KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR : Studi Pada Buku Capita Selecta Karya Mohammad Natsir.

(1)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI

MENURUT MOHAMMAD NATSIR

(Studi Pada Buku Capita Selecta Karya Mohammad Natsir)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan Program Studi Pedagogik

Oleh

TOFAN RAPIERA YUDHA, S.Pd. 1302376

PROGRAM STUDI PEDAGOGIK SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(3)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI

MENURUT MOHAMMAD NATSIR

(Studi Pada Buku Capita Selecta Karya Mohammad Natsir)

Oleh

Tofan Rapiera Yudha

S.Pd Universitas Pakuan Bogor, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi Sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) program studi Pedagogik

© Tofan Rapiera Yudha 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Tofan Rapiera Yudha, S.Pd.

NIM : 1302376

Program Studi : Pedagogik-S2 Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Dengan ini menyatakan bahwa judul tesis “Konsep Pendidikan Islami Menurut Mohammad Natsir Studi Pada Buku Capita Selecta karya Mohammad Natsir” benar bebas dari plagiat dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan


(5)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tanda tangan ini :

Nama : Tofan Rapiera Yudha, S.Pd.

Nim : 1302376

Program Studi : Pedagogik-S2 Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Menyatakan bahwa tesis berjudul “Konsep Pendidikan Islami menurut Mohammad Natsir Studi Pada Buku Capita Selecta Karya Mohammad Natsir” secara keseluruhan adalah ASLI hasil penelitian saya, kecuali pada bagian yang dirujuk sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini dibuat dengan sejujurnya dan dengan penuh kesungguhan hati desertai kesiapan untuk menanggung segala resiko yang mungkin diberikan, sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuwan atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan


(6)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tofan Rapiera Yudha, S.Pd.

KATA PENGANTAR

Tesis yang berjudul “Konsep Pendidikan Islami Menurut Mohammad Natsir (Studi Pada Buku Capita Selecta Karya Mohammad Natsir) disusun untuk memenuhi sebagaian syarat untuk memperoleh gelar magister Program Studi pedagogik di Universitas Pendidikan Indonesia. Tesis ini terdiri dari 5 bab, dalam setiap babnya berisi konsep-konsep pendidikan Islami yang diharapkan Mohammad Natsir yaitu tidak ada dikotomi antara ilmu dunia dan ilmu agama hal ini tertulis dalam buku Capita Selecta.

Tesis ini diharapkan menjadi masukan bagi pengembangan pendidikan di Indonesia dan menjadi wacana bagi pengembangan pendidikan Indonesia. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian tesis ini masih terdapat kekurangan maka peneliti mengharapkan sumbang saran serta koreksi dari semua pihak demi perbaikan penelitian selanjutnya. Harapan peneliti semoga tesis ini dapat bermanfaat, setidaknya dapat memberi motivasi dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan.


(7)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung, Agustus 2015

Tofan Rapiera Yudha, S.Pd.

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur peniliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Segala puji bagi Allah yang telah mengatur jalan hidup hamba sedemikian rupa disertai ridhaNya yang merupakan sebagian besar ridha orangtua sehingga membuahkan hasil berupa tesis yang insya Allah dapat bermanfaat.

Kalimat yang dituangkan hanya sebagian perasaan yang peneliti ungkapkan. Ibu yang telah memberikan semangat untukku dan doa yang begitu berlimpah dipanjatkan. Bapakku selaku pahlawan dan imam dalam keluarga. Terima kasih atas derasan keringat, untaian nasehat dan limpahan kasih sayangnya.

Tesis ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak, maka peneliti menghaturkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Prof. Furqon, P.hD. Selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed. Selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana


(8)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bapak Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pedagogik Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan waktu, perhatian, saran dan ilmunya selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Pedagogik.

4. Bapak Dr. H. Babang Robandi, M.Pd. selaku Pembimbing akademik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

5. Bapak Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan saran dan tanggungjawab dalam membantu, membimbing, memberi petunjuk dan mengarahkan kepada peniliti dalam penyusunan tesis ini.

6. Seluruh Staf Dosen Program Studi Pedagogik Sekolah Pasca Sarjana yang telah memberikan ilmu, motivasi, semangat, serta kemudahan kepada peneliti dalam proses penyusunan tesis ini.

7. Ibu Mimin Minfalah, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Cilimus Kecamatan Batujajar yang telah memberi keleluasaan waktu untuk melanjutkan studi dan melaksanakan penelitian di Sekolah Pasca Sarjana Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

8. Orang tuaku yang telah membesarkan dan mendidik aku hingga sekarang ini. 9. Teman-teman dan sahabat seperjuanganku, Lia Fitriani, Hendar Priatna, Imam

Syarifulloh, Hendi Priatna, Uci Wulan Sari, Ustazd Dasep Sulaiman, Dodo Jepri, Adul Taufikin, Deny Wahyudi, Tendiana, Egi Gustomi, yang selalu


(9)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendoakan dan membimbing saya sampai saat ini, bersama menggapai mimpi dan memupuk ilmu untuk sebuah hasil yang diharapkan.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun terucap, terimalah ucapan terima kasih ini.

Peneiliti menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kata sempurna, namun demikian dapat bermanfaat bagi semua kalangan khususnya bagi peneliti. Semoga amal Bapak/Ibu serta semua pihak yang membantu peniliti serahkan kepada Allah yang maha kuasa. Semoga menjadi amal sholeh yang diterima disisiNya. AMIN.

Bandung, Agustus 2015


(10)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

(Studi Pada Buku Capita Selecta Karya Mohammad Natsir) Oleh:

Tofan Rapiera Yudha, S.Pd. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh seorang tokoh dari sekian banyak pemikir tentang pendidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia. Tokoh tersebut adalah Mohammad Natsir (1908-1993). Mohammad Natsir hidup dalam keorganisasian islam, ia banyak berkiprah dalam bidang pendidikan, politik dan dakwah. Penelitian ini menggunakan metode Library Research dalam mengkaji konsep pemikiran Mohammad Natsir dengan bantuan buku-buku tulisan beliau sendiri maupun buku-buku tulisan orang lain yang menceritakan tentang Konsep Pendidikan Islami menurut Mohammad Natsir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Mohammad Natsir tentang Pendidikan Islami adalah Pendidikan harus membawa manusia mendapat penghidupan yang layak di dunia, berakhlakul karimah, dan menghambakan diri kepada Allah. Tujuan Pendidikan Menurut Mohammad Natsir adalah untuk menciptakan pribadi yang baik dan hamba Allah yang senantiasa taqwa kepada Allah SWT. Ilmu dalam Islam, diharapkan mampu memupuk dan mempertebal keimanan, demikian pula sebaliknya, keimanan yang tebal hendaknya mampu mendorong semangat dalam mencari ilmu. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam mengembangkan proses Pendidikan Islam dan mengevaluasi Pendidikan Islam yang dikembangkan oleh Mohammad Natsir. Bagi peneliti selanjutnya, temuan penelitian ini dapat dijadikan acuan terutama bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan tentu saja dengan menggunakan penelitian yang berbeda dengan penelitian ini.


(11)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

CONCEPT OF ISLAMIC EDUCATION BY MOHAMMAD NATSIR

(Study on the Book Capita Selecta by Mohammad Natsir) By:

Tofan Rapiera Yudha, S.Pd. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd.

ABSTRACT

This research is motivated by a figure of many about education and Islamic education in Indonesia. The figure is Mohammad Natsir (1908-1993). Mohammad Natsir organizational life in Islam, he was more active in the fields of education, politics and propaganda. This study uses the Library Research in assessing the concept of thought Mohammad Natsir with the help of books of his own writings and books written by others that tell about the concept of Islamic Education according to Mohammad Natsir. The results showed that the concept Mohammad Natsir on Islamic Education is education must bring men got a decent living in the world, berakhlakul karimah, and devote themselves to God. According to Mohammad Natsir Education goal is to create good personal and servant of God that always pious to Allah SWT. Science in Islam, is expected to nurture and strengthen the faith, and vice versa, bold faith should be able to encourage the search for knowledge. The results could be used as a basis for consideration in developing and evaluating the process of Islamic Education Islamic Education developed by Mohammad Natsir. For further research, the findings of this study can be used as a reference, especially for those who want to do further research and of course by using different research with this study.


(12)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. I

HALAMAN HAK CIPTA ……….. II

HALAMAN PENGESAHAN ………... III HALAMAN PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN TESIS ………… IV PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ……….. V

KATA PENGANTAR ……… VI

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH ……… VII

ABSTRAK ………... VIII

DAFTAR ISI ………... XI

DAFTAR TABEL ………... X

DAFTAR GAMBAR ……….. XI

DAFTAR LAMPIRAN ……….. XII

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 19

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Struktur Organisasi Tesis ……….... 20

BAB II LANDASAN TEORI PENDIDIKAN ISLAM ………... 21

A. Sejarah Pendidikan Islam ……….. 21

B. Teori – Teori Pendidikan Islam ………. 25

C. Teori Pendidikan Islam yang Mempengaruhi Mohammad Natsir… 33 D. Biografi Singkat Mohammad Natsir ……… 47

E. Manusia Sebagai Mahluk Pendidik……….. 48

F. Perpekstif Pedagogik……… 50

G. Pendidikan Tarbiyah……….. 67

H. Tujuan Pendidikan ……… 72

I. Proses Pendidikan ………. 79

J. Evaluasi Pendidikan ……….. 81

K. Kendala Pendidikan ……….. 92

BAB III METODE PENELITIAN ………. 95

A. Desain Penelitian ………. 96

B. Sumber Data ………….……….. 97


(13)

viii

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Analisis Data ……… 106

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 110

A. Hasil Penelitian ……….. 110

B. Pembahasan ……….... 125

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ………... 163

A. Simpulan ………. 159

B. Implikasi dan Rekomendasi ………... 163 DAFTAR PUSTAKA ... XIII LAMPIRAN - LAMPIRAN ... XIV RIWAYAT HIDUP


(14)

ix

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL Tabel


(15)

x

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR Tabel


(16)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Concept is an idea or representation of the common element or attribute by which groups or classes may be distinguished; it is any general or abstract intellectual representation of a situation, state of affairs or objects; a thought, an opinion, an idea or a mental image (Carter V. Good and W.R. Market in Dictionary of Education, 1973). Jadi konsep adalah ide atau representasi unsur biasa atau atribut dengan kelompok atau kelas yang membedakan, atau berupa hal yang umum atau representasi pengetahuan abstrak seperti situasi, keadaan atau objek, pemikiran, opini, ide atau keadaan mental. Ide atau kumpulan ide-ide tersebut diperoleh sebagai simbol atau generalisasi untuk hal-hal yang tidak dapat diraba (intangible) seperti persegi, lingkaran, halus, sepuluh, cepat, panjang, dan seterusnya.

Selain itu, konsep dapat didefinisikan sebagai suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff (dalam Amin, 1987, hlm. 42), mendefinisikan konsep sebagai berikut: (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkret, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan kompleks, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu. Dalam hal ini, Woodruff (dalam Amin, 1987, hlm. 44) telah mengidentifikasi 3 macam konsep yaitu (1) konsep proses: tentang kejadian atau perilaku dan konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan bila terjadi, (2) konsep struktur: tentang objek, hubungan atau struktur dari


(17)

2

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beberapa macam, dan (3) konsep kualitas: sifat suatu objek atau proses dan tidak mempunyai eksistensi yang berdiri sendiri.

Menurut Joyce, Weil, & Calhoun (2009, hlm. 104), konsep yang kami sebut sebagai sintak menggambarkan struktur suatu model, elemen-elemen atau tahap-tahap yang paling penting dan bagaimana keduanya diterapkan secara bersama-sama. Beberapa model, seperti perolehan konsep, relatif menentukan struktur-struktur dalam beberapa elemen dan tahap-tahap yang mengiringnya untuk mencapai efektivitas kerja yang maksimal. Beberapa model lain memiliki struktur pemutaran atau gelombang dimana tahap-tahap didaur-ulang (digunakan kembali). Model induktif memiliki struktur pemutaran yang berkembang setiap waktu, penelitian induktif hampir tidak pernah singkat. Esensi proses induktif adalah pengumpulan dan penyaringan informasi tanpa henti; pembangunan gagasan; khususnya katagori yang menyediakan kontrol konseptual atas daerah-daerah informasi; penciptaan hipotesis untuk dieksplorasi dalam upaya memahami hubungan-hubungan yang lebih baik atau menyediakan solusi untuk berbagai masalah; dan perubahan pengetahuan menjadi keterampilan yang memiliki aplikasi praktis. Adapun tahap-tahap model induktif tersebut meliputi (1) mengidentifikasi dan menghitung data yang relevan dengan topik atau masalah, (2) mengelompokkan objek-objek ini menjadi katagori-katagori yang anggotanya memiliki sifat umum, (3) menafsirkan data dan mengembangkan label untuk katagori-katagori tadi sehingga data tersebut bisa dimanipulasi secara simbolis, dan (4) mengubah katagori-katagori menjadi keterampilan atau hipotesis-hipotesis.

Pada tahap pengumpulan dan penyajian data, penerapan model induktif melibatkan pengolahan dan pengumpulan data secara terpisah dan pengolahan kembali untuk mencari gagasan-gagasan. Dalam hal ini, pengumpulan data muncul lebih dulu, tetapi data baru bisa ditambah dan dibuang saat penelitian berlangsung. Selanjutnya tahap pengujian dan penghitungan data, data perlu diuji dengan teliti apakah data tersebut berupa filsafat atau bukan (misalnya), dan perlu diberi label,


(18)

3

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nomor, warna yang berbeda sehingga kita dapat mengidentifikasinya saat kita memindahkan data-data tadi. Selanjutnya ialah tahap klasifikasi pertama, dengan mengklasifikasi data beberapa kali, mengumpulkan atau menguji data lagi. Sedangkan tahap klasifikasi lanjutan, dengan mengklasifikasi kembali, memperhalus, atau meruntuhkan katagori-katagori, dan bereksperimentasi dengan dua atau tiga skema; katagori-katagori muncul dan dibagi. Terkadang melakukan klasifikasi dan pencarian data kembali. Tahap terakhir ialah tahap membangun hipotesis dan meningkatkan keterampilan, katagori-katagori bisa dibuat hipotesis dan mengubahnya menjadi keterampilan yang berguna. Membangun keterampilan dari katagori-katagori menuntut kita untuk belajar tentang apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan katagori tersebut.

Salah satu bagian dari model penemuan konsep adalah mengenali contoh-contoh positif dari konsep tersebut dan juga membedakan hal-hal yang sangat terkait dengannya sebagai contoh-contoh negatif. Sekedar mengetahui istilah-istilah saja tentu tidaklah cukup, tetapi harus memahami dan mengklarifikasi sifat-sifat/ ciri-ciri dengan membedakan dan mempersamakan keduanya. Jadi untuk menemukan suatu konsep, harus mendefinisikan dengan jelas sifat-sifat dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Kita juga harus menyertakan contoh-contoh negatif untuk memudahkan kita mengesampingkan objek-objek lain yang memiliki nilai sifat yang sama dengan contoh itu. Konsep-konsep juga menurut Joyce, Weil, & Calhoun (2009, hlm. 131) ada beberapa jenis, yaitu: (1) konsep-konsep kongjungtif (conjunctive concepts), konsep yang didefinisikan oleh adanya satu atau lebih karakteristik/ sifat, (2) konsep-konsep disjungtif (disjunctive concepts) didefinisikan oleh adanya beberapa sifat dan ketiadaan sifat-sifat yang lain, seperti konsep orang menyendiri didefinisikan oleh tiadanya teman, (3) konsep-konsep yang berhubungan (relational concepts), konsep yang mengharuskan adanya hubungan antara contoh-contoh dan beberapa entitas lainnya.


(19)

4

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ada tiga tahap model penemuan konsep, yaitu: Tahap pertama melibatkan penyajian data. Setiap unit data merupakan contoh atau noncontoh konsep yang terpisah. Unit ini disajikan berpasangan, dan seluruh contoh positif memiliki satu gagasan umum, lalu tugas pembelajar ialah mengembangkan satu hipotesis tentang sifat dari konsep tersebut, dilabeli Ya dan Tidak, dibandingkan dan diverifikasi sifat-sifat dan contoh yang berbeda itu, lalu konsep tersebut dinamai dan disampaikan aturan-aturan atau definisi-definisi dari konsep tersebut menurut sifat-sifatnya yang paling esensial. Sedangkan pada tahap kedua ialah menguji penemuan konsep, dengan mengidentifikasi secara tepat contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dari konsep itu lalu membuat contoh-contohnya, baru bisa membenarkan atau tidak membenarkan hipotesis, setelah itu merevisi pilihan konsep atau sifat-sifat yang ditentukan sebagaimana mestinya. Tahap ketiga ialah menganalisis strategi-strategi dengan segala hal untuk mencapai konsep. Model penemuan konsep mensyaratkan ada sajian contoh negatif dan positif pada siswa (dapat dilihat pada bagan di bawah ini). Yang harus ditekankan adalah dalam penemuan konsep bukan menemukan atau membuat konsep-konsep baru, tetapi mencapai atau mendapatkan konsep-konsep yang sebelumnya telah ada dari sumber data. Oleh sebab itu, sumber data perlu diketahui sebelumnya.

Berdasarkan paparan diatas dapat diketahui bahwa masing-masing konsep memiliki unsur-unsur. Konsep diperoleh ketika unsur-unsurnya diidentifikasi dan dipelajari kebenarannya. Unsur-unsur konsep tersebut ialah: (1) nama (label yang memberikan katagori), (2) atribut (karakteristik/sifat/ciri-ciri objek, ada dua tipe atribut yang esensial dan nonesensial, (3) contoh-contoh (contoh positif di dalamnya terdapat atribut yang esensial sedangkan contoh negatif merupakan atribut yang nonesensial, dengan contoh ini bisa disimpulkan apa pengertian konsep tersebut), dan (4) definisi (pernyataan khusus dari atribut suatu konsep, berupa simpulan dari penemuan dalam pencarian atribut-atribut esensial dan nonesensial dari contoh positif dan contoh negatif, berupa hubungan atribut-atribut yang esensialnya).


(20)

5

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam hal ini konsep dapat dihubungkan dengan pendidikan, Pendidikan dapat diartikan secara sempit dan dapat pula diartikan secara luas. Secara sempit diartikan “bimbingan yang diberikan kepada anak hingga dewasa”, sedangkan pendidikan dalam arti luas segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai-nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi dari kepribadian anak yang pada gilirannya menjadi orang yang pandai. Definisi diatas mengandung pengertian lebih luas, yakni menyangkut perkembangan dan pengembangan manusia (Sadulloh, 2007, hlm. 15).

Sofyan Sauri saat bimbingan dirumahnya (2015) berpendapat pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berubah kearah yang lebih baik. Hakikat pendidikan menurut Sofyan Sauri adalah memanusiakan manusia yang berarti menjadi manusia yang mampu mengelola pikir, zikir, dan ikhtiar dengan ketauhidan yang mantap.

Syed Naquib al Attas (1990, hlm. 12) dalam hal ini mengatakan:

Pendidikan berasal dari kata ta’dib. Terdapat kata lain yang berkaitan

dengan kata ta’dib yakni tarbiyah, akan tetapi tarbiyah lebih menekankan pada mengasuh, menanggung, memberi makan, memelihara, dan menjadikan bertambah dalam pertumbuhan.

Selanjutnya Syed Naquib al Attas (1990, hlm. 12) mengatakan:

Penekanan pada ‘adab’ yang mencakup dalam amal pendidikan dan proses pendidikan, adalah untuk menjamin bahwa ilmu dipergunakan secara baik dalam masyarakat.

Pendidikan Islam bermula dari tempat yang sangat sederhana, yaitu serambi masjid yang disebut al-Suffah. Namun, walaupun hanya dari serambi masjid, tetapi mampu menghasilkan ilmu-ilmu keIslaman yang bisa dirasakan sampai dengan sekarang. Tidak hanya itu, dari serambi masjid ini pula mampu mencetak ulama yang


(21)

6

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sangat dalam keilmuannya dimana pengaruhnya sangat besar sekali bagi peradaban Islam, bahkan juga mampu mempengaruhi peradaban-peradaban lain. Sudah barang

tentu, “pendidikan” menjadi syarat utama dalam membangun sebuah peradaban yang

besar. Oleh sebab itu, pendidikan merupakan tema yang tidak pernah sepi dan selalu manarik perhatian banyak kalangan. Sehingga,tarik-ulur konsep yang ideal pun selalu mewarnai dalam sejarah perjalanan pendidikan. Begitu pun yang terjadi dalam dunia Islam. Namun, sungguh disayangkan bahwa dalam perkembangannya, kondisi sebagaimana diawal pendidikan Islam terdahulu sudah kurang terasa lagi dari institusi pendidikan Islam yang ada sekarang. Sebagaimana sebuah obor, maka obor tersebut sudah hampir padam. Agar obor tersebut tidak padam dan terus menyala, maka pendidikan Islam seperti yang telah diwariskan oleh ulama-ulama terdahulu harus dihidupkan kembali. Ada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam yaitu at-tarbiyah, al-ta’lim dan at-ta’dib. Umumnya, istilah pendikan Islam banyak menggunakan at-Tarbiyah. Padahal menurut Naquib Al Attas, pengertian ta’dib lebih tepat dipakai untuk pendidikan Islam daripada ta‟lim atau tarbiyah (Lapidus, 1999, hlm. 23).

Ta’dib merupakan mashdar dari addaba yang secara konsisten bermakna

mendidik. Ada tiga perbedaan dari kata addaba, yakni adiib, ta’dib, muaddib. Seorang guru yang mengajarkan etika dan kepribadian disebut juga mu’addib. Setidaknya. Seorang pendidik (muaddib), adalah orang yang mengajarkan etika, kesopanan, pengembangan diri atau suatu ilmu agar anak didiknya terhindar dari kesalahan ilmu, menjadi manusia yang sempurna (insan kamil) sebagaimana dicontohkan dalam pribadi Rasulullah SAW. Cara mendidiknya perlu dengan menggunakan aturan yang sesuai dengan kaidah, Karena itu ta’dib berbeda dengan mengajarkan biasa sebagai mana umumnya mengajarkan siswa disekolah yang hanya dominan mengejar akademis dan nilai. Istilah ini menjadi penting untuk meluruskan kembali identitas dari konsep-konsep pendidikan Islam yang secara langsung maupun


(22)

7

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak langsung telah terhegemoni oleh pendidikan negara-negara sekuler (Al Attas, 1972, hlm. 110).

Al-Qur‟an dan al-Sunnah merupakan asas dalam pendidikan Islam. Sehingga, bisa dipahami bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah untuk mentauhidkan diri kepada Allah. Artinya, mentauhidkan diri kepada Allah adalah prioritas utama dalam pendidikan Islam selain dari tujuan keilmuan (IPTEK, keahlian, keterampilan dan profesionalisme), membentuk manusia untuk menjadi khalifah, pembentukan akhlak yang mulia, membentuk insan Islami bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat, serta mempersiapkan manusia bagi kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, arah dan tujuan, muatan materi, metode, dan evaluasi peserta didik dan guru harus disusun sedemikan rupa agar tidak menyimpang dari landasan akidah Islam (Tafsir, 2012, hlm. 62). Bertauhid kepada Allah SWT sebagai prioritas utama dalam pendidikan Islam secara tidak langsung juga berarti pendidikan Islam juga bertujuan mencari keridhaan-Nya. Artinya, peningkatan individu-individu yang kuat pada setiap peserta didik diperoleh melalui ridha Allah. Jadi tidak benar jika dalam pendidikan individu peserta didik diletakkan pada posisi kedua setelah kebutuhan sosial-politik masyarakat. Al-Attas (1972, hlm. 24) menjelaskan, bahwa penekanan terhadap individu bukan hanya sesuatu yang bersifat prinsip, melainkan juga strategi yang jitu pada masa sekarang. Disinilah letak keunikan dari pendidikan Islam yang tidak dimiliki oleh sistem pendidikan selain Islam, dimana pendidikan yang dilakukan berpusat pada pencarian ridha Allah SWT melalui peningkatan kualitas individu. Bisa dibayangkan betapa bahayanya jika pendidikan dilihat sebagai ladang investasi baik dalam kehidupan sosial masyarakat maupun negara. Sudah bisa dipastikan bahwa dunia pendidikan akan melahirkan patologi psiko-sosial, terutama dikalangan peserta didik dan orang tua, yang terkenal dengan sebutan “penyakit diploma” (diploma disease), yaitu usaha dalam meraih suatu gelar pendidikan bukan karena kepentingan


(23)

8

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan itu sendiri, melainkan karena nilai-nilai ekonomi dan sosial (Freire, 1992, hlm. 34).

Pendidikan menurut Islam adalah untuk menciptakan manusia yang baik, bukan untuk menghasilkan warga negara dan pekerja yang baik. Hal ini sangat ditentukan oleh tujuan mencari ilmu itu sendiri. Sebab semua ilmu datang dari Allah Swt, maka ilmu merangkumi iman dan kepercayaan. Oleh karena itu, Al-Attas menegaskan bahwa tujuan menuntut ilmu adalah penanaman kebaikan atau keadilan dalam diri manusia sebagai manusia dan diri-pribadi, dan bukannya sekadar manusia sebagai warga negara atau bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Inilah nilai manusia sebagai manusia sejati, sebagai penduduk dalam kota, sebagai warga negara dalam kerajaan mikrokosmiknya sendiri, sebagai ruh. Inilah yang perlu ditekankan, manusia bukan sekadar suatu diri jasmani yang nilainya diukur dalam pengertian pragmatis atau utilitarian yang melihat kegunaannya bagi negara, masyarakat dan dunia (Attas, 1978, hlm. 43).

Dalam kesempatan ini, Al-Attas (1980, hlm. 32) berpendapat definisi pendidikan Islam diganti menjadi penanaman adab dan istilah pendidikan Islam menjadi ta‟dib. Konsep ta‟dib ini disampaikan kembali oleh Al-Attas pada Konferensi Dunia Kedua mengenai Pendidikan Islam yang diselenggarakan di Islamabad, pada 1980. Sebenarnya apa yang menjadi alasan Al-Attas terus-menerus memperjuangkan konsep ta‟dib sebagai pengganti dari Pendidikan Islam? Itu tidak lain, karena menurut Al-Attas, jika benar-benar dipahami dan dijelaskan dengan baik, konsep ta‟dib adalah konsep yang paling tepat untuk pendidikan Islam, bukannya tarbiyah ataupun ta‟lim. Sebab, Al-Attas melanjutkan, bahwa struktur kata ta‟dib sudah mencakup unsur-unsur ilmu („ilm), instruksi (ta’lim), dan pembinaan yang baik (tarbiyah). Sehingga tidak perlu lagi dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam adalah sebagaimana terdapat dalam tiga serangkai konsep tarbiyah-ta’lim-ta’dib (Attas, 1980, hlm. 78). Masih dalam karya yang sama, Al-Attas (1980, hlm. 80) juga


(24)

9

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menegaskan bahwa istilah “pendidikan” yang digunakan sekarang ini, secara normal, bersifat fisik dan material serta berwatak kuantitatif. Hal tersebut lebih disebabkan oleh konsep bawaan yang termuat dalam istilah tersebut berhubungan dengan pertumbuhan dan kematangan material dan fisik saja. Esensi sejati proses pendidikan telah diatur menuju pencapaian tujuan yang berhubungan dengan intelek atau „aql‟ yang ada hanya pada diri manusia. Sekali lagi menegaskan bahwa pendidikan sebagai penanaman adab kedalam diri, sebuah proses yang sebenarnya tidak dapat diperoleh melalui suatu metode khusus. Dalam proses pembelajaran, siswa akan mendemonstrasikan tingkat pemahaman terhadap materi secara berbeda-beda, atau lebih tepatnya pemahaman terhadap makna pembelajaran itu.

Hal ini karena „ilm‟ dan hikmah yang merupakan dua komponen utama dalam

konsepsi adab benar-benar merupakan anugerah Allah SWT. Tegasnya, bahwa adab mensyaratkan ilmu pengetahuan dan metode mengetahui yang benar. Dari sinilah kemudian, pendidikan Islam memiliki peran serta tanggung jawabnya didunia dan tujuan akhirnya diakhirat. Dari sini tampak sangat jelas dalam mata hati kita bahwa kebenaran metafisika sentralitas Tuhan sebagai Realitas Tertinggi sepenuhnya selaras dengan tujuan dan makna adab dan pendidikan sebagai ta‟dib. Dari sinilah kemudian, menurut Al-Attas, konsep ideal pendidikan Islam adalah ta’dib (Attas, 1989, hlm. 162).

Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata (2003, hlm. 7), menyatakan:

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan. Pendidikan berarti memelihara hidup kearah lebih baik, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah


(25)

10

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

usaha kebudayaan berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.

Menurut Abuddin Nata (2003, hlm. 8) rumusan pendidikan ini memberikan kesan dinamis, modern, dan progesif. Pendidikan tidak hanya memberikan bekal untuk membangun, tetapi seberapa jauh didikan yang diberikan itu berguna untuk menunjang kemajuan suatu bangsa. Semangat progresif yang terkandung dalam rumusan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara tersebut mengingatkan kita kepada pesan Khalifah Umar Ibnu Khatab bahwa anak muda sekarang adalah generasi dimasa yang akan datang dunia dan kehidupan yang akan dihadapi berbeda dengan dunia sekarang. Untuk itu apa yang diberikan kepada anak didik harus memperkirakan kemungkinan relevansi dan kegunaannya dimasa yang akan datang. Barangkali dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan penolong utama bagi umat ekstrim maju mundurnya atau baik buruknya suatu bangsa ditentukan oleh kondisi pendidikan yang dijalani oleh suatu bangsa tersebut.

Pendidikan nasional selalu menghadapi tantangan sesuai dengan zamannya sejak kemerdekaan sampai dengan tahun 1960-an, pembangunan ditekankan pada aspek politik dan pembentukan karakter bangsa serta nasionalisme. Selanjutnya pada tiga dekade berikutnya pembangunan dititik beratkan pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik dengan pendekatan “keamanan” sehingga peningkatan kualitas bangsa terabaikan, terutama dalam hal pendidikan. Akibatnya saat ini bangsa Indonesia sangat rentan terhadap terjadinya krisis baik hukum, ekonomi, moral, sosial, dan budaya. Krisis multidimensi ini mengarah pada menurunnya kepercayaan, baik secara horizontal maupun vertikal, ditingkat lokal dan nasional, sehingga mengancam persatuan bangsa. Untuk menyikapi beratnya tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia kedepan dan tajamnya persaingan antar bangsa, bidang pendidikan menempati posisi yang strategis dan perlu mendapatkan porsi perhatian yang lebih besar dan lebih serius daripada sebelumnya. Sementara itu, dunia


(26)

11

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan pada dasarnya tidak steril dari berbagai pengaruh sistem kehidudpan politik, sosial, ekonomi, budaya, dan hukum. Sistem kehidupan yang demikian seharusnya secara sinergi memberikan dukungan bagi setiap upaya pembangunan nasional, meskipun pada kenyataanya sistem tersebut belum memberikan dukungan sepenuhnya sehingga sistem pendidikan yang ada belum mampu ikut menanggapi secara optimal krisis multidimensi yang dihadapi bangsa saat ini (Nata, 2003, hlm. 21). Tak terkecuali pendidikan Islam, yang dalam sejarah perjalanannya memiliki berbagai dinamika. Dikalangan umat Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita untuk melestarikan dan mentransformasikan ajaran Islam kepada pribadi dan generasi penerus, sehingga nilai-nilai religius yang dicita-citakan dapat berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Bagi Indonesia sebagian tanggung jawab menurut asumsi diatas terletak pada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Secara ideal pendidikan Islam menghantarkan manusia mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh, hal ini dapat dilakukan melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan ataupun panca indera. Berbagai perubahan dan perkembangan dalam pendidikan Islam itu sepatutnya membuat kita senantiasa terpacu untuk mengkaji dan meningkatkan lagi kualitas diri, demi peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan Islam di Indonesia, sejalan dengan perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Sejak dari awal pendidikan Islam, yang masih berupa pesantren tradisional hingga modern, sejak madrasah hingga sekolah Islam bonafide, mulai Sekolah Tinggi Islam sampai Universitas Islam, semua tak luput dari dinamika dan perubahan demi mencapai perkembangan dan kemajuan yang maksimal. Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Alquran dan Hadis Nabi Muhammad saw (Khozin, 2001, hlm. 48).

Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk


(27)

12

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ajaran yang berkaitan dengan amal nyata. Oleh karena pendidikan termasuk amal nyata, maka pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lebih lanjut, termasuk dalam subbidang muamalah (Hery, 1999, hlm. 74). Banyak ayat yang berkenaan dengan pendidikan. Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Alquran. Abdul Rahman Saleh Abdullah dalam Tafsir (2012, hlm. 191) mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata “Rabb” (mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Alquran; demikian pula kata „Ilm‟ yang demikian banyak dalam Alquran menunjukkan bahwa dalam Alquran tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada pendidikan. Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan Islam. Hadis sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan ihwal Nabi Muhammad saw, merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Alquran. Disamping Alquran dan hadis sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Alquran dan hadis, berupa ijma‟, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam (Boland, 1985, hlm. 21). Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Alquran dan hadis Nabi Muhammad saw. Hingga kini masih kuat anggapan masyarakat luas yang mengatakan bahwa agama dan ilmu adalah dua entitas yang tidak bisa ditemukan. Keduanya memilki wilayah sendiri-sendiri, terpisah antara satu dengan yang lainnya. Baik dari segi objek formal-material, metode penelitian, kriteria pembenaran, peran yang dimainkan oleh ilmuwan maupun status teori masing-masing bahkan sampai keinstitusi penyelenggaranya. Begitulah gambaran praktik pendidikan dan aktivitas keilmuan ditanah air sekarang ini dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dan dirasakan oleh masyarakat luas. Oleh karenanya, anggapan yang tidak tepat tersebut perlu dikoreksi dan diluruskan. Sistem Pendidikan Indonesia yang bertujuan


(28)

13

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, membutuhkan sistem kurikulum yang sesuai dan tepat untuk mengantisipasi kebutuhan dunia pendidikan yang berorientasi masa depan (Nasution, 1999, hlm. 64).

Pendidikan zaman dulu hendaknya menjadi cerminan untuk pendidikan masa yang akan datang, yang baik dari pendidikan zaman dulu diambil dan yang buruk dari pendidikan zaman dulu ditinggalkan. Ini dilakukan untuk mendapatkan solusi menghadapi globalisasi dan perkembangan zaman, yang jauh berbeda dengan zaman dahulu. Warna berbeda itu bisa dilihat dari beberapa perspektif yaitu suasana zaman, afiliasi terhadap ormas/parpol, fokus terhadap bidang akademis yaitu mengenai garis besar pemikiran Islam pada awal abad ke-20 sampai masa konstituante (Djainuri, 2001, hlm. 55). Deliar Noer dalam (Taufiq, 1987, hlm. 125) menarik beberapa kesimpulan tentang corak gerakan masa itu antara lain bahwa pemikiran kalangan Islam masa itu lebih merupakan reaksi atau respon terhadap pemikiran Barat, sekulerisme, komunisme, nasionalisme yang chauvinistis, dan sebagainya. Banyaknya permasalahan yang dihadapi tidak diimbangi dengan tersedianya orang-orang yang ahli dan mempunyai waktu luang sehingga bahasan dan kajian yang dilakukan terhadap salah satu topik kurang mendalam dan mengena. Warna berbeda lainnya yaitu afiliasi terhadap ormas/parpol. Kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa para tokoh sebelumnya adalah bagian dari ormas atau parpol (entah dia pendiri atau hanya sebatas anggota dan simpatisan). Secara tidak langsung menjadi salah satu pertimbangan apakah pemikiran yang dikeluarkan tokoh tersebut adalah murni pemikirannya. Dalam khazanah Al-Quran, penciptaan manusia mempunyai misi yang amat luhur sebagai hamba-Nya untuk mengemban amanah yang begitu berat yaitu menjadi khalifah Allah SWT dengan mewujudkan suatu tatanan masyarakat dan kehidupan yang diridhoi Allah SWT. Manusia yang akan mengemban amanah tersebut harus memiliki kesiapan mental serta kapasitas zikir, pikir dan amal utuh dan berkualitas.


(29)

14

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berbicara tentang Pendidikan Islam tentunya tidak lepas dari bagaimana pencapaian pendidikan untuk memajukan Islam dan mencapai cita-cita masyarakat Islam secara umumnya yaitu “Rahmatan lil ‘alamin”. Berbagai asumsi pendidikan telah dipilih dan diadopsi oleh seseorang, sekelompok orang, atau lembaga pendidikan akan berfungsi memberikan dasar rujukan konseptual dalam rangka pendidikan yang dilaksanakannya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa falsafah pendidikan adalah memberikan dasar pijakan atau titik tolak bagi seseorang, sekelompok orang atau lembaga dalam rangka praktik pendidikan. Landasan filosofis pendidikan merupakan seperangkat asumsi pendidikan yang didedukasi dari asumsi-asumsi filsafat umum (metafisika, epistomologi, dan aksiologi) dikarena landasan pendidikan Islam adalah Al-Quran maka uraian landasan filosofis pendidikan akan dimulai dengan asumsi-asumsi metafisika, epistomologi, dan aksiologi Al-Quran. Metafisika (Tafsir, 2012, hlm. 24). Sebagaimana kita yakini, realitas atau alam semesta tidaklah ada dengan sendirinya, melainkan sebagai ciptaan sang Kholiq. Epistomologi (Hakikat pengetahuan). Segala pengetahuan hakikatnya bersumber dari Allah SWT. Allah SWT telah menurunkan pengetahuannya melalui Utusan-Nya (Wahyu) maupun apa-apa yang ada dialam semesta termasuk hukum-hukumnya. Aksiologi (Hakikat Nilai). Sumber segala nilai hakikatnya adalah Allah SWT. Adapun hakikat nilai individual (subjektif) dan nilai sosial (objektif) tidak boleh bertetangan dengan nilai Allah (Arifin, 1994, hlm.12).

Perspektif lain yang bisa memperlihatkan warna berbeda pemikiran Harun Nasution, (1975, hlm. 55) adalah fokus yang digelutinya pada bidang akademis. Artinya bahwa pemikirannya adalah sebagai suatu kajian yang bias disampaikan bahkan dipakai sebagai kurikulum. Pemikir Islam harus segera menafsirkan kembali ajaran-ajaran yang dipeluknya dengan melihat dan membaca perkembangan zaman yang terus berjalan, jika tidak maka akan menimbulkan stagnasi dan kejumudan dalam berpikir. Hal ini membuat intelektualitas umat Islam berada dalam suasana yang tidak menguntungkan.


(30)

15

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tidak disadari bahwa intervensi intelektual justru pertama kali melahirkan kodifikasi Al-Qur‟an sebagaimana adanya sekarang ini. Firman Allah dan Hadits Rasulullah adalah rujukan manusia untuk berpikir ke arah kemajuan, sebab dalam firman Allah banyak perintah-perintah yang tersurat dan tersirat, perintah yang tersirat ini yang merupakan dorongan bagi manusia untuk melakukan ijtihad, baik dalam ibadah, maupun ilmu pengetahuan, karena dasar pendidikan dalam Islam yang telah disepakati oleh para ahli pendidikan agama Islam adalah: Al-Qur‟an dan Al -Hadits. Tidak sedikit kaum muslimin yang mempunyai anggapan bahwa hasil ijtihad para ulama terdahulu, yang merupakan penafsiran atas Al-Qur‟an dan As-Sunnah dinilai mutlak benar dan absolut juga. Hal inilah yang menurut Harun Nasution menimbulkan pengaruh yang sangat kuat, pandangan sempit dan ketidak terbukaan terhadap hal yang baru. Perubahan-perubahan yang dibawa oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dianggap sebagai bid’ah, inovasi yang tidak sejalan bahkan dianggap bertentangan dengan agama. Masalah ini timbul bukan karena ajaran agama itu sendiri, akan tetapi merupakan akibat kesalahan dan kesalahpahaman sistem ajaran suatu agama yang diwahyukan dengan sistem ajaran agama sebagai hasil pemikiran para elit agama. Apabila kita meninjau jauh masa Rasulullah SAW dan masa dekatnya sesudah wafat beliau, ternyata mereka mengamalkan sendiri peraturan-peraturan yang ada dalam Al-Qur‟an dan Sunnah itu menurut ijtihadnya masing-masing. Cara bermazhab hanya terjadi jauh sesudah Rasulullah SAW wafat, yaitu sekitar zaman Bani Umayyah dan Bani Abbas. Ulama-ulama menetapkan hukum-hukum yang diperlukan untuk masa itu, oleh karena berlainan cara memahami Al-Qur‟an, berbeda-beda riwayat Sunnah Rasul yang dipergunakan, bahkan tidak jarang terjadinya pertentangan-pertentangan sengit karena timbulnya sentimen-sentimen politik dan ambisi perseorangan dan akibat berlainannya metode yang dipergunakan (An-Nahlawi, 1989, hlm. 47).

Terjadinya masa suram yang menganggap pada mujtahid-mujtahid mutlak, yakni imam-imam mazhab yang dianggap telah memiliki pengetahuan menyeluruh


(31)

16

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tentang hukum Islam, seperti; Imam Malik, Ibnu Anas, Imam Syafi‟i, Imam Ahmad Ibnu Hambal, Imam Abu Hanifah dan lain-lain. Namun demikian, imam-imam itu pun tidak pernah memerintahkan kepada pengikut-pengikutnya untuk berpegangan hanya kepada hasil ijtihadnya saja, akan tetapi justru menganjurkan mencari dasar hukum yang lebih kuat serta berpikir telah sempurna. Ijtihad terus dibuka, teristimewa kepada mereka yang sanggup melakukannya, mereka yang memenuhi syarat-syarat untuk menjadi mujtahid. Dunia Islam telah melangkah ke dalam arena gerakan reformasi, mewajibkan syarat-syarat tertentu kepada para mujtahid, Dengan demikian maka terjagalah ajaran Islam dari sifat gegabah dan ketidaktazaman pendapat, untuk dapat mengerjakan perintah-perintah Allah dan Rasulullah sebagaimana mestinya, tanpa ada pengurangan ataupun tambahan. Menambah sesuatu adalah bid’ah, menambah dari apa yang telah diberikan pedomannya dan pelaksanaannya oleh Rasulullah. Disini terdapat prinsip, bahwa untuk masalah-masalah yang menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia, yang berhubungan dengan keperluan duniawi adalah diperkenankan, artinya tidak dilarang sampai ada ketentuan agama yang melarangnya. Sedangkan untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan Allah SWT, dengan persoalan ukhrawi, maka dilarang berbuat sesuatu sampai ada ketentuan agama yang menyuruh berbuat. Di sinilah akan mudah ditentukan mana yang bid’ah dan mana yang bukan (Ade Sofa, 2001, hlm. 3).

Pergumulan integralisasi antara agama dan ilmu merupakan salah satu agenda permasalahan yang dihadapi oleh kaum muslimin. Sebelum munculnya gerakan integralisasi, masih teramat tebal dipengaruhi sistem kepercayaan dan tradisi pra-Islam (kurafat, tahayul dan taqlid). Kemunculan suatu gerakan dimulai ketika sesuatu tuntutan doktrin agama bertemu dengan kenyataan sosial yang tidak sejalan dengan konsep ajaran. Kemunduran umat ini merupakan akibat dari paham jumud (beku, statis, tidak ada perubahan) yang melandasi hampir seluruh lapisan masyarakat Islam. Ia mengajak kaum muslimin agar kembali kepada ajaran asli Islam dan berusaha menghadapi tantangan dan perkembangan zaman. Senada dengan yang lain ia juga


(32)

17

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menganjurkan dibukanya kembali pintu ijtihad. Perkembangan peradaban barat yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi adalah tidak bertentangan dengan Islam, maka Islam pun wajib untuk mempelajarinya. Pengembangan studi agama yang luas ditanah Arab telah mengantarkan kaum muslimin Indonesia dengan ajaran-ajaran reformis, meningkatkan kesadaran mereka terhadap identitas muslim dan menjadikan mereka mengenal perlawanan dunia muslim terhadap idealisme Eropa. Para penuntut ilmu dari Arab pulang dengan membawa sebuah komitmen meningkatkan intensifikasi kehidupan keagamaan muslim, sebuah keinginan untuk meningkatkan masyarakat dari kebodohan dan kesesatan menuju praktik peribadatan muslim yang benar (Langgulung, 2000, hlm. 131).

Pendidikan Islam merupakan sistem tersendiri diantara berbagai sistem didunia ini. Kendatipun demikian ada perincian dan unsur-unsur yang bersamaan. Dia merupakan sistem tersendiri baik tentang cakupannya maupun kesadarannya terhadap karsa dan rasa manusia. Pengaruhnya merupakan sistem tersendiri dalam jiwa dan kehidupan nyata. Diantara pengaruhnya adalah umat yang pernah mengagumkan sejarah, yaitu umat yang memulai karirnya dari yang kecilsampai mampu menyebarluaskan ajarannya seantero jagat, umat yang bercerai-cerai dan hamper tidak pernah berjumpa selain didalam pertarungan dan peperangan, tetapi tiba-tiba menjadi umat yang kokoh dan bersatu yang tidak ada bandingannya dibumi, menaklukan dan menjarah, memakmurkan, membangun, menegakan nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang belum dikenal, baik sebelum maupun sesudahnya, menjadi umat yang terbesar keseluruh muka bumi, menyebarkan cahaya petunjuk, membangun kembali kehidupan ini atas izin Allah SWT. Umat itu seluruhnya merupakan produk sistem, umat dengan materialism dan idealismenya dengan seluruh rasa dan segenap perangai dan tingkah lakunya (Quthb, 1993, hlm. 14).

Dalam tesis ini akan meneliti seorang tokoh dari sekian banyak pemikir tentang pendidikan Islam di Indonesia. Tokoh ini ialah Mohammad Natsir. Mohammad Natsir banyak berkiprah dalam bidang pendidikan, politik dan dakwah.


(33)

18

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perjuangannya adalah ingin mengajak kaum muslimin di Indonesia untuk menghidupkan dan membangkitkan kembali (revitalisasi) ajaran Islam dari keterpurukan, sehingga umat Islam tidak ketinggalan dalam peradaban. Beliau telah mengutarakan gagasan dalam dunia pendidikan yang menjadi pembaharuan pendidikan Islam merangkumi tauhid sebagai asas pendidikan, konsep ilmu, kebebasan berfikir sebagai tradisi dan disiplin ilmu, bahasa Arab sebagai bahasa ilmu, dan kesinambungan pondok pesantren dalam menghadapi perubahan zaman. Menurut Mohammad Natsir, tujuan pendidikan Islam selaras dengan tujuan manusia diciptakan, Yaitu untuk mengabdikan diri kepada Allah dengan menempatkan manusia ditempat teratas sebagai khalifah dimuka bumi ini. Kemajuan dan kemunduran sesuatu bangsa amat bergantung pada ke sanggupan dan ketahanan ummat untuk menduduki tempat yang mulia itu (Puar, 1978, hlm. 15).

B. Rumusan Masalah Penelitian

Pada dasarnya segala penelitian baik penelitian kualitatif, kuantitatif dan penelitian pustaka bersumber dari adanya masalah. Masalah adalah lebih dari sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari suatu jawaban. Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan yang ada dalam masalah tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting didalam penelitian, sebab masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari solusinya melalui penelitian.

Tafsir (2012, hlm. 275) berpendapat bahwa konsep-konsep Pendidikan Islam itu tidaklah berkembang sepesat konsep-konsep pendidikan Barat. Selama ini kajian


(34)

19

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Islam di perguruan tinggi Islam lebih banyak mengadopsi konsep-konsep pendidikan Barat ketimbang Pendidikan Islam itu sendiri.

Pendidikan menurut Tafsir (2012, hlm. 275) setidaknya terdiri dari empat komponen yaitu tujuan pendidikan, proses pendidikan, evaluasi pendidikan, dan kendala pendidikan.

Penelitian ini berfokus pada “Konsep Pendidikan Islami Menurut Mohammad Natsir Studi Pada Buku Capita Selecta. Oleh sebab itu, masalah utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Konsep Pendidikan Islami Menurut Mohammad Natsir Studi Pada Buku Capita Selecta?”

Secara rinci masalah tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tujuan pendidikan menurut Mohammad Natsir pada buku Capita Selecta?

2. Bagaimana proses pendidikan menurut Mohammad Natsir pada buku Capita Selecta?

3. Bagaimana evaluasi pendidikan menurut Mohammad Natsir pada buku Capita Selecta?

4. Bagaimana kendala Mohammad Natsir dalam mengembangkan konsep pendidikan Islami Di Indonesia pada buku Capita Selecta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua prilaku dan kejadian adalah beraturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan “Konsep Pendidikan Islami menurut Mohammad Natsir Studi Pada Buku Capita Selecta Karya Mohammad Natsir

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah:


(35)

20

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memperoleh deskripsi tentang Konsep Pemikiran Pendidikan Islami menurut Mohammad Natsir dalam buku Capita Selekta

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan tujuan pendidikan menurut Mohammad Natsir pada buku Capita Selecta?

b. Untuk mendeskripsikan proses pendidikan menurut Mohammad Natsir pada buku Capita Selecta?

c. Untuk mendeskripsikan evaluasi pendidikan menurut Mohammad Natsir pada buku Capita Selecta?

d. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi oleh Mohammad Natsir dalam mengembangkan konsep pendidikan Islami pada buku Capita Selecta?

D. Manfaat Penelitian

Secara teoretis untuk mengembangkan pedagogik dalam konsep pendidikan Islam dan dapat memberikan pengetahuan yang kontruktif dan memberikan kontribusi nyata dalam dunia pendidikan yang Islami di Indonesia sehingga antara intelektual dan spiritual dapat berjalan secara kesinambungan dengan baik.

Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat:

a. Almamater, Penelitian ini diupayakan dapat memberi kontribusi dalam menambah dan mewarnai nuansa ilmiah di lingkungan kampus UPI Bandung.

b. Guru, hasil penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan profesionalisme dan semangat guru dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak didik mereka.

c. Tenaga pendidik, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber acuan dalam memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia terutama dalam kegiatan belajar mengajar melalui konsep pendidikan yang Islami.


(36)

21

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Struktur Organisasi Tesis

Stuktur Penelitian Tesis ini terdiri dari beberapa komponen yang sistematis dalam bentuk bab per bab, dan antara satu bab dengan bab yang lain terdapat keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Adapun kerangka berpikir yang dapat peneliti ajukan adalah sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan. Bab ini berisi langkah-langkah penelitian yang berkaitan rancangan pelaksanaan penelitian secara umum, terdiri dari sub-sub bab tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan stuktur organisasi tesis.

Bab II, Bab ini berisi landasan teori yang didalamnya terdapat subbab yaitu sejarah pendidikan Islam, Teori-teori Pendidikan Islam, Teori Pendidikan yang mempengaruhi Mohammad Natsir, Biografi singkat Mohammad Natsir, Manusia sebagai Makhluk Pendidikan, Perpektif Pedagogik, Pendidikan Tarbiyah, Tujuan Pendidikan, Proses Pendidikan, Evaluasi Pendidikan, Kendala Pendidikan.

BAB III, Metode Penelitian. Bab ini meliputi: 1) Desain penelitian. 2) Sumber Data. 3) Pengumpulan data. 4) Analisis data.

BAB IV, Bab IV berisi tentang temuan dan pembahasan dan dalan bab ini terdiri dari beberapa sub bab. Pertama, Hasil penelitian, Kedua, pembahasan

Bab V Penutup dalam bab ini berisi kesimpulan yang terdiri secara umum dan khusus serta implikasi dan rekomendasi pendidikan yang baik menurut Mohammad Natsir.


(37)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik bersifat kuantitatif atau kualitatif, eksperimental atau noneksperimental. Metode tersebut telah dikembangkan secara intensif, melalui berbagai uji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku. Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, hambatan, tantangan, ancaman dan kesulitan yang harus diatasi. Masalah merupakan bagian dari kehidupan manusia, dan berkat keberhasilan mengatasi dan memecahkan masalah-masalah tersebut manusia berkembang lebih pesat, lebih tinggi. Sudah tentu manusia juga mampu memecahkan masalah yang dihadapinya karena ada sebab lain disamping upaya tersebut. Manusia mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, mampu mengembangkan dan menciptakan hal-hal baru, karena memiliki sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan intelektual, sosial, afektif dan psikomotorik. Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori (Sukmadinata, 2010, hlm. 5).

Adapun bahasan-bahasan yang akan diuraikan dalam bab ini, yaitu: desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Perolehan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, menggunakan metode library Research atau studi kepustakaan dengan pendekatan analisis historis. Sumber data ini terdiri dari data primer dan data skunder. library Research atau studi kepustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori yang mendasari penelitian, baik teori yang berkenaan dengan bidang ilmu yang diteliti maupun metodologi. Dalam studi pustaka ini juga dikaji hal-hal yang bersifat empiris bersumber dari temuan-temuan penelitian terdahulu.


(38)

96

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk membangun strategi yang menghasilkan model atau blue print penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif non interaktif dengan mengunakan suatu analisa dan investigasi terhadap konsep perjalanan sejarah melalui suatu analisis dokumen. Penelitian ini difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Satu fenomena tersebut bisa berupa seorang sekolah atau pimpinan pendidikan, sekelompok siswa, suatu program, suatu proses, suatu penerapan kebijakan, atau suatu konsep. Dalam hal ini sudah pasti menuntut perencanaan yang matang untuk menetukan tempat, partisipan dan memulai pengumpulan data. Rencana ini bersifat emergent atau berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dalam temuan dilapangan. Desain yang berubah atau emergent tersebut bersifat sirkuler karena penentuan sampel yang bersifat purposive, pengumpulan data dilakukan secara simultan merupakan langkah yang bersifat interaktif (Sukmadinata, 2010, hlm. 99). Penelitian mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan karya Mohammad Natsir atau karya orang lain mengenai Mohammad Natsir tentang konsep pendidikan. Penelitian mengunakan pendekatan non interaktif dipilih karena yang menjadi data adalah konsep atau teori, terdapat dalam karya tulis oleh Mohammad Natsir atau karya orang lain mengenai Mohammad Natsir. Oleh sebab itu, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian kepustakaan (library research) dan analisis yang digunakan ialah analisis historis. Library research adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Catatan yang terkumpul dipilih dan ditandai kemudian ditetapkan sebagai data penelitian. Selanjutnya data yang terkumpul diolah dengan melakukan pemisahan dan penggabungan berdasarkan kesamaan dan perbedaan


(39)

97

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karakter data yang terkumpul (katagorisasi), kemudian dianalisis dan ditafsirkan (di interpretasi). Adapun teknik analisis yang digunakan ialah analisis isi (content analysis). Setelah dianalisis dan diinterpretasi, peneliti melakukan diskusi bersama para ahli. (Permana & Sudarsyah 2013, hlm. 23), menyatakan bahwa “penelitian historis secara umum merupakan penelaahan data serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dengan kata lain, penelitian bertugas mendeskripsikan gejala dalam kurun waktu masa lalu. Karena itu pada studi ini menjadi penting untuk menetapkan sumber data baik primer maupun sekunder. Dokumen-dokumen, catatan, sejarah lisan, dan sumber informasi lainnya dapat bersifat sumber primer atau sekunder. Adapun alur metode penelitian (desain penelitian) secara singkat dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

B. Sumber Data

MASALAH PENELITIAN

ANALISIS DATA

SUBJEK PENELITIAN

TRIANGULASI PENELITIAN

KUALITATIF NON INTERAKTIF


(40)

98

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang berkaitan langsung dengan peristiwa yang sedang diselidiki, seperti buku harian dan artikel dengan orang yang mengalami peristiwa itu. Sedangkan sumber sekunder seperti buku yang ditulis tentang kejadian tersebut. Proses pengumpulan data dilakukan dengan bahan-bahan dokumen yang ada, yaitu dengan melalui pencarian buku-buku, jurnal dan lain-lain dikatalog dari beberapa perpustakaan dan mencatat sumber data yang terkait yang dapat digunakan dalam studi penelitian ini. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini ialah:

D.P. Sati Alimin, Capita Selecta, Cet. III, Jakarta: Bulan Bintang, 1973. Buku Capita Selecta ini dipilih karena merupakan warisan intelektual dan buah pemikiran Mohammad Natsir yang dikumpulkan oleh Sati Salimi. Sati Salimi adalah seorang wartawan yang sangat mengaggumi Mohammad Natsir. Beliau yang mengumpulkan berbagai macam artikel yang pernah ditulis oleh Mohammad Natsir dan dijadikan buku yang berjudul CAPITA SELECTA.

- Adapun sumber sekunder, meliputi karya tentang Mohammad Natsir yang Pemikiran dan Perjuangan Mohammad Natsir (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001),

- 100 Tahun Mohammad Natsir: Berdamai dengan sejarah (Yogyakarta: Lkis, 2008),

- Pak Natsir 80 Tahun: Pandangan dan penilaian anak Muda (disunting oleh Saifuddin Anshari dan Amin Rais),

- Rindu Pendidikan dan Kepemimpinan M.Natsir (Semarang: Republika, 2000)

- Menyonsong 50 Tahun Indonesia Merdeka dan Mengenang Mohammad Natsir (Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2007),


(41)

99

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

- Mohammad Natsir Dalam Sejarah Politik Indonesia (Surabaya: PT. Mizan Pustaka, 2001)

- Seri Tempo M. Natsir, (Jakarta: Gramedia, 1998) - Mohammad Natsir, (Jakarta: PT. Suka Buku, 2008)

- Soekarno Versus M. Natsir, (Bandung: Darrul Falah, 2000)

- Mohammad Natsir dan Perjuangan Politik Indonesia, (Bandung: PT. Buku Kita, 1994)

- M. Natsir Dakwah dan Pemikiran (Yogyakarta: Gema Insani Press, 2000) Pentingnya sumber sekunder dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis lebih mendalam konsep pendidikan Mohammad Natsir dengan tujuan untuk memperkuat isi tulisan dalam penelitian ini.

C. Pengumpulan Data

Jenis penelitian ini merupakan penelitian literature atau penelitian kepustakaan (Library Research). Menurut Muhajir, (1996, hlm. 59) penelitian Kajian pustaka lebih menekankan olahan teoritis daripada uji empiris dilapangan sebagai suatu penelitian literature yang akan menganalisis secara deskriptif. Oleh karenanya bahan pustaka sebagai sumber data utama dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan Mohammad Natsir. Sehingga prosedur Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap member check. (Nasution, 1992, hlm. 85) mengemukakan bahwa penelitian pada dasarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu (a) tahap orientasi, (b) tahap eksplorasi, (c) tahap member-check. Tahapan tersebut dilakukan sebagai berikut:

a. Tahap Orientasi: Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini peneliti melakukan orientasi atau pengenalan terhadap struktur masalah yang diteliti beserta aspek dan dimensinya.


(42)

100

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Tahap Eksplorasi: Pada tahap ini peneliti mulai mempersiapkan diri untuk melakukan penelitian secara intens: berupaya memperoleh data dengan sikap yang lebih selektif, mencari informasi yang relevan. Tahap eksplorasi yang dilakukan dalam penelitian guna mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian. Pada tahap ini peneliti mencari sumber data primer dengan cara membaca dan menelusuri pendapat Mohammad Natsir yang tertuang dalam karya-karyanya atau buku-bukunya dan mencari sumber sekunder dengan cara menelusuri pendapat tokoh-tokoh yang terdapat kesamaan tema-tema pemikiran dengan Mohammad Natsir. Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, penulis melakukan reduksi data (memasukkan data kedalam kategori tema, fokus), melakukan display data (penyajian data kedalam sejumlah matrik, yang menunjukkan jalinan pengaruh antar faktor didalam proses peristiwa), kemudian melakukan penarikan kesimpulan dan segera digarap oleh peneliti untuk dianalisis kedalam bentuk laporan penelitian. Setelah tahapan diatas selesai, kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penulisan laporan penelitian yang dibuat sesuai dengan format pedoman penulisan yang berlaku dilingkungan Program Pascasarjana UPI Bandung.

c. Tahap Member Check: Tujuan utama dari tahapan ini, antara lain: melakukan konfirmasi terhadap data yang diperoleh dengan mengecek kebenaran data oleh sumber data untuk memberikan tanggapan dan komentar sebagai re-check, melakukan kegiatan yang bersifat triangulasi, yakni menuntaskan kebenaran data dengan meminta tanggapan mengenai kebenaran data yang diperoleh kepada pihak (pakar ahli) yang relevan dan diyakini dapat memberikan informasi.


(43)

101

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Konsep Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir (Studi pada buku Capita Selecta Karya M. Natsir)

No. Pertanyaan Teori Indikator Sumber Data

1. Bagaimanakah tujuan konsep pendidikan Mohammad Natsir pada buku Capita Selecta?

Teori tentang Tujuan Pendidikan.

Ada beberapa jenis tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Langeveld (dalam Sadulloh, 2007, hlm.80), yaitu:

a. Tujuan umum/ tujuan akhir/ tujuan total, berupa

kedewasaan

b. Tujuan khusus (pengkhususan dari tujuan umum) berupa penjabaran manusia dewasa c. Tujuan insidental/

tujuan sesewaktu, yang menyangkut suatu peristiwa

 Arah  Maksud  Sasaran  Rencana  Visi  Capaian

Buku yang berjudul Capita Selecta karya M. Natsir & Artikel pendukung lainnya.


(44)

102

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khusus

d. Tujuan sementara, berupa langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum

e. Tujuan tak lengkap,

berkenaan dengan salah satu aspek pendidikan

f. Tujuan intermedier, melayani tujuan pendidikan yang lain.

Dalam Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan: “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka

mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara


(45)

103

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang demokratis serta bertanggung jawab.” Tujuan pendidikan diatas ialah secara

makro yang

menyangkut taraf hidup manusia yang ingin dicapai oleh suatu masyarakat,

yaitu bangsa

Indonesia. Selain itu, penjabaran tujuan pendidikan nasional menghasilkan hierakhi tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut.

a. Tujuan pendidikan nasional, bersifat

umum dan

merupakan tujuan global dari setiap usaha pendidikan yang dilakukan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003; b. Tujuan

institusional, berarti tujuan yang hendak dicapai oleh institusi yakni sekolah, di mana

tujuan ini

dihubungkan dengan tujuan

umum dalam

bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang


(46)

104

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mencakup standar kompetensi

pendidikan dasar, menengah,

kejuruan, dan jenjang

pendidikan tinggi; c. Tujuan kurikuler, ialah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi tertentu sehingga masing-masing mata pelajaran berbeda-beda tujuannya; d. Tujuan instruksional/ tujuan pembelajaran, ialah penjabaran khusus dari tujuan kurikuler di mana akan terdapat suatu kompetensi khusus yang akan dicapai siswa setelah

pembelajaran, yang biasanya meliputi

kompetensi dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan instruksional/ tujuan

pembelajaran dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu


(47)

105

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan

Instruksional Khusus (TIK). Namun sekarang berubah nama menjadi Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) dan Tujuan

Pembelajaran Khusus (TPK). TPU merupakan tujuan suatu pokok bahasan dari suatu bidang studi/ mata pelajaran yang diajarkan di suatu lembaga

pendidikan.

Sedangkan TPK merupakan

penjabaran dari TPU.

2. Bagaimanakah konsep Islam Sekitar

Pendidikan Anak Menurut Mohammad Natsir pada buku Capita Selecta Karya M. Natsir

Teori tentang Proses Pendidikan, yang di dalamnya terdapat komponen pendidikan yang lain seperti:

a. Pendidik b. Anak didik c. Alat Pendidikan d. Situasi Pendidikan e. Lingkungan Pendidikan

 Kegiatan  Pelaksanaan  Program  Perubahan  Peristiwa  Cara

Buku yang berjudul Capita Selecta Karya M. Natsir & Artikel

3. Bagaimanakah evaluasi konsep pendidikan

Teori tentang Evaluasi Pendidikan.

Evaluasi pendidikan

 Mengukur  Menilai

 Membandingkan

Buku yang berjudul Capita


(1)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, (2001), 100 Tahun Mohammad Natsir/Berdamai Dengan Sejarah. Bandung: Republika

Abdullah, M.A. dkk, (2007), Islamic Studies dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi, Yogyakarta: Suka Press.

Al-Attas, S.M.A. (1979), Aims and Objective of Islamic Education, Jeddah: King Abdulaziz University.

Al-Attas, S.M.A. (1990), Islam Dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, Cet. 4, Malaysia: Angkatan Belia Islam Malaysia

Ali, M. (1969), Alam Pikiran Islam di Indonesia, Yogyakarta: Nida.

Amrullah, A. (1991), Kerangka Dasar Masalah Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Anshari,S.A dan Rais, A. (1988), Pak Natsir Tahun II, Penghargaan dan Penghormatan Generasi Muda, Cet. I, Jakarta: Media Dakwah.

Arifin, M. (1991), Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Cet. I, Jakarta: Bumi Aksara,

Arifin, M.T. (1993), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Arifin, H.M. (1994), Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara. Arifin, Z. (2010), Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Rosda Karya.

Arikunto, S. (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Azyumardi, A. (1999), Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium

Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Al-Nainain, A.K. (1980), Falsafah Al-Tarbiyah Al Islamiyah fi Al-quran Al-Karim dan Al-Fikri Al-Arabi. Yogakarta: Gaya Media Pratama.


(2)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Boland, B.J. (1985), Pergumulan Islam di Indonesia 1945-1970. Jakarta: Grafiti Press

Burhanudin & Afrianty. (2006), Mencetak Muslim Modern, Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada.

Daryanto, (2012), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Agama RI, (2004), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit

J-Art.

Dhofier, Z. (1984), Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES

Freire, P. (2008), Pendidikan Kaum Tertindas, Jakarta: LP3ES

Harjono, & dkk, (1996), Pemikiran dan Perjuangan Muhammad Natsir, Cet. I, Jakarta: Pustaka Firdaus.

Harun, L. (1988), "Hari-Hari Terakhir PDRI" dalam Endang Saifuddin Anshari dan Amin Rais, Pak Natsir 80 Tahun, Pandangan dan Penilaian Generasi Muda, Jakarta: Media Dakwah.

Hasbullah. (1996), Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada Hasbullah. (2006), Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada.

Hawari dkk, (1993), Persiapan Menuju Perkawinan Lestari, Jakarta: Pustaka Antara Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Jakarta: Gaya Baru Henderson, S.V.P. (1950), Introduction to Philosophy of Education. Chicago: The

University of Chicago Press.

Hery, N.A. (1999), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Hurlock, E. (1990), Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga


(3)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Khozin. (2001), Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,

Langeveld, M.J. (1970), Pedagogik Teoritis Sitematis. (Penerjemah Simanjutak). Bandung: CV. Jemmars

Langgulung, H. (1992), Asas-asas Pendidikan Islam, Cet. II, Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Lapidus, I.M. (1999), Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian III, Cet. I, Penerjemah:

Ghufron A. Mas’adi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Luth, T. (1999), M. Natsir Dakwah dan Pemikirannya, Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press.

Mahendra, Y.I. (1994), Modernisme Islam dan Demokrasi, Pandangan Politik Muhammad Natsir, Jakarta: Islamika.

Mahmud, N. (2005), Problematika Rumah Tangga & Kunci Penyelesaiannya. Jakarta: Qisthi Press

Matta, A. (2006), “Dari Gerakan ke Negara” “Sebuah Rekonstruksi Negara

Madinah yang dibangun dari Bahan Dasar Sebuah Gerakan, Jakarta: Fitrah Rabbani

Miller, P.H. (1983), Theories of Developmental Psychology. USA: W.H. Freeman and Company.

Moleong, L.J. (2004), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Muhaimin & Mudjib, A. (1993), Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya.

Muhsin, M.K. (1980), “Pak Natsir dan Dakwah di Pedesaan” dalam H. Endang

Saifuddin Anshari dan M. Amien Rais (ed.), Pak Natsir 80 tahun, Pandangan dan Penilaian Generasi Muda, Cet. I, Jakarta: Media Dakwah.


(4)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muliawan, J, U. (2005), Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulkhan, A.M. (1993), Paradigma Intelektual Muslim, Pengantar Filsafat

Pendidikan Islam dan Dakwah, Cet. I, Yogyakarta: Sipress.

Mustafah, J. (2012), Pendidikan Holistik: Pendekatan Lintas Perspektif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nahlawi, A. (1989), Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan Masyarakat, Bandung: Diponegoro.

Natsir, M. (1973), Capita Selecta I, D.P. Sati Alimin, Jakarta: Bulan Bintang. Nasution, S. (2005), Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.

Noer. D, (1980), Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES Puar, Y.A. (1978), Muhammad Natsir 70 Tahun: Kenang-Kenangan Kehidupan dan

Perjuangan. Jakarta: Pustaka Antara.

Phenix, P.H. (1964), Realm of Meaning: A Philosophy of the Curriculum for General Education, USA: McGraw-Hill.

Permana & Sudarsyah. (2013), Pengantar Metode Penelitian, Surabaya: PT Abadi

Praktiknya, A,W. (1991). “Identifikasi Masalah Pendidikan Agama Islam di

Indonesia”, Pendidikan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Quthb, M. (1993), Sistem Pendidikan Islam, Cet III, Bandung: PT Alma’arif

Roem, M. (1983), Bunga Rampai dari Sejarah, Wajah-wajah Pemimpin dan Orang Terkemuka Indonesia III, Cet I, Jakarta: Bulan Bintang.

Rosidi, A. (1990), M. Natsir: Sebuah Biografi. Jakarta: Girimukti Pusaka.

Rosyidi, A. (1988), Kebudayaan Islam dalam Perspektif Sejarah, Cet. I, Jakarta: Girimukti Pusaka.


(5)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sadulloh, U. (2007), Pedagogik, Bandung: Cipta Utama

Sofa, A. (2001), Konsep Muhammad Natsir tentang Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia, Yogyakarta: UII.

Saifullah, M. (1987), DDII Lembaga Dakwah yng tidak setengah-setengah, nomor IV, Jakarta: Gema Insani Press.

Sar’an, E. (1988), Sirah Jihad Persatuan Islam, Bandung: Pustaka.

Sukmadinata, N. (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sudijono, A. (2011), Pengantar Evaluasi Pendidikan, cet. X, Jakarta: Raja grafindo. Sukardi H.M. (2009), Evaluasi Pendidikan; Prinsip & Operasionalnya, Jakarta:

Bumi Aksara.

Syaripudin, T. (2003), Landasan Kependidikan Sekolah Dasar. Bandung: Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Syaripudin, T. & Kurniasih, (2010), Pedagogik Teoritis Sistematis, Bandung: Percikan Ilmu

Tafsir, A. (2012), Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Rosda Karya.

Taufiq, A. (1987), Islam dan Masyarakat, Pantulan Sejarah Indonesia, Jakarta: LP3ES.

Tirtarahardja & dkk, (2005), Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Uhbiyati, N. (1998), Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia

Wahid, A. (2006), Islamku, Islam Anda, Islam Kita. Jakarta: The Wahid Institut,

Wildan, D. (1997), Da’i yang Politikus, Hayat dan Perjuangan Lima Tokoh Persis,


(6)

Tofan Rapiera Yudha, 2015

KONSEP PENDIDIKAN ISLAMI MENURUT MOHAMMAD NATSIR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yatim, B. (1995, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Cet. III, Jakarta: Raja Grafindo Persada.