PABRIK TEPUNG TAPIOKA DENGAN PROSES EKSTRAKSI.

(1)

PABRIK TEPUNG TAPIOKA

DENGAN PROSES EKSTRAKSI

PRA RENCANA PABRIK

Oleh :

GALIH NOVIANTO

0631010092

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan segala rahmat serta karuniaNya sehingga penyusun telah dapat menyelesaikan Tugas Akhir “Pra Rencana Pabrik Tepung Tapioka Dengan Proses Ekstraksi”, dimana Tugas Akhir ini merupakan tugas yang diberikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan kesarjanaan di Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional Surabaya.

Tugas Akhir “Pra Rencana Pabrik Tepung Tapioka Dengan Proses Ekstraksi” ini disusun berdasarkan pada beberapa sumber yang berasal dari beberapa literatur , data-data , majalah kimia, dan internet.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan baik berupa saran, sarana maupun prasarana sampai tersusunnya Tugas Akhir ini kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT

Selaku Dekan FTI UPN “Veteran” Jawa Timur 2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT

Selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, FTI,UPN “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Dr.Ir. Edi Mulyadi, SU

selaku dosen pembimbing.


(4)

5. Seluruh Civitas Akademik Jurusan Teknik Kimia , FTI , UPN “Veteran” Jawa Timur.

6. Kedua orangtua kami yang selalu mendoakan kami.

7. Semua pihak yang telah membantu , memberikan bantuan, saran serta dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Kami menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, karena itu segala kritik dan saran yang membangun kami harapkan dalam sempurnanya tugas akhir ini.

Sebagai akhir kata, penyusun mengharapkan semoga Tugas Akhir yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa Fakultas Teknologi Industri jurusan Teknik Kimia.

Surabaya , Februari 2011 Penyusun,


(5)

INTISARI

Perencanaan pabrik tepung tapioka ini diharapkan dapat berproduksi dengan kapasitas 35.000 ton tepung tapioka/tahun dalam bentuk solid. Pabrik beroperasi secara kontinyu berjalan selama 24 jam tiap hari dan 330 hari kerja dalam setahun.

Kegunaan terbesar dari tepung tapioka adalah pada bidang industri makanan, dimana tepung tapioka berfungsi sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam roti. Tepung tapioka digunakan pada industri kimia sintesa dan industri pelarut organik dan resin berbasis pati singkong di Indonesia. Secara singkat, uraian proses dari pabrik tepung tapioka sebagai berikut :

Pertama-tama singkong dibersihkan dari kotoran, kemudian dengan air singkong dicuci. Singkong kemudian dihaluskan . Setelah dihaluskan, diperoleh starch singkong. Starch singkong dipisahkan sehingga diperoleh pati singkong kemudian dikeringkan dan dihaluskan sebagai produk akhir tepung tapioka.

Pendirian pabrik berlokasi Ponorogo dengan ketentuan :

Bentuk Perusahaan : Perseroan Terbatas Sistem Organisasi : Garis dan Staff Jumlah Karyawan : 164 orang Sistem Operasi : Kontinyu

Waktu Operasi : 330 hari/tahun ; 24 jam/hari Analisa Ekonomi :

* Massa Konstruksi : 2 Tahun


(6)

* Fixed Capital Investment (FCI) : Rp. 291.658.957.763 * Working Capital Investment (WCI) : Rp. 39.771.676.059 * Total Capital Investment (TCI) : Rp. 331.430.633.821 * Biaya Bahan Baku (1 tahun) : Rp. 137.784.602.441 * Internal Rate of Return : 20 %

* Rate On Investment : 27 %

* Pay Out Periode : 2 Tahun


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel VI.1. Instrumentasi pada Pabrik ………... VI - 5 Tabel VI.2. Jenis Dan Jumlah Fire – Extinguisher ………. VI - 7 Tabel VII.2.1. Baku mutu air baku harian ……….………...… VII - 50 Tabel VII.2.3. Karakteristik Air boiler dan Air pendingin ………...… VII - 52 Tabel VII.4.1. Kebutuhan Listrik Untuk Peralatan Proses Dan Utilitas

……….……….……….…… VII - 101 Tabel VII.4.2. Kebutuhan Listrik Untuk Penerangan Ruang Pabrik

Dan Daerah Proses ……….…….…………. VII - 102 Tabel VIII.1. Pembagian Luas Pabrik ………...……… VIII - 110 Tabel IX.1. Jadwal Kerja Karyawan Proses ………..…… IX - 125 Tabel IX.2. Perincian Jumlah Tenaga Kerja ………..…… IX - 127 Tabel X.4.D. Tabel Cash Flow ……….……….….… X - 134 Tabel X.4.E. Pay Out Periode ……….……….…… X - 137 Tabel X.4.F. Perhitungan discounted cash flow rate of return …… X - 137


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar VIII.1 Lay Out Pabrik ……….…………...….... VIII - 112 Gambar VIII.3 Lay Out Peralatan Pabrik ………….………. VIII - 114 Gambar IX.1 Struktur Organisasi Perusahaan ……….…….. IX - 117 Gambar X.1 Grafik BEP ……….……….…..……… X - 139


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….……….………. i

KATA PENGANTAR ……….……….………. ii

INTISARI ……….……….……….……… iv

DAFTAR TABEL ……….……….……….…… vi

DAFTAR GAMBAR ……….……….……… vii

DAFTAR ISI ……….……….……….………… viii BAB I PENDAHULUAN ……….……….……… I – 1 BAB II SELEKSI DAN URAIAN PROSES ……….…… II – 8 BAB III NERACA MASSA ……….……….……. III – 13 BAB IV NERACA PANAS ……….……...……… IV – 18 BAB V SPESIFIKASI ALAT ……….……….... V – 20 BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ….. VI – 33 BAB VII UTILITAS …... VII – 45 BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII – 105 BAB IX ORGANISASI PERUSAHAAN ……….…… IX – 116 BAB X ANALISA EKONOMI ……….……….…. X – 128 BAB XI PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN ……....………. XI – 140


(10)

Pendahuluan --- I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Produksi serealia terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi. Begitu pula dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan serealia dan umbi-umbian sebagai sumber energi pun terus meningkat. Tanaman dengan kadar karbohidrat tinggi seperti halnya serealia dan umbi-umbian pada umumnya tahan terhadap suhu tinggi. Serealia dan umbi-umbian sering dihidangkan dalam bentuk segar, rebusan atau kukusan, hal ini tergantung dari selera.

Singkong (Manihot utilissima) disebut juga ubikayu atau ketela pohon, mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi yaitu sebanyak 32.4 dan kalori 567.0 dalam 100 gram singkong. Dengan demikian singkong dapat dipakai sebagai pengganti beras. Aneka olahan dari bahan baku singkong cukup beragam mulai dari makanan tradisional seperti getuk,timus,keripik,gemblong,dll, sampai membuat bahan yang memerlukan proses teknologi lebih lanjut.

Pada dasarnya olahan singkong dalam industri dapat digolongkan menjadi tiga yaitu hasil fermentasi singkong (tape/peuyem), singkong yang dikeringkan (gaplek) dan tepung singkong atau tepung tapioka. Tepung tapioka digunakan dalam industri makanan atau pakan ternak, dekstrin, glukosa (gula). Dekstrin digunakan dalam industri tekstil, industri makanan dan industri kimia seperti etanol dan senyawa organik lainnya.

Tepung tapioka tersusun atas granula-granula pati berukuran 5-35 mikron,memiliki sifat bieerefringent yang kuat serta tersusun atas 20% amilosa dan 80% amilopektin sehingga mempunyai sifat mudah mengembang (swelling) dalam air panas.

Pati ini dengan cepat akan tergelatinisasi oleh pemanasan dengan air dan larutannya setelah pendinginan secara komparatif tetap cair. Selanjutnya, larutan tersebut secara relatif lebih stabil dalam hal bahwa larutan tersebut tidah cepat


(11)

Pendahuluan --- I - 2

memisah kembali ke bentuk yang tidak larut (insoluble form) seperti yang terjadi pada pati jagung dan pati kentang (retrogradasi)

Tepung tapioka yang diinginkan konsumen adalah tepung yang warnanya putih, bubuknya halus (free flowing powder), kering (kadar airnya rendah), bersih, aromanya khas tepung/tidak apek, dan tidak mengandung zat-zat yang berbahaya. Kemasannya harus kuat dan tidak mudah bocor.

I.2 Sejarah Perkembangan

Di Indonesia, industri tepung tapioka mulai marak tahun 1980-an. Dalam melakukan usaha selama ini, industri pengolahan tapioka menggunakan modal sendiri dan sebagian menggunakan modal dari perbankan dan bantuan dari BUMN serta kemitraan. Contohnya industri tapioka yang terdapat di Propinsi Lampung, terutama yang berada di Kabupaten Lampung Timur yang menjadi daerah survei dalam perencanaan pabrik ini, pada tahun 2003 memiliki 38.964 hektar lahan untuk penanaman singkong yang menghasilkan 592.358 ton singkong dan memiliki 31 perusahaan menengah besar yang terdaftar di Dinas Pertanian, disamping puluhan perusahaan menengah kecil yang merupakan industri tapioka rakyat (Dinas Pertanian Lampung Timur, 2004). Bisa dilihat dari hasil survei bahwa tepung tapioka adalah komoditi yang cocok untuk industri pertanian yang harus dikembangkan karena dapat menghasilkan profit yang cukup besar.

I.3 Aspek Ekonomi

Dilihat dari aspek ekonomi dan sosial, usaha pengolahan tapioka memiliki dampak yang positif. Banyak pihak yang memperoleh manfaat dari usaha ini, diantaranya adalah petani singkong, masyarakat, dan pengusaha itu sendiri. Pihak-pihak yang terkait tersebut dapat memperoleh kenaikan penghasilan dari usaha tersebut. Dampak lain selain kenaikan pendapatan adalah bahwa usaha pengolahan tapioka mampu menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja pengolahan tapioka diperoleh dari masyarakat sekitar sehingga secara tidak langsung mengurangi jumlah pengangguran.


(12)

Pendahuluan --- I - 3

I.4 Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku I.4.1 Singkong

a. Sifat Fisika :

- Bentuk : bulat memanjang - Warna : Putih

- Rasa : Manis b. Sifat Kimia :

Tabel 1

Sifat Kimia Singkong

I.4.2 Sulfur Dioksida a. Sifat Fisika :

- Rumus molekul : SO2

- Berat molekul : 64,06 gr/mol - Bentuk : gas berwarna putih - Titik leleh : -75,5oC

- Titik didih : -10,0oC - Spesifikasi gravity : 1,434

- Bau : sangat menyengat b. Sifat Kimia :

- Dapat larut dalam H2SO4, 95 % ethyl alkohol

- Dapat larut dalam asam asetat

Komposisi Komponen Singkong masih segar (tidak lebih dari 3 hari setelah panen) Spesifikasi Action level Reject level

moisture 70 % >70 % pati 24 % <24 % serat 2 % <2 % protein 1 % <1 % Lain - lain 3 % <3 % Bulk density 600 – 650 kg/m3 <600 kg/m3


(13)

Pendahuluan --- I - 4

I.5 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk I.5.1 Spesifikasi Bahan Baku

I.5.1.1 Singkong a. Sifat Fisika :

- Bentuk : bulat memanjang - Warna : Putih

- Rasa : Manis b. Sifat Kimia :

Tabel 2

Sifat Kimia Singkong

I.5.1.2 Air

a. Sifat Fisika :

- Rumus molekul : H2O

- Berat molekul : 18 gr/mol - Bentuk : cair bening - Titik leleh : 0oC - Titik didih : 100oC - Spesifikasi gravity : 1 b. Sifat Kimia :

- Dapat larut dalam H2SO4, 95 % ethyl alkohol

- Dapat larut dalam asam asetat

Komposisi Komponen Singkong masih segar (tidak lebih dari 3 hari setelah panen) Spesifikasi Action level Reject level

moisture 70 % >70 % pati 24 % <24 % serat 2 % <2 % protein 1 % <1 % Lain - lain 3 % <3 % Bulk density 600 – 650 kg/m3 <600 kg/m3


(14)

Pendahuluan --- I - 5

I.5.2 Spesifikasi Produk I.5.2.1 Tepung tapioka

a. Sifat Fisika :

Critical standart standart

Starch content 86 % min (superior quality) Yeast and Mold < 10.000

Total Plate Count <100.000

Colour white

Moisture 12.5% max Acid factor 4 ml max

PH 5-7

Viscosity 0f 2% 45 sec min Particle size 97% pass thru 100mesh Ash content 0,2% max Fibre content 0,2% max

Smell Characteristic

(Dipasarkan dengan kemasan kantong 25 kg)

I.6 Penggunaan produk

TEPUNG TAPIOKA DIAPLIKASIKAN SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM BEBERAPA INDUSTRI, ANTARA LAIN SEBAGAI BERIKUT:

• Industri kertas

Tepung tapioka digunakan dalam tiga tahapan dalm proses produksi,yaitu : Beater Sizing atau Wet-end, Surface Sizing atau Size-press dan Surface Coating.

Pertama adalah tahapan memeras bagian yang lunak sebelum proses menjadi lembaran. Kondensitas dari bagian yang lunak (pulp) berkisar antara 2-3%. Penambahan pati tapioka, pre-gelatinisasi pati modifikasi dan pati kation akan meningkatkan kondensitasnya.

Kedua adalah tahapan proses pengubahan pulp menjadi lembaran. Larutan pati tapioka tidak hanya akan mengisi pari pada lembaran saat passing through dan oven pengering, tetapi juga menambah kelicinan permukaan lembaran, membuat lembaran halus untuk ditulisi dan mencegah tinta menembus lembaran. Contoh pati yang digunakan


(15)

Pendahuluan --- I - 6

dalam tahapan ini adalah pati teroksidasi, pati asam termodifikasi dan pati kation.

Ketiga adalah tahapan produksi kertas dengan kondensitas khusus untuk sampul buku, kertas kalender, dan kardus. Contoh patinya adalah pati teroksidasi, Hydroxyethl modifikasi dan pati ester fosfat.

• Industri tekstil

Pati mempunyai peranan penting dalam tiga tahapan produksi tekstil yaitu : mixing,printing dan finishing.

Pertama, pati tapioka digunakan untuk membuat jalinan benang menjadi halus permukaannya dan memberikan ketegangan yang baik pada kain. Contoh pati yang digunakan dalam tahapan ini adalah pati teroksidasi dan Pati Hydroxyethyl.

Dalam proses pencetakan, tepung tapioka berperan dalam pencetakan dan mencegah kontaminasi pencetakan sementara. Pati yang digunakan adalah Pregelatinized Starch Ether.

Pada tahapan penyelesaian, pati tapioka digunakan dalam berbagai proporsi untuk membuat kain (baju) berkilau (licin) dan permanen, sebagai contoh,12% untuk kain katun, 8% untuk rayon dan 18% untuk kain sintetis.

• Industri Food and Beverage

Dalam industri ini,pati tapioka digunakan untuk meningkatkan densitas, juga untuk menurunkan harga dan memberi kekakuan yang konsisten. Mie instant, mie, mie transparan dan sago banyak mengandung tepung tapioka karena memiliki harga yang lebih rendah dibanding pati yang lainnya.


(16)

Pendahuluan --- I - 7

I.7 Tujuan

1. Untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja.

2. Untuk mengolah tanaman singkong menjadi komoditi yang lebih penting dan bernilai tinggi.


(17)

Seleksi dan Uraian Proses --- II - 8

BAB II

SELEKSI DAN URAIAN PROSES

II.1 Macam Proses

Pada proses pengolahan tepung tapioka dikenal secara tradisional, di negara kita mencuci singkong, mengupas singkong, memarut singkong, dan mengeringkan tepung tapioka dan ampas dilakukan secara manual karena skala usahanya kecil-kecilan. Akan tetapi, di negara lain, di mana skala usahanya besar-besaran kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan mesin.

Bahan baku tapioka adalah singkong (ketela pohon). Pemasok singkong adalah petani singkong. Singkong diterima di gudang, lalu dicuci, kemudian dikupas, terus digiling dalam mesin penggiling. Dalam proses menggiling, yang keluar adalah ampas dan sari pati yang merupakan tapioka. Selanjutnya, sari pati dikeringkan (dijemur), lalu dikeringkan untuk disimpan di gudang.

Catatan: Tapioka adalah produk ekspor ke negara-negara Eropa Barat. Tepung tapioka digunakan sebagai bahan baku berbagai produk farmasi dan kosmetika, di samping untuk membuat pellet makanan ternak dan ikan. Bila mutu tepung tapioka ini dapat dijaga dan ditingkatkan, produsen industri farmasi dan kosmetik di seluruh dunia Barat akan menjadi konsumen yang potensial. Hal ini merupakan devisa yang diperlukan untuk menggerakkan perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, selain mengintensifkan pemasaran di pasar internasional, mutunya juga harus tetap ditingkatkan.

Proses Produksi Tepung Tapioka

Pemerasan/Ekstraksi:

Pemerasan dilakukan dengan 2 cara yaitu:

a. Pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember.

b. Pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik). Bubur singkong diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin.


(18)

Seleksi dan Uraian Proses --- II - 9

Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan. Pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan selama 4 jam. Air di bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan endapan diambil dan dikeringkan.

II.2 Prosedur Pembuatan

1. Singkong dipotong-potong 5-7 cm, ditimbang hingga 5 kg (tanpa bonggol), dimasukkan dalan air unruk dianalisa kadar pati secara sederhana (test randement).

2. Singkong dikupas untuk menghilangkan kulit ari yang kecoklatan dan kotoran yang melekat dengan menggunakan root-peeler. Operator harus mengoptimalkan jumlah singkong yang akan dikupas sesuai dengan kapasitas mesin.

3. Umbi singkong dicuci untuk menghilangkan kotoran yang masih melekat dan menghilangkan lendir dengan rotary wash machine. 4. Singkong yang sudah bersih dipotong-potong menjadi

potongan-potongan kecil setebal 3-5 cm. Operator harus memisahkan umbi yang berkayu, mulai busuk atau terlalu besar dari aliran untuk diperbaiki kondisinya sehingga sesuai dengan ketentuan.

5. Singkong yang telah dipotong diparut untuk memisahkan granula pati dari dinding sel sehingga diperoleh 90% atau lebih granula pati dengan menggunakan high speed raasper.

6. Bubur pati dari hasil pemaruatan ditambah SO2 untuk mencegah

diskolorisasi.Operator harus mengatur jumlah belarang yang dibakar untuk menghasilkan SO2 (1 kg belerang tiap 3 jam).

7. Bubur pati disaring untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih terbawa.


(19)

Seleksi dan Uraian Proses --- II - 10

8. Bubur pati hasil filtering diekstrak untuk menghilangkan serat dan pemurnian pati dengan menggunakan starch extractor dalam sistem tertutup.

9. Adonan hasil ekstraksi dikurangi kadar airnya dengan rotary vacuum filter dan dryer untuk mengurangi beban pengeringan. 10.Adonan hasil De-watering berupa wet starch (pati basah) dialiri

udara panas,kemudian dijatuhkan pada conveyor untuk dibawa ke alat pengering.

11.Pati basah dikeringkan dengan menggunakan pneumatic flash dryer suction type pada suhu optimum (50-60oC).

12.Tepung kering didinginkan dan dilakukan sortasi.Operator memisahkan tepung yang masih belum memenuhi standart.

13.Tepung tapioka yang dihasilkan dikemas dalam bag berukuran 25 kg dan disimpan dalam ruang penyimpanan.


(20)

Seleksi dan Uraian Proses --- II - 11

Diagram Proses Produksi pada Pabrik Tepung Tapioka

Ketela pohon

Pengupasan

Washing

Pemarutan

Bubur

Pati

Filtering

Ekstraksi

De-watering

Wet Starch


(21)

Seleksi dan Uraian Proses --- II - 12

Pendinginan Dan sortasi

Tepung tapioca kering


(22)

Neraca Massa --- III - 13

BAB III

NERACA MASSA

Kapasitas produksi = 35.000 ton/tahun

Waktu operasi = 24 jam / hari ; 330 hari / tahun Satuan massa = kilogram/jam

1. TANGKI PENCUCI ( X – 130 )

Komponen masuk (kg/jam) keluar (kg/jam) moisture pati serat protein impuritis air Kotoran

* Air pencuci dr utilitas * Limbar cair Air pencuci

air 36727,0966 Kotoran 9,6650

36369,4907 55100,3099 55100,3099 459,0887 826,3597 18363,5483 18730,8193 9,6650 36359,8256 367,2710 367,2710 183,6355 183,6355 91,8177 91,8177 12854,4838 12854,4838 4407,2516 4407,2516


(23)

Neraca Massa --- III - 14

2. CENTRIFUGAL EKSTRAKTOR ( H – 120 )

3. ROTARY DRUM VACUM FILTER ( H – 220 )

Komponen masuk (kg/jam) keluar (kg/jam) moisture Filtrat pati pati serat protein protein impuritis impuritis air air Cake air proses moisture

pati serat protein impuritis air pencuci 1,8364 749,2328 14064,6416 56192,4578 56192,4578 18730,8193 37461,6385 12854,4838 88,1450 367,2710 3,6727 183,6355 89,9814 91,8177 37538,7654 826,3597 42127,8162 12854,4838 4407,2516 4319,1066 367,2710 179,9628

Komponen masuk (kg/jam) keluar (kg/jam)

pati Cake

protein pati

impuritis protein

air impuritis

air

Air pencuci Filtrat protein impuritis air Air pencuci 34459,7493 42559,7268 42559,7268 8099,9775 431,9107 161,9665 80,9832 33784,8889 431,9107 89,9814 17,9963 37538,7654 8,9981 42127,8162 3753,8765 4319,1066 179,9628 4319,1066


(24)

Neraca Massa --- III - 15

4. ROTARY DRYER ( B – 230 )

5. CYCLONE ( H – 231 )

Komponen masuk (kg/jam) keluar (kg/jam)

pati * Cooler

protein pati impuritis protein air impuritis air * Cyclone pati protein impuritis air 8099,9775 8099,9775 3988,9279 431,9107 1,7996 0,8998 3676,4395 4111,0496 8,9981 16,1966 3753,8765 8,0983 8099,9775 77,4370 4319,1066 17,9963 3887,1959

Komponen masuk (kg/jam) keluar (kg/jam)

pati * Cooler

protein pati

impur itis protein

air impur itis

* Limbah gas pati protein impur itis air 3680,7856 4111,0496 4111,0496 4111,0496 430,2640 3676,4395 4,3191 0,0180 0,0090 431,9107 1,7996 427,5915 0,8998 1,7816 3676,4395 0,8908


(25)

Neraca Massa --- III - 16

6. COOLING CONVEYOR ( E – 240 )

7. ROLLER MILL ( C – 250 )

Komponen masuk (kg/jam) keluar (kg/jam)

* Dari dryer * Roll Mill

pati protein impur itis air

* Dari cyclone pati protein impur itis 4419,1919 4419,1919 3988,9279 4419,1919 427,5915 1,7816 0,8908 430,2640 4314,7875 16,1966 17,9783 8,0983 8,9891 77,4370 77,4370 3887,1959

Komponen masuk (kg/jam) keluar (kg/jam) * Cooler * Tapioka ke screen

pati protein impur itis air

* Recycle dr screen pati protein impur itis air 220,9596 4640,1515 4640,1515 4419,1919 4640,1515 215,7394 0,8989 0,4495 3,8719 17,9783 18,8772 8,9891 9,4386 77,4370 81,3089 4314,7875 4530,5268


(26)

Neraca Massa --- III - 17

8. SCREEN ( H – 251 )

Komponen masuk (kg/jam) keluar (kg/jam)

* Dari cooler * Hopper

pati protein impur itis air

* Recycle pati protein impur itis air

0,4495 3,8719 220,9596

4640,1515 4640,1515

81,3089 77,4370

4640,1515 4419,1919

215,7394 0,8989

4530,5268 4314,7875

18,8772 17,9783


(27)

Neraca Panas --- IV - 18

BAB IV

NERACA PANAS

Kapasitas produksi = 35.000 ton/tahun

Waktu operasi = 24 jam / hari ; 330 hari / tahun Satuan massa = kilogram/jam

Satuan panas = kilokalori/jam

1. ROTARY DRYER ( B – 230 )

Komponen

* ∆H dari rotary drum vacum * ∆H ke cooling conveyor

pati protein impuritis air

* ∆H udara panas * ∆H bahan + udara ke cyclone

pati protein impuritis air Udara * Q Loss

2614,9592 masuk (kkal/jam) keluar (kkal/jam)

7379,1583 37,5792 4528,3335 23,0467 1108873,6392 339,7881 184,3735 123898,6352 850755,9455 982255,6918 55443,6820 71174,2654 1095814,4210 66556,8307 123,1620 8384,6760 1662,6873 13059,2182 1108873,6392


(28)

Neraca Panas --- IV - 19

2. HEATER UDARA ( E – 233 )

3. COOLING CONVEYOR ( E – 240 ) Komponen

* ∆H udara *∆H udara panas ke Dryer

* Q masuk Q loss (condensate) 54893,075 1095814,4210 masuk (kkal/jam) 52845,9887 1150707,4964 1150707,4964 keluar (kkal/jam) 1097861,5078 Komponen

* ∆H tapioka dr dryer * ∆H tapioka ke roll mill

pati protein impuritis air

* ∆H tapioka dr cyclone * Q air pendingin

pati protein

impuritis * Q loss

Q air pendingin

101355,3322 101355,3322 6349,7985 32,2422 172,2544 242,2016 7305,3668 37,2034 182,5298 7525,1000

masuk (kkal/jam) keluar (kkal/jam) 66556,8307 339,7881 71174,2654 1662,6873 2614,9592 6796,4968 90623,8672 22655,9668 3934,9683


(29)

Spesifikasi Alat --- V - 20

BAB V

SPESIFIKASI ALAT

Kapasitas produksi = 35.000 ton/tahun

Waktu operasi = 24 jam / hari ; 330 hari / tahun Satuan massa = kilogram/jam

Satuan panas = kilokalori/jam

1. STOCK PILE SINGKONG ( F – 110 )

Fungsi : Untuk menyimpan singkong untuk sementara waktu sebelum diproses

Type : Bangunan segi empat

Dasar pemilihan : Tipe yang umum digunakan untuk menyimpan solid

Spesifikasi :

Kapasitas : 6466,1867 m3 / hari Ukuran : Lebar = 23,4725 m

Panjang = 23,4725 m Tinggi = 11,7363 m Bahan konstruksi : Besi bertulang cor


(30)

Spesifikasi Alat --- V - 21

2. BELT CONVEYOR ( J – 111 )

Fungsi : Memindahkan bahan dari gudang penampung menuju H - 112

Type : Troughed belt conveyor

Dasar pemilihan : Dipilih conveyor jenis belt sesuai dengan bahan

Spesifikasi :

Kapasitas maksimum : 32 ton / jam Belt width : 14 in

Belt speed : 53 ft / min Trough width : 9 in Skirt seal : 2 in Panjang : 30,4138 ft Sudut elevasi : 11,3o

Power : 4 Hp

Jumlah : 1 buah

3. SCREEN ( H – 112 )

Fungsi : Menyaring singkong dari ( J - 111 ) Type : Electrical Vibrating Screen

Dasar pemilihan : Sesuai dengan ukuran, kapasitas dan jenis bahan

Spesifikasi :

Kapasitas : 19,3301 ton / jam

Speed : 50 vibration/dy ; P = 3 Hp ( Peter's 4ed;p.567) Tyler equivalent design : 7 mesh

Sieve no : 7

Sieve design : 2,83 mm Sieve opening : 2,83 mm Ukuran kawat : 1,1 mm

Effesiensi : 99,73 %


(31)

Spesifikasi Alat --- V - 22

4. BUCKET ELEVATOR ( J – 114 )

Fungsi : Memindahkan bahan padat dari screen ke silo F - 120 Type : Continuous Discharge Bucket Elevator

Dasar pemilihan : Untuk memindahkan bahan dengan ketinggian tertentu

Spesifikasi :

Kapasitas : 19,3301 ton / jam Kapasitas maksimum : 27 ton/jam

Ukuran : 6 in x 4 in x 4 ¼ in Bucket Spacing : 12 in

Tinggi Elevator : 41,8130 ft Ukuran Feed (maximum) : 1 in

Bucket Speed : 161,08376 ft/menit Putaran Head Shaft : 30,7849 rpm

Lebar Belt : 7 in

Power total : 2 hp

Alat pembantu : Hopper Chute (pengumpan)

Jumlah : 1 buah

5. SILO SINGKONG ( F – 120 )

Fungsi : Menampung singkong untuk 8 jam proses

Type : Silinder tegak dengan tutup atas datar dan bawah conis Dasar pemilihan : Umum digunakan untuk menampung padatan

Spesifikasi :

Kapasitas : 17357,8584 cuft Diameter : 25,8753 ft Tinggi : 38,8130 ft Tebal shell : 1/4 in Tebal tutup atas : 5/16 in Tebal tutup bawah : 5/16 in

Bahan konstruksi : Carbon steel SA-283 grade C (Brownell : 253) Jumlah : 1 buah


(32)

Spesifikasi Alat --- V - 23

6. TANGKI PENCUCI ( X - 130 )

7. GRATER MACHINE ( C – 140 )

Fungsi : Mencuci singkong dengan air proses Type : Tumbler – Double cone with spray nozzle

Dasar pemilihan : dipilih jenis ini karena sesuai dengan bahan dan kapasitas

Spesifikasi :

Fungsi = Mencuci biji jagung dengan air proses Type = Tumbler – Double cone with spray nozzle Sistem kerja = 10 minutes mixing per cycle

Panjang = ft

Diameter = ft

Tinggi cone = ft

Rate pencampuran = 6 cuft/menit Putaran cone = 18 ft/menit Total power = 7.5 hp Bahan konstruksi = Carbon steel

Jumlah = 1 buah

12,3978 2,4796 0,3063

Fungsi : Menghaluskan bahan sampai dengan 100 mesh Dasar pemilihan : dipilih karena sesuai dengan bahan dan kapasitas

Spesifikasi :

Fungsi = Menghaluskan bahan sampai dengan 100 mesh Kapasitas Maksimum = 60 ton/jam

Sieve number = No. 40

Model =

Ukuran Rotor = 30 x 30 (in) Maksimum ukuran feed = 2.5 in

Maksimum speed = 1200 rpm

Bahan = Heavy Duty Steel

Power = hp

Jumlah = 1 buah

505


(33)

Spesifikasi Alat --- V - 24

8. CENTRIFUGAL EKSTRAKTOR ( H – 120 )

9. TANGKI PENAMPUNG ( F – 211 )

Fungsi : Untuk memisahkan kristal dari mother liquo rnya Type : Solid bowl centrifuge

Effisiensi centrifuge : 0,95 ( Perry p. 19 -100 )

Spesifikasi alat :

Fungsi = Untuk memisahkan kristal dari mother liquo rnya Type = Disk Centrifuge Separator

Bahan = Carbon steel Kapasitas maksimum = gpm Diameter bowl = 24 in

Speed = rpm

Maximum centrifugal force = lbf/ft2

Power motor = hp

Jumlah = 2 buah

10400 7,5

200 4000

Fungsi : Menampung sementara hasil keluaran dari H - 120 sebelum menuju H - 220

Type : Silinder tegak dengan tutup atas datar dan bawah conis

Dasar pemilihan : umum digunakan untuk menampung liquid

Spesifikasi :

Fungsi = Untuk menampung sementara hasil keluaran dari H - 120 sebelum menuju ke H - 220

Kapasitas = cuft

Diameter = ft

Tinggi = ft

Tebal shell = in

Tebal tutup atas = in Tinggi tutup atas = ft Tebal tutup bawah = 3/16 in

Jumlah = 2 buah

8,2689 888,2481502 16,5378 3/16 3/16 2,1259


(34)

Spesifikasi Alat --- V - 25

10. POMPA ( L – 212 )

11. ROTARY DRUM VACUM FILTER ( H – 220 )

Fungsi : Untuk mengalirkan bahan dari F - 211 ke H - 220

Type : Centrifugal Pump

Dasar Pemilihan : Sesuai untuk bahan dengan viskositas tinggi dan mengandung solid

Spesifikasi :

Fungsi = Untuk mengalirkan bahan dari F - 211 ke H - 220

Tipe = Centrifugal Pump

Bahan = Commercial Steel

Rate volumetrik = ft3/dt

Total Dynamic Head = ft . Lbf / lbm

=

Power = 5 hp

Jumlah = 1 buah

Effisiensi motor 83%

0,4195 43,59

Fungsi : Untuk memisahkan bahan dari larutannya

Type

: Standart rotary drum vacum filter

Spesifikasi :

Fungsi = Untuk memisahkan bahan dari larutannya Type = Standart rotary drum vacum filter

diameter = 5 m

Panjang = 8 m

Putaran = 10 rpm ( Perry Ed 7, 18 - 96 )

Eff motor =

Power motor = 10 Hp Bahan = Carbon stell

Jumlah = 1 buah


(35)

Spesifikasi Alat --- V - 26

12. ROTARY DRYER ( B – 230 )

Fungsi : mengeringkan bahan dengan bantuan udara panas Dasar pemilihan : sesuai untuk pengeringan padatan

13. BLOWER ( G – 232 )

Fungsi : memindahkan udara dari udara bebas ke B-230 Type : Centrifugal Blower

Dasar Pemilihan : Sesuai dengan jenis bahan , efisiensi tinggi. Spesifikasi :

Fungsi = Untuk mengurangi kandungan air pada Tapioka Type = Rotary drum

Kapasitas = lb/jam

Isolasi = Batu isolasi Tebal Isolasi = 4 in Tebal Shell = in Diameter = ft

Panjang = ft

Tinggi bahan = ft Sudut rotary = 0.61o

Time of passes = menit

Power = hp

Jumlah = 1 buah 3/16 16,81 17857,3937 97 2,5220 510 31

Spesifikasi :

Tipe = Centrifugal blower

Kapasitas = cuft/menit

HP shaft = 64 hp

Bahan konstruksi = Carbon Steel

Jumlah = 1 buah

Bahan konstruksi = Carbon Steel

Jumlah = 1 buah


(36)

Spesifikasi Alat --- V - 27

14. HEATER UDARA ( E – 233 )

Fungsi : Memanaskan udara dari 30°C menjadi 121°C Type : 1 – 2 Shell and Tube Heat Exchanger (Fixed Tube) Dasar Pemilihan : Umum digunakan dan mempunyai range perpindahan

panas yang besar.

15. CYCLONE ( H – 231 )

Fungsi : untuk memisahkan padatan yang terikut udara Type : Cyclone Separator

Dasar pemilihan : efektif dan sesuai dengan jenis bahan Spesifikasi :

Tipe = Double Pipe Exchanger 4 x 3 in IPS Ukuran = Panjang = 30 ft

ID = ft De = ft

OD = ft Rdo =

Rdi = Δpa = psi

ΔPp = psi

0,2917 0,0020 0,0010 8,1975 Anulus Pipa 646,4464 0,3385 0,1012

Spesifikasi :

Fungsi = Memisahkan padatan dari aliran udara panas

Type = Cyclone Separator

Kapasitas = lb/j

Ukuran = Bc = ft ; Lc = ft

Dc = ft ; Sc = ft

De = ft ; Zc = ft

Hc = ft ; Jc = ft

Tebal shell = in

Tebal tutup atas = in

Tebal tutup bawah = in

Bahan konstruksi = Carbon Steel SA 283 Grade C

Jumlah = 1 buah

1/4 1/4 1/4 111080,7744 5,3783 43,0267 21,5134 2,6892 10,7567 5,3783 10,7567 43,0267


(37)

Spesifikasi Alat --- V - 28

16. COOLING CONVEYOR ( E – 240 )

17. BUCKET ELEVATOR ( J – 242 )

Fungsi : Mendinginkan bahan sampai dengan 32oC Type : Plain spouts or chutes

Dasar pemilihan : Umum digunakan untuk padatan dengan sistem tertutup

Spesifikasi :

Fungsi = Mendinginkan bahan sampai dengan 32oC Type = Plain spouts or chutes

Kapasitas = cuft/jam

Panjang = ft

Diameter = in Kecepatan putaran = rpm Tebal jaket standar = 2 in

Power = hp

Jumlah = 1 buah 70 12 13 24 173,6368

Fungsi : Memindahkan bahan padat dari H - 241 ke C - 250 Type : Continuous Discharge Bucket Elevator

Dasar pemilihan : Untuk memindahkan bahan dengan ketinggian tertentu

Spesifikasi :

Fungsi = memindahkan bahan padat dari E-240 ke C-250 Type = Continuous Discharge Bucket Elevator

Kapasitas = ton/jam

Kapasitas maksimum = 14 ton/jam Ukuran = 6 '' x 4 '' x 4 ¼ '' Bucket spacing = 12 in

Tinggi elevator = ft

Ukuran feed (Max) = ¾ in

Bucket speed = ( / 14 ) x ft/mnt = ft/mnt

Putaran head shaft = ( / 14 ) x 43 rpm = 14 rpm Lebar belt = 7 in

Power total = 4 hp

Jumlah = 1 buah

4,4192

39,1240

4,4192


(38)

Spesifikasi Alat --- V - 29

18. ROLLER MILL ( C – 250 )

Fungsi : menghaluskan bahan sampai 100 mesh

Type : Raymond Ring-Roller Mill (Perry 7ed; 20-44)

Dasar pemilihan : dipilih jenis ini karena sesuai dengan bahan dan kapasitas.

19. SCREEN ( H – 251 ) Spesifikasi :

Fungsi = Menghaluskan bahan sampai 100 mesh

Type = Raymond Ring-Roller Mill

Kapasitas maksimum = 14 ton/jam

Ukuran Feed = : maksimum ¼ - 3/8 in

Ukuran Produk = mesh

Putaran = rpm

Power = 35 hp

Jumlah = 1 buah

100 1200

Fungsi : Menyaring produk dari ( C - 250 )

Type : Electrical Vibrating Screen ( Perry 7ed; fig. 19-18) Dasar pemilihan : sesuai dengan ukuran, kapasitas dan jenis bahan.

Spesifikasi :

Fungsi = Menyaring bahan dari Hammer Crusher

Type = Vibrated Screen

Kapasitas = ton/jam

Speed = 50 vibration/dy ; P = 3 Hp ( Peter's 4ed;p.567) Tyler equivalent design = mesh

Sieve no =

Sieve design = standard 149 micron

Sieve opening = mm

Ukuran kawat = mm

Effesiensi = %

Jumlah = 3 buah

0,149 0,11 99,65 4,6402 100 100


(39)

Spesifikasi Alat --- V - 30

20. BUCKET ELEVATOR ( J – 252 )

21. BELT CONVEYOR ( J – 253 )

Fungsi : Memindahkan bahan padat dari H - 251 ke J - 253 Type : Continuous Discharge Bucket Elevator

Dasar pemilihan : Untuk memindahkan bahan dengan ketinggian tertentu

Spesifikasi :

Fungsi = memindahkan bahan padat dari E-240 ke C-250 Type = Continuous Discharge Bucket Elevator

Kapasitas = ton/jam

Kapasitas maksimum = 14 ton/jam Ukuran = 6 '' x 4 '' x 4 ¼ '' Bucket spacing = 12 in

Tinggi elevator = ft

Ukuran feed (Max) = ¾ in

Bucket speed = ( / 14 ) x ft/mnt = ft/mnt

Putaran head shaft = ( / 14 ) x 43 rpm = 1 rpm Lebar belt = 7 in

Power total = 4 hp

Alat pembantu = Hopper Chute (pengumpan)

Jumlah = 1 buah

0,2210

39,1240

0,2210 225 3,551

0,2210

Fungsi : Memindahkan bahan dari gudang penampung menuju H - 112 Type : Troughed belt conveyor

Dasar pemilihan : Dipilih conveyor jenis belt sesuai dengan bahan

Spesifikasi :

Fungsi = Untuk mengangkut singkong dari gudang ke H - 112

Type = Troughed belt conveyor with rolls of equal length

Kapasitas maksimum = 32 ton/jam

Belt width = 14 in

Belt speed = 53 ft/min

Trough width = 9 in

Skirt seal = 2 in

Panjang = ft

Sudut elevasi =

Power = 4 hp

Jumlah = 1 buah

30,4138 11.3o


(40)

Spesifikasi Alat --- V - 31

22. SILO TEPUNG TAPIOKA ( F – 330 )

23. YARD KOTORAN ( F – 310 )

Fungsi : Menampung produk utama tepung tapioka

Type : Silinder tegak dengan tutup atas datar dan bawah conis

Dasar pemilihan : Umum digunakan untuk menampung padatan

Spesifikasi :

Fungsi = Menampung sementara singkong sebelum ke x- 130

Type = Silinder dengan tutup bawah berbentuk conical dengan posisi vertikal

Volume = cuft

Diameter = ft

Tinggi = ft

Tebal shell =

Tebal tutup atas = 3/16 in Tebal tutup bawah = 3/16 in

Bahan konstruksi = Carbon stell SA-283 grade C

Jumlah = 1 buah

4167,2823 16,0827 24,1240 1/6 in

Fungsi : Untuk menampung kotoran singkong

Type : Bangunan segi empat

Dasar pemilihan : Tipe yang umum digunakan untuk menyimpan solid.

Spesifikasi :

Fungsi

= Untuk menampung kotoran singkong

Type

= Bangunan segi empat

Dasar pemilihan = Tipe yang umum digunakan untuk menyimpan solid.

Kapasitas

=

m

3

/ hari

Ukuran

= Lebar bangunan

=

m

Panjang bangunan

=

m

Tinggi bangunan

=

m

Bahan konstruksi

= Besi bertulang cor

Jumlah

=

1 buah

4,6986

9,3972

9,3972

414,9188


(41)

Spesifikasi Alat --- V - 32

24. YARD AMPAS ( F – 320 )

Fungsi : Untuk menampung produk samping ampas singkong

Type : Bangunan segi empat

Dasar pemilihan : Tipe yang umum digunakan untuk menyimpan solid.

Spesifikasi :

Fungsi = Untuk menampung kotoran singkong

Type = Bangunan segi empat

Dasar pemilihan = Tipe yang umum digunakan untuk menyimpan

Kapasitas = m3 / hari

Ukuran = Lebar bangunan = m

Panjang bangunan = m

Tinggi bangunan = m

Bahan konstruksi = Besi bertulang cor

Jumlah = 1 buah

8,0168 8,0168 4,0084 257,6172


(42)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 33

BAB VI

INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA

VI.1. Instrumentasi

Dalam rangka pengoperasian pabrik, pemasangan alat-alat instrumentasi sangat dibutuhkan dalam memperoleh hasil produksi yang optimal. Pemasangan alat-alat instrumentasi disini bertujuan sebagai pengontrol jalannya proses produksi dari peralatan-peralatan pada awal sampai akhir produksi. dimana dengan alat instrumentasi tersebut, kegiatan maupun aktifitas tiap-tiap unit dapat tercatat kondisi operasinya sehingga sesuai dengan kondisi operasi yang dikehendaki, serta mampu memberikan tanda-tanda apabila terjadi penyimpangan selama proses produksi berlangsung.

Pada uraian diatas dapat disederhanakan bahwa dengan adanya alat instrumentasi maka :

1. Proses produksi dapat berjalan sesuai dengan kondisi-kondisi yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang optimum.

2. Proses produksi berjalan sesuai dengan efisiensi yang telah

ditentukan dan kondisi proses tetap terjaga pada kondisi yang sama. 3. Membantu mempermudah pengoperasian alat.

4. Bila terjadi penyimpangan selama proses produksi, maka dapat segera diketahui sehingga dapat ditangani dengan segera. Adapun variabel proses yang diukur dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Variabel yang berhubungan dengan energi, seperti temperatur, tekanan, dan radiasi.


(43)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 34

2. Variabel yang berhubungan dengan kuantitas dan laju, seperti pada kecepatan aliran fluida, ketinggian liquid dan ketebalan.

3. Variabel yang berhubungan dengan karakteristik fisika dan kimia, seperti densitas, kandungan air.

Yang harus diperhatikan didalam pemilihan alat instrumentasi adalah : - Level, Range dan Fungsi dari alat instrumentasi.

- Akurasi hasil pengukuran. - Bahan konstruksi material.

- Pengaruh yang ditimbulkan terhadap kondisi operasi proses yang berlangsung.

- Mudah diperoleh di pasaran.

- Mudah dipergunakan dan mudah diperbaiki jika rusak.

Instrumentasi yang ada dipasaran dapat dibedakan dari jenis pengoperasian alat instrumentasi tersebut, yaitu alat instrumentasi manual atau otomatis. Pada dasarnya alat-alat kontrol yang otomatis lebih disukai dikarenakan pengontrolannya tidak terlalu sulit, kontinyu, dan efektif, sehingga menghemat tenaga kerja dan waktu. Akan tetapi mengingat faktor-faktor ekonomis dan investasi modal yang ditanamkan pada alat instrumentasi berjenis otomatis ini, maka pada perencanaan pabrik ini sedianya akan menggunakan kedua jenis alat instrumentasi tersebut.

Adapun fungsi utama dari alat instrumentasi otomatis adalah : - Melakukan pengukuran.

- Sebagai pembanding hasil pengukuran dengan kondisi yang ditentukan. - Melakukan perhitungan.


(44)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 35

Alat instrumentasi otomatis ini dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Sensing / Primary Element / Sensor.

Alat kontrol ini langsung merasakan adanya perubahan pada variabel yang diukur, misalnya temperatur. Primary Element merubah energi yang dirasakan dari media yang sedang dikontrol menjadi sinyal yang bisa dibaca (misalnya dengan tekanan fluida).

2. Recieving Element / Elemen Pengontrol.

Alat kontrol ini akan mengevaluasi sinyal yang didapat dari sensing element dan diubah menjadi data yang bisa dibaca (perubahan data analog menjadi digital), digambarkan dan dibaca oleh error detector. Dengan demikian sumber energi bisa diatur sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

3. Transmitting Element.

Alat kontrol ini berfungsi sebagai pembawa sinyal dari sensing element ke receiving element. Alat kontrol ini mempunyai fungsi untuk merubah data bersifat analog (tidak terlihat) menjadi data digital (dapat dibaca).

Disamping ketiga jenis tersebut, masih terdapat peralatan pelengkap yang lain, yaitu : Error Detector Element, alat ini akan membandingkan besarnya harga terukur pada variabel yang dikontrol dengan harga yang diinginkan dan apabila terdapat perbedaan alat ini akan mengirimkan sinyal error. Amplifier akan digunakan sebagai penguat sinyal yang dihasilkan oleh error detector jika sinyal yang dikeluarkan lemah. Motor Operator Sinyal Error yang dihasilkan harus diubah sesuai dengan kondisi yang diinginkan, yaitu dengan penambahan variabel manipulasi. Kebanyakan sistem kontrol memerlukan operator atau motor untuk menjalankan Final Control Element. Final Control Element adalah untuk mengoreksi harga variabel manipulasi.


(45)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 36

Macam instrumentasi pada suatu perencanaan pabrik misalnya : 1. Flow Control ( F C )

Mengontrol aliran setelah keluar suatu alat.

2. Flow Ratio Control ( F R C / F F C )

Mengontrol perbandingan (ratio) aliran pada aliran bercabang.

3. Level Control ( L C )

Mengontrol ketinggian liquid didalam tangki

4. Weight Control ( W C )


(46)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 37

5. Pressure Control ( P C )

Mengontrol tekanan pada suatu aliran / alat

6. Temperature Control ( T C ) Mengontrol suhu pada suatu aliran / alat

Tabel VI.1. Instrumentasi pada pabrik

NO NAMA ALAT KODE INSTRUMENTASI

1. BIN SINGKONG ( F - 120 ) ( WC )

2. DRUM PENCUCI ( X - 130 ) ( FC )

3. CENTRIFUGE EKSTRAKTOR ( H – 210 ) ( FC ) 4. TANGKI PENAMPUNG ( F - 211 ) ( LI )

5. POMPA ( L - 212 ) ( FC )

6. ROTARY DRUM VACUM FILTER ( H - 220) ( FC )

7. BLOWER ( G - 232 ) ( FC )

8. HEATER ( B - 233 ) ( TC )

9. COOLING CONVEYOR ( E - 240 ) ( TC ) 10. SILO TEPUNG TAPIOKA ( F - 330 ) ( WC ) VI.2. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja atau safety factor adalah hal yang paling utama yang harus diperhatikan dalam merencanakan suatu pabrik, hal ini disebabkan karena :


(47)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 38

- Dapat mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan yang besar yang disebabkan oleh kebakaran atau hal lainnya baik terhadap karyawan maupun oleh peralatan itu sendiri.

- Terpeliharanya peralatan dengan baik sehingga dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama. Bahaya yang dapat timbul pada suatu pabrik banyak sekali jenisnya, hal ini tergantung pada bahan yang akan diolah maupun tipe proses yang dikerjakan.

Secara umum bahaya-bahaya tersebut dapat dibagi dalam tiga kategori , yaitu : 1. Bahaya kebakaran.

2. Bahaya kecelakaan secara kimia. 3. Bahaya terhadap zat-zat kimia.

Untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi, berikut ini terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada setiap pabrik pada umumnya dan pada pabrik ini pada khususnya.

VI.2.1. Bahaya Kebakaran

A. Penyebab kebakaran.

- Adanya nyala terbuka (open flame) yang datang dari unit utilitas, workshop dan lain-lain.

- Adanya loncatan bunga api yang disebabkan karena korsleting aliran listrik seperti pada stop kontak, saklar serta instrument lainnya.

B. Pencegahan.

- Menempatkan unit utilitas dan unit pembangkitan cukup jauh dari lokasi proses yang dikerjakan.

- Menempatkan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang terisolasi dan tertutup.


(48)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 39

- Memasang kabel atau kawat listrik di tempat-tempat yang terlindung, jauh dari daerah yang panas yang memungkinkan terjadinya kebakaran.

- Sistem alarm hendaknya ditempatkan pada lokasi dimana tenaga kerja dengan cepat dapat mengetahui apabila terjadi kebakaran

C. Alat pencegah kebakaran.

- Instalasi permanen seperti fire hydrant system dan sprinkle otomatis.

- Pemakaian portable fire-extinguisher bagi daerah yang mudah dijangkau bila terjadi kebakaran. Jenis dan jumlahnya pada perencanaan pabrik ini dapat dilihat pada tabel VII.1.

- Untuk pabrik ini lebih disukai alat pemadam kebakaran tipe karbon dioksida. - Untuk bahan baku yang mengandung racun, maka perlu digunakan kantong-kantong udara atau alat pernafasan yang ditempatkan pada daerah-daerah strategis pada pabrik ini.

Tabel VI.2. Jenis dan Jumlah Fire-Extinguisher.

NO. TEMPAT JENIS BERAT SERBUK

JARAK

SEMPROT JUMLAH

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pos Keamanan Kantor Daerah Proses Gudang Bengkel Unit Pembangkitan Laboratorium YA-10L YA-20L YA-20L YA-10L YA-10L YA-20L YA-20L 3.5 Kg 6.0 Kg 8.0 Kg 4.0 Kg 8.0 Kg 8.0 Kg 8.0 Kg 8 m 8 m 7 m 8 m 7 m 7 m 7 m 3 2 4 2 2 2 2

VI.2.2. Bahaya Kecelakaan

Karena kesalahan mekanik sering terjadi dikarenakan kelalaian pengerjaan maupun kesalahan konstruksi dan tidak mengikuti aturan yang berlaku. Bentuk


(49)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 40

kerusakan yang umum adalah karena korosi dan ledakan. Kejadian ini selain mengakibatkan kerugian yang besar karena dapat mengakibatkan cacat tubuh maupun hilangnya nyawa pekerja. Berbagai kemungkinan kecelakaan karena mekanik pada pabrik ini dan cara pencegahan dapat digunakan sebagai berikut :

A. Vessel.

Kesalahan dalam perencanaan vessel dan tangki dapat mengakibatkan kerusakan fatal, cara pencegahannya :

- Menyeleksi dengan hati-hati bahan konstruksi yang sesuai, tahan korosi serta memakai corrosion allowance yang wajar. Untuk pabrik ini, semua bahan konstruksi yang umum dapat dipergunakan dengan pengecualian adanya seng dan tembaga. Bahan konstruksi yang biasanya dipakai untuk tangki penyimpan, perpipaan dan peralatan lainnya dalam pabrik ini adalah steel. Semua konstruksi harus sesuai dengan standar ASME (America Society Mechanical Engineering). - Memperhatikan teknik pengelasan.

- Memakai level gauge yang otomatis.

- Penyediaan man-hole dan hand-hole ( bila memungkinkan ) yang memadai untuk inspeksi dan pemeliharaan. Disamping itu peralatan tersebut harus dapat diatur sehingga mudah untuk digunakan.

B. Heat Exchanger.

Kerusakan yang terjadi pada umumnya disebabkan karena kebocoran-kebocoran. Hal ini dapat dicegah dengan cara :

- Pada inlet dan outlet dipasang block valve untuk mencegah terjadinya thermal expansion.


(50)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 41

- Drainhole yang cukup harus disediakan untuk pemeliharaan. - Pengecekan dan pengujian terhadap setiap ruangan fluida secara sendiri-sendiri.

- Memakai heat exchanger yang cocok untuk ukuran tersebut. Disamping itu juga rate aliran harus benar-benar dijaga agar tidak terjadi perpindahan panas yang berlebihan sehingga terjadi perubahan fase didalam pipa.

C. Peralatan yang bergerak.

Peralatan yang bergerak apabila ditempatkan tidak hati-hati, maka akan menimbulkan bahaya bagi pekerja. Pencegahan bahaya ini dapat dilakukan dengan :

- Pemasangan penghalang untuk semua sambungan pipa. - Adanya jarak yang cukup bagi peralatan untuk memperoleh kebebasan ruang gerak.

D. Perpipaan.

Selain ditinjau dari segi ekonomisnya , perpipaan juga harus ditinjau dari segi keamanannya hal ini dikarenakan perpipaan yang kurang teratur dapat membahayakan pekerja terutama pada malam hari, seperti terbentur, tersandung dan sebagainya. Sambungan yang kurang baik dapat menimbulkan juga hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebocoran-kebocoran bahan kimia yang berbahaya. Untuk menghindari hal-hal tersebut, maka dapat dilakukan cara :


(51)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 42

- Pemasangan pipa (untuk ukuran yang tidak besarhendaknya pada elevasi yang tinggi tidak didalam tanah, karena dapat menimbulkan kesulitan apabila terjadi kebocoran.

- Bahan konstruksi yang dipakai untuk perpipaan harus memakai bahan konstruksi dari steel.

- Sebelum dipakai, hendaknya diadakan pengecekan dan pengetesan terhadap kekuatan tekan dan kerusakan yang diakibatkan karena perubahan suhu, begitu juga harus dicegah terjadinya over stressing atau pondasi yang bergerak.

- Pemberian warna pada masing-masing pipa yang bersangkutan akan dapat memudahkan apabila terjadi kebocoran.

E. Listrik.

Kebakaran sering terjadi akibat kurang baiknya perencanaan instalasi listrik dan kecerobohan operator yang menanganinya. Sebagai usaha pencegahannya dapat dilakukan :

- Alat-alat listrik dibawah tanah sebaiknya diberi tanda seperti dengan cat warna pada penutupnya atau diberi isolasi berwarna.

- Pemasangan alat remote shut down dari alat-alat disamping starter. - Penerangan yang cukup pada semua bagian pabrik supaya operator

tidak mengalami kesulitan dalam bekerja.

- Sebaiknya untuk penerangan juga disediakan oleh PLN meskipun kapasitas generator set mencukupi untuk penerangan dan proses. - Penyediaan emergency power supplies tegangan tinggi.


(52)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 43

- Merawat peralatan listrik, kabel, starter, trafo dan lain sebagainya.

F. Isolasi.

Isolasi penting sekali terutama berpengaruh terhadap pada karyawan dari kepanasan yang dapat mengganggu kinerja para karyawan, oleh karena itu dilakukan :

- Pemakaian isolasi pada alat-alat yang menimbulkan panas seperti reaktor, exchanger, kolom distilasi dan lain-lain. Sehingga tidak mengganggu konsentrasi pekerjaan.

- Pemasangan isolasi pada kabel instrumen, kawat listrik dan perpipaan yang berada pada daerah yang panas , hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kebakaran.

G. Bangunan Pabrik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan bangunan pabrik adalah :

- Bangunan-bangunan yang tinggi harus diberi penangkal petir dan jika tingginya melebihi 20 meter, maka harus diberi lampu suar (mercu suar).

- Sedikitnya harus ada dua jalan keluar dari dalam bangunan.

VI.2.3. Bahaya Karena Bahan Kimia

Banyak bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Biasanya para pekerja tidak mengetahui seberapa jauh bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia seperti bahan-bahan berupa gas yang tidak berbau atau tidak


(53)

Instrumentasi dan Keselamatan Kerja --- VI - 44

berwarna yang sangat sulit diketahui jika terjadi kebocoran. Untuk itu sering diberikan penjelasan pendahuluan bagi para pekerja agar mereka dapat mengetahui bahwa bahan kimia tersebut berbahaya.

Cara lainnya adalah memberikan tanda-tanda atau gambar-gambar pada daerah yang berbahaya atau pada alat-alat yang berbahaya, sehingga semua orang yang berada didekatnya dapat lebih waspada. Selain hal-hal tersebut diatas, usaha-usaha lain dalam menjaga keselamatan kerja dalam pabrik ini adalah memperhatikan hal-hal seperti:

1. Di dalam ruang produksi para pekerja dan para operator dilarang merokok.

2. Harus memakai sepatu karet dan tidak diperkenankan memakai sepatu yang alasnya mengandung logam.

3. Untuk pekerja lapangan maupun pekerja proses dan semua orang yang memasuki daerah proses diharuskan mengenakan topi pengaman agar terlindung dari kemungkinan kejatuhan barang-barang dari atas.

4. Karena sifat alami dari steam yang sangat berbahaya, maka harus disediakan kacamata tahan uap, masker penutup wajah dan sarung tangan yang harus dikenakan.


(54)

Utilitas --- VII - 45

BAB VII

UTILITAS

Dalam sebuah pabrik, utilitas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan mengingat saling berhubungan antara proses industri dengan kebutuhan utilitas untuk proses tersebut. Dalam hal ini, utilitas dari suatu pabrik terdiri atas :

1. Unit Pengolahan Air

Unit ini berfungsi sebagai penyedia kebutuhan air pendingin, air proses, air sanitasi dan air pengisi boiler.

2. Unit Pembangkitan Steam

Unit ini berfungsi sebagai penyedia kebutuhan steam pada proses pemasakan, pemanasan dan supply panas pada alat.

3. Unit Pembangkitan Tenaga Listrik

Unit ini berfungsi sebagai penyedia kebutuhan listrik bagi alat-alat, bangunan, jalan raya, dan lain sebagainya.

4. Unit Bahan Bakar

Unit ini berfungsi sebagai penyedia kebutuhan bahan bakar bagi alat-alat, generator , boiler, dan sebagainya.

5. Unit Pengolahan Limbah

Unit ini berfungsi sebagai pengolahan limbah pabrik baik limbah cair berupa bekas air pencuci , limbah padat berupa debu tepung, maupun limbah gas berupa udara panas dari proses pabrik.


(55)

Utilitas --- VII - 46

Sistem Pengolahan Air

Air adalah suatu zat yang banyak terdapat dialam bebas. Sesuai dengan tempat sumber air tersebut berasal, air mempunyai fungsi yang berlainan, dengan karakteristik yang ada. Air banyak sekali diperlukan didalam kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Didalam pabrik ini , dibedakan menjadi 2 bagian utama dalam sistem pengolahan air. Bagian pertama adalah unit pengolahan air sebagai unit penyedia kebutuhan air dan unit pengolahan air buangan sebagai pengolah air buangan pabrik sebelum dibuang ke badan penerima air.

Dalam pabrik ini sebagian besar air dimanfaatkan sebagai air proses dan sebagai media perpindahan energi. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, air harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sehingga pabrik dapat befungsi dengan optimum , aman dan efisien.

Secara umum fungsi air di pabrik ini terbagi dalam beberapa sistem pemakaian, masing-masing mempunyai persyaratan kualitas yang berbeda sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Sistem pemakaian tersebut antara lain adalah :

1. Sebagai air pengisi boiler (air umpan boiler) 2. Sebagai air sanitasi

3. Sebagai air pendingin 4. Sebagai air proses


(56)

Utilitas --- VII - 47

VII.1. Unit Penyediaan Steam

Unit penyediaan steam berfungsi untuk menyediakan kebutuhan steam, yang digunakan sebagai media pemanas pada proses pabrik ini. Jumlah steam yang dibutuhkan untuk memproduksi produk adalah :

No. Nama Alat Kode Alat Steam (kg/jam) Steam (lb/jam)

1 HEATER ( B - 233 ) 128 283

Total kebutuhan steam = 3706,6064 lb/jam

Untuk faktor keamanan dari kebocoran-kebocoran yang terjadi, maka direncanakan steam yang dihasilkan 20 % dari kebutuhan steam total :

= 1,2 x kebutuhan normal (3706,6064 lb/jam) = 4447,9277 lb/jam Menghitung Kebutuhan Bahan Bakar :

ms (hv - hf)

mf =  x 100 (Severn W.H : 142)

eb . F

dimana : mf = massa bahan bakar yang dipakai, lb/jam.

ms = massa steam yang dihasilkan, lb/jam.

hv = entalpi uap yang dihasilkan, Btu/lb.

hf = entalpi liquid masuk, Btu/lb.

eb = efisiensi boiler = 70% (Severn W.H : 143)

F = nilai kalor bahan bakar, Btu/lb.

hv = 2745,4 Btu/lb (suhu steam) [Steam Table]

hf = 632,1 Btu/lb (suhu air=100°C) [Steam Table]

F = nilai kalor bahan bakar digunakan Diesel Oil 12,6o API, sulfur 0,84%, sg 0,98 (Perry 7ed, T.27-6)


(57)

(58)

Utilitas --- VII - 49

Spesifikasi :

Kapasitas boiler : 4041,9164 Btu/jam

Tipe : Fire tube boiler (tekanan steam < 10 atm) Heating surface : 1207,4307 ft2

Rate steam : 4447,9277 lb/jam Efisiensi boiler : 70 %

Bahan bakar : Diesel Oil 12,6o API, sulfur 0,84%, sg 0,98 Rate bahan bakar : 307,1365 lb/jam

Jumlah : 1 buah

VII.2. Unit Penyediaan Air

Air di dalam pabrik memegang peranan penting dan harus memenuhi persyaratan tertentu yang disesuaikan dengan masing-masing keperluan di dalam pabrik. Penyediaan air untuk pabrik ini direncanakan dari air tanah.

Air tanah sebelum masuk ke dalam bak penampung, dilakukan penyaringan lebih dahulu dengan maksud untuk menghilangkan kotoran yang bersifat makro dengan jalan memasang sekat-sekat kayu agar kotoran tersebut terhalang dan tidak ikut masuk ke dalam tangki penampung (reservoir). Dari tangki penampung kemudian dilakukan pengolahan (dalam unit water treatment). Untuk menghemat pemakaian air, maka diadakan sirkulasi.

Air dalam pabrik ini dipakai untuk : 1. Air Sanitasi 2. Air umpan boiler 3. Air pendingin 4. Air proses


(59)

Utilitas --- VII - 50

VII.2.1. Air Sanitasi

Air sanitasi untuk keperluan minum, masak, cuci, mandi dan sebagainya. Berdasarkan S.K. Gubernur Jatim No.45/2002 , baku mutu air baku harian :

Parameter Satuan S.K. Gubernur Suhu oC Suhu air normal (25-30oC) Kekeruhan Skala NTU

Warna Unit Pt-Co

SS Ppm

pH 6 - 8,5

Alkalinitas ppm CaCO3

CO2 bebas ppm CO2

DO ppm O2 > = 4

Nitrit ppm NO2 Nihil

Ammonia ppm NH3 – N 0,5

Tembaga ppm Cu 1

Fosfat ppm PO4

Sulfida ppm H2S Nihil

Besi ppm Fe 5

Krom heksafalen ppm Cr 0,05

Mangan ppm Mn 0,5

Seng ppm Zn 5

Timbal ppm Pb 0,1

COD ppm O2 10

Detergen ppm MBAS 0,5

Kebutuhan air sanitasi untuk pabrik ini adalah untuk :

- Karyawan, asumsi kebutuhan air untuk karyawan = 15 liter/hari per orang = 15 liter/hari per orang x 100 orang ≈ 1,5 m3/hari

- Keperluan Laboratorium = 2 m3/hari - Untuk menyiram kebun dan kebersihan pabrik = 10 m3/hari - Cadangan / lain-lainnya = 10 m3/hari

 +


(60)

Utilitas --- VII - 51

VII.2.2. Air Umpan Boiler

Air ini dipergunakan untuk menghasilkan steam di dalam boiler. Air umpan boiler harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat, karena kelangsungan operasi boiler sangat bergantung pada kondisi air umpannya.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :

a. Bebas dari zat penyebab korosi, seperti asam, gas-gas terlarut.

b. Bebas dari zat penyebab kerak yang disebabkan oleh kesadahan yang tinggi, yang biasanya berupa garam-garam karbonat dan silika.

c. Bebas dari zat penyebab timbulnya buih (busa) seperti zat-zat organik, anorganik dan minyak.

d. Kandungan logam dan impuritis seminimal mungkin.

VII.2.3. Air Pendingin

Untuk kelancaran dan efisiensi kerja dari air pendingin, maka perlu diperhatikan persyaratan untuk air pendingin dan air umpan boiler : (Lamb : 302)


(61)

Utilitas --- VII - 52

Karekteristik Kadar maximum (ppm) Air Boiler Air Pendingin

Silica 0,7 50

Aluminum 0,01 -

Iron 0,05 -

Manganese 0,01 -

Calcium - 200

Sulfate - 680

Chloride - 600

Dissolved Solid 200 1000

Suspended Solid 0,5 5000

Hardness 0,07 850

Alkalinity 40 500

Untuk menghemat air, maka air pendingin yang telah digunakan didinginkan kembali dalam cooling tower, sehingga perlu sirkulasi air pendingin, maka disediakan pengganti sebanyak 20% kebutuhan. Kebutuhan air pendingin :

No. Nama Alat Kode Alat CW (kg/hari) 1 COOLING CONVEYOR ( E - 240 ) 108748,6406

Kebutuhan air pendingin total = 108748,6406 kg/hari

Dianggap kehilangan air pada waktu sirkulasi 10% dari total air pendingin. Sehingga sirkulasi air pendingin adalah 90%.

Air yang disirkulasi = x =

Air yang harus ditambahkan sebagai make up water :

= x = m3 / hari

Jadi, total kebutuhan air (disirkulasi) sebesar :

= +

= m3 / hari

x

24 x 60

=

119,6235 264,17

= 21,9451 gpm

0,1 108,7486 10,8749

108,7486 10,8749

119,6235


(62)

Utilitas --- VII - 53


(63)

Utilitas --- VII - 54


(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

Utilitas --- VII - 60


(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

Utilitas --- VII - 70

z P

2 v2

P1 v1


(80)

(81)

(82)

Utilitas --- VII - 73

z1

z z2

P1 v1

P2 v2


(83)

(84)

Utilitas --- VII - 75

Al2(SO4)3

P 1

Al2(SO4)3

V2 V1

P 2

Z2 Z1


(85)

(86)

(87)

Utilitas --- VII - 78

z1

z2 P2

v2

P1 v1

z P2 v2


(88)

(89)

(90)

Utilitas --- VII - 81

z1

z2

z

P1 v1

P2 v2


(91)

(92)

(93)

Utilitas --- VII - 84

z

1

z

2 P2

v2

P1

v1

z

P2


(94)

(95)

(96)

Utilitas --- VII - 87

z1

z2

P1

P2

v2

z


(97)

(98)

(99)

Utilitas --- VII - 90


(100)

(1)

Analisa Ekonomi --- X -

---

Pra Rencana Pabrik Tepung Tapioka

139


(2)

Pembahasan dan Kesimpulan --- XI -

---

Pra Rencana Pabrik Tepung Tapioka

140

BAB XI

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri akan tepung tapioka, Indonesia masih mengimpor tepung tapioka dari beberapa negara. Di lain pihak, Indonesia mempunyai bahan baku yang tersedia. Sehingga pendirian pabrik tepung tapioka dengan mempunyai masa depan yang baik.

XI.1. Pembahasan

Untuk mendapatkan kelayakan bahwa pra rencana pabrik ini, maka perlu ditinjau dari beberapa faktor , antara lain :

Pasar

Kebutuhan dalam negeri akan tepung tapioka yang selama ini masih diimpor, hal ini akan menguntungkan dalam segi pangsa pasar dalam negeri. Karena bahan dasarnya yang dapat diperoleh secara mudah di dalam negeri di Indonesia. Sehingga keadaan tersebut akan mampu menjadi modal dalam persaingan internasional dan persaingan domestik.

Lokasi

Lokasi pabrik terletak di daerah Industri yaitu Ponorogo. Lokasi ini dekat dengan bahan baku. Hal ini akan memudahkan dalam transportasi bahan baku maupun produk. Maka pemilihan lokasi di daerah Talun, Ponorogo dapat diterima.

Teknis

Peralatan yang digunakan dalam pra rencana ini sebagian besar merupakan peralatan standar yang umum digunakan dan mudah didapat. Sehingga masalah pemeliharaan alat serta pengoperasiannya tidak mengalami kesulitan.


(3)

Analisa Ekonomi --- X -

---

Pra Rencana Pabrik Tepung Tapioka

141

Analisa Ekonomi :

* Massa Konstruksi : 2 Tahun

* Umur Pabrik : 10 Tahun

* Fixed Capital Investment (FCI) : Rp. 291.658.957.763

* Working Capital Investment (WCI) : Rp. 39.771.676.059

* Total Capital Investment (TCI) : Rp. 331.430.633.821

* Biaya Bahan Baku (1 tahun) : Rp. 137.784.602.441

* Internal Rate of Return : 20 %

* Rate On Investment : 27 %

* Pay Out Periode : 2 Tahun

* Break Even Point (BEP) : 30,25 %

XI.2. Kesimpulan

Dengan melihat berbagai pertimbangan serta perhitungan yang telah dilakukan, maka pendirian pabrik tepung maizena didaerah industri Ponorogo secara teknis dan ekonomis layak untuk didirikan. Adapun rincian pra rencana pabrik tepung tapioka yang dimaksud adalah sebagai berikut :

* Kapasitas : 35.000 ton/tahun

* Bentuk Perusahaan : Perseroan Terbatas

* Sistem Organisasi : Garis dan Staff

* Jumlah Karyawan : 100 orang

* Sistem Operasi : Continuous

* Waktu Operasi : 330 hari/tahun


(4)

DAFTAR PUSTAKA

American Socity of Civil Engineers, 1990, “Water Treatment Plant Design”, 2ed ; America Water Works Association, McGraw-Hill Book Co., NY. Austin G.A., “ Shreve’s Chemical Process Industried “ , 5TH edition ,

Mc. Graw Hill Book Company, Inc, New York, 1960.

Badger , W.L. and Banchero , J.T. , 1955 , ”Introduction to Chemical Engineering” , Int ed , McGraw-Hill Book Company Inc. , N.Y. Brady,G.S. , “Material Handbook ” ; 10 ed, John Wiley & Sons Inc. ;

New York.

Biro Pusat Statistik , “Export – Import Sektor Industri” Brownell,L., E. Young, 1959,“Process Equipment Design”,

John Wiley & Sons Inc. ,N.Y.

Faith, W.L, Keyes, D.B & Clark, R.L, 1960, “Industrial Chemical”, 4th ed. John Wiley & Sons, Inc, New York.

Foust, A.S.,1960,”Principles of Unit Operations”,2ed,John Wiley & Sons, N.Y. Geankoplis, C.J. , 1983 , ”Transport Processes and Unit Operations” , 2ed ,

Allyn and Bacon Inc. , Boston.

Harriot, P , 1964 , ” Process Control” , TMH ed , McGraw Hill Book Company Inc. , New Delhi

Hawley,G. Gessner, 1981, “The Condensed Chemical Dictionary” , 10ed Van Nostrand Renhold Company, New York.

Hesse,H.C. , 1962 , “Proses Equipment Design” , 8th prnt , Van Nostrand Reinhold Company Inc. , New Jersey

Himmelblau, D.M. , 1989 , “Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering” , 5 ed , Prentice-Hall International , Singapore

Hougen, O.A. , Watson, K.M. , 1954, “ Chemical Process Principles “ , part 1 , 2nd ed. , John Wiley & Sons Inc,New York

Hugot,E , 1972, “Handbook Of Cane Sugar Engineering” , 2ed p. 490 , Elsevier Publishing Company, Amsterdam.


(5)

James, H.C. , 1987 ; “Phosphate Manual “; Greenwich Connecticut; USA Johnstone, S.I. ,1961, “Minerals for The Chemical & Allied Industries”, 2 ed ,

John Wiley & Son , New York.

Joshi,M.V. , 1981 , “Process Equipment Design” , McGraw Hill Indian Ltd Kent , J.A. , 1983 , “Riegel’s Handbook of Industrial Chemistry “ , 8 ed ,

Van Nostrand Reinhold Company Inc. , New York. Kern, D.Q. , 1965 , ”Process Heat Transfer” , Int ed ,

McGraw Hill Book Company Inc. , N.Y.

Koppel, L , 1965 , ”Process Systems Analysis and Control” , Int ed , McGraw Hill Book Company Inc. , New York.

Lamb J.C., 1985 , “Water Quality And Its Control” , John Wiley & Sons Inc, New York.

Levenspiel,O , 1962 , “Chemical Engineering Reaction” , 2 ed , John Wiley & Sons Inc,N.Y.

Ludwig, 1977 , “Applied Process Design for Chemical and Petrochemical Plants” , Vol 1-2 , 2nd ed , Gulf Publishing Co., Houston, Texas. Maron, Lando , 1974 , ”Fundamentals of Physical Chemistry” , Int ed ,

Macmillan Publishing Co. Inc. , New York.

McCabe,W.L. , 1956 , “Unit Operation of Chemical Engineering” , McGraw-Hill Book Company Inc. , Tokyo

McKetta ,Cunningham, W.A., “Encyclopedia Of Chemical Proccessing And Design ”,Vol 14 , Marcell Dekker Inc. New York.

Othmer ,Kirk. , “ Encyclopedia of Chemical Technology vol. 23” , 3ed McGraw-Hill Book Company Inc. , New York

Perry, Chilton , 1973 , ” Perry’s Chemical Engineer’s Handbook” , 5ed , McGraw-Hill Book Company Inc. , Singapore.

Perry, Chilton , 1984 , ” Perry’s Chemical Engineer’s Handbook” , 6ed , McGraw-Hill Book Company Inc. , Singapore.

Perry, Chilton , 1999 , ”Perry’s Chemical Engineer’s Handbook” , 7ed , McGraw-Hill Book Company Inc. , N.Y.


(6)

Petter ,M.S, Timmerhaus,K.D., 1959 , “Plant Design and Economi for

Chemical Engineering” , 4thed., McGraw-Hill Book Company Inc. , N.Y. Rase , H.F. , 1957 , “Project Engineering of Process Plant” ,

John Wiley & Sons Inc,N.Y.

Sherwood, T , 1977 , ”The Properties of Gasses and Liquid” , 3th ed , McGraw-Hill Book Company Inc. , Singapore.

Severn, WH , 1954 , “Steam, Air and Gas Power” , Modern Engineering Asia Edition , John Wiley & Sons Inc,N.Y.

Sugiharto, 1987 , “Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah” , cetakan pertama Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Syamsuddin , 1994 , “Manajemen Keuangan Perusahan” , 2 ed , Raja Grafindo Persada , PT , Jakarta

Treybal, R.E. , 1981 , ”Mass Transfer Operations” , 3 ed , McGraw-Hill Book Company Inc. , N.Y..

Ulrich, G.D. , 1984 , “A Guide to Chemical Engineering Process Design and Economics” , John Wiley & Sons Inc,N.Y.

Underwood A.L., 1980 , “Quantitative Analysis” , 4 ed , Prentice Hall Inc, London.

Van Ness, H.C.,Smith J.M., 1987 , “Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics” , 5 ed , McGraw-Hill Book Company, Singapore. Van Winkle, M., 1967 , “Distillation” , McGraw-Hill Book Company, NY. Wesley W.E., 1989 , “Industrial Water Pollution Control” , 2 ed,

McGraw-Hill Book Company, Singapore.

Wolfgang Gerharts,1984 , “Ullmann’s Ecyclopedia of Industrial Chemistry”,5ed , Competely Revised Edition , VCH.

Internet :