METODE TUGAS MEMBUAT KLIPING MEDIA CETAK DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-A SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung.

(1)

PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-A SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung) SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Disusun Oleh :

LEIKA VIDYA KUSUMAH 1001673

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-A SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung)

Oleh

Leika Vidya Kusumah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Leika Vidya Kusumah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEIKA VIDYA KUSUMAH 1001673

METODE TUGAS MEMBUAT KLIPING MEDIA CETAK DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

KERJASAMA SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII-A SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd NIP. 196220718 198801 2 001

Pembimbing II

Dra. Hj. Neiny Ratmaningsih, M.Pd NIP. 19611215 198603 2 003

Mengetahui,


(4)

METODE TUGAS MEMBUAT KLIPING MEDIA CETAK DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

KERJASAMA SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-A SMP YAS Bandung) Leika Vidya Kusumah

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil pra penelitian yang penulis lakukan di SMP YAS Bandung. Penulis menemukan adanya masalah dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-A, yaitu kurangnya kerjasama antar siswa dalam kelompok. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran terutama dalam berdiskusi, diantaranya

Pertama, pada saat guru memberikan tugas kelompok masih terdapat beberapa

siswa yang memilih mengerjakan tugas tersebut secara individu daripada bergabung kedalam kelompok. Kedua, saat presentasi tidak semua siswa yang tergabung dalam kelompok ikut serta memberikan pendapat terhadap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain, hanya sebagian siswa saja yang berani memberikan pendapatnya. Ketiga, kondisi kelas ribut dan tidak menghargai teman-temannya yang sedang presentasi didepan kelas. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka penulis menerapkan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa. Penelitian ini menggunakan

strategi eksploratoris dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam tiga tindakan. Desain

penelitian menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart (1988) yang terdiri dari: planning (perencanaan), acting & observing (pelaksanaaan dan pengamatan), serta reflecting (refleksi). Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu: catatan lapangan, rubrik, format penilaian proses pembuatan kliping, dan angket. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMP YAS Bandung. Pelaksanaan proses pembelajaran melalui metode tugas membuat kliping media cetak dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dapat dikatakan berhasil. Setelah melalui tiga tindakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode tugas membuat kliping media cetak kerjasama siswa dalam kelompok mengalami peningkatan dari tindakan 1 hingga tindakan 3. Peningkatan terjadi pada setiap tindakannya, ini membuktikan bahwa semua kelompok sudah dapat bekerjasama dengan baik bersama kelompoknya. Kesimpulannya, penerapan metode tugas membuat kliping media cetak dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan kerjasama siswa.


(5)

THE TASK METHOD OF CREATE PRINT MEDIA CLIPPING IN SOCIAL STUDIES EDUCATION LEARNING TO IMPROVES STUDENT

COOPERATIVE SKILL

(An Classroom Action Research On Class VIII-A in SMP YAS Bandung)

Leika Vidya Kusumah ABSTRACT

This Research based from pra-research that writer did in YAS Middle High School Bandung. The writer found a problem that occured in social Studies education learning at 8th-A class, which is less of cooperation between students in study group. It was seen in learning process especially in discussion, which are,

first, when teacher gave a group task to student, there are some students who work

individually rather than work by group. Second, in presentation not every student in this group gave their opinion to respond the question from another group, only a few student who respond the question. Third, the class condition is chaos and other students didn’t gave the attention to their friend who was presentating. To solve those problem, the writer applied task method of create print media clipping to improves student cooperative skill. The approximation method used in this research is eksploratoris analysis, using method of Classroom Action Research method with research design cycle model developmented by Kemmis & Taggart (1988) consist of three actions: planning, acting & observing, and reflecting. The technique of collecting data that used are field note, rubric, assessment form of creating clipping process, and questionnaire. The subject in this research are students of 8th-A class. The implementation of learning process through task method of create print media clipping in social studies education learning is success. After going through three action, the result indicate that with implementation task method of create print media clipping, student cooperative skill in group was improved from first action to third action. Conclusion is the implementation of task method of create print media clipping in social studies education learning can improves student cooperative skill.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Tinjauan Metode Cooperative Learning ... 12

1. Pengertian Cooperative Learning ... 12

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17

3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif ... 17

4. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ... 18

B. Kerjasama ... 19

1. Pengertian Kerjasama ... 19

2. Manfaat dan Tujuan Kerjasama ... 20

3. Prinsip Kerjasama ... 21

4. Keterampilan Kerjasama dalam Proses Pembelajaran ... 22

5. Keterampilan Kerjasama dalam Pembelajaran IPS ... 23

6. Indikator Kerjasama yang Peneliti Jadikan Sebagai Patokan Keberhasilan Penelitian ... 24

C. Media... 25

1. Pengertian Media ... 25

2. Tujuan Media Pembelajaran ... 26

3. Fungsi Media Pembelajaran ... 27

4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 30

D. Media Cetak ... 33

1. Pengertian Media Cetak... 33

2. Macam-Macam Media Cetak ... 36

3. Manfaat Media Cetak Sebagai Sumber Informasi ... 42

4. Kliping Media cetak Sebagai Sumber Pembelajaran IPS ... 43

E. Tinjauan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 45


(7)

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 47

3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ... 49

4. Aspek-Aspek Kompetensi dalam Pembelajaran... 51

F. Penelitian Terdahulu ... 52

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 54

B. Desain dan Prosedur Penelitian ... 55

C. Definisi Operasional... 58

D. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 61

E. Instrumen Penelitian... 67

F. Teknik Pengumpulan Data dan Validasi Data ... 79

G. Teknik Analisis Data ... 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 86

A.Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 86

1. Gambaran Umum SMP YAS Bandung ... 86

2. Profil Kelas VIII-A SMP YAS Bandung ... 87

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 88

1. Observasi Awal Pembelajaran IPS ... 88

a. Pelaksanaan Observasi Awal Pembelajaran ... 88

b. Pratindakan ... 89

c. Perencanaan ... 91

2. Deskripsi Tindakan 1 ... 91

a) Perencanaan Tindakan 1 ... 92

b) Pelaksanaan Tindakan 1 ... 93

c) Observasi Tindakan 1 ... 97

1) Penilaian Kerjasama Siswa ... 97

2) Deskripsi Data Angket Siswa Tindakan 1 ... 104

d) Refleksi Tindakan 1 ... 113

3. Deskripsi Tindakan 2 ... 115

a) Perencanaan Tindakan 2 ... 115

b) Pelaksanaan Tindakan 2 ... 116

c) Observasi Tindakan 2 ... 120

1) Penilaian Kerjasama Siswa ... 120

2) Deskripsi Data Angket Siswa Tindakan 2 ... 132

d) Refleksi Tindakan 2 ... 141

4. Deskripsi Tindakan 3 ... 143

a) Perencanaan Tindakan 3 ... 143

b) Pelaksanaan Tindakan 3 ... 144

c) Observasi Tindakan 3 ... 147

1) Penilaian Kerjasama Siswa ... 147

2) Deskripsi Data Angket Siswa Tindakan 3 ... 155

3) Data Angket Siswa Berdasarkan Indikator Kerjasama yang Peneliti Jadikan Patokan Keberhasilan Penelitian ... 164


(8)

d) Refleksi Tindakan 3 ... 168

C.Deskripsi Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 169

1) Data Hasil Penelitian Kerjasama Kelompok ... 169

2) Data Hasil Penelitian Berdasarkan Angket ... 173

D.Analisis Hasil Penelitian ... 183

1) Perencanaan tahap-tahap pembelajaran dalam upaya meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dengan metode tugas membuat kliping media cetak dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS Bandung ... 183

2) Pelaksanaan tahap-tahap pembelajaran menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS Bandung ... 185

3) Kendala yang dihadapi guru saat melaksa nakan tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS ... 188

4) Upaya dalam mengatasi kendala yang dihadapi pada saat diterapkannya metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMPYAS Bandung ... 188

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 191

A. Kesimpulan ... 191

B. Saran ... 193


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Media Menurut Aderson ... 30

Tabel 3.1 Format Penilaian Proses Pembuatan Kliping Tindakan ... 68

Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Proses Pembuatan Kliping ... 70

Tabel 3.3 Format Catatan Lapangan ... 72

Tabel 3.4 Format Angket Tindakan 1 ... 73

Tabel 3.5 Format Angket Tindakan 2 ... 75

Tabel 3.6 Format Angket Tindakan 3 ... 77

Tabel 4.1 Daftar Ekstrakulikuler di SMP Yayasan Atikan Sunda ... 87

Tabel 4.2 Nama Anggota Kelompok ... 95

Tabel 4.3 LKS Berupa Langkah Pembuatan Kliping... 96

Tabel 4.4 Format Penilaian Proses Pembuatan Kliping ... 98

Tabel 4.5 Data Angket Siswa Tindakan 1 Pernyataan Positif Kerjasama ... 104

Tabel 4.6 Data Angket Siswa Tindakan 1 Pernyataan Negatif Kerjasama ... 106

Tabel 4.7 Data Angket Siswa Tindakan 1 Pernyataan Positif Kliping ... 107

Tabel 4.8 Data Angket Siswa Tindakan 1 Pernyataan Negatif Kliping ... 110

Tabel 4.9 Data Angket Siswa Tindakan 1 Pernyataan Positif Kliping Tentang Pajak ... 111

Tabel 4.10 Data Angket Siswa Tindakan 1 Pernyataan Negatif Kliping Tentang Pajak ... 112

Tabel 4.11 Nama Anggota Kelompok ... 118

Tabel 4.12 LKS Berupa Langkah Pembuatan Kliping... 119

Tabel 4.13Format Penilaian Proses Pembuatan Kliping Tindakan 2 ... 121

Tabel 4.14 Data Angket Siswa Tindakan 2 Pernyataan Positif Kerjasama ... 132

Tabel 4.15 Data Angket Siswa Tindakan 2 Pernyataan Negatif Kerjasama ... 134

Tabel 4.16 Data Angket Siswa Tindakan 2 Pernyataan Positif Kliping ... 137

Tabel 4.17 Data Angket Siswa Tindakan 2 Pernyataan Negatif Kliping ... 138

Tabel 4.18 Data Angket Siswa Tindakan 2 Pernyataan Positif Kliping Tentang Pajak ... 138

Tabel 4.19 Data Angket Siswa Tindakan 2 Pernyataan Negatif Kliping Tentang Pajak ... 140

Tabel 4.20 Nama Anggota Kelompok ... 146

Tabel 4.21 LKS Berupa Langkah Pembuatan Kliping... 146

Tabel 4.22 Format Penilaian Proses Pembuatan Kliping Tindakan 3 ... 148


(10)

Tabel 4.24 Data Angket Siswa Tindakan 3 Pernyataan Negatif Kerjasama ... 157 Tabel 4.25 Data Angket Siswa Tindakan 3 Pernyataan Positif Kliping ... 158 Tabel 4.26 Data Angket Siswa Tindakan 3 Pernyataan Negatif Kliping ... 160 Tabel 4.27 Data Angket Siswa Tindakan 3 Pernyataan Positif Kliping Tentang

Permintaan Barang ... 161 Tabel 4.28 Data Angket Siswa Tindakan 3 Pernyataan Negatif Kliping Tentang

Permintaan Barang ... 163 Tabel 4.29 Data Angket Siswa Pada Tindakan ke 1 Berupa Pernyataan

Yang Peneliti Jadikan Patokan Keberhasilan Penelitian ... 164 Tabel 4.30 Data Angket Siswa Pada Tindakan ke 2 Berupa Pernyataan

Yang Peneliti Jadikan Patokan Keberhasilan Penelitian ... 166 Tabel 4.31 Data Angket Siswa Pada Tindakan ke 3 Berupa Pernyataan

Yang Peneliti Jadikan Patokan Keberhasilan Penelitian ... 167 Tabel 4.32 Presentase Kerjasama Siswa Pada Proses Pembuatan Kliping ... 169 Tabel4.33 Peningkatan Hasil Data Angket Siswa Berdasarkan Indikator


(11)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Skor Kerjasama Setiap Kelompok ... 170

Diagram 4.2 Persentase Kerjasama ... 171

Diagram 4.3 Peningkatan Pernyataan Positif Pada Aspek Kerjasama ... 173

Diagram 4.4 Peningkatan Pernyataan Negatif Pada Aspek Kerjasama ... 175

Diagram 4.5 Peningkatan Pernyataan Positif Pada Aspek Kliping... 176

Diagram 4.6 Peningkatan Pernyataan Negatif Pada Aspek Kliping ... 177

Diagram 4.7 Peningkatan Pernyataan Positif Pada Pemahaman Siswa Terhadap Materi Melalui Proses Membuat Kliping ... 179

Diagram 4.8 Peningkatan Pernyataan Negatif Pada Pemahaman Siswa Terhadap Materi Melalui Proses Membuat Kliping ... 180

Diagram 4.9 Data Angket Siswa Berdasarkan Indikator Kerja Sama Yang Peneliti Jadikan Sebagai Patokan Keberhasilan Penelitian ... 182


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I

SK dan Surat Ijin Penelitian.

LAMPIRAN II

RPP, LKS, Rubrik Penilaian Proses Pembuatan Kliping, Format Penilaian Proses Pembuatan Kliping, Catatan Lapangan, Format Angket.

LAMPIRAN III

Foto kerjasama dan presentasi siswa pada saat membuat kliping, Hasil Kliping Setiap Kelompok.


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah sekolah dimana tempat siswa untuk belajar. Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar Menurut Sunaryo (dalam Komalasari, 2011, hlm. 2) adalah suatu kegiatan dimana seseorang menghasilkan suatu perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap,

dan keterampilan untuk hidup bermasyarakat. Menurut pendapat Sudjana (1989, hlm. 28) bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap

semua situasi yang ada di sekitar individu. Sedangkan Adams & Dickey (dalam, Siregar, hlm. 1) secara luas menyatakan belajar adalah proses interaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu maka guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas belajar dengan cara memotivasi

siswa (motivator), memfasilitasi belajar (facilitator), mengorganisasi kelas (organizer), mengembangkan bahan pembelajaran (developer), menilai

program-proses-hasil pembelajaran (evaluator), dan memonitor aktivitas siswa (supersior) dan sebagainya. Sedangkan menurut Arifin (2009, hlm. 10) pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Selain itu Komalasari (2011, hlm. 3) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Salah satu cara yang bisa dilakukan guru untuk mengembangkan pembelajaran yang efektif dan efisien adalah dengan cara melakukan kegiatan


(15)

belajar secara bersama-sama. Kemampuan siswa dalam berkerjasama memiliki kedudukan yang penting dalam proses pembelajaran, Menurut Jhonson & Jhonson (dalam Lie, 2004, hlm. 7) proses belajar dengan cara bekerjasama menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang positif, dan menyesuaikan psikologis

yang lebih baik. Sejalan dengan pemikiran tersebut Hasan dan Kosasih (dalam Solihatin, 2008, hlm. 104) berpendapat bahwa belajar dengan kelompok

kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun konatif. Suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka dan rileks diantara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberi masukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran. Sedangkan Lie (2004, hlm. 27) menyebut kerjasama dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur. Sementara menurut Soekanto (1982, hlm. 66) kerjasama sebagai suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama dan bisa terjadi dimana saja termasuk disekolah.

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan dimana para siswa bisa berinteraksi dengan guru, dengan kata lain berinteraksi secara sosial. Sekolah adalah wahana yang baik bagi tumbuhnya kemampuan bekerja sama, dengan itulah akan tumbuh rasa kebersamaan yang memberi pengaruh positif bagi perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, disekolah siswa akan mengalami proses interaksi dalam proses pembelajaran, guru akan membelajarkan siswa dengan harapan siswa akan belajar. Melalui interaksi yang baik akan timbul kerjasama antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru. Menurut Rahma (2014, hlm. 4) kerjasama dalam pembelajaran tidak hanya


(16)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa saja melainkan dapat mempengaruhi hubungan siswa dengan teman-temannya yaitu dapat membangun ke arah yang lebih positif. Menurut Solihatin (2008, hlm. 104) Tumbuhnya rasa ketergantungan yang positif diantara sesama anggota kelompok menimbulkan kebersamaan dan kesatuan tekad untuk sukses dalam belajar. Hal ini terjadi karena dalam belajar secara kerjasama siswa diberikan kesempatan yang memadai untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkannya untuk melengkapi dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki anggota kelompok. Suasana belajar dengan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara sesama anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Proses pengembangan kepribadian yang demikian, membantu siswa yang tidak semangat dalam belajar menjadi lebih semangat dalam belajar. Menurut Hasan dan Kosasih (dalam Solihatin, 2008, hlm. 105) siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu siswa lain yang punya gairah yang lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya. Dengan belajar seperti itu, disamping proses belajar berlangsung efektif, juga akan terbina nilai-nilai lain yang sesuai dengan tujuan IPS yaitu gotong royong, kepedulian sosial, dan tanggung jawab siswa baik terhadap dirinya maupun terhadap anggota kelompoknya. Menurut Solihatin (2008, hlm. 105) belajar secara kelompok dalam pembelajaran merupakan gambaran dari miniatur masyarakat yang diterapkan di kelas dan akan melatih siswa untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.

Namun pada kenyataannya berdasarkan observasi awal di kelas VIII-A SMP YAS Bandung, peneliti menemukan permasalahan yaitu kurangnya kerjasama antar siswa dalam kelompok pada saat proses pembelajaran terutama dalam berdiskusi. Kondisi ini menimbulkan diskusi berjalan kurang efektif. Berawal dari hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa di SMP YAS Bandung khususnya di kelas VIII-A menunjukan adanya beberapa permasalahan


(17)

terutama terjadi pada saat proses kegiatan kerjasama kelompok. Pertama, pada saat guru memberikan tugas kelompok masih terdapat beberapa siswa yang memilih mengerjakan tugas tersebut secara individu daripada bergabung kedalam kelompok. Kedua, saat presentasi tidak semua siswa yang tergabung dalam kelompok ikut serta memberikan pendapat terhadap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain, hanya sebagian siswa saja yang berani memberikan pendapatnya. Ketiga, kondisi kelas ribut dan tidak menghargai teman-temannya yang sedang presentasi didepan kelas. Berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti memperoleh gambaran bahwa model pembelajaran diskusi yang diterapkan oleh guru kurang direspon dengan baik oleh siswa. Sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang mampu bekerja sama dengan kelompoknya. Dari permasalahan yang dipaparkan tersebut jelas bahwa siswa kelas VIII-A kurang memiliki sikap kerjasama dalam proses kegiatan pembelajarannya.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan peneliti dilapangan diperlukan suatu media pembelajaran yang cocok untuk menarik perhatian siswa dalam belajar, terlebih untuk dapat meningkatkan kerjasama siswa di kelas. Media merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Berbicara mengenai media tentunya kita akan mempunyai cakupan yang sangat luas, oleh karena itu saat ini masalah media kita batasi ke arah yang relevan dengan masalah pembelajaran atau yang dikenal dengan media pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar, pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan


(18)

pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Menurut Latuheru (dalam Komalasari, 2011, hlm. 25) media pembelajaran adalah bahan, alat, atau

teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi antara guru dan siswa secara tepat dan berdaya guna. Sedangkan menurut Basyirudin (2002, hlm. 127) bahwa media pembelajaran sebagai sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai prantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media menurut Komalasari (2011, hlm.111) merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Melalui media proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan (joyfull learning), misalnya siswa yang memiliki ketertarikan terhadap warna maka dapat diberikan media dengan warna yang menarik. Begitu juga halnya dengan siswa yang senang berkreasi selalu ingin menciptakan bentuk atau objek yang diinginkannya, siswa tersebut dapat diberikan media yang sesuai seperti media balok atau media ruang. Dengan menggunakan media berteknologi seperti halnya komputer sangat membantu siswa dalam belajar, seperti belajar berhitung, membaca dan menambah pengetahuan. Aspek penting lainnya dari penggunaan media adalah membantu memperjelas pesan pembelajaran. Informasi yang disampaikan secara lisan terkadang tidak dipahami sepenuhnya oleh siswa, terlebih apabila guru kurang jelas dalam menjelaskan materi. Disinilah peran media sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan dalam pembelajaran.

Keberhasilan penggunaan media, tidak terlepas dari bagaimana media itu

direncanakan dengan baik. Media yang dapat mengubah perilaku siswa (behaviour change) dan meningkatkan hasil belajar siswa tentu tidak dapat

berlangsung secara spontanitas, namun diperlukan analisis yang komprehensif dengan memperhatikan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Aspek-aspek tersebut diantaranya tujuan, kondisi siswa, fasilitas pendukung belajar, waktu yang tersedia dan kemampuan guru untuk menggunakan media dengan tepat. Semua aspek tersebut harus dituangkan dalam


(19)

sebuah perencanaan dalam membuat suatu media.

Dalam proses pembelajaran media memiliki fungsi sebagai alat untuk menyampaikan informasi dari sumber (guru) menuju kepada penerima informasi yaitu (siswa). Menurut Sudjana (1998, hlm. 99-100) fungsi pokok media pembelajaran yaitu sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif dan bukan sebagai alat hiburan akan tetapi alat ini dijadikan untuk melengkapi proses belajar mengajar agar lebih menarik perhatian siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pengalaman yang bermakna. Selain itu Livie dan Lents (dalam Komalasari, 2011, hlm. 46) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yang termasuk dalam media visual yaitu, 1). Fungsi atensi berarti media visual merupakan inti pembelajaran dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan materi pelajaran; 2) Fungsi afektif maksudnya media visual dapat terlihat dari tingkat konsetrasi siswa ketika belajar membaca teks bergambar, melalui gambar visual siswa akan dapat menambah emosi dan sikap pada saat siswa membaca teks bergambar; 3). Fungsi kognitif bermakna bahwa media visual dapat mempermudah tujuan pembelajaran di dalam gambar; 4) Fungsi kompensatoris artinya media visual dapat membantu siswa yang lemah dalam membaca dengan menggunakan media gambar siswa menjadi lebih tertarik dalam belajar.

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Inti tujuan penggunaan media adalah untuk membantu proses pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Menurut Gerlach (dalam Komalasari, 2011, hlm. 49) terdapat berbagai jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran seperti, stiil pictures (gambar diam), audio recording, motion pictures, television, real things, simulation,

models, programmed and computer-assisted instructions.


(20)

tiga kelompok besar, yaitu: 1). Media Visual, yakni media yang hanya dapat dimanfaatkan dengan menggunakan indera penglihatan, media cetak merupakan media dengan kategori media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual), misalnya gambar diam, (stiil picture), atau bergerak (motion

pictures) dan media yang tidak bisa diproyeksikan (non-projected visuals).

2). Media Audio, yakni media yang hanya dapat dimanfaatkan dengan menggunakan indera pendengaran, misalnya radio, tape recorder, atau

Compact-Disc (CD) 3). Media Audio-Visual, yakni media yang selain dapat dilihat juga

dapat didengar, misalnya televisi, film, atau VCD-player. Media pembelajaran yang telah dipilih dalam penelitian ini adalah media cetak dengan membuat kliping, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan kerjasama siswa. Secara historis, istilah media cetak muncul setelah ditemukannya alat pencetak oleh Johan Gotenberg pada tahun 1456. Menurut Faniah (dalam Arsyad, 2011, hlm. 37) media cetak ialah “bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk

pengajaran dan informasi”. Bentuk kliping media cetak tersebut berupa media

yang dapat diproyeksikan (projected visual), seperti gambar diam (still pictures) dan potongan informasi/berita serta artikel yang relevan dengan standar kompetensi/kompetensi dasar (SK/KD) pelajaran IPS.

Penggunaan media cetak menurut Sudjana dan Rivai (dalam Nur, 2009, hlm. 4) dapat mempertinggi kualitas proses belajar, proses

tersebut diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai siswa. Peningkatan kualitas proses belajar siswa dapat disebebkan oleh : Pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar antara lain : a) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknannya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik; c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh


(21)

guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar setiap jam pelajaran; d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Kedua, berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. media cetak sebagai media visual yang pembuatannya melalui proses percetakan/printing dapat membantu guru untuk menyajikan pesan atau informasi yang dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan dan akan menarik perhatian siswa untuk belajar khususnya belajar IPS.

Pembelajaran IPS memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan media pembelajaran, sesuai dengan konteks pembelajaran dan metode pembelajaran IPS. Salah satu caranya melalui kliping media cetak, dimana guru dapat menjadikan kliping media cetak sebagai sumber pembelajaran dalam memahami berbagai fenomena sosial yang terjadi dilingkungan sekitar siswa dan sekolah, selain itu pembelajaran IPS yang dikemas dalam bentuk konsep-konsep berupa fakta kehidupan sehari-hari siswa kemudian konsep tersebut disajikan kepada siswa melalui kliping media cetak (seperti surat kabar, majalah, artikel, dan buku teks) akan mempermudah siswa dalam memahami materi IPS yang dipelajarinya. Penggunaan media cetak yang dimaksud adalah kegiatan pengguntingan atau pemotongan bagian-bagian gambar, berita, artikel, buku pelajaran, surat kabar dan majalah, kemudian disusun dan ditempelkan dalam kertas HVS. Penggunaan kliping media cetak merupakan kegiatan siswa dalam mengkaji sumber pembelajaran IPS yang terdapat pada kliping tersebut dibawah bimbingan guru melalui diskusi kelompok. Melalui diskusi diharapkan siswa mampu bekerja sama dengan anggota kelompoknya dengan menyusun materi, memilih, memotong dan menempelkan gambar/artikel, dan pewarnaan yang dapat membuat siswa belajar dengan metode yang berbeda.


(22)

Berdasarkan manfaat kliping media cetak sebagai metode pembelajaran Peneliti berkeinginan untuk menerapkan di kelas dimana peneliti melakukan penelitian. Dari latar belakang penelitian dan temuan pada permasalahan tersebut, maka penelitian ini diberi judul :

“ Metode Tugas Membuat Kliping Media Cetak Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa “ (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-A SMP YAS Bandung).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk lebih memudahkan dan mengarahkan pembahasan agar tepat sasaran dan tidak melebar, maka penulis mencoba untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas, adapun permasalahanya sebagai berikut:

1. Bagaimana guru merencanakan tahap-tahap pembelajaran dalam upaya meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dengan metode tugas membuat kliping media cetak dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS Bandung ?

2. Bagaimana guru melaksanakan tahap-tahap pembelajaran menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS Bandung ?

3. Kendala apa yang dihadapi guru saat melaksanakan tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS Bandung ?

4. Bagaimana upaya guru mengatasi kendala yang dihadapi pada saat diterapkannya metode tugas membuat kliping media cetak untuk


(23)

meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Melalui penelitian tindakan kelas ini dapat diperoleh sebuah gambaran mengenai metode tugas membuat kliping media cetak dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa di kelas VIII-A SMP YAS Bandung. Sedangkan untuk tujuan khusus dari penelitian ini lebih diarahkan untuk :

1. Untuk mengetahui rancangan/rencana tahap-tahap pembelajaran bagi metode membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS Bandung.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan tahap-tahap pembelajaran dengan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS Bandung.

3. Untuk mengkaji kendala guru saat menerapkan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS Bandung.

4. Untuk mengatasi kendala saat menerapkan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A SMP YAS Bandung.


(24)

Penelitian ini dilaksanakan dan diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi guru, sebagai bahan rujukan dalam mengembangkan pembelajaran di kelas.

2. Bagi siswa, sebagai media alternatif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

3. Bagi sekolah, sebagai media dalam meningkatkan pelayanan sekolah. 4. Bagi peneliti, sebagai bahan dasar untuk melakukan penelitian lanjutan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 merupakan pembahasan mengenai bagian pendahuluan skripsi, bagian pendahuluan ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sekilas mengenai metode penelitian, sekilas mengenai definisi oprasional dan sistematika penelitian.

Bab II membahas mengenai kajian pustaka yang berhubungan dengan permasalahan yang diambil dan rumusan masalah yang dibahas. Kajian pustaka yang penulis kaji yaitu mengenai Metode Tugas Membuat Kliping Media Cetak Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa. Berdasarkan judul tersebut maka penulis memaparkan kajian pustaka sebagai berikut: Pertama, membahas mengenai cooperative leraning yang didalamnya terdapat pengertian cooperative learning, tujuan pembelajaran kooperatif, manfaat pembelajaran kooperatif, kelemahan pembelajaran kooperatif, keterampilan dalam pembelajaran kooperatif. Kedua, mengenai kerjasama yang didalamnya terdiri dari pengertian kerjasama, manfaat dan tujuan kerjasama, prinsip kerjasama, keterampilan kerjasama dalam pembelajaran IPS. Ketiga, membahas mengenai media yang didalamnya terdiri dari pengertian media, tujuan media pembelajaran,


(25)

fungsi media pembelajaran, jenis-jenis media pembelajaran. Keempat, media cetak yang didalamnya terdiri dari pengertian media cetak, macam-macam media cetak, manfaat media cetak sebagai sumber informasi, kliping media cetak sebagai sumber pembelajaran IPS. dan Kelima, membahas mengenai tinjauan tentang ilmu pengetahuan sosial, tujuan ilmu pengetahuan sosial, ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial, aspek-aspek kompetensi dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial.

Bab III membahas mengenai metode penelitian berisi mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain dan prosedur penelitian, definisi istilah, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, validasi data, dan teknik analisis data.

Bab IV merupakan bahasan mengenai hasil penelitian yang dilakukan peneliti. Maka Bab IV ini berisi deskripsi umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian mengenai kegiatan tindakan kelas berupa tahapan setiap tindakan dan terakhir analisis pelaksanaan tindakan kelas.

Bab V membahas mengenai kesimpulan penelitian ini secara keseluruhan. Dan saran yang akan diajukan oleh penelitian ke peneliti lain selanjutnya agar tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan peneliti sebelumnya.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun dasar dari pemilihan metode ini adalah untuk menjawab masalah yang ada, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan baik. Selain itu, pemilihan metode yang tepat akan membantu penulis sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian berjalan dengan lancat dan sesuai harapan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat melakukan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Yayasan Atikan Sunda Bandung. SMP ini terletak di jalan P.H.H Mustafa 115 Neglasari, Cibeunying Kaler, Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut menjadi objek penelitian dikarenakan penulis merasa cocok dengan dukungan dari pihak sekolah, baik sarana dan prasarananya maupun dari tenaga pendidiknya. Siswa yang dijadikan subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII-A SMP YAS Bandung yang terdiri dari 46 siswa. Dengan jumlah siswa perempuan adalah 24 orang dan siswa laki-laki berjumlah 22 orang.

Pada observasi awal dan pada saat melakukan Program Latihan Profesi (PLP) penulis melakukan observasi dan praktik mengajar selama lima bulan di dua kelas, hal ini dijadikan pertimbangan untuk pemilihan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian, dan pada akhirnya penulis menentukan kelas VIII-A sebagai subjek penelitian. Alasan penulis memilih kelas tersebut adalah karena berdasarkan hasil kegiatan pra penelitian yang dilakukan selama ini, kelas VIII-A belum menunjukan aktifitas kerjasama diantara siswa ketika guru memberikan


(27)

tugas kelompok. Maka wajar apabila dibandingkan dengan kelas lain, kelas VIII-A dinilai sebagai kelas yang kurang kompak.

B. Desain dan Prosedur Penelitian 1. Desain Penelitian

Banyak model yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Adapun model-model yang digunakan dalam PTK adalah : 1). Model Kurt Lewin 2). Model Ebbut 3). Model Elliot 4). Model Kemmis.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 66)


(28)

Gambar Model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 66)

Dalam gambar di atas pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya masalah menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi, mengadakan refleksi, melakukan rencana ulang, melaksanakan tindakan, dan seterusnya.

2. Prosedur Penelitian

Secara oprasional prosedur penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pada bagian awal yaitu identifikasi masalah, permasalahan penelitian

difokuskan kepada keterampilan kerjasama siswa yang masih rendah dalam kelompok. ketika guru memberikan tugas kelompok masih terdapat beberapa siswa yang memilih mengerjakan tugas tersebut secara individu daripada bergabung kedalam kelompok dan pada saat presentasi tidak


(29)

semua siswa yang tergabung dalam kelompok berani mengemukakan pendapat dan kondisi kelas ribut tidak menghargai teman-temannya yang sedang presentasi didepan kelas.

b. Pada tahap perencanaan, kegiatan ini dilakukan bersama antara peneliti dengan guru mitra untuk mendiskusikan perubahan, arah penelitian, serta langkah-langkah penelitian agar lebih baik, sehingga permasalahan yang telah diidentifikasi dapat diperbaiki. Adapun perencanaan tindakan sebagai berikut:

a) Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian.

b) Melakukan observasi pra penelitian terhadap kelas yang akan dijadikan tempat penelitian.

c) Meminta kesediaan guru mitra untuk bekerjasama dalam penelitian. d) Menyusun waktu penelitian bersama guru mitra.

e) Menentukan tindakan, dalam penelitian ini peneliti merencanakan 3 kali pertemuan atau 3 tindakan, 3 tindakan diantaranya:

1. Tindakan pertama direncanakan pada Standar Kompetensi ”Memahami kegiatan perekonomian indonesia” dan Kompetensi

Dasar “Mendeskripsikan fungsi pajakdalam perekonomian indonesia”

2. Tindakan kedua peneliti masih menggunakan materi yang sama dengan Standar Kompetensi ”Memahami kegiatan perekonomian indonesia” dan Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian indonesia”.

3. Tindakan ketiga direncanakan pada Standar Kompetensi “Memahami kegiatan perekonomian indonesia” dan Kompetensi Dasar “Mendskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar”

f) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) sesuai dengan metode yang akan digunakan.


(30)

g) Merencanakan penilaian yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat membantu peneliti untuk mengukur kerjasama kelompok dengan metode tugas membuat kliping.

h) Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

c. Pada tahap Pelaksanaan tindakan, guru merealisasikan suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Mempersiapkan instrumen penilaian berupa format penilaian proses pembuatan kliping dan angket yang akan disebar kepada siswa.

b) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun bersama dengan guru mitra.

c) Melaksanakan kegiatan yang telah dirancang dengan menggunakan metode membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa.

d. Pada tahap observasi, guru melakukan pengamatan untuk mengetahui efektifitas tindakan dan mengumpulkan informasi tentang tindakan yang telah dilakukan. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut :

a) Pengamatan terhadap keadaan kelas yang diteliti. Pengamatan mengenai kesesuaian penerapan metode tugas membuat kliping media cetak dengan pokok bahasan yang tengah dibahas dalam meningkatkan keterampilan kerjasama siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

b) Mengamati kemampuan siswa dalam bekerjasama selama kegiatan pembelajaran berlangsung baik dalam diskusi kelompok maupun presentasi.


(31)

c) Melakukan penilaian kerjasama dalam pembelajaran IPS secara teliti dan objektif.

d) Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra atas kekurangan dalam penerapan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa.

e) Melakukan revisi untuk tindak lanjut dalam penelitian selanjutnya. f) Melakukan pengolahan data.

g) Mencatat semua kegiatan yang terjadi melalui catatan lapangan untuk mengetahui dengan jelas setiap kejadian yang terjadi dalam proses penelitian.

e. Sedangkan dalam tahap refleksi, bisa kita ketahui bahwa masalah terletak dimana sehingga pada tindakan berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk menyesuaikan dengan hasil refleksi yang ditemukan pada pertemuan sebelumnya. Hal ini diimplementasikan dalam bentuk diskusi, bimbingan, dan telaah mendalam terhadap data-data yang diperoleh dalam proses penelitian. Maka oleh karenannya dalam suatu tindakan PTK, seorang guru merencanakan, melakukan, mengamati, dan merefleksi. Tindakan ini selalu berulang minimal 2 hingga 3 tindakan.

C. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam penelitian, maka akan dijelaskan beberapa

istilah operasional yang terkait dengan penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan mengenai maksud dan tujuan dari penelitian ini. istilah-istilah tersebut adalah :

1. Metode Tugas Membuat Kliping Media Cetak

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak pada penelitian ini lebih berfokus terhadap peningkatan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS. Menurut Komalasari (2011, hlm. 119) kliping merupakan guntingan artikel tau berita yang dimuat


(32)

dimajalah dan koran yang memiliki topik atau informasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penggunaan kliping media cetak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan pengguntingan atau pemotongan bagian-bagian artikel, gambar-gambar yang relevan dengan materi, buku teks, surat kabar dan majalah. Dalam pelaksanaannya, pada kegiatan belajar mengajar akan dipilih beberapa materi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dalam penerapan pembelajaran menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak ini siswa dituntut untuk dapat saling bekerjasama satu sama lain dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Menurut Nur (2009, hlm. 14) penggunaan kliping media cetak sebagai sumber pembelajaran terdiri dari : (1). Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by

design), yakni semua sumber secara khusus telah dikembangkan sebagai

komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal; dan (2). Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar.

Selain itu Nur (2009, hlm. 77-78) berpendapat ada beberapa langkah dalam penerapan pembelajaran menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak pada penelitian tindakan kelas, antara lain:

a. Pada pertemuan pertama guru membuka pembelajaran dan memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa, kemudian guru membagi siswa kedalam 6 kelompok diskusi setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa

b. Guru membagikan kliping yang telah disediakannya beserta 5 buah soal kepada masing-masing kelompok siswa. Siswa dipersilakan meminta


(33)

informasi atau tanggapan kepada guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran.

c. Berdasarkan sumber-sumber yang terdapat dalam kliping tersebut, siswa melakukan diskusi kelompok dan menjawab secara tertulis permasalahan yang dikemukakan dari 5 buah soal tersebut.

d. Salah satu kelompok siswa maju untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Kemudian salah satu anggotanya bertindak sebagai moderator untuk memandu jalannya presentasi dan tanggapan dari kelompok lain.

e. Guru mengamati dan memberikan evaluasi terhadap kelompok/perorangan yang menjawab soal melalui informasi dari kliping.

f. Guru dan siswa membuat kesimpulan pembelajaran.

g. Sebelum menutup pembelajaran guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk membuat kliping.

h. Pada pertemuan kedua guru melaksanakan pembelajaran sebagaimana poin a sampai e di atas, namun bedanya pada pertemuan ini digunakan kliping yang telah dibuat sendiri oleh siswa.

i. Siswa menyerahkan kepada guru ringkasan hasil diskusi kelompok dan kliping hasil tugas individu mereka.

j. Guru menutup pembelajaran setelah membuat kesimpulan pembelajaran bersama siswa.

2. Keterampilan Kerjasama Siswa

Kerjasama merupakan suatu proses sosial yang tidak bisa dielakan dari manusia dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kerjasama, seorang individu mampu memenuhi kebutuhannya dalam bermasyarakat. Tidak mengherankan apabila Soekanto (1982, hlm. 66) menyatakan bahwa :

Kerjasama sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.


(34)

Keterampilan kerjasama siswa pada kelas VIII-A yang terdapat dalam penelitian ini berkaitan erat dengan penerapan metode tugas membuat kliping media cetak yang disederhanakan menjadi beberapa indikator peneliti memilih indikator yang dikemukakan oleh Komalasari (2010, hlm. 14) Adapun beberapa indikator yang menerapkan konsep kerja sama meliputi :

a. Kerja kelompok dalam memecahkan masalah dan mengerjakan tugas. b. Saling bertukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan.

c. Komunikasi interaktif antar sesama siswa, antara siswa dengan guru, siswa dengan nara sumber.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti memilih beberapa indikator yang dikembangkan oleh Komalasari (2010, hlm. 14) dan mengembangkan tiga indikator konsep kerjasama yang disesuaikan dengan permasalahan ditemukan di kelas. Adapun indikator yang dikembangkan oleh peneliti adalah :

a. Mengerjakan kliping dengan kreatif.

b. Seluruh anggota dalam setiap kelompok bekerjasama dalam menyelesaikan kliping.

c. Memberikan pendapat terhadap kliping yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok.

d. Kemampuan dalam memaparkan materi kliping dengan jelas.

Indikator-indikator keterampilan kerjasama di atas, diperoleh dari hasil pengamatan selama melakukan kegiatan pra penelitian dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini. Setelah menunjukan adanya peningkatan terhadap keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A, diharapkan dapat membawa pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar dan prestasi siswa kelas VIII-A.


(35)

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Menurut Cresweel (2013, hlm. 4) penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang/oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir dalam penelitian ini memiliki

stuktur atau kerangka yang fleksibel. Sedangkan Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2012, hlm. 4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Peneliti berusaha menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena yang diteliti, kemudian digambarkan ke dalam bentuk uraian-uraian yang menunjukan bagaimana suatu kliping dapat meningkatkan keterampilan kerjasama siswa. Dengan penelitian kualitatif, peneliti disini sebagai orang untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 15) penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumet, pengambilan sampel data, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif, dan lebih mementingkan proses dari pada hasil serta penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian.


(36)

Mengingat dalam proses penelitian ini tidak hanya menggunakan catatan lapangan namun juga menggunakan angket dan format penialian kerjasama yang akan dipresentasekan berupa nilai/angka supaya datanya dapat dibuktikan kebenarannya secara keseluruhan. Oleh karena itu, disamping menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Creswell (2013, hlm. 5) penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur, sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif peneliti menggambungkan penelitian tersebut agar menghasilkan data yang komprehensif. Untuk itu maka

peneliti menggunakan metode penelitian campuran (mix method).

Creswell (2013, hlm. 5) menjelaskan bahwa penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif dan pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian.

Lebih lanjut Sugiyono (dalam Triatna, 2013, hlm. 52) menjelaskan bahwa

mix method atau kualitatif dan kuantitatif bisa digabungkan. Seperti yang

diungkapkannya bahwa:

….dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi

tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.

Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi eksplanatori

sekuensial. Strategi eksploratoris sekuensial, yang menurut Creswell (2013, hlm.317) strategi eksploratoris sekuensial melibatkan pengumpulan dan


(37)

pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil-hasil tahap pertama. Bobot/prioritas lebih cenderung pada tahap pertama, dan proses pencampuran (mixing) antar kedua metode ini menjadi terjadi ketika peneliti menghubungkan antara analisis data kualitatif dan pengumpulan data kuantitatif. Menurut Morse (dalam Creswell, 2013, hlm.317) menyatakan bahwa strategi eksploratoris sekuensial sering kali dipilih sebagai prosedur penelitian ketika peneliti perlu membuat suatu instrumen. Untuk membuat suatu instrumen ini, peneliti perlu melewati tiga tahap: Tahap pertama, mengumpulkan data kualitatif dan menganalisisnya. Tahap kedua, menggunakan analisis tersebut untuk membuat suatu instrumen. Tahap ketiga, yang kemudian diatur untuk keperluan sampel populasi. Strategi eksploratoris sekuensial memiliki banyak keunggulan, pendekatan dua tahap ini (penelitian kualitatif yang diikuti oleh penelitian kuantitatif) membuat strategi ini mudah diwujudkan, dideskripsikan, dan dilaporkan. Dengan keunggulan tersebut maka peneliti menggunakan strategi eksploratoris sekuensial untuk mendukung proses penelitian dalam meningkatkan keterampilan kerjasama.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Hopkins (dalam Komalasari, 2010, hlm. 271) merumuskan penelitian tindakan kelas

sebagai penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah prosedur perbaikan dan perubahan.

a) Pengertian PTK

Penelitian tindakan kelas atau PTK (Clasroom Action Resaearch) memiliki pernanan yang sangat penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila di implementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan


(38)

baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan para guru. PTK memberikan peluang sebagai pengembangan kinerja sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan (agen of change) yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.

Menurut Hopkins (dalam Komalasari, 2010, hlm. 271) merumuskan penelitian tindakan kelas sebagai penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah prosedur perbaikan dan perubahan. Sementara itu Mulyasa (2011, hlm.34) berpendapat bahwa Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai upaya yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Dari definisi tersebut peneliti berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses belajar mengajar di kelas.

b) Manfaat PTK

Menurut Sanjaya (2011, hlm. 34) bahwa PTK memiliki manfaat sebagai berikut:


(39)

Pertama, PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini disebabkan PTK diarahkan untuk meningkatkan kinerja guru, melalui proses pemecahan masalah yang dihadapi ketika guru melakukan proses belajar mengajar. Kedua, melalui perbaikan dan peningkatan kinerja, maka akan tumbuh kepuasan dan rasa percaya diri yang dapat dijadikan sebagai modal untuk secara terus-menerus meningkatkan kemampuan dan kinerjanya. Ketiga, keberhasilan PTK dapat berpengaruh terhadap guru lain. Mereka dapat mencoba hasil penelitian tindakan atau lebih dari itu mereka dapat mencoba ide-ide baru seperti yang telah dilakukan oleh guru pelaksanaan PTK. Keempat, PTK juga mendorong guru untuk memiliki sikap profesional. Kelima, guru akan selalu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Manfaat PTK untuk siswa

Pertama, melalui PTK dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Kedua, PTK dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Tujuan akhir dari pelaksanaan PTK adalah hasil yang optimal.

3. Manfaat PTK untuk sekolah

Guru-guru yang kreatif serta inovatif dengan selalu berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, secara tidak langsung akan membantu sekolah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan untuk mendidik siswanya. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri lagi manfaat PTK untuk sekolah, sebab keberadaan dan sikap guru memiliki hubungan yang erat dengan kemajuan suatu sekolah.


(40)

c) Karakteristik PTK

Penelitian Tindakan Kelas memiliki karakteristik problema yang harus di pecahkan yaitu problema yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Kemudian dari persoalan itu guru menyadari pentingnya persoalaan tersebut untuk dipecahkan secara profesional. Karakteristik berikutnya dalam PTK yaitu adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Ruswandi (dalam Hartoyo, 2014, hlm. 41).

d) Tujuan PTK

Menurut Grundy dan Kemmis (dalam Sanjaya, 2011, hlm. 30) tujuan PTK meliputi 3 hal, yakni :

1. Peningkatan Praktik

Pada umumya, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan atau untuk menggeneralisasikan sesuatu terlepas dari kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada umumnya. Oleh karenannya, hasil sebuah penelitian kadang-kadang sulit untuk bisa diterapkan oleh para praktsi di lapangan. Hal ini berbeda dengan PTK, masalah yang dikaji oleh peneliti adalah masalah yang dirasakan oleh para praktisi misalnya, oleh guru ketika proses pembelajaran di dalam kelas dan tujuan yang ingin dicapai oleh PTK adalah untuk meningkatkan kualitas praktik di lapangan.

2. Pengembangan Profesional

PTK adalah salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional guru. Melalui PTK guru akan selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Guru akan selalu dituntut untuk mencoba hal-hal yang dianggap baru dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan dan perkembangan sosial.


(41)

Brog (dalam Hartoyo, 2014, hlm. 42) menyebutkan bahwa tugas utama dalam PTK adalah pengembangan keterampilan guru yang berangkat dari adanya kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran yang bersifat aktual di dalam kelasnya atau di sekolahnya sendiri dengan atau tanpa adanya program latihan secara khusus. Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa PTK tumbuh dari keinginan guru, bukan karena pelaksanaan tugas dari atasannya, yaitu untuk menyelesaikan masalah praktis yang dihadapi dalam proses pembelajaran.

E. Instrument Penelitian

Peneliti menggunakan instrument penelitian yang dipersiapkan secara tepat sehingga data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan. Adapun pada penelitian ini instrument yang digunakan sebagai berikut :


(42)

Tabel 3.1

Format Penilaian Proses Pembuatan Kliping

No Aspek yang dinilai Kelompok

1

Kelompok 2

Kelompok 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1.

2.

3. 4.

Mengerjakan kliping dengan kreatif

Seluruh anggota dalam setiap kelompok dapat bekerjasama dalam menyelesaikan kliping Memberikan pendapat terhadap kliping yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok Kemampuan dalam memaparkan materi kliping dengan jelas

Jumlah Skor Nilai

No Aspek yang dinilai Kelompok

4

Kelompok 5

Kelompok 6 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4


(43)

1. 2. 3. 4.

Mengerjakan kliping dengan kreatif

Seluruh anggota dalam setiap kelompok dapat bekerjasama dalam menyelesaikan kliping Memberikan pendapat terhadap kliping yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok Kemampuan dalam memaparkan materi kliping dengan jelas

Jumlah Skor Nilai

No Aspek yang dinilai Kelompok

7

Kelompok 8 1 2 3 4 1 2 3 4 1. 2. 3. 4.

Mengerjakan kliping dengan kreatif

Seluruh anggota dalam setiap kelompok dapat bekerjasama dalam menyelesaikan kliping Memberikan pendapat terhadap kliping yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok Kemampuan dalam memaparkan materi kliping dengan jelas


(44)

Nilai

Keterangan : Skor 1 = Kurang Skor 2 = Cukup Skor 3 = Baik

Skor 4 = Sangat Baik

Skor maksimal 4 aspek x 4 skor = 16

Konversi nilai dengan interval 4, adalah sebagai berikut :

Nilai Skor

Sangat Baik 13-16

Baik 9-12

Cukup 5-8

Kurang 1-4

Tabel 3.2

Rubrik Penilaian Proses Pembuatan Kliping Indikator yang

dinilai


(45)

4 3 2 1 Mengerjakan kliping dengan kreatif Kliping yang dibuat kelompok sangat menarik sesuai dengan tema dilihat dari ( penataan bidang tempel, tulisan, pewarnaan, dan pemakaian bentuk huruf yang kreatif) Kliping yang dibuat kelompok sangat kreatif sesuai dengan tema namun kurang menarik Tidak sesuai dengan tema namun masih berhubungan dengan materi dan tidak menarik Tidak sesuai dengan tema Seluruh anggota dalam setiap kelompok dapat bekerjasama dalam menyelesaikan kliping Anggota kelompok dapat berperan aktif dalam menyelesaikan kliping Separuh dari jumlah anggota kelompok berperan aktif dalam menyelesaikan kliping Hanya satu orang saja yang mendominasi kelompok Tidak ada yang mampu bekerjasama


(46)

Memberikan pendapat terhadap kliping yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok Semua anggota dalam kelompok ikut memberikan pendapat dengan menggunakan bahasa yang baik dan sesuai dengan materi yang disampaikan Memberikan pendapat terhadap kliping yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok tetapi sebagian tidak sesuai dengan materi Memberikan pendapat terhadap kliping yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok tetapi tidak sesuai dengan materi Tidak ada anggota yang memberikan pendapat terhadap kliping yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok Kemampuan dalam memaparkan materi kliping dengan jelas Sesuai dengan materi yang sedang dipelajari dan dijelaskan dengan tepat. Sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, namun materi masih terlalu umum dan dijelaskan dengan tepat Tidak sesuai dengan materi yang dipelajari namun masih berhubungan dengan materi dan penjelasan kurang tepat. Tidak sesuai dengan materi yang sedang dipelajari dan tanpa penjelasan mengenai materi.


(47)

Tabel 3.3

Format Catatan Lapangan Pelaksanaan Kegiatan Siklus :

Hari/Tanggal : Kelas :

Waktu Deskripsi Kegiatan Komentar/Temuan di Lapangan

Observer


(48)

Tabel 3.4

Format Angket Tindakan 1

No. Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya senang belajar dalam kelompok 2. Saya semangat jika belajar dalam kelompok 3. Dengan belajar bekerjasama saya dapat

menghargai pendapat

4. Dengan belajar secara berkelompok saya dapat bekerja secara bersama-sama

5. Nyaman belajar dengan satu kelompok saya 6. Lebih senang belajar sendiri dibandingkan

belajar kelompok

7. Kerja kelompok membuat saya tidak konsentrasi dalam belajar

8. Kelompok saya tidak mampu bekerjasama 9. Lebih senang kerja kelompok di rumah

dibandingkan di sekolah

10 Hanya sebagian anggota kelompok yang ikut membantu mengerjakan kliping

11. Saya setuju pembelajaran IPS menggunakan kliping

12. Belajar dengan kliping dapat meningkatkan kerjasama diantara anggota kelompok 13. Belajar dengan kliping dapat memperluas

pemahaman terhadap materi IPS

14. Saya senang mempresentasikan hasil kliping di depan kelompok lain

15. Saya senang memberikan pendapat kepada kelompok lain


(49)

16. Hasil kliping yang kelompok saya buat kreatif

17. Kelompok saya dapat menjelaskan materi dalam kliping dengan benar

18. Saya tidak suka membuat kliping 19. Belajar dengan menggunakan kliping

membuang waktu

20. Belajar membuat kliping tidak memberikan semangat untuk kerja kelompok

21. Saya senang belajar tentang pajak

22. Setuju jika guru memberikan tugas kliping tentang materi pajak

23. Dengan membuat kliping saya lebih mengerti tentang pajak

24. Kliping yang saya buat sesuai dengna materi pajak

25. Semua anggota kelompok berkerjasama dalam menyelesaikan kliping tentang pajak 26. Kesulitan mengumpulkan bukti pajak 27. Hanya beberapa orang yang mengumpulkan

bukti pajak

28 Tidak mengerti membuat kliping tentang pajak

29. Materi pajak tidak cocok dibuat kliping 30. Lebih senang belajar pajak seperti biasa dari


(50)

Tabel 3.5

Format Angket Tindakan 2

No. Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya senang bekerjasama dengan teman satu kelompok saya

2. Saya lebih semangat jika belajar dengan kerjasama

3. Saya selalu bekerjasama jika saya sedang mengalami kesulitan

4. Dengan bekerjasama saya dapat

menghargai pendapat dari teman kelompok 5. Dengan bekerjasama dapat membantu

kekompakan kelompok

6. Rasa solidaritas diantara kelompok dapat meningkat dengan adanya kerjasama 7. Belajar dengan kerjasama membantu nilai

IPS saya menjadi lebih baik 8. Belajar secara bekerjasama tidak

mempengaruhi kinerja anggota kelompok 9. Kelompok saya tidak mampu bekerjasama


(51)

dengan baik

10. Belajar secara bersama-sama tidak cocok untuk saya

11. Kelompok saya tidak senang belajar secara bersama-sama

12. Belajar dengan kliping dapat meningkatkan kerjasama diantara anggota kelompok 13. Semua anggota kelompok berkerjasama

dalam menyelesaikan kliping tentang pajak 14. Saya senang mempresentasikan hasil kliping

di depan kelompok lain

15. Saya dapat memberikan pendapat pada kelompok saya maupun pada kelompok lain 16. Hasil kliping yang kelompok saya buat

kreatif

17. Kelompok saya dapat menjelaskan materi dalam kliping dengan benar

18 Membuat kliping membantu saya merangkum materi IPS dengan mudah 19. Saya tidak suka jika guru memberi tugas

membuat kliping

20. Membuat kliping tidak membantu saya mempelajari pajak

21. Saya senang membuat selogan tentang pajak 22. Membuat selogan pajak saya menjadi sadar

akan kewajiban mambayar pajak

23. Saya sudah mengerti belajar tentang pajak 24. Saya akan memperlihatkan kliping tersebut

kepada orang tua saya agar mereka sadar akan kewajiban membayar pajak

25. Dengan kliping yang saya buat sangat membantu dalam merangkum materi pajak 26. Saya mampu menjelaskan materi pajak di

depan kelompok lain dengan

memperlihatkan hasil kliping yang telah dibuat bersama dengan kelompok

27. Saya terbantu jika kliping saya di berikan komentar oleh kelompok lain

28. Kliping tersebut tidak menyadarkan saya akan pentingnya membayar pajak


(52)

29. Bagi saya selogan tersebut hanya kalimat biasa yang tidak memberikan manfaat positif

30. Saya tidak akan membuat lagi selogan tentang pajak

Tabel 3.6

Format Angket Tindakan 3

No. Pertanyaan SS S TS STS

1. Kelompok saya mampu mengerjakan tugas secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim

2. Dengan belajar bekerjasama saya sudah dapat menghargai perbedaan pendapat 3. Jika nanti di kemudian hari ada tugas untuk

presentasi di depan kelas, saya akan memperhatikan teman yang sedang


(53)

presentasi

4. Manfaat positif yang saya dapat dari belajar secara berkelompok dan bekerjasama adalah saya dan teman-teman dapat saling

menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok

5. Saya mendapatkan pengalaman belajar yang berharga ketika belajar dalam kelompok. 6. Dengan belajar bekerjasama dapat

menambah pengetahuan baru mengenai sesuatu yang mulanya tidak tahu menjadi

tahu.

7. Dengan belajar berkelompok dan bekerjasama saya memiliki pengalaman sebagai seorang pemimpin dalam kelompok saya

8. Didalam kelompok saya hanya sebagian anggota saja yang mampu belajar bekerjasama

9. Belajar dengan bekerjasama tidak ada bedanya dengan mengobrol dan hanya memanfaatkan teman yang pintar untuk mengerjakan tugas

10 Belajar secara individual lebih baik dibandingkan belajar dalam kelompok 11. Saya merasa menjadi lebih dekat dengan

teman satu kelas saya setelah belajar membuat kliping

12. Saya menjadi lebih termotivasi dalam belajar setelah membuat kliping

13. Belajar membuat kliping dapat menghargai karya orang lain

14. Dengan membuat kliping saya dapat mempelajari tentang isu-isu sosial dan membantu saya untuk berpikir kritis mengenai masalah sosial


(54)

semangat kepada teman satu kelompok untuk membuat kliping

16. Hasil kliping yang kelompok saya buat kreatif

17. Seluruh anggota kelompok dapat bekerjasama menyelesaikan kliping 18. Kelompok saya dapat menjelaskan materi

dalam kliping dengan benar

19. Membuat kliping tidak dapat membantu saya memahami materi IPS

20. Saya sudah jenuh untuk membuat kliping 21. Saya senang belajar materi permintaan dan

penawaran

22. Wawasan saya menjadi luas setelah guru menjelaskan tentang permintaan barang 23. Saya menjadi lebih paham tentang keadaan

ekonomi indonesia setelah mengumpulkan berita tentang permintaan barang

24. Dengan membuat kliping saya mudah merangkum materi tentang permintaan barang

25. Kliping tentang permintaan barang yang kelompok saya buat di kumpulkan tepat waktu

26. Dengan membuat kliping permintaan barang kerjasama di dalam kelompok saya menjadi semakin meningkat

27. Materi permintaan barang tidak cocok di buat kliping

28 Kliping yang kelompok saya buat tidak sesuai dengan materi permintaan barang yang diajarkan guru

29. Kesulitan mencari berita dan artikel terkait tugas membuat kliping

30. Saya tidak setuju jika pertemuan selanjutnya guru memberikan tugas membuat kliping

F. Teknik Pengumpulan Data dan Validasi Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini di maksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat


(55)

dipercaya. Untuk memperoleh data seperti yang dimaksud dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Observasi

Zainul (2011, hlm. 153) Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang digunakan dalam melakukan observasi disebut observasi. Dari kegiatan ini lah berbagai data mengenai hal yang terjadi didalam kelas selama melakukan tindakan dapat diperoleh, karena dalam observasi ini segala sesuatu yang tejadi pada saat kegiatan belajar berlangsung dicatat dan diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2008, hlm. 146) dijelaskan bahwa observasi terstuktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematik, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya. Observasi terstuktur dalam penelitian ini dipergunakan untuk mengamati proses kegiatan belajar mengajar yang tengah berlangsung di dalam kelas, seperti contohnya mengamati bagaimana cara guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran metode tugas membuat kliping media cetak.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian. Menurut Kunandar (2008, hlm. 197) catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dan siswa, interaksi siswa dengan siswa dan beberapa aspek lainnya dapat dicatat sebagai catatan lapangan dan akan digunakan sebagai sumber data PTK.


(56)

3. Studi Dokumentasi

Wiriaatmadja (2012, hlm.121) menyatakan agar peneliti mempunyai alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas, maka untuk menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa-peristiwa penting/khusus yang terjadi, atau ilustrasi dari episode tertentu, alat-alat elektronik ini dapat saja digunakan untuk membantu mendeskripsikan apa yang di catat pada catatan lapangan. Gambar-gambar foto, cuplikan rekaman tape atau slide, berguna juga dalam wawancara, baik untuk memulai topik pembicaraan, maupun untuk mengingatkan peneliti agar tidak menyimpang dari tujuan wawancara.

4. Angket

Sukmadinata (2005, hlm. 219) menguraikan bahwa angket merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung. Sedangkan menurut Sapriya (2007, hlm. 55) bahwa angket merupakan alat atau teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Sedangkan responden adalah orang yan memberikan tanggapan atau jawaban atas pertanyan yang diajukan secara tertulis. Angket dalam penelitian ini digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai metode tugas membuat kliping media cetak dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan ketarampilan kerjasama siswa. Peneliti menggunakan angket sebanyak 3 kali, pada setiap tindakannya peneliti mengubah setiap pernyataan-pernyataan, hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui lebih dalam perubahan persepsi siswa dari setiap tindakannya, dan peneliti menggunakan pernyataan positif dan negatif. Angket ini dibagikan kepada siswa-siswi kelas VIII-A dengan jumlah 46 orang.

Salah satu keberhasilan penelitian adalah validasi data yang sesuai dengan penelitian. Menurut Arikunto (2006, hlm. 65) diuraikan bahwa sebuah tes


(1)

diperoleh dikategorikan.

Data kuantitatif menganalisis hasil angket yang telah di isi oleh siswa pada setiap tindakan, hal ini agar peneliti dapat mengetahui hasil akhir penelitian berdasarkan analisis yang dilakukan siswa sebagai subjek penelitian. Analisis data dengan menggunakan instrument penelitian angket yaitu dengan cara frekuensi (F) dibagi dengan jumlah responden (N) dikali 100%, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2009, hlm. 19) adalah sebagai berikut:

P = F x 100% N

Setelah menjadi presentase dalam sebuah tabel dan diagram kemudian peneliti mendeskripsikan hasil analisisnya dalam bentuk deskriftif. Hal ini dilakukan agar mudah dipahami. Dalam analisis data kuantitatif kriteria yang tersedia dalam angket adalah ST (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju).

Sedangkan skala penilaian (rating scale) menurut Komalasari (2011, hlm. 155) bahwa skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sempurna. Cara menghitung pencapaian yang didapat secara keseluruhan untuk format proses penilaian kerjasama adalah sebagai berikut :

Perhitungan rata-rata (presentase) = Jumlah skor kelompok x 100% Jumlah skor maksimal

Setelah dihitung, kemudian hasilnya diklasifkasikan sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

Interval Nilai Predikat Konversi Rata-Rata

Presentase

13 – 16 Sangat Baik 76% - 100%


(2)

5 – 8 Cukup 26% - 50%

1-4 Kurang 1% - 25%

Keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perkembangan atau kenaikan presentase yang menunjukan perubahan pada sebagian besar siswa.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menyimpulkan hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan dan merekomendasikan terhadap pihak mengenai hasil yang telah dicapai baik dari pihak sekolah, guru, siswa, peneliti, serta peneliti selanjutnya yang akan mengkaji masalah yang serupa. Adapun kesimpulan dari hasil rekomendasinya adalah sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Peningkatan keterampilan kerjasama siswa dengan menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak pada pembelajaran IPS di kelasVIII-A SMP YAS Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pertama, perencanaan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak dalam pembelajaran IPS mulai dari tindakan 1 hingga tindakan 3 dinilai sudah sangat baik. Untuk meningkatkan keterampilan kerjasama peneliti menentukan perencanaan adapun tahap-tahap pembelajaran dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu : (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat dan merujuk pada SK/KD agar pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan permasalahan yang dihadapi siswa; (2) Setelah penyusunan RPP yang tepat, peneliti mempersiapkan media pembelajaran termasuk lembar kerja siswa yang sesuai dengan SK-KD; (4) Peneliti menyusun kriteria penilaian dan rubrik, sebagai alat yang memudahkan guru dan siswa mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar dapat mengkonversi pencapaian yang dilakukan kelompok menjadi suatu nilai, agar memudahkan peneliti melihat perkembangan kerjasama siswa dengan menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak. Serta (5) Peneliti, merencanakan langkah-langkah pada pelaksanaan pembelajaran.


(4)

Kedua, pelaksanaan tindakan penerapan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa kelas VIII-A SMP YAS Bandung sudah sangat baik. Hasil kerjasama siswa mulai dari tindakan pertama, kedua sampai dengan ketiga mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dari format penilaian proses pembuatan kliping, Pada tindakan pertama kerjasama kelompok sudah terlihat tetapi masih rendah dan masuk pada kategori cukup. Pada tindakan kedua kerjasama kelompok sudah lebih baik termasuk pada kategori sangat baik, dan pada tindakan ketiga siswa mampu meningkatkan keterampilan kerjasama melalui metode tugas membuat kliping media cetak, kerjasama kelompok termasuk pada kategori sangat baik. Peningkatan terjadi pada setiap tindakannya, ini membuktikan bahwa semua kelompok sudah dapat bekerjasama dengan baik bersama kelompoknya karena sudah dapat mencapai indkator kerjasama yang peneliti jadikan dalam penelitian.

Ketiga, secara umum penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dikelas VIII-A SMP YAS Bandung berjalan sesuai dengan perencanaan akan tetapi tentunya tidak akan terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi, sehingga peneliti senantiasa melakukan refleksi dan perbaikan. Adapun kendala-kendala yang terjadi saat pelaksanaan metode tugas membuat kliping media cetak adalah sulitnya mengatur alokasi waktu karena membuat kliping membutuhkan waktu yang lama dan dalam proses pembelajaran guru kesulitan dalam menertibkan serta menarik fokus siswa ketika melakukan proses pembuatan kliping. Selanjutnya guru kesulitan dalam menentukan materi dan tema yang sesuai untuk penelitian.

Keempat, upaya dalam mengatasi kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengatasi alokasi waktu peneliti menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dengan cara memanfaatkan kelas yang tidak di gunakan untuk belajar oleh siswa SMA.


(5)

b. Penanganan masalah kedisiplinan dan fokus siswa dapat ditanggulangi dengan cara guru berkeliling pada setiap meja kelompok dan memberikan motivasi kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama dengan kelompoknya.

c. Dalam menentukan materi pembelajaran peneliti mengatasinya dengan cara mengangkat pembelajaran tematis agar materi yang didalami bersifat fleksibel dan mudah dikembangkan dalam pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman penelitian yang dilakukan peneliti dalam menerapkan metode tugas membuat kliping media cetak dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa, terdapat saran bagi beberapa pihak yang terkait dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi pihak sekolah, tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan metode tugas membuat kliping media cetak untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok khususnya pada mata pelajaran IPS dapat meningkat. Selain itu, diharapkan kepada kepala sekolah SMP YAS Bandung mampu memberikan motivasi kepada guru untuk mencari dan menerapkan metode-metode baru dalam proses pembelajaran, Sehingga suasana yang menyenangkan di dalam kelas mampu meningkatkan kualitas siswa. 2. Bagi guru, metode tugas membuat kliping media cetak merupakan salah

satu alternatif solusi bagi pembelajaran IPS di kelas. Selain itu peneliti berharap dengan adanya penelitian ini menjadi masukan untuk guru-guru khususnya guru IPS untuk menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariasi agar pembelajaran IPS di dalam kelas menjadi lebih bermakna. 3. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti mengharapkan pada penelitian

selanjutnya akan lebih baik lagi. Adapun kelebihan dari penelitian ini adalah siswa terlihat antusias dalam proses pembelajaran terutama pada


(6)

saat membuat kliping. Namun dalam hal ini peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan penelitian ini. Maka peneliti berharap untuk penelitian selanjutnya, materi pembelajaran harus lebih dikuasai oleh guru, mencari tema yang menarik yang dapat meningkatkan keterampilan kerjasama siswa. Selain itu penelitian selanjutnya dapat memilih dalam meningkatan pehamaman materi siswa selain meningkatan keterampilan kerjasama.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat peneliti kemukakan. Semoga dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dan secara khusus menjadi bahan pertimbangan sekolah dalam menerapkan metode tugas membuat kliping media cetak dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa.


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN IPS BERBASIS MEDIA LITERASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK : penelitian tindakan kelas di kelas VII-1 SMP Negeri 43 Bandung.

0 1 54

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN, MENCARI, MEMILIH, MENGOLAH, DAN MENGGUNAKAN INFORMASI MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-A SMP Pasundan 4 Bandung.

0 0 63

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PROBLEM SOLVINGDALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII E SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung.

0 6 36

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII-A SMP Negeri 14 Bandung.

0 2 48

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW: penelitian tindakan kelas di kelas viii-7 smpn 9 bandung.

0 2 35

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OTENTIK (AUTHENTIC LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP NEGERI 7 BANDUNG.

4 8 40

PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN SOSIAL : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Kartika XIX – 1 Bandung Kelas VII A.

0 2 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

0 2 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

2 11 40

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII-A SMP Negeri 14 Bandung - repository UPI S IPS 1002051 Title

0 0 3