Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa dalam Memberikan Tanggapan dan Saran terhadap suatu Peristiwa (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibala Kecamat

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: DIAN SUTIONO

0905367

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SUMEDANG


(2)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang)

Oleh DIAN SUTIONO

0905367

DISETUJUI

Penguji I,

Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd

Penguji II,

Riana Irawati, M.Si

Penguji III,

Drs. Ali Sudin, M.Pd NIP. 198011252005012002 NIP. 198011252005012002 NIP. 195703021980031006

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar S-1 Kelas UPI Kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si NIP. 198011252005012002


(3)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd NIP. 198011252005012002

Pembimbing II,

Asep Kurnia Jayadinata, M.Pd NIP. 198011252005012002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar S-1 Kelas UPI Kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si NIP. 198011252005012002


(4)

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa dalam Memberikan Tanggapan dan Saran terhadap Suatu Peristiwa (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang)” ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,


(5)

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ... 10

1. Rumusan Masalah ... 10

2. Pemecahan masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 17

D. Manfaat Penelitian ... 18

E. Batasan Istilah ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar ... 21

1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 23

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 24

1) Mendengarkan ... 24

2) Berbicara ... 25

3) Membaca ... 26

4) Menulis ... 26

B. Keterampilan Berbicara ... 28

1. Pengertian Berbicara ... 28


(6)

6. Hambatan dalam Berbicara ... 38

C. Memberikan Tanggapan dan Saran terhadap Suatu Peristiwa ... 40

1. Pengertian Tanggapan ... 40

2. Pengertian Saran ... 41

3. Pengertian Peristiwa ... 41

4. Pengertian Memberikan Tanggapan dan Saran terhadap suatu Peristiwa ... 41

D. Model Pembelajaran Kooperatif ... 42

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 42

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ... 45

3. Teori-teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif ... 47

a. Pendekatan Konstruktivisme ... 47

b. Teori Belajar Kognitif Piaget ... 48

4. Teknik-teknik Pembelajaran Kooperatif ... 50

E. Teknik Kancing Gemerincing ... 51

1. Pengertian Teknik Kancing Gemerincing ... 51

2. Langkah-langkah Pembelajaran Teknik Kancing Gemerincing ... 51

3. Kelebihan Teknik Kancing Gemerincing ... 53

F. Implementasi Teknik Kancing Gemerincing dalam Pembelajaran Berbicara ... 54

G. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... 57

H. Hipotesis Penelitian ... 58

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 59

1. Lokasi Penelitian ... 59

2. Waktu Penelitian ... 62

B. Subjek Penelitian ... 63


(7)

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 69

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 70

3. Tahap Observasi ... 73

4. Tahap Analisis Data dan Refleksi ... 74

E. Instrumen Penelitian ... 74

1. Pedoman Observasi ... 74

2. Pedoman Wawancara ... 75

3. Catatan Lapangan ... 76

4. Tes Tertulis ... 76

5. Format Penilaian ... 76

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 77

1. Teknik Pengolahan Data ... 77

a. Pengolahan Data Proses ... 77

b. Pengolahan Data Hasil ... 79

2. Analisis Data ... 81

G. Validasi Data ... 83

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Paparan Data Awal ... 85

B. Paparan Data Tindakan ... 90

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 90

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ... 90

b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 95

c. Paparan Data Hasil Siklus I ... 98

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 101

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 104

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 104

b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 105


(8)

b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 114

c. Paparan Data Hasil Siklus III ... 118

d. Analisis dan Refleksi Siklus III ... 120

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 121

D. Gambaran Hasil Analisis Data ... 123

E. Pembahasan ... 126

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa ... 126

2. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa dalam Memberikan Tanggapan dan Saran terhadap suatu Peristiwa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing ... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 132

A. Simpulan ... 132

B. Saran ... 137 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(9)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional, memerlukan pembaharuan-pembaharuan untuk menciptakan insan berbahasa yang optimal. Kedudukan pengajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam upaya memperoleh pembelajaran yang lainnya. Hal itu dikarenakan bahasa merupakan suatu alat untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tulisan.

Hal itu sebagaimana yang tercantum dalam BSNP 2006 :

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Berkaitan dengan peran sentral bahasa dalam perkembangan diri peserta didik sebagaimana disebutkan di atas, maka peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Kemampuan berbahasa erat kaitannya dengan keterampilan berbahasa yang merupakan ruang lingkup pengajaran bahasa Indonesia. Keterampilan berbahasa tersebut tercantum dalam BSNP (2006) sebagai berikut.

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Mendengarkan 2. Berbicara 3. Membaca


(10)

4. Menulis.

Berdasarkan ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia di atas, pembelajaran bahasa Indonesia yang diselenggarakan hendaknya dapat memfasilitasi peserta didik untuk dapat menguasai keempat aspek keterampilan berbahasa secara optimal, sehingga pada akhirnya peserta didik dapat berbahasa dengan baik dan benar sesuai kaidah-kaidah berbahasa yang telah ditentukan.

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Melalui berbicara, peserta didik dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi.

Hal itu selaras dengan pendapat yang diungkapkan Ellis, 1989 (dalam Resmini dan Juanda, 2007 : 50) bahwa “Berbicara merupakan proses bahasa lisan mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi”.

Sependapat dengan Ellis, Resmini dan Juanda (2007 : 50) juga menyatakan bahwa: “Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata -kata merupakan cara untuk mengekspresikannya”.

Dengan demikian, keterampilan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai peserta didik dalam pembelajaran bahasa. terutama pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Hal itu dikarenakan melalui penguasaan terhadap keterampilan berbicara, peserta didik akan dapat mengungkapkan ide dan gagasannya secara sistematis dan mudah


(11)

dipahami. Untuk mampu terampil dalam berbicara, peserta didik membutuhkan kegiatan-kegiatan yang memberikannya kesempatan dalam melatih keterampilan tersebut. Bentuk-bentuk kegiatan dalam pembelajaran bahasa yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan berbicara pada peserta didik diantaranya yaitu: percakapan, diskusi, bercerita, dan bermain peran.

Secara rincinya, Tompkins dan Hoskisson. 1991 (dalam Resmini dan Juanda, 2007 : 58) membagi kegiatan berbahasa lisan sebagai berikut:

(a) Kegiatan berbicara informal, meliputi percakapan, menunjuk dan menceritakan, serta diskusi, (b) Kegiatan berbicara interpretatif meliputi pengisahan cerita, membaca drama, (c) Kegiatan yang lebih formal meliputi laporan lisan, wawancara, dan debat, (d) kegiatan dramatik, meliputi bermain drama, bermain peran, bermain boneka tangan, penulisan naskah dan produksi teater, dan sebagainya”.

Berbagai bentuk kegiatan berbicara sebagaimana disebutkan di atas, agar dapat berhasil dengan baik, tentunya tidak lepas dari berbagai faktor yang mendukungnya, diantaranya yaitu berupa referensi yang harus dibaca maupun konsep yang akan disampaikan. Dengan demikian, maka terjadi keterpaduan keterampilan berbahasa dalam pembelajaran berbicara yang dapat diwujudkan secara alami yang terjadi ditengah masyarakat.

Rofiuddin (1999 : 61) menyatakan bahwa: “pembelajaran berbicara perlu memperhatikan dua faktor yang mendukung, yaitu :

1. Faktor kebahasaan, yang perlu diperhatikan ialah pelafalan bunyi bahasa, penggunaan intonasi, pemilihan kata dan ungkapan, penyusunan kalimat dan paragrap.

2. Non kebahasaan, yang mendukung keefektifan berbicara adalah ketenangan dan kegairahan, keterbukaan, keintiman, isyarat non verbal dan topik pembicaraan”.


(12)

Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui dengan jelas bahwa keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam berkomunikasi secara lisan.

Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar dengan fokus keterampilan berbicara harus lebih ditingkatkan dan difasilitasi dengan baik. Hal itu mengingat bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang berkembang pada kehidupan anak untuk mencapai tujuan berbahasa berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga pesan dan informasi yang disampaikan memiliki makna dan dapat lebih mudah dipahami.

Namun, kenyataan di lapangan pembelajaran bahasa Indonesia yang diselenggarakan belum memfasilitasi keterampilan berbicara dengan baik sehingga ketercapaian berbicara siswa masih belum optimal. Hal itu diperkuat oleh hasil pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V di SDN Cibala pada tanggal 5 Desember 2012.

Berdasarkan hasil observasi tersebut diperoleh data awal tentang kemampuan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa menggunakan pilihan kata dan santun berbahasa yang disajikan dalam tabel pada halaman berikut.


(13)

Tabel 1.1

Data Awal Kemampuan Berbicara Siswa

No. Nama Siswa

Aspek yang dinilai

Jumlah

Skor Nilai

Ketuntasan Pilihan

Kata

Santun

Berbahasa T BT

3 2 1 3 2 1

1 Rosita √ √ 4 66.67 √ -

2 Kamaludin √ √ 2 33.33 - √

3 Vella P. √ √ 4 66.67 √ -

4 Aji Saprudin √ √ 2 33.33 - √

5 Henda H. √ √ 2 33.33 - √

6 Hendi H. √ √ 4 66.67 √ -

7 Santika √ √ 4 66.67 √ -

8 Rina Hayati √ √ 4 66.67 √ -

9 Wowon W. √ √ 2 33.33 - √

10 Ridwan K. S. √ √ 4 66.67 √ -

11 Toni Hidayat √ √ 2 33.33 - √

12 Ivanka Herna √ √ 4 66.67 √ -

13 Adeng H. √ √ 2 33.33 - √

14 Pramudika P. √ √ 2 33.33 - √

15 Ringgo P. √ √ 2 33.33 - √

16 Cahyono √ √ 2 33.33 - √

17 Cahya P. √ √ 2 33.33 - √

18 Cici Cantika √ √ 3 50.00 - √

19 Susilawati √ √ 3 50.00 - √

20 Asri Witianitri √ √ 2 33.33 - √

21 Agung G. √ √ 2 33.33 - √

22 Wuri Nurhayati √ √ 2 33.33 - √

23 Janah Aprilia F. √ √ 2 33.33 - √

24 Lusi Pebi R. √ √ 2 33.33 - √

25 Yuni Kholipah √ √ 2 33.33 - √

26 Devi Haryanti √ √ 2 33.33 - √

27 Ai Kartika Y. √ √ 2 33.33 - √

28 Nunung N. √ √ 2 33.33 - √

Jumlah 0 9 19 0 14 21 72 1200 7 21

Prosentase (%) 0 32 68 0 25 75 25 75


(14)

Deskriptor : A. Pilihan Kata

3 : Jika siswa mengemukakan tanggapan dan saran dengan menggunakan pilihan kata yang tepat, sesuai dengan peristiwa.

2 : Jika siswa mengemukakan tanggapan dan saran dengan menggunakan pilihan kata yang kurang tepat dengan peristiwa.

1 : Jika siswa mengemukakan tanggapan dan saran dengan menggunakan pilihan kata yang tidak tepat dengan peristiwa.

B. Santun Berbahasa

3 : Jika siswa mengemukakan tanggapan dan saran dengan menggunakan santun berbahasa yang tepat.

2 : Jika siswa mengemukakan tanggapan dan saran dengan menggunakan santun berbahasa yang kurang tepat.

1 : Jika siswa mengemukakan tanggapan dan saran dengan menggunakan santun berbahasa yang tidak tepat.

Keterangan : T = Tuntas

BT = Belum Tuntas

Nilai = Jumlah skor yang diperoleh x 100 6 (skor maksimal)


(15)

Dari hasil tes berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran pada suatu peristiwa menggunakan pilihan kata dan santun berbahasa yang dilakukan, diperoleh data bahwa dari 28 orang siswa, 0 orang siswa (0%) yang mendapatkan skor tiga dan 18 orang siswa (64%) memperoleh skor dua, sedangkan sisanya sebanyak 19 orang siswa (68%) memperoleh skor satu pada indikator pilihan kata. Ada 0 orang siswa (0%) yang memperoleh skor tiga dan 14 orang siswa (25%) yang memperoleh skor dua, sedangkan sisanya 21 orang siswa (75%) yang memperoleh skor satu pada indikator santun bahasa.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa dari 28 siswa hanya 7 orang siswa (25%) yang memperoleh nilai di atas KKM dan dinyatakan tuntas sedangkan 21 orang siswa (75%) memperoleh nilai di bawah KKM (belum tuntas) dengan batasan KKM 66. Dengan demikian keterampilan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa masih rendah.

Selain itu, hasil diskusi kelompok dan hasil tes tertulis individu pun menunjukkan nilai yang rendah. Berdasarkan data awal yang diperoleh, diketahui bahwa hasil diskusi kelompok yang memperoleh nilai di atas KKM hanya 2 kelompok (28,57%). Sedangkan pada hasil tes tertulis, 12 orang siswa (42,86%) mendapat nilai di atas KKM (tuntas), dan. 16 orang siswa (57,14%) mendapat nilai di bawah KKM (belum tuntas).

Rendahnya hasil yang diperoleh disebabkan oleh timbulnya berbagai permasalahan dalam praktik pembelajaran, baik dari segi aktivitas siswa maupun kinerja guru. Dari segi aktivitas siswa permasalahan yang timbul sebagai berikut:


(16)

1. motivasi belajar dan keaktifan siswa kurang karena pembelajaran cenderung lebih dominan oleh guru sementara siswa tidak dilibatkan langsung dalam pembelajaran;

2. siswa kesulitan dalam memberikan tanggapan dan saran dengan menggunakan pilihan kata yang tepat;

3. pembelajaran terasa membosankan dan kurang bermakna bagi siswa karena kurang optimalnya siswa dalam mengupayakan situasi belajar yang kondusif; 4. siswa kesulitan dalam memberikan tanggapan dan saran dengan menggunakan

santun berbahasa dengan benar.

Berdasarkan hasil observasi awal pada aspek aktivitas siswa, diperoleh data siswa yang memperoleh predikat baik 9 orang (32,14%), 8 orang (28,57%) dan 11 orang (39,29%) kurang. Dari data awal tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia masih tergolong rendah. Sedangkan dari segi kinerja guru permasalahan yang timbul sebagai berikut: 1. guru dalam menjelaskan materi pembelajaran terfokus pada buku sumber; 2. guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga membuat siswa

merasa jenuh, siswa tidak diberikan kesempatan-kesempatan dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan ungkapan;

3. teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menyenangkan kurang diperhatikan, guru hanya berpedoman pada penyampaian pembelajaran saja;


(17)

4. kegiatan diskusi yang kurang optimal hanya dilakukan dengan teman sebangku dan hanya sekedar melaksanakan diskusi, tanpa memperhatikan maksud dan tujuan diskusi yang dilakukan siswa.

Permasalahan di atas, berakibat pada kurang optimalnya kenerja guru. Hal itu ditunjukkan oleh data hasil observasi awal bahwa pada tahap perencanaan persentase pencapaian indikatornya hanya mencapai 67%, pada tahap pelaksanaan 37,5% dan pada tahap evaluasi 33%.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa diperlukan adanya upaya yang dapat memperbaiki kualitas praktik pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing.

Lie (2005 : 63) menyatakan bahwa “Dalam kegiatan kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain”. Selanjutnya Lie (2005 : 63) juga menyatakan bahwa “Keunggulan dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan-hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok”

Merujuk pada pendapat tersebut, diketahui bahwa Model Pembelajaran Teknik Kancing Gemerincing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pemerataan kesempatan yang diberikan dan meningkatkan interaksi siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan


(18)

kancing gemerincing pada pembelajaran berbicara siswa kelas V SDN Cibala dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa..

Penulis memilih penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing didasari oleh pertimbangan bahwa medel tersebut dapat meningkatkan tanggung jawab individu terhadap tugas yang diberikan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan, ide, mendengarkan pedapat temannya. Sehingga pada akhirnya, keterampilan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa akan mengalami peningkatan. Selain itu, metode dan teknik yang akan digunakan belum diaplikasikan di sekolah tersebut.

Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis mengambil judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa dalam Memberikan Tanggapan dan Saran terhadap suatu Peristiwa (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang)”.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan data awal yang diperoleh mengenai keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu persoalan atau peristiwa dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa, dapat dirumuskan permasalahan secara umum sebagai berikut:


(19)

1. Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam proses pembelajaran berbicara siswa untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu persoalan atau peristiwa dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa di kelas V SDN Cibala? 2. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing

Gemerincing dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu persoalan atau peristiwa dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa di kelas V SDN Cibala?

Permasalahan tersebut merupakan masalah pokok dalam penelitian ini, dan merupakan fokus kajian dalam penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan. Secara operasional, masalah umum penelitian tindakan kelas di atas dapat dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam proses pembelajaran berbicara siswa untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu persoalan atau peristiwa dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa di kelas V SDN Cibala? a. Bagaimana perencanaan pembelajaran berbicara dengan menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam


(20)

meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang?

2. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu persoalan atau peristiwa dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa di kelas V SDN Cibala?

a. Apakah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Kancing Gemerincing keterampilan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dengan memperhatikan pilihan kata akan mengalami peningkatan?

b. Apakah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Kancing Gemerincing keterampilan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dengan menggunakan santun bahasa akan mengalami peningkatan?

c. Apakah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Kancing Gemerincing keterampilan berbicara siswa dalam memberikan saran dengan memperhatikan pilihan kata akan mengalami peningkatan?

d. Apakah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Kancing Gemerincing keterampilan berbicara siswa dalam memberikan saran dengan menggunakan santun bahasa akan mengalami peningkatan?

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan aspek berbicara siswa dalam memberikan


(21)

tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa, perlu dicari alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui desain pembelajaran dengan menerapkan model dan teknik pembelajaran yang benar.

Alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing.

Model Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan, 1992 (dalam Lie, 2005 : 63) yang menyatakan bahwa “Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik”.

Lie (2005 : 63) menyatakan bahwa “Dalam kegiatan kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain”. Selanjutnya Lie (2005 : 63) juga menyatakan bahwa “Keunggulan dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan-hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok”.

Dalam kegiatan kelompok memang banyak permasalahan-permasalahan pemerataan kesempatan berbicara, anggota kelompok ada yang terlalu dominan dan banyak berbicara dan ada juga anggota pasif. Untuk mengatasi hal tersebut dan memberikan pemerataan tanggung jawab dalam kelompok, maka Model Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dapat memberikan kontribusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (2005 : 64) yang menyatakan bahwa “Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta”.


(22)

Dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing pada proses pembelajaran berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran pada suatu peristiwa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa yang pasif, agar mereka termotivasi dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya tidak hanya mengandalkan siswa yang aktif saja. Sehingga dalam proses pembelajaran semua siswa berperan aktif demi tercapainya tujuan pembelajaran melalui langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing.

Adapun langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing yang dikemukakan oleh Spencer Kagan (1992) yang telah dimodifikasi oleh penulis, yakni meliputi:

1. Pembentukan kelompok heterogen. 2. Pembagian tugas kelompok.

3. Pelaksanaan diskusi kelompok dengan prosedur sebagai berikut. a. Menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing.

b. Menyiapkan kertas yang berbentuk bintang sebagai penghargaan yang akan diberikan kepada anggota kelompok yang telah memberikan tanggapan atau saran tentang suatu peritiwa yang telah didiskusikan bersama kelompoknya.

c. Setiap anggota kelompok mendapat 2 kancing yang diberikan guru untuk memberikan tanggapan/saran.

d. Setiap kali seorang siswa berbicara atau memberikan tanggapan, dia harus menyerahkan salah satu kancing dan meletakannya ditengah-tengah meja.


(23)

e. Setiap anggota kelompok yang telah memberikan pendapat dan saran tempelkan bintang didadanya.

f. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, maka dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua teman-temannya juga menghabiskan kancing. g. Jika semua sudah habis, sedangkan tugas belum selesai kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi kancingnya lagi dan mengulangi prosedur kembali.

4. Presentasi hasil diskusi.

5. Pengawasan dan bimbingan diskusi. 6. Pemberian reward (penghargaan).

Melalui penerapan Model Kooperatif Kancing Gemerincing dengan langkah-langkah yang diuraikan di atas pada pembelajaran berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa, dapat mengatasi permasalahan-permasalahan pada pembelajaran tersebut.

Beberapa alasan lain yang mendasari pemilihan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing sebagai alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa adalah karena model tersebut memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki model tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa, karena diberikan kesempatan untuk berdiskusi sehingga setiap siswa dapat bertukar pikiran, mengajukan pertanyaan, mendengarkan pendapat temannya.


(24)

2. Model pembelajaran kooperatif dapat mengaktifkan siswa, karena melalui pembelajaran ini siswa dipersiapkan untuk terbiasa memperoleh dan membangun pengetahuannya sendiri akibat dari individu yang memiliki tanggung jawab yang dibagi-bagi sebelumnya untuk dilaksanakan.

3. Model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan interaksi, kerja sama, keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Karena dengan dilakukan pembagian tugas kelompok siswa harus dapat mengkomunikasikan informasi yang diperolehnya kepada teman lain.

Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang disebutkan di atas, diharapkan target pembelajaran yang meliputi target proses dan target hasil dapat tercapai

dengan baik. Target proses dan hasil yang telah ditentukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Target Proses

Dalam proses pembelajaran berbicara siswa untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa melalui penerapan Model Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing diharapkan siswa aktif, disiplin, dan sungguh-sungguh. Melalui penilaian terhadap proses pembelajaran siswa, maka akan diperoleh hasil penilaian proses yang dibandingkan dengan target proses yang ditentukan. Adapun target proses yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu 80%.

2. Target Keberhasilan

Target keberhasilan pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri dari target proses dan hasil. Target proses yang ditentukan yaitu pelaksanaan dikatakan berhasil jika persentase pencapaian indikatornya mencapai ±76% (hampir


(25)

seluruhnya). Sedangkan untuk target hasil digunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa, yaitu 66.

Penelitian dikatakan berhasil apabila secara keseluruhan, baik proses maupun hasil, pencapaian indikatornya mencapai persentase ±76% (hampir seluruhnya).

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan paparan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui perencanaan pembelajaran berbicara dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang;

2. untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang;

3. untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan terhadap suatu persoalan atau peristiwa dengan memperhatikan pilihan kata melalui penerapan Model Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing di kelas V SDN Cibala;


(26)

4. untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan terhadap suatu persoalan atau peristiwa dengan santun berbahasa melalui penerapan Model Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing di kelas V SDN Cibala;

5. untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dalam memberikan saran terhadap suatu persoalan atau peristiwa dengan memperhatikan pilihan kata melalui penerapan Model Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing di kelas V SDN Cibala;

6. untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dalam memberikan saran terhadap suatu persoalan atau peristiwa dengan santun berbahasa melalui penerapan Model Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing di kelas V SDN Cibala.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa, khususnya siswa kelas V SD Negeri Cibala dalam meningkatkan keterampilan berbicara melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing.

2. Bagi Guru

Manfaat teoritis, Penelitian ini akan memberikan informasi untuk menambah wawasan guru tentang Model Pembelajaran Teknik Kancing Gemerincing sebagai inovasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.


(27)

Manfaat praktis, Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif tindakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada siswa kelas V SD Negeri Cibala agar tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai secara optimal.

3. Bagi Peneliti

Manfaat teoritis, Penelitian ini menambah wawasan tentang Model Pembelajaran Teknik Kancing Gemerincing termasuk di dalamnya langkah-langkah pembelajaran dan cara-cara pengorganisasian siswanya.

Manfaat praktis, penelitian ini dijadikan pengalaman yang berharga untuk melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkenaan dengan keterampilan berbahasa pada aspek berbicara.

E. Batasan Istilah

Untuk mengatasi kesalahan penafsiran dan memperjelas istilah-istilah yang digunakan dalam judul, maka istilah-istilah tersebut dibatasi sebagai berikut. 1. Model Pembelajaran Kooperatif adalah suatu kelompok kecil siswa yang

bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama yang lainnya. (Anita Lie, 2002:28)

2. Teknik Kancing Gemerincing adalah salah satu metode kooperatif Learning, untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. (Kagan, 1992:63)


(28)

3. Hasil belajar adalah tingkat penguasaan kemampuan berbicara yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor. (Bundu, 2006: 17)

4. Kemampuan Berbicara adalah kemampuan mengucapakan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, sersta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. (H.G. Tarigan, 1983: 15) 5. Tanggapan adalah pendapat ataupun reaksi seseorang setelah melihat,

mendengar ataupun merasakan sesuatu. Tanggapan dapat berupa persetujuan, sanggahan, pertanyaan, atau pendapat. Semua tanggapan harus disampaikan dengan sopan. Dalam menanggapi suatu permasalahan harus disertai jalan keluar (http://rumahbelajaredelweiss.blogspot.com/2012/07).

6. Saran adalah pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan (http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php).

7. Peristiwa adalah suatu kejadian (hal, perkara, dsb). Peristiwa dapat berupa kejadian yang menyenangkan ataupun menyedihkan. Peristiwa memiliki urutan waktu atau kronologis (Kamus Besar Bahasa Indonesia).


(29)

59 A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cibala yang beralamatkan di Dusun Cibala Desa Sarimekar Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang. SD Negeri Cibala berdiri pada tahun 1956, sekolah ini merupakan salah satu dari tiga sekolah yang ada di Desa Sarimekar dan salah satu dari dua puluh delapan sekolah yang ada di Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.

SD Negeri Cibala terdaftar dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) : 20208322 dan Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 101021002005 merupakan sekolah dengan kategori SD biasa. Waktu penyelenggaraan pagi dengan status mutu Standar Pelayanan Minimum (SPM) serta terakreditasi B.

Prasarana SD Negeri Cibala memiliki dua bangunan yang terdiri dari enam ruangan pada bangunan pertama dan dua ruangan pada bangunan kedua. Setiap ruangan memiliki fungsi sebagai ruang teori/kelas, ruang guru dan ruang kepala sekolah. Ruang teori/kelas terdiri dari enam ruang untuk tiap tingkatan, ruang guru terdiri dari satu ruangan dan ruang kepala sekolah terdiri dari satu ruangan yang terpisah.

Pada tahun pelajaran 2012/2013, SD Negeri Cibala memiliki siswa sebanyak 188 orang yang terdiri dari 96 siswa laki-laki dan 92 siswa perempuan. Secara rinci data rombel SD Negeri Cibala dapat dilihat dalam tabel pada halaman berikut.


(30)

Tabel 3.1

Data Rombongan Belajar (Rombel) SD Negeri Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang

Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Nama Rombel Tingkat Jumlah Siswa Wali Kelas L P Jumlah

1. Kelas I 1 14 18 32 Yuyum Yulianingsih 2. Kelas II 2 14 12 26 Empong Yenti K., S.Pd 3. Kelas III 3 18 13 31 Hj. Apong S., S.Pd 4. Kelas IV 4 20 16 36 Widawati, S.Pd 5. Kelas V 5 14 14 28 Neni Winarni, S.Pd 6. Kelas VI 6 16 19 35 Wiwin Yuliantini, S.Pd

Jumlah 96 92 188

Dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada siswanya, SD Negeri Cibala memiliki pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 15 orang yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Secara rinci data pendidik dan tenaga kependidikan SD Negeri Cibala dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.2

Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) SD Negeri Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang

Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Nama PTK NUPTK NIP Jabatan Gol.

1. Nana Sukarna, S.Pd 195508071978031006 5139733635200023 Kepala Sekolah IV/b

2. Yuyum Yulianingsih 195808121981092001 1844736638300032 Guru Kelas IV/b

3. Wiwin Y., S.Pd 130951240 1442740640300013 Guru Kelas IV/b

4. Iping Z. M., S.Pd.I. 195401031980111001 1633732634200012 Guru PAI IV/a

5. Widawati, S.Pd 196405231986102002 2855742643300022 Guru Kelas IV/a

6. Hj. Apong S., S.Pd 196402011984102005 5533742642300012 Guru PJOK IV/a

7. Neni Winarni, S.Pd 198610202009022003 2352764665300023 Guru Kelas III/a

8. Empong Y. K., S.Pd 196809292008012010 8261746647300023 Guru Kelas III/a

9. Eni Suki S., S.Pd - 0839754655300042 Guru Honorer -

10. Dian Sutiono - 7451760661200032 Guru Honorer -

11. Wandi S., S.Pd - 7734760662200052 Guru Honorer -

12. Titin K., S.Pd.I. - 9936748651300022 Guru Honorer -

13. Nani Sumarni - 2345756658300023 Guru Honorer -

14. Adung 196007021986111002 1034738639200033 Penjaga II/b


(31)

Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh siswa dan guru di SD Negeri Cibala adalah bahasa ibu yaitu bahasa Sunda, hal ini berdampak pada pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Banyak permasalahan yang dihadapai oleh para siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada konsep berbicara. Dengan demikian, peniliti tertarik untuk dapat melaksanakan penelitian di SD Negeri Cibala dengan beberapa alasan yang mencakup permasalahan-permasalahan pembelajaran yang dihadapi oleh para siswa untuk dapat mendapatkan solusi pemecahannya.

Adapun alasan pemilihan SD Negeri Cibala sebagai tempat pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Masih banyaknya masalah yang dihadapi oleh para siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada konsep kemampuan berbicara untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa.

2. Memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada konsep kemampuan berbicara untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing.

3. Adanya permasalahan yang dihadapi oleh para guru dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada konsep berbicara.

4. Memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para guru dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada konsep berbicara.


(32)

5. Lokasi penelitian merupakan tempat kerja peneliti, sehingga apabila ada penelitian mendadak dapat dilakukan dengan mudah.

6. Ketersediaan dari Kepala Sekolah dan Guru yang bersangkutan untuk dijadikan tempat penelitian.

Selain itu, permasalahan yang muncul dalam setiap proses pelaksanaan pembelajaran, mendapat perhatian yang cukup serius dari guru-guru beserta kepala sekolah, sehingga dalam kegiatan penelitian ini memperoleh dukungan yang besar dari kepala sekolah dan guru-guru untuk bekerja sama dan berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri Cibala.

Dengan demikian, peneliti menetapkan bahwa tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri Cibala sesuai latar belakang yang terjadi pada penelitian ini melalui prosedur yang telah disepakati oleh peneliti dan pihak sekolah untuk memperoleh solusi dalam peningkatan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada konsep keterampilan berbicara siswa untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa menggunakan pilihan kata dan santun berbahasa sesuai tujuan pembelajaran.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian tindakan ini selama lima bulan yaitu terhitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei tahun 2013.


(33)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang yang berjumlah 28 orang siswa, yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Latar belakang kehidupan sosial ekonomi orang tua siswa, rata-rata menengah ke bawah. Pendidikan orang tua siswa rata-rata lulusan sekolah dasar dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai petani kecil. Pertimbangan penulis memilih subjek penelitian ini adalah bahwa kemampuan berbicara memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa menggunakan pilahan kata dan santun berbahasa merupakan kemampuan yang harus sudah dimiliki oleh siswa kelas V sekolah dasar sebagai keterampilan berbicara.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Permasalahan yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini berangkat dari permasalahan pada praktik pembelajaran sehari-hari yang dialami oleh guru. Permasalahan tersebut yaitu rendahnya kinerja guru dan aktivitas siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia dalam aspek berbicara.

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi tersebut, diperlukan adanya suatu upaya yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Metode penelitian yang relevan dengan permasalahan tersebut yaitu metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Beberapa ahli mendefinisikan PTK sebagai berikut.


(34)

Menurut Supardi (dalam Arikunto, dkk. 2008:104),‟Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas dan

dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan.‟

Arikunto (2008:3) mengemukakan bahwa, “PTK merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.”

Sejalan dengan pendapat tersebut, Wiriaatmaja (2005:13) juga

megungkapkan bahwa “PTK adalah sebagaimana sekelompok guru dapat

mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.

Suyanto (1996:4) juga menjelaskan bahwa “PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.”

Berdasarkan pada pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan menerapkan tindakan-tindakan tertentu yang sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang dirasakan dalam praktik pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut.

Dari hal itu dapat diketahui pula bahwa fokus kajian dalam PTK yaitu permasalahan yang bersifat praktis pada proses pembelajaran di kelas yang meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa, diantaranya yaitu pengelolaan kelas yang kurang efektif, media pembelajaran yang kurang menunjang, metode dan


(35)

model pembelajaran yang bersifat konvensional atau sistem evaluasi yang tidak relevan.

Oleh karena itu, bidang kajian dalam penelitian ini adalah praktik pembelajaran dengan fokus kajiannya pada strategi pembelajaran, yaitu penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2. Desain Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan Model Spiral Kemmis dan MC Taggart (dalam Wiriaatmaja, 2005:66), yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan. Artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya. Model siklus mengikuti rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil refleksi pada siklus pertama merupakan bahan pertimbangan untuk perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

Model spiral dari Kemmis dan MC Taggart yang dimaksud dapat dilihat dalam gambar pada halaman berikut.


(36)

A C T I O N O B S E R V E

R E F L E C T

PLAN

A C T I O N O B S E R V E

R E F L E C T

REVISED

Gambar 3.1

Model Spiral dari Kemmis dan Taggart. (Wiriaatmaja, 2005 : 66)


(37)

Berdasarkan gambar tersebut, secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Perencanaan (Plan)

Menurut Suhardjono (Arikunto, 2008:75) „Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh

siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.‟

Secara rinci Suhardjono (Arikunto, 2008:75-76) menguraikan bahwa tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang akan diteliti.

2) Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatarbelakangi PTK.

3) Merumuskan masalah secara jelas.

4) Menetapkan tindakan yang akan dipilih sebagai alternatif pemecahan masalah.

5) Menemukan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan tersebut.

6) Membuat secara rinci rancangan tindakan. b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Suhardjono (Arikunto, 2008:76) menyatakan bahwa „Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran diterapkan.‟

Pada intinya, tahapan ke-2 ini merupakan implementasi dari rancangan tindakan yang telah dibuat. Guru praktisi melaksanakan setiap langkah kegiatan pembelajaran sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan dalam RPP. Hal yang terpenting dalam tahap pelaksanaan tindakan ini yaitu praktisi harus ingat dan berusaha menaati apa yang telah dirumuskan dalam RPP tersebut, tetapi harus berlangsung dengan wajar tidak dibuat-buat.


(38)

c. Observasi (Observe)

Observasi menurut Kasbolah (1998:91), yaitu :

Semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingannya.

Menurut Suhardjono (Arikunto, 2008:78) :

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

d. Refleksi (Reflect)

Menurut Arikunto (2008:19) “Istilah refleksi berasal dari kata bahasa

Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan.” Istilah pemantulan yang dimaksud dalam tahap ini yaitu kegiatan guru pelaksana yang memantulkan pengalamannya kepada peneliti yang mengamati kegiatannya dalam melaksanakan tindakan.

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini berbentuk suatu siklus yang berkelanjutan yang mengacu pada model spiral Kemmis dan MC. Taggart (1988). Setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan, dengan harapan pada setiap akhir pertemuan terjadi peningkatan dalam kemampuan keterampilan


(39)

berbicara pada siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.

Secara rinci prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dijabarkan sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam tahap perencanaan tindakan ini, peneliti telah merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan ini adalah sebagai berikut.

a. Mengajukan permohonan izin kepada kepala sekolah untuk mengadakan penelitian di kelas V SD Negeri Cibala. Permohonan ijin ini dengan mudah diperoleh, karena peneliti merupakan salah seorang pengajar di sekolah yang bersangkutan. Selain itu, kepala sekolah beserta para guru menyatakan kesiapannya untuk mendukung dan membantu proses penelitian. Dukungan tersebut didasari oleh harapan terjadinya perubahan dan peningkatan kemampuan siswa, khususnya siswa kelas V dalam hal berbicara untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa.

b. Penulis mengadakan penelitian awal untuk mengungkapkan permasalahan yang terjadi dan yang perlu dipecahkan melalui penelitian ini. Dalam tahap ini penulis melakukan observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu


(40)

peristiwa, wawancara dan mengadakan tes kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Cibala.

c. Memberikan informasi kepada guru (praktisi) mengenai cara melakukan tindakan dan sekaligus memperkenalkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam pembelajaran berbicara siswa di kelas V. d. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas,

seperti berbagai jenis media pembelajaran dan berbagai jenis peralatan yang diperlukan.

e. Menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam pembelajaran berbicara siswa. f. Menyiapkan instrumen pengumpul data untuk digunakan dalam tahap

pelaksanaan tindakan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, guru praktisi mengimplementasikan setiap langkah kegiatan yang tercantum dalam RPP dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing. Langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan dalam tahapan pelaksanaan tindakan yaitu sebagai berikut.

a. Kegiatan Pra KBM

1) Memilih gambar-gambar tentang suatu peristiwa.

2) Menyiapkan gambar peristiwa yang berbeda sebagai gambaran cerita yang dimaksud.

3) Mempelajari topik dan bahan pembelajaran hal itu, yaitu berbicara memberikan tanggapan dan saran pemecahan pada suatu peristiwa dengan menggunakan pilahan kata dan santun berbahasa.


(41)

b. Kegiatan Awal

1) Guru mengucapkan salam, berdo‟a, mengecek kehadiran siswa, mengarahkan pada situasi pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat pembelajaran.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3) Guru membangkitkan motivasi belajar siswa.

4) Guru mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya jawab : a) Pernahkah kalian melihat suatu peristiwa?

b) Peristiwa apa yang terjadi?

c) Pernahkah kalian memberikan tanggapan dan saran pada peristiwa yang terjadi?

d) Bagaimana tanggapan dan saran yang kalian kemukakan? c. Kegiatan Inti

Eksplorasi

d. Siswa mengamati sebuah gambar peristiwa dalam ukuran cukup besar yang dipasang di papan.

e. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang peristiwa yang ada pada gambar tersebut.

f. Salah seorang siswa diminta untuk memberikan tanggapan terhadap peristiwa yang terdapat pada gambar.

g. Salah seorang siswa diminta untuk memberikan saran terhadap peristiwa yang terdapat pada gambar.

Elaborasi

h. Siswa menyimak penjelasan materi pembelajaran tentang tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa yang disampaikan oleh guru.


(42)

i. Siswa menyimak penjelasan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu tentang prosedur kegiatan diskusi dengan menerapkan teknik kancing gemerincing. Prosedur tersebut, yaitu setiap anggota kelompok harus memberikan tanggapan dan saran terhadap peristiwa yang ada pada lembar kerja. Setiap kali berbicara, baik memberikan tanggapan maupun saran, anggota kelompok harus menyimpan satu buah kancing yang dimilikinya ke tengah-tengah meja. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, maka dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua teman-temannya juga menghabiskan kancing. Setelah seorang siswa menghabiskan kancingnya, siswa tersebut dapat mengambil sebuah tanda bintang untuk ditempelkan di dadanya sebagai suatu bentuk pengahrgaan. Jika semua sudah habis, sedangkan tugas belum selesai kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi kancingnya lagi dan mengulangi prosedur kembali.

j. Siswa dikondisikan ke dalam 7 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang.

k. Siswa mendapatkan lembar kerja yang harus dikerjakan secara berkelompok.

l. Siswa melakukan diskusi kelompok.

m. Siswa yang menjadi perwakilan kelompok diminta untuk ke depan menyajikan hasil diskusi kelompoknya.

Konfirmasi


(43)

o. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.

p. Kelompok yang hasil diskusinya terbaik mendapatkan penghargaan kelompok.

q. Kegiatan Akhir

1) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran. 2) Guru merefleksikan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3) Guru menutup pembelajaran.

3. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada kegiatan observasi ini peneliti sebagai observer, mengamati semua aspek dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menjaring data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian dengan menggunakan instrumen-instrumen pengumpul data yang telah disiapkan dalam perencanaan. Peneliti merekam berbagai temuan yang terdapat selama proses pembelajaran, baik pada aspek kinerja guru maupun aktivitas siswa.

Pada aspek kinerja guru yang diamati oleh peneliti yaitu kemampuan guru dalam melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah dicantumkan dalam RPP dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing. Sedangkan pada aspek aktivitas siswa, pengamatan dilakukan terhadap kerjasama, keaktifan dan kedisiplinan siswa ketika pembelajaran berlangsung, serta kemampuan siswa dalam mencapai indikator-indikator pada berbicara siswa untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa menggunakan pilihan kata dan santun berbahasa.


(44)

4. Tahap Analisis Data dan refleksi

Pada tahap ini dilakukan pengkajian secara menyeluruh terhadap tindakan yang telah dilakukan. Peneliti sebagai observer dalam penelitian melakukan dialog dengan guru praktisi untuk mendiskusikan berbagai data yang terjaring selama proses penerapan tindakan. Guru praktisi diminta untuk mengungkapkan pengalaman-pengalamannya dan hal-hal lain yang dirasakannya selama melaksanakan tindakan, termasuk kebaikan dan kekurangannya yang terdapat dalam proses pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing. Begitupun dengan peneliti, peneliti mengungkapkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukannya. Selanjutnya, setelah praktisi dan peneliti melakukan diskusi tentang temuan-temuan yang diperoleh selama penerapan tindakan, peneliti kemudian menganalisis temuan-temuan tersebut.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan itu, peneliti menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus pertama.

E. Instrumen Penelitian 1. Pedoman observasi

Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu observasi. Wiriaatmadja (2006:104) menyatakan bahwa “Observasi adalah


(45)

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Marshall (1990) dalam Sugiyono (2005:64) yang menyatakan bahwa ”Melalui observasi, peneliti belajar tentang

perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.”

Dari kedua pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa observasi sangat penting dilakukan. Instrumen observasi yang digunakan dalam teknik ini yaitu pedoman observasi. Pedoman observasi digunakan merekam data hasil observasi terhadap kinerja guru, dan aktivitas siswa.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara merupakan instrumen yang digunakan pada teknik pengumpulan data melalui kegiatan wawancara (interview). Esterberg (dalam Sugiyono, 2005:72) mendefinisikan „Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.‟

Sedangkan, menurut Wiraatmadja (2005:117), “Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan mengenai hal-hal yang dipandang perlu. Wawancara dibutuhkan untuk memperoleh data yang hanya dapat diungkapkan secara lisan oleh sumbernya.”

Sesuai dengan definisi-definisi di atas, pedoman wawancara digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dari guru dan siswa tentang temuan-temuan yang diperoleh pada proses pembelajaran, baik sebelum, ketika maupun setelah diterapkannya Model Pembelajaran kooperatif Teknik Kancing Gemerincing.


(46)

3. Catatan lapangan

Catatan lapangan menurut Wiriaatmadja (2005:125) merupakan salah satu sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian. Hal tersebut dikarenakan dalam catatan lapangan ini terekam berbagai deskripsi data selama proses pembelajaran. Kekayaan data yang termuat dalam catatan lapangan ini meliputi deskripsi tentang berbagai kegiatan di kelas, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial dan iklim kualitatif lain yang mendasar dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, catatan lapangan digunakan oleh peneliti (observer) untuk merekam secara deskriptif berbagai kejadian yang terjadi dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara siswa untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa.

4. Tes tertulis

Tes tertulis yang digunakan berupa lembar kerja kelompok dan lembar soal. Lembar kerja kelompok digunakan untuk mengukur hasil diskusi kelompok. Lembar soal digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif individu secara tertulis dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa. Soal tes tertulis untuk individu terdiri dari dua nomor yang berisi dua buah peristiwa yang harus diberi tanggapan dan saran oleh siswa dengan memperhatikan pilihan kata yang tepat dan santun berbahasa.

5. Format penilaian

Format penilaian digunakan untuk menilai kemampuan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa.


(47)

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Data yang akan diolah dalam penelitian ini yaitu data pelaksanaan tindakan dan hasil belajar siswa yang meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa. Data pelaksanaan yang dimaksud berupa deskripsi proses pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara siswa untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing. Data pelaksanaan tindakan ini diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan catatan lapangan. Sedangkan data hasil belajar siswa yang akan diolah dalam penelitian ini yaitu berupa hasil penilaian pembelajaran yang dilakukan guru terhadap hasil diskusi kelompok dan hasil berbicara secara individu. Instrumen yang digunakan berupa format penilaian dan soal evaluasi.

a. Pengolahan Data Proses

Pengolahan data proses dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui interpretasi dari persentase indikator yang dicapai dengan target keberhasilan yang diharapkan.

Pengolahan data proses dilakukan dengan cara memasukkan data-data yang telah didapat selama proses pembelajaran ke dalam lembar observasi yang memuat kriteria aspek yang dinilai berdasarkan deskriptor pada pembelajaran berbicara untuk memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa.


(48)

1) Data Kinerja Guru

Teknik pengolahan data untuk kinerja guru dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui interpretasi dari persentase indikator yang dicapai dengan target keberhasilan yang diharapkan yaitu jika mencapai ≥ 76% (hampir seluruhnya).

2) Data Aktivitas Siswa

Teknik pengolahan data untuk aktivitas siswa yang berupa kerjasama, keaktifan dan kedisiplinan selama proses pembelajaran berlangsung dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan kriteria pencapaian indikator sebagai berikut.

Baik = 76%-100% Cukup = 38%-75% Kurang = 0%-37%

Persentase pencapaian indikator-indikator tersebut kemudian diinterpretasikan dengan target keberhasilan mencapai ≥ 76% (hampir seluruhnya).

Untuk memudahkan dalam melakukan interpretasi untuk setiap pencapaian indikator, digunakan kategori persentase berdasarkan Kuntjaraningrat (dalam Maulana, 2006) sebagai berikut.


(49)

Tabel 3.3

Klasifikasi Interpretasi Pencapaian Indikator Besar persentase Interpretasi

0% Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil

26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagaian besar 76% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

b. Pengolahan Data Hasil

Teknik pengolahan data untuk hasil belajar siswa yang berupa kemampuan berbicara, hasil diskusi kelompok dan hasil tes tertulis siswa secara individu, dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

1) Teknik pengolahan data untuk kemampuan berbicara siswa dalam memberikan tanggapan dan saran dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengolahan data secara kuantitatif dilakukan dengan membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 66. Target keberhasilannya yaitu jika persentase siswa yang tuntas mencapai ≥ 76% (hampir seluruhnya).

2) Teknik pengolahan data yang digunakan untuk hasil diskusi kelompok adalah pendekatan kuantitatif, yaitu dengan membandingkan nilai yang diperoleh dengan KKM yang telah ditentukan, yaitu 66. Target keberhasilannya yaitu jika persentase kelompok yang mendapat nilai di atas KKM mencapai ≥ 76% (hampir seluruhnya).

3) Teknik pengolahan data yang digunakan untuk hasil tes tertulis individu adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan membandingkan nilai yang


(50)

diperoleh siswa dengan KKM yang telah ditentukan, yaitu 66. Target keberhasilannya yaitu jika persentase siswa yang tuntas mencapai ≥ 76% (hampir seluruhnya). Soal tes tertulis terdiri dari dua nomor yang dibagi lagi menjadi dua buah tanggapan dan dua buah saran. Skor ideal untuk satu tanggapan atau satu saran adalah 2,5 sehingga skor maksimal untuk keseluruhan adalah 5.

Tabel 3.4

Penentuan KKM Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri Cibala pada Indikator Memberikan Tanggapan dan Saran

terhadap Suatu Peristiwa

Indikator Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM Kompleksitas Daya Dukung Intake Siswa

Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun

berbahasa

70 65 65 67

Menafsirkan Kriteria Menjadi Nilai

Dengan memberikan rentang nilai pada setiap kriteria yang ditetapkan. a. Kompleksitas : tinggi = 81-100

sedang = 65-80 rendah = 50-64 b. Daya Dukung : tinggi = 81-100

sedang = 65-80 rendah = 50-64 c. Intake siswa : tinggi = 81-100


(51)

sedang = 65-80 rendah = 50-64

KKM = = = = 66

2. Analisis Data

Menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2005: 88) „Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan abahn-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain‟.

Hal senada diungkapkan oleh Sugiyono (2005: 89) bahwa :

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana ynag penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dari pendapat-pendapat di atas, diketahui bahwa analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan secara berkesinambungan untuk dijadikan sebagai pegangan.

Analisis data sebelum memasuki lapangan dilakukan pada saat penelitian awal untuk menentukan fokus penelitian. Kemudian analisis selama di lapangan dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah di lapangan.

kompleksitas + daya dukung + intak siswa 3

70 + 65 + 65 3 200


(52)

Model yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (1984) (dalam Sugiyono,

2005:91), „Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh‟. Langkah-langkah analisis data tersebut meliputi data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

Langkah pertama, yaitu mereduksi data yang dilakukan dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang diperlukan, memfokuskan pada hal yang penting untuk dicari temanya agar memberikan gambaran untuk mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Langkah kedua, yaitu mendisplaykan data denngan cara mengorganisasikan dan menyusun pola hubungan sehingga dapat lebih mudah memahami segala sesuatu yang terjadi yang dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat.

Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal pada penelitian ini masih bersifat sementara sehingga tidak menutup kemungkinan untuk berubah apabila tidak terdapat bukti-bukti kuat yang mendukung terhadap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila kesimpulan awalnya didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan dapat dipertanggungjawabkan.


(53)

G. Validasi Data

Dalam mengecek validasai data, peneliti menggunakan alat validasi data menurut Hopkin, S (Wiriaatmadja,2005:168-171) sebagai berikut :

1. Triangulasi, dilakukan untuk memeriksa kebenaran hipotesis dan analisis yang timbul dengan membandingkan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti lain atau yang hadir yang menyaksikan penelitian tindakan kelas. Peneliti lain atau peneliti memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara, dengan cara mencari informasi dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir tindakan. Dalam pengujian ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara dan berbagai waktu. Dengan penelitian ini peneliti memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh secara kolaboratif.

2. Member Check, yaitu cara untuk mencari keabsahan data terhadap kebenaran

data yang diperoleh setelah selesai mengumpulkan data, yakni dengan cara mengkonfirmasi kepada subjek peneliti maupun sumber lain yang berkompeten. Dalam proses ini, informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti dan mitra dikonfirmasikan kebenarannya kepada guru kelas. Peneliti memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dengan cara mengimformasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada tindakan akhir.


(54)

3. Expert opinion, yaitu dengan nasihat kepada pakar khususnya yang menguasai bidang kajian penelitian yang sedang dilakukan. Dalam hal ini pakar yang dimaksud adalah pembimbing yang akan memeriksa semua kegiatan penelitian dan memberikan arahan-arahan terhadap masalah-masalah penelitian. Peneliti mengadakan pengecekan terakhir penelitian beserta prosedur dan metode pengumpul data yang mengkonfirmasikan adanya bukti temuan yang telah diperiksa dan di cek kebenarannya terhadap sumber data dari hasil awal kepada pembimbing.

4. Audit trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan guru pembimbing dan teman-teman peneliti. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data dengan validasi yang tinggi.

Peneliti menggunakan member check untuk validasi data tentang jenis aktivitas yang menunjukan tahap-tahap model pembelajaran kooperatif pada setiap siklusnya. Peneliti menggunakan triangulasi dalam memeriksa analisis dengan cara membandingkan hasil analisis mitra peneliti, sedangkan konsultasi dengan ketiga dosen pembimbing merupakan bentuk expert opinion yang dilakukan peneliti.


(55)

132 A. Simpulan

Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa pada siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Pada aspek kinerja guru

Setelah diterapkannya tindakan, kinerja guru pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal itu dapat dilihat dari persentase pencapaian indikator yang ditentukan, yaitu pada siklus I perencanaan mencapai 100%, pelaksanaan 50% dan evaluasi 67%. Pada siklus II perencanaan mencapai 100%, pelaksanaan 87,5% dan evaluasi 100% dan siklus III perencanaan mencapai 100%, pelaksanaan 100% dan evaluasi 100%

2. Pada aspek aktivitas siswa

Pada aspek aktivitas siswa, yang meliputi kerjasama, keaktifan dan kedisiplinan, diperoleh data pada siklus I persentase siswa yang mendapat predikat baik 53,57%, cukup 14,29% dan kurang 32,14%. Pada siklus II meningkat persentase siswa yang mendapat predikat baik 67,86%, cukup 17,86% dan kurang 14,29%. Pada siklus III persentase siswa yang mendapat predikat baik 82,14%, cukup 14,29% dan kurang 3,57%.


(56)

3. Pada hasil belajar siswa

a. Kemampuan berbicara dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa, setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas KKM mencapai 53,57%, pada siklus II meningkat menjadi 75% dan siklus III menjadi 82,14%.

b. Hasil kerja kelompok siswa dalam memberikan tanggapan dan saran juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, yaitu pada siklus I, 4 kelompok (57,14%) mendapat nilai di atas KKM, siklus II, 5 kelompok (71,42%) dan siklus III, 6 kelompok (85,71%).

c. Hasil tes tertulis individu menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklusnya. pada siklus I, 18 orang siswa (64,29%) tuntas, dan 10 orang siswa (35,71%) belum tuntas. Pada siklus II, 20 orang siswa (71,43%) tuntas, dan 8 orang siswa (28,57%) belum tuntas. Pada siklus III 24 orang siswa (85,71%) tuntas, dan 4 orang siswa (14,29%) belum tuntas.

Berdasarkan data-data yang diuraikan di atas, telah terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa.

Berdasarkan tujuan pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran bahasa Indonesia untuk aspek berbicara dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing untuk meningkatkan


(57)

keterampilan berbicara siswa untuk memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Mempersiapkan RPP, lembar observasi, mempersiapkan lokasi pengamatan, mempersiapkan media tentang peristiwa, melakukan diskusi dengan salah seorang guru baik sebagai observer maupun praktikan.

2. Pelaksanaan

Menyampaikan tujuan pembelajaran, membangkitkan motivasi belajar siswa, mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya jawab, Siswa mengamati sebuah gambar peristiwa dalam ukuran cukup besar yang dipasang di papan, Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang peristiwa yang ada pada gambar tersebut, Salah seorang siswa diminta untuk memberikan tanggapan terhadap peristiwa yang terdapat pada gambar, Salah seorang siswa diminta untuk memberikan saran terhadap peristiwa yang terdapat pada gambar, Siswa menyimak penjelasan materi pembelajaran tentang tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa yang disampaikan oleh guru, Siswa menyimak penjelasan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu tentang prosedur kegiatan diskusi dengan menerapkan teknik kancing gemerincing. Prosedur tersebut, yaitu setiap anggota kelompok harus memberikan tanggapan dan saran terhadap peristiwa yang ada pada lembar kerja. Setiap kali berbicara, baik memberikan tanggapan maupun saran, anggota kelompok harus menyimpan satu buah kancing yang dimilikinya ke tengah-tengah meja. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, maka dia tidak boleh berbicara lagi


(58)

sampai semua teman-temannya juga menghabiskan kancing. Setelah seorang siswa menghabiskan kancingnya, siswa tersebut dapat mengambil sebuah tanda bintang untuk ditempelkan di dadanya sebagai suatu bentuk pengahrgaan. Jika semua sudah habis, sedangkan tugas belum selesai kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi kancingnya lagi dan mengulangi prosedur kembali, siswa dikondisikan ke dalam 7 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang, siswa mendapatkan lembar kerja yang harus dikerjakan secara berkelompok, siswa melakukan diskusi kelompok, siswa yang menjadi perwakilan kelompok diminta untuk ke depan menyajikan hasil diskusi kelompoknya, siswa dan guru membahas hasil diskusi setiap kelompok, siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu, kelompok yang hasil diskusinya terbaik mendapatkan penghargaan kelompok, membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran, merefleksikan pembelajaran yang telah dilaksanakan, menutup pembelajaran.

3. Hasil

a. Perencanaan Pembelajaran.

Siklus I hasil persentase total yang diperoleh sebesar 100%. Siklus II hasil persentase total yang diperoleh sebesar 100%. Siklus III hasil persentase total yang diperoleh sebesar 100% b. Pelaksanaan Pembelajaran.

Siklus I secara keseluruhan telah mencapai 50%. Siklus II secara keseluruhan telah mencapai 87,5%. Siklus III secara keseluruhan telah mencapai 100%.


(59)

c. Evaluasi Pembelajaran.

Siklus I secara keseluruhan telah mencapai 100%. Siklus II secara keseluruhan telah mencapai 100%. Siklus III secara keseluruhan telah mencapai 100%. d. Aktivitas Siswa

Siklus I secara keseluruhan siswa yang termasuk kriteria baik sebesar 53,57%.

Siklus II secara keseluruhan siswa yang termasuk kriteria baik sebesar 67,86%.

Siklus III secara keseluruhan siswa yang termasuk kriteria baik sebesar 82,14%.

e. Kemampuan Berbicara Siswa Data Awal : rata-rata 42,86

ketuntasan 25% Siklus I : rata-rata 52,38

ketuntasan 53,57% Siklus II : rata-rata 61,31

ketuntasan 75% Siklus III : rata-rata 66,67

ketuntasan 82,14%


(60)

Peningkatan nilai rata-rata dari tes awal ke siklus I sebesar 9,52, dari siklus I ke siklus II peningkatan nilai rata-ratanya sebesar 8,93 serta dari siklus II ke siklus III peningkatan nilai rata-ratanya sebesar 5,36.

g. Peningkatan persentase ketuntasan

Dari tes awal ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 28,57%, dan dari siklus I ke siklus II peningkatannya sebesar 21,43% serta dari siklus II ke siklus III peningkatannya sebesar 7,14% .

Berdasarkan data-data yang diuraikan di atas, telah terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa.

B. Saran

Dari hasil pembahasan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut.

1. Bagi guru

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diharapkan agar model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat lebih dikembangkan dan diterapkan pada mata pelajaran yang lain. Kemudian, agar


(1)

sampai semua teman-temannya juga menghabiskan kancing. Setelah seorang siswa menghabiskan kancingnya, siswa tersebut dapat mengambil sebuah tanda bintang untuk ditempelkan di dadanya sebagai suatu bentuk pengahrgaan. Jika semua sudah habis, sedangkan tugas belum selesai kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi kancingnya lagi dan mengulangi prosedur kembali, siswa dikondisikan ke dalam 7 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang, siswa mendapatkan lembar kerja yang harus dikerjakan secara berkelompok, siswa melakukan diskusi kelompok, siswa yang menjadi perwakilan kelompok diminta untuk ke depan menyajikan hasil diskusi kelompoknya, siswa dan guru membahas hasil diskusi setiap kelompok, siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu, kelompok yang hasil diskusinya terbaik mendapatkan penghargaan kelompok, membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran, merefleksikan pembelajaran yang telah dilaksanakan, menutup pembelajaran.

3. Hasil

a. Perencanaan Pembelajaran.

Siklus I hasil persentase total yang diperoleh sebesar 100%. Siklus II hasil persentase total yang diperoleh sebesar 100%. Siklus III hasil persentase total yang diperoleh sebesar 100% b. Pelaksanaan Pembelajaran.

Siklus I secara keseluruhan telah mencapai 50%. Siklus II secara keseluruhan telah mencapai 87,5%. Siklus III secara keseluruhan telah mencapai 100%.


(2)

136

c. Evaluasi Pembelajaran.

Siklus I secara keseluruhan telah mencapai 100%. Siklus II secara keseluruhan telah mencapai 100%. Siklus III secara keseluruhan telah mencapai 100%. d. Aktivitas Siswa

Siklus I secara keseluruhan siswa yang termasuk kriteria baik sebesar 53,57%.

Siklus II secara keseluruhan siswa yang termasuk kriteria baik sebesar 67,86%.

Siklus III secara keseluruhan siswa yang termasuk kriteria baik sebesar 82,14%.

e. Kemampuan Berbicara Siswa Data Awal : rata-rata 42,86

ketuntasan 25% Siklus I : rata-rata 52,38

ketuntasan 53,57% Siklus II : rata-rata 61,31

ketuntasan 75% Siklus III : rata-rata 66,67

ketuntasan 82,14%


(3)

Peningkatan nilai rata-rata dari tes awal ke siklus I sebesar 9,52, dari siklus I ke siklus II peningkatan nilai rata-ratanya sebesar 8,93 serta dari siklus II ke siklus III peningkatan nilai rata-ratanya sebesar 5,36.

g. Peningkatan persentase ketuntasan

Dari tes awal ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 28,57%, dan dari siklus I ke siklus II peningkatannya sebesar 21,43% serta dari siklus II ke siklus III peningkatannya sebesar 7,14% .

Berdasarkan data-data yang diuraikan di atas, telah terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa.

B. Saran

Dari hasil pembahasan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Cibala Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut.

1. Bagi guru

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diharapkan agar model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat lebih dikembangkan dan diterapkan pada mata pelajaran yang lain. Kemudian, agar


(4)

138

pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip PAIKEM, guru hendaknya senantiasa mengembangkan model-model pembelajaran yang lebih inovatif dan lebih kreatif, jangan terpaku pada model pembelajaran konvensional.

2. Bagi siswa

Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk bekerja sama dengan siswa yang lain dan dituntut untuk bertanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya seoptimal mungkin. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kemauan dan kesadaran dalam diri masing-masing untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

3. Bagi lembaga

Seiring dengan perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga khususnya di jenjang pendidikan dasar hendaknya lebih membuka diri terhadap berbagai pembaharuan dalam bidang pendidikan, terutama dalam penerapan model-model pembelajaran yang inovatif.

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pada penelitian lain yang berkaitan dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing.


(5)

139 BSNP, 2006. Standar Isi. Jakarta : Depdiknas.

Djuanda, Dadan. (2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di

Sekolah Dasar. Bandung: Putaka Latifah.

Ibrahim, Muslimim,dkk, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. University Press.

Johnson, Elaine B, 2007. Contextual Teaching and Learnng Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Bermakna. Jakarta. MLC

Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.

Lie, Anita. (2005). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Moleong, L.J. (2002). Metodologi Penelitian Kaulitatif. Bandung: Rosda Karya. Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa,Ence, 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung. Remaja Rosda Karya

Nur, Muhammad, 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya

Resmini, Juanda. (2007). Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi. Bandung : UPI Press.

Susilo, Herawati, 2000. Kapita Selekta Pembelajaran Biologi. Jakarta. Universitas Terbuka

Tarigan, H.G. (1981). Berbicara. Bandung : Angkasa.

Tarigan, H.G. (1996). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Universitas Pendidikan Indonesi. (2012). Pedoman Penelitian Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : UPI Press.


(6)

140

Yamin, Martinis, 2007. Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta. Gaung Persada Press

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_kooperatif. [3 Maret 2013] http://kbbi. 2013. [ 10 Maret 2013]

http://www.artikata.com/arti-344827-peristiwa.html. [20 Maret 2013]

http://rumahbelajaredelweiss.blogspot.com/2012/07/memberikan-tanggapan-alasan-dan-saran.html. [24 Maret 2013]

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/28/cara-memberikan-komentar-344164.html. [24 Maret 2013]

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/119/110. [2 April 2013] http://www.buatskripsi.com/2010/11/pengertian-kancing-gemerincing-talking.html.

[2 April 2013]


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Penerapan Pembelajaran Konstruktif dalam Pelajaran PAI Terhadap Kemampuan Analisis Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Teknik Active Debate)

0 6 148

Penerapan Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII-3 MTs Negeri Tangerang II Pamulang

0 4 263

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

1 21 58

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Metro TP 2013/2014)

0 7 51

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII1 MTS Negeri Enok

0 1 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran PKn di Sekolah Dasar

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Banyukembar

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Banyukembar

0 33 154

Penelitian Tindakan Kelas Penggunaan Skype untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Siswa-Siswi STMIK Pontianak

0 0 5