi
reproduksi ini adalah sebagian besar
perhatian
bersama,
yang
data-data
memang
pemerintah dan instansi pendidikan
mereka
harus
tentang hal itu dengan berbagai
mengambil
kebijakan
nyata
langkah
untuk
atau
menekan
macam
mencoba
terjadi
cara
mencari
tanpa
tahu
pengawasan
angka kekerasan seksual tersebut.
langsung dari keluarga maupun agen
Dijelaskan bahwa kekerasan seksuan
lainnya
tertinggi didaerah Kecamatan Sragen
masyarakat. Oleh Sebab itu hal ini
Kota. Wilayah perkotaan jumlah
penelitian
ini
kasusnya cukup menonjol dibanding
bagaimana
pendidikan kesehatan
kecamatan lain dipedesaan, mungkin
reproduksi diterapkan di Sekolah.
karena diwilayah perkotaan akses
Penelitian ini bertujuan untuk (1)
informasinya atau hiburan yang lebih
Mengkaji
memicu terjadinya kekerasan seksual
strategi
lebih mudah didapat. Disini dampak
kesehatan reproduksi di sekolah; (2)
negatif
teknologi
Mengkaji bentuk-bentuk Pendidikan
sangat berperan besar,” Jelasnya
kesehatan reproduksi yang telah
(Kamis
diberikan oleh pihak Sekolah.
dari
10
kemajuan
Januari
2013-
KRJogja.com).
Pada masa remaja, rasa ingin
tahu mengenai seksualitas sangat
penting
terutama
dalam
pembentukan hubungan dengan
lawan
jenisnya.Besarnya
seperti
sekolah
ingin
dan
melihat
bagaimana
penerapan
implementasi
pendidikan
Kesehatan Reproduksi
Dahulu
merupakan
kesehatan
aspek
yang
reproduksi
menjadi
perhatian setelah upaya kesehatan
pada umumnya tercapai. Namun,
pengetahuan
setelah
sumber
taraf
kesehatan
semakin
tentang
luar
merata sekarang, upaya pencapaian
menyesatkan.
kesehatan
Pendidikan
reproduksi
dilakukan
seks
yang
dari
cenderung
Bahkan,
kesehatan
tentang
reproduksi
setaraf dengan pencapaian kesehatan
telah diatur dalam PP Nomor 61
lainnya. Di samping itu, seiring
Tahun
dengan perkembangan teknologi dan
Kesehatan Reproduksi yang berada
masuknya pengaruh budaya asing
pada Pasal 11 dan 12.
2014
terutama
tentang
pada masyarakat maka hal-hal yang
Penelitian tentang implementasi
berbau ‘seksualitas’ telah menjadi
kesehatan reproduksi ini relevan
konsumsi
dengan
masyarakat
sehari-hari
bahkan di kalangan anak-anak.
beberapa
penelitian
sebelumnya antara lain oleh Devi
Walaupun seks sebenarnya hal
Setiawati dengan judul penelitian
yang alamiah, dengan melihat hal-hal
PERSEPSI REMAJA MENGENAI
tersebut
PENDIDIKAN
diatas
kebutuhan
akan
SEKS
(Studi
pembelajaran kesehatan reproduksi
Deskriptif Kualitatif Pada Pelajar
saat ini bukan merupakan hal yang
SMA Negeri 4 Magelang) Tahun
tabu
2010.
lagi.
Pendidikan
kesehatan
Dengan
hasil
penelitian
reproduksi merupakan suatu proses
Persepsi
yang integratif dengan memadukan
pendidikan seks adalah pendidikan
pengetahuan biologis, nilai moral,
seks dipandang oleh remaja sebagai
aspek psikologis dan berlandaskan
sesuatu yang penting, bernilai positif,
agama.
serta bermanfaat bagi mereka dalam
Menyesuaikan
kebutuhan
seharusnya
mulai
dari
anak,
dengan
ini
sejak
dini
Melalui
keluarga.
mampu
lingkungan
mengenai
membantu persoalan hidup remaja.
proses
dilakukan
remaja
pendidikan
seks
mengarahkan
remaja
perilaku
Namun, fakta di masyarakat kita
seksualnya agar tidak menyimpang
menunjukkan sebagian besar orang
dari norma yang ada serta dapat
tua
risih
terhindar dari hal-hal yang negatif.
membicarakan seks pada anaknya.
Dengan kata lain remaja memandang
Sehingga anak akan mendapatkan
pendidikan seks sebagai alat untuk
masih
tetap
merasa
mencegah terjadinya penyalahgunaan
Pendidikan
seks.
pakar
Remaja
menganggap
seks
pendidikan,
menurut
berarti
pendidikan seks mampu menjawab
perlakuan proses sadar dan
keingintahuan dan rasa penasaran
sistematis
mereka
keluarga,
akan
segala
hal
yang
berkaitan dengan seks.
di
sekolah,
dan
masyarakat
untuk menyampaikan proses
kesehatan
perkelaminan menurut agama
reproduksi saat ini kalah populer
dan yang sudah ditetapkan
dengan istilah pendidikan seks yang
oleh masyarakat, selain itu
gencar
juga memberi pengetahuan
Istilah
pendidikan
dikampanyekan
melalui
media cetak maupun elektronik.
dan
Mungkin karena banyaknya pendapat
tanggung jawab laki-laki dan
mengenai pendidikan seks itu sendiri
perempuan
membuat
ajaran
pengertiannya
menjadi
siur.
Kata
sesuai
agama.
tentang
dengan
Arief
Rahman (2000:124)
semakin kabur, bahkan cenderung
simpang
keterampilan
pendidikan
Menurut Enung Fatimah, dalam
berarti proses pengubahan sikap dan
bukunya Psikologi Perkembangan
tata laku seseorang atau kelompok
(Perkembangan Peserta Didik) 2010.
orang dalam usaha mendewasakan
Di dalam buku ini, mengandung
manusia melalui upaya pengajaran
sebuah pembelajaran terhadap guru
dan latihan. (BKKBN, 2011).
maupun orang tua agar mampu
Dalam hal ini adapun definisi
pendidikan
kesehatan
reproduksi
“. . .Seks mempunyai
dua pengertian yaitu jenis
kelamin dan hal ihwal yang
kelamin
dengan
perkembangan peserta didik pada
masa usia sekolah menengah dan
yang lainnya. Antara lain yaitu :
berhubungan
mengenal dan memahami tingkat
alat
misalnya
persetubuhan atau senggama.
Atas. Hal ini penting dikarenakan
pada masa ini psikologis remaja
berada pada masa yang labil dan
mereka
sedang
mengeksplor
lingkungan tempat tinggal mereka.
Untuk
itu,
guru
harus
mampu
menciptakan metode pembelajaran
yang
kondisi
bagaimana
melakukannya
tanpa
masing-masing peserta
melanggar
aturan-aturan
yang
sesuai
psikologis
dengan
berlaku dimasyarakat.
didik.
Selain itu, tugas perkembangan
remaja berkenaan dengan kehidupan
pendidikan dan karier remaja, yaitu
remaja memiliki minat yang jelas
tentang pendidika dan pekerjaan dan
mengetahui bahwa pendidikan dan
pekerjaan
memerlukan
pengetahuan
dan
dukungan
keterampilan.
Untuk itu, bimbingan dan latihan dari
guru
maupun
memahami
orang
tugas
tua
dalam
perkembangan
Dalam
hal
kespro/seks
ini
pendidikan
idelanya
diberikan
pertama kali oleh orangtua di rumah,
mengingat yang paling tahu keadaan
anak adalah orangtua itu sendiri.
Tetapi jika anak tersebut statusnya
telah merangkap menjadi peserta
didik maka mau dan tidak mau
lembaga sekolah juga ikut untuk
mendidik
dalam
hal
pendidikan
moral atau seks itu sendiri. Menurut
Sarlito W Sarwono (2002 :89)
sangat diperlukan bagi remaja.
tentang Faktor-faktor adalah sebagai
Menurut Sarlito dalam bukunya
Psikologi
Remaja
(2002)
secara
umum pendidikan seksual adalah
suatu informasi mengenai persoalan
seksualitas manusia yang jelas dan
benar,
terjadinya
yang
meliputi
pembuahan,
proses
kehamilan
sampai
kelahiran,
tingkah
laku
seksual,
hubungan
seksual,
dan
aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan
kemasyarakatan. Masalah pendidikan
seksual yang diberikan sepatutnya
berkaitan dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat, apa yang
dilarang, apa yang dilazimkan dan
berikut:
1) Perubahan-perubahan
harmonal yang meningkatkan
hasrat
seksual
Peningkatan
remaja.
hormon
ini
menyebabkan
remaja
membutuhkan
penyaluran
dalam bentuk tingkah laku
tertentu.
2) Penyaluran
tersebut
tidak
dapat
segera
dilakukan
karena
adanya
penundaan
usia perkawinan, baik secara
hukum oleh karena adanya
undang-undang
tentang
perkawinan, maupun karena
integrasi dan adaptasi sistem yang
norma sosial.
berlaku, artinya pemikiran struktural
3) Norma-norma agama yang
fungsional sangat dipengaruhi oleh
berlaku, dimana seseorang
pemikiran
dilarang
menganggap
untuk
melakukan
biologis
masyarakat
organisme biologis yaitu terdiri dari
menikah.
organ-organ
makin
meningkat
karena
yang
hasil
atau
konsekuensi
organisme
dan
bertahan hidup.
rangsangan
melalui
tersebut
tetap
Fungsionalisme
agar
dalam
Struktural
canggih
Talcott Parsons ini mengenal empat
buku
fungsi penting untuk semua system
foto,
majalah,
dan terkenal dengan istilah AGIL.
internet,
dan
lain-lain)
Fungsi-fungsi penting tersebut ialah
menjadi
tidak
terbendung
teknologi
yang
(contoh:
VCD,
stensilan,
Adaptation,
Atteinment,
a) Adaptation (Adaptasi)
Fungsionalisme Struktural
Sistem
Teori Fungsionalisme struktural
adalah suatu bangunan teori yang
paling besar pengaruhnya dalam ilmu
sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh
pertama
fungsional
Goal
Integration, dan Latency.
lagi.
kali
yaitu
Durkheim
mencetuskan
August
Comte,
dan
Herbet
Spencer. Asumsi – asumsi dasarnya
adalah bahwa seluruh struktur sosial
atau
saling
ketergantungan tersebut merupakan
adanya penyebaran informasi
media masa yang dengan
Emile
sebagai
hubungan seksual sebelum
4) Kecenderungan pelanggaran
yang
yaitu
setidaknya
menyumbang
diprioritaskan,
terhadap
suatu
menyesuaikan
lingkungannya
tersebut
harus
diri
dan
dengan
setelah
itu
membuat lingkungan sesuai dengan
kebutuhan.
b) Goal Atteinment (Pencapaian
Tujuan)
Sistem
tersebut
mendefinisikan
dan
harus
mencapai
tujuannya.
c) Integration (Integrasi)
Sistem tersebut harus mampu
mensinergikan
antar
komponen
Kesehatan
Reproduksi
diimplementasikan
oleh
yang
lembaga
dalam sistem tersebut dan juga ketiga
pendidikan atau sekolah memang
fungsi yang lain (Adaptation, Goal
terjadi
Atteinment, Latency)
masing-masing
keselarasan
pada
subjek
fungsi
maupun
d) Latency (Pemeliharaan pola)
objeknya. Dalam hal ini pihak
Sistem
sekolah berperan sebagai subjek
tersebut
melengkapi,
juga
harus
memperbaiki,
baik
yang
menjadikan
pendidikan
motivasi individual maupun pola-
kesehatan reproduksi sebagai apa
pola kultural yang menciptakan dan
yang harus semestinya disampaikan
menopang motivasi.
untuk para peserta didiknya yang
Parson mendesain skema agil di
dimana semua itu berubah menjadi
atas untuk digunakan di semua
sebuah Fungsi semstinya sekolah
tingkat dalam sistem teoritisnya,
selain orangtua. Dan dimana objek
yaitu Organisme perilaku adalah
adalah mereka peserta didik yang
sistem tindakan yang melaksanakan
mendapatkan meteri apapun tentang
fungsi adaptasi, menyesuaikan diri
pendidikan
dengan lingkungan dan mengubah
yang diberikan oleh pihak sekolah
lingkungan
eksternal.
Sistem
dan
kepribadian
melaksanakan
fungsi
kehidupan keseharian mereka supaya
dengan
dapat meminilalisir perilaku negatif
pencapaian
tujuan
menetapkan
tujuan
sistem
dan
harus
kesehatan
reproduksi
diterapkan
dalam
tentang seks. Dengan AGIL yang
mengoptimalkan sumberdaya yang
dikemukakan
ada untuk mencapai tujuan. Sistem
diharapkan apapun strategi yang
sosial menjalankan fungsi integrasi
direncanakan oleh pihak sekolah
dengan
dapat berhasil diterima dengan baik
mengendalikan
setiap
komponennya. Dan sistem kultural
Talcott
oleh para perserta didik.
melaksanakan fungsi pemeliharaan
pola.
Jika Teori yang telah dibahas
diatas dikaitkan dengan Pendidikan
METODE PENELITIAN
Parsonn
Berdasarkan rumusan masalah
Sumber Data Primer
dan tujuan penelitian yang diajukan.
Data primer adalah data yang
Penelitian ini menggunakan jenis
diambil
penelitian studi kasus. Jenis studi
penelitian. Informan penelitian disini
kasus yang dipilih adalah studi kasus
adalah peserta peserta didik random
intrinsic. Studi kasus intrinsik Studi
(kelas X dan XI ) dari sekolah tempat
kasus
penelitian berlangsung dan warga
suatu
mempelajari,
pendekatan
untuk
menerangkan,
atau
menginterpretasi suatu kasus dalam
konteksnya
yang
alamiah
(Salim, 2006:118). Studi kasus ini
sangat
tepat
digunakan
untuk
menjawab pertanyaan yang bersifat
“mengapa” (why?) dan bagaimana
(how?). Metode studi kasus ini
menekankan
pada
tujuan
untuk
mengetahui keragaman (diversity)
dan kekhususan (particularity) dari
objek studi, dalam hal ini sistem
pertukaran
sosial
gantangan
di
komunitas pedesaan Subang. Hasil
utamanya
adalah
dari
informan
sekolah Guru serta mata pelajaran.
Sumber Data Sekunder
tanpa
intervensi dari pihak luar (peneliti)
langsung
Data sekunder adalah data yang
sudah ada yang berkaita dengan
masalah penelitian. Data sekunder ini
berupa media cetak, media massa,
media online, laporan penelitian lain
yang
relevan
penelitian
ini
pemerintah
dengan
dan
masalah
data
(data
resmi
pelanggaran
penyimpangan kesehatan reproduksi
jika ada ). Data sekunder disini
berfungsi sebagai pijakan penelitian
dan
analisis
data
primer
serta
pendukung data primer.
menemukan
keunikan kasus yang diteliti, yang
meliputi : (1) hakekat kasus (2) latar
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
belakang historis (3) setting fisik (4)
merupakan hal yang paling utama
konteks kasus (5) persoalan lain
dalam sebuah penelitian. Karena
disekitar kasus dan (6) informan atau
untuk
segala hal berkaitan dengan kasus
permasalahan dibutuhkan data-data
tersebut.
yang berkaitan dengan permasalahan
Data dan Sumber Data
memecahkan
suatu
tersebut. Dalam penelitian ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan
dipahami oleh diri sendiri maupun
adalah wawancara mendalam dan
orang lain. Dalam analisis data ini
dokumentasi. Wawancara merupakan
terdapat tiga komponen yaitu reduksi
suatu teknik pengumpulan data untuk
data, display (penyajian) penyajian
mendapatkan informasi yang digali
data
dari sumber data langsung melalui
Miles dan Huberman (Sugiyono,
percakapan atau tanya jawab (Satori
2010:338).
dan
Komariah.
dan
penarikan
kesimpulan.
2012:130).
Wawancara mendalam atau indepth
interview adalah wawancara tanpa
alternatif
pilihan
jawaban
dan
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
mendalami
Hasil Penelitian
informasi dari seorang informan
Bentuk-bentuk
(Afrizal.
kesehatan
dilakukan
untuk
2014:136).Dokumentasi
merupakan
referensi
penelaahan
atau
berhubungan
penelitian.
sumber
dokumen
dengan
Dokumen
informasi
masnusia.
terhadap
yang
masalah
merupakan
yang
Dokumen
bukan
merupakan
rekaman kejadian masa lalu yang
ditulis atau dicetak (Satori dan
Komariah. (2012:147).
data
adalah
pendidikan
reproduksi
yang
diberikan oleh Sekolah
Dalam
pendidikan
hal
implementasi
kesehatan
reproduksi,
sekolah memiliki berbagai macam
pendampingan yang sangat penting
untuk
bisa
diterapkan
dengan
harapan sesuai tujuan visi dan misi
sekolah. Dalam hal ini juga Sekolah
sebagai lembaga pendidikan harus
Teknik Analisis Data
Analisis
DAN
mampu
proses
dalam
memberikan
bentuk
apapun
termasuk
mencari dan menyusun data yang
pendidikan
diperoleh secara sistematis dengan
untuk peserta didiknya. Berbagai
cara
dan
upaya yang dilakukan oleh pihak
menjabarkan data sampai membuat
sekolah memang telah ditempuh
kesimpulan
untuk mencapai hasil yang terbaik
mengorganisasikan
sehingga
mudah
kesehatan
pendidikan
reproduksi
untuk peserta didiknya salah satunya
di dalamnya terdapat sebuah suatu
adalah menjadi fasilitator atau bisa
temuan hal yang sinkron antara
dikatakan ada kerjasama yang baik
subjek dan objek, guru dan siswa.
dengan pihak puskesmas setempat
Terjalin
dengan kegitatan rutin tahunan yang
mengikat di antara keduanya karena
memang berbobot materi yang sangat
memang sudah semestinya bentuk-
mengena dan efektif untuk peserta
bentuk itu dibuat dan nantinya untuk
didik.
bisa
Selain itu bentuknya dari dalam
yang berusaha diapliaksikan pada
peserta didik dengan acara kaijan,
pengajian
serta
kegiatan
dilakukan
oleh
IPM
yang
sangat
membantu karena memang sekolah
ini berbasis agama dan memiliki
suatu
hubungan
diterapkan
yang
pada
proses
implementasi kepada peserta didik
agar tidak terjadi suatu pemahaman
sulit yang dierapkan siswa dalam
keseharian
dilingkungan
formal
sekolah maupun dilingkungan non
formal (keluarga dan masyarakat).
Hal
ini
memang
sangat
keterikatan yang sangat kuat maka
dibutuhkan sebagai perwujudan yang
dari itu adanya IPM. IPM sendiri
diharapkan untuk mencapai tujuan
singkatan
Pelajar
yang baik antara pihak sekolah,
Muhammadiyah, Yang merupakan
orang tua peserta didik serta peserta
sel
didik
dari
dari
Ikatan
organisasi
Islam
sendiri
dlam
menjalani
Muhammdiyah. IPM bisa disebut
prosesnya sebagai remaja yang masih
juga Organisasi Intra Sekolah atau
harus
biasa yang di sebut OSIS pada
sekolah ataupun orang tua, karena
sekolah Negeri, tetapi jika di sekolah
memang mau tidak mau remaja di
Muhammadiyah IPM inilah sebagai
seumuran mereka masih sangat perlu
Organisasi Siswa Intra Sekolah nya.
adanya pembinaan serta pengawasan
Dari beberapa hasil temuan data
tentang bagaimana bentuk-bentuk
pendidikan
kesehatan
reproduksi
yang diberikan oleh sekolah memang
berada
dalam
bimbingan
dari orang-orang yang dianggapnya
lebih
mengetahui
tentang
hal
tersebut. Dalam hal ini juga peranan
sekolah dengan perhatian peserta
didik
sangat
diperlukan
untuk
menjalin hubungan yang baik dalam
Jika semua telah dilakukan tapi
kegiatan implementasi pendidikan
kurang maksimal cara yang menurut
kesehatan reproduksi di sekolah.
dari pihak sekolah sangat mengena
peserta
didik
sebagai
pendampingan,
Penerapan Srategi Implementasi
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Di Sekolah
diharapkan
pendidikan
kepedulian
dan
perhatian adalah dengan semacam
ancaman surat tertulis. Dengan hal
ini
Dengan strategi implementasi
bentuk
sangat
diharapakan
siswa
mempunyai efek jera bagi siswa
kesehatan
yang terkena masalah kenalan remaja
reproduksi yang disampaikan oleh
atau kurang pemahaman tentang
pihak
diterapkan
bagaimana
pendidikan
kesehatan
sepenuhnya oleh peserta didik dalam
reproduksi
yang
diberikan
kehidupan
sehari-hari
kepada peserta didik.
kehidupan
sosial
sekolah
bisa
ataupun
masyarakat.
Strategi atau cara yang dilakukan
oleh pihak sekolah sebenarnya sudah
sering
dilakukan
misalnya
pada
KBM sehari-hari pada mata pelajaran
yang
bersangkutan
pendidikan
kesehatan
dengan
reproduksi.
Terdapat suatu garis besar tentang
cara-cara
menyampaikan
tentang
pendidikan
materi
kesehatan
reproduksi salah satunya dengan
menyelipkan pemahaman tersebut
kedalam mata pelajaran atau KBM
yang
sifatnya
awalan/pengantar
hanya
sebagai
disaat
sebelum
memulai pelajaran yang semestinya
sesuai jadwal mata pelajaran.
telah
Dalam hal regulasi memang mau
tidak mau sekolah harus memberikan
suatu
pendidikan
kesehatan
reproduksi untu peserta didik. Tidak
hanya
pendidikan
melainkan
KBM
pendidikan
saja
kesehatan
reproduksi juga sangat penting atas
perkembanga peserta didik pada
proses remajanya. Dalam hal ini pada
PP Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi Pasal 11 ayat
3
sudah
Pemberian
Reproduksi
diterangkan
Pelayanan
Remaja
bahwa
Kesehatan
harus
disesuaikan dengan masalah dan
tahapan tumbuh kembang remaja
serta memperhatikan keadilan dan
kesetaraan
gender,
memakasimalkan serta mengemas
nilai
beberapa materi untuk disampaikan
agama, perkembangan mental, dan
kepada peserta didiknya. Dengan
berdasarkan
peraturan
adanya hal itu nantinya sekolah dapat
perundang-undangan. Oleh karena
menerapkan secara maksimal dan
itu hubungan yang baik harus terjalin
peserta didik juga dapat memahami
diantara sekolah dan peserta didik
serta menjalankan apa saja yang
agar dapat mewujudkan pendidikan
sudah didapat kemudian diterapkan
kesehatan reproduksi yang maksimal
pada kehidupannya sehari-hari.
mempertimbangkan
moral,
ketentuan
dan dapat diterima baik oleh peserta
didik.
Dalam hal ini penulis berusaha
menghubungkan
Fungsionalisme
Struktural Talcott Parsons dalam
Pembahasan
Implementasi
Fungsionalisme Struktural Talcott
Kesehatan Reproduksi di Sekolah.
Parsons dalam Implementasi
Dalam hal ini suatu fungsi adalah
Pendidikan Kesehatan
“suatu kompleks kegiatan-kegiatan
Reproduksi di Sekolah.
yang diarahkan kepada pemenuhan
Implementasi
kesehatan
pendidikan
reproduksi
di
sekolah
merupakan salah satu komponen
Pendidikan
suatu kebutuhan atau kebutuhankebutuhan
system
itu
(Rocher,1975;R.Stryker, 2007).
yang sangat penting selain KBM
Fungsionalisme Struktutal AGIL
yang telah direncanakan pada silabus
menurut pandangan Talcott Parsons
sekolah. Suatu pengetahuan yang
dalam hubungannya penelitian ini
sebenarnya bisa didapatkan pada
yang
proses
remaja
sistem harus mengatasi kebutuhan
dimanapun mereka berada. Namun,
mendesak yang bersifat situasional
pada penelitian ini memang sekolah
eskternal.
sebagai penyelenggara pendidikan
beradaptasi dengan lingkungannya
pada peserta didik sangat disoroti
dan
tentang bagaimana tindakan, langkah
dengan kebutuhan – kebutuhannya.
atau
Dalam hal ini adaptasi Parsons
pertumbuhan
cara
yang
diambil
untuk
Pertama,
Adaptasi;
Sistem
mengadaptasikan
itu
Suatu
harus
lingkungan
berperan
peserta
dalam
didik
memperhatikan
perempuan
karena
memang akan menggangu untuk
mewujudkan
tujuan
utama
dari
sudah jelas dikatakan Guru bahwa
sekolah
sebagian besar peserta didik di
selanjutnya tentang apa yang sudah
sekolahan tersebut adalah perempuan
dipaparkan oleh Ibu Titin yang
. Oleh sebab itu sangat penting
mempunyai
sebuah
yang
perlakuan dan pemberian efek jera
diberikan oleh guru untuk peserta
bagi peserta didik yang sedang
didik. Terlebihnya kepada peserta
mengalami
didik
berharap peserta didik lain juga tidak
system
baru
adaptasi
yang
sangat
pendampingan
dari
Lingkungan
sekolah.
butuh
sekolah
dan
Kedua,
tersebut.
terjerumus
Untuk
garis
yang
besar
masalah
kedalam
sebagai
dan
juga
kasus
yang
sama. Hal ini juga mempunyai tujuan
Pencapaian Tujuan. Dalam hal ini
kepedulian
Parson memandang bahwa suatu
memperlakukan peserta didik dengan
system harus mendefinisikan dan
cara-cara
mencapai tujuan utamanya. Menjadi
kepada sebuah tujuan yang lebih
harapan bersama ketika tujuan utama
besar yaitu prestasi dan akhlak.
dari sebuah sistem yang telah di
definisikan itu terwujud. Karena
memang tujuan dari Visi sudah jelas
dipaparkan di awal yang didalamnya
berkaitan dengan arahan landasan
untuk beriman kepada Allah SWT
dan Unggul untuk mencapai sebuah
prestasi. Dalam hal ini kaitannya
tentang
reproduksi
pendidikan
memang
kesehatan
dari
pihak
sekolah berusaha untuk tidak ingin
peserta didiknya kecolongan terkena
kasus-kasus
kesehatan reproduksi
penyimpangan
karena itu
dari
tersebut
sekolah
dan
menuju
Ketiga, Integrasi: Suatu system
harus
mengatur
antar
hubungan
bagian-bagian dari komponennya. Ia
juga harus mengelola hubungan di
antara tiga imperatif fungsional yang
lainnya (A,G,L). Mengingat pada
integrasi Parsons ini suatu sistem
harus mengatur hubungan semua dari
komponennya, dalam hal ini apa
yang sudah dipaparkan oleh Ibu Titin
di atas memang terjadi sebuah
hubungan yang saling berkaitan antar
satu dengan yang lainnya. Seperti
bentuk pengiriman delegasi peserta
didik ke dalam acara-acara yang
dampak positif didalamnya nanti
sifatnya dadakan/insidental biasanya
apalagi dengan waktu yang rutin dan
diadakan
lembaga-lembaga
selalu diulangi setiap tahunnya akan
kecamatan,
menjadikan sebuah perkembangan
ataupun
untuk peserta didik dalam proses
oleh
pemerintahan,
kepolisian,
puskesmas
undangan dari sekolah sederajat
perkembangannya.
lainnya yang mengadakan seminar
Sistem Tindakan Antara Pihak
atau pemyuluhan. Hal-hal tersebut
Sekolah
sangatlah penting untuk menjaga
Mengenai Pendidikan Kesehatan
hubungan baik dan juga internal
Reproduksi
sekolah
dapat
berpartisipasi
serta
dengan
berkembang
Jika dalam hal sistim tindakan
mendapatkan
ini dikaitkan dalam penelitian ini
informasi lebih yang menunjang
memang
pendidikan
kebutuhan
kesehatan
Peserta Didik
reproduksi.
terlihat
siswa
selaras
yang
antara
memang
Selain itu juga pada bagian internal
sangat butuh pendidikan kesehatan
sekolah juga ada IPM yang selalu
reproduksi
aktif dibawah arahan sekolah untuk
kondisi peserta didik apa adanya atau
kegiatan-kegiatan peserta didik yang
bahkan belum mengetahui sedikitpun
positif seperti pengajian, pengkajian,
tentang kesehatan reproduksi dan
ekstrakurikuler dan lain-lain.
sudah diketahui oleh Guru, kemudian
Keempat, Latensi (Pemeliharaan
Pola):
Suatu
menyediakan,
sistem
memelihara,
harus
dan
Sekolah
dari
lewat
memberikan
sekolah
guru
pemaham
dengan
berusaha
tersebut
melalu banyak cara, salah satunya
memperbarui baik motivasi para
dengan
individu maupun pola-pola budaya
kesehatan reproduksi di dalam mata
yang menciptakan dan menopang
pelajaran yang bersangkutan dan
motivasi itu. Rutinitas di sini sangat
selalu memberikannya pada awal-
diperhatikan ketika Parsons dengan
awal memulai pelajaran.
menyelipkan
pendidikan
pemeliharaan polanya. Kerjasama
yang sudah terjalin baik antara kedua
lembaga tersebut sangat memberikan
Dalam hal ini memang level yang
lebih tinggi berperan penuh untuk
level yang lebih rendah. Sekolah dan
dikatakan ada kerjasama yang
peserta didik di sini adalah sangat
baik dengan pihak puskesmas
berhubungan
prosesnya.
setempat dengan kegitatan
Sekolah yang menjadi level tinggi
rutin tahunan yang memang
dan peserta didik menjadi level yang
berbobot materi yang sangat
lebih rendah. Dalam pemaparan Ibu
mengena dan efektif untuk
Titin di atas terlihat jelas bahwa
peserta didik. Terdapat suatu
setiap ada permasalan atau kasus
garis besar tentang cara-cara
yang melibatkan peserta didik akan
menyampaikan
lebih mudah dicerna ketika level
tentang pendidikan kesehatan
tinggi
reproduksi
dalam
yaitu sekolah mempunyai
materi
salah
satunya
kewenangan penuh untuk level yang
dengan
lebih rendah dalam hal ini adalah
pemahaman tersebut kedalam
peserta didik.
mata pelajaran.
2.
dilakukan
penelitian
maka
yang
dapat
telah
ditarik
Penerapan
strategi
implementasi
Kesehatan
Pendidikan
Reproduksi
di
Sekolah
Berbagai
yang
dilakukan oleh pihak sekolah
memang
telah
ditempuh
untuk mencapai hasil yang
terbaik
diberikan oleh Sekolah
Bentuk praktik yang sudah
reproduksi
di
Gemolong
ini
untuk
peserta
didiknya salah satunya adalah
menjadi fasilitator atau bisa
SMK
3
sebenarnya
sudah berjalan dengan baik.
sekolah ini berusaha untuk
terus
upaya
pendidikan
berjalan mengenai kesehatan
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Bentuk-bentuk
kesehatan reproduksi yang
SIMPULAN DAN SARAN
Dari
menyelipkan
menjalin
kerjasama
yang baik dengan puskesmas
setempat serta studi banding
atau
diskusi
tentang
kesehatan dengan sekolahsekolah menengah lainnya di
lingkungan
Kecamatan
Gemolong. Setelah itu guru
juga memberikan rangsangan
memperhatikan
kepada peserta didik melalui
penjelasan materi.
sepenuhnya
sedikit pengantar pada hampir
setiap KBM berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Saran yang dapat diberikan
Agus Salim.2006. Teori dan
pradigma penelitian sosial.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
peneliti berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah
Enung Fatimah, M. M. (2010).
Psikologi
Perkembangan
Hendaknya kepala sekolah
(Perkembangan Peserta Didik).
menambahkan aplikasi lain
Bandung: CV.Pustaka Setia
yang berhubungan dengan
kesehatan
reproduksi.
Aplikasi
tersebut
dalam
M Khodiq Duhri. (2016, 07 Agustus)
22
Remaja
Pernikahan
Sragen
Dini,
Jalani
Terbanyak
bentuk rutinitas yang lebih
Dipicu Hamil Duluan. Solopos
sering dilakukan.
Diperoleh pada 02 September
2. Bagi
Guru
SMK
2017,
dari
Muhammadiyah 3 Gemolong
http://www.solopos.com/2016/0
Lebih
8/07/22-remaja-sragen-jalani-
meningkatkan
pemahaman
tentang
pendidikan
reproduksi
kesehatan
untuk
peserta
pernikahan-dini-terbanyakdipicu-hamil-duluan-743173
Peraturan
Pemerintah
Republik
didik dengan cara menambah
Indonesia Nomor 61 Tahun
selipan-selipan di semua mata
2014.
pelajaran.
Reproduksi.
Tentang
3. Bagi Peserta Didik
Kementrian
Meningkatkan
Negara RI.
pemahaman
materi pendidikan kesehatan
reproduksi
oleh
yang
guru
diajarkan
dengan
Kesehatan
Jakarta
:
Sekretariat
Rahman, Arief. (2000). Pendidikan
Seks
di
Seminar
Sekolah.
Prosiding
Nasional
Perlukah
Pendidikan Seks di Sekolah. 27
Januari 2000. Jakarta: BKKBN
Rizki Ardiani. (2014). FAKTORFAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PERILAKU
Sarwono, Wirawan Sarlito. (2012).
Psikologi
Remaja.
Jakarta
Penerbit Rajagrafindo Persada
Satori Djam’an., Komariah Aan.
(2012). Metode Penelitian
SEKSUAL PADA SISWA KELAS
Kualitatif. Bandung : Penerbit
X DISMA MUHAMMADIYAH 2
Alfabeta
GEMOLONG
SRAGEN
Tahun
:
Sofyan S. Willis. (2012).
Remaja
2014. Skripsi : STIKES PKU
dan Masalahnya. Bandung : Penerbit
Muhammadiyah Surakarta
Alfabeta
IN SCHOOL
(CASE STUDY OF SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG)
Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret
University, July 2018.
Haris Luhur Pradias1), Sigit Pranawa2), Nurhadi3)
1)
Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS, e-mail:
harisluhur7@gmail.com
2)
Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS, e-mail:
sigit_pranawa@yahoo.com
3)
Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS, e-mail:
Nurhadi1974@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to examine the problems that hinder the implementation of
reproductive health education in schools that occur in schools. This study used a
qualitative approach using structural-functionalism theory to analyze the
implementation of reproductive health education applied by schools to students in
SMK Muhammadiyah 3 Gemolong. Implementation of reproductive health in
schools is very important to improve because Implementation is one way of a
school policy toward the goal. Departing from the understanding of learners who
are less about the importance of reproductive health then they are looking for
information that less supervision of adults then they not only seek about positive
reproductive health but reproductive health education is distorted. Therefore the
implementation of reproductive health education is needed in the supervision of
teachers to learners in order to minimize sexual deviation.
Keywords: Implementation, Sudents, Education, Reproductive Health
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI
DI SEKOLAH
(STUDI KASUS SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG)
Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret, Juli 2018.
Haris Luhur Pradias1), Sigit Pranawa2), Nurhadi3)
1)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail: harisluhur7@gmail.com
2)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail:
sigit_pranawa@yahoo.com
3)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail:
Nurhadi1974@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan yang menghambat
implementasi pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah yang terjadi di sekolah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teori
fungsionalisme-struktural untuk menganalisis implementasi pendidikan kesehatan
reproduksi yang diterapkan sekolah kepada peserta didik di SMK Muhammadiyah
3 Gemolong. Implementasi kesehatan reproduksi di Sekolah sangat penting untuk
di tingkatkan karena memang Implementasi adalah salah satu cara dari suatu
kebijakan sekolah menuju tujuan. Berangkat dari pemahaman peserta didik yang
kurang tentang pentingnya kesehatan reproduksi kemudian mereka bersaha
mencari informasi yang kurang pengawasan dari orang dewasa kemudian mereka
tidak hanya mencari tentang kesehatan reproduksi yang positif melainkan
pendidikan kesehatan reproduksi yang menyimpang. Oleh sebab itu implementasi
pendidikan kesehatan reproduksi sangat diperlukan dalam pengawasan guru
kepada peserta didik agar dapat meminimalisir penyimpangan seksual.
Kata Kunci : Implementasi, Peserta Didik, Pendidikan, Kesehatan Reproduksi
putrinya,
PENDAHULUAN
Dewasa ini pendidikan kesehatan
misalnya
tentang
budi
pekerti, dan mengajarinya tentang
reproduksi merupakan suatu hal yang
akhlak
dapat dilakukan dimana saja baik di
menghindarkannya dari teman-teman
lingkungan
lingkungan
yang berakhlak buruk. Tetapi untuk
sekolah maupun dalam lingkungan
memberikan pendidikan seks ini
masyarakat. Dengan melihat hal itu
memang
semua orang tua wajib memberikan
keahlian
pendidikan
reproduksi
pemerintah
kepada anaknya. Orang tua dalam
Koordinasi
kaitannya dengan pendidikan adalah
Nasional telah menyediakan akses
sebagai
informasi,
keluarga,
kesehatan
pendidik
untuk
yaitu
mulia,
serta
diperlukan
ilmu
tersendiri.
Memang
melalui
Badan
Keluarga
baik
dan
Berencana
kepada
remaja
tanggung jawab orang tua kepada
maupun kepada orang tua, melalui
anaknya sangat diharapkan dan harus
Pusat
menjadi prioritas utama. Dalam hal
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-
ini
KRR). Tetapi waktu, kesempatan,
juga
reproduksi
pendidikan
yang
kesehatan
sangat
penting
dan
Informasi
kemauan
dan
Konseling
orang
tua
untuk
diterapkan kepada anaknya sebagai
memperoleh informasi tersebut di
pemahaman tentang akan pentingnya
PIK-KRR sangatlah terbatas.
kehidupan
seks
terhindar
dari
dan
juga
agar
penyimpangan
seksualitas pada anak dan remaja.
Mengenai hal tersebut beragam cara
serta strategi pendidikan kesehatan
reprodukdi
terhadap
yang akan diberikan
anak
memang
harus
dilakukan, sesuai dengan kebiasaan
atau situasi dan kondisi anak.
.
Secara
mungkin
umum,
mampu
kewajibannya
Kesehatan
tua
melaksanakan
putra-
tahun
2010
Survei
Reproduksi
Remaja
Indonesia
(SKKRI)
menyatakan,
responden
mengaku
mempunyai
teman pernah melakukan hubungan
seksual
sebesar
82%,
hamil
sebelum
menikah
66%,
remaja
secara
melakukan
orang
mendidik
Pada
Survei
Remaja
terbuka
seks
menyatakan
pranikah
Kesehatan
Indonesia
48%.
Reproduksi
(SKKRI)
menyatakan persentase pada tahun
2010 menunjukkan seks pranikah di
Sebanyak 10 remaja pria dan 12
wilayah
51%,
remaja wanita asal Sragen diketahui
Bandung54%, Surabaya 47% dan
menikah di bawah umur sepanjang
Medan 52%. Data yang diperoleh
Januari hingga Juni 2016. Faktor
dari PILAR PKBI Jateng dari Januari
hamil di luar nikah mendominasi
2002 hingga Juni 2010
alasan remaja asal Bumi Sukowati
Jabotabek
tercatat
sebanyak 863 orang telah melakukan
memilih
hubungan seksual pranikah, 452
Keluarga Sejahtera, Badan Keluarga
remaja putri mengalami kehamilan
Berencana
pranikah dan
Masyarakat
244 remaja putri
melakukan aborsi. Remaja
yang
Sragen,
nikah
dini.
dan
Pemberdayaan
Desa
Deddy
Kasubid
(BKBPMD)
Setyo
Handoko,
melakukan konsultasi melalui telpon,
mengatakan angka pernikahan dini di
surat, dan tatap muka, peringkat ke 2
Sragen
terbesar dilakukan oleh remaja yang
mereka itu rata-rata di bawah 16
duduk
remaja
tahun. Seharusnya mereka masih
merupakan usia yang sangat aktif
mengenyam pendidikan di bangku
termasuk
sekolah.
di
SMA.
dalam
Usia
dorongan
dan
terbilang
Namun,
perilaku seksualnya. (Rizky Ardiani
”kecelakaan”
2014)
mengurus
Hasil analisis Direktorat Jenderal
”Usia
tinggi.
itu
rumah
karena
faktor
mereka
harus
tangga,”
jelas
Deddy saat ditemui wartawan di
Kesehatan Masyarakat Depkes dan
sela-sela
Kesejahteraan
RI (2010),
Kesehatan Reproduksi Remaja dan
kondisi
Generasi Berencana di Aula SMAN
kesehatan reproduksi di Indonesia
1 Sragen, Kamis (Solopos/4/8/2016).
Sosial
menunjukkan
bahwa
dewasa ini masih belum seperti yang
diharapkan,
bila
dibandingkan
kegiatan
Kabupaten
terbilang
Sosialisasi
Sragen
sendiri
tinggi
bahkan,
masih
dengan keadaan di negara-negara
mayoritas para korban kekerasan
ASEAN lainnya. Indonesia masih
seksual adalah mereka yang masih
tertinggal
jauh
dibawah umur yang dalam kurun
kesehatan
reproduksi,
termasuk
kesehatan
reproduksi
remaja.
dalam
aspek
2005-2012
tercatat
sebanyak
66
kasus. Ironisnya lagi sebagian besar
pelaku kekerasan seksual berupa
pencabulan atau perkosaan yang
terjadi
merupakan
remaja
ABG
pelajar tingkat SMA. Koordinator
keingintahuan remaja mengenai
hal-hal
yang
berhubungan
dengan seksualitas menyebabkan
remaja selalu berusaha mencari
informasilebih banyak mengenai
seksualitas (Willis, 2012:67).
Aliansi Peduli Perempuan Sukowati
(APPS) Sragen, Sugiyarsih kepada
Setelah
mengetahui
wartawan, Kamis (10/1) mengatakan
fenomena
“Masih tingginya angka kekerasan
benar hal yang menyebabkan anak
seksual pada perempuan ini harus
dalam konteks pendidikan kesehatan
menjadi
reproduksi ini adalah sebagian besar
perhatian
bersama,
yang
data-data
memang
pemerintah dan instansi pendidikan
mereka
harus
tentang hal itu dengan berbagai
mengambil
kebijakan
nyata
langkah
untuk
atau
menekan
macam
mencoba
terjadi
cara
mencari
tanpa
tahu
pengawasan
angka kekerasan seksual tersebut.
langsung dari keluarga maupun agen
Dijelaskan bahwa kekerasan seksuan
lainnya
tertinggi didaerah Kecamatan Sragen
masyarakat. Oleh Sebab itu hal ini
Kota. Wilayah perkotaan jumlah
penelitian
ini
kasusnya cukup menonjol dibanding
bagaimana
pendidikan kesehatan
kecamatan lain dipedesaan, mungkin
reproduksi diterapkan di Sekolah.
karena diwilayah perkotaan akses
Penelitian ini bertujuan untuk (1)
informasinya atau hiburan yang lebih
Mengkaji
memicu terjadinya kekerasan seksual
strategi
lebih mudah didapat. Disini dampak
kesehatan reproduksi di sekolah; (2)
negatif
teknologi
Mengkaji bentuk-bentuk Pendidikan
sangat berperan besar,” Jelasnya
kesehatan reproduksi yang telah
(Kamis
diberikan oleh pihak Sekolah.
dari
10
kemajuan
Januari
2013-
KRJogja.com).
Pada masa remaja, rasa ingin
tahu mengenai seksualitas sangat
penting
terutama
dalam
pembentukan hubungan dengan
lawan
jenisnya.Besarnya
seperti
sekolah
ingin
dan
melihat
bagaimana
penerapan
implementasi
pendidikan
Kesehatan Reproduksi
Dahulu
merupakan
kesehatan
aspek
yang
reproduksi
menjadi
perhatian setelah upaya kesehatan
pada umumnya tercapai. Namun,
pengetahuan
setelah
sumber
taraf
kesehatan
semakin
tentang
luar
merata sekarang, upaya pencapaian
menyesatkan.
kesehatan
Pendidikan
reproduksi
dilakukan
seks
yang
dari
cenderung
Bahkan,
kesehatan
tentang
reproduksi
setaraf dengan pencapaian kesehatan
telah diatur dalam PP Nomor 61
lainnya. Di samping itu, seiring
Tahun
dengan perkembangan teknologi dan
Kesehatan Reproduksi yang berada
masuknya pengaruh budaya asing
pada Pasal 11 dan 12.
2014
terutama
tentang
pada masyarakat maka hal-hal yang
Penelitian tentang implementasi
berbau ‘seksualitas’ telah menjadi
kesehatan reproduksi ini relevan
konsumsi
dengan
masyarakat
sehari-hari
bahkan di kalangan anak-anak.
beberapa
penelitian
sebelumnya antara lain oleh Devi
Walaupun seks sebenarnya hal
Setiawati dengan judul penelitian
yang alamiah, dengan melihat hal-hal
PERSEPSI REMAJA MENGENAI
tersebut
PENDIDIKAN
diatas
kebutuhan
akan
SEKS
(Studi
pembelajaran kesehatan reproduksi
Deskriptif Kualitatif Pada Pelajar
saat ini bukan merupakan hal yang
SMA Negeri 4 Magelang) Tahun
tabu
2010.
lagi.
Pendidikan
kesehatan
Dengan
hasil
penelitian
reproduksi merupakan suatu proses
Persepsi
yang integratif dengan memadukan
pendidikan seks adalah pendidikan
pengetahuan biologis, nilai moral,
seks dipandang oleh remaja sebagai
aspek psikologis dan berlandaskan
sesuatu yang penting, bernilai positif,
agama.
serta bermanfaat bagi mereka dalam
Menyesuaikan
kebutuhan
seharusnya
mulai
dari
anak,
dengan
ini
sejak
dini
Melalui
keluarga.
mampu
lingkungan
mengenai
membantu persoalan hidup remaja.
proses
dilakukan
remaja
pendidikan
seks
mengarahkan
remaja
perilaku
Namun, fakta di masyarakat kita
seksualnya agar tidak menyimpang
menunjukkan sebagian besar orang
dari norma yang ada serta dapat
tua
risih
terhindar dari hal-hal yang negatif.
membicarakan seks pada anaknya.
Dengan kata lain remaja memandang
Sehingga anak akan mendapatkan
pendidikan seks sebagai alat untuk
masih
tetap
merasa
mencegah terjadinya penyalahgunaan
Pendidikan
seks.
pakar
Remaja
menganggap
seks
pendidikan,
menurut
berarti
pendidikan seks mampu menjawab
perlakuan proses sadar dan
keingintahuan dan rasa penasaran
sistematis
mereka
keluarga,
akan
segala
hal
yang
berkaitan dengan seks.
di
sekolah,
dan
masyarakat
untuk menyampaikan proses
kesehatan
perkelaminan menurut agama
reproduksi saat ini kalah populer
dan yang sudah ditetapkan
dengan istilah pendidikan seks yang
oleh masyarakat, selain itu
gencar
juga memberi pengetahuan
Istilah
pendidikan
dikampanyekan
melalui
media cetak maupun elektronik.
dan
Mungkin karena banyaknya pendapat
tanggung jawab laki-laki dan
mengenai pendidikan seks itu sendiri
perempuan
membuat
ajaran
pengertiannya
menjadi
siur.
Kata
sesuai
agama.
tentang
dengan
Arief
Rahman (2000:124)
semakin kabur, bahkan cenderung
simpang
keterampilan
pendidikan
Menurut Enung Fatimah, dalam
berarti proses pengubahan sikap dan
bukunya Psikologi Perkembangan
tata laku seseorang atau kelompok
(Perkembangan Peserta Didik) 2010.
orang dalam usaha mendewasakan
Di dalam buku ini, mengandung
manusia melalui upaya pengajaran
sebuah pembelajaran terhadap guru
dan latihan. (BKKBN, 2011).
maupun orang tua agar mampu
Dalam hal ini adapun definisi
pendidikan
kesehatan
reproduksi
“. . .Seks mempunyai
dua pengertian yaitu jenis
kelamin dan hal ihwal yang
kelamin
dengan
perkembangan peserta didik pada
masa usia sekolah menengah dan
yang lainnya. Antara lain yaitu :
berhubungan
mengenal dan memahami tingkat
alat
misalnya
persetubuhan atau senggama.
Atas. Hal ini penting dikarenakan
pada masa ini psikologis remaja
berada pada masa yang labil dan
mereka
sedang
mengeksplor
lingkungan tempat tinggal mereka.
Untuk
itu,
guru
harus
mampu
menciptakan metode pembelajaran
yang
kondisi
bagaimana
melakukannya
tanpa
masing-masing peserta
melanggar
aturan-aturan
yang
sesuai
psikologis
dengan
berlaku dimasyarakat.
didik.
Selain itu, tugas perkembangan
remaja berkenaan dengan kehidupan
pendidikan dan karier remaja, yaitu
remaja memiliki minat yang jelas
tentang pendidika dan pekerjaan dan
mengetahui bahwa pendidikan dan
pekerjaan
memerlukan
pengetahuan
dan
dukungan
keterampilan.
Untuk itu, bimbingan dan latihan dari
guru
maupun
memahami
orang
tugas
tua
dalam
perkembangan
Dalam
hal
kespro/seks
ini
pendidikan
idelanya
diberikan
pertama kali oleh orangtua di rumah,
mengingat yang paling tahu keadaan
anak adalah orangtua itu sendiri.
Tetapi jika anak tersebut statusnya
telah merangkap menjadi peserta
didik maka mau dan tidak mau
lembaga sekolah juga ikut untuk
mendidik
dalam
hal
pendidikan
moral atau seks itu sendiri. Menurut
Sarlito W Sarwono (2002 :89)
sangat diperlukan bagi remaja.
tentang Faktor-faktor adalah sebagai
Menurut Sarlito dalam bukunya
Psikologi
Remaja
(2002)
secara
umum pendidikan seksual adalah
suatu informasi mengenai persoalan
seksualitas manusia yang jelas dan
benar,
terjadinya
yang
meliputi
pembuahan,
proses
kehamilan
sampai
kelahiran,
tingkah
laku
seksual,
hubungan
seksual,
dan
aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan
kemasyarakatan. Masalah pendidikan
seksual yang diberikan sepatutnya
berkaitan dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat, apa yang
dilarang, apa yang dilazimkan dan
berikut:
1) Perubahan-perubahan
harmonal yang meningkatkan
hasrat
seksual
Peningkatan
remaja.
hormon
ini
menyebabkan
remaja
membutuhkan
penyaluran
dalam bentuk tingkah laku
tertentu.
2) Penyaluran
tersebut
tidak
dapat
segera
dilakukan
karena
adanya
penundaan
usia perkawinan, baik secara
hukum oleh karena adanya
undang-undang
tentang
perkawinan, maupun karena
integrasi dan adaptasi sistem yang
norma sosial.
berlaku, artinya pemikiran struktural
3) Norma-norma agama yang
fungsional sangat dipengaruhi oleh
berlaku, dimana seseorang
pemikiran
dilarang
menganggap
untuk
melakukan
biologis
masyarakat
organisme biologis yaitu terdiri dari
menikah.
organ-organ
makin
meningkat
karena
yang
hasil
atau
konsekuensi
organisme
dan
bertahan hidup.
rangsangan
melalui
tersebut
tetap
Fungsionalisme
agar
dalam
Struktural
canggih
Talcott Parsons ini mengenal empat
buku
fungsi penting untuk semua system
foto,
majalah,
dan terkenal dengan istilah AGIL.
internet,
dan
lain-lain)
Fungsi-fungsi penting tersebut ialah
menjadi
tidak
terbendung
teknologi
yang
(contoh:
VCD,
stensilan,
Adaptation,
Atteinment,
a) Adaptation (Adaptasi)
Fungsionalisme Struktural
Sistem
Teori Fungsionalisme struktural
adalah suatu bangunan teori yang
paling besar pengaruhnya dalam ilmu
sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh
pertama
fungsional
Goal
Integration, dan Latency.
lagi.
kali
yaitu
Durkheim
mencetuskan
August
Comte,
dan
Herbet
Spencer. Asumsi – asumsi dasarnya
adalah bahwa seluruh struktur sosial
atau
saling
ketergantungan tersebut merupakan
adanya penyebaran informasi
media masa yang dengan
Emile
sebagai
hubungan seksual sebelum
4) Kecenderungan pelanggaran
yang
yaitu
setidaknya
menyumbang
diprioritaskan,
terhadap
suatu
menyesuaikan
lingkungannya
tersebut
harus
diri
dan
dengan
setelah
itu
membuat lingkungan sesuai dengan
kebutuhan.
b) Goal Atteinment (Pencapaian
Tujuan)
Sistem
tersebut
mendefinisikan
dan
harus
mencapai
tujuannya.
c) Integration (Integrasi)
Sistem tersebut harus mampu
mensinergikan
antar
komponen
Kesehatan
Reproduksi
diimplementasikan
oleh
yang
lembaga
dalam sistem tersebut dan juga ketiga
pendidikan atau sekolah memang
fungsi yang lain (Adaptation, Goal
terjadi
Atteinment, Latency)
masing-masing
keselarasan
pada
subjek
fungsi
maupun
d) Latency (Pemeliharaan pola)
objeknya. Dalam hal ini pihak
Sistem
sekolah berperan sebagai subjek
tersebut
melengkapi,
juga
harus
memperbaiki,
baik
yang
menjadikan
pendidikan
motivasi individual maupun pola-
kesehatan reproduksi sebagai apa
pola kultural yang menciptakan dan
yang harus semestinya disampaikan
menopang motivasi.
untuk para peserta didiknya yang
Parson mendesain skema agil di
dimana semua itu berubah menjadi
atas untuk digunakan di semua
sebuah Fungsi semstinya sekolah
tingkat dalam sistem teoritisnya,
selain orangtua. Dan dimana objek
yaitu Organisme perilaku adalah
adalah mereka peserta didik yang
sistem tindakan yang melaksanakan
mendapatkan meteri apapun tentang
fungsi adaptasi, menyesuaikan diri
pendidikan
dengan lingkungan dan mengubah
yang diberikan oleh pihak sekolah
lingkungan
eksternal.
Sistem
dan
kepribadian
melaksanakan
fungsi
kehidupan keseharian mereka supaya
dengan
dapat meminilalisir perilaku negatif
pencapaian
tujuan
menetapkan
tujuan
sistem
dan
harus
kesehatan
reproduksi
diterapkan
dalam
tentang seks. Dengan AGIL yang
mengoptimalkan sumberdaya yang
dikemukakan
ada untuk mencapai tujuan. Sistem
diharapkan apapun strategi yang
sosial menjalankan fungsi integrasi
direncanakan oleh pihak sekolah
dengan
dapat berhasil diterima dengan baik
mengendalikan
setiap
komponennya. Dan sistem kultural
Talcott
oleh para perserta didik.
melaksanakan fungsi pemeliharaan
pola.
Jika Teori yang telah dibahas
diatas dikaitkan dengan Pendidikan
METODE PENELITIAN
Parsonn
Berdasarkan rumusan masalah
Sumber Data Primer
dan tujuan penelitian yang diajukan.
Data primer adalah data yang
Penelitian ini menggunakan jenis
diambil
penelitian studi kasus. Jenis studi
penelitian. Informan penelitian disini
kasus yang dipilih adalah studi kasus
adalah peserta peserta didik random
intrinsic. Studi kasus intrinsik Studi
(kelas X dan XI ) dari sekolah tempat
kasus
penelitian berlangsung dan warga
suatu
mempelajari,
pendekatan
untuk
menerangkan,
atau
menginterpretasi suatu kasus dalam
konteksnya
yang
alamiah
(Salim, 2006:118). Studi kasus ini
sangat
tepat
digunakan
untuk
menjawab pertanyaan yang bersifat
“mengapa” (why?) dan bagaimana
(how?). Metode studi kasus ini
menekankan
pada
tujuan
untuk
mengetahui keragaman (diversity)
dan kekhususan (particularity) dari
objek studi, dalam hal ini sistem
pertukaran
sosial
gantangan
di
komunitas pedesaan Subang. Hasil
utamanya
adalah
dari
informan
sekolah Guru serta mata pelajaran.
Sumber Data Sekunder
tanpa
intervensi dari pihak luar (peneliti)
langsung
Data sekunder adalah data yang
sudah ada yang berkaita dengan
masalah penelitian. Data sekunder ini
berupa media cetak, media massa,
media online, laporan penelitian lain
yang
relevan
penelitian
ini
pemerintah
dengan
dan
masalah
data
(data
resmi
pelanggaran
penyimpangan kesehatan reproduksi
jika ada ). Data sekunder disini
berfungsi sebagai pijakan penelitian
dan
analisis
data
primer
serta
pendukung data primer.
menemukan
keunikan kasus yang diteliti, yang
meliputi : (1) hakekat kasus (2) latar
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
belakang historis (3) setting fisik (4)
merupakan hal yang paling utama
konteks kasus (5) persoalan lain
dalam sebuah penelitian. Karena
disekitar kasus dan (6) informan atau
untuk
segala hal berkaitan dengan kasus
permasalahan dibutuhkan data-data
tersebut.
yang berkaitan dengan permasalahan
Data dan Sumber Data
memecahkan
suatu
tersebut. Dalam penelitian ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan
dipahami oleh diri sendiri maupun
adalah wawancara mendalam dan
orang lain. Dalam analisis data ini
dokumentasi. Wawancara merupakan
terdapat tiga komponen yaitu reduksi
suatu teknik pengumpulan data untuk
data, display (penyajian) penyajian
mendapatkan informasi yang digali
data
dari sumber data langsung melalui
Miles dan Huberman (Sugiyono,
percakapan atau tanya jawab (Satori
2010:338).
dan
Komariah.
dan
penarikan
kesimpulan.
2012:130).
Wawancara mendalam atau indepth
interview adalah wawancara tanpa
alternatif
pilihan
jawaban
dan
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
mendalami
Hasil Penelitian
informasi dari seorang informan
Bentuk-bentuk
(Afrizal.
kesehatan
dilakukan
untuk
2014:136).Dokumentasi
merupakan
referensi
penelaahan
atau
berhubungan
penelitian.
sumber
dokumen
dengan
Dokumen
informasi
masnusia.
terhadap
yang
masalah
merupakan
yang
Dokumen
bukan
merupakan
rekaman kejadian masa lalu yang
ditulis atau dicetak (Satori dan
Komariah. (2012:147).
data
adalah
pendidikan
reproduksi
yang
diberikan oleh Sekolah
Dalam
pendidikan
hal
implementasi
kesehatan
reproduksi,
sekolah memiliki berbagai macam
pendampingan yang sangat penting
untuk
bisa
diterapkan
dengan
harapan sesuai tujuan visi dan misi
sekolah. Dalam hal ini juga Sekolah
sebagai lembaga pendidikan harus
Teknik Analisis Data
Analisis
DAN
mampu
proses
dalam
memberikan
bentuk
apapun
termasuk
mencari dan menyusun data yang
pendidikan
diperoleh secara sistematis dengan
untuk peserta didiknya. Berbagai
cara
dan
upaya yang dilakukan oleh pihak
menjabarkan data sampai membuat
sekolah memang telah ditempuh
kesimpulan
untuk mencapai hasil yang terbaik
mengorganisasikan
sehingga
mudah
kesehatan
pendidikan
reproduksi
untuk peserta didiknya salah satunya
di dalamnya terdapat sebuah suatu
adalah menjadi fasilitator atau bisa
temuan hal yang sinkron antara
dikatakan ada kerjasama yang baik
subjek dan objek, guru dan siswa.
dengan pihak puskesmas setempat
Terjalin
dengan kegitatan rutin tahunan yang
mengikat di antara keduanya karena
memang berbobot materi yang sangat
memang sudah semestinya bentuk-
mengena dan efektif untuk peserta
bentuk itu dibuat dan nantinya untuk
didik.
bisa
Selain itu bentuknya dari dalam
yang berusaha diapliaksikan pada
peserta didik dengan acara kaijan,
pengajian
serta
kegiatan
dilakukan
oleh
IPM
yang
sangat
membantu karena memang sekolah
ini berbasis agama dan memiliki
suatu
hubungan
diterapkan
yang
pada
proses
implementasi kepada peserta didik
agar tidak terjadi suatu pemahaman
sulit yang dierapkan siswa dalam
keseharian
dilingkungan
formal
sekolah maupun dilingkungan non
formal (keluarga dan masyarakat).
Hal
ini
memang
sangat
keterikatan yang sangat kuat maka
dibutuhkan sebagai perwujudan yang
dari itu adanya IPM. IPM sendiri
diharapkan untuk mencapai tujuan
singkatan
Pelajar
yang baik antara pihak sekolah,
Muhammadiyah, Yang merupakan
orang tua peserta didik serta peserta
sel
didik
dari
dari
Ikatan
organisasi
Islam
sendiri
dlam
menjalani
Muhammdiyah. IPM bisa disebut
prosesnya sebagai remaja yang masih
juga Organisasi Intra Sekolah atau
harus
biasa yang di sebut OSIS pada
sekolah ataupun orang tua, karena
sekolah Negeri, tetapi jika di sekolah
memang mau tidak mau remaja di
Muhammadiyah IPM inilah sebagai
seumuran mereka masih sangat perlu
Organisasi Siswa Intra Sekolah nya.
adanya pembinaan serta pengawasan
Dari beberapa hasil temuan data
tentang bagaimana bentuk-bentuk
pendidikan
kesehatan
reproduksi
yang diberikan oleh sekolah memang
berada
dalam
bimbingan
dari orang-orang yang dianggapnya
lebih
mengetahui
tentang
hal
tersebut. Dalam hal ini juga peranan
sekolah dengan perhatian peserta
didik
sangat
diperlukan
untuk
menjalin hubungan yang baik dalam
Jika semua telah dilakukan tapi
kegiatan implementasi pendidikan
kurang maksimal cara yang menurut
kesehatan reproduksi di sekolah.
dari pihak sekolah sangat mengena
peserta
didik
sebagai
pendampingan,
Penerapan Srategi Implementasi
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Di Sekolah
diharapkan
pendidikan
kepedulian
dan
perhatian adalah dengan semacam
ancaman surat tertulis. Dengan hal
ini
Dengan strategi implementasi
bentuk
sangat
diharapakan
siswa
mempunyai efek jera bagi siswa
kesehatan
yang terkena masalah kenalan remaja
reproduksi yang disampaikan oleh
atau kurang pemahaman tentang
pihak
diterapkan
bagaimana
pendidikan
kesehatan
sepenuhnya oleh peserta didik dalam
reproduksi
yang
diberikan
kehidupan
sehari-hari
kepada peserta didik.
kehidupan
sosial
sekolah
bisa
ataupun
masyarakat.
Strategi atau cara yang dilakukan
oleh pihak sekolah sebenarnya sudah
sering
dilakukan
misalnya
pada
KBM sehari-hari pada mata pelajaran
yang
bersangkutan
pendidikan
kesehatan
dengan
reproduksi.
Terdapat suatu garis besar tentang
cara-cara
menyampaikan
tentang
pendidikan
materi
kesehatan
reproduksi salah satunya dengan
menyelipkan pemahaman tersebut
kedalam mata pelajaran atau KBM
yang
sifatnya
awalan/pengantar
hanya
sebagai
disaat
sebelum
memulai pelajaran yang semestinya
sesuai jadwal mata pelajaran.
telah
Dalam hal regulasi memang mau
tidak mau sekolah harus memberikan
suatu
pendidikan
kesehatan
reproduksi untu peserta didik. Tidak
hanya
pendidikan
melainkan
KBM
pendidikan
saja
kesehatan
reproduksi juga sangat penting atas
perkembanga peserta didik pada
proses remajanya. Dalam hal ini pada
PP Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi Pasal 11 ayat
3
sudah
Pemberian
Reproduksi
diterangkan
Pelayanan
Remaja
bahwa
Kesehatan
harus
disesuaikan dengan masalah dan
tahapan tumbuh kembang remaja
serta memperhatikan keadilan dan
kesetaraan
gender,
memakasimalkan serta mengemas
nilai
beberapa materi untuk disampaikan
agama, perkembangan mental, dan
kepada peserta didiknya. Dengan
berdasarkan
peraturan
adanya hal itu nantinya sekolah dapat
perundang-undangan. Oleh karena
menerapkan secara maksimal dan
itu hubungan yang baik harus terjalin
peserta didik juga dapat memahami
diantara sekolah dan peserta didik
serta menjalankan apa saja yang
agar dapat mewujudkan pendidikan
sudah didapat kemudian diterapkan
kesehatan reproduksi yang maksimal
pada kehidupannya sehari-hari.
mempertimbangkan
moral,
ketentuan
dan dapat diterima baik oleh peserta
didik.
Dalam hal ini penulis berusaha
menghubungkan
Fungsionalisme
Struktural Talcott Parsons dalam
Pembahasan
Implementasi
Fungsionalisme Struktural Talcott
Kesehatan Reproduksi di Sekolah.
Parsons dalam Implementasi
Dalam hal ini suatu fungsi adalah
Pendidikan Kesehatan
“suatu kompleks kegiatan-kegiatan
Reproduksi di Sekolah.
yang diarahkan kepada pemenuhan
Implementasi
kesehatan
pendidikan
reproduksi
di
sekolah
merupakan salah satu komponen
Pendidikan
suatu kebutuhan atau kebutuhankebutuhan
system
itu
(Rocher,1975;R.Stryker, 2007).
yang sangat penting selain KBM
Fungsionalisme Struktutal AGIL
yang telah direncanakan pada silabus
menurut pandangan Talcott Parsons
sekolah. Suatu pengetahuan yang
dalam hubungannya penelitian ini
sebenarnya bisa didapatkan pada
yang
proses
remaja
sistem harus mengatasi kebutuhan
dimanapun mereka berada. Namun,
mendesak yang bersifat situasional
pada penelitian ini memang sekolah
eskternal.
sebagai penyelenggara pendidikan
beradaptasi dengan lingkungannya
pada peserta didik sangat disoroti
dan
tentang bagaimana tindakan, langkah
dengan kebutuhan – kebutuhannya.
atau
Dalam hal ini adaptasi Parsons
pertumbuhan
cara
yang
diambil
untuk
Pertama,
Adaptasi;
Sistem
mengadaptasikan
itu
Suatu
harus
lingkungan
berperan
peserta
dalam
didik
memperhatikan
perempuan
karena
memang akan menggangu untuk
mewujudkan
tujuan
utama
dari
sudah jelas dikatakan Guru bahwa
sekolah
sebagian besar peserta didik di
selanjutnya tentang apa yang sudah
sekolahan tersebut adalah perempuan
dipaparkan oleh Ibu Titin yang
. Oleh sebab itu sangat penting
mempunyai
sebuah
yang
perlakuan dan pemberian efek jera
diberikan oleh guru untuk peserta
bagi peserta didik yang sedang
didik. Terlebihnya kepada peserta
mengalami
didik
berharap peserta didik lain juga tidak
system
baru
adaptasi
yang
sangat
pendampingan
dari
Lingkungan
sekolah.
butuh
sekolah
dan
Kedua,
tersebut.
terjerumus
Untuk
garis
yang
besar
masalah
kedalam
sebagai
dan
juga
kasus
yang
sama. Hal ini juga mempunyai tujuan
Pencapaian Tujuan. Dalam hal ini
kepedulian
Parson memandang bahwa suatu
memperlakukan peserta didik dengan
system harus mendefinisikan dan
cara-cara
mencapai tujuan utamanya. Menjadi
kepada sebuah tujuan yang lebih
harapan bersama ketika tujuan utama
besar yaitu prestasi dan akhlak.
dari sebuah sistem yang telah di
definisikan itu terwujud. Karena
memang tujuan dari Visi sudah jelas
dipaparkan di awal yang didalamnya
berkaitan dengan arahan landasan
untuk beriman kepada Allah SWT
dan Unggul untuk mencapai sebuah
prestasi. Dalam hal ini kaitannya
tentang
reproduksi
pendidikan
memang
kesehatan
dari
pihak
sekolah berusaha untuk tidak ingin
peserta didiknya kecolongan terkena
kasus-kasus
kesehatan reproduksi
penyimpangan
karena itu
dari
tersebut
sekolah
dan
menuju
Ketiga, Integrasi: Suatu system
harus
mengatur
antar
hubungan
bagian-bagian dari komponennya. Ia
juga harus mengelola hubungan di
antara tiga imperatif fungsional yang
lainnya (A,G,L). Mengingat pada
integrasi Parsons ini suatu sistem
harus mengatur hubungan semua dari
komponennya, dalam hal ini apa
yang sudah dipaparkan oleh Ibu Titin
di atas memang terjadi sebuah
hubungan yang saling berkaitan antar
satu dengan yang lainnya. Seperti
bentuk pengiriman delegasi peserta
didik ke dalam acara-acara yang
dampak positif didalamnya nanti
sifatnya dadakan/insidental biasanya
apalagi dengan waktu yang rutin dan
diadakan
lembaga-lembaga
selalu diulangi setiap tahunnya akan
kecamatan,
menjadikan sebuah perkembangan
ataupun
untuk peserta didik dalam proses
oleh
pemerintahan,
kepolisian,
puskesmas
undangan dari sekolah sederajat
perkembangannya.
lainnya yang mengadakan seminar
Sistem Tindakan Antara Pihak
atau pemyuluhan. Hal-hal tersebut
Sekolah
sangatlah penting untuk menjaga
Mengenai Pendidikan Kesehatan
hubungan baik dan juga internal
Reproduksi
sekolah
dapat
berpartisipasi
serta
dengan
berkembang
Jika dalam hal sistim tindakan
mendapatkan
ini dikaitkan dalam penelitian ini
informasi lebih yang menunjang
memang
pendidikan
kebutuhan
kesehatan
Peserta Didik
reproduksi.
terlihat
siswa
selaras
yang
antara
memang
Selain itu juga pada bagian internal
sangat butuh pendidikan kesehatan
sekolah juga ada IPM yang selalu
reproduksi
aktif dibawah arahan sekolah untuk
kondisi peserta didik apa adanya atau
kegiatan-kegiatan peserta didik yang
bahkan belum mengetahui sedikitpun
positif seperti pengajian, pengkajian,
tentang kesehatan reproduksi dan
ekstrakurikuler dan lain-lain.
sudah diketahui oleh Guru, kemudian
Keempat, Latensi (Pemeliharaan
Pola):
Suatu
menyediakan,
sistem
memelihara,
harus
dan
Sekolah
dari
lewat
memberikan
sekolah
guru
pemaham
dengan
berusaha
tersebut
melalu banyak cara, salah satunya
memperbarui baik motivasi para
dengan
individu maupun pola-pola budaya
kesehatan reproduksi di dalam mata
yang menciptakan dan menopang
pelajaran yang bersangkutan dan
motivasi itu. Rutinitas di sini sangat
selalu memberikannya pada awal-
diperhatikan ketika Parsons dengan
awal memulai pelajaran.
menyelipkan
pendidikan
pemeliharaan polanya. Kerjasama
yang sudah terjalin baik antara kedua
lembaga tersebut sangat memberikan
Dalam hal ini memang level yang
lebih tinggi berperan penuh untuk
level yang lebih rendah. Sekolah dan
dikatakan ada kerjasama yang
peserta didik di sini adalah sangat
baik dengan pihak puskesmas
berhubungan
prosesnya.
setempat dengan kegitatan
Sekolah yang menjadi level tinggi
rutin tahunan yang memang
dan peserta didik menjadi level yang
berbobot materi yang sangat
lebih rendah. Dalam pemaparan Ibu
mengena dan efektif untuk
Titin di atas terlihat jelas bahwa
peserta didik. Terdapat suatu
setiap ada permasalan atau kasus
garis besar tentang cara-cara
yang melibatkan peserta didik akan
menyampaikan
lebih mudah dicerna ketika level
tentang pendidikan kesehatan
tinggi
reproduksi
dalam
yaitu sekolah mempunyai
materi
salah
satunya
kewenangan penuh untuk level yang
dengan
lebih rendah dalam hal ini adalah
pemahaman tersebut kedalam
peserta didik.
mata pelajaran.
2.
dilakukan
penelitian
maka
yang
dapat
telah
ditarik
Penerapan
strategi
implementasi
Kesehatan
Pendidikan
Reproduksi
di
Sekolah
Berbagai
yang
dilakukan oleh pihak sekolah
memang
telah
ditempuh
untuk mencapai hasil yang
terbaik
diberikan oleh Sekolah
Bentuk praktik yang sudah
reproduksi
di
Gemolong
ini
untuk
peserta
didiknya salah satunya adalah
menjadi fasilitator atau bisa
SMK
3
sebenarnya
sudah berjalan dengan baik.
sekolah ini berusaha untuk
terus
upaya
pendidikan
berjalan mengenai kesehatan
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Bentuk-bentuk
kesehatan reproduksi yang
SIMPULAN DAN SARAN
Dari
menyelipkan
menjalin
kerjasama
yang baik dengan puskesmas
setempat serta studi banding
atau
diskusi
tentang
kesehatan dengan sekolahsekolah menengah lainnya di
lingkungan
Kecamatan
Gemolong. Setelah itu guru
juga memberikan rangsangan
memperhatikan
kepada peserta didik melalui
penjelasan materi.
sepenuhnya
sedikit pengantar pada hampir
setiap KBM berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Saran yang dapat diberikan
Agus Salim.2006. Teori dan
pradigma penelitian sosial.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
peneliti berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah
Enung Fatimah, M. M. (2010).
Psikologi
Perkembangan
Hendaknya kepala sekolah
(Perkembangan Peserta Didik).
menambahkan aplikasi lain
Bandung: CV.Pustaka Setia
yang berhubungan dengan
kesehatan
reproduksi.
Aplikasi
tersebut
dalam
M Khodiq Duhri. (2016, 07 Agustus)
22
Remaja
Pernikahan
Sragen
Dini,
Jalani
Terbanyak
bentuk rutinitas yang lebih
Dipicu Hamil Duluan. Solopos
sering dilakukan.
Diperoleh pada 02 September
2. Bagi
Guru
SMK
2017,
dari
Muhammadiyah 3 Gemolong
http://www.solopos.com/2016/0
Lebih
8/07/22-remaja-sragen-jalani-
meningkatkan
pemahaman
tentang
pendidikan
reproduksi
kesehatan
untuk
peserta
pernikahan-dini-terbanyakdipicu-hamil-duluan-743173
Peraturan
Pemerintah
Republik
didik dengan cara menambah
Indonesia Nomor 61 Tahun
selipan-selipan di semua mata
2014.
pelajaran.
Reproduksi.
Tentang
3. Bagi Peserta Didik
Kementrian
Meningkatkan
Negara RI.
pemahaman
materi pendidikan kesehatan
reproduksi
oleh
yang
guru
diajarkan
dengan
Kesehatan
Jakarta
:
Sekretariat
Rahman, Arief. (2000). Pendidikan
Seks
di
Seminar
Sekolah.
Prosiding
Nasional
Perlukah
Pendidikan Seks di Sekolah. 27
Januari 2000. Jakarta: BKKBN
Rizki Ardiani. (2014). FAKTORFAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PERILAKU
Sarwono, Wirawan Sarlito. (2012).
Psikologi
Remaja.
Jakarta
Penerbit Rajagrafindo Persada
Satori Djam’an., Komariah Aan.
(2012). Metode Penelitian
SEKSUAL PADA SISWA KELAS
Kualitatif. Bandung : Penerbit
X DISMA MUHAMMADIYAH 2
Alfabeta
GEMOLONG
SRAGEN
Tahun
:
Sofyan S. Willis. (2012).
Remaja
2014. Skripsi : STIKES PKU
dan Masalahnya. Bandung : Penerbit
Muhammadiyah Surakarta
Alfabeta