Pengaruh penggunaan multimedia interartif terhadap pemahaman konsep matematika

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

Rahmawati

NIM. 106017000488

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

Pemahaman Konsep Matematika disusun oleh Rahmawati, NIM. 106017000488, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Desember 2010 Yang mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Afidah Mas’ud, M.Pd Abdul Muin, S.Si.,M.Pd NIP. 19610926 198603 2 004 NIP. 19751201 200604 1 003


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Pemahaman Konsep Matematika disusun oleh RAHMAWATI Nomor Induk Mahasiswa 106017000488, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 27 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.

Jakarta, Desember 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Maifalinda Fatra, M.Pd

NIP. 19700528 199603 2 002 ... ... Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)

Otong Suhyanto, M.Si

NIP. 19681104 199903 1 001 ... ... Penguji I

Maifalinda Fatra, M.Pd

NIP. 19700528 199603 2 002 ... ... Penguji II

Firdausi, S.Si, M.Pd

NIP. 19690629 200501 1 003 ... ... Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003


(4)

NIM : 106017000488

Jurusan : Pendidikan Matematika

Angkatan Tahun : 2006

Alamat : Komp. LP Nancang RT/RW. 003/004

Cipocok Jaya, Serang

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Pemahaman Konsep Matematika adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Nama : Dra. Afidah Mas’ud, M.Pd

NIP : 19610926 198603 2 004

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

2. Nama : Abdul Muin, S.Si., M.Pd

NIP :19751201 200604 1 003

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Desember 2010 Yang Menyatakan


(5)

UJI REFERENSI

Nama : Rahmawati

NIM : 106017000488

Jur/Fak : Pendidikan Matematika/Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Pemahaman Konsep Matematika

No Judul Buku dan Nama Pengarang Paraf

Pembimbing I Pembimbing II

1

2

3

4

5

BAB I

Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi,

Bandung: Alfabeta, 2010. Cet. Ke-2. Hal. 53.

Stevani Elisabeth, Anggaran Minim, Mutu Pendidikan Rendah, dari

http://www.opensubscriber.com/

message/dpr-indonesia@yahoogroups.com/82 37359.html, (16 Agustus 2010) Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum

Matematika, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Hal. 154. Lia Kurniawati, Pembelajaran dengan

Pendekatan Pemecahan

Masalah untuk Meningkatkan kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMP, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Jakarta: CEMED, 2006. Hal. 78.

Arief S Sadiman dkk, Media

Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1986. Hal. 14


(6)

1

2

3

4

5

6

7

8

Sobry Sutikno, Belajar dan

Pembelajaran, Bandung:

Prospect, 2009. Cet. Ke-5. Hal.3.

Sobry Sutikno, Belajar dan

Pembelajaran, Bandung:

Prospect, 2009. Cet. Ke-5. Hal.31.

Erman Suherman, dkk, Strategi

Pembelajaran Matematika

Kontemporer, JICA: Universitas Pendidikan Indonesia. Hal. 237. Erman Suherman, dkk, Strategi

Pembelajaran Matematika

Kontemporer, JICA: Universitas Pendidikan Indonesia. Hal. 15. Erman Suherman, dkk, Strategi

Pembelajaran Matematika

Kontemporer, JICA: Universitas Pendidikan Indonesia. Hal. 16. Erman Suherman, dkk, Strategi

Pembelajaran Matematika

Kontemporer, JICA: Universitas Pendidikan Indonesia. Hal. 17. Erman Suherman, dkk, Strategi

Pembelajaran Matematika

Kontemporer, JICA: Universitas Pendidikan Indonesia. Hal. 17. Erna Suwangsih, dan Tiurlina, Model

Pembelajaran Matematika,

Bandung: UPI PRESS, 2006. Hal. 4.


(7)

9

10

11

12

13

14

15

16

17

Erman Suherman, dkk, Strategi

Pembelajaran Matematika

Kontemporer, JICA: Universitas Pendidikan Indonesia. Hal. 68. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Cet. Ke-14. Hal. 22.

Sobry Sutikno, Belajar dan

Pembelajaran, Bandung:

Prospect, 2009. Cet. Ke-5. Hal.7. Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi,

Bandung: Alfabeta, 2010. Cet. Ke-2. Hal. 55.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Cet. Ke-2. Hal. 811.

Gusni Satriawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Untuk Meningkatkan Pemahaman dan

Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa SMP, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Jakarta: CEMED, 2006. Hal. 108.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Cet. Ke-2. Hal. 588.

Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: Andi Offset, 2005. Hal. 53.

Oemar Hamalik, Perencanaan

Pengajaran Berdasarkan

Pendekatan Sistem, Bandung:

PT.Citra Aditya Bakti, 1990. Hal. 198.


(8)

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Agus Suprijono, Contextual Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Hal. 9.

Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum Matematika, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Hal. 167. Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum

Matematika, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Hal. 167. Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum

Matematika, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Hal. 167. Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum

Matematika, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Hal. 167. Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi,

Bandung: Alfabeta, 2010. Cet. Ke-2. Hal. 55.

Arief S Sadiman dkk, Media

Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1986. Hal. 6.

Arief S Sadiman dkk, Media

Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1986. Hal. 6.

Asep Herry Hernawan, dkk, Media

Pembelajaran Sekolah Dasar,

Bandung: UPI Press, 2007. Hal.4.


(9)

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

Asep Herry Hernawan, dkk, Media

Pembelajaran Sekolah Dasar,

Bandung: UPI Press, 2007. Hal. 4.

Arief S Sadiman dkk, Media

Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1986. Hal. 17.

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran,

Jakarta: Gaung Persada Press, 2008. Hal. 187.

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran,

Jakarta: Gaung Persada Press, 2008. Hal. 81.

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran,

Jakarta: Gaung Persada Press, 2008. Hal. 54.

Bambang Warsita, Teknologi

Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Hal. 34.

Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi,

Bandung: Alfabeta, 2010. Cet. Ke-2. Hal. 233.

Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi,

Bandung: Alfabeta, 2010. Cet. Ke-2. Hal. 233.

Bambang Warsita, Teknologi

Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Hal. 36.

Sunaryo Sunarto, Pengembangan

Multimedia Interaktif dalam

Pembelajaran Fisika Listrik,

Jurnal Edukasi @ Elektro: UNY, 2004. Hal. 59.


(10)

41

42

43

44

45

46

Multimedia Interaktif

dibandingkan Media

Konvensional dalam

Pembelajaran Kimia Siswa

Kelas X SMAN 1 Ranomeeto,

Jurnal Informasi Pendidikan: LPMP, 2008. Hal. 2.

Herman Hudojo, Strategi Mengajar

Belajar Matematika, Malang:

IKIP Malang,1990. Cet. Ke-2. Hal. 36.

David A Jacobsen, dkk, Methods For Teaching, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Hal. 108.

Richard E Mayer, Multimedia Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Hal. 100.

Indah Nugraheni, Pengembangan

Multimedia Interaktif

Pembelajaran Mata Kuliah

Akuntansi Dasar 1, Jurnal

Penelitian dan Evaluasi Pendidikan: HEPI, 2007. Hal. 6. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran,

Jakarta: Gaung Persada Press, 2008. Hal. 152.

Asep Herry Hernawan, dkk, Media

Pembelajaran Sekolah Dasar,

Bandung: UPI Press, 2007. Hal. 4.


(11)

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Afidah Mas’ud, M.Pd Abdul Muin, S.Si, M.Pd NIP. 19610926 198603 2 004 NIP. 19751201 200604 1 003

1

2

3

4

5

6

7

8

9

BAB III

Sugiyono, Metode Penelitian

Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010. Cet.Ke-9. Hal. 85.

Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005. Hal. 130.

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005. Cet. Ke-5. Hal. 109.

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi

Pembelajaran, Yogyakarta:

Multi Pressindo, 2009. Cet.Ke-3. Hal. 181.

Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005. Hal. 134.

Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005. Hal. 133.

Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2005. Hal. 273.

Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2005. Hal. 250.

Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2005. Hal. 239.


(12)

i

Matematika. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia interaktif; (2) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya secara konvensional; (3) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia interaktif lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya secara konvensional.

Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan subyek siswa kelas VIII SMP Daar El-Qolam Tangerang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah tes essay, yang sesuai dengan dimensi pemahaman konsep matematika pada pokok bahasan fungsi. Tes yang diberikan terdiri dari 8 soal bentuk uraian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia interaktif 64,81, sedangkan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya secara konvensional 47,31. Berdasarkan perhitungan uji-t, diperoleh thitung = 4,77 dan ttabel sebesar 2,00 dengan taraf signifikansi () = 0,05

dan derajat kebebasan 62. Karena thitung > ttabel, maka rata-rata kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia interaktif lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya secara konvensional. Dengan demikian penggunaan multimedia interaktif memberikan kontribusi terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika.

Kata kunci: Multimedia Interaktif, Pemahaman Konsep Matematika.


(13)

ii

ABSTRACT

RAHMAWATI (106017000488).“The Influence of Using Interactive Multimedia to Mathematics Conceptual Understanding”. Skripsi for Math Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The research aims to know (1) student’s mathematics conceptual understanding which is taught by interactive multimedia learning; (2) student’s conceptual mathematics understanding which is taught by conventional learning; (3) student’s mathematics conceptual understanding which is taught by interactive

multimedia learning is higher than student’s mathematics conceptual

understanding which is taught by conventional learning.

The used method is quasi eksperiment with the subject is the eight grade student in SMP Daar El-Qolam Tangerang. The technique of sampling is cluster random sampling. The instrument used to collect data is essay test, which is based on dimention of mathematics conceptual understanding at the subject of function. Test consisted of 8 questions in essay.

The result of research revealed that the mean score of the students who are taught by interactive multimedia learning is 64,81 whereas the mean score of the students who are taught by convensional learning is 47,31. Based on hypothesis testing, found that tvalue = 4,77 and ttable = 2,00 at significant level 0,05 and degree

of freedom 62. Cause tvalue is higher than ttable, then the students who are taught by

interactive multimedia learning have mean score of mathematics conceptual understanding higher than the students who are taught by conventional learning. So that, using interactive multimedia contributes to mathematics conceptual understanding.


(14)

ii ﻳﺤﺭﻟﺍﻦ ﺤﺭﻟﺍﷲﺍ ﺳﺑ

Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan yang berlimpah. Shalawat dan Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, perjuangan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Dra. Afidah Mas’ud, M.Pd. dan Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, selaku

Dosen Pembimbing I dan II yang penuh kesabaran, bimbingan, waktu, arahan dan semangat dalam membimbing penulis selama ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

6. Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

7. Kepala SMP Daar El-Qolam, Ust. Hamdan Widadi, S.Ag yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan, Ustz. Santi, S.Pd yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.


(15)

iii

Ust. Ali Suprapto, sahabatku Agus Taufik dan Ratih Haznia yang setia menemani serta membantu penulis selama penelitian. Seluruh karyawan dan guru SMP Daar El-Qolam yang telah membantu melaksanakan penelitian. 8. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.

9. Keluarga tercinta Ayahanda H. Moch. Nathun, Ibunda Hj. Marliah yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Kakanda tercinta Nuryati Fajrini, Arif Rosadi, Khairon Taufik, Umi Khasanah, Nurhadi, Syaiful Mursalin, dan adik tersayang Miftahul Imam, serta semua keluarga yang selalu mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

10.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan ’06, kelas A dan B terutama Lilis Marina Angraini, Desy Bangkit Arihati, Cucu Suryani, Tri Nopriana, Isti Pramita, Lidiya Ekawati, Hastri Rosiyanti, Priska Sri Hardiana dan Eka Mulyasari.

11.Teman-teman kostan, khususnya Angga Luciyana, Heni Ratriningrum, dan Diana Apriyani yang telah memberikan semangat kepada penulis serta mengisahkan banyak cerita selama berada dalam satu atap.

12.Kakak Kelas angkatan ’04, angkatan ’05 khususnya kak Sarmadan dan kak Alief Suciati yang membantu dan mempermudah penulis dalam menyusun skripsi.

Hanya doa yang penulis haturkan semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan dan pahala yang berlimpah ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka.


(16)

iv

Jakarta, Desember 2010

Penulis Rahmawati


(17)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II Landasan Teoretik, Kerangka Berpikir, Dan Hipotesis Penelitian .... 8

A. Landasan Teoretik ... 8

1. Pembelajaran Matematika ... 8

2. Hasil Belajar Matematika ... 14

3. Pemahaman Konsep Matematika ... 16

4. Media Pembelajaran ... ... 21

5. Multimedia Interaktif... ... 26

6. Software Pesona Matematika ... 31

B. Penelitian Yang Relevan ... 33

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 36


(18)

vi

3. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 44

1. Uji Prasyarat ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Homogenitas ... 46

2. Uji Hipotesis ... 47

a. Uji-t... 47

b. Hipotesis Statistik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Deskripsi Data ... 49

1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 49

2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Kontrol 51 B. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis... 55

a. Uji Normalitas ... 55

b. Uji Homogenitas ... 56

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 57

1. Pengujian Hipotesis ... 57

2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

D. Keterbatasan Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(19)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rancangan Penelitian ... 36

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen ... 38

Tabel 3 Indeks Reliabilitas ... 41

Tabel 4 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 43

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Pemahaman konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 50

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Pemahaman konsep Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 52

Tabel 7 Statistik Deskriptif Hasil Penelitian ... 54

Tabel 8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 56

Tabel 9 Hasil Uji Homogenitas ... 56


(20)

viii

Gambar 1 Ogive Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas Eksperimen ... 51 Gambar 2 Ogive Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas Kontrol ... 53


(21)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ... 66

Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ... 86

Lampiran 3 Deskripsi Multimedia ... 104

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ... 135

Lampiran 5 Soal Uji Coba Instrumen ... 143

Lampiran 6 Soal Instrumen ... 145

Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Instrumen ... 147

Lampiran 8 Uji Validitas Tes ... 151

Lampiran 9 Uji Reliabilitas Tes ... 152

Lampiran 10 Uji daya Pembeda Butir Soal ... 153

Lampiran 11 Uji Taraf Kesukaran Butir Soal ... 154

Lampiran 12 Perhitungan Data Statistik Awal Kelompok Eksperimen ... 155

Lampiran 13 Perhitungan Data Statistik Awal Kelompok Kontrol ... 159

Lampiran 14 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 163

Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 164

Lampiran 16 Perhitungan Uji Homogenitas ... 165


(22)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuan manusia bisa mencapai suatu tujuan. Pendidikan dimaksudkan untuk menciptakan individu-individu yang siap menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupan.

Pendidikan adalah suatu proses dengan berbagai kegiatan yang terencana sehingga manusia memperoleh pengetahuan sesuai dengan yang dibutuhkan. Pendidikan diharapkan mampu menciptakan individu yang berwawasan luas serta membentuk peradaban bangsa yang bermartabat, sebagaimana tercantum dalam undang-undang No. 20 pasal 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Agar tujuan pendidikan dapat tercapai, maka perlu diperhatikan mutu pendidikan itu sendiri. Mutu pendidikan berawal dari proses berkualitas di dalam kelas. Dengan mutu pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun menurut ketua umum ISPI yaitu Soedijarto yang dikutip oleh Stevani menyatakan bahwa mutu layanan pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah baik pada pendidikan dasar,

1

Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung: Alfabeta, 2010. Cet. Ke-2. Hal. 53.


(23)

2

pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi, sehingga mutu pendidikan di Indonesia rendah.2

Pendidikan yang rendah salah satunya disebabkan karena unsur-unsur yang ada dalam pendidikan kurang memaknai dengan baik keberadaan mereka terhadap dunia pendidikan. Hal ini terlihat dari kurangnya pengetahuan guru mengenai penggunaan strategi yang tepat dalam pembelajaran, ketidaktertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, interaksi antara siswa dan guru kurang terjalin dengan baik, dan lain-lain. Dari kondisi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa guru dan siswa yang merupakan bagian dari unsur pendidikan belum menunjukkan partisipasi secara maksimal untuk mencapai tujuan pendidikan.

Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di lembaga pendidikan formal merupakan salah satu bagian penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Pelajaran matematika adalah suatu pelajaran yang berhubungan dengan banyak konsep. Konsep merupakan ide abstrak yang dengannya kita dapat mengelompokkan obyek-obyek ke dalam contoh atau bukan contoh. Konsep-konsep dalam matematika memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Karenanya, siswa belum bisa memahami suatu materi jika dia belum memahami materi sebelumnya atau materi prasyarat dari materi yang akan dia pelajari.

Manusia dalam kehidupannya tak lepas dari matematika. Tanpa disadari matematika menjadi bagian dalam kehidupan yang dibutuhkan kapan dan dimana saja sehingga matematika menjadi hal yang penting. Namun dalam pembelajaran matematika masih terdapat kendala-kendala yang menyebabkan siswa gagal dalam pelajaran ini. Kendala tersebut berkisar pada karakteristik matematika yang abstrak, masalah media, masalah siswa atau guru.3 Karena sifat matematika yang abstrak, tidak sedikit siswa yang masih

2

Stevani Elisabeth, Anggaran Minim, Mutu Pendidikan Rendah, dari

http://www.opensubscriber.com/message/dpr-indonesia@yahoogroups.com/8237359.html, (16 Agustus 2010).

3

Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum Matematika, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Hal. 154.


(24)

menganggap matematika itu sulit. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Russefendi bahwa “terdapat banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang dipahami secara keliru. Matematika dianggap sebagai

ilmu yang sukar, ruwet dan banyak memperdayakan”.4

Salah satu penyebab kegagalan dalam pembelajaran matematika adalah siswa tidak paham konsep-konsep matematika atau siswa salah dalam memahami konsep-konsep matematika. Kesalahan konsep suatu pengetahuan saat disampaikan di salah satu jenjang pendidikan, bisa berakibat kesalahan pengertian dasar hingga ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena matematika adalah materi pembelajaran yang saling berkaitan satu sama lain.

Kesalahan konsep dalam pembelajaran matematika dapat disebabkan oleh faktor guru maupun siswa. Faktor guru, di antaranya adalah karena guru tidak menguasai pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi. Selain itu, yang menyebabkan kesalahan konsep dalam pembelajaran matematika adalah guru kurang menguasai inti materi yang diberikan. Penguasaan terhadap materi harus dimiliki oleh setiap guru. Jika guru tidak menguasai konsep, kemungkinan dia akan menyampaikan konsep yang salah yang kemudian diterima oleh siswa. Penyebab lainnya adalah karena kurangnya variasi guru dalam memilih media pembelajaran dalam pembelajaran matematika.

Sedangkan dari faktor siswa, di antaranya adalah karena siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika sehingga siswa tidak memperhatikan materi dan akhirnya tidak memahami konsep. Dalam kasus lain, siswa hanya menghapal rumus atau konsep, bukan memahaminya. Akibatnya, siswa tidak dapat menggunakan konsep tersebut dalam situasi yang berbeda.

Berdasarkan hasil observasi, hasil belajar matematika di SMP Daar El-Qolam belum maksimal. Terlihat dari hasil Ujian MID Semester kelas VIII

4

Lia Kurniawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMP, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Jakarta: CEMED, 2006. Hal 78.


(25)

4

yang rata-ratanya 4,81 dan ini tidak memenuhi standar KKM yaitu sebesar 5,50. Sementara siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 51 siswa dari 198 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa belum maksimal.

Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui suatu media tertentu ke penerima pesan. Adakalanya penerima pesan (siswa) benar dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh guru, tetapi adakalanya mereka salah dalam menafsirkannya. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi, di antaranya hambatan psikologis, hambatan kultural, dan hambatan lingkungan. Media pendidikan sebagai salah-satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi kesalahan dalam penafsiran tersebut.5 Dengan demikian, media pembelajaran dapat membantu mempermudah memahami materi yang sulit termasuk memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit.

Seiring dengan berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), media pembelajaran sekarang ini kian beragam. Guru harus pintar memilih media yang tepat sehingga dapat memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa memahami materi adalah dengan memanfaatkan multimedia interaktif. Multimedia interaktif merupakan gabungan gambar, video, animasi, dan suara dalam satu perangkat lunak (software) yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara langsung. Teknologi multimedia yang menggabungkan beberapa media ini diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah dalam proses belajar mengajar, termasuk kesalahan dalam memahami konsep matematika.

Multimedia interaktif dapat menyajikan konsep dengan tampilan yang menarik akibat gabungan antara gambar, animasi, bahkan suara yang menarik. Dengan tampilan seperti itu, rasa bosan yang dialami siswa karena pembelajaran yang monoton akan dapat berkurang, sehingga siswa akan lebih

5


(26)

tertarik untuk memahami materi yang diberikan. Hal ini sesuai dengan “teori kognitif tentang multimedia learning, representasi multimedia punya potensi untuk menghasilkan pembelajaran dan pemahaman lebih mendalam daripada presentasi yang disajikan hanya dalam satu format”.6 Yang dimaksud dengan satu format di sini yaitu seperti menyajikan materi hanya dalam kata-kata atau gambar.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran matematika diduga mempunyai pengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian mengenai hal tersebut dan mengangkat judul: “Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Pemahaman Konsep Matematika”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pelajaran matematika masih dianggap sulit.

2. Pembelajaran matematika yang monoton dan kurang menarik perhatian siswa.

3. Siswa hanya menghapal dan tidak memahami konsep. 4. Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa. 5. Media pembelajaran yang digunakan kurang variatif.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi masalah dengan batasan sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep matematika siswa merupakan pemahaman menurut Bloom yang meliputi: Translation, Interpretation, dan extrapolation. 2. Multimedia interaktif merupakan gabungan antara gambar, video, animasi,

dan suara dalam satu perangkat lunak (software) yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara langsung. Media yang memenuhi

6


(27)

6

karakteristik multimedia interaktif adalah software aplikasi pesona matematika yang dikeluarkan oleh PT. Pesona Edukasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: “apakah terdapat pengaruh pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika?”, dengan rincian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia interaktif?

2. Bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya secara konvensional?

3. Apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia interaktif lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya secara konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penggunaan multimedia interaktif terhadap pemahaman konsep matematika, yang dirinci sebagai berikut:

1. Mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia interaktif (kelas eksperimen). 2. Mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang

pembelajarannya secara konvensional (kelas kontrol).

3. Mengetahui perbedaan positif antara kemampuan pemahaman konsep siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia interaktif dengan kemampuan konsep matematika siswa yang pembelajarannya secara konvensional.


(28)

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan variatif sehingga siswa tidak monoton belajar dengan metode konvensional.

2. Bagi guru, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang lebih efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan, sekaligus memperoleh pengalaman baru dalam menerapkan pembelajaran berbasis komputer.

3. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman tentang cara belajar matematika dengan menggunakan multimedia interaktif.

4. Bagi sekolah, dapat menjadi acuan untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif.

5. Bagi pembaca agar dapat dijadikan sebagai kajian yang menarik yang perlu diteliti lebih lanjut.


(29)

8

BAB II

LANDASAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teoretik

1. Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan suatu proses yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara sadar. Belajar memiliki peran penting dalam mempertahankan kehidupan manusia di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat. Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan, proses belajar yang dialami siswa mempengaruhi berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan tersebut.

Terdapat beberapa definisi tentang belajar, di antaranya adalah Skinner yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Morgan “mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu”. Sedangkan menurut M. Sobry Sutikno, belajar merupakan “suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.1

Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar merupakan kegiatan mental dalam diri individu sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut diakibatkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan, namun perubahan yang timbul akibat belajar itulah yang dapat disaksikan.

Banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan gejala belajar, ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, dan mengalami perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu, atau

1

M.Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Prospect, 2009. Cet. Ke-5. Hal. 3.


(30)

dari yang tidak bisa menjadi bisa, maka orang tersebut sedang belajar. Ini artinya proses belajar ditandai dengan adanya perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat berupa penambahan pengetahuan, keterampilan, ataupun perubahan sikap.

Perubahan-perubahan yang dihasilkan akibat proses belajar tersebut merupakan hasil pengalaman yang dilakukan dengan sadar dan bukan kebetulan. Perubahan tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha dari individu itu sendiri. Dalam hal ini, siswa menyadari adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan yang diakibatkan oleh mabuk, gila dan sebagainya tidak dapat dikatakan belajar karena individu yang bersangkutan tidak menyadarinya.

Perubahan akibat proses belajar juga bersifat positif dan berguna. Hal ini memiliki makna bahwa sesuatu yang diperoleh tersebut lebih baik dari yang sebelumnya. Selain itu, perubahan yang dihasilkan oleh belajar bersifat menetap dan bukan sementara. Artinya, apabila suatu saat diperlukan, perubahan tersebut dapat dimanfaatkan kembali.

Pembelajaran menurut Winkel merupakan “seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik”. Definisi lainnya tentang pembelajaran dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa pembelajaran adalah “kegiatan yang

ditujukan untuk membelajarkan siswa”.2 Sedangkan Heinich dkk

menyatakan bahwa “pembelajaran merupakan susunan dari informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi belajar”.3

Lingkungan dimaksudkan bukan hanya sekedar tempat berlangsungnya belajar, melainkan juga metode, media, dan segala sesuatu yang dirancang sedemikian sehingga dapat mengantarkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

2 M.Sobry Sutikno, …, h. 31. 3

Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, JICA: Universitas Pendidikan Indonesia. Hal. 237.


(31)

10

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dirancang oleh guru untuk membelajarkan siswa, seperti metode, model, pendekatan, dan media. Dalam proses pembelajaran, guru bukan lagi sebagai subjek belajar, melainkan sebagai perantara yang membimbing siswa untuk belajar.

Matematika berasal dari perkataan latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan mathematike yang berarti relating to learning. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike

berhubungan erat dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathenein

yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).4

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari tentang bilangan-bilangan dengan operasinya dan dengan aturan tertentu. Matematika sangat berkaitan dengan simbol-simbol, konsep-konsep, pola bilangan dan sebagainya, yang semuanya menyertakan logika dan pola pikir untuk bisa menganalisa dan dapat dibuat kesimpulan. Seperti yang dikemukakan oleh James dan James

bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri”.5

Terdapat beberapa definisi lain mengenai matematika, Johnson dan Rising mendefinisikan matematika sebagai pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat. Reys, dkk mengatakan bahwa “matematika adalah telaah tentang

4

Erman Suherman, dkk, …, h. 15.

5


(32)

pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat”.6

Matematika disebut sebagai ratu ilmu. Bentuknya, mulai dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks, memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya. Kline menyatakan bahwa “matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,

ekonomi, dan alam”.7

Misalnya dalam bidang ekonomi, untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan permintaan dan penawaran suatu barang, dapat digunakan konsep fungsi.

Menurut Russefendi “matematika terorganisasikan dari unsur -unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif”.8

Proses pencarian kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya. Contohnya ilmu pengetahuan fisika yang generalisasinya (pembuatan kesimpulan) berdasarkan percobaan atau eksperimen. Generalisasi yang dibuat secara induktif tersebut dibenarkan dalam ilmu fisika. Lain halnya dengan matematika, pembuktian kebenaran secara induktif tidak berlaku. Walaupun dimulai dengan pembuktian secara induktif, tetapi selanjutnya harus bisa dibuktikan secara deduktif dengan cara pengandaian.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan simbol-simbol, konsep-konsep abstrak, pola bilangan dan sebagainya yang menyertakan logika dan pola pikir untuk bisa menganalisa dan dapat dibuat kesimpulan. Pembelajaran matematika merupakan segala upaya yang dirancang guru

6

Erman Suherman, dkk, …, h. 17.

7

Erman Suherman, dkk, …, h. 17.

8

Erna Suwangsih dan Triurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI Press, 2006. Hal. 4.


(33)

12

dengan tujuan menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa belajar matematika. Karena sifat matematika yang abstrak, sebaiknya pembelajaran matematika disajikan dalam bentuk yang konkrit. Guru dapat memanfaatkan media sebagai sarana bagi siswa untuk memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit.

Pembelajaran matematika di sekolah tidak terlepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa karakteristik pembelajaran matematika di sekolah. Menurut Erman Suherman, dkk dalam buku yang berjudul Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, beberapa karakteristik matematika di sekolah diantaranya adalah bahwa pembelajaran matematika adalah berjenjang, mengikuti metoda spiral, menekankan pola pikir deduktif, serta menganut kebenaran konsistensi.9

Karakteristik pembelajaran matematika yang menyatakan pembelajaran matematika adalah berjenjang dimaksudkan bahwa materi matematika diajarkan secara bertahap. Dimulai dari mengajarkan hal yang konkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak. Dalam pembelajaran matematika terdapat materi atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami materi atau konsep selanjutnya. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika harus dilakukan tahap demi tahap, dimulai dengan hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Siswa tidak mungkin mempelajari konsep yang tinggi sebelum dia menguasai konsep yang lebih rendah, karenanya matematika diajarkan dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih sukar.

Selain diajarkan secara bertahap, pembelajaran matematika juga mengikuti metoda spiral. Dalam mengajarkan konsep yang baru, perlu dikaitkan dengan konsep yang telah dimiliki siswa sebelumnya, sekaligus untuk mengingatkannya kembali. Pengulangan konsep dengan cara memperluas dan memperdalam diperlukan dalam pembelajaran matematika. Metoda spiral yang dimaksud di sini adalah mengajarkan

9


(34)

konsep dengan pengulangan atau perluasan dengan adanya peningkatan. Jadi, spiral yang dimaksud adalah spiral naik, bukan spiral datar.

Sifat pembelajaran matematika selanjutnya adalah menekankan pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif merupakan suatu proses berpikir bermula dari hal yang umum menuju hal yang lebih khusus, yaitu dimulai dengan penyajian suatu konsep dilanjutkan dengan pemberian contoh-contoh dari konsep tersebut. Namun demikian, dalam mengajarkan matematika, perlu disesuaikan dengan kondisi siswa. Misalnya, sesuai dengan perkembangan intelektual siswa di SMP, maka dalam pembelajaran matematika tidak sepenuhnya menggunakan pendekatan secara deduktif, melainkan dicampur dengan induktif. Seperti dalam pengenalan fungsi, tidak langsung diberikan definisi fungsi tersebut. Tetapi diawali dengan memberikan beberapa contoh relasi yang di antaranya ada yang merupakan fungsi. Sehingga dari contoh-contoh tersebut siswa dapat membedakan antara relasi dengan fungsi.

Pembelajaran matematika juga menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebenaran terdahulu yang telah diterima. Kebenaran dalam matematika diperoleh secara deduktif. Walaupun dimulai dengan pembuktian secara induktif, tetapi selanjutnya harus bisa dibuktikan secara deduktif dengan cara pengandaian.

Dalam pembelajaran matematika, hendaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk turut serta dalam membangun sendiri pemahaman mengenai suatu konsep sehingga konsep tersebut benar-benar dikuasai oleh siswa. Guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang menarik sehingga pelajaran matematika yang selama ini dianggap sulit berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut. Tujuan umum dari pembelajaran matematika adalah mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan pola


(35)

14

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.

2. Hasil Belajar Matematika

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar, berarti hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu. Menurut Nana

Sudjana “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.10

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, sikap-sikap, dan keterampilan.

Gagne menyebutkan ada lima macam hasil belajar:11

1. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual mencakup belajar konsep dan pemecahan masalah.

2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

3. Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. 5. Sikap, yaitu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku

seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan, dan faktor intelektual.

Bloom membagi hasil belajar menjadi 3 ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual. Ranah afektif berhubungan

10

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Cet.Ke-14. Hal. 22.


(36)

dengan sikap-sikap dan nilai. Ranah psikomotor adalah kemampuan-kemampuan yang berhubungan dengan gerakan-gerakan fisik.12

Tipe belajar kognitif dapat terlihat dari kemampuan siswa dalam menghapal rumus, menjelaskan kembali dengan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, menerapkan suatu konsep dalam memecahkan masalah, dan sebagainya yang berhubungan dengan kemampuan intelektual. Tipe belajar afektif dapat terlihat dalam berbagai tingkah laku siswa, seperti perhatiannya terhadap pelajaran, menghargai guru dan teman kelas, motivasi belajar, dan disiplin. Sedangkan tipe belajar psikomotoris misalnya mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis, melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep yang telah diperoleh.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Dari ketiga ranah, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah karena menyangkut dengan penguasaan materi. Ranah kognitif dibagi atas enam tahap yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl, yaitu remember (mengingat), understand (memahami), apply

(mengaplikasikan), analyze (menganalisa), evaluate (mengevaluasi), dan

create (menciptakan):13

Remember (mengingat) merupakan kemampuan mendapatkan

kembali pengetahuan dari ingatan yang telah lalu. Kerja otak pada level ini di antaranya adalah recognizing (mengenal), dan recalling (mengingat kembali).

Understand (memahami) merupakan kemampuan menafsirkan

maksud dari materi pelajaran, baik lisan, tulisan, maupun simbol/tanda. Kerja otak di antaranya adalah interpreting (memberikan arti),

exemplifying (memberikan contoh), classifying (mengklasifikasi),

12

Munir, ..., Hal. 55.

13

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, A Taxonomy For Learning, Teaching, and Assessing: A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Educational Objectives, (2001, Addison Wesley Longman), h. 31


(37)

16

summarizing (meringkas), inferring (mengambil kesimpulan), comparing

(membandingkan), dan explaining (menjelaskan).

Apply (mengaplikasikan) merupakan kemampuan menggunakan

sebuah prosedur ke dalam situasi yang diberikan. Kerja otak di antaranya adalah executing (melaksanakan) dan implementing (menerapkan).

Analyze (menganalisa) yaitu kemampuan menguraikan materi

menjadi bagian-bagian unsur pokok dan menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Pada level ini, kerja otak di antaranya adalah differentiating (membedakan), organizing (mengorganisir), dan

attributing (melengkapi).

Evaluate (mengevaluasi) merupakan kemampuan membuat

penilaian berdasarkan pada kriteria dan standar. Kerja otak di antaranya adalah checking (memeriksa) dan critiquing (mengkritisi).

Create (menciptakan) merupakan kemampuan menggabungkan

elemen-elemen untuk membuat kesesuaian secara keseluruhan, mengorganisir kembali elemen menjadi pola atau struktur yang baru. Kerja otak di antaranya adalah generating (menghasilkan), planning

(merencanakan), dan producing (memproduksi).

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tahap pencapaian yang ditampilkan dalam bentuk perilaku yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif pada tingkat memahami.

3. Pemahaman Konsep Matematika

Kemampuan pemahaman adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hapalan, melainkan untuk dipahami agar siswa dapat lebih mengerti konsep materi yang diberikan. Matematika merupakan mata pelajaran yang terdiri dari materi-materi yang saling berkaitan satu sama lain. Untuk mempelajari suatu materi, dibutuhkan pemahaman mengenai


(38)

materi sebelumnya atau materi prasyarat. Pemahaman berasal dari kata paham yang dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “mengerti benar”.14

Pemahaman dapat diartikan kemampuan untuk menangkap makna dari suatu konsep. Pemahaman juga dapat merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi dengan perkataan sendiri. Siswa dikatakan paham apabila dia dapat menerangkan sesuatu dengan menggunakan kata-katanya sendiri yang berbeda dengan yang terdapat di dalam buku.

Bloom mengemukakan bahwa ada tiga macam pemahaman, yaitu: “translation, interpretation, dan extrapolation”.15 Pengubahan (translation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengubah suatu ide ke bentuk lain. Pemberian arti (interpretation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menafsirkan maksud dari suatu ide. Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa menerapkan suatu ide dalam menyelesaikan masalah.

Konsep dalam KBBI adalah „ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret”.16 Konsep dapat diartikan sebagai ide abstrak yang dengannya kita dapat mengelompokkan obyek-obyek ke dalam contoh atau bukan contoh. Hal ini sesuai dengan Chaplin yang mendefinisikan konsep sebagai suatu ide atau pengertian umum yang disusun dengan kata, simbol, dan tanda, yang mengombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berbeda ke dalam satu gagasan tunggal.17

Menurut Hamalik, “pada dasarnya konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum”.18 Atribut atau sifat konsep inilah yang membedakan antara konsep satu dengan konsep

14

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Cet. Ke-2. Hal.811.

15

Gusni Satriawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP, Jurnal Matematika dan

Pendidikan Matematika, Jakarta: CEMED, 2006. Hal. 108.

16

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Cet. Ke-2. Hal. 588.

17

Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: Andi Offset, 2005. Hal. 53.

18

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1990. Hal. 198.


(39)

18

lainnya. Apabila siswa dapat mengenal atau mengelompokkan obyek-obyek ke dalam suatu kategori berdasarkan sifat-sifatnya, maka dapat dikatakan siswa tersebut telah mengetahui konsep.

Hamalik dalam bukunya yang berjudul Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem menyatakan bahwa “untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep paling tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya, yakni”:

a. Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep. b. Ia dapat menyatakan ciri-ciri konsep tersebut.

c. Ia dapat membedakan antara contoh-contoh dan yang bukan contoh. d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berhubungan

dengan konsep tersebut.19

Konsep dapat membantu mengidentifikasi objek-objek yang ada di lingkungan sekitar dengan cara mengenali ciri-ciri masing-masing objek. Terdapat beberapa keuntungan melalui belajar konsep20, yaitu mengurangi

beban berat memori karena kemampuan manusia dalam

mengkategorisasikan berbagai objek terbatas, membantu untuk mempelajari sesuatu yang baru dan lebih luas dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, merupakan dasar peningkatan proses pengajaran berikutnya, serta membantu dalam memecahkan masalah.

Skemp membedakan pemahaman konsep matematika menjadi dua jenis, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional:

a. Pemahaman instrumental merupakan kemampuan pemahaman di mana siswa hanya tahu atau hapal suatu rumus dan dapat menggunakannya dalam menyelesaikan soal secara algoritmik saja. Pada tahap ini, siswa juga belum atau tidak bisa menerapkan rumus tersebut pada keadaan baru yang berkaitan.

b. Pemahaman relasional merupakan kemampuan pemahaman di mana siswa tidak hanya sekedar tahu atau hapal suatu rumus, tetapi dia juga

19

Oemar Hamalik, , Hal. 204.

20


(40)

dapat menerapkan rumus tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi yang lain.21

Sedangkan Polya membagi pemahaman matematika menjadi 4 jenis: a. Pemahaman Mekanikal : kemampuan pemahaman di mana siswa

hanya dapat mengingat suatu rumus dan menerapkannya untuk menyelesaikan soal, tetapi tidak tahu mengapa rumus tersebut digunakan.

b. Pemahaman Induktif : dapat mencobakan suatu rumus dalam kasus sederhana dan tahu bahwa rumus tersebut berlaku dalam kasus serupa.

c. Pemahaman Rasional : dapat membuktikan kebenaran sesuatu, bukan hanya memperkirakannya.

d. Pemahaman Intuitif : dapat menebak jawaban tanpa melakukan analisis terlebih dahulu.22

Terdapat beberapa definisi lain mengenai pemahaman dalam matematika. Pollatsek membagi pemahaman matematika menjadi 2, yaitu pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional. Pemahaman komputasional adalah pemahaman di mana siswa dapat mengerjakan suatu soal secara algoritmik saja. Pemahaman fungsional merupakan pemahaman di mana siswa mampu menerapkan suatu rumus untuk menyelesaikan kasus yang berbeda.23

Hampir sama dengan Pollatsek, Copeland membedakan pemahaman matematika menjadi pemahaman knowing how to dan

knowing. Pada tingkat pemahaman knowing how to, siswa hanya dapat mengerjakan soal secara algoritmik. Sedangkan pada tingkat pemahaman

knowing, siswa dapat menggunakan suatu rumus dan mengetahui mengapa

rumus tersebut digunakan.24

21

Asep Jihad, ..., Hal. 167.

22

Asep Jihad, , Hal. 167.

23

Asep Jihad, , Hal. 167.

24


(41)

20

Menurut Bloom, pemahaman konsep matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberikan contoh dari suatu konsep.

d. Merepresentasikan suatu konsep ke bentuk lain.

e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. f. Mengaitkan suatu konsep dengan konsep matematika lainnya. g. Menerapkan suatu konsep secara algoritmik.25

Pemahaman konsep dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa, di antaranya adalah faktor jasmaniah dan psikologis. Faktor jasmaniah misalnya adalah kesehatan, proses belajar siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Kondisi badan yang kurang sehat akan mengakibatkan kurangnya semangat di dalam belajar, merasa pusing, atau mengantuk. Oleh sebab itu, agar dapat belajar dengan baik, siswa harus pandai menjaga kondisi badan. Faktor internal lainnya adalah faktor psikologis di antaranya adalah minat. Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan sesuatu. Minat ini selalu diikuti dengan perasaan senang. Siswa yang memiliki minat tinggi terhadap belajar, maka siswa tersebut akan merasa senang mengikuti pembelajaran sehingga proses pembelajaran terlaksana dengan baik.

Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri siswa, di antaranya adalah faktor keluarga dan sekolah. Faktor keluarga meliputi cara Orang Tua mendidik, hubungan internal antar anggota keluarga, serta suasana rumah. Suasana rumah yang tidak nyaman, hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis serta orang tua yang tidak peduli dan kurang memberikan motivasi menyebabkan siswa malas dan tidak nyaman untuk belajar di rumah. Faktor sekolah, misalnya pemilihan


(42)

metode dan media pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran mempengaruhi proses penyerapan materi tersebut oleh siswa. Faktor lainnya adalah Media pembelajaran. Media dapat mempermudah guru menyampaikan materi pembelajaran serta dapat mengurangi verbalisme.

Pemahaman konsep matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemahaman menurut Bloom yang meliputi: Translation,

Interpretation, dan extrapolation. Translation adalah pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengubah suatu ide ke bentuk lain. Interpretation adalah pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menafsirkan maksud dari suatu ide. Extrapolation adalah pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa menerapkan suatu ide dalam menyelesaikan masalah.

4.

Media Pembelajaran

Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Media pembelajaran dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Melalui media, proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Gagne menyatakan “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”.26

Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi, yakni proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran/media. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh AECT (Association for Education and Communication Technology) bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk proses penyaluran pesan.27 Proses pembelajaran tidak selalu berjalan

26

Arief S Sadiman, dkk, ..., Hal. 6.

27


(43)

22

lancar, adakalanya siswa salah dalam menafsirkan pesan (materi) yang diberikan guru disebabkan oleh beberapa faktor. Karenanya, guru dapat menggunakan media pembelajaran sebagai perantara untuk mengurangi verbalisme atau salah penafsiran.

Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran.28 Media pembelajaran itu sendiri beragam jenisnya, mulai dari yang sederhana sampai kepada yang canggih dan kompleks. Schramm mendefinisikan media pembelajaran sebagai “teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran”. Begitupun dengan NEA (National Education Assosiation) yang menyatakan bahwa media adalah “sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun bidang pandang dengar, termasuk teknologi

perangkat kerasnya”.29 Walaupun terdapat bermacam-macam media

pembelajaran, namun semuanya kembali kepada tujuan pembelajaran. Guru sebaiknya mampu memilih media yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran.

Dari beberapa definisi di atas, terlihat adanya kesamaan makna bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan (materi) sehingga merangsang siswa untuk belajar.

Media pembelajaran memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian materi agar tidak terlalu bersifat verbalistis dalam artian tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau bentuk lisan.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Misalnya: a. Objek yang terlalu besar/berbahaya jika dihadapkan langsung di

depan siswa bisa diganti dengan penggunaan gambar atau model.

28

Asep Herry Hernawan, dkk, Media Pembelajaran Sekolah Dasar, Bandung: UPI Press, 2007. Hal. 4.

29


(44)

b. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan kembali melalui film atau foto.

c. Konsep yang terlalu luas seperti gempa bumi dapat divisualkan secara sederhana melalui bantuan gambar atau film.

3. Mengatasi sikap pasif siswa karena: a. Menimbulkan kegairahan belajar.

b. Memungkinkan interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

c. Memungkinkan siswa belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Mengatasi kesulitan menyampaikan materi yang sama untuk setiap siswa dengan kondisi para siswa yang berbeda satu sama lain, karena: a. Memberikan perangsang yang sama

b. Mempersamakan pengalaman c. Menimbulkan persepsi yang sama.30

Media pembelajaran digunakan sebagai sarana bantu dengan tujuan mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Seorang guru harus dapat memilih media yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran. Tidak semua media cocok digunakan dalam penyampaian materi. Karena itu dalam memilih media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan: 1. Karakteristik siswa

Karakteristik siswa ini berkenaan dengan kemampuan, latar belakang, serta kepribadian siswa. Dengan mengetahui karakteristik siswa, guru dapat memilih dan menentukan metode dan media yang tepat untuk digunakan sehingga terjadi proses belajar mengajar yang optimal. 2. Tujuan belajar

Secara umum tujuan belajar meliputi tiga hal, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam sebuah rencana pembelajaran, hendaknya

30


(45)

24

guru dapat memilih media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai, yakni ranah kognitif, afektif, atau psikomotorik.

3. Sifat bahan ajar

Bahan ajar memiliki keragaman tugas yang harus dilakukan siswa di mana tugas-tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari siswa. Setiap materi pembelajaran menuntut aktivitas yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi media yang dipilih. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup bervariasi. Jika aktivitas yang bervariasi tersebut didukung oleh media pembelajaran yang tepat, maka lingkungan belajar akan terasa tidak membosankan. 4. Pengadaan media

Menurut Arief S. Sadiman, media dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu media jadi (by utilization) dan media rancangan (by design). Media jadi merupakan media yang sudah tersedia di pasaran. Sedangkan media rancangan merupakan media yang dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

5. Sifat pemanfaatan media

Berdasarkan sifat pemanfaatannya, media dibagi menjadi dua, media primer dan media sekunder. Media primer yaitu media yang diperlukan atau harus digunakan guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan mesia sekunder merupakan media yang bertujuan untuk memberikan materi pengayaan.31

Dalam penggunaannya, media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan bahan ajar. Media pembelajaran bukan hanya sekedar sarana untuk memancing perhatian siswa, melainkan digunakan secara optimal demi terciptanya suasana belajar yang efektif dan tidak menghabiskan waktu yang terlalu banyak.

31


(46)

Rudi Bretz membagi media dalam proses pembelajaran berdasarkan indera yang terlibat, yaitu suara, visual, dan gerak yang kemudian dikembangkan oleh Yudhi Munadi ke dalam 4 kelompok besar:

a. Media Audio

Media audio adalah media yang hanya dapat didengar yang dapat merangsang pikiran dan perhatian siswa untuk mempelajari bahan ajar. Media ini menerima pesan verbal dan non-verbal. Pesan verbal audio yakni bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan non-verbal audio adalah seperti bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam, musik, dan lain-lain. Jenis-jenis media yang termasuk media ini adalah program kaset suara (audio cassette), CD audio, dan program radio.

b. Media visual

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Menurut Arsyad, unsur-unsur yang ada pada media ini adalah garis, bentuk, warna, dan tekstur.32 Yang termasuk dalam media ini adalah media verbal, media visual-nonverbal-grafis, dan media-visual nonverbal-tiga dimensi. Media verbal memuat pesan verbal (berbentuk tulisan). Media visual-nonverbal-grafis memuat pesan non-verbal berupa simbol atau unsur grafis seperti gambar, diagram, dan peta. Media-visual nonverbal-tiga dimensi adalah berupa model, seperti miniatur, dan sebagainya.

Untuk jenis media visual-verbal dan visual-nonverbal-grafis dapat dibuat dalam bentuk media cetak atau diproyeksikan dengan menggunakan OHP (overhead projector), digital projector, dan lainnya.

c. Media audio visual

Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual, yaitu media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan. Pesan yang disalurkan media ini juga pesan verbal dan non verbal

32


(47)

26

seperti media audio di atas. Yang termasuk media audio visual ini adalah film, video, film drama, dan lain-lain.

d. Multimedia

Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Multimedia merupakan gabungan teks, gambar, grafik, dan suara dalam satu perangkat lunak (software). Yang termasuk dalam media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui komputer atau internet.33

5.

Multimedia Interaktif

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang pesat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Dalam bukunya, Bambang warsita menyatakan bahwa

“teknologi komputer dapat digunakan sebagai media yang memungkinkan

seseorang belajar secara mandiri dalam memahami suatu konsep”.34 Multimedia merupakan salah satu bentuk teknologi komputer yang saat ini banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Multimedia terdiri dari dua kata, multi yang mempunyai arti lebih dari satu dan media yang berarti perantara. Jadi, multimedia adalah gabungan dari dua media atau lebih.

Selain menggabungkan kata-kata dan gambar, multimedia juga merupakan media yang menggabungkan suara, video, dan sebagainya. Furht mendefinisikan “multimedia sebagai gabungan antara berbagai media; teks, grafik, animasi, gambar dan video”.35 Multimedia merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis komputer. Untuk menggabungkan teks, gambar, animasi, suara, video dan sebagainya dibutuhkan komputer serta perangkat lunak (software). Haffost mendefinisikan multimedia “sebagai suatu sistem komputer yang terdiri dari hardware dan software yang memberikan kemudahan untuk

33

Yudhi Munadi, , Hal.54.

34

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Hal. 34.

35


(48)

menggabungkan gambar, video, fotografi, grafik dan animasi dengan suara, teks dan data yang dikendalikan dengan program komputer”.36 Hampir sama dengan yang dinyatakan Seels dan Richey yang dikutip oleh Bambang warsita bahwa multimedia adalah cara untuk menyampaikan bahan belajar dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer.37

Pemanfaatan multimedia berbasis komputer dalam pembelajaran meliputi:

1. Multimedia Presentasi

Multimedia presentasi merupakan media yang membantu guru dalam proses pembelajaran tetapi tidak menggantikan posisi guru secara keseluruhan. Termasuk dalam jenis ini adalah video pembelajaran dan pointer-pointer materi yang disajikan melalui Microsoft powerpoint.

aplikasi multimedia yang dapat digunakan untuk multimedia presentasi di antaranya Microsoft powerpoint, adobe after effects,

open office impress.

2. Program Multimedia Interaktif

Program multimedia interaktif biasa disebut multimedia interaktif. Termasuk dalam jenis ini adalah software pembelajaran interaktif,

software sebagai sarana simulasi, dan lain-lain. Aplikasi yang dapat digunakan untuk multimedia interaktif di antaranya adalah

macromedia authorware, macromedia flash, macromedia director.

Multimedia interaktif merupakan suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Multimedia interaktif memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya memahami materi pelajaran yang diberikan. Jika siswa belum mengerti suatu materi, dia bisa mengulang mempelajari materi tersebut. D‟Aloisio menyatakan

36

Munir, , Hal.233.

37


(49)

28

bahwa multimedia interaktif merupakan “suatu pengintegrasian lebih dari satu media, teks, grafik, suara, video dan animasi, di mana siswa dapat mengendalikan penyampaian dari elemen-elemen media yang beragam”.38 Pendapat lain tentang multimedia interaktif di antaranya adalah Bambang Warsita yang menyatakan bahwa multimedia interaktif adalah “kombinasi dari berbagai media yang dikemas (diprogram) secara terpadu dan interaktif untuk menyajikan pesan pembelajaran tertentu”.39 Maddux dkk mendefinisikan multimedia interaktif sebagai “multimedia yang memungkinkan pengguna dapat berinteraksi dan mengarahkan tampilannya dengan sistem tombol dan link”.40

Multimedia interaktif sebagai salah satu teknologi komputer dapat menyajikan materi pembelajaran dengan menarik. Perpaduan teks, gambar, animasi, video, suara, dan grafik membuat siswa lebih tertarik mempelajari materi tersebut. Dengan sajian yang menarik, dapat mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit. Dienes berpendapat bahwa setiap konsep matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada siswa dalam bentuk-bentuk konkrit.41 Mengutip dari Roblyer, David A Jacobsen dkk menyatakan bahwa “teknologi bisa membantu guru untuk membantu siswa mempelajari fakta, memahami abstraksi, dan mencapai tujuan-tujuan dalam tingkatan taksonomi kognitif yang lebih tinggi”.42

Menurut teori kognitif, “representasi multimedia punya potensi untuk menghasilkan pembelajaran dan pemahaman lebih mendalam daripada presentasi yang disajikan hanya dalam satu format”.43 Yang

38

Sunaryo Sunarto, Pengembangan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Fisika Listrik, Jurnal Edukasi @ Elektro: UNY, 2004. Hal. 59.

39

Bambang Warsita, , Hal. 154.

40

Ari Sudono, Efektifitas Penggunaan Multimedia Interaktif dibandingkan Media Konvensional dalam Pembelajaran Kimia Siswa Kelas X SMAN 1 Ranomeeto, Jurnal Informasi Pendidikan: LPMP, 2008. Hal. 2.

41

Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, Malang: IKIP Malang, 1990. Cet. Ke-2. h. 36.

42

David A Jacobsen, dkk, Methods For Teaching, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Hal. 108.

43


(50)

dimaksud dengan satu format adalah format kata-kata atau gambar. Teori kognitif di atas menyatakan dengan jelas bahwa multimedia dapat menghasilkan pemahaman lebih mendalam kepada siswa, terlebih multimedia interaktif di mana kontrol sepenuhnya berada di tangan siswa. Dengan sifat interaktif, siswa dapat terlibat secara langsung dalam mempelajari suatu konsep.

Multimedia interaktif yang merupakan perpaduan teks, gambar, animasi, suara, dan video menuntut keterlibatan banyak indera dalam proses belajar. Keterlibatan berbagai indera dalam proses belajar dapat memudahkan siswa dalam hal memperoleh ilmu. Semakin banyak indera yang terlibat maka semakin banyak ilmu yang diperoleh. Teori Koehnert menyatakan bahwa “semakin banyak indra yang terlibat dalam proses belajar, maka proses belajar tersebut akan menjadi lebih efektif”.44

Ketika siswa berada pada situasi yang efektif untuk belajar dan menggunakan banyak indera untuk menyerap berbagai informasi, maka dia akan lebih mudah memahami apa yang sedang dia pelajari.

Multimedia interaktif sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:

a. Interaktif, yaitu sesuai dengan namanya, program ini dirancang untuk digunakan oleh siswa secara mandiri. Saat siswa menggunakan program ini, ia diajak untuk terlibat secara auditif, visual, dan kinetik sehingga pesan yang disampaikan akan mudah dipahami oleh siswa. b. Karena dirancang untuk pembelajaran mandiri, kebutuhan

masing-masing siswa terasa terpenuhi karena program ini melayani sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar siswa.

c. Meningkatkan motivasi belajar. Dengan terpenuhinya kebutuhan belajar siswa, maka siswa pun akan termotivasi untuk terus belajar.

44

Indah Nugraheni, Pengembangan Multimedia Interaktif Pembelajaran Mata Kuliah Akuntansi Dasar 1, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan: HEPI, 2007. Hal. 6


(51)

30

d. Memberikan umpan balik, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan respons dan melakukan berbagai aktifitas yang selanjutnya akan direspons balik oleh program ini.

e. Kontrol pemanfaatannya berada pada penggunanya.45

Selain kelebihan-kelebihan di atas, multimedia interaktif juga memiliki kekurangan, di antaranya adalah pengembangan multimedia interaktif memerlukan tim yang professional dan memakan waktu yang cukup lama.

Langkah-langkah membuat aplikasi multimedia interaktif adalah: 1. Membuat konsep/struktur dari aplikasi tersebut.

Yang perlu diperhatikan dalam membuat konsep/struktur aplikasi ini adalah:

a. Kriteria kemudahan navigasi.

b. Isi program harus sesuai dengan yang dibutuhkan siswa.

c. Media harus mengintegrasikan beberapa aspek dan keterampilan lainnya yang harus dipelajari.

d. Menampilkan tampilan yang artistik.

e. Memberikan pembelajaran yang diinginkan siswa secara utuh sehingga siswa merasa telah belajar sesuatu.

2. Memulai pembuatan program dengan menggunakan software yang diperlukan. Software yang dapat digunakan untuk membuat aplikasi multimedia interaktif di antaranya adalah macromedia flash,

macromedia authorware, atau macromedia director.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif merupakan gabungan beberapa media, di antaranya adalah teks, animasi, suara, grafik, dan video dalam satu perangkat lunak (software) yang memungkinkan penggunanya berinteraksi dan mengarahkan tampilannya dengan sistem tombol. Dalam penelitian mengenai

45


(1)

2) Median/ Nilai Tengah (Md) Md i f f n l i k                2 1 Keterangan :

Md = Median/ Nilai Tengah

l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas median) n = Jumlah frekuensi/ banyak siswa

k

f = Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval kelas median i

f = Frekuensi kelas median i = Interval kelas

Md 10 46,17

9 10 16 5 , 39 2 1                         i f f n l i k

3) Modus (Mo)

Mo l i

        2 1 1    Keterangan :

Mo = Modus/ Nilai yang paling banyak muncul

l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas modus)

1

 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kels sebelumnya

2

 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya i = Interval kelas

Mo 10 44,50

3 3 3 5 , 39 2 1

1  

                

l i

 

4) Varians (s2) =

 

220,87 1 32 32 1514 78478 32 ) 1 ( 2 2 2      

n n X f X f


(2)

6) Kemiringan (sk) 0,08

Karena nilai sk > 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kanan atau kurva menceng kanan.


(3)

Lampiran 14

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN

Kelas Interval

Batas Kelas

Z Batas Kelas

Nilai Z Batas Kelas

Luas Z

Tabel Ei i

O

i i i

E E O  2

39,5 -1,75 0,0401

40 - 49 0,1045 3,3440 5 0,82 49,5 -1,06 0,1446 50 - 59 0,2111 6,7552 7 0,01

59,5 -0,37 0,3557 60 - 69 0,2698 8,6336 10 0,22

69,5 0,32 0,6255 70 - 79 0,2306 7,3792 4 1,55

79,5 1,02 0,8561 80 - 89 0,1003 3,2096 4 0,19

89,5 1,71 0,9564 90 - 99 0,0354 1,1328 2 0,66

99,5 2,40 0,9918

hitung 2

3,45

tabel 2

7,82

Kesimpulan: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

45 , 3

2

2 

 

i i i

E E O

Keterangan: 2

= harga chi square Oi = frekuensi observasi


(4)

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS KONTROL

Kelas Interval

Batas Kelas

Z Batas Kelas

Nilai Z Batas Kelas

Luas Z

Tabel Ei i

O

i i i

E E O  2

19,5 -1,87 0,0307

20 - 29 0,0844 2,7008 4 0,62 29,5 -1,20 0,1151 30 - 39 0,183 5,8560 6 0,00

39,5 -0,53 0,2981 40 - 49 0,2615 8,3680 9 0,05

49,5 0,15 0,5596 50 - 59 0,2343 7,4976 6 0,30

59,5 0,82 0,7939 60 - 69 0,138 4,4160 4 0,04

69,5 1,49 0,9319 70 - 79 0,0531 1,6992 3 1,00

79,5 2,17 0,985

hitung 2

2,01

tabel 2

7,82

Kesimpulan: data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

01 , 2

2

2 

 

i i i

E E O

Keterangan: 2

= harga chi square Oi = frekuensi observasi


(5)

Lampiran 16

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Varians (s2) 209,58 220,87

Fhitung 1,05

Ftabel 2,05

Kesimpulan Varians kedua populasi homogen

Fhitung = 1,05 58 , 209

87 , 220

2 2

2

1  

s s

Keterangan:

2 1

s : Varians terbesar

2 2


(6)

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Rata-rata 64,81 47,31 Varians (s2) 209,58 220,87

s gabungan 14,67

t hitung 4,77

t table 2,00

Kesimpulan Tolak Ho dan terima Ha

67 , 14 2 32 32 ) 58 , 209 )( 1 32 ( ) 87 , 220 )( 1 32 ( 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1              n n s n s n sgab 77 , 4 32 1 32 1 67 , 14 31 , 47 81 , 64 1 1 2 1 2 1        n n s X X t gab hitung Keterangan: 1

X dan X2 : nilai rata-rata hitung data kelompok 1 dan 2 2

1

s dans22 : varians data kelompok 1 dan data kelompok 2

sgab : simpangan baku kedua kelompok