IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI TEKNIK MIKROPROSESOR DI SMK NEGERI 4 BANDUNG.
ABSTRAK
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI TEKNIK MIKROPROSESOR DI SMK NEGERI 4 BANDUNG
Rischa Novitasari E. 0451. 0907356
Sulitnya siswa memahami materi pembelajaran dan rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan praktikum menjadi latar belakang pada penelitian ini. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT pada standar kompetensi teknik mikroprosesor. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experimental design dengan desain penelitian one-group
pretest-posttest design. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dan observasi untuk mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotor serta mengetahui tingkat keterlaksanaan model pembelajaran NHT. Berdasarkan data hasil penelitian, hasil belajar siswa pada ranah kognitif mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata
gain adalah 29,16 dan nilai rata-rata gain ternormalisasi adalah 0,58. Hasil belajar
siswa pada ranah afektif mengalami peningkatan pada setiap pertemuan dengan nilai rata-rata pada pertemuan ke-1 adalah 75,50, pada pertemuan ke-2 adalah 76,83, pada pertemuan ke-3 adalah 77,33, dan pada pertemuan ke-4 adalah 77,83. Seperti halnya hasil belajar siswa pada ranah afektif, hasil belajar siswa pada ranah psikomotor juga mengalami peningkatan pada setiap pertemuan dengan nilai rata-rata pada pertemuan ke-1 adalah 76,50, pada pertemuan ke-2 adalah 77,66, pada pertemuan ke-3 adalah 80,83, dan pada pertemuan ke-4 adalah 81,17. Berdasarkan hasil uji hipotesis data, diketahui harga thitung untuk data hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor lebih besar dari harga ttabel pada taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan = 29 sehingga hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Model pembelajaran NHT hendaknya dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran pada standar kompetensi teknik mikroprosesor dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Model Pembelajaran NHT, Hasil Belajar, Ranah Kognitif, Ranah
(2)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Teknik mikroprosesor merupakan salah satu mata pelajaran kompetensi kejuruan. “Mata pelajaran kejuruan bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya” (Yamin, 2008, hlm. 71). Hal ini mengindikasikan bahwa hendaknya pembelajaran pada standar kompetensi teknik mikroprosesor tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual siswa, melainkan juga sikap dan keterampilan siswa. Dengan demikian, hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual, sikap, dan keterampilan akan tercapai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru teknik mikroprosesor di SMK Negeri 4 Bandung, diperoleh informasi bahwa model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran konvensional. Adapun metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran yaitu metode ceramah. “Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa” (Sanjaya, 2006, hlm. 147). Sanjaya (2006, hlm. 148) mengemukakan bahwa metode ceramah memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan, ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas, dan organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
Akan tetapi, penggunaan metode ceramah dalam proses penyampaian materi memiliki beberapa kelemahan. Sanjaya (2006, hlm. 148) mengemukakan bahwa metode ceramah memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru, ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan apabila guru kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, dan melalui ceramah sangat sulit untuk
(3)
mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
Sebagaimana dikemukakan oleh Pratiwi (2011, hlm. 2) dalam hasil penelitiannya bahwa
Pada penggunaan metode ceramah, siswa lebih banyak mendengar dan menulis. Akibatnya proses belajar mengajar dirasakan siswa cukup membosankan, tidak menarik, dan membuat siswa tidak termotivasi untuk belajar lebih lanjut sehingga berdampak siswa kurang memahami konsep-konsep bahan ajar yang harus dikuasai.
Rugayanti (2011, hlm. 4) dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa “Penggunaan metode ceramah membuat siswa hanya mendapat informasi tentang materi pembelajaran dari guru di kelas sehingga siswa sulit memahami dan memaknai konsep-konsep materi yang dibahas, karena siswa tidak mengalami dan belajar untuk merumuskan konsep tersebut.”
Kelemahan-kelemahan metode ceramah yang telah dikemukakan tersebut juga tampak pada hasil belajar siswa kelas X TAV 2 yang menjadi objek penelitian ini. Berdasarkan data nilai UTS semester 1 standar kompetensi teknik mikroprosesor, diperoleh informasi bahwa 60% siswa kelas X TAV 2 memperoleh nilai di bawah standar KKM yaitu 75. Berdasarkan data angket siswa kelas X TAV 2, diperoleh informasi bahwa sebanyak 30% siswa mengatakan suka pelajaran teknik mikroprosesor, 53% siswa mengatakan biasa, 17% siswa mengatakan tidak menyukai pelajaran teknik mikroprosesor, 50% siswa menganggap teknik mikroprosesor sebagai pelajaran yang sulit, 20% siswa menganggap biasa, dan 30% siswa menganggap mudah. Diketahui pula, sebanyak 23,33% siswa mengatakan suka bertanya kepada guru pada proses pembelajaran, 43,33% siswa mengatakan kadang-kadang, dan 33,33% siswa mengatakan tidak suka bertanya. Selain itu, sebanyak 33,33% siswa menganggap pembelajaran yang dilaksanakan mendorongnya untuk semangat belajar, 26,67% siswa menganggap kadang-kadang, dan 40% siswa menganggap tidak mendorongnya untuk semangat belajar.
(4)
Berdasarkan penelitian awal di kelas X TAV 2 ditemukan beberapa permasalahan terkait pelaksanaan praktikum pada standar kompetensi teknik mikroprosesor. Siswa melakukan kegiatan praktikum secara berkelompok, tetapi kelompok tersebut dibentuk oleh siswa. Pembentukan kelompok oleh siswa membuat penyebaran siswa yang pintar dan kurang pintar tidak merata di setiap kelompok. Adapun ketika siswa yang kurang pintar berada dalam satu kelompok dengan siswa yang pintar, siswa yang kurang pintar seringkali mengandalkan siswa yang pintar. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa yang pintar akan semakin pintar dan kemampuan siswa yang kurang pintar tidak akan bertambah.
Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, perlu adanya upaya perbaikan proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu menerapkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Menurut permasalahan yang terjadi dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk mempelajari materi pelajaran dan bertanggung jawab pada saat melaksanakan kegiatan praktikum.Terdapat berbagai jenis model pembelajaran. Salah satu jenis model pembelajaran yaitu Numbered Heads
Together (NHT) yang merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif
yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok.
“Model pembelajaran NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka” (Lie, 2004, hlm. 59). Ciri khas dari model pembelajaran NHT adalah setiap siswa dalam kelompok mempunyai nomor diri masing-masing. Pada fase menjawab, guru menunjuk seorang siswa untuk mewakili kelompoknya dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Penunjukkan tersebut dilakukan tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Cara ini merupakan upaya yang baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual siswa dalam melakukan kegiatan kelompok karena setiap anggota kelompok berpotensi untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok. Setiap anggota kelompok akan bekerja keras dalam
(5)
mempelajari materi pelajaran dan bekerja sama dalam melakukan kegiatan kelompok. Dengan demikian, tidak hanya prestasi akademik siswa yang meningkat, tetapi juga kemampuan sosial siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran NHT guna meningkatkan hasil belajar siswa yang masih rendah pada standar kompetensi teknik mikroprosesor. Adapun judul penelitian yang peneliti lakukan yaitu “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Standar Kompetensi Teknik Mikroprosesor Di SMK Negeri 4 Bandung”.
B.Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1. Sebagian besar siswa memperoleh nilai ujian teori di bawah standar KKM. 2. Siswa seringkali saling mengandalkan teman sekelompoknya pada saat
melaksanakan kegiatan praktikum.
C.Rumusan Masalah Penelitian
Mengacu pada latar belakang penelitian dan identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : Apakah implementasi model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada standar kompentensi teknik mikroprosesor?
D.Batasan Masalah Penelitian
Agar permasalahan yang ditinjau pada penelitian ini tidak terlalu luas, penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah berikut.
1. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas X TAV 2 Tahun Ajaran 2013/2014 di SMK Negeri 4 Bandung.
(6)
3. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah rangkaian flip-flop, register, dan pencacah.
4. Aspek kemampuan yang diukur untuk ranah kognitif adalah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Untuk ranah afektif dan psikomotor masing-masing adalah sikap dan keterampilan siswa pada proses pembelajaran.
E.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT pada standar kompetensi teknik mikroprosesor.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat memberikan alternatif model pembelajaran dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan mengetahui kelayakan penggunaannya.
2. Bagi guru, hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi teknik mikroprosesor.
3. Bagi siswa, implementasi model pembelajaran NHT dapat mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran.
4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu kependidikan yang diperoleh selama menjalani perkuliahan, serta memperluas pengetahuan mengenai model pembelajaran.
G.Struktur Organisasi Skripsi
Organisasi skripsi ini terbagi ke dalam lima bab sebagai berikut.
BAB I meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, batasan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
(7)
BAB II meliputi kajian pustaka yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, hasil belajar, dan standar kompetensi teknik mikroprosesor,serta penelitian terdahulu yang relevan, asumsi penelitian, dan hipotesis penelitian.
BAB III meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, metode penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta prosedur penelitian.
BAB IV meliputi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V meliputi simpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dan saran untuk penelitian lanjutan.
(8)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Bandung yang beralamat di Jalan Kliningan No. 6 Buah Batu Bandung, Jawa Barat. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Audio Video di SMK Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang sedang menempuh standar kompetensi teknik mikroprosesor. Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. “Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2012, hlm. 85). Pertimbangan pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan pada tujuan penelitian, jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian, dan rekomendasi dari pihak guru standar kompetensi teknik mikroprosesor. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kelas X TAV 2 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.
B.Metode dan Desain Penelitian
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2012, hlm. 2). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-experimental
design. Penelitian ini memberikan perlakuan pada sampel tanpa menggunakan
kelas kontrol.
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group
pretest-posttest design yang merupakan pengembangan dari one-shot case study.
Pengembangannya yaitu dengan cara melakukan satu kali pengukuran sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Alur penelitian ini adalah sampel penelitian diberikan pretest, kemudian diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT, dan selanjutnya diberikan posttest.
(9)
Pada Gambar 3.1 diperlihatkan desain penelitian yang dilakukan. Pada gambar tersebut O1 adalah pretest yang dilakukan sebelum diimplementasikan model pembelajaran NHT, X adalah perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT, dan O2 adalah posttest yang dilakukan setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT.
Gambar 3.1 One-group pretest-posttest design (Sugiyono, 2012, hlm. 74)
C.Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah pada judul penelitian yang perlu dijelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap pokok masalah dan arah penelitian. Adapun penjelasan istilah tersebut yaitu:
1. Implementasi
Implementasi secara harfiah dapat dikatakan sebagai penerapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2008), penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Lie (2004, hlm. 59) menyatakan bahwa “Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama mereka.”.
(10)
3. Hasil belajar
Sudjana (2010, hlm. 3) menyatakan bahwa “Hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.”.
4. Standar kompetensi teknik mikroprosesor
Standar kompetensi teknik mikroprosesor merupakan salah satu mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan pada program keahlian Teknik Audio Video (TAV) SMK Negeri 4 Bandung. Standar kompetensi ini terdiri dari empat kompetensi dasar yaitu menjelaskan sistem bilangan, menjelaskan operasi logika dasar, menjelaskan prinsip register geser, dan menjelaskan prinsip kerja mikroprosesor Z80.
D.Instrumen Penelitian
“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah” (Arikunto, 2010, hlm. 203). Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini sebagai berikut.
1. Tes
Pada penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif untuk tingkatan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Tes berupa soal-soal berbentuk pilihan ganda yang berkaitan dengan materi rangkaian flip-flop, register, dan pencacah. Tes digunakan dalam pelaksanaan pretest dan posttest.
Sebelum instrumen ini digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal. Adapun tahapan yang dilakukan untuk uji coba instrumen yaitu sebagai berikut.
(11)
a. Uji validitas
“Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang
hendak diukur” (Arikunto, 2012, hlm. 73). Instrumen yang valid akan
memberikan gambaran data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Pengujian validitas instrumen ini merupakan pengujian validitas setiap butir soal. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas setiap butir soal adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Berikut rumus korelasi product moment (Arikunto, 2012, hlm. 87).
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Pada rumus tersebut, rXY adalah koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, ∑X adalah jumlah skor butir soal tertentu dari seluruh siswa, ∑Y adalah jumlah skor total dari seluruh siswa, dan N adalah jumlah seluruh siswa.
Klasifikasi validitas butir soal berdasarkan harga koefisien korelasi ditunjukkan oleh Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Klasifikasi validitas butir soal Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
(12)
Setelah harga koefisien korelasi diketahui, selanjutnya dilakukan uji signifikansi untuk mengetahui validitas setiap butir soal. Uji signifikansi dihitung dengan menggunakan uji t sebagai berikut (Sugiyono, 2012, hlm. 230).
√
√ Pada rumus tersebut, thitung adalah hasil perhitungan uji signifikansi, rXY adalah koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dan n adalah jumlah seluruh siswa.
Setelah dilakukan uji signifikansi, bandingkan thitung dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Apabila thitung > ttabel, butir soal dinyatakan valid. Sedangkan apabila thitung < ttabel, butir soal dinyatakan tidak valid.
b. Uji reliabilitas
“Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila
diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda”
(Arifin, 2009, hlm. 258). Pada penelitian ini, rumus yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas instrumen adalah rumus Kuder-Richardson. 20 (K-R. 20) sebagai berikut (Arikunto, 2012, hlm. 359).
.
∑
Pada rumus tersebut, ri adalah reliabilitas tes secara keseluruhan, pi adalah proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan benar, qi adalah proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan salah (q = 1 – p), ∑piqi adalah jumlah hasil perkalian antara pi dan qi, dan k adalah banyaknya butir soal, dan st2 adalah varians total.
Harga varians total (st2) dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut (Sugiyono, 2012, hlm. 361).
(13)
Pada rumus tersebut, n adalah jumlah seluruh siswa. Setelah harga koefisien reliabilitas (ri) diketahui, bandingkan ri dengan rtabel pada taraf signifikansi 5% dan N = 30. Apabila ri > rtabel, instrumen dinyatakan reliabel. Sedangkan apabila ri < rtabel, instrumen dinyatakan tidak reliabel.
Klasifikasi reliabilitas instrumen berdasarkan harga koefisien korelasi ditunjukkan oleh Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Klasifikasi reliabilitas instrumen Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
(Arifin, 2009, hlm. 257)
c. Tingkat kesukaran
“Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran yang seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik” (Arifin, 2009, hlm. 266). Dengan demikian, suatu soal hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Berikut rumus yang digunakan untuk mencari indeks kesukaran setiap butir soal (Arikunto, 2012, hlm. 223).
(14)
Pada rumus tersebut, P adalah indeks kesukaran, B adalah jumlah siswa yang menjawab butir soal dengan benar, dan JS adalah jumlah seluruh siswa.
Klasifikasi tingkat kesukaran butir soal berdasarkan harga indeks kesukaran ditunjukkan oleh Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Klasifikasi tingkat kesukaran butir soal
Indeks Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0,71 – 1,00 0,31 – 0,70 0,00 – 0,30
Mudah Sedang Sukar
(Arikunto, 2012, hlm. 225)
d. Daya pembeda
“Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah)” (Arikunto, 2012, hlm. 226). Berikut langkah-langkah
dalam mencari indeks diskriminasi atau daya pembeda setiap butir soal.
1) Mengurutkan skor total masing-masing siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah.
2) Membagi siswa ke dalam dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.
3) Menghitung jumlah siswa pada kelompok atas maupun kelompok bawah yang menjawab benar pada setiap butir soal.
4) Menghitung indeks diskriminasi dengan menggunakan rumus berikut (Arikunto, 2012, hlm. 228).
(15)
Pada rumus tersebut, D adalah indeks diskriminasi, BA adalah banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab butir soal dengan benar, BB adalah banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab butir soal dengan benar, JA adalah banyaknya siswa kelompok atas, JB adalah banyaknya siswa kelompok bawah, PA adalah proporsi siswa kelompok atas yang menjawab butir soal dengan benar, dan PB adalah proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab butir soal dengan benar.
Klasifikasi daya pembeda butir soal berdasarkan harga indeks diskriminasi ditunjukkan oleh Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Klasifikasi daya pembeda butir soal Indeks Diskriminasi Kriteria Daya Pembeda
0,71 – 1,00 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20
Negatif
Baik Sekali Baik Cukup
Jelek
Tidak Baik, Sebaiknya Dibuang
(Arikunto, 2012, hlm. 232)
Setelah dilakukan uji coba instrumen, instrumen yang valid dan reliabel digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan (pretest) dan setelah siswa diberikan perlakuan (postttest). Adapun langkah-langkah pengolahan data
prestest dan posttest yaitu sebagai berikut.
a. Menghitung skor setiap siswa
Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Skor tersebut kemudian dikonversi ke dalam bentuk nilai
(16)
b. Menghitung nilai rata-rata
Setelah nilai setiap siswa diketahui, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata dari keseluruhan siswa. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung nilai rata-rata dari data pretest maupun posttest (Sugiyono, 2012, hlm. 49).
∑
Pada rumus tersebut, Me adalah mean atau nilai rata-rata, ∑ adalah jumlah nilai x siswa ke i sampai siswa ke n, dan N adalah jumlah seluruh siswa.
c. Menghitung nilai gain setiap siswa
Gain adalah selisih antara skor posttest dengan skor pretest. Gain
menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain.
d. Menghitung nilai gain ternormalisasi
Setelah gain setiap siswa diketahui, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata gain ternormalisasi dengan menggunakan rumus berikut (Hake, 1999, hlm. 1).
(17)
Pada rumus tersebut adalah nilai rata-rata gain ternormalisasi,
adalah nilai rata-rata gain aktual, adalah nilai rata-rata
gain maksimal yang mungkin terjadi, adalah nilai rata-rata postttest, dan adalah nilai rata-rata pretest.
Klasifikasi nilai rata-rata gain ternormalisasi ditunjukkan oleh Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Klasifikasi nilai rata-rata gain ternormalisasi
Nilai Kriteria Nilai Rata-Rata Gain Ternormalisasi
Tinggi
Sedang
Rendah
(Hake, 1999, hlm. 1)
2. Observasi
Pada penelitian ini, instrumen observasi digunakan untuk mengukur tingkat keterlaksanaan model pembelajaran NHT serta hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor. Berbeda halnya dengan tes, lembar observasi tidak diujicobakan, tetapi dikoordinasikan dengan observer yang terlibat dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi tersebut.
a. Observasi keterlaksanaan model pembelajaran NHT
Observasi keterlaksanaan model pembelajaran NHT dilakukan untuk mengamati relevansi antara langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah model pembelajaran NHT yang tertera pada RPP. Relevansi tersebut menunjukkan tingkat keterlaksanaan langkah-langkah model pembelajaran NHT. Hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran NHT dinyatakan dalam bentuk persentase tingkat keterlaksanaan setiap langkah model pembelajaran NHT.
Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung persentase tingkat keterlaksanaan setiap langkah model pembelajaran NHT.
(18)
b. Pengukuran hasil belajar ranah afektif
Pengukuran hasil belajar ranah afektif dilakukan terhadap perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Aspek ranah afektif yang diukur adalah penerimaan (A1), partisipasi (A2), serta penilaian dan penentuan sikap (A3). Instrumen observasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif ditunjukkan oleh Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Instrumen pengukuran hasil belajar ranah afektif No.
Aspek yang Diukur Skor
1 2 3 4 5
1. Perhatian dalam pembelajaran (Receiving, A1) 2. Keaktifan dalam kelompok (Responding, A2) 3. Kejujuran dalam mengumpulkan data (Valuing, A3) 4. Menanggapi Presentasi (Valuing, A3)
Jumlah Skor
(Arifin, 2009, hlm. 234)
Jika siswa A memperoleh skor 4 (4 x 1) berarti siswa tersebut gagal atau kurang baik dan jika memperoleh skor 20 (4 x 5) berarti siswa tersebut berhasil atau sangat baik. Dengan demikian, mediannya adalah (20 + 4) / 2 = 12. Jika dibagi menjadi empat kriteria maka akan diperoleh klasifikasi hasil belajar ranah afektif seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.7 Klasifikasi hasil belajar ranah afektif dalam bentuk skor Skor Kriteria Hasil Belajar Ranah Afektif
17 – 20 13 – 16 9 – 12
Sangat Baik Baik Cukup Baik
(19)
4 – 8 Kurang Baik
(Arifin, 2009, hlm. 234)
Apabila skor yang diperoleh dikonversi ke dalam bentuk nilai dengan skala 1-100 maka akan diperoleh klasifikasi hasil belajar ranah afektif seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Klasifikasi hasil belajar ranah afektif dalam bentuk nilai Nilai Kriteria Hasil Belajar Ranah Afektif
81 – 100 61 – 80 41 – 60 20 – 40
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung nilai setiap siswa berdasarkan hasil pengukuran ranah afektif.
Pada rumus tersebut, N adalah nilai yang diperoleh siswa, jumlah skor yang diperoleh dari keseluruhan aspek adalah skor total yang diperoleh siswa dari keseluruhan aspek, dan jumlah skor maksimal dari keseluruhan aspek adalah skor tertinggi dari setiap aspek yang dikalikan dengan jumlah aspek.
Berikut rumus yang digunakan untuk untuk menghitung nilai rata-rata setiap aspek ranah afektif.
̅
(20)
skor maksimal aspek adalah skor tertinggi dari aspek tertentu yang dikalikan dengan jumlah siswa.
c. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor
Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor dilakukan terhadap keterampilan siswa dalam melakukan kegiatan praktikum. Aspek ranah psikomotor yang diukur adalah kesiapan (P2) dan gerakan terbimbing (P3). Instrumen observasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotor ditunjukkan oleh Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Instrumen pengukuran hasil belajar ranah psikomotor No.
Aspek yang Diukur Skor
1 2 3 4 5
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum (Set, P2) 2. Merangkai bahan praktikum pada protoboard
(Guided respons, P3)
3. Melakukan pengamatan terhadap hasil praktikum (Guided respons, P3)
4. Mengumpulkan data hasil praktikum (Guided
respons, P3)
Jumlah Skor
(Arifin, 2009, hlm. 234)
Jika siswa A memperoleh skor 4 (4 x 1) berarti siswa tersebut gagal atau kurang baik, dan jika memperoleh skor 20 (4 x 5) berarti siswa tersebut berhasil atau sangat baik. Dengan demikian, mediannya adalah (20 + 4) / 2 = 12. Jika dibagi menjadi empat kategori maka akan diperoleh klasifikasi hasil belajar ranah psikomotor seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.10.
(21)
Skor Kriteria Hasil Belajar Ranah Psikomotor
17 – 20 13 – 16 9 – 12
4 – 8
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
(Arifin, 2009, hlm. 234)
Apabila skor yang diperoleh dikonversi ke dalam bentuk nilai dengan skala 1-100 maka akan diperoleh klasifikasi hasil belajar ranah psikomotor seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Klasifikasi hasil belajar ranah psikomotor dalam bentuk nilai Nilai Kriteria Hasil Belajar Ranah Afektif
81 – 100 61 – 80 41 – 60 20 – 40
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung nilai setiap siswa berdasarkan hasil pengukuran ranah psikomotor.
Pada rumus tersebut, N adalah nilai yang diperoleh siswa, jumlah skor yang diperoleh dari keseluruhan aspek adalah skor total yang diperoleh siswa dari keseluruhan aspek, dan jumlah skor maksimal dari keseluruhan aspek adalah skor tertinggi dari setiap aspek yang dikalikan dengan jumlah aspek. Sedangkan untuk menghitung nilai rata-rata setiap aspek ranah psikomotor digunakan rumus berikut.
(22)
̅
Pada rumus tersebut, ̅ Aspek adalah nilai rata-rata aspek tertentu, jumlah skor aspek adalah jumlah skor keseluruhan siswa pada aspek tertentu, dan jumlah skor maksimal aspek adalah skor tertinggi dari aspek tertentu yang dikalikan dengan jumlah siswa.
3. Angket
Pada penelitian ini, instrumen angket digunakan untuk mendapatkan informasi terkait anggapan siswa terhadap mata pelajaran teknik mikroprosesor dan proses pembelajaran teknik mikroprosesor yang telah berlangsung sebelum diadakannya penelitian. Instrumen angket ditunjukkan oleh Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Instrumen angket
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran teknik mikroprosesor?
a. Ya
b. Biasa saja c. Tidak
2.
Bagaimana tanggapan kamu mengenai tingkat kesulitan materi pada mata pelajaran teknik mikroprosesor?
a. Mudah b. Sedang c. Sulit
3.
Apakah kamu suka bertanya seputar materi pembelajaran kepada guru ketika pembelajaran berlangsung?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
4.
Apakah pembelajaran yang dilaksanakan mendorong kamu untuk semangat belajar?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
5. Bagaimana nilai rata-rata kamu pada mata pelajaran teknik mikroprosesor?
a. Di atas KKM ( 75) b. Tepat KKM (75)
(23)
c. Di bawah KKM ( 75)
Hasil angket dinyatakan dalam bentuk persentase jawaban siswa pada setiap kategori. Kategori yang dimaksud adalah alternatif jawaban dari setiap pertanyaan. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban siswa pada setiap kategori.
4. Wawancara
Pada penelitian ini, instrumen wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi terkait pembelajaran yang telah berlangsung sebelum diadakannya penelitian. Pihak yang diwawancara adalah salah satu guru standar kompetensi teknik mikroprosesor di SMK Negeri 4 Bandung. Instrumen wawancara ditunjukkan oleh Tabel 3.13.
Tabel 3.13 Instrumen wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa model pembelajaran yang sering Bapak/Ibu gunakan?
2. Apa metode pembelajaran yang sering Bapak/Ibu gunakan?
3. Apakah siswa cukup aktif dalam mengikuti proses pembelajaran? 4. Bagaimana hasil belajar siswa
pada ranah kognitif?
5.
Apa kendala yang sering Bapak/Ibu alami ketika proses pembelajaran berlangsung? 6. Apakah Bapak/Ibu pernah
(24)
kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT)?
7.
Apa kendala yang Bapak/Ibu alami ketika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together
(NHT)?
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1. Tes
Pada penelitian ini, tes digunakan sebagai teknik pengumpulan data hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Instrumen tes berupa soal-soal berbentuk pilihan ganda yang berkaitan dengan materi rangkaian flip-flop, register, dan pencacah. Tes diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yang berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Tes yang dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan (pretest) ditujukan untuk mengukur kemampuan awal siswa. Tes yang dilakukan setelah siswa diberikan perlakuan (posttest) ditujukan untuk mengukur kemampuan siswa sebagai efek penggunaan model pembelajaran NHT. Pretest dan posttest menggunakan instrumen yang sama.
2. Observasi
Pada penelitian ini, observasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data tingkat keterlaksanaan model pembelajaran NHT. Selain itu, observasi juga digunakan sebagai teknik pengumpulan data hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor. Hal ini disebabkan kedua ranah tersebut berkaitan dengan perilaku siswa pada proses pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh
(25)
(Sugiyono, 2012, hlm. 145) bahwa “Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.”. Adapun tipe observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati.
3. Wawancara
Pada penelitian ini, wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data ketika peneliti melakukan studi pendahuluan. Adapun tipe wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara tidak terstruktur karena peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap. Pedoman wawancara yang digunakan peneliti hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pada penelitian ini, pihak yang diwawancara adalah salah satu guru teknik mikroprosesor di SMK Negeri 4 Bandung. Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi awal mengenai permasalahan yang berkaitan dengan objek penelitian sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
4. Angket
Seperti halnya wawancara, angket digunakan sebagai teknik pengumpulan data ketika peneliti melakukan studi pendahuluan. Angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa secara langsung. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan anggapan siswa terhadap mata pelajaran teknik mikroprosesor dan proses pembelajaran teknik mikroprosesor yang telah berlangsung. Adapun jenis pertanyaan yang digunakan dalam angket yaitu pertanyaan tertutup. Angket dengan pertanyaan tertutup adalah angket yang memiliki beberapa alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan.
(26)
F. Teknik Analisis Data
1. Uji normalitas data
Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya data yang diperoleh dari hasil penelitian. Pengujian normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat (χ2). “Pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat (χ2) dilakukan dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang telah terkumpul dengan kurva normal baku/standard” (Sugiyono, 2012, hlm. 79).
(a) (b)
Gambar 3.2 (a) Kurva normal baku ; (b) Kurva distribusi data yang akan diuji
normalitasnya (Sugiyono, 2012, hlm. 80)
Berikut langkah-langkah pengujian normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat (Sugiyono, 2012, hlm. 80-82).
a. Menentukan jumlah kelas interval
Untuk pengujian normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat, jumlah kelas interval ditetapkan sesuai dengan jumlah bidang yang ada pada kurva normal baku yaitu sejumlah 6 kelas interval.
b. Menentukan panjang kelas interval
Panjang kelas interval dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
(27)
c. Menyusun data ke dalam tabel distribusi frekuensi sekaligus tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat Hitung.
Tabel penolong untuk pengujian normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat ditunjukkan oleh Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Tabel penolong untuk pengujian normalitas data dengan
menggunakan Chi Kuadrat
Pada tabel tersebut, f0 adalah frekuensi/jumlah data hasil observasi, fh adalah jumlah/frekuensi yang diharapkan (persentase luas tiap bidang pada kurva normal baku dikalikan dengan n), dan f0-fh adalah selisih antara data f0 dengan fh.
d. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh)
Cara menghitung fh didasarkan pada persentase luas tiap bidang pada kurva normal baku dikalikan dengan jumlah individu yang terdapat pada sampel.
e. Memasukkan harga-harga fh ke dalam kolom fh yang terdapat pada tabel
penolong serta menghitung harga-harga dan . Harga merupakan harga Chi Kuadrat Hitung.
f. Membandingkan harga Chi Kuadrat Hitung dengan Chi Kuadrat Tabel.
Interval fo fh fo– fh (fo– fh)2
(28)
Apabila harga Chi Kuadrat Hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat Tabel, distribusi data dinyatakan normal. Sedangkan apabila harga Chi Kuadrat Hitung lebih besar dari harga Chi Kuadrat Tabel, distribusi data dinyatakan tidak normal.
2. Uji hipotesis data
Jenis hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis deskriptif. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji pihak kiri. Dalam uji pihak kiri berlaku ketentuan, apabila harga thitung jatuh pada daerah penerimaan H0 lebih besar atau sama dengan ( ) dari ttabel, H0 diterima dan Ha ditolak.
Berikut rumus untuk menguji hipotesis deksriptif dengan menggunakan uji pihak kiri (Sugiyono, 2012, hlm. 96).
̅ √
Pada rumus tersebut, t adalah nilai t yang dihitung, ̅ adalah rata-rata , adalah nilai yang dihipotesiskan, s adalah simpangan baku, dan n adalah jumlah anggota sampel.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai simpangan baku sebagai berikut (Sugiyono, 2012, hlm. 57).
√∑ ̅
Pada rumus tersebut, s adalah simpangan baku sampel, adalah nilai x siswa ke i sampai siswa ke n, ̅ adalah rata-rata , dan n adalah jumlah anggota sampel.
(29)
Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut kegiatan yang dilaksanakan pada setiap tahap penelitian.
1. Tahap persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian sebagai berikut. a. Melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang akan
diteliti. Studi pendahuluan dilakukan dengan mengamati secara langsung pelaksanaan pembelajaran teknik mikroprosesor, menyebarkan angket kepada siswa, dan melakukan wawancara terhadap salah satu guru mata pelajaran teknik mikroprosesor.
b. Melakukan studi literatur untuk memperoleh teori-teori yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.
c. Menentukan metode dan desain penelitian yang akan digunakan.
d. Menentukan sampel penelitian yang akan digunakan berdasarkan pada tujuan penelitian, jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian, dan rekomendasi dari pihak guru mata pelajaran teknik mikroprosesor.
e. Mempelajari silabus standar kompetensi teknik mikroprosesor untuk menentukan kompetensi dasar yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk keseluruhan pertemuan yang akan dilaksanakan.
g. Menyusun instrumen pengukuran hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor serta instrumen observasi keterlaksanaan model pembelajaran NHT.
h. Melakukan uji coba terhadap instrumen pengukuran hasil belajar ranah kognitif. Di lain pihak, instrumen observasi hasil belajar ranah afektif, hasil belajar ranah psikomotor, dan keterlaksanaan model pembelajaran NHT tidak diujicobakan, melainkan dikoordinasikan dengan observer yang akan terlibat dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format
(30)
i. Menganalisis setiap butir soal dari instrumen pengukuran hasil belajar ranah kognitif , kemudian menentukan butir soal yang layak untuk digunakan dalam pengukuran hasil belajar ranah kognitif.
2. Tahap pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut.
a. Memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada ranah kognitif sebelum diimplementasikan model pembelajaran NHT.
b. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Selama pelaksanaan pembelajaran, dilakukan observasi terhadap keterlaksanaan model pembelajaran NHT. Selain itu, dilakukan pula observasi terhadap sikap dan keterampilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Memberikan posttest untuk mengetahui kemampuan siswa pada ranah kognitif setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT.
3. Tahap akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir penelitian sebagai berikut. 1. Mengolah dan menganalisis data hasil observasi keterlaksanaan model
pembelajaran NHT untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan setiap langkah model pembelajaran NHT.
2. Mengolah dan menganalisis data hasil pengukuran ranah kognitif, afektif, dan psikomotor untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada ketiga ranah tersebut setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT.
3. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data hasil pengukuran ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, serta memberikan saran untuk penelitian lanjutan.
(31)
Rischa Novitasari, 2015
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
Data Hasil Studi Pendahuluan dan Studi Literatur Mulai
Studi Pendahuluan dan Studi Literatur
Menentukan Sampel Penelitian Menentukan Metode dan Desain Penelitian
Menentukan Materi Pembelajaran
Penyusunan RPP
Revisi
Y
T Penyusunan Instrumen Tes dan Observasi
Uji Coba Instrumen Tes
Valid & Reliabel?
Pretest, Treatment, Observasi, dan Posttest
Data Hasil Pretest, Posttest, dan Observasi
(32)
(33)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Penelitian mengenai implementasi model pembelajaran NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi teknik mikroprosesor telah berhasil dilaksanakan di SMK Negeri 4 Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada ranah kognitif mengalami peningkatan setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada ranah afektif dan psikomotor mengalami peningkatan pada setiap pertemuan setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT.
Hasil uji hipotesis terhadap data hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak, atau dapat dikatakan bahwa implementasi model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
B.Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, terdapat beberapa saran sebagai berikut.
1. Untuk guru, peneliti menyarankan agar menjadikan model pembelajaran NHT sebagai alternatif model pembelajaran pada standar kompetensi teknik mikroprosesor dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Untuk peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan agar mengimplementasikan model pembelajaran NHT pada subjek yang berbeda sehingga manfaat model pembelajaran NHT dapat lebih teruji. Selain itu, dalam menerapkan model pembelajaran NHT hendaknya lebih memperhatikan alokasi waktu untuk setiap langkah pembelajaran agar setiap langkah pembelajaran dalam model pembelajaran NHT dapat dilaksanakan dengan baik.
(34)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2009) Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2012) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aulawiyah, Y.Z. (2010) Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) pada Pembelajaran Fisika di SMP. Skripsi,
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Aunurrahman (2012) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Baker, D.P. (2013) The Effects of Implementing the Cooperative Learning
Structure, Numbered Heads Together, in Chemistry Classes at a Rural, Low Performing High School. [Online]. Tersedia di:
http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-07012013-224034/unrestricted/DanielPBakerThesis.pdf. [Diakses 24 Desember 2013].
Departemen Pendidikan Nasional (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta:Balai Pustaka.
Hake, R.R. (1999) Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia di: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [Diakses 25
Desember 2013].
Haydon, T., Maheady, L., dan Hunter, W. (2010). Effects of Numbered Heads
Together on the Daily Quiz Scores and on-Task Behavior of Students with Disabilities. Journal of Behavioral Education, 19 (3), hlm. 222-238.
Huda, M. (2011) Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur, dan Model
(35)
Ibrahim, M. (2000) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya-University Press.
Isjoni (2010) Cooperative Learning : Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Kawakiby, S.S.N. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA dalam Pembelajaran Fisika. Skripsi, Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Laswati (2005) Modul Mata Pelajaran Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital. Bandung: SMKN 4 Bandung.
Lie, A. (2004) Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Muslimah, Y.U.K.L. dan Amaria. (2013) Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Melatih Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Jurnal Pendidikan Kimia, 2 (3), hlm. 103-111.
Nurhadi, dkk. (2003) Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Pratiwi, R. (2011) Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala
Bernomor (Numbered Heads Together) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Skripsi, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Rugayanti, A. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi dan Prestasi Belajar Siswa SMA pada Materi Elastisitas dan Gerak Harmonik Sederhana. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
(36)
Sudjana, N. (2010) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono (2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono (2012) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Widjanarka, W. (2006) Teknik Digital. Jakarta: Erlangga.
Trianto (2009) Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Universitas Pendidikan Indonesia (2013) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: University Press UPI.
Yamin, M. (2008) Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.
(1)
Rischa Novitasari, 2015
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI TEKNIK
MIKROPROSESOR DI SMK NEGERI 4 BANDUNG
Data Hasil Studi Pendahuluan dan Studi Literatur Mulai
Studi Pendahuluan dan Studi Literatur
Menentukan Sampel Penelitian Menentukan Metode dan Desain Penelitian
Menentukan Materi Pembelajaran
Penyusunan RPP
Revisi
Y
T Penyusunan Instrumen Tes dan Observasi
Uji Coba Instrumen Tes
Valid & Reliabel?
Pretest, Treatment, Observasi, dan Posttest
Data Hasil Pretest, Posttest, dan Observasi
(2)
(3)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Penelitian mengenai implementasi model pembelajaran NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi teknik mikroprosesor telah berhasil dilaksanakan di SMK Negeri 4 Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada ranah kognitif mengalami peningkatan setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada ranah afektif dan psikomotor mengalami peningkatan pada setiap pertemuan setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT.
Hasil uji hipotesis terhadap data hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak, atau dapat dikatakan bahwa implementasi model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
B.Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, terdapat beberapa saran sebagai berikut.
1. Untuk guru, peneliti menyarankan agar menjadikan model pembelajaran NHT sebagai alternatif model pembelajaran pada standar kompetensi teknik mikroprosesor dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Untuk peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan agar mengimplementasikan model pembelajaran NHT pada subjek yang berbeda sehingga manfaat model pembelajaran NHT dapat lebih teruji. Selain itu, dalam menerapkan model pembelajaran NHT hendaknya lebih memperhatikan alokasi waktu untuk setiap langkah pembelajaran agar setiap langkah pembelajaran dalam model pembelajaran NHT dapat dilaksanakan dengan baik.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2009) Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2012) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aulawiyah, Y.Z. (2010) Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Pembelajaran Fisika di SMP. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Aunurrahman (2012) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Baker, D.P. (2013) The Effects of Implementing the Cooperative Learning Structure, Numbered Heads Together, in Chemistry Classes at a Rural, Low
Performing High School. [Online]. Tersedia di:
http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-07012013-224034/unrestricted/DanielPBakerThesis.pdf. [Diakses 24 Desember 2013].
Departemen Pendidikan Nasional (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:Balai Pustaka.
Hake, R.R. (1999) Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia di: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [Diakses 25 Desember 2013].
Haydon, T., Maheady, L., dan Hunter, W. (2010). Effects of Numbered Heads Together on the Daily Quiz Scores and on-Task Behavior of Students with Disabilities. Journal of Behavioral Education, 19 (3), hlm. 222-238.
Huda, M. (2011) Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(5)
Ibrahim, M. (2000) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya-University Press.
Isjoni (2010) Cooperative Learning : Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Kawakiby, S.S.N. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA dalam Pembelajaran Fisika. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Laswati (2005) Modul Mata Pelajaran Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital. Bandung: SMKN 4 Bandung.
Lie, A. (2004) Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Muslimah, Y.U.K.L. dan Amaria. (2013) Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Melatih Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Jurnal Pendidikan Kimia, 2 (3), hlm. 103-111.
Nurhadi, dkk. (2003) Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Pratiwi, R. (2011) Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Rugayanti, A. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi dan Prestasi Belajar Siswa SMA pada Materi Elastisitas dan Gerak Harmonik Sederhana. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Sanjaya, W. (2006) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
(6)
Sudjana, N. (2010) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono (2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono (2012) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Widjanarka, W. (2006) Teknik Digital. Jakarta: Erlangga.
Trianto (2009) Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Universitas Pendidikan Indonesia (2013) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: University Press UPI.
Yamin, M. (2008) Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.