Peningkatan minat dan hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode numbered heads together di SMP Nusantara plus Ciputat

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF METODE NUMBERED HEADS TOGETHER DI

SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS

(S.Pd)

NURAZIZAH NIM: 106015000466

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Heads Together di SMP Nusantara Plus Ciputat” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah, 24 November 2010 dihadapan dewan penguaji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS.

Jakarta, 24 November 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Drs. H.Nurochim, M.M.

NIP. 19590715 198403 1 003 ... ... Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan IPS)

Dr. Iwan Purwanto, M.Pd

NIP. 19730424 200801 1 012 ………… ………. Penguji I

Dr. Iwan Purwanto, M.Pd

NIP. 19730424 200801 1 012 ………… ………. Penguji II

Drs. H. Nurochim, MM.

NIP. 19590715 198403 1 003 ... ...

Mengetahui: Dekan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP. 19571005 198703 1 003


(3)

(4)

Nama : Nurazizah NIM : 106015000466 Jurusan : Pendidikan IPS

Judul Skripsi : “Peningkatan Minat dan Hasil Belajar IPS Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Heads Together di SMP Nusantara Plus Ciputat”

Dosen Pembimbing : Dr. Muhamad Arif, M.Pd Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, November 2010

Yang menyatakan,

Nurazizah

NIM: 106015000464


(5)

ABSTRAK

NURAZIZAH, 2010, ”Peningkatan Minat dan Hasil Belajar IPS Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered

Heads Together di SMP Nusantara Plus Ciputat”, Skripsi, Jurusan

Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Pembimbing : Dr. Muhamad Arif, M.Pd Kata kunci: Minat Belajar, Hasil Belajar, IPS, Metode NHT

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi dan siswa SMP Nusantara Plus, salah satu hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPS adalah mengenai metode pembelajaran yang digunakan tidak efektif. Untuk mengatasinya, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif metode Numbered Heads Together. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif metode NHT dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VIII-1 SMP Nusantara Plus.

Hipotesis tindakannya adalah peneliti menerapkan metode NHT pada pelajaran IPS materi Ekonomi, dengan begitu minat dan hasil belajar IPS Ekonomi siswa akan meningkat. Adapun indikator keberhasilannya adalah 75% nilai IPS Ekonomi siswa kelas VIII-1 mencapai KKM > 65.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes berupa pretes dan postes, serta instrumen nontes berupa lembar observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, dan angket.

Berdasarkan hasil Normal Gain, hasil belajar siswa di siklus II dan III mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajarnya di siklus I. Hal ini membuktikan bahwa penerapan metode NHT berhasil belajar IPS Ekonomi siswa SMP Nusantara Plus Ciputat-Tangerang Selatan. Rata-rata N-gain siklus I adalah 0,4, rata-rata N-gain siklus II adalah 0,5 dan siklus III adalah 0,6 dengan begitu, indikator keberhasilan dalam penelitian telah tercapai karena seluruh siswa kelas VIII-1 nilai IPS Ekonomi telah mencapai KKM yang telah ditentukan yakni 65. Berdasarkan hasil analisis angket, minat belajar siswa setelah belajar IPS Ekonomi dengan metode NHT adalah tinggi. Yakni rata-ratanya mencapai 32,72.

Setelah belajar dengan metode NHT, siswa menjadi lebih aktif dan mudah berfikir kreatif serta meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran IPS materi Ekonomi. Motivasi belajarnya pun meningkat, dan lebih menyenangkan.


(6)

in Learning Social Science by Cooperative Learning Model Implementation of Numbered Heads Together Method at Nusantara Plus Junior High School, Ciputat”. Skripsi, Department of social science Education, the Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

Advisor: Dr. Muhamad Arif, M. Pd

Key word: Students’ interest, students’ achievement, NHT method

Based on the interview result with the economy teacher and the students of SMP Nusantara, one of the barriers faced by the students in learning social science was the usage of ineffective teaching method. the researcher used NHT method to overcome this problem. The objective of this research was to know the implementation of Cooperative Learning Model Numbered Heads Together

Method in improving students’ interest and their achievement at VIII -1 class of

SMP NUSANTARA.

The action hypothesis was the researcher implements NHT method on economy material of social science. Consequently, the students’ interest and their

achievement in economy of social science subject will increase. The criterion of

success of this study was 75% of students’ score of economy subject at VIII 1 class achieve the KKM > sixty five (65).

The method used in this research was classroom action research (PTK). The Instrument used were pretest and posttest, observation sheet, field note, interview sheet, and questionnaire.

Based on the result of Normal Gain, the students’ achievement in the second cycle and the third cycle have an improvement from the first cycle. It was indicates that the Implementation of Cooperative Learning Model Numbered

Heads Together Method could improve students’ interest and achievement in

learning social science. was 0,4; The N-gain average in the second cycle was 0,5 and The N-gain average in the second cycle was 0,6. In conclusion the criterion of success of this research has been achieved. Based on the result of questionnaire, the students’ interest after teaching and learning economy of social science was high. The percentage average was 32,72.

After learning by NHT method, the students became more active, easy to creative thinking, and improve the students’ interest on economy of social science subject. In addition, the students’ motivation was improve and the teaching learning condition was more interesting.


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis maka selesailah skripsi ini yang berjudul “ Peningkatan Minat dan Hasil Belajar IPS Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Heads Together di SMP Nusantara Plus Ciputat”, dapat terselesaikan. Tak lupa pula sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi manusia, dan semoga kita menjadi pengikutnya hingga akhir nanti,amin.

Selesainya skripsi ini tak luput dari do’a, kesungguhan hati, kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak, baik saran, bimbingan maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan ini semua, dan lebih khusus ucapan terima kasih saya ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Beliau senantiasa memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan IPS.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M. Pd, Sekertaris Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Dr. Muhamad Arif, M. Pd, Dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas segala bimbingan, saran, pengarahan, ilmu, waktu serta motivasinya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(8)

6. Bapak Cecep Setiawan, MA, Kepala SMP Nusantara Plus Ciputat, bapak Siswandi SE, selaku guru bidang studi Ekonomi. Serta seluruh guru dan staf SMP Nusantara Plus Ciputat yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan, kritik dan saran selama penelitian berlangsung.

7. Kedua Orang Tua penulis ayahanda Hamim dan ibunda Otih, serta kakak-kakaku Jama Faturahman, Hotib Hidayat, Hamdan, Siti Hanah, Hasunah dan Hoeriah, terima kasih atas kasih sayang, yang tak henti-hentinya mendoakan, membimbing dan memotivasi serta memberikan dorongan moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kekasihku tersayang yang selalu membantu serta menemaniku dalam suka duka, dan tak lupa pula rental BJ yang memberikan bantuannya kepada penulis.

9. Sahabat penulis “Genk Lebay” yakni, Muthmainnah S.Pd, Diana Widyarani, Fitri Nisa, Ermaleli Putri S.Pd, Syurianti, dan Fatma Raudhah, yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan menghibur penulis ketika sedang gundah gulana dan semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu.

10.Teman-teman seperjuangan, Rosmiati S.Pd, Erwita Fitri S.Pd, Halimatus Sa’diah, Eki Pramuning Dita S.Pd, Rizki Darmawanti S.Pd, yang memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis.

11.Teman-teman Pendidikan IPS (Ekonomi) angkatan 2006, yang telah memberikan inspirasi kepada penulis.

12.Teman-teman kosan, Nia Mariana Syahrani, Faidah Umami, S.Th.I, yang selalu memberikan inspirasi, motivasi serta dukungannya kepada penulis. Tak lupa pula sahabatku Qoriatun dan Dina Susanti yang memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis.

13.Seluruh keluarga besar HIQMA UIN Jakarta, PST Tarbiyah dan HMI Cabang Ciputat, yang telah memberikan pengalaman, do’a, serta dukungan kepada penulis.


(9)

  iii

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT (Amin).

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Alhamdulillahirobbil’ Alamin

Wassalamu’ alaikum warohmatullohi wabarokaatuh

Jakarta, 6 November 2010


(10)

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II: KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 10

1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) 10 2. Hakikat Metode Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) ... 15

3. Hakikat Minat Belajar ... 18

4. Hakikat Hasil Belajar ... 24

5. Hakikat Pendidikan IPS ... 28

B. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ... 33

C. Hipotesis Tindakan ... 34


(11)

  v

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian ... 36

C. Subjek/ Partisipasi yang Terlibat dalam Penelitian ... 37

D. Peran dan Posisi Penelitian dalam Penelitian... 37

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 38

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 39

G. Data dan Sumber Data ... 40

H. Instrumen-Instrumen Penggunaan Data yang Digunakan... 40

I. Teknik Pengumpulan Data ... 44

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 44

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 45

BAB IV: DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 50

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan ... 55

C. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 60

D. Analisis Data ... 61

E. Interpretasi Hasil Analisis ... 74

F. Pembahasan Hasil Penemuan Penelitian ... 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

Gambar 3.1 Disain Interval Tindakan/ Rancangan Siklus Penelitian ... 37

DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 N-gain Siklus I ... 62

Grafik 4.2 N-gainSiklus II ... 64

Grafik 4.3 N-gain Siklus III ... 65

Grafik 4.4 Rata-rata N-gain Siklus I, Siklus II dan Siklus III ... 66

Grafik 4.5 Minat Belajar Siswa Setelah Belajar IPS Ekonomi dengan Metode NHT ... 73


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 35

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siklus I ... 41

Tabel. 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siklus II ... 41

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siklus III ... 41

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket ... 43

Tabel 3.6 Kategori penilaian ... 46

Tabel 3.7 Klasifikasi kegiatan guru ... 48

Tabel. 4.1 Jumlah Siswa Keseluruhan SMP Nusantara Plus ... 50

Tabel. 4.2 Jumlah Siswa Siswi Perkelas SMP Nusantara Plus ... 50

Tabel. 4.3   Jenjang Pendidikan dan Status Guru SMP Nusantara Plus ... 51

Tabel. 4.4 Data Mata Pelajaran dan Jumlah Guru SMP Nusantara Plus ... 51

Tabel. 4.5 Hasil Belajar Siklus I ... 61

Tabel 4.6 Hasil Belajar Siklus II ... 63

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siklus III ... 64

Tabel 4.8 Ketertarikan terhadap proses pembelajaran IPS Ekonomi dengan metode NHT ... 67

Tabel 4.9 Senang terhadap proses pembelajaran IPS Ekonomi dengan menggunakan metode NHT ... 67

Tabel 4.10 Lebih mudah memahami pelajaran IPS Ekonomi ... 68

Tabel 4.11 Memperhatikan dalam proses pembelajaran IPS Ekonomi dengan menggunakan metode NHT ... 68

Tabel 4.12 Aktif belajar dengan metode Numbered Heads Together ... 69

Tabel 4.13 Nyaman terhadap proses pembelajaran IPS Ekonomi dengan metode NHT ... 69

Tabel 4.14 Metode pembelajaran NHT efektif jika diterapkan dalam pembelajaran IPS Ekonomi ... 70

Tabel 4.15 Metode NHT dapat meningkatkan minat belajar siswa ... 70

Tabel 4.16 Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran IPS Ekonomi ... 71


(14)

Metode NHT ... 72

Tabel 4.19 Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Minat Belajar Siswa Terhadap Metode NHT ... 73

Tabel 4.20 Kegiatan Guru dan Siswa pada Siklus I ... 75

Tabel 4.21 Data Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I ... 76

Tabel 4.22 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I ... 76

Tabel 4.23 Data Observasi Kegiatan Guru pada Siklus I ... 77

Tabel 4.24 Kegiatan Guru dan Siswa pada Siklus II ... 81

Tabel 4.25 Data Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II ... 82

Tabel 4.26 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II ... 82

Tabel 4.27 Data Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II ... 82

Tabel 4.28 Kegiatan Guru dan Siswa pada Siklus III ... 86

Tabel 4.29 Data Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus III ... 87

Tabel 4.30 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III ... 87

Tabel 4.31 Data Observasi Kegiatan Guru pada Siklus III ... 88


(15)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 RPP Siklus I LAMPIRAN 2 RPP Siklus II LAMPIRAN 3 RPP Siklus III LAMPIRAN 4 Hand out siklus I LAMPIRAN 5 Hand out siklus II LAMPIRAN 6 Hand out siklus III LAMPIRAN 7 Soal Siklus I LAMPIRAN 8 Soal Siklus II LAMPIRAN 9 Soal Siklus III LAMPIRAN 10 Kunci Jawaban

LAMPIRAN 11 Lembar Wawancara Siswa Pada Saat Observasi LAMPIRAN 12 Lembar Wawancara Guru Pada Saat Observasi LAMPIRAN 13 Lembar Catatan Lapangan

LAMPIRAN 14 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dalam PBM LAMPIRAN 15 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

LAMPIRAN 16 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran IPS Ekonomi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Metode NHT Responden Siswa

LAMPIRAN 17 Angket

LAMPIRAN 18 Pedoman Wawancara Siswa Pada Saat Observasi LAMPIRAN 19 Pedoman Wawancara Guru

LAMPIRAN 20 Dokumentasi Proses Pembelajaran LAMPIRAN 21 Struktur Organisasi SMP Nusantara Plus

LAMPIRAN 22 Biodata Dewan Guru Pengajar dan Karyawan SMP Nusantara Plus

LAMPIRAN 23 Hasil Belajar Siklus I LAMPIRAN 24 Hasil Belajar Siklus II LAMPIRAN 25 Hasil Belajar Siklus III


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 (I) pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Menurut pasal tersebut jelas bahwa peserta didik dalam kegiatan belajar memerlukan bimbingan setiap saat, baik oleh orang tua di rumah maupun oleh lembaga pendidikan yang ada. Menurut Ngalim Purwanto, Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai “usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan”.2 Dalam hal ini orang dewasa melakukan tindakan terhadap anak-anak dengan tujuan untuk menolong anak yang masih memerlukan pertolongan dalam membentuk dirinya sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran.

      

1

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2003), hal.2 

2

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007), hal.11 


(17)

  2

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 mengenai Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 20 point (a) tentang Kewajiban Guru dinyatakan bahwa: “Dalam melaksanakan tugas keprofesional, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.”3

Guru yang baik adalah guru yang peka terhadap perkembangan belajar dan prestasi anak didik di sekolah. Peran guru dalam proses belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.4

Pada sistem pembelajaran masih cenderung bersifat berpusat pada guru, suasana kelas cenderung kaku, para siswa pasif dan lambat dalam meyerap konsep yang disampaikan guru dan guru hanya menerapkan metode pembelajaran ceramah. Pembelajaran yang monoton dan penerapan sistem hapalan kerap membuat siswa menjadi pasif sehingga siswa tidak memiliki rasa ingin tahu, tidak memiliki pertanyaan dan juga tidak tertarik pada hasil pelajaran kondisi yang seperti ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dan ada kemungkinan juga dapat digolongkan menjasi salah satu faktor rendahnya belajar siswa.

Sebagai perencanaan pengajaran, guru hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan lain sebagainya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru guna meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran terbaru yang sedang marak diterapkan oleh kalangan guru-guru kratif. Sebaliknya guru menyadari bahwa metode pembelajaran dapat       

3

Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2006), h.11 

4

 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,


(18)

dikatakan sebagai komponen yang turut berperan dalam keberhasilan belajar mengajar.5

Dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah: “(1) karena faktor internal siswa misalnya fisiologi, psikologi, (2) karena faktor eksternal, hal ini dipengaruhi lingkungan alam dan lingkungan sosial dan faktor pendekatan belajar yaitu strategi dan metode dalam proses pembelajaran”.6 Seseorang yang secara internal memiliki dukungan belajar tinggi, baik kecerdasan, motivasi, bakat, minat serta pemahaman tentunya akan lebih baik lagi jika didukung oleh faktor Studi Kelompok (Study Group). Studi kelompok merupakan usaha perbaikan yang dapat memacu siswa untuk saling berinteraksi antar sesama siswa dan melatih keterampilan intelektual serta menanamkan rasa tanggung jawab siswa.

Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan masalah untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sebagai seorang guru sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosio emosional dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik sosio emosional mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual, mental dan perkembangan kognitif siswa. Perkembangan tersebut sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif dan mampu meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil belajar yang diinginkan.

Minat belajar adalah faktor internal atau indogen pada setiap individu yang dapat menunjang belajar siswa. Alisuf Sabri mengatakan bahwa, “minat yang menunjang belajar ialah minat kepada bahan/ mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya.”7 Karena apabila siswa tidak berminat kepada pelajaran ataupun gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar.

       5

  Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:

PT.Rineka Cipta,2006), h.72 

6

Alisuf Subri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 59 

7


(19)

  4

Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar erat hubungannya dengan minat belajar siswa itu sendiri. Siswa akan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar apabila memiliki minat yang kuat untuk belajar. Hal ini terjadi karena siswa merasa senang dan tertarik terhadap sesuatu yang melingkupi proses belajar mengajar tersebut.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya Psikologi Belajar mengatakan bahwa:

Rendahnya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar. Belajar tidak disertai minat mungkin tidak sesuai dengan bakat, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak yang menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.8

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa minat itu sangat penting untuk dimiliki setiap siswa, sebab minat memiliki peranan dalam proses belajar mengajar yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Dengan proses belajar mengajar, potensi yang ada pada diri siswa berupa aktivitas-aktivitas pada setiap individu siswa dapat diarahkan, dibina dan dimanfaatkan untuk memperoleh ketekunan dalam belajar.

Dengan demikian, minat itu sangat besar peranannya dalam belajar disekolah. “minat akan berperan sebagai Motivating Force yaitu sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada dorongannya.”9

Apabila minat yang dimiliki siswa terhadap guru yang mengajar studi IPS tinggi, maka akan terlihat gejala-gejala yang ditimbulkan melalui sikap prilakunya, sehingga proses belajar yang dilakukannya akan efektif, karena       

8

Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, PsikologiBelajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2004), h. 79 

9


(20)

performance dan cara mengajar guru akan sangat berpengaruh. Sehingga dapat diharapkan mereka akan berhasil menguasai mata pelajaran IPS dengan baik.

Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Demikian pula dari siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk belajar. Dalam proses belajar mengajar pasti terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi minat dan hasil belajar siswa dan dari hasil observasi ketika peneliti sedang PPKT tahun ajaran 2009/2010 dan wawancara awal diketahui bahwa proses pembelajaran IPS kelas VIII-1 SMP Nusantara Plus tahun ajaran 2010/2011 ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu:

(1) siswa banyak yang tidak mengerti materi yang disampaikan guru, mereka kadang asyik ramai sendiri, (2) konsentrasi siswa kurang terfokus pada pembelajaran IPS, (3) siswa cenderung bosan karena guru hanya menggunakan metode ceramah, (4) tidak adanya keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat sehingga siswa cenderung bersikap pasif, dan (5) keberadaan guru pada waktu pembelajaran kurang mendapat perhatian siswa.10

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, hambatan yang ditemui pada saat kegiatan belajar mengajar adalah minat belajar siswa kurang, tidak memperhatikan guru, rendahnya hasil belajar siswa dan gaya belajar siswa berbeda-beda sehingga kesulitan untuk menggunakan metode yang cocok.11

Kelemahan di atas merupakan masalah dan perlu adanya strategi pembelajaran di kelas agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Dalam memilih metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, dan materi pembelajaran (kelompok atau individu). Pada dasarnya tidak ada metode pembelajaran yang ampuh, sebab setiap metode pembelajaran yang digunakan pasti punya kelebihan ataupun kelemahan. Oleh karena itu dalam       

10

 Hasil wawancara awal dengan siswa kelas VIII-1 di SMP Nusantara Plus Ciputat,

Selasa 27 Juli 2010 

11

 Hasil wawancara dengan guru IPS Ekonomi terkait masalah pengajaran dikelas di SMP


(21)

  6

pembelajaran biasa digunakan berbagai metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota berkerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Pendekatan pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Pendekatan pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan bagi siswa untuk bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik teman sebaya, yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu. Jadi tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.

Menurut Trianto, model pembelajaran kooperatif ada 5 yaitu: (1)

Student Teams Achievement (STAD), (2) Teams Games Tournaments (TGT),

(3) Jigsaw, (4) Think-Pair Share (TPS), (5) Numbered Heads-Together

(NHT).12 Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan cara mengelompokkan semua ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Kesulitan pemahaman materi yang dialami dapat dipecahkan bersama dengan anggota kelompok dengan bimbingan guru. Untuk itu pembelajaran NHT menitikberatkan pada keaktifan siswa dan memerlukan interaksi sosial yang baik antara semua kelompok. Pembelajaran NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu, pembelajaran NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama siswa.

Metode dan teknik yang dipilih oleh guru ini dimaksudkan agar dapat memberikan kemudahan fasilitas dan atau bantuan lain kepada siswa dalam mencapai tujuan-tujuan instruksional. Menurut Spencer Kagan dkk., terdapat       

12

Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009),


(22)

beberapa pendekatan mengenai pembelajaran kooperatif, meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual.

Pembelajaran ini dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan yaitu: hasil belajar akademik, penerimaan tentang keragaman dan pengembangan keterampilan. Pembelajaran NHT mengutamakan kerja kelompok dari pada individual, sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk menyalurkan informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Minat dan Hasil Belajar IPS Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Heads Together (NHT) di SMP Nusantara Plus Ciputat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang digunakan di dominasi oleh metode ceramah kurang divariasikan dengan metode yang lain.

2. Rendahnya minat dan hasil belajar dalam pelajaran IPS.

3. Siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru dalam pelajaran IPS.

4. Siswa kurang memiliki perhatian dalam belajar IPS. 5. Siswa tidak terlibat secara aktif saat belajar IPS.


(23)

  8

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan agar penelitian ini lebih fokus, maka peneliti akan membatasi pada masalah rendahnya minat dan hasil belajar dalam pelajaran IPS. Untuk itu peneliti akan mengedepankan:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif metode kepala bernomor terhadap minat belajar IPS Ekonomi di SMP Nusantara Plus Ciputat.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif metode kepala bernomor terhadap hasil belajar IPS Ekonomi di SMP Nusantara Plus Ciputat

D. Perumusan Masalah

Rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode kepala bernomor terhadap minat belajar IPS Ekonomi di SMP Nusantara Plus Ciputat?

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode kepala bernomor terhadap hasil belajar IPS Ekonomi di SMP Nusantara Plus Ciputat?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan metode kepala bernomor

(numbered heads together) untuk meningkatkan minat belajar IPS

Ekonomi siswa di SMP Nusantara Plus Ciputat.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan metode kepala bernomor

(numbered heads together) untuk meningkatkan hasil belajar IPS


(24)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan, pengetahuan tentang metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

b. Memberikan informasi tentang penerapan pembelajaran kooperatif khususnya dengan metode kepala bernomor untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa.

c. Dapat menjadi dasar bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam tentang permasalahan yang terkait.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi dalam belajar dan dapat mengembangkan nilai dan sikap ilmiah sebagai peningkatan hasil belajar.

b. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran agar dapat tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan bermakna. c. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah

dalam rangka perbaikan mutu pendidikan sehingga diharapkan hasil belajar IPS siswa lebih baik.

d. Bagi peneliti, memperluas wawasan dan pengalaman peneliti tentang penerapan metode alternatif dalam pembelajaran IPS

e. Bagi pembaca, dapat dijadikan bahan informasi untuk membuka wawasan tentang penggunaan metode NHT.


(25)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Hakikat pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) a. Definisi Pembelajaran kooperatif

Secara etimologi, dalam bahasa Inggris, kooperatif (to

cooperate) berarti bekerja bersama-sama. Pembelajaran kooperatif

adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Posamentier secara sederhana menyebutkan

cooperative learning atau belajar secara kooperatif adalah

“penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas”.1

Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. “Cooperative learning juga dapat       

1

Nurwan, Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Materi Limit Fungsi Al Jabar (Laporan Penelitian Dosen Muda Jurusan Matematika Fak. Matematika dan IPA UN Gorontalo, 2008),h.6 


(26)

diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok”.2

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.3

Menurut Slavin yang dikutip dari Isjoni, cooperative learning

adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratil yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Slavin menyebutkan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagai informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka.4

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada

       2

Etin Solihatin, dan Raharjo, Cooperative Learning ; Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara,2008),cet.3.hal.4 

3

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2009), h.189 

4

Isjoni, Cooperative Learning; Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.12 


(27)

  12

siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.5

Maka pembelajaran kooperatif diartikan sebagai belajar yang satu dengan yang lainnya dalam memahami dan mengerjakan tugas-tugas belajar. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.6

Jadi pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi pembelajaran dimana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil. Di dalam kelompok-kelompok-kelompok-kelompok tersebut siswa saling bekerja sama, saling membantu, berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta bekerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok, baik dalam tutorial sebaya, latihan maupun koreksi teman sebaya. Selain kelompok belajar kooperatif, ada beberapa kelompok belajar tradisional yang sering diterapkan disekolah, seperti kelompok diskusi, kelompok tugas dan kelompok belajar lainnya.

b. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

1. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka “ sehidup sepenanggungan bersama”

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti mereka sendiri.

3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi dan juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

       5

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/ (12 oktober 2010 jam 12.48) 

6

Anita Lie, Cooperatif Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008), h.28 


(28)

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.7

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative

learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih

baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar secara kelompok bersama temean-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.8

Sedangkan menurut Trianto Tujuan pembelajaran kooperatif adalah, “1). Untuk meningkatkan partisipasi siswa; 2). Memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok; 3). Serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lain yang berbeda latar belakangnya.”9 Dari beberapa tujuan diatas, tujuan pembelajaran dengan metode kepala bernomor dikembangkan untuk mencapai tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan siswa.10

d. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan metode lainnya. Ciri-ciri tersebut yaitu :

       7

Muslimin Ibrahim, dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2001)cet. Ke-2.h.6 

8

Isjoni, Cooperative Learning…..hal.21 

9

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007), h.42 

10


(29)

  14

1). Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar; 2). Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3). Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; 4). Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu. 11

e. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim12 manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa antara lain:

1). Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; 2). Rasa harga diri menjadi lebih tinggi; 3) Memperbaiki sikap terhadap IPS dan sekolah; 4). Memperbaiki kehadiran; 5). Angka putus sekolah menjadi rendah; 6). Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; 7). Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; 8). Konflik antar pribadi menjadi berkurang; 9). Sikap apatis berkurang.

f. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam tahapan (langkah utama) dalam pembelajaran kooperatif, seperti ditunjukkan tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif13

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1: Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Fase 2: Menyajikan informasi

Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

• Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

• Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

• Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk belajar dan membantu setiap       

11

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitistik …..h.47 

12

Muslimin Ibrahim, dkk., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2001), h.18 

13


(30)

Fase 4: Membimbing kelompok belajar dan bekerja

Fase 5: Evaluasi

Fase 6: Memberikan penghargaan

kelompok agar melakukan transasi secara efisien.

• Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

• Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

• Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

 

Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif di dorong dan dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama. Mereka mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.14

2. Hakikat Metode Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) a. Definisi Pembelajaran dengan Metode NHT

Metode pembelajaran adalah “cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok”.15 Syaiful Bahri Djamarah mendefinisikan bahwa metode adalah “ suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan”.16 Dalam kegiatan belajar mengajar metode sangat diperlukan oleh guru, dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

       14

Muslimin Ibrahim, dkk.,Pembelajaran Kooperatif……. h. 5-6 

15

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar ; Micro Teaching, (Ciputat: Ciputat Press, 2010), cet.ke-3.h. 49 

16

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta,2006), cet.ke-3, h.47 


(31)

  16

Metode belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads

Together) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Pembelajaran

kooperatif metode NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen pada tahun 1993.17 “Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, metode ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik”.18 Semua siswa dilibatkan dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.

Dengan metode kepala bernomor yang merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan terwujudnya kondisi belajar di mana siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan dalam bersosialisasi, belajar mandiri dan bekerja sama.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode NHT

Langkah-langkah yang digunakan dalam metode NHT pada pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Penomoran

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen yang terdiri dari 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor.

2) Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dan dalam bentuk kalimat Tanya. Siswa diberi waktu berfikir dan bekerja.

3) Berfikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.

4) Menjawab       

17

Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet.ke-1.h.153. 

18

Anita Lie, Cooperative Learning; Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2008),h.59 


(32)

Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan. 19

Adapun penerapan metode kepala bernomor seperti dikatakan Anita Lie adalah sebagai berikut:

1). Siswa dibagi ke dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor; 2). Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya; 3). Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini; 4). Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja mereka. 20

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran dengan Metode NHT

Kelebihan-kelebihan pembelajaran dengan metode NHT adalah:

1) Memberikan motivasi, yaitu mendorong siswa untuk beraktivitas dalam kegiatan belajarnya. Dengan demikian siswa akan termotivasi dengan hal-hal yang baru dalam proses pembelajaran. 2) Menambah rasa percaya diri, karena dalam pembelajaran NHT ada

metode pemanggilan nomor, dan siswa yang dipanggil nomornya akan menjawab pertanyaan hasil diskusi, sehingga dalam diri siswa timbul rasa percaya diri.

3) Siswa aktif, dengan metode NHT akan menambah keaktifan siswa dalam belajar, karena setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberi dan menukar pendapat.

Adapun kekurangan pembelajaran dengan metode NHT adalah:

1) Efisiensi waktu, belajar dengan menggunakan metode NHT memerlukan waktu yang agak panjang agar siswa memahami materi yang diajarkan.

2) Membuat panik siswa, pembelajaran dengan metode NHT tidak hanya membuat siswa percaya diri, namun dapat membuat siswa grogi atau panik. Hal ini terlihat ketika siswa

       19

Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains...., h.153 

20

Anita Lie, Cooperative Learning; Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang Kelas…….. h.60 


(33)

  18

yang dipanggil nomornya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

3) Membuat repot guru, metode NHT merupakan metode belajar diskusi kelompok yang menggunakan kelompok, sehingga sebelum pembelajaran dimulai guru harus menyediakan nomor.21

3. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Pengertian minar belajar terdiri dari dua suku kata, yakni kata minat dan belajar. Dari segi bahasa minat adalah “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.22Minat merupakan salah satu faktor psikis yang membantu dan mendorong individu dalam memberi stimulus suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Sedangkan minat menurut istilah yang dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi, diantaranya sebagai berikut:

Menurut Alisuf Sabri, mengatakan bahwa:

Minat (interest) adalah kecendrungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang minat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu itu.23

Abdul Rahman Shaleh dan Muhib Abdul Wahab dalam bukunya psikologi suatu pengantar mengatakan bahwa :

Minat juga diartikan sebagai suatu kecendrungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha (untuk: mendekati/mengetahui/memiliki/ menguasai/       

21

Ubaidillah, Pengaruh pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) dengan Teknik Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.”Jurusan Pendidikan IPA Fakultas FITK UIN Jakarta”, 2009, hal.17 

22

DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), cet. Ke-3,h.599.1 

23


(34)

berhubungan) dari subyek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek.24

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya psikologi belajar mengatakan bahwa “ tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar”.25 Sedangkan menurut Winkel dalam bukunya psikologi pengajaran, “ minat diartikan sebagai kecendrungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang dengan materi itu”.26

Dalam minat terdapat 3 unsur penting, yaitu unsur kognisi berupa informasi dan pengetahuan menganai obyek yang dituju, unsur emosi atau afeksi berupa rasa senang terhadap obyek, dan unsur konasi berupa kemauan atau hasrat untuk melakukan sesuatu.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecendrungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda, kegiatan) yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikannya lebih lanjut.

Adapun definisi belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.27 “Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri”.28

       24

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab. Psikologi suatu Pengantar. (Jakarta:Prenada Media.2004).cet.ke1.h.263 

25

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),cet ke-2.h.83 

26

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996).h.188 

27

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta.2010),cet.ke-4.h.2 

28

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2010).cet.ke11.h.21 


(35)

  20

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya Psikologi Belajar mengatakan bahwa:

Rendahnya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar. Belajar tidak disertai minat mungkin tidak sesuai dengan bakat, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak yang menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.29

Menurut James O. Wittaker dalam buku Wasty Soemanto dengan judul bukunya Psikologi Pendidikan, “belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.30 Sedangkan menurut Mulyono Abdurrahman dalam bukunya pendidikan bagi anak berkesulitan belajar mendefinisikan bahwa “ belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.31

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya strategi belajar mengajar mendefinisikan bahwa :

Belajar sebagai proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap: bahkan meliputi segenap aspek organism atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, keduanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.32

       29

Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, PsikologiBelajar…, H. 79 

30

Wasty Soemanto, M.Pd, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,2006),cet.ke-5.h.104 

31

Mulyono Abdurarahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999).hal.28 

32

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT.Rineka Cipta.2006).cet.ke-2.h.11 


(36)

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai belajar dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap. 2. Perubahan tingkat laku tersebut diperoleh melalui latihan dan

pengalaman

3. Perubahan itu dilakukan melalui kegiatan, usaha atau praktek yang disengaja.

Jadi yang dimaksud dengan minat belajar adalah kecendrungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda atau kegiatan) yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap.

b. Macam-macam Minat Belajar

Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain berdasarkan timbulnya minat dan berdasarkan arahnya minat.

1. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan

biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks.

b) Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan kita sendiri. Misalnya minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.


(37)

  22

2. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan

dengan aktifitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar. Misalnya, seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan tau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan.

b) Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang, misalnya seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas.33

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat belajar

Keberhasilan suatu pendidikan ditentukan oleh proses pendidikan, karena pada proses pendidikan diperlukan peran siswa secara aktif. Sementara itu, keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar erat kaitannya dengan kondisi minat belajarnya. Minat belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan diri siswa meliputi kondisi fisik dan psikisnya. Kondisi fisik yang dimaksud adalah kondisi yang berkaitan dengan keadaan jasmani seperti kelengkapan anggota tubuh, kenormalan fungsi organ tubuh serta kesehatan fisik dari berbagai penyakit.

Faktor intern yang lain yang mempengaruhi minat belajar adalah faktor psikis, yaitu kondisi kejiwaan yang berkaitan dengan perasaan atau emosi, motivasi, bakat, inteligensi, dan kemampuan dasar dalam suatu bidang yang akan dipelajari.

“Perasaan merupakan keadaan-keadaan sesaat pada individu yang muncul ketika terpadu secara pribadi dengan situasi yang       

33

Abdul Rahman, Muhibb Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana,2009), hal 265-268 


(38)

ditempatinya”.34 Menurut Wundt sebagaimana dikutip oleh Sarlito W. Sarwono dalam buku Pengantar Psikologi Umum bahwa ada tiga pasang kutub perasaan, yaitu: “ a.) Lust-unlust (senang-tidak senang),

b.) Spanning-Losung (tegang-tidak tegang), c.) Erregung-Berubigung

(semangat-tenang)”.35

Minat belajar yang tinggi dipengaruhi oleh adanya perasaan senang terhadap mata pelajaran tertentu, guru yang mengajar, dan lingkungan di mana proses belajar mengajar tersebut diselenggarakan. Siswa yang memiliki perasaan positif (senang dan menerima) terhadap mata pelajaran yang akan dipelajari dan kepada guru yang mengajar, maka ia akan tergerak untuk belajar. Sebaliknya, siswa yang memiliki perasaan negatif (tidak senang dan menolak) terhadap mata pelajaran dan guru yang mengajar maka ia akan tergerak untuk menghindari belajar.

Minat merupakan pendorong keberhasilan dalam belajar, minat tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi banyak faktor yang mendorong munculnya minat. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa dalam belajar antara lain:

1) Situasi belajar 2) Motivasi. 3) Pengalaman 4) Guru. 5) Pelajaran. 6) Lingkungan.

       34

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. I, H.71 

35

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta : Bulan Bintang, 2000), cet.VII, H. 52 


(39)

  24

4. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Ada pula sebagian yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan menulis. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Education Psycology The

Teaching Leaning Proses, berpendapat bahwa “ belajar adalah suatu

proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”.36

Menurut Suharsimi Arikunto hasil belajar adalah, “Hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang diamati dan diukur”.37 Sedangkan menurut Mulyono Abdurrahman “Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.”38 Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Benjamin S. Bloom (1966) ada tiga ranah hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A.J. Romiszowski (1981) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemprosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance). Romiszowski menyatakan perbuatan merupakan petunjuk dari proses belajar yang terjadi. 39

       36

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Bandung: Rosda Karya, 1999),H.90 

37

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) cet ke-4, h.137 

38

Mulyono Abdurarahman, Pendidikan Bagi Anak …, hal.37 

39


(40)

Hasil belajarnya dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar adalah tingkah laku yang dimiliki individu sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuh.

Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi yang diadakan. Evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa, baik kemampuan penguasaan konsep, sikap maupun keterampilan. Hal ini digunakan sebagai umpan balik yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar siswa.

Menurut Djamarah dan Zain, “hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior”.40

Perubahan perilaku tersebut tampak dalam penguasaan siswa pada pola-pola tanggapan (respons) baru terhadap lingkungannya yang berupa keterampilan (skill), kebiasaan

(habit), sikap atau pendirian (attitude), kemampuan (ability),

pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), emosi

(emotion), apresiasi (appreciation), jasmani dan etika atau budi

pekerti, serta hubungan sosial.41

Menurut Gagne, hasil belajar merupakan perubahan dalam kemampuan tertentu sebagai akibat belajar. Selain itu, Jenkins dan Unwin menyatakan bahwa “hasil akhir dari belajar (learning

outcomes) adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang

mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya”.42

Nana Sudjana menjelaskan bahwa “ pengertian hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Hord Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) keterampilan intelektual, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni “(a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan       

40

Syarif Bahri Dzamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar ……, h.11 

41

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).h.15 

42


(41)

  26

motoris”. 43 Sedangkan menurut E. Mulyasa “pengertian keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran”.44 Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi standar kompetensi dari bahan tersebut.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, adapun faktor-faktor itu digolongkan sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. Faktor internal disebut juga faktor individual yaitu faktor pada organism (siswa). Muhibbin Syah menyebutkan bahwa “yang termasuk faktor internal adalah aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis mencakup kondisi tubuh siswa termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera. Sedangkan aspek psiologis banyak sekali macamnya tetapi yang esensial antara lain kecerdasan (intelegensi), sikap, bakat, minat dan motivasi siswa”.45 2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri si anak, seperti keberhasilan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya. Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, masyarakat dan sekolah. Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu       

43

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung : Remaja Rosda Karya,2009).h.22 

44

E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. (Bandung:Remaja Rosda Karya. 2009).h.121 

45

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet.ke-7.hal. 133-136 


(42)

terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya seperti lingkungan sekolah. Sedangkan lingkungan sosial budaya, sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma sosial, susila dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Seperti dalam lingkungan sekolah maka anak didik berada dalam sistem sosial disekolah.46

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

“Faktor pendekatan merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran”.47

Agar bahan pelajaran dapat dipahami oleh siswa maka dibutuhkan cara-cara mengajar serta cara belajar yang tepat, efisien dan efektif. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa yang kurang baik pula. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode baru yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan motivasi siswa dalam belajar.48

Pemilihan metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang menjadi objek pembelajaran. Untuk memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan.

Hubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya sangat erat kaitannya dan bersifat saling mendukung. Dalam faktor internal terdapat faktor psikologis dan fisiologis siswa yang didukung oleh faktor eksternal dan pendekatan belajar. Oleh karena itu, lingkungan yang merupakan bagian dari faktor eksternal dan metode belajar yang merupakan bagian dari pendekatan belajar       

46

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal.143-145. 

47

Muhibbin Syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru….,h.132 

48


(43)

  28

perlu diperhatikan dengan seksama dalam penerapannya. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar yang akan dicapai dapat diperoleh dengan maksimal.

5. Hakikat Pendidikan IPS

a. Pengertian Pendidikan IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah. Dapatlah dinyatakan bahwa IPS yang dimasukkan dalam dalam study ini adalah “suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata Negara” dengan mendapat sumber materi dari berbagai ilmu sosial”.49

Sosial studies atau ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidiakn dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah. Dengan demikian bahwa IPS ialah ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi penggunaan program pendidikan di sekolah atau bagi kelompok belajar lainnya yang sederajat.

“Materi dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti geografi, sejarah, sosiologi, antropologi sosial, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, dan ilmu-ilmu sosial lainnya, dijadikan bahan baku bagi pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah”.50

Adapun pengertian IPS secara umum menurut beberapa ahli dalam tulisan Nursid Sumaatmadja seperti yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin, adalah:

a) Menurut Norman Mackenzi, IPS adalah semua disiplin ilmu yang merupakan perjanjian manusia dalam konteks sosial

       49

Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran IPS, (Bandung: Alumni, 1998), Hal. 67 

50


(44)

b) Menurut Nu’man Sumantri, IPS adalah yang menekankan pada timbulnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral, ideology Negara dan agama. IPS juga menekankan pada isi dan metode berfikir keilmuan sosial.

c) Menurut Achmad Sanusi, IPS terdiri dari disiplin-disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah.

d) Menurut Calhoum mendefinisikan Ilmu pengetahuan sosial sebagai Study tentang tingkah laku kelompok umat manusia Van Daelen, IPS adalah ilmu sosial yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. Dan tingkah laku manusia di masyarakat itu meliputi berbagai aspek, seperti aspek ekonomi, sikap mental, aspek budaya, dan hubungan sosial.51

Dari beberapa pendapat tentang pengertian IPS di atas dapat dikemukakan bahwa IPS adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah, namun IPS bukan merupakan penjumlahan, himpunan atau penumpukan, bahan-bahan ilmu sosial.

Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.52

Adapun tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madasah Tsanawiyah (MTs) pada kelas VII, VIII, dan IX yang terdapat di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Kelulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang disebut IPS terpadu, meliputi:

a) Mendeskripsikan keanekaragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan.

b) Memahami proses interaksi dan sosialisasi dalam pembentukan kepribadian manusia.

       51

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam KBK, (Tangerang: Quantum Teaching, 2005), hal.19-24 

52


(45)

  30

c) Membuat sketsa dan peta wilayah serta menggunakan peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan informasi keruangan.

d) Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di geosfer dan dampaknya terhadap kehidupan.

e) Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan sejak Pra-Aksara, Hindu Budha, sampai masa Kolonial Eropa.

f) Mengidentifikasikan upaya penanggulangan permasalahan kependudukan dan lingkungan hidup dalam pembangungan berkelanjutan.

g) Memahami proses kebangkitan nasional, usaha persiapan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

h) Mendeskripsikan perubahan sosial-budaya dan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan, serta mengidentifikasi berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya.53

b. Landasan Pendidikan IPS

Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan disiplin ilmu seyoginya memiliki landasan dalam pengembangan, baik sebagai mata pelajaran maupun pendidikan disiplin ilmu. Landasan ini diharapkan akan dapat memberikan pemikiran-pemikiran mendasar tentang pengembangan struktur, metodologi, dan pemanfaatan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu.

Landsan-landasan Pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu meliputi:

1) Landasan Filosofis, memberikan gagasan pemikiran mendasar yang digunakan untuk menentukan apa obyek kajian atau domain apa saja yang menjadi kajian pokok dan dimensi pengembangan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu (aspek ontologis).

2) Landasan Ideologis, dimaksudkan sebagai sistem gagasan mendasar untuk member pertimbangan dan menjawab pertanyaan: a). bagaimana keterkaitan antara das sein PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan das sollen PIPS; dan b) bagaimana keterkaitan antara teori-teori pendidikan dengan hakikat dan praksis etika, moral, politik dan norma-norma perilaku dalam membangun dan mengembangkan PIPS.       

53


(46)

3) Landasan Sosiologis, memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan cita-cita, kebutuhan, kepentingan, kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan masa depan melalui interaksi social yang akan membangun teori-teori atau prinsip-prinsip PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu.

4) Landasan Antropologis, memberikan sistem gagasan mendasar dalam menentukan pola, sistem dan struktur pendidikan disiplin ilmu sehingga relevan dengan pola, sistem dan struktur kebudayaan bahkan dengan pola, sistem dan struktur perilaku manusia yang kompleks.

5) Landasan Kemanusiaan, memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan karakteristik ideal manusia sebagai sasaran proses pendidikan.

6) Landasan Politis, memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan arah dan garis kebijakan dalam politik pendidikan dari PIPS.

7) Landasan Psikologis, memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan cara-cara PIPS membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya, baik dalam tataran personal maupun komunal berdasarkan entitas-entitas psikologisnya.

8) Landasan Religious, memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar tentang nilai-nilai, norma, etika, dan moral yang menjadi jiwa (roh) yang melandasi keseluruhan bangunan PIPS, khususnya pendidikan di Indonesia.54

c. Tujuan Pendidikan IPS

Pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.55 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya. Kemudian dalam berbagai buku social studies, sering dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan mengaitkannya pada usaha mempersiapkan murid atau siswa menjadi warga negara yang baik.       

54

Sapriya, M.Ed, Pendidikan IPS ….., h.15-16. 

55

Etin Solihatin, dan Raharjo, Cooperative Learning ; Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara,2008),cet.3.hal.15 


(47)

  32

Menurut Sapriya, dkk, dalam bukunya pembelajaran dan evaluasi hasil belajar IPS yang dikutip dari Kosasih Djahiri, mengemukakan 5 tujuan pokok pembahasan IPS:

1) Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian / pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner/ komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial.

2) Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekkan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial.

3) Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun individual.

4) Membina siswa kearah turut mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta juga dapat mengambangkan-menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya.

5) Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga Negara. 56

Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan istitusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS. Tujuan kulikuler IPS yang harus dicapai sekurang-kurang meliputi hal-hal berikut :

a) Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat.

b) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

c) Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.

       56

Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h.13 


(48)

d) Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan dan

e) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi. 57

Pengembangan aspek kognitif dapat diupayakan melalui penguasaan materi (Substansi) mata pelajaran IPS yang berasal dari ilmu-ilmu sosial, seperti; sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan tata negara. Oleh karena itu, pemilihan materi IPS yang bersumber pada ilmu-ilmu sosial bukan didasarkan atas pemikiran bahwa materi itu penting dilihat dari disiplin ilmunya, tapi karena penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sedangkan untuk pengembangan aspek nilai dan kepribadian dalam pembelajaran IPS perlu diperhatikan bagaimana keterkaitan antara murid atau siswa dengan masyarakat. Tentang bagaimana keterkaitan antara murid atau siswa (pendidikan) dan masyarakat. Oleh karena itu, baik aspek nilai dan kepribadian, pengetahuan, maupun keterampilan yang dibina dan dikembangkan di sekolah tidak bisa lepas dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa “IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat, makhluk sosial dan budaya, agar nantinya mampu hidup di tengah-tengah masyarakat dengan baik”.58

B. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Ubaidillah, dalam penelitiannya yang judul “ Pengaruh pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) dengan teknik kepala bernomor (Numbered

Heads Together) terhadap hasil belajar Fisika siswa di MTs Nurul Haq tahun

ajaran 2008/2009”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini       

57

Nadlir, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h.12 

58


(49)

  34

menggunakan teknik pemgambilan secara acak. Adapun pengambilan sampel 40 orang untuk kelas eksperimen dan 40 orang untuk kelas kontrol. Instrument yang diberikan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan realibilitasnya sebanyak 40 butir soal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas, Uji Bartlett untuk uji Homogenitas dan Uji t (t-Test) untuk uji hipotesis. Dari hasil penghitungan uji hipotesis diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,88 dan t-tabel sebesar 2,02 pada taraf signifikansi α = 0,05 untuk dk 78. Karena t-hitung > t-tabel, 2,88 > 2,02 maka pengaruh sangat signifikan. Dengan demikian terdapat pengaruh metode NHT terhadap hasil belajar fisika siswa.

C. Hipotesis Tindakan

Pelajaran IPS pada materi Ekonomi apabila dilakukan dengan mengembangkan model pembelajaran kooperatif metode numbered heads

together akan efektif dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru semester ganjil 2010/2011. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena Penelitian Tindakan Kelas memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. Adapun waktu penelitian akan dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Tanggal Kegiatan

1 29 Maret 2010 Pembuatan proposal penelitian

2 25 Juni 2010 Persiapan penyusunan instrumen wawancara awal 3 30 Juni 2010 Menyerahkan surat penelitian kepada Kepala sekolah

SMP Nusantara Plus 4 27 Juli 2010 Observasi dan Wawancara

5 31 Juli 2010 Membuat RPP, instrumen tes, panduan observasi, dan angket

6 23 September 2010 Pelaksanaan Siklus I 7 30 September 2010 Pelaksanaan Siklus II 8 14 Oktober 2010 Pelaksanaan siklus III

9 15 Oktober 2010 Penyebaran angket minat belajar siswa 10 18 Oktober 2010 Pengumpulan, pengolahan dan analisis data 11 26 Oktober 2010-

November 2010

Penyusunan laporan penelitian


(1)

Hasil Belajar Siklus I

No Nama Siswa Siklus I N-Gain Kategori Pretest Postest

1 Adam Bactiar 4 6 0,3 Sedang

2 Ade Saiful K 5 7,3 0,5 Sedang 3 Ahmad Arifin 5 6,7 0,3 Sedang

4 Alfica RM 3,7 6 0,4 Sedang

5 Ali Akbar .L 4,3 5,7 0,2 Rendah 6 Anisa Nur Safitri 5 7 0,4 Sedang 7 Anisa Vilda W 6,3 8 0,5 Sedang

8 Delvina .A 4,3 6 0,3 Sedang

9 Eka Julya Nurul Azizah 6,7 7 0,1 Rendah 10 Eliya Efriyani 2,7 6,7 0,5 Sedang 11 Fikri Ali Putra 4,7 5 0,1 Rendah 12 Galang Bintang S 3,7 6,3 0,4 Sedang 13 Imelda Meivianty 3 6,3 0,5 Sedang 14 Izam Fahdian 3,7 6,3 0,4 Sedang 15 Jepri Ilham 4,3 6 0,3 Sedang

16 Kamal 3 6 0,4 Sedang

17 M. Helmi .P 4 5,7 0,3 Sedang

18 Melinda 3,3 5,3 0,3 Sedang

19 Miraj Amarullah 3,7 6,3 0,4 Sedang 20 Mirna Wati Dewi 3 5 0,3 Sedang 21 Nanda Wilda Nur Azizah 3,3 7,7 0,6 Sedang 22 Nazal Eldi Winata 4,7 7 0,4 Sedang 23 Rahma Okta S 4,3 6,3 0,4 Sedang 24 Reza .M.N 4,3 6,7 0,4 Sedang

25 Riswati 4,3 6,7 0,4 Sedang

26 Rizka Novindira 3,7 6 0,4 Sedang

27 Sahrul.N 3,7 6,7 0,5 Sedang

28 Satria P.A.N 4 6 0,3 Sedang

29 Sheila Sylviana Dewi 4,3 6 0,3 Sedang

30 Tesalonika 5 6,5 0,3 Sedang

31 Virsa May Dwi Nadya 4 8 0,7 Sedang

32 Wahyu.A 6,3 6,7 0,1 Rendah

33 Windi Agustin 4,7 6,3 0,3 Sedang

Jumlah 140 211,2 12


(2)

Lampiran 24

Hasil Belajar Siklus II

No Nama Siswa Siklus II N-Gain Kategori Pretest Postest

1 Adam Bactiar 3,5 7 0,5 Sedang 2 Ade Saiful K 5,5 8 0,6 Sedang

3 Ahmad Arifin 6 7 0,3 Sedang

4 Alfica RM 5 6,5 0,3 Sedang

5 Ali Akbar .L 6 7,5 0,4 Sedang 6 Anisa Nur Safitri 5 8 0,6 Sedang 7 Anisa Vilda W 4,5 9 0,8 Tinggi

8 Delvina .A 4 6,5 0,4 Sedang

9 Eka Julya Nurul Azizah 4,5 9 0,8 Tinggi 10 Eliya Efriyani 3 7 0,6 Sedang 11 Fikri Ali Putra 4 6,5 0,4 Sedang 12 Galang Bintang S 5 6,5 0,3 Sedang 13 Imelda Meivianty 5 8 0,6 Sedang 14 Izam Fahdian 4 6,5 0,4 Sedang 15 Jepri Ilham 4 6,5 0,4 Sedang

16 Kamal 5,5 7 0,3 Sedang

17 M. Helmi .P 5,5 6,5 0,2 Rendah

18 Melinda 5 9 0,8 Tinggi

19 Miraj Amarullah 4,5 7 0,5 Sedang 20 Mirna Wati Dewi 5,5 7,5 0,4 Sedang 21 Nanda Wilda Nur Azizah 4 6,5 0,4 Sedang 22 Nazal Eldi Winata 4,5 6,5 0,4 Sedang 23 Rahma Okta S 5,5 7 0,3 Sedang

24 Reza .M.N 5 7 0,4 Sedang

25 Riswati 7 8,5 0,5 Sedang

26 Rizka Novindira 5 7,5 0,5 Sedang

27 Sahrul.N 5 6 0,2 Rendah

28 Satria P.A.N 4,5 8 0,6 Sedang 29 Sheila Sylviana Dewi 4 8 0,7 Sedang

30 Tesalonika 7 8,5 0,5 Sedang

31 Virsa May Dwi Nadya 6 9 0,8 Tinggi

32 Wahyu.A 4 6,5 0,4 Sedang

33 Windi Agustin 4,5 8,5 0,7 Sedang

Jumlah 161 244 16


(3)

Hasil Belajar Siklus III

No Nama Siswa Siklus III N-Gain Kategori Pretest Postest

1 Adam Bactiar 3 8 0,7 Sedang

2 Ade Saiful K 6 7,5 0,4 Sedang

3 Ahmad Arifin 3 7 0,6 Sedang

4 Alfica RM 3,5 8,5 0,8 Tinggi 5 Ali Akbar .L 4 8,5 0,8 Tinggi 6 Anisa Nur Safitri 4,5 8,5 0,4 Sedang 7 Anisa Vilda W 5 9 0,8 Tinggi

8 Delvina .A 4 8,5 0,8 Tinggi

9 Eka Julya Nurul Azizah 5 7 0,4 Sedang 10 Eliya Efriyani 3 8 0,7 Sedang 11 Fikri Ali Putra 4,5 8,5 0,7 Sedang 12 Galang Bintang S 6 7 0,3 Sedang 13 Imelda Meivianty 8,5 10 1 Tinggi 14 Izam Fahdian 5,5 6 0,1 Rendah

15 Jepri Ilham 6 8 0,5 Sedang

16 Kamal 4 8,5 0,8 Tinggi

17 M. Helmi .P 5 9 0,8 Tinggi

18 Melinda 6 7,5 0,4 Sedang

19 Miraj Amarullah 4 8,5 0,8 Tinggi 20 Mirna Wati Dewi 4 8 0,7 Sedang 21 Nanda Wilda Nur Azizah 5,5 9 0,8 Tinggi 22 Nazal Eldi Winata 4,5 9 0,8 Tinggi 23 Rahma Okta S 4,5 6 0,3 Sedang

24 Reza .M.N 2,5 7 0,6 Sedang

25 Riswati 4,5 9 0,8 Tinggi

26 Rizka Novindira 4 8,5 0,8 Tinggi

27 Sahrul.N 7 8 0,3 Sedang

28 Satria P.A.N 2,5 7,5 0,7 Sedang 29 Sheila Sylviana Dewi 7 8,5 0,5 Sedang

30 Tesalonika 5 9 0,8 Tinggi

31 Virsa May Dwi Nadya 5 9 0,8 Tinggi

32 Wahyu.A 4 8 0,6 Sedang

33 Windi Agustin 4 8 0,7 Sedang

Jumlah 154,5 268 21

Rata-rata 4,7 8,1 0,6  


(4)

Lampiran 26

Tabel Hasil Data Angket Minat Belajar Siswa

No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Adam Bactiar 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 36 2 Ade Saiful K 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 34 3 Ahmad Arifin 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 35 4 Alfica RM 4 3 3 3 4 2 4 3 2 3 31 5 Ali Akbar .L 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 32 6 Anisa Nur Safitri 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 31 7 Anisa Vilda W 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 28 8 Delvina .A 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 23 9

Eka Julya Nurul

Azizah 2 2 3 3 4 3 4 3 4 3 31

10 Eliya Efriyani 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 39 11 Fikri Ali Putra 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39 12 Galang Bintang S 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 35 13 Imelda Meivianty 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 35 14 Izam Fahdian 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 36 15 Jepri Ilham 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 34

16 Kamal 4 2 2 3 4 2 4 3 4 2 30

17 M. Helmi .P 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 21 18 Melinda 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 35 19 Miraj Amarullah 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 31 20 Mirna Wati Dewi 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 35 21

Nanda Wilda Nur

Azizah 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 28

22

Nazal Eldi

Winata 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 32

23 Rahma Okta S 2 2 2 3 3 3 3 4 1 4 27 24 Reza .M.N 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 36 25 Riswati 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 37 26 Rizka Novindira 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 32 27 Sahrul.N 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 29 28 Satria P.A.N 4 2 3 3 4 4 2 4 3 3 32 29

Sheila Sylviana

Dewi 4 3 4 4 4 2 2 3 3 4 33

30 Tesalonika 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 36 31

Virsa May Dwi

Nadya 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 35

32 Wahyu.A 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 33 33 Windi Agustin 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39


(5)

(6)

PROFIL PENULIS

NURAZIZAH, lahir di Bogor, 24 April 1987 dari pasangan Hamim dan Otih. Putri bungsu dari tujuh bersaudara ini menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Bantarkambing III tamat pada tahun (2001), lalu melanjutkan pendidikan di MTs Al-Muasyarah tamat pada tahun (2003), lalu melanjutkan pendidikan menengah di MAN I Bogor (2006) di tempat di mana ia dibesarkan, Bogor. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan pendidikan IPS dan memilih kosentrasi IPS Ekonomi tahun 2006.

Saat ini penulis tinggal di Jln Bantarkambing Rt 01/07 Des. Bantar Jaya Rancabungur-Bogor 16310, penulis pernah melakukan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMP Nusantara Plus Ciputat.

Selama kuliah penulis pernah mengikuti organisasi Kemahasiswaan, penulis adalah anggota HMI Komisariat Tarbiyah cabang Ciputat,.kemudian penulis pernah mengikuti UKM HIQMA (Himpunan Qori dan Qoriah Mahasiswa) UIN Jakarta. Dan pernah menjabat di bidang Kemahasiswaan di BEMJ PIPS. Selain itu, penulis menyalurkan hobinya dengan menjadi anggota PST (Paduan Suara Tarbiyah).


Dokumen yang terkait

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Tentang Fungsi melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together bagi Siswa SMP

0 3 9

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV SDN Pati Kidul 05 Tahun Pelajaran 2013/2014

0 1 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV SDN Pati Kidul 05 Tahun Pelajaran 2013/2014

0 2 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI STRATEGI NUMBERED HEADS TOGETHER DISERTAI READING Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Strategi Numbered Heads Together Disertai Reading Guide Dalam Meningkatkan Partisipasi Dan Hasil Belajar S

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI STRATEGI NUMBERED HEADS TOGETHER DISERTAI READING Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Strategi Numbered Heads Together Disertai Reading Guide Dalam Meningkatkan Partisipasi Dan Hasil Belajar Sis

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15