PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP KEGUNUNGAPIAN ATAU VULKANISME : Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Bandung.

(1)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Hipotesis Penelitian ... 11

F. Definisi Operasional ... 12

G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

BAB II MULTIMEDIA INTERAKTIF DAN PEMAHAMAN KONSEP- KEGUNUNGAPIAN (VULKANISME) A. Kajian Pustaka ... 19

1. Pembelajaran ... 19

2. Media Pembelajaran ... 21

a. Multimedia Interaktif ... 23

b. Media Grafis ... 28

3. Metode Pembelajaran Diskusi ... 30


(2)

iii

5. Konsep Kegunungapian (Vulkanisme) ... 42

B. Penelitian Terdahulu ... 59

C. Paradigma Penelitian ... 62

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 64

B. Subjek Penelitian ... 65

C. Langkah-langkah Penelitian ... 68

D. Variabel Penelitian ... 74

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 76

F. Teknik Analisis Data ... 89

G. Prosedur Penelitian ... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 95

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 96

1. Hasil Tes Pemahaman Konsep Kegunungapian ... 97

a. Hasil Tes Pemahaman Konsep Kegunungapian Kelas Eksperimen ... 97

b. Hasil Tes Pemahaman Konsep Kegunungapian Kelas Kontrol ... 102

c. Perbandingan Hasil Test Pemahaman Konsep Kegunungapian di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 107

d. Uji Normalitas Data ... 108

e. Uji Homogenitas Data ... 109

f. Uji Hipotesis Penelitian ... 111

2. Tanggapan/Respons Siswa terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Kegunungapian ... 118

3. Kendala-kendala Implementasi Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia Interaktif ... 121


(3)

iv BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 134

B. Rekomendasi ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 140


(4)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Operasionalisasi Pemahaman Konsep Kegunungapian ... 15

2.1. Operasionalisasi Pemahaman Konsep ... 41

2.2. Kerangka Konsep Kegunungapian ... 43

2.3. Tingkat Isyarat Aktivitas Gunungapi ... 58

3.1. Desain Kuasi Eksperimen ... 65

3.2. Daftar Nilai UTS 1 untuk Penarikan Sampel ... 66

3.3. Definisi Variabel Penelitian ... 75

3.4. Kisi-kisi Soal Tes Objektif ... 77

3.5. Hasil Uji Validitas ... 79

3.6. Hasil Uji Reliabilitas ... 81

3.7. Kriteria Tingkat Kesukaran ... 82

3.8. Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 82

3.9. Kriteria Daya Pembeda ... 84

3.10. Hasil Uji Daya Pembeda ... 84

3.11. Parameter Penilaian Laporan Hasil Diskusi ... 85

3.12. Parameter Penilaian Presentasi ... 86

3.13. Kriteria Gain yang Dinormalisasi ... 90

3.14. Standar Penilaian Pemahaman Konsep kegunungapian ... 91

4.1. Hasil Pre Test Kelas Eksperimen ... 98

4.2. Hasil Post Test Kelas Eksperimen ... 100

4.3. Perbedaan Hasil Pre-Post Test Kelas Eksperimen ... 101

4.4. Hasil Pre Test Kelas Kontrol ... 103

4.5. Hasil Post Test Kelas Kontrol ... 104

4.6. Perbedaan Hasil Pre-Post Test Kelas Kontrol ... 106

4.7. Perbandingan Hasil Pre Test Kelas Eksperimen-Kontrol ... 107

4.8. Perbandingan Hasil Post Test Kelas Eksperimen-Kontrol ... 108

4.9. Hasil Uji Normalitas Data ... 109

4.10. Hasil Uji Homogenitas Data ... 110


(5)

vi

4.12. Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon Pre-Post Test Kelas Kontrol ... 113 4.13. Hasil Uji Mann- Whitney Pre Test Kelas Eksperimen-Kontrol ... 114 4.14. Ringkasan Hasil Penilaian Pemahaman Konsep Kegunungapian di Kelas

Eksperimen-Kontrol ... 115 4.15. Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Post Test Kelas Eksperimen-Kelas

Kontrol ... 117 4.16. Respons/Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Multimedia Pembelajaran


(6)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Bagian-bagian Gunungapi ... 50 2.2. Kerangka pemikiran ... 63 3.1. Alur Penelitian ... 94


(7)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1. Hasil Pre Test Pemahaman Konsep Kegunungapian Kelas

Eksperimen ... 99 4.2. Hasil Post Test Pemahaman Konsep Kegungapian Kelas

Eksperimen ... 100 4.3. Hasil Pre Test Pemahaman Konsep Kegunungapian Kelas Kontrol .. 103 4.4. Hasil Post Test Pemahaman Kegunungapian Konsep Kelas Kontrol .. 105


(8)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Halaman

1. Silabus ... 148

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 149

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 155

4. Lembar Kerja Siswa ... 161

Lampiran B : 1. Rancangan Instrumen penelitian ... 169

2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 170

3. Soal Uji Instrumen Pilihan Ganda ... 175

4. Kunci Jawaban Soal Tes Pemahaman Konsep Kegunungapian ... 179

5. Angket Tanggapan/Respons Siswa terhadap Penggunaan Multimedia Interaktif Kegunungapian ... 180

Lampiran C : 1. Storyboard Multimedia Interaktif Kegunungapian ... 182

2. Hasil Validasi Multimedia Interaktif Kegunungapian ... 191

Lampiran D : 1. Uji Validitas & Reliabilitas ... 194

2. Uji Tingkat Kesukaran & Daya Pembeda ... 195

Lampiran E : 1. Tabulasi Data Hasil Pre Test Kelas Eksperimen ... 196

2. Tabulasi Data Hasil Pre Test Kelas Kelas Kontrol ... 199

3. Tabulasi Data Hasil Post Test Kelas Eksperimen ... 202

4. Tabulasi Data Hasil Post Test Kelas Kelas Kontrol ... 205

5. Tabulasi Total Nilai Post Test Kelas Eksperimen ... 208

6. Tabulasi Total Nilai Post Test Kelas Kontrol ... 210

7. Deskripsi Uji Statistik ... 212


(9)

x Lampiran F :

1. Jadual Pelaksanaan Penelitian ... 221 2. Surat Keterangan Ijin Penelitian ... 222 3. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuntutan di masa depan dalam berbagai bidang kehidupan tak terkecuali pada bidang pendidikan memerlukan adanya pergeseran tujuan ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini dari tujuan pendidikan yang hanya untuk mempersiapkan orang untuk menghadapi dunia yang relatif sederhana, statis dan dapat diramalkan ke arah mempersiapkan orang untuk hidup di dunia yang kompleks, dinamis dan tak mudah diramalkan yaitu dunia dimana setiap orang harus mengerahkan seluruh kekuatan pikiran dan bertindak berdasarkan kreativitas yang penuh kesadaran bukan sesuatu yang mudah diramalkan dan tidak membutuhkan pemikiran (Meier, 2009).

Pendidikan dipandang sebagai suatu esensi kehidupan, baik bagi perkembangan pribadi, masyarakat maupun perkembangan bangsa dan negara. Kondisi tersebut, memberikan implikasi terhadap perlunya kesiapan pendidikan di Indonesia dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan, agar peserta didik mampu berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam Pasal 3 UU Sisdiknas 2003 dinyatakan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,


(11)

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Rumusan konstitusional di atas dipertegas melalui Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 1 butir 1, bahwa tujuan pendidikan nasional merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam konteks persekolahan, penjabaran tujuan pendidikan dalam berbagai mata pelajaran termasuk di dalamnya IPS merupakan konsekuensi logis ke arah pencapaian tujuan akhir dari sistem pendidikan yang dijalankan di Indonesia.

Kondisi pembelajaran pendidikan IPS saat ini, Al Muchtar (dalam Syaodih, 2007 : 8) mengungkapkan, bahwa : “implementasi materi IPS di sekolah saat ini masih menghadapi berbagai kendala, di antaranya 1) lebih menekankan aspek pengetahuan, 2) berpusat pada guru , 3) mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai, serta 4) hanya membentuk budaya menghapal dan bukan berpikir kritis”.

Sehubungan dengan kegiatan dan budaya menghapal dalam pembelajaran IPS yang selama ini berlangsung, Exline (2004) menegaskan, bahwa “ memorizing facts and information is not the most important skill in today's world. Facts

change, and information is readily available -- what's needed is an understanding

of how to get and make sense of the mass of data” yang dapat diartikan “keterampilan menghapal fakta dan informasi bukan lagi keterampilan yang paling


(12)

penting di dunia saat ini karena fakta dan informasi sudah tersedia tetapi pemahaman tentang fakta dan informasi tersebut merupakan hal yang lebih penting karena proses pengalaman belajar tersebut akan mempunyai makna lebih pada diri peserta didik”.

Pendidikan pada era industrialisasi, komunikasi dan globalisasi saat ini, dituntut agar menghasilkan sumber daya manusia yang cepat tanggap dalam menghadapi perubahan dan permasalahan yang terjadi. Tuntutan itu juga tentu berlaku bagi pendidikan IPS khususnya geografi yang merupakan salah satu cabang ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dalam upaya mendorong peningkatan mutu kehidupan. Pembelajaran IPS-geografi dituntut untuk tidak hanya memberikan pengetahuan saja, akan tetapi juga memberikan pemahaman dan keterampilan untuk dapat memecahkan berbagai problema kehidupan.

Pembelajaran IPS-geografi menurut UNISCO (1965) dalam Maryani (2009 : 54), mengungkapkan :

the aim of any selective teaching of geography must be to concentrate on the problem often crucial, which men need solve so to provide for increasing numbers and higher standard of living. Any account, however summery, of what must be done to ensure that the world potensials resources are used for improving the condition of existence and the living standard of these indeed shows the immensity of the tasks a waiting the men of tomorrow, who are our pupil to day.

Pernyataan di atas mengindikasikan, bahwa pembelajaran geografi harus berorientasi pada (1) permasalahan yang aktual berkembang di sekitar peserta didik, (2) kepentingan dan psikologi perkembangan peserta didik, (3) peningkatan taraf hidup melalui pengenalan dan pemanfaatan sumberdaya, (4) berorientasi ke


(13)

masa depan, (5) memberikan wawasan global baik dalam bentuk peluang maupun tantangan.

Menurut pendapat Setiawan (2008 : 21), bahwa : ”salah satu masalah yang sampai saat ini mengemuka dalam pembelajaran geografi adalah rendahnya minat dan motivasi siswa untuk belajar geografi. Belajar geografi cenderung membosankan dan tidak bermakna. Akibatnya tujuan pembelajaran geografi seringkali tidak tercapai”. Kondisi pembelajaran geografi di persekolahan yang seringkali tidak menarik untuk dipelajari, dipertegas pula oleh pendapat Maryani (2009 : 30), menurutnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : ”(1) pembelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah; (2) pembelajaran geografi cenderung bersifat verbal ; kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir; (3) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini”.

Berdasar kepada hasil observasi awal terhadap pembelajaran yang dilaksanakan guru-guru rumpun IPS, khususnya geografi di SMA Negeri 16 Bandung terindikasi bahwa pembelajaran IPS-geografi masih menghadapi berbagai kendala antara lain proses pembelajaran masih terpola pada interaksi satu arah (dominasi guru yang kuat), materi pembelajaran yang relatif menekankan pada aspek hapalan dan kering dari nilai-nilai aktual yang muncul di masyarakat dan belum berfungsinya sarana pembelajaran terutama media ajar secara optimal. Lebih lanjut guru-guru geografi di SMA Negeri 16 Bandung mengungkapkan, bahwa siswa seringkali kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran, hal ini diduga karena geografi merupakan mata pelajaran yang dianggap membosankan, tidak menyenangkan dan hanya bersifat hapalan saja.


(14)

Data nilai hasil belajar geografi siswa kelas X pada semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 yang didapat dari data base di bagian kurikulum SMAN 16 Bandung untuk mata pelajaran geografi menunjukkan rata-rata hasil ulangan harian geografi sebesar 60,97 sedangkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) siswa kelas X di SMAN 16 Bandung untuk mata pelajaran geografi adalah 70. Berdasarkan sumber data tersebut, hanya sebesar 40,28% dari jumlah siswa kelas X yang mendapatkan nilai sama dengan atau di atas KKM sehingga sebagian besar lainnya yakni, sebesar 59,72% harus melakukan remedial, kondisi nilai yang kebanyakan berada di bawah KKM tersebut tentunya sangat merepotkan guru karena harus melakukan remedial dengan jumlah siswa yang relatif banyak tetapi waktunya relatif sangat terbatas. Hasil ujian tengah semester (UTS) 1 juga menunjukkan keadaan yang tidak jauh berbeda. Rata-rata nilai UTS hanya sebesar 54,311 dengan jumlah siswa yang skornya di atas nilai ketuntasan minimal (KKM) hanya sebesar 42,30%.

Sehubungan dengan permasalahan pembelajaran di SMA Negeri 16 Bandung di atas, diperlukan berbagai strategi pembelajaran geografi secara optimal, antara lain dengan penggunaan berbagai metode dan media pembelajaran yang bertujuan bukan hanya menekankan pada proses menghapal dan menumpuk ilmu pengetahuan saja tetapi pada proses bagaimana ilmu pengetahuan yang dipelajarinya dapat dipahami sehingga bermakna bagi kehidupan siswa. Terkait khusus dengan sarana/prasarana pembelajaran di persekolahan, keberadaan media dalam suatu proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting, Supriatna (2009 : 3) menjelaskan bahwa “penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman yang bermakna.


(15)

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit”.

Salah satu media pembelajaran yang diharapkan dapat berperan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep adalah multimedia berbasis komputer. Sebagaimana dikemukakan oleh Hemani (2002 : 2), bahwa “multimedia pembelajaran berbasis komputer dapat meningkatkan pemahaman terhadap suatu konsep dan keterampilan berpikir siswa”.

Budiman (2008 : 16) mengungkapkan, bahwa “multimedia interaktif dapat meningkatkan pemahaman siswa pada aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi”. Hal ini dimungkinkan, karena dalam multimedia terdapat beberapa keunggulan, yakni kemampuannya yang dapat merangkum dan menyajikan sejumlah media pembelajaran yang berbeda seperti animasi, grafik, teks, suara dan video dalam suatu software. Hal ini lebih dipertegas oleh pendapat Arsyad (2004 : 24) yang mengemukakan, bahwa “multimedia interaktif memiliki beberapa keunggulan diantaranya, adalah adanya keterlibatan organ tubuh siswa seperti telinga (audio), mata (visual) dan gerak tangan (kinetik). Keterlibatan berbagai organ tubuh ini, membuat informasi yang terkandung lebih mudah dipahami”.

Multimedia interaktif merupakan salah satu media pembelajaran alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pendidikan geografi di SMA. Hal ini sesuai dengan pendapat Nandi (2006 : 42), bahwa “multimedia merupakan sumber pengajaran atau media alternatif dalam pembelajaran geografi yang dapat memadukan dan mengaitkan unsur lingkungan fisik dan manusia dalam dimensi keruangan melalui penggunaan enam unsur media


(16)

yakni teks, suara, grafik, animasi, video dan aspek interaktif pada suatu storyboard”, sehingga diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar yang pada akhirnya berimbas pada peningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pendidikan geografi di SMA.

Penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran geografi memungkinkan untuk memudahkan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sekalipun materi itu bersifat abstrak dan sulit untuk dipelajari secara langsung. Selain itu siswa pun akan merasa terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran karena dengan multimedia pembelajaran interaktif siswa dituntut untuk melaksanakan pembelajaran secara mandiri dan lebih aktif.

Pemilihan materi kegunungapian dengan menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer pada pembelajaran geografi dalam penelitian ini, didasarkan pada asumsi bahwa, kegunungapian terutama yang berhubungan dengan erupsi gunungapi merupakan fenomena yang proses awal dan kejadiannya relatif sulit untuk diprediksi dan dipelajari secara langsung, sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat memvisualisasikannya yakni melalui penggunaan multimedia interaktif berbasis komputer. Selain itu Kota Bandung sebagai suatu region berdasarkan letak geografisnya merupakan wilayah yang relatif rentan terhadap dampak erupsi gunungapi baik langsung maupun tidak langsung terutama dari erupsi Gunungapi Tangkuban Parahu, Patuha, Kamojang dan Malabar, sehingga diperlukan upaya yang mendalam agar dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi-materi pelajaran geografi, khususnya


(17)

mengenai materi erupsi gunung api, karena siswa SMA Negeri 16 Bandung merupakan bagian dari masyarakat intelektual yang diharapkan dapat menjadi penggerak dalam upaya mitigasi bencana erupsi gunungapi di Indonesia pada umumnya dan Bandung pada khususnya, sehingga dampak dari bencana erupsi gunungapi berupa jatuhnya korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan fisik maupun sosial dapat dihindari atau paling tidak diminimalisir.

Berdasarkan pada berbagai permasalahan khususnya yang terkait dengan rendahnya pemahaman siswa pada materi pembelajaran IPS-geografi yang bersifat abstrak dan sulit dipelajari secara langsung terutama pada materi kegunungapian dan masih kurang optimalnya penggunaan media dalam pembelajaran IPS-geografi serta adanya indikasi multimedia interaktif sebagai suatu media pembelajaran yang berpotensi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajarinya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif terhadap Pemahaman Konsep Kegunungapian”. (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 16 Bandung).

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah : Bagaimana pengaruh penggunaan multimedia interaktif terhadap pemahaman konsep kegunungapian pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung ?

Agar penelitian ini lebih terarah, rumusan masalah tersebut, dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.


(18)

1. Apakah terdapat perbedaan hasil tes pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang menggunakan multimedia interaktif sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (pre-test – post-test kelas eksperimen) ?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil tes pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang tidak menggunakan multimedia interaktif sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (pre test – post test kelas kontrol) ?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil tes pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan multimedia interaktif sebelum perlakuan diberikan (pre test kelas eksperimen-kontrol) ? 4. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di

kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan multimedia interaktif sesudah perlakuan diberikan (kelas eksperimen-kontrol) ?

5. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif pada konsep kegunungapian ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, adalah untuk mengetahui :

1. perbedaan hasil tes pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang menggunakan multimedia interaktif sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (pre-test – post-test kelas eksperimen)

2. perbedaan hasil tes pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang tidak menggunakan multimedia interaktif sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (pre test – post test kelas kontrol)


(19)

3. perbedaan hasil tes pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan multimedia interaktif sebelum perlakuan diberikan (pre test kelas eksperimen-kontrol)

4. perbedaan pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan multimedia interaktif sesudah perlakuan diberikan (kelas eksperimen-kontrol)

5. respons atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif pada konsep kegunungapian

6. kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan terkait dengan penggunaan multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu diharapkan dapat menjadi salah satu landasan dasar bagi penelitian dan pengembangan selanjutnya yang terkait dengan penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat (a) memberikan informasi mengenai efektivitas penggunaan multimedia interaktif terhadap pemahaman konsep siswa pada materi kegunungapian (vulkanisme), (b) masukan bagi


(20)

guru-guru, bahwa penggunaan multimedia interaktif merupakan salah satu upaya alternatif yang dapat dilakukan untuk mempermudah mempelajari suatu materi yang bersifat abstrak dan sulit dipelajari secara langsung, (c) memberikan informasi kepada masyarakat melalui para siswa tentang upaya mitigasi bencana yang telah diundangkan oleh pemerintah agar jika terjadi peristiwa erupsi gunungapi jatuhnya korban dapat diminimalisir, (d) memberikan masukan kepada Kementerian Pendidikan Nasional dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam membuat kebijakan memasukan materi mitigasi bencana ke dalam kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia.

E. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, dijabarkan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan hasil tes pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang menggunakan multimedia interaktif sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (pre-test – post-test kelas eksperimen).

2. Terdapat perbedaan hasil tes pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang tidak menggunakan multimedia interaktif sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (pre test – post test kelas kontrol).

3. Tidak terdapat perbedaan hasil tes pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan multimedia interaktif sebelum perlakuan diberikan (pre test kelas eksperimen-kontrol).


(21)

4. Terdapat perbedaan pemahaman konsep kegunungapian pada siswa di kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan multimedia interaktif sesudah perlakuan diberikan (kelas eksperimen-kontrol).

F. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diamati dari apa yang didefinisikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Tuckman (1978 : 79) ”an operational definition is a definition based on the observable characteristics of that which is being defined”.

Adapun beberapa hal yang menjadi penekanan dalam penelitian ini, sehingga dipandang perlu untuk didefinisikan, adalah :

1. Media Pembelajaran

Nandi (2006 : 42) memandang informasi atau pesan pembelajaran dapat diterima oleh peserta didik melalui penggunaan media pembelajaran, seperti dikemukakannya, bahwa “media pembelajaran adalah suatu alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Lebih lanjut Sudrajat (2008 : 20) mengungkapkan, bahwa “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik”.

Adapun penggunaan jenis media pembelajaran dalam penelitian ini, terdiri atas multimedia interaktif yang digunakan di kelas eksperimen dan media grafis yang digunakan di kelas kontrol.


(22)

a. Multimedia Interaktif

Multimedia adalah suatu bentuk media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hofstetter (2001) dalam Ariani dan Haryanto (2010 : 11), bahwa ”multimedia, adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafis, audio, video dengan menggunakan alat yang memungkinkan pemakai berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi”.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan multimedia interaktif adalah suatu multimedia berbasis komputer dengan menggunakan program flash yang dirancang secara sistematis, interaktif dan berbentuk sajian secara tutorial dalam hal ini langkah-langkah operasionalisasinya didasarkan kepada instruksi-instruksi tertentu dengan tujuan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari bahan ajar

yang terangkum di dalam multimedia yang berisi materi pembelajaran

kegunungapian (vulkanisme). Multimedia interaktif ini, secara keseluruhan berdurasi sekitar 15 menit, dirancang untuk kegiatan pembelajaran dalam satu kali pertemuan (dua jam pelajaran). Terbagi menjadi 4 (empat) bagian utama, yaitu bagian A (Magma), B (Erupsi), C (Pascavulkanik) dan bagian D (Awan Panas) yang diperuntukan untuk kegiatan pembelajaran di kelas dengan metode diskusi kelompok.

b) Media Grafis

Sudjana dan Rivai (1991: 3) pada artikel yang ditulis oleh Hayati, et al., (2006 : 31), menyatakan, bahwa “ media grafis, adalah media berbentuk gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media ini sering


(23)

pula disebut sebagai media dua dimensi, yaitu media yang hanya mempunyai ukuran panjang dan lebar”.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan media grafis, adalah media berbentuk gambar, foto, grafik, bagan, tabel dan lain-lain yang berisi materi kegunungapian yang disusun dalam bentuk slide-slide power point. Penggunaan media grafis dimaksudkan sebagai media kontrol terhadap penggunaan multimedia interaktif yang digunakan di kelas eksperimen.

2. Pemahaman

Pemahaman dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan siswa dalam melakukan translasi, interpretasi dan ekstrapolasi tentang konsep-konsep kegunungapian yang diukur melalui penyelenggaraan tes pemahaman konsep kegunungapian sebelum dan sesudah proses pembelajaran dilaksanakan. Selain hasil tes objektif, karena implementasi pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan dengan metode diskusi, maka kemampuan membuat laporan dan kemampuan presentasi tiap kelompok menjadi aspek penilaian tersendiri yang dimaksudkan untuk memperdalam hasil penelitian dalam mengukur kemampuan pemahaman siswa tentang konsep-konsep kegunungapian baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol setelah pembelajaran dilaksanakan.

Adapun rincian variabel pemahaman konsep kegunungapian dalam penelitian ini, dijabarkan dalam bentuk tabel di bawah ini.


(24)

Tabel 1.1.

Operasionalisasi Pemahaman Konsep Kegunungapian

Variabel Operasional/

Indikator Konsep

Pemahaman Konsep

1. Mendefinisikan 2. Menjelaskan 3. Menguraikan 4. Menjelaskan kembali

a. Gunungapi, magma, lava

b. Bagian-bagian dari gunung api c. Erupsi gunung api

linier, areal, sentral, efusif dan eksplosif. d. Material-material

hasil erupsi 1. Menjelaskan

2. Menafsirkan ciri-ciri 3. Mengidentifikasi 4. Menginterpretasi

a. Bentuk-bentuk gunungapi b. Tipe-tipe lerusan

gunung api c. Ciri-ciri erupsi

eksplosif dan efusif d. Gejala pascavulkanik 1. Memprediksi

2. Menyimpulkan 3. Memperkirakan 4. Membedakan 5. Memperluas

6. Menjelaskan pengaruh

a. Dampak positif gunung api b. Dampak negatif

gunungapi

3. Konsep Kegunungapian (Vulkanisme)

Maryani (2009 : 15) yang menyatakan, bahwa “ konsep adalah gambaran abstrak suatu gejala atau fenomena nyata. Konsep mengandung sejumlah ide yang dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman orang yang menginterpretasinya. Konsep yang mengandung makna geografis disebut dengan konsep geografi”. Selanjutnya menurut Maryani (2009 : 14) “Geografi pada dasarnya mempelajari gejala dan fenomena dalam ruang. Gejala dan fenomena tersebut, nyata ada dalam kehidupan sebagai hasil perpaduan aspek fisikal dan kehidupan itu sendiri. Realita tersebut akan membentuk pola abstrak dalam pemikiran kita”.


(25)

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta, baik berupa proses, peristiwa, benda ataupun fenomena alam maupun sosial yang membedakannya dari kelompok lainnya dan dapat diterima oleh umum.

Kegunungapian adalah peristiwa yang berkaitan dengan pergerakan magma. Magma sebagai masa silikat cair pijar sangat giat melakukan gerakan ke segala arah baik secara vertikal, miring maupun mendatar, yang bergerak di permukaan bumi ataupun hanya di dalam bumi (Editiya, 2010).

Konsep kegunungapian pada penelitan ini diartikan sebagaikonsep-konsep yang berhubungan dengan peristiwa pergerakan magma yang menyusup ke lapisan yang lebih atas sampai ke permukaan bumi dengan kata lain konsep kegunungapian dapat didefinisikan sebagai konsep yang berhubungan dengan proses pembentukan gunung api.

4. Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen pada penelitian ini, adalah kelas X yang diberikan perlakuan secara khusus. Dalam penelitian ini bentuk perlakuan pada kelas eksperimen adalah berupa penggunaan multimedia interaktif tentang konsep-konsep kegunungapian dalam proses pembelajarannya. Kelas eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yakni kelas X-3 dan X-7.


(26)

5. Kelas Kontrol

Kelas kontrol pada penelitian ini, adalah kelas X yang tidak diberi perlakuan secara khusus atau berlebih seperti halnya pada kelas eksperimen. Dalam hal ini perlakuan yang diberikan hanya berupa penggunaan media grafis berupa bagan, gambar, tabel, foto dan lain-lain tentang konsep-konsep kegunungapian yang ditayangkan dalam bentuk slide-slide power point pada proses pembelajaran. Kelas kontrol dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yakni kelas X-1 dan X-10.

G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 16 Bandung dengan dasar pertimbangan antara lain, sebagai berikut.

1. Kondisi di lapangan (hasil observasi) menunjukan seringkali guru geografi di SMA Negeri 16 Bandung menggunakan metode pembelajaran konvensional yang pasif dalam menyampaikan berbagai materi pembelajaran, dengan media yang relatif terbatas, sedangkan proses pembelajaran melalui metode diskusi dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif belum pernah dilaksanakan sekalipun.

2. Hasil observasi awal di lapangan menunjukan, bahwa dalam pembelajaran sehari-hari, siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru serta selanjutnya mengerjakan tugas berupa pengisian soal-soal pada lembar kerja siswa (LKS), sehingga proses pembelajaran bersifat monoton dan tidak berkembang.

3. SMA Negeri 16 Bandung merupakan salah satu SMA yang berdasar kepada letak geografisnya, berada pada lokasi yang dikelilingi oleh beberapa gunung


(27)

api, sehingga wilayahnya relatif rentan terhadap dampak erupsi gunung api, terutama dari erupsi Gunungapi Tangkuban Perahu, Kamojang, Patuha dan Malabar, sehingga pemiliham lokasi penelitian ini dimaksudkan sebagai sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa di SMA Negeri 16 Bandung tentang potensi bencana erupsi gunung api yang melingkupi wilayahnya melalui penerapan multimedia interaktif, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran yang mendalam tentang lingkungan sekitarnya.

4. Dukungan sarana/prasarana di SMA Negeri 16 untuk kegiatan penelitian berbasis multimedia relatif memadai.

5. Di SMA Negeri 16 Bandung belum pernah ada penelitian sejenis.

Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini, adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung pada tahun pelajaran 2011/2012 yang tersebar di 10 kelas/rombongan belajar. Sampel penelitian diambil sebanyak empat kelas yang terdiri dari dua kelas eksperimen dan dua kelas kontrol. Pengambilan empat kelas sampel tersebut didasarkan pada nilai ujian tengah semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran geografi pada empat kelas yang mempunyai nilai homogenenitas relatif paling tinggi, yakni kelas X-3 dan X-7 dijadikan sebagai kelas eksperimen serta kelas X-1 dan X-10 dijadikan sebagai kelas kontrol.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, alasan pemilihan lokasi penelitian, variabel penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya serta memuat teknik analisis data dan tahap-tahap penelitian yang dimulai dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan akhir.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain yang digunakan adalah kuasi eksperimen (Quasi Experimental Design). Salah satu ciri penelitian dengan menggunakan desain eksperimen kuasi adalah adanya kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Hal ini berarti bahwa untuk mengetahui hasil pembelajaran yang dieksperimenkan benar-benar efektif perlu diadakan kelompok yang tidak diberi perlakuan (treatment) sama dengan kelas eksperimen.

Penelitian eksperimen ini melibatkan dua kelompok siswa, yaitu siswa di kelas eksperimen dan siswa di kelas kontrol. Kedua kelompok mendapat perlakuan pembelajaran yang berbeda. Kelas eksperimen dikenai perlakuan (treatment) berupa pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif, sedangkan kelas kontrol tidak dikenai perlakuan dengan menggunakan multimedia interaktif tetapi hanya diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan media grafis.

Bentuk desain kuasi eksperimen dalam penelitian ini, yaitu Nonequivalent Control Group Design dengan pola sebagai berikut :


(29)

Tabel 3.1.

Desain Kuasi Eksperimen Nonequivalent Control Group Design

Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T3 X2 T4

Sumber : diadaptasi dari Sukmadinata (2007 : 207) Keterangan :

T1 = pre test (sebelum perlakuan) pada kelas eksperimen

T2 = post test (setelah perlakuan dengan multimedia interaktif) pada kelas

eksperimen

T3 = pre test (sebelum perlakuan) pada kelas kontrol

T4 = post test (setelah perlakuan tanpa multimedia interaktif) pada kelas

kontrol

X1 = kelas eksperimen dengan menggunakan multimedia interaktif

X2 = kelas kontrol dengan menggunakan media grafis.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung. Dengan berdasar kepada nilai rata-rata ujian tengah semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran geografi diambil empat kelas dari sepuluh kelas yang ada sebagai kelas eksperimen dan kontrol. Banyaknya siswa yang terlibat dalam penelitian ini, untuk kelas eksperimen berjumlah 80 siswa dan kelas kontrol berjumlah 80 siswa, sehingga jumlah siswa seluruhnya yang dilibatkan dalam penelitian berjumlah 160 siswa.


(30)

Data hasil ujian tengah semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 16 Bandung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2.

Daftar Nilai Ujian Tengah Semester (UTS) 1 Geografi Kelas X SMAN 16 Bandung Thn. Pel. 2011/2012

Kelas Nilai

Rata-rata

Nilai Tertinggi

Nilai

Terendah Kelas

X-1 57,30 75,00 32,50 Kontrol

X-2 62,44 80,00 37,50

X-3 57,35 75,00 31,50 Eksperimen

X-4 53,81 75,00 27,50

X-5 48,86 72,50 22,50

X-6 49,45 75,00 17,50

X-7 56,77 74,00 32,50 Eksperimen

X-8 59,81 82,50 20,00

X-9 40,46 62,50 30,00

X-10 56,86 73,50 32,00 Kontrol

Sumber : Data Bag. Kurikulum SMAN 16 Bandung, 2011.

Berdasarkan data hasil ujian tengah semester 1 pada tabel di atas, diambil empat kelas yang mempunyai nilai rata-rata relatif homogen dengan jumlah masing-masing siswa yang dijadikan subjek penelitian berjumlah 40 siswa untuk setiap kelasnya yaitu kelas X-1, X-3, X-7 dan X-10. Pengambilan empat kelas tersebut didasarkan kepada homogenitas nilai ujian tengah semester 1 mata pelajaran geografi pada empat kelas tersebut, seperti terlihat pada tabel 3.2 di atas. Kelas X-3 dan X-7 dijadikan sebagai kelas eksperimen, sedangkan X-1 dan X-10 dijadikan kelas kontrol.

Selain dilatarbelakangi oleh kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang relatif bersifat abstrak dan sulit dipelajari secara langsung dan sikap belajar siswa yang masih rendah seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang, sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian juga dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut :


(31)

1. Kondisi di lapangan (hasil observasi) menunjukan seringkali guru geografi di SMA Negeri 16 Bandung menggunakan metode pembelajaran konvensional yang pasif dalam menyampaikan berbagai materi pembelajaran dengan penggunaan media yang relatif terbatas, sedangkan proses pembelajaran melalui metode diskusi dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif sangat jarang dilaksanakan.

2. Hasil observasi di lapangan menunjukan, dalam pembelajaran sehari-hari di kelas, siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru serta selanjutnya mengerjakan tugas berupa pengisian soal-soal pada lembar kerja siswa (LKS), sehingga proses pembelajaran bersifat monoton dan tidak berkembang.

3. SMA Negeri 16 Bandung merupakan salah satu SMA yang berdasar kepada letak geografisnya, berada pada lokasi yang dikelilingi oleh beberapa gunung api, sehingga wilayahnya relatif rentan terhadap dampak erupsi gunung api, terutama dari erupsi Gunungapi Tangkuban Perahu, Kamojang, Patuha dan Malabar, sehingga pemiliham lokasi penelitian ini dimaksudkan sebagai sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa di SMA Negeri 16 Bandung tentang potensi bencana erupsi gunung api yang melingkupi wilayahnya melalui penerapan multimedia pembelajaran interaktif, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran yang mendalam tentang lingkungan sekitarnya.

4. Dukungan sarana prasarana di SMA Negeri 16 untuk kegiatan penelitian tersedia secara memadai berupa ruang multimedia, LCD, layar dan


(32)

komputer yang memungkinkan dapat dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif.

5. Di SMA Negeri 16 Bandung belum pernah ada penelitian sejenis.

6. Mencoba menerapkan media pembelajaran yang relatif baru pada siswa-siswa kelas X di sekolah yang berada pada cluster terendah di Kota Bandung yang mempunyai taraf intelegensia yang relatif homogen menengah-bawah berdasarkan dari passing grade pada awal mereka masuk sekolah tahun pelajaran 2011/2012, sehingga penggunaan multimedia interaktif pada penelitian ini merupakan salah satu upaya dalam memotivasi siswa-siswa di SMA Negeri 16 Bandung agar lebih dapat meningkatkan dan mengembangkan cara dan hasil belajarnya, terutama dalam memahami konsep-konsep yang relatif abstrak dan atau sulit dipelajari secara langsung.

C. Langkah-langkah Penelitian

Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi lima langkah, yaitu : studi pendahuluan, studi literatur, persiapan, implementasi dan diakhiri dengan analisis hasil penelitian serta penyusunan laporan.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan yang dilaksanakan adalah berupa analisis pada Kurikululum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Geografi di SMA kelas X, pada kompetensi dasar : menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, pada sub pokok bahasan kegunungapian (vulkanisme). Selain itu, studi pendahuluan juga dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pembelajaran


(33)

geografi di salah satu SMA di Kota Bandung yang berkaitan dengan permasalahan dan kendala yang dihadapi siswa dan guru geografi dalam kegiatan pembelajaran. Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mewawancarai guru-guru geografi dan siswa serta mencatat hasil-hasil belajar geografi di bagian kurikulum di SMA yang bersangkutan . Hasilnya ditemukan bahwa pemahaman konsep siswa terhadap materi yang dipelajarinya masih rendah yang dicirikan dengan banyak siswa yang memperoleh hasil di bawah nilai ketuntasan belajar minimal dan sikap belajar siswa yang masih rendah yang ditunjukkan dengan motivasi belajar yang juga rendah. Selain hal itu, pemanfaatan media pembelajaran berbasis komputer dalam pembelajaran geografi oleh guru juga masih rendah. Selanjutnya, temuan tersebut digunakan sebagai pijakan untuk mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif sebagai alternatif pemecahan masalah.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Studi ini juga dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator pemahaman konsep kegunungapian pada standard kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang telah ditentukan. Selain itu, juga yang berhubungan dengan teori-teori pengembangan penelitian. Dari kajian terhadap materi pokok, diperoleh konsep-konsep kegunungapian yang dituangkan melalui penjabaran indikator-indikator yang harus dicapai siswa. Hasil studi literatur, selanjutnya, digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan multimedia interaktif (MMI).


(34)

3. PerancanganMultimedia Interaktif dan Instrumen Penelitian

Hasil-hasil yang diperoleh dari studi literatur dan pendahuluan, digunakan untuk merancang produk awal (draft). Multimedia Interaktif (MMI) dibuat berdasarkan atas hasil-hasil analisis terhadap SK, KD dan indikator-indikator mengenai konsep kegunungapian yang diharapkan dapat dicapai setelah pembelajaran dengan MMI dilakukan. Selanjutnya dari indikator-indikator pemahaman konsep kegunungapian dibuat instrumen penilaian. Instrumen penilaian yang dibuat berupa tes tertulis berupa soal pilihan ganda dan uraian yang terpisah dalam bentuk pre dan post test. Setelah dilakukan pengembangan dan perancangan MMI, maka dilakukan validasi (judgment) oleh Dr. Ahmad Yani M.Si. (ahli multimedia Jur. Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung) dan Ir. Yakub Malik, M.Pd. (ahli Geografi Fisik/Kegunungapian Jur. Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung) untuk kelayakan MMI sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk kegiatan penelitian (Lampiran C.2).

4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan dan daya pembeda instrumen penelitian yang dibuat terlebih dahulu diujicobakan pada siswa-siswa kelas XI pada salah satu SMA di Kota Bandung. Dari hasil uji coba butir soal kemudian diambil butir-butir soal yang dinyatakan valid dan reliabel untuk dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

5. Tahap Implementasi

Multimedia Interaktif (MMI) tentang kegunungapian yang dirancang, kemudian diimplementasikan pada pembelajaran melalui metode diskusi pada


(35)

siswa kelas X di SMA Negeri 16 Kota Bandung. Setelah implementasi pembelajaran ini selesai, dilakukan post test untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi kegunungapian dan pengisian angket tanggapan/respons siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif.

Implementasi pembelajaran pada kelas eksperimen dalam penelitan ini dilaksanakan dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif melalui

metode diskusi dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. a. Guru menetapkan masalah kegunungapian terkait dengan bencana erupsi

gunung api untuk didiskusikan.

b. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan metode diskusi kelompok.

c. Guru membagi siswa di kelas eksperimen menjadi 4 (empat) kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari sekitar 10 siswa dan di bawah bimbingan guru membentuk peserta diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, moderator, notulis), mengatur denah ruang/tempat duduk, sarana/prasarana dan sebagainya.

d. Guru menyajikan materi kegunungapian melalui CD multimedia interaktif pada layar monitor masing-masing siswa yang operasionalisasinya dilakukan baik secara individu maupun kelompok secara interaktif .

e. Setiap kelompok diberikan tugas untuk dipelajari dan didiskusikan, berupa LKS (lembar kerja siswa) dan materi dalam bentuk CD multimedia


(36)

pembelajaran interaktif tentang kegunungapian sebagai acuan pelaksanaan diskusi kelompok, dengan rincian sebagai berikut.

2) Kelompok A mendiskusikan materi yang terkait dengan pengertian gunung api, pengertian magma, perbedaan intrusi dan ekstrusi magma, bagian-bagian dari gunung api dan jenis erupsi gunung api berdasarkan tempat keluarnya magma.

3) Kelompok B mendiskusikan materi yang terkait dengan jenis erupsi gunung api berdasarkan tenaga letusannya, bentuk-bentuk gunung api dan tipe-tipe letusan gunung api.

4) Kelompok C mendiskusikan materi yang terkait dengan bahan-bahan yang dikeluarkan gunung api ketika terjadi erupsi dan gejala-gejala pascavulkanik.

5) Kelompok D mendiskusikan materi yang terkait dengan dampak positif (manfaat) gunung api dan dampak negatif (bencana) yang ditimbulkan oleh erupsi gunung api.

f. Setiap kelompok mempresentasikan/melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dilaporkan itu dicermati dan ditanggapi oleh seluruh siswa (terutama dari kelompok lain), sedangkan guru berperan sebagai nara sumber dan jika diperlukan sekaligus menjadi moderator.

g. Guru membimbing siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan diskusi, meluruskan kesalahpahaman dan memberi penghargaan kepada masing-masing kelompok.

Implementasi pembelajaran pada kelas kontrol dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan media grafis berupa penayangan slide-slide


(37)

power point oleh guru di depan kelas melalui metode diskusi dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Guru menetapkan masalah kegunungapian terkait dengan bencana erupsi gunung api untuk didiskusikan.

b. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan metode diskusi kelompok.

c. Guru membagi siswa di kelas kontrol menjadi 4 (empat) kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari sekitar 10 siswa dan di bawah bimbingan guru membentuk peserta diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, moderator, notulis), mengatur denah ruang/tempat duduk, sarana dan sebagainya.

d. Guru menyajikan materi kegunungapian dengan media grafis berupa tayangan slide-slide powerpoint melalui layar di depan kelas.

e. Guru memberikan tugas berupa lembar kerja siswa (LKS) sebagai acuan dasar pelaksanaan diskusi kelompok, dengan rincian :

1) Kelompok A mendapat tugas untuk mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan pengertian gunung api, pengertian magma, perbedaan intrusi dan ekstrusi magma, bagian-bagian dari gunung api dan jenis erupsi gunung api berdasarkan tempat keluarnya magma.

2) Kelompok B mendapat tugas untuk mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan jenis erupsi gunung api berdasarkan tenaga letusannya, bentuk-bentuk gunung api dan tipe-tipe letusan gunung api.

3) Kelompok C mendapat tugas untuk mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan bahan-bahan yang dikeluarkan gunung api dan gejala-gejala pascavulkanik.


(38)

4) Kelompok D mendapat tugas untuk mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan dampak positif (manfaat) gunung api dan dampak negatif (bencana) yang ditimbulkan oleh erupsi gunung api.

f. Siswa melaksanakan diskusi kelompok, sehingga setiap kelompok dapat menemukan dan merumuskan konsep-konsep yang berhubungan kegunungapian yang menjadi pokok bahasannya.

g. Setiap kelompok mempresentasikan/melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dilaporkan itu dicermati dan ditanggapi oleh seluruh siswa (terutama dari kelompok lain), sedangkan guru berperan sebagai nara sumber dan jika diperlukan sekaligus menjadi moderator.

h. Guru membimbing siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan diskusi, meluruskan kesalahpahaman dan memberi penghargaan kepada masing-masing kelompok.

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008 : 60) “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini, variabel yang berpengaruh adalah penggunaan multimedia interaktif terhadap kelompok eksperimen. Sedangkan variabel yang diduga sebagai variabel yang terkena pengaruh adalah tingkat pemahaman konsep siswa pada kompetensi dasar : menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan dampaknya terhadap kehidupan pada sub


(39)

pokok bahasan kegunungapian (vulkanisme) yang terdapat pada mata pelajaran Geografi di SMA Kelas X.

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian tersebut di atas, diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 3.3. Definisi Variabel Penelitian

Variabel Konsep

Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Multimedia Interaktif Kegunungapian Penggunaan suatu bentuk multimedia interaktif kegunungapian yang dirancang sedemikian rupa sehingga materinya mempunyai relevansi dengan tingkatan kompetensi-kompetensi yang harus dicapai oleh siswa SMA Penggunaan Multimedia interaktif kegunungapian yang dirancang sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang harus dicapai siswa yaitu menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta

dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi pada sub pokok bahasan kegunungapian (vulkanisme) Penggunaan Multimedia interaktif kegunungapian berdurasi sekitar 20 menit yang terdiri atas 4 bagian yang berisi kompetensi-kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta

dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, pada sub pokok bahasan kegunungapian (vulkanisme) Pemahaman Konsep Kegunungapian Pencapaian kompetensi-kompetensi pemahaman konsep kegunungapian yang ditandai dengan kemampuan melakukan translasi, interpretasi dan ekstrapolasi tentang konsep-konsep kegunungapian yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan berpikir dan bertindak Pencapaian kompetensi-kompetensi pemahaman konsep kegunungapian yang mencakup aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi pada kompetensi dasar : menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta

dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, pada sub pokok bahasan

kegunungapian (vulkanisme)

Hasil pretest dan posttest dalam bentuk soal objektif pilihan ganda (PG) sebanyak 25 butir soal yang mengacu pada kompetensi dasar : menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta

dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, pada sub pokok bahasan kegunungapian (vulkanisme).


(40)

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

1. Tes

Menurut Webster’s Collegiate, “tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 1995 : 29). Cronbach (dalam Azwar, 1987 : 3) mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category system”.

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk melihat kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kegunungapian berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda berjumlah 25 butir soal. Tes dilakukan berupa pre test dan post test baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan menerapkan metode pembelajaran diskusi dan menggunakan media pembelajaran yang berbeda, yakni pada kelas eksperimen dengan menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer yang operasionalisasinya dilakukan oleh masing-masing siswa, sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan media grafis yang ditayangkan oleh guru dalam bentuk slide-slide power point pada layar di depan kelas. Tes ini disusun berdasarkan indikator, kompetensi dasar dan standar kompetensi pada mata pelajaran geografi Kelas X pada sub pokok bahasan kegunungapian (vulkanisme). Kriteria bobot nilai maksimal untuk tes objektif tiap butir soal pilihan ganda = 1. Adapun penjabaran indikator, distribusi soal dan kriteria bobot nilai yang


(41)

digunakan untuk tes objektif berbentuk pilihan ganda, disajikan dalam bentuk tabel berikut.

Tabel. 3.4. Kisi-kisi Soal Tes Objektif

Variabel Dimensi Indikator No. Soal

P em a h a m a n k o n se p Translasi

Menjelaskan pengertian gunung api Menjelaskan pengertian magma

Menguraikan kembali bahan-bahan yang dikeluarkan gunung api

Menjelaskan perbedaan intrusi dan ekstrusi Menguraikan ciri-ciri gunungapi yang akan meletus Menjelaskan karakteristik gunungapi di Indonesia Menjelaskan jenis gempa akibat aktivitas gunungapi

1 2 12 4 13 15,22 25 Interpretasi

Menemutunjukan bagian-bagian gunung api melalui bagan/ penampang gunung api

Mengidentifikasi jenis erupsi gunung api berdasarkan tempat keluarnya magma

Menginterpretasi jenis erupsi gunung api berdasarkan tenaga letusannya

Mengidentifikasi gunung api berdasarkan bentuknya Mengidentifikasi gunung api berdasarkan tipe letusannya. 10 3,5 6,8 9,11,16 14, 19 Ekstrapolasi

Membedakan gejala-gejala keluarnya magma sampai ke permukaan bumi

Menyimpulkan gejala-gejala pascavulkanik

Menyimpulkan dampak positip (manfaat) gunung api Menyimpulkan dampak negatif letusan gunung api. Memperluas upaya yang bersifat aplikatif dalam mengantisipasi bencana erupsi gunungapi

7 17,18 20,24 23, 21 Skor ideal tiap item soal = 1. Skor maksimal = 25

Untuk mengetahui kelayakan perangkat tes pengambilan data dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal. Secara rinci penjelasan uji prasyarat instrumen diuraikan sebagai berikut.

a. Validitas Butir Soal

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ukuran kesahihan butir soal yang digunakan sebagai instrumen untuk mengambil data pada saat penelitian. Uji ini sangat penting agar diperoleh data yang valid pada saat penelitian.


(42)

Menurut Arikunto (2006:168) validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan. Soal yang valid adalah soal yang dapat mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan menggunakan teknik korelasi product moment angka kasar (Arikunto, 2006 : 168) :

(

)

− − − = } ) ( }{ { ) )( ( 2 2 2

2 X N Y Y

X N Y X XY N rXY Keterangan :

rXY = koefisien korelasi

X = skor tiap butir soal

Y = skor total yang benar dari tiap subyek N = jumlah subyek

Untuk menginterpretasi koefisien korelasi yang telah diperoleh digunakan tabel nilai r product moment, dengan taraf signifikansi 5%, artinya kebenaran atau dalam hal ini validitasnya mencapai 95%. Jika rxy hitung ≤ rxy, maka soal tersebut

tidak valid dan jika rxy hitung≥ rxy tabel, maka soal tersebut valid.

Hasil perhitungan uji validitas instrumen dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut.


(43)

Tabel 3.5.

Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Pemahaman Konsep Kegunungapian (Vulkanisme)

Item soal rxy hitung rxy tabel Keterangan

Butir 1 2,67246 1,68595 Valid

Butir 2 7,46493 1,68595 Valid

Butir 3 1,13622 1,68595 -

Butir 4 4,23725 1,68595 Valid

Butir 5 4,14701 1,68595 Valid

Butir 6 2,89739 1,68595 Valid

Butir 7 2,22774 1,68595 Valid

Butir 8 1,34224 1,68595 -

Butir 9 8,46949 1,68595 Valid

Butir 10 2,18898 1,68595 Valid

Butir 11 4,49134 1,68595 Valid

Butir 12 1,79866 1,68595 Valid

Butir 13 1,61174 1,68595 -

Butir 14 3,13457 1,68595 Valid

Butir 15 3,30642 1,68595 Valid

Butir 16 6,39671 1,68595 Valid

Butir 17 7,61025 1,68595 Valid

Butir 18 6,39671 1,68595 Valid

Butir 19 3,91908 1,68595 Valid

Butir 20 2,81486 1,68595 Valid

Butir 21 5,42177 1,68595 Valid

Butir 22 6,52404 1,68595 Valid

Butir 23 2,12247 1,68595 Valid

Butir 24 -0,07321 1,68595 -

Butir 25 3,53982 1,68595 Valid

Sumber : Pengolahan data, 2011.

Berdasarkan hasil uji validitas butir soal pilihan ganda pada tabel di atas, terdapat 21 butir dari 25 butir soal pilihan ganda yang dinyatakan valid untuk digunakan dalam kegiatan penelitian, akan tetapi untuk menggenapkan perhitungan


(44)

peneliti kurangi satu sehingga berjumlah 20 butir soal yang dianggap mewakili aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi, hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan waktu pelaksanaan penelitian yang hanya berlangsung dalam waktu yang relatif sangat terbatas yakni dua jam pelajaran tanpa mengurangi ketercakupan aspek-aspek pemahaman konsep kegunungapian yang akan diukur. b. Reliabilitas

Suatu perangkat tes yang baik merupakan perangkat yang menghasilkan skor yang tidak berubah-ubah atau ajeg dengan kata lain suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Salah satu bentuk pengujian realibilitas adalah dengan internal consistency melalui teknik KR.20.

Kriteria pengujian realibilitas adalah jika rhit > rtab dengan tingkat

kepercayaan 95% dengan dk (n-2) maka item pertanyaan itu dapat dikatakan reliabel. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dihitung secara manual menggunakan rumus berikut.               −

=

2

2 11 1 S pq S n n r Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen.

p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar. q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

(q = 1 - p).

pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q. n = banyaknya item.

S = standard deviasi dari tes (standard deviasi adalah akar varians).


(45)

Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes pilihan ganda pada tabel berikut.

Tabel 3.6.

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pilihan Ganda Butir Soal Pemahaman Konsep Kegunungapian (Vulkanisme)

Koefisien Reliabilitas N of Items Keterangan

0,853955 25 Sangat tinggi

Sumber : Pengolahan Data, 2011.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai r11 untuk soal tes pilihan ganda

sebesar 0,853955 kemudian r11 dikonsultasikan dengan rtabel sebesar 0,312

didapatkan r11 > rtabel. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa alat

tes reliabel untuk digunakan dalam penelitian. c. Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal. Uji ini penting agar dalam suatu perangkat soal tidak didominasi oleh soal mudah atau sukar saja. Suharsimi (1991 : 210) menyatakan bahwa bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal, uji ini penting agar dalam suatu perangkat soal tidak didominasi oleh soal mudah atau sukar saja. Selanjutnya Karno To (1999) menjelaskan untuk menghitung taraf kesukaran butir soal dipergunakan rumus berikut.

% 100 x I I

S S TK

B A

B A

+ +

= (Karno To, 1996 : 16)

Keterangan :

SA = jumlah skor kelompok atas, IA = jumlah skor ideal kelompok atas


(46)

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran tiap butir soal dilakukan dengan berdasar pada kriteria tingkat kesukaran soal pada tabel berikut.

Tabel 3.7.

Kriteria Tingkat Kesukaran

Batasan Klasifikasi

0.00 - 0.30 Sukar 0.30 - 0.70 Sedang 0.70 - 1.00 Mudah

Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran instrumen soal pilihan ganda disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.8.

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Pemahaman Konsep Kegunungapian (Vulkanisme)

Nomor

Soal Tingkat Kesukaran Kategori

1 0,40 Sedang

2 0,63 Sedang

3 0,20 Sukar

4 0,50 Sedang

5 0,65 Sedang

6 0,53 Sedang

7 0,50 Sedang

8 0,40 Sedang

9 0,63 Sedang

10 0,53 Sedang

11 0,83 Mudah

12 0,45 Sedang

13 0,53 Sedang

14 0,60 Sedang

15 0,65 Sedang


(47)

17 0,75 Mudah

18 0,83 Mudah

19 0,40 Sedang

20 0,63 Sedang

21 0,83 Mudah

22 0,68 Sedang

23 0,53 Sedang

24 0,65 Sedang

25 0,53 Sedang

Sumber : Pengolahan data, 2011.

Berdasarkan tabel uji tingkat kesukaran butir soal pilihan ganda (PG) di atas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar soal berada pada kategori sedang. d. Daya Pembeda

Uji daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu soal untuk membedakan antara kemampuan siswa pada kelompok atas (siswa berkemampuan tinggi) dan kemampuan siswa pada kelompok bawah (siswa berkemampuan rendah). Suharsimi Arikunto (1991 : 213) mengemukakan bahwa “daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)”.

Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus berikut (Arikunto, 1991 : 213) :

B P A P B J

B B

A J

A B


(48)

Keterangan :

DP = daya pembeda J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal itu benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Adapun kriteria untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut. Tabel 3.9.

Kriteria Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 < D ≤ 0,20 0,20 < D ≤ 0,40 0,40 < D ≤ 0,70 0,70 < D ≤ 1,00

Jelek Cukup

Baik Baik sekali

Berdasarkan hasil perhitungan uji daya pembeda instrumen soal pilihan ganda pada penelitian ini diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 3.10.

Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Pemahaman Konsep Kegunungapian (Vulkanisme)

Nomor Soal

Daya

Pembeda Kategori

1 0,30 Cukup

2 0,65 Baik

3 0,20 Cukup

4 0,40 Baik

5 0,40 Baik

6 0,45 Baik

7 0,30 Cukup


(49)

9 0,75 Baik

10 0,25 Cukup

11 0,35 Cukup

12 0,30 Cukup

13 0,25 Cukup

14 0,50 Baik

15 0,40 Baik

16 0,35 Cukup

17 0,50 Baik

18 0,35 Cukup

19 0,50 Baik

20 0,25 Cukup

21 0,35 Cukup

22 0,55 Baik

23 0,35 Cukup

24 0,00 Jelek

25 0,45 Baik

Sumber : Pengolahan data, 2011.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan siswa dalam mempresentasikan dan menyusun laporan hasil diskusi kelompok mengenai materi kegunungapian. Parameter untuk mengukur kemampuan siswa menyusun laporan hasil diskusi dan kemampuan presentasi didasarkan pada aspek-aspek pada tabel berikut.

Tabel 3.11.

Parameter Penilaian Laporan Hasil Diskusi Kelompok

No Aspek yang dinilai Bobot

1 Sistematika laporan 5

2 Representasi isi laporan 10 3 Penyajian dan penguasan materi 30

4 Ketepatan waktu 5


(50)

Tabel 3.12.

Parameter Penilaian Presentasi Kelompok

No Aspek yang dinilai Bobot

1 Penguasaan materi 20

2 Sistematika penyajian 15

3 Kemampuan penyajian materi 20 4 Kemampuan berargumentasi 15

5 Kemampuan menjawab 20

6 Pengaturan waktu 10

Skor maksimal 100

3. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa (LKS) dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai acuan pembahasan masing-masing kelompok dalam pelaksanaan pembelajaran melalui metode diskusi mengenai materi kegunungapian (vulkanisme).

4. Validasi Multimedia Interaktif

Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berupa

multimedia pembelajaran interaktif yang dirancang sedemikian rupa dengan menggunakan program flash dalam bentuk sajian yang bersifat tutorial, dalam hal ini langkah-langkah operasionalisasinya didasarkan kepada instruksi-instruksi tertentu dengan tujuan untuk memudahkan para siswa dalam mempelajari bahan ajar yang terangkum di dalam multimedia.

Multimedia pembelajaran interaktif ini berisi tentang materi kegunungapian (vulkanisme) pada Mata Pelajaran Geografi di SMA kelas X,

Kurikululum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada kompetensi dasar : menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, sub pokok bahasan kegunungapian (vulkanisme). Multimedia interaktif yang berisi materi kegunungapian ini secara


(51)

keseluruhan berdurasi sekitar 20 menit, dirancang untuk kegiatan pembelajaran dalam satu kali pertemuan (dua jam pelajaran) dan disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan penelitian, terbagi menjadi 4 (empat) bagian utama, yaitu bagian A (Magma), B (Erupsi), C (Pascavulkanik) dan bagian D (Awan Panas) yang diperuntukan untuk kegiatan pembelajaran di kelas dengan metode diskusi kelompok, sehingga dalam pelaksanaan penelitian ini, siswa di kelas eksperimen dibagi menjadi menjadi empat kelompok diskusi yakni Kelompok A (Magma), B (Erupsi), C (Pascavulkanik) dan Kelompok D (Awan Panas) untuk mendiskusikan secara kelompok, kemudian melaporkan hasilnya dan mempresentasikan dalam bentuk presentasi pada diskusi kelas sesuai dengan materi kajiannya masing-masing.

Multimedia interaktif ini, sebelum digunakan untuk kegiatan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji produk. Uji produk dilakukan dengan cara meminta pendapat dan penilaian para ahli dalam rangka kelayakan multimedia interaktif yang akan digunakan untuk kegiatan penelitian.

Penilaian terhadap aspek-aspek multimedia interaktif kegunungapian dalam penelitian ini, meliputi :

a. relevansi multimedia interaktif kegunungapian dengan kurikulum/SK/KD. b. kejelasan tujuan pembelajaran dalam multimedia interaktif.

c. kesesuaian multimedia interaktif dengan tujuan pembelajaran.

d. kemampuan multimedia interaktif dalam menarik perhatian siswa.

e. kemampuan multimedia interaktif dalam memotivasi belajar siswa.

f. kontekstualitas multimedia interaktif yang disajikan.


(52)

h. ketepatan penggunaan metode pembelajaran.

i. sistematika multimedia interaktif.

j. interaktivitas.

k. tampilan multimedia interaktif (teks, gambar, audial, visual, animasi, dll.).

l. kejelasan instruksi dan paparan informasi dalam multimedia interaktif.

m. representasi multimedia interaktif.

n. kreativitas dalam penuangan ide dan gagasan multimedia interaktif.

o. kemampuan multimedia dalam membantu eksplanasi guru.

Adapun hasil penilaian uji produk multimedia interaktif tentang kegunungapian yang telah divalidasi oleh Dr. Ahmad Yani, Msi. (ahli multimedia Jur. Pend. Geografi UPI Bandung) dan Ir. Yakub Malik M.pd. (Ahli Geografi Fisik/ Kegunungapian Jur. Pend. Geografi UPI Bandung) disajikan dalam bentuk tabel pada lampiran C.2.

Berdasarkan hasil validasi ahli multimedia interaktif tentang kegunungapian itu, dapat dijabarkan sebagai berikut : relevansi multimedia interaktif (MMI) kegunungapian dengan kurikulum/SK/KD merupakan suatu hal yang dijadikan acuan utama dalam pembuatan multimedia yang dicirikan dengan sistematika pembuatan MMI yang mengacu indikator dan SK/KD/kurikulum yang termaktub dalam tujuan pembelajaran. Selanjutnya multimedia interaktif kegunungapian yang dibuat dirancang untuk menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. Kontekstualitas multimedia interaktif yang disajikan dalam bentuk animasi gerak dan video yang mengacu pada hal-hal yang terjadi dalam kenyataan di lapangan. Ketercakupan/keluasan dan kedalaman materi ajar dalam multimedia interaktif disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.


(53)

Multimedia interaktif kegunungapian ini dirancang untuk pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran diskusi yang dicirikan dengan adanya pengelompokan materi ajar yang dibuat untuk kelompok A-D dengan sistematika yang disesuaikan dengan indikator. Pembelajaran dengan menggunakan multimedia ini dirancang dengan interaktivitas baik secara indivudial maupun kelompok belajar. Tampilan multimedia interaktif disajikan dalam bentuk teks, gambar, animasi, suara dan video dengan instruksi dan paparan informasi dalam multimedia interaktif yang sangat mudah dipahami sehingga secara umum multimedia interaktif ini diupayakan dapat membantu eksplanasi guru dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.

5. Angket

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui respons atau tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif mengenai materi kegunungapian (vulkanisme). Setiap siswa diminta untuk menanggapi pernyataan-pernyataan dengan alternatif jawaban sebagai berikut : sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Masing-masing jawaban dikaitkan secara kuantitatif dengan ketentuan nilai SS = 5, S = 4, KS = 3, TS = 2 dan STS = 1.

F. Teknik Analisis Data

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan secara hierarkhi statistik. Data primer hasil tes pemahaman konsep kegunungapian sebelum dan sesudah perlakuan, dianalisis dengan cara membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi sebelum dan


(1)

Hasan, S.H., ( 1996 ). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Dep. P dan K Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Hayati, Sri., Yani, Ahmad., Waluya, Bagja. (2006). “Penggunaan Media Komik Tanpa Kata untuk Meningkatkan Keberanian Mengungkapkan Pendapat

pada Mata Pelajaran Geografi di SMPN 12 Bandung”. Jurnal Geografi

Gea. 6, (1), 26-40.

Hemani. (2002). Pengembangan KBK Siswa SMU pada Pembelajaran Struktur

Atom dan Sistem Periodik Berbasis Komputer. Bandung : Prosiding Seminar HKI.

Hermita, Neni. (2008). Pembelajaran IPA dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa

SD. Bandung : Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Ibrahim, H. (1997). Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan,

klasifikasi,pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV. FIP-IKIP Malang.

Joyce, B. & Weil, M. (1980). Models of teaching. New Jersey Prentice : Hall

International, Inc.

Joyce, Bruce, et al. (2009). Models of Teaching (Model-model Pengajaran)

Edisi ke delapan(Terjemahan),Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Karli, H. dan Yuliariatiningsih, MS. (2002). Model-model pembelajaran. Bandung

: Bina Media Informasi.

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengenalan ke Program Komputer

ANATES). Bandung : Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. FIP IKIP.

Kartimi, (2003). Pengembangan Model Pembelajaran Interaktif Berbasis

Komputer untuk Bahan Kajian Partikel-Partikel Materi sebagai wahana pendidikan siswa SLTP. Bandung : Tesis UPI.Tidak diterbitkan.

Kaswan.(2005). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik arus Searah. Bandung : Tesis UPI Tidak diterbitkan

Kristi, A.(2008). Pembelajaran Praktikum Mandiri Berbasis MultimediaKomputer

untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Tekanan Osmotik. Bandung : Tesis UPI Tidak diterbitkan.


(2)

Kusnendi. (2007). Model-Model persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel Dengan Lisrel. Bandung : Alfabeta.

Kusnendi. (2010). Modul Materi Perkuliahan Statistika Terapan Program Studi S2

Pendidikan IPS. Bandung : Sekolah Pasca Sarjana Universitas pendidikan

Indonesia.

Liliasari, et al., (1997), Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subjek untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA, Laporan Penelitian, Bandung : FMIPA IKIP

Bandung.

Liliasari, et al.,(2007). Model-Model Pembelajaran Berbasis Ti untuk

Mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Pebelajar, Penelitian HPTP, Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Majid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan standar

Kompetensi Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Maryani, E. (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS. Bandung :

UPI SPs IPS.

Meire, D. ( 2001 ) The Accelerated Learning, Hand Book . Bandung: PT Mizan

Pustaka.

Mulyo, Agung. (2008). Pengantar Ilmu Kebumian. Pengetahuan Geologi untuk

Pemula. Bandung : Pustaka Setia.

Muhidin, S.Ali dan Abdurahman, Maman. (2007). Analisis Korelasi, Regresi dan

Jalur dalam Penelitian. Bandung : Pustaka Setia.

Nandi. (2006). “Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Geografi

di Persekolahan”. Jurnal Geografi Gea. 6, (1), 41-48.

Nordin, Sharina Md,. Ahmad, Wan Fatimah Wan., Masri, Mazyrah. (2010).

Learning English Literature Through Multimedia. European Journal of

Social Sciences. 17, (2), 238-253.

Panggabean. Luhut P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan

Pendidikan FisikaUniversitas Pendidikan Indonesia.

Panggabean, Luhut P. (1998) Kontribusi Relatif Sikap Siswa Pada Bimbingan

Karir Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Tesis PPS UPI Bandung ; Tidak diterbitkan.

Panggabean. Luhut, P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan


(3)

Purwantoro, Suhadi. (2006). Pembelajaran Geografi Pasca Tsunami, Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNY.

Sagala, Syaiful. (2004). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Penerbit

Alfabeta.

Samsudin, Achmad. (2008). Penggunaan Model Pembelajaran Multimedia

Interaktif (MMI) Optika Geometri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Memperbaiki Sikap Belajar Siswa. Bandung : Tesis SPs UPI : Tidak diterbitkan.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Bandung : Kencana Prenada Media Group.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Setiawan, Iwan. (2006). “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Geografi melalui

Pengembangan Media Pendidikan” Jurnal Geografi Gea. 6, (1), 21-25.

Somantri,N.M. ( 2001 ). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Sopari, Deni. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa pada pelajaran IPS di SMP. Bandung : Tesis SPs UPI : Tidak diterbitkan.

Sudjana, N. (1996). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana, N. (2002). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung :

Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, N. dan Rivai, Ahmad. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar

Baru Algesindo.

Sudjana, N. dan Rivai, Ahmad. (2009). Media Pembelajaran. Bandung : Sinar

Baru Algesindo.

Sugiyono. (2006). Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan ; Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung : CV Alfabeta.


(4)

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2000) Pengembangan kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, Nana Syaodih. ( 2004 ).Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi.

Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Sukmadinata, Nana Syaodih ( 2006 ) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :

P.T. Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Pengembangan Kurikulum Teori dan

Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009 ). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sumaatmadja, Nursid. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Bandung : Alumni.

Sumaatmadja, Nursid. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta : Bumi

Aksara.

Supriatna, Dadang. (2009). Pengenalan Media Pembelajaran ; Bahan Ajar untuk

Diklat e Training PPPPTK TK dan PLB. Jakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak Kanak dan Pendidikan Luar Biasa.

Suryosubroto. (2002) . Proses Belajar Mangajar di Sekolah. Jakarta : Rineka

Cipta.

Rahmattullah, Muhammad (2011). Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran

Film Animasi Terhadap Hasil Belajar. Bandung : Tesis SPs UPI : Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung

: IKIP Bandung press.

Tuckman,W.B. (1978). Conducting Educational Research. Second Edition.

Toronto : Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah


(5)

Wahab, Abdul Azis, (2007). Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : CV. Alfabeta.

Wahyuni, Sri (2008). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA

pada Materi Laju Reaksi Menggunakan Software Berbasis Web, Bandung : Skripsi UPI, Tidak diterbitkan.

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi

Aksara.

Widada, H. (2010). Mudah membuat Multimedia Interaktif untuk Guru dan

Profesional. Yogyakarta : Pustaka Widyatama.

Wiranataputra, U. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Wittiri, Syamsul Rizal (2005) Mitigasi Bencana Letusan Gunungapi. Bandung :

Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral.

Zainul, Asmawi, dan Nasoetion, Noehi (1996). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta :

Ditjen Dikti Depdikbud.

Sumber Internet :

Bilqis. (2010). Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia. [ Online]. Tersedia di

: http://lutfizulfi.wordpress.com/.[20 Maret 2011].

Ariasdi.(2008). Pengantar Multimedia Pembelajaran .[Online]. Tersedia di :

dihttp: //ariasdimultimedia.wordpress.com/panduan pengembangan -multimedia/. [20 Maret 2011].

Editiya, M. Dimas (2010) Pengertian Vulkanisme [Online]. Tersedia di

http://dimas-zone.blogspot.com/2010/03/pengertian-vulkanisme.html [20

Maret 2011].

Exline. J.( 2004 ) . What is Inquiry Base Learning . [ Online]. Tersedia di :

http:/www/thrirteen.Org/Edonline/concept 2 class/w6. resource.html.

[ 2 Desember 2010].

Kiranawati, (2007) Metode Diskusi [Online]. Tersedia di : http: //guru pkn. wordpress.com/2007/11/26/metode-diskusi/. [20 Maret 2011].


(6)

Meier, D. ( 2009 ). Our Definition of Inquiry. . [ Online]. Tersedia di : http:// inquiry.uiuc.edu/action.php. [ 24 Oktober 2010 ].

Prince Of Smart.(2008). Vulkanisme . [Online]. Tersedia di : http:

//bumikupijak.com /article/education/vulkanisme.html. [20 Maret 2011].

Sudrajat, Akhmad. (2008). Definisi Model, Pendekatan, Metode, Strategi, Teknik.

[Online]. Tersedia di : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/ search definisi pembelajaran.[24 Oktober 2010].

Sudrajat, Akhmad. (2008). Media Pembelajaran [Online]. Tersedia di :

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembeljran/ [16 Maret 2011].

Sutrisno, Joko (2009). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia di http: //www. erlangga.co.id/index.php?option =com. [26 Oktober 2010].

Syaodih, N. (2008). Mutu dan Kualitas Pembelajaran IPS. [ Online]. Tersedia di :

http://www.google.com Search permasalahan pembelajaran IPS [26 Oktober 2010].

Zimbio. (2011). Vulkanisme. [Online]. Tersedia di :

http://zimbio-zone.blogspot.com/2011/03/vulkanisme.html [20 Desember 2010].

---.(2010). Gunung Berapi [Online]. Tersedia di : http: //id.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF FLASH FLIP BOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 1 Pebayuran)

9 35 221

Pengaruh penggunaan multimedia interartif terhadap pemahaman konsep matematika

2 7 188

Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Menggunakan 3d Studio Max Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa (Quasi Eksperimen Di Smpn 242 Jakarta, Pokok Pembahasan Himpunan)

1 24 215

Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Konsep Fluida Dinamis

14 174 262

Pengaruh penggunaan media pembelajaran cd interaktif terhadap pemahaman konsep lingkaran siswa

1 16 0

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI PROSES MESIN KONVERSI ENERGI SISWA KELAS X SMK NEGERI 6 BANDUNG.

0 1 35

PENGARUH PENERAPAN METODE PETA KONSEP MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA : Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMAN 1 Kandanghaur.

0 3 38

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI: Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Pasundan 1 Bandung.

0 0 27

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS WEB TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI : Studi Kuasi Ekperimen Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Bandung.

0 0 54

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENGIDENTIFIKASI KOMPONEN ENGINE SEPEDA MOTOR : Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X TSM di SMK Negeri 8 Bandung.

1 3 42