Penerapan Metode Permainan Tebak Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Mendeskripsikan Benda pada Siswa Kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.

(1)

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iv

DAFTAR ISI ……….... vi

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR DIAGRAM ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ……… 7

1. Rumusan Masalah ……… 7

2. Pemecahan Masalah ………. 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ………. 10

1. Tujuan penelitian ……….. 10

2. Manfaat Penelitian ……… 10

D. Batasan Istilah ……… 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ………. 13

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar …………. 13

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ……… 14

3. Aspek Kemampuan Bahasa ……… 15

B. Keterampilan Berbicara ……… 16

1. Hakikat berbicara ……… 16

2. Tujuan Berbicara ……… 17

3. Jenis-jenis Berbicara ………... 18

4. Teknik berbicara ………. 19


(2)

3. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbicara ……… 23

4. Metode PembelajaranBerbicara ……….. 24

5. Media Pembelajaran Berbicara ……… 27

D. Temuan Hasil yang Relevan ………. 28

E. Hipotesis Tindakan ………. 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 30

1. Lokasi Penelitian ………... 30

2. Waktu Penelitian ……… 33

B. Subjek Penelitian ………. 34

C. Metode dan Desain Penelitian ………. 35

1. Metode Penelitian ……….. 35

2. Desain Penelitian ……… 36

D. Prosedur Penelitian ……….. 37

1. Tahap Perencanaan Tindakan ……… 38

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ……… 38

3. Tahap observasi ………. 39

4. Tahap Refleksi ………. 40

E. Instrument Penelitian ……….. 40

1. Pedoman observasi ……… 41

2. Pedoman Wawancara ………... 41

3. Tes Hasil Belajar ……… 42

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……… 42

1. Teknik Pengolahan Data ………. 42

2. Analisis Data ………. 45

G. Validasi Data ……….. 45

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ………. 47

B. Paparan Data Tindakan ……….. 49

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ………... 49

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ……… 49

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I ………. 50


(3)

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ………. 67

b. Paparan Data Pelaksanaan siklus II ……….. 68

c. Paparan Data Hasil Siklus II ………. 79

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ………. 81

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ……….. 83

1. Paparan Pendapat siswa ………. 83

2. Paparan Pendapat Guru ………. 84

D. Pembahasan ………. 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 97

B. Saran ………. 101

DAFTAR PUSTAKA ……… 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… 105


(4)

Halaman

Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Siswa ……… 4

Tabel 3.1 Keadaan Siswa SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang ………... 32

Tabel 3.2 keadaan Guru SDN Cibodas I kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang ………. 33

Tabel 3.3 Daftar Siswa kelas I SDN Cibodas I Tahun Pelajaran 2012/2013.. 34

Tabel 4.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ………. 48

Tabel 4.2 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ……… 57

Tabel 4.3 Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Siklus I ……….. 58

Tabel 4.4 Observasi Kinerja Guru Siklus I ………... 61

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Berbicara Mendeskripsikan Siklus I ……… 62

Tabel 4.6 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ……….. 75

Tabel 4.7 Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Siklus II ……… 76

Tabel 4.8 Observasi Kinerja Guru Siklus II ……… 78

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Berbicara Mendeskripsikan Siklus II ……… 80

Tabel 4.10 Data Hasil Pengamatan Kinerja Guru Setiap Siklus ……….. 92

Tabel 4.11 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus …….. 93

Tabel 4.12 Perbandingan Tingkat ketuntasan Siswa pada Setiap Siklus …….. 94


(5)

Halaman Gambar 3.1 Denah SDN Cibodas I ………. 31 Gambar 3.2 Model Spiral Kemmiss dan Mc Taggart ………. 36


(6)

Halaman Diagram 4.1 Persentase Peningkatan Kinerja Guru Pada Setiap Siklus …….. 92 Diagram 4.2 Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Setiap Siklus ….. 93 Diagram 4.3 Perbandingan Tingkat Ketuntasan Siswa Pada Setiap Siklus …. 95


(7)

Halaman Lampiran A Instrumen Penelitian

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………. 105

Lampiran A.2 Lembar Observasi Kinerja Guru ……... 116

Lampiran A.3 Format Observasi Aktivitas Siswa …... 117

Lampiran A.4 Format Penilaian hasil Belajar …... 119

Lampiran A.5 Lembar Kegiatan Siswa ………... 121

Lampiran A.6 Pedoman Wawancara Untuk Guru ……... . 122

Lampiran A.7 Pedoman Wawancara Untuk Siswa ………... 124

Lampiran B Data Awal Lampiran B.1 Hasil Tes Awal ……… 125

Lampiran C Pembelajaran Siklus I Lampiran C.1 RPP Siklus I ……… 126

Lampiran C.2 Observasi Kinerja Guru Siklus I ………. 132

Lampiran C.3 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I …………. 133

Lampiran C.4 Hasil Penilaian Berbicara Siklus I ………….. 134

Lampiran D Pembelajaran Siklus II Lampiran D.1 RPP Siklus II ………. .. 139

Lampiran D.2 Observasi Kinerja Guru Siklus II …………... 144

Lampiran D.3 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II …………. 145

Lampiran D.4 Hasil Penilaian Berbicara Siklus II ………….. 146

Lampiran D.5 Pedoman Wawancara Untuk Guru ………. 151


(8)

Foto 2 Guru memberikan penjelasan ……… 154

Foto 3 Siswa berbicara dalam kelompok ……… 155

Foto 4 Guru berkeliling mengawasi siswa ……… 155

Foto 5 Siswa memilih nomor untuk mendeskripsikan ………… 156

Foto 6 siswa memilih nomor untuk mendeskripsikan …………. 156

Lampiran F Arsip-Arsip Lampiran F.1 SK Pembimbing ………. 158

Lampiran F.2 Surat Izin Penelitian ………. 159

Lampiran F.3 Surat Keterangan Penelitian dari SD ……… 160

Lampiran F.4 Monitoring Bimbingan Skripsi……… 161


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kegiatan berbicara adalah kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dalam keseharian kehidupan kita sebagai manusia. Dengan berbicara maka segala unek-unek, gagasan, ide dan pendapat akan tersampaikan. Apabila isi dari pembicaraan seseorang mendapat tanggapan yang baik dari si penyimak maka akan menciptakan efek kepercayaan diri yang lebih dari si pembicara untuk selanjutnya berkreasi menyampaikan gagasan lainnya. Melalui penyampaian gagasan akan berdampak pada daya imajinasi siswa dalam mengolah pikirannya sehingga akan meningkatkan daya pikir dan logika. Tak ayal lagi hanya melalui melatih siswa dalam berbicara mereka akan lebih terampil.

Berbicara merupakan salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86). Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok.

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain. Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

Setiap manusia pada dasarnya diberikan keterampilan berbicara namun tidak semua orang mampu berbicara atau berkomunikasi secara lisan dengan baik


(10)

dan benar. Oleh karena itu, pelajaran berbicara seharusnya mendapat perhatian dalam pengajaran keterampilan berbahasa di sekolah dasar.

Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin.

Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antar individu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.

Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa Sekolah Dasar karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di Sekolah Dasar.

Seperti yang diungkapkan Galda (Supriyadi, 2005: 178) keterampilan berbicara di SD merupakan inti dari proses pembelajaran bahasa di sekolah, karena dengan pembelajaran berbicara siswa dapat berkomunikasi di dalam


(11)

maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya. Pendapat tersebut juga didukung oleh Farris (Supriyadi, 2005: 179) yang menyatakan bahwa “pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang siswa akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak.”

Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan. Dengan kata lain, dalam kehidupan sehari-hari siswa selalu melakukan dan dihadapkan pada kegiatan berbicara.

Pengembangan kemampuan berbicara siswa sekolah dasar, meliputi berbagai jenis dan bentuk kegiatan berbicara, yaitu: memperkenalkan diri, menyapa orang lain, menceritakan pengalaman, mendeskripsikan benda atau seseorang, bercakap-cakap, menanyakan sesuatu, menceritakan kegiatan sehari-hari, melaporkan peristiwa yang dilihat, mendeskripsikan teman, memberikan tanggapan dan saran terhadap masalah, berbicara melalui telepon, bermai peran, menjelaskan petunjuk penggunaan, memeranka drama yang pendek, menceritakan hasil pengamatan, membahas isi buku, mengritik, memuji sesuatu, berpidato, berdiskusi, dan sebagainya.

Kenyataannya, pembelajaran berbicara di sekolah sering kurang dianggap perlu dan kurang ditangani serius, sebab dianggap setiap siswa sudah bisa berbicara dan dapat dipelajari secara informal di luar sekolah. Karena sudah dapat berbicara itulah, guru menganggap tidak perlu memberikan penekanan kegiatan berbicara dalam kurikulum sekolah dasar. Pembelajaran bahasa lebih ditekankan pada membaca dan menulis. Suatu studi yang dilakukan Galda (dalam Widayati,1997:3) hanya sedikit perhatian yang diberikan pada pengembangan berbicara di sekolah.

Suatu studi yang dilakukan Galda (dalam Widayati,1997:3) „hanya sedikit perhatian yang diberikan pada pengembangan berbicara di sekolah, sebab dianggap setiap siswa sudah bisa berbicara dan dapat dipelajari secara informal diluar sekolah. Karena sudah dapat berbicara itulah, guru menganggap tidak perlu memberikan penekanan kegiatan berbicara dalam kurikulum sekolah dasar. Pembelajaran bahasa lebih ditekankan pada membaca dan menulis, sehingga keterampilan siswa dalam berbicara pun masih rendah.


(12)

Pada waktu siswa masuk sekolah, tentunya dengan kemampuan berbicara yang beragam. Guru bertanggung jawab untuk menguatkan kemampuan berbicara yang beragam tersebut. Namun hal itu perlu waktu, karena sikap berubah secara perlahan dan dipengaruhi berbagai faktor, baik dalam maupun luar lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pembelajaran berbicara di sekolahdasar perlu direncanakan dan dikembangka oleh guru. Masa usia sekolah dasar masa yang sangat baik untuk mengembangkan kemampuan berbicara siswa.

Hal ini terbukti dari hasil observasi pembelajaran berbicara untuk mendeskripsikan benda-benda disekitar pada siswa kelas I SDN Cibodas I masih terdapat siswa yang tidak bisa berbicara untuk mendeskripsikan benda dengan benar dan tepat, beberapa siswa kesulitan untuk mengeluarkan ide dan gagasan yang ada dalam pikirannya. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1

Data Hasil Belajar Siswa

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai

Jumlah

Skor Nilai

Interpretasi Ketepatan

deskripsi

Volume

suara Kelancaran T TT

1 Surya 2 2 2 6 50 √

2 Aef Fadil K 2 3 3 8 66 √

3 Ahmad Mufarizal 3 2 3 6 50 √

4 Andhika Prans J 3 3 2 8 66 √

5 Anita 3 3 4 10 83 √

6 Atep Suryana 2 3 3 8 66 √

7 Deasy Nurapriliani 2 3 3 8 66 √

8 Dede Saepuloh 3 2 2 7 58 √

9 Dina Apriliani 2 2 3 7 58 √

10 Handayani Aisyah 3 3 3 9 75 √

11 Jaenal Ramadhani 2 3 3 8 66 √

12 Karina Dewi A 2 2 2 6 50 √

13 Kiki Risandi 2 2 3 7 58 √

14 Muhamad Faiz A 2 3 3 8 66 √

15 Rendy Frisqyanto 2 2 3 7 58 √

16 Richelle Rose S 3 4 3 10 83 √

17 Rosi Fadilah 3 3 3 9 75 √

18 Salsabila M 2 3 3 8 66 √

19 Taupik Hidayat 2 2 2 6 50 √

20 Wita Widianingsih 2 3 2 7 58 √

21 Zahra Khoerunisa 3 3 4 10 83 √

Jumlah 53 56 56 163 1351 12 9

Rata-rata 2,52 2,67 2,67 7,8 64,3


(13)

Dari 21 siswa terdapat 9 siswa atau 43% belum tuntas dan sisanya 12 siswa atau 57% sudah tuntas memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Dengan demikian pembelajaran ini harus mendapatkan perbaikan sebab pembelajaran telah dikatakan berhasil bila 75% dari jumlah siswa telah tuntas.

Gambaran tersebut peneliti peroleh dari hasil refleksi setelah pelaksanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar pada siswa kelas I SDN Cibodas I. Dari hasil refleksi pembelajaran mendeskripsikan benda di sekitar diperoleh temuan bahwa ada beberapa permasalahan yang jadi penyebab siswa kesulitan dalam mendeskripsikan benda antara lain sebagai berikut:

1. Banyak siswa yang kurang terampil dan kurang tepat dalam mendeskripsikan benda karena kurangnya pembendaharaan kosakata yang dimiliki siswa. Sehingga siswa kesulitan untuk mengungkapkan ide dan gagasannya. Menurut guru, kegiatan berbicara selama ini masih kurang mendapat perhatian. Karena pembelajaran berbicara menyita waktu yang cukup lama bila dipraktikkan secara individu.

2. Volume suara siswa dalam mendeskripsikan benda beraneka ragam dan sebagian besar siswa berbicara dengan volume yang rendah, sehingga apa yang siswa sampaikan tidak bisa disimak dengan baik oleh seluruh penyimak. Siswa kurang percaya diri untuk berbicara di depan kelas di depan rekan-rekannya. Hal ini terjadi karena kurangnya latihan berbicara di depan umum.

3. Kedua hal tersebut diatas mengakibatkan kelancaran berbicara siswa dalam

mendeskripsikan benda disekitar terhambat. Selain itu pemilihan media dan metode pembelajaran yang digunakan kurang sesuai sehingga siswa kurang bersemangat dalam belajar. Pengembangan strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan daya imajinasi siswa dan kreativitas siswa dalam berbahasa maupun bersastra.

Model pembelajaran berbicara yang sering digunakan guru adalah penugasan secara individu sehingga banyak menyita waktu pembelajaran Bahasa Indonesia yang hanya 5 jam pelajaran dalam satu minggu. Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama keterampilan berbicara, diperlukan model pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar aktif dan kreativitas para siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


(14)

Menurut Suprijono ( 2009: 46) “Model pembelajaran ialah suatu pola yang digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.” Dan menurut Arends (Suprijono 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan berbicara. Salah satu metodenya adalah metode tebak kata. Permainan tebak kata merupakan sebuah permainan yang mengondisikan siswa menggunakan kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata keterangan dalam keadaan realistis. (Lubis, 1988:40) Dengan mengintregasikan permainan permainan dalam pembelajaran diharapkan siswa tidak merasa dibebani dengan muatan materi yang begitu padat, karena permainan mengandung makna edukatif yang sangat bermanfaat bagi terbentuknya sifat peka terhadap keinginan dan perasaan orang lain, serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang menjadi landasan bagi pembentukan perasaan sosial.

Model pembalajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa mendeskripsikan sebuah kata yang ada pada kartu soal sehingga kata itu bisa dijawab oleh pasangannya dengan tepat.

Permainan tebak kata ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengingat dan menggunakan konsep yang telah dipelajari dan bahkan yang baru diketahui atau ditemukan pada saat permainan berlangsung, tanpa ragu atau takut salah, dan tentunya sekaligus melatih berbicara siswa dan bagaimana mengidentifikasikan sesuatu dengan membuat kalimat-kalimat (Nurarti, 2006).

Metode permainan tebak kata diterapkan dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang dalam mendeskripsikan benda di sekitar dengan judul penelitian “Penerapan Metode Permainan Tebak Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara untuk Mendeskripsikan Benda Pada Siswa Kelas I SDN CIBODAS I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.”


(15)

B.Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran penerapan metode permainan tebak kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan benda pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran penerapan metode permainan tebak kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan benda pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran penerapan metode permainan tebak kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang?

2. Pemecahan Masalah

Masalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang dalam mendeskripsikan benda ditindaklanjuti oleh guru dengan mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut, dilakukan dengan suatu pembelajaran yang inovatif dan diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. Pembelajaran inovatif dalam penelitian ini menggunkan metode permainan tebak kata .

Yang dimaksud dengan permainan disini adalah cara mempelajari bahasa melalui permainan. Permainan berbahasa bukanlah merupakan aktifitas tambahan untuk bergembira semata, tapi permainan ini dapat digolongkan dalam


(16)

pembelajaran dan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan kemahiran bahasa yang telah dipelajari.

Salah satu metode pembelajaran yang dilatarbelakangi permainan dalam salah satu situs Depdiknas adalah metode Crush Word (tebak kata )(www.dikmegnum.go.id ). Tebak kata di maksudkan untuk melatih siswa dalam mengingat dan menggunakan konsep yang telah dipelajari bahkan yang baru diketahui pada saat permainan berlangsung, tanpa ragu atau takut salah, dan tentunya sekaligus melatih berbicara siswa dan bagaimana mengidentifikasikan sesuatu dengan menbuat kalimat – kalimat.

Jika metode permainan tebak kata diterapkan pada pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda dengan baik, maka dapat menghasilkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Menyingkirkan keseriusan yang menghambat proses belajar. 2) Menghilangkan stres dalam lingkungan belajar. 3) Mengajak orang terlibat secara penuh. 4) Meningkatkan proses belajar. 5) Membangun kreativitas diri. 6) Mencapai tujuan dengan ketidaksadaran. 7) Meraih makna belajar melalui pengalaman, dan 8) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.

Dengan permainan tebak kata siswa dapat menuangkan ide dan gagasannya tanpa ragu dan malu sehingga volume suara yang mereka keluarkan tidak rendah lagi dan akan dengan mudah di simak oleh siswa lainnya. Kosa kata pun akan bertambah dan akan menambah ketepatan deskripsi siswa sehingga siswa akan lancar mendeskripsikan benda yang ada disekitar kelas.

Pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok 4 orang. 2. Guru mengatur posisi duduk siswa. Siswa duduk berdampingan dengan

teman sekelompoknya.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4. Guru menunjukan gambar-gambar benda 5. Siswa menyebutkan nama-nama benda tersebut


(17)

7. Guru meberikan karton berbentuk prisma segi tiga, sisi depan diberi nomor berupa nomor 1-5 sedangkan sisi belakangnya berupa sebuah gambar dan sebuah kata yang ditutup, pada setiap kelompok.

8. Setiap siswa dalam kelompok bergiliran memilih nomor dengan cara menusuk nomor yang diinginkan.

9. Kemudian membuka gambar dan kata yang ada dibaliknya.

10. Setelah diberi waktu beberapa saat siswa tersebut mulai mendeskripsikan benda yang ada pada gambar secara lisan dan anggota kelompok yang lain menebaknya.

11. Siswa yang berhasil menebak mendapat giliran untuk memilih nomor dan mendeskripsikannya.

12. Begitu seterusnya sampai semua anggota mendapat giliran mendeskripsikan. Selain itu, target yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah memperbaiki proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berbicara untuk mendeskripsikan benda di kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. Adapun rincian target yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

1. Target Proses a. Kinerja Guru

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran.

2) Pembelajaran dengan menerapkan metode bermain tebak kata dengan media kartu membuat siswa merasa lebih senang dalam pembelajaran mendeskripsikan benda.

b. Aktivitas Siswa

1) Siswa menunjukan sikap antusias, partisipatif dan motivasi dalam pembelajaran mendeskripsikan benda.

2) Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

3) Siswa dapat terampil berbicra untuk mendeskripsikan benda- benda di sekitar yang diucapkan secara individu.


(18)

2. Target Hasil

Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini sekurang-kurangnya 75% siswa mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan, maka kemampuan mendeskripsikan benda sudah dianggap berhasil

Dengan penelitian tindakan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dalam pencapaian tujuan tersebut di atas 65, siswa diharapkan dapat memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) bahasa Indonesia aspek berbicara kelas I semester 2yang telah dibuat dan ditentukan oleh SDN Cibodas I, yakni 65.

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran penerapan metode permainan tebak kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan benda pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran penerapan metode permainan tebak kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan benda pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.

3. Mengetahui peningkatan hasil pembelajaran penerapan metode permainan tebak kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan benda pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki mutu pembelajaran berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas I semester 2 dengan menerapkan metode permainan tebak kata dengan menggunakan media


(19)

karton berbentuk prisma segi tiga yang berisi sebuah kata dan gambar benda.

b. Manfaat Praktis a) Bagi Siswa

Memberikan pengalaman bagi siswa dalam pembelajaran berbicara untuk mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan lebih menyenangkan dan menarik.

b) Bagi Guru

Memberikan manfaat bagi guru, yakni dapat memberikan pengalaman dan wawasan bagi guru bahwa dalam membelajarkan bahasa Indonesia pada aspek berbicara, khususnya bagi siswa kelas rendah yang membutuhkan suatu pendekatan dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan rasa senang pada siswa pada saat pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat termotivasi dalam belajar dan akan berakibat pada pencapaian prestasi belajar yang maksimal dan sesuai dengan harapan.

c) Bagi Sekolah

Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai tolok ukur dalam peningkatan dan perbaikan mutu pembelajaran menulis di sekolah. D.Batasan Istilah

Menghindari terjadinya kesalahan penafsiran istilah dalam memahami inti masalah dalam penelitian ini, ditegaskan arti dari beberapa istilah yang digunakan. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut.

1. Penerapan adalah hal, cara atau hasil kerja menerapkan. (Badudu, 1994:1487). 2. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dilaksanakan dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. (Suharjo, 2006 : 68)

3. Permainan tebak kata merupakan sebuah permainan yang mengondisikan siswa menggunakan kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata keterangan dalam keadaan realistis. (Lubis, 1988:40)


(20)

4. Meningkatkan adalah proses upaya-upaya kegiatan yang dilakukan supaya terjadi suatu perubahan ke arah yang lebih baik dan atau bertambahnya sesuatu perubahan dari segi jumlah/kuantitas.

5. Mendeskripsikan adalah memaparkan, menggambarkan seperti apa yang tampak dengan jelas dan terinci. (Badudu, 1994:336)


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi/tempat melaksanakan penelitian ini adalah di SDN Cibodas I, yang beralamat di dusun Ceuri Desa Kertaharja Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.

Pemilihan SDN Cibodas I sebagai tempat dilaksanakannya penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu sebagai berikut.

a. Adanya permasalahan mengenai pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas sehingga perlu upaya penyelesaiannya melalui penerapan metode permainan tebak kata.

b. Peneliti merupakan salah seorang staf pengajar di SDN Cibodas I, sehingga peneliti lebih memahami keadaan, karakteristik dan permasalahan yang dihadapi sekolah ini jika dibandingkan dengan mengadakan penelitian di sekolah lain.

c. Penelitian yang dilaksanakan tidak akan mengganggu tugas utama peneliti sebagai guru.

d. Penelitian dilaksanakan di kelas sendiri dengan alasan tidak akan mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.

Adapun secara lebih rinci, lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Kondisi Sekolah

Bangunan ini terdiri dari delapan ruang belajar, satu ruang guru, ruang kepala sekolah, perpustakaan, kantin, dua ruang gudang gudang dan WC. Seperti tampak pada denah SDN Cibodas I adalah sebagai berikut.


(22)

Gambar 3.1 Denah SDN Cibodas I

RB

RB

RB

RB

RB

RB RK RG

KANT

IN

RB

RB GD

PERPUS

W

C

W

C

W

C

W

C

W

C


(23)

b. Kondisi Siswa

Keadaan siswa SDN Cibodas I pada tahun pelajaran 2012/2013 adalah sebanyak 225 orang siswa dengan jumlah siswa perempuan sebanyak 104 orang siswa dan jumlah siswa laki-laki sebanyak 121 orang siswa. Dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.1

Keadaan Siswa SDN Cibodas I

Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 11 10 21

2 II 22 19 41

3 III 27 22 49

4 IV 19 17 36

5 V 23 24 24

6 VI 19 12 26

Jumlah keseluruhan 121 104 225 c. Kondisi guru

SDN Cibodas I memiliki 12 orang guru kelas, 3 orang guru agama, 2 orang guru olahraga seorang penjaga serta kepala sekolah. Daftar pendidik dan tenaga kependidikan di SDN Cibodas I tampak pada tabel 3.2 berikut ini.


(24)

Tabel 3.2

Keadaan Guru SDN Cibodas I

Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2012/2013

No NAMA/NIP L/P PENDIDIKAN JABATAN KET

1 Kukun Sulaeman, S.Pd NIP. 19610926198109 1 001

L S1 2008 Kepala Sekolah

2 Watnasih

NIP. 19581017 197803 2 006

P D2 1998 Guru Kelas

3 Lilis Ecin S, S.Pd

NIP. 19600403198201 2 003

P S1 2008 Guru Kelas

4 Tatang Suwandi

NIP. 19610524 198204 1003

L D2 1998 Guru penjas

5 Entin Kartini, S.Pd. SD NIP. 19630714 198305 2009

P S1 2010 Guru Kelas

6 Mumuy, S.Pd.SD

NIP. 19640908198305 2 001

P S1 2009 Guru Kelas

7 Nining Wartini, S.Pd.I NIP. 19620824 198412 2 001

P S1 2008 Guru PAI

8 Tatang Rukmana, S.Pd NIP. 19640217 198610 1 002

L S1 2007 Guru PAI

9 Eni Iriani

NIP. 19641225 198610 2 002

P S1 2008 Guru Kelas

10 Edi Sutisna, S.Pd

NIP. 19650424 198610 1 002

L S1 2008 Guru Penjas

11 Budi Susila, S.Pd

NIP. 19690806 200012 1 003

L S1 2007 Guru kelas

12 Rita Heryani, S.Pd

NIP. 19680302 200501 2 004

P S1 2007 Guru Kelas

13 Rita Novita

NIP. 19811116 200801 2 010

P S1 2008 Guru Kelas

14 Tati, S.pd

NIP. 19680101 200801 2 023

P S1 2010 Guru Kelas

15 Mamah S.Pd P S1 2010 Guru Kelas

16 Ecin Kuraesin, S.Pd P S1 2010 Guru Kelas

17 Iis Yuliati, S. Ag P S1 1993 Guru PAI

18 Lala laila P D III 2004 Guru Kelas

19 Asep Solihin L SMP 1994 Penjaga

2. Waktu Penelitian

Lamanya waktu yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian ini kurang lebih sekitar lima bulan. Pada pembelajaran semester dua tahun pelajaran 2012/2013 mulai dari bulan Januari sampai bulan Mei 2013.


(25)

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan sehingga jumlah seluruhnya adalah 21 orang siswa.

Adapun alasan pemilihan subjek penelitian ini didasari oleh rendahnya kemampuan siswa dalam berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas.

Tabel 3.3

Daftar Siswa Kelas I SDN Cibodas I Tahun pelajaran 2012/2013

No Nama Siswa L/P

1. Surya L

2. Aef Fadil K L

3. Ahmad Mufarizal L

4. Andhika Prans J L

5. Anita P

6. Atep Suryana L

7. Deasy Nurapriliani P

8. Dede Saepuloh L

9. Dina Apriliani P

10. Handayani Aisyah P

11. Jaenal Ramadhani L

12. Karina Dewi A P

13. Kiki Risandi L

14. Muhamad Faiz A L

15. Rendy Frisqyanto L

16. Richelle Rose S P

17. Rosi Fadilah P

18. Salsabila M P

19. Taupik Hidayat L

20. Wita Widianingsih P


(26)

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif mempunyai sejumlah ciri yang dapat membedakan dari pendekatan lain, sehingga pendekatan kualitatif dapat dijadikan pendekatan untuk mengolah data sesuai dengan karakteristik. Menurut Sugiyono (2005:1)

Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data dilakukan secara induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan demikian, prosedur dan langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini mengikuti prinsip-prinsip penelitian tindakan yang telah umum dilakukan.

Menurut Suhardjono (Arikunto, dkk, 2006:58) „Penelitian Tindakan Kelas

adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya‟. Sedangkan menurut Arikunto (2006:91),

menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas”.

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Somadayo, 2013: 144) “Proses penelitian tindakan adalah proses siklus atau daur ulang yang diawali dengan perencanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (perenungan pemikiran dan evaluasi). Pemberian tindakan pada bagian penelitian tindakan kelas dapat berupa penerapan suatu teori tertentu. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan M.C Taggart.

Dari beberapa definisi tersebut diatas, penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa mendapat hasil belajar yang lebih baik.

Penelitian Tindakan Kelas ini atas dasar permasalahan yang ditemukan atau dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui


(27)

kekurangan selama proses pembelajaran dikelas, dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memerlukan bantuan pengamat atauobserver.

Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digolongkan menjadi empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau gambaran bentuk penelitian yang akan diikuti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Ada beberapa macam model penelitian tindakan kelas yang dapat digunakan. Model yang efektif digunakan oleh guru dikelas adalah penelitian tindakan model siklus. Model tindakan kelas ini dikembangkan oleh Kemmis dan MC Taggart (Wiriaatmadja, 2005 : 66) yaitu “model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang, bisa dua atau tiga siklus sesuai dengan keberhasilan atau tercapainya target. Semakin lama,

diharapkan semakin meningkat perubahannya atau pencapaian hasilnya.”

Berikut bagan model spiral Kemmis dan Taggar

Gambar 3.2


(28)

Pada hakekatnya bagan ini berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku sebagai solusi. Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi, pengamatan terhadap data awal, menyusun strategi dan merancang strategi; pelaksanaan tindakan (action) yaitu sesuatu yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya perbaikan, perubahan dan peningkatan yang diinginkan; Mengobservasi (observe) yaitu aktivitas mengamati proses dan hasil dari suatu tindakan yang dilakukan; Dan melakukan refleksi (reflection) yaitu suatu kegiatan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil dari suatu tindakan, maka rencana tindakan yang dilaksanakan berikutnya mengulang suatu tindakan dengan cara memperbaiki atau mengoptimalkan dari suatu tindakan sebelumnya. Demikian seterusnya sampai target yang ditetapkan tercapai.

Berdasarkan model siklus diatas, maka dalam penelitian ini terdiri dari beberapa siklus yaitu:

a. Siklus 1, memperbaiki permasalahan yang ditemukan pada saat observasi dengan penerapan metode permainan tebak katapada pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas.

b. Siklus 2, memperbaiki permasalahan yang timbul pada proses perbaikan siklus 1 yang telah dilaksanakan, sehingga permasalahan yang ditemukan dapat diperbaiki pada siklus ini sampai hasilnya sesuai dengan harapan.

Pengertian siklus ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

D. Prosedur Penelitian

Dalm bagian ini diuraikan secara umum langkah-langkah dalam penelitian yaitu terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berbentuk siklus, setiap siklus terdiri dari 1 pertemua (2 jam pelajaran). Pada akhir pertemuan diharapkan tercapainya tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan


(29)

baik. Pengertian siklus pada kesempatan ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Penelitian tindakan kelas melalui beberapa proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari empat momentum esensial. Adapun tahapan penelitian untuk setiap siklus pada pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahapn perencanaan tindakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata terdiri dari beberapa tahap. Rencana tindakan disusun untuk menguji secara empirik ketetapan hipotesis tindakan yang diajukan. Pada tahap ini, berbagai masalah yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan tindakan dipersiapkan antisipasinya. Adapun langkah-langkah kegiatan dalam tahap perencanaan tindakan adalah sebagai berikut.

a. Melakukan observasi dan wawancara terhadap guru untuk mendapatkan gambaran awal tentang keadaan keseluruhan SDN Sukatani sebagai lokasi penelitian dan keadaan proses belajar Bahasa Indonesia.

b. Mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran dalam hal ini menyusun dan membuat skenario pembelajaran dengan menerapkan metode permainan tebak kata.

c. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. d. Menyiapkan alat evaluasi pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di

sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan tebak gambar.

e. Mempersiapkan instrument untuk merekan dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap penerapan tindakan ini, yaitu penerapan tindakan terhadap pelaksanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata pada siswa kelas I SDN


(30)

Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut: a. Peneliti dan guru melaksanakan pembelajaran berbicara mendeskripsikan

benda di sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. b. Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran berbicara dilaksanakan observasi untuk menggali dan merekam serta mendokumentasikan setiap proses dan hasil penerapan metode permainan tebak kata. Hal ini dilakukan karena walaupun persiapan telah disusun semaksimal mungkin, tidak menutup kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaannya di lapangan sehingga memerlukan solusi pemecahannya.

Apabila dalam pelaksanaan siklus pertama tujuan pembelajaran belum tercapai, maka diperbaiki pada pelaksanaan siklus kedua sampai tujuan dan target tercapai. Adapun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam penerapan metode permainan tebak kata tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. (terlampir).

3. Tahap Observasi

Observasi sebagai alat pemantau merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tindakan setiap siklus. Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati dan diteliti, yaitu untuk memantau dan mencatat setiap tindakan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan masalah PTK itu sendiri. Selain itu observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku siswa sebagai pengaruh tindakan yang dilakukan guru.

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang berupa check list untuk mengetahui sejauh mana minat siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan motivasi-motivasi yang diberikan guru, untuk mengetahui aktifitas siswa dalam pembelajaran, aktifitas siswa dalam kelompok, serta tingkat keterampilan dan daya imajinasi siswa dalam mendeskripsikan benda secara lisan.


(31)

4. Tahap Refleksi

Refleksi menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan, serta kriteria dan rencana tindakan pada siklus berikutnya.kegiatan refleksi terhadap penelitian ini meliputi hal-hal yang tercantum di bawah ini:

a. Mengecek data yang diperoleh dan terkumpul dari hasil observasi berdasarkan hasil lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca. Data yang sudah terkumpul kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan analisis dan interpretasi, sehingga diketahui hasil dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dan interpretasi dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi agar dapat diketahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan, sekaligus untuk memperoleh gambaran terhadap siklus pertama. b. Mendiskusikan langkah selanjutnya dari hasil data yang diperoleh.

c. Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada hasil analisis tindakan sebelumnya.

Peneliti menganalisis semua informasi yang terekam dalam proses pembelajaran melalui format observasi dan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Kemudian memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang berupa instrumen kunci dan instrumen penunjang. Instrumen kunci adalah peneliti sendiri yang berperan mengumpulkan, menyeleksi, menilai, dan menentukan data. Bogdan (Somadoyo 2013:149) menyatakan bahwa peneliti sebagai instrumen kunci merupakan orang yang mengetahui seluruh data dan cara menyikapinya, sedangkan instrumen penunjang penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut:


(32)

1. Pedoman observasi

Pada umumnya observasi menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 104)

adalah “tindakan yang merupakan penafsiran dari teori”. Agar observasi dapat

berhasil dengan baik, maka diperlukan alat atau instrument observasi. Instrument Observasi dalam penelitian tindakan kelas merupakan pedoman bagi observer untuk mengamati hal-hal yang akan diamati. Diantaranya untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan dari rancangan tindakan selama situasi pembelajaran pada saat pelaksanaan tindakan.

Kegiatan observasi difokuskan pada hal pengumpulan data guna memperoleh gambaran dan informasi proses pembelajaran berbicara mengenai kinerja guru dan aktivasi siswa dalam penerapan metode permainan tebak kata pada siswa kelas I SDN Cibodas I dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, hingga kegiatan akhir pembelajaran. Sedangkan kegiatan siswa yang diobservasi adalah aktivitas dan motivasi siswa.

Pengisian lembar pengamatan tersebut cukup dengan memberikan tanda

chek (√) pada kolom yang sudah disediakan. Chek list merupakan alat observasi

yang praktis untuk digunaka sebab semua aspek yang akan diteliti sudah ditentukan terlebih dahulu. Instrumen untuk melakukan observasi ini tertuang dalam pedoman observasi. (format terlampir).

2. Pedoman wawancara

Wawncara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Denzin (Wiriaatmadja, 2005 : 117).

Wawancara yang dilakukan merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran mendeskripsikan benda dengan menerapkan metode permainan tebak kata.

Teknik wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pandangan, pendapat, apa saja yang diperoleh pada saat pembelajaran berlangsung. Instrument ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pandangan guru dan siswa tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan wawancara peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan cara kuesioner atau


(33)

observasi. Informasi tersebut salahsatunya adalah jawaban yang bersifat pribadi dan pendapat kelompok, atau informasi alternative dari suatu kegiatan penting.(format terlampir)

3. Tes hasil belajar

Lembar tes hasil belajar merupakan alat pengukur. Teknik tes dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data yang hasilnya akan diolah dengan analisis statistik. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor. Menurut Sanjaya (2009:99) “ Tes adalah instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau

tingkat penguasaan materi pembelajaran.”

Lembar tes digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran mendeskripsikan benda-benda disekitar siswa dengan metode permainan tebak kata. Sebelum dan sesudah tindakan dilaksanakan dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) yang ditetapkan oleh guru. Tes yang dilakukan adalah tes individual secara lisan yaitu siswa mendeskripsikan benda secara lisan di depan kelas. Alat tes yang digunakan berupa soal dan format penilaian.

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dari hasil wawancara, observasi, dan tes hasil belajar yang dilakukan terhadap siswa kelas I SDN Cibodas I kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. pengolahan data dimulai pada saat peneliti dan observer melakukan refleksi dari setiap siklusnya. Proses ini merupakan penentu baik atau tidaknya proses PTK.

Data pada penelitian ini dibedakan menjadi data proses dan data hasil. Teknik pengolahan data proses dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan pengolahan data hasil dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(34)

a. Data Proses

Data proses berupa deskripsi pelaksanaan tindakan pada pembelajaran mendeskripsikan benda yang meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa. Pengolahan data proses diperlukan untuk meneliti tahap-tahap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan observasi, wawancara yang instrumennya berbentuk pedoman observasi, dan pedoman wawancara.

1) Teknik Pengolahan data kinerja guru

Aspek kinerja guru yang diamati dalam proses pelaksanaan pembelajaran menerapkan metode permainan tebak kata dilakukan dengan cara menentukan perolehan skor dari aspek perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Kriteria penilaian yang digunakan adalah baik (B) bila memenuhi 3 deskriptor, cukup (C) bila memenuhi 2 deskriptor dan kurang (K) bila hanya memenuhi 1 deskriptor saja. Semua keterangan yang diperoleh dari tiap aspek dijumlahkan dan dipresentasikan.

Dengan presentase tersebut dapat terlihat peningkatan kualitas kinerja guru pada proses pembelajaran atau pada pelaksanaan tindakan dan dapat dijadikan bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

Adapun kriteria interpretasi untuk menentukan tingkat keberhasilan kinerja guru pada saat proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

B : 65% - 100% C : 35% - 64% K : 0%- 34%

2) Teknik pengolahan data aktivitas siswa

Aktivitas siswa yang diamati dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode permainan tebak kata meliputi dua aspek penilaian yaitu keaktifan dan motivasi. Cara penaksiran aspek ini dengan melihat dan mengacu pada indicator atau descriptor yang tampak. Masing-masing aspek yang dinilai memiliki skala skor 3-2-1-0 dengan deskriptor penilaian yaitu siswa mendapat skor tiga apabila semua indikator dilaksanakan, siswa mendapat skor dua apabila hanya dua indikator dilaksanakan, siswa mendapat skor 1 apabila hanya satu indikator dilaksanakan dan siswa mendapat skor 0 apabila tidak melaksanakan


(35)

semua indikator. Dalam menetukan kriteria penilaian terhadap siswa, pengolahannya menggunakan rentang yakni sebagai berikut:

Rentang Skor Kriteria Penilaian

5 – 6 Baik

3 – 4 Cukup

0 – 2 Kurang

Target yang ingin dicapai adalah ≥ 70% untuk interpretasi dengan kategori

baik (B). b. Data hasil

Pengelolaan data hasil belajar dilakukan melalui tes tetulis. Dalam mengolah data belajar, maka terlebih dahulu harus menentukan aspek-aspek yang akan di nilai. Setelah itu diberi skor dan terakhir membandingkan dengan batas nilai yang ditentukan yaitu melalui KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal). Berikut ini paparan pengolahan data hasil.

Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pengolahan data dilakukan dengan analisis data secara kualitatif. Data hasil belajar diolah dengan menggunakan penghitungan sebagai berikut :

Skor perolehan siswa

 Nilai = X 100

Skor maksimal

 Kriteria Penafsiran

 T = Tuntas

 TT = TidakTuntas

Yang dijadikan rentangan batas ketuntasan adalah dengan mengunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan oleh guru I SDN Cibodas I adalah 65. Siswa yang mendapat skor 65 atau lebih dikatakan tuntas. Siswa yang mendapat skor kurang dari 65 dikatakan belum tuntas.

Langkah selanjutnya menghitung berapa orang siswa yang tuntas atau tidak tuntas. Dengan langkah ini akan diketahui aspek mana yang belum dicapai


(36)

siswa, sehingga peneliti dapat menentukan tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tindakan sebelumnya.

2. Analisis Data

Analisis Data menurut Patton (Moleong, 2002 : 103) adalah

Proses mengatur urutan data, mengorganisasi kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian”

Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai instrument penelitian. Kemudian data tersebut direduksi ddengan jalan membuat abstrak yaitu merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorikan, disajikan, dimaknai,dan terakhir diperiksa kebenarannya. Kegiatan akhir yang dilaksanakan adalah dengan mengadakan pemeriksaan validasi data.

G. Validasi Data

Keabsahan data penelitian dapat dilihat dari kemampuan menilai data dari aspek validasi data penelitian. Validasi data pada penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005 : 170) sebagai berikut:

1. Triangulasi

Triangulasi yaitu pengecekan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data sebagai pembanding. Tujuannya untuk mengecek keabsahan data dan derajat kepercayaan data yang maksimal. Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan reflektif kolaboratif dengan peneliti mitra dan siswa. Dalam penelitiaan ini, triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama yaitu untuk mendapatkan data tentang kemampuan siswa dalam mendeskripsikan benda digunakan instrument dengan obsevasi, tes, wawancara dan catatan lapangan. Triangulasi sumber dalam penelitian ini berarti untuk mendapatkan data dari


(37)

sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Yaitu teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, tetapi melakukan sumber wawancara tersebut tidak hanya pada satu sumber (beberapa orang) untuk hal yang sama, yakni kepada guru, siswa dan observasi dari teman sejawat.

2. Member check

Member check adalah cara untuk mencari keabsahan data terhadap kebenaran data yang diperoleh setelah selesai mengumpulkan data, yakni dengan cara mengkonfirmasikan kepada subjek penelitian maupun sumber lain yang berkompeten. Member check dilakukan untuk mengemukakan hasil temuan sementara untuk memperoleh tanggapan, pendapat dari guru atau dari siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata sehingga diperoleh data yang akurat.

3. Audit Trail

Audit Trail atau penulusuran audit adalah cara pemeriksaan keabsahan data dengan cara diskusi, diskusi ini bisa dilakukan dengan kepala sekolah, praktisi, dan guru-guru sebagai rekan sejawat.

4. Expert Opinion

Expert Opinion data terakhir terhadap kesahihan temuan di lapangan kepada pakar professional, dilakukan dengan cara mengonsultasikan temuan-temuan tersebut kepada dosen pembimbing kegiatan penelitian.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang dengan menerapkan metode permainan tebak kata dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata direncanakan dengan tahapan sebagai berikut. Sebelum dilaksanakannya penelitian, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan kegiatan survey ini, peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran berbicara mendeskripsikan pada siswa kelas 1 SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang masih tergolong rendah. Selanjutnya, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas 1 untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan metode permainan tebak kata dalam proses pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut. Mengajukan permohonan izin kepada kepala sekolah dan guru kelas I SDN Cibodas I kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang bahwa akan dilaksanakan tindakan untuk memperbaiki hasil belajar siswa, kinerja guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mendesain alat evaluasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan rencana pembelajaran yang sudah disusun, mempersiapkan lembar observasi, mempersiapkan dokumentasi, mempersiapkan sarana dan prasarana.


(39)

Memberikan informasi kepada guru mengenai cara penerapan metode permainan Tebak Kata dalam pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata telah mampu memperbaiki aktivitas siswa, kinerja guru dan kemampuan siswa. Adapun tahapan pembelajarannya adalah sebagai berikut. Langkah pertama, untuk kegiatan awal alokasi waktu sekitar kurang lebih lima menit. Guru mengucapkan salam, melaksanakan tugas harian kelas. Kemudian mengondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. Lalu berdoa bersama-sama. Setelah itu, guru menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat mendeskripsikan benda-benda disekitar kelas dengan tepat. Kemudian setelah menyampaikan tujuan pembelajaran guru melakukan apersepsi dan memotivasi siswa. Untuk menghangatkan suasana guru bersama siswa menyanyikan lagu balonku ada lima. Siswa Nampak antusias untuk bernyanyi lagu balonku.

Setelah selesai menyanyikan balonku berlanjut pada langkah kedua yaitu kegiatan inti pembelajaran yakni melaksanakan tahap-tahap pelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan alokasi waktu sekitar kurang lebih 45 menit. Adapun kegiatan adalah sebagai berikut. Guru memperkenalkan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas,Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan tentang prosedur pembelajaran yang akan dilakukan siswa.

Kemudian guru mengatur posisi duduk siswa menjadi berkelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, pembagian kelompok ini disesuaikan dengan tempat duduknya namum dicampur setiap kelompoknya antara siswa perempuan dan siswa laki-laki. Setelah semua duduk dengan rapi dan tertib, guru mengeluarkan beberapa gambar yang berhubungan dengan benda yang ada di sekitar kelas. Gambar tersebut dipegang oleh guru dan siswa memperhatikan. Siswa Nampak antusias dan tertarik dengan gambar yang diperlihatkan. Setelah


(40)

bertanya jawab kemudian guru memberikan contoh cara mendeskripsikan benda secara lisan.

Setelah siswa benar-benar paham. Guru meberikan karton berbentuk prisma segi tiga, sisi depan diberi nomor berupa nomor 1-5 dan tulisan sedangkan sisi belakangnya berupa sebuah benda disekitar kelas, pada setiap kelompok. Setiap siswa dalam kelompok bergiliran memilih nomor dengan cara menusuk nomor yang diinginkan. Setelah diberi waktu beberapa saat siswa tersebut mulai mendeskripsikan benda yang ada pada gambar secara lisan dan anggota dalam kelompoknya yang lain menebaknya. Siswa yang berhasil menebak mendapat giliran untuk memilih nomor dan mendeskripsikannya. Begitu seterusnya sampai semua anggota kegiliran mendeskripsikan.

Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama untuk memikirkan kalimat-kalimat yang tepat dan memadukan kalimat dengan kalimat sehingga menjadi sebuah deskripsi yang runtut. Guru memberikan penjelasan teknik mendeskripsikan benda dengan berdiskusi menggunakan metode tebak kata dengan media kancing, Kancing-kancing dalam kotak dibagikan pada siswa masing-masing mendapat dua buah kancing. Semua anggota kelompok harus mengemukakan deskripsi dari kata yang dipilihnya dengan cara menoblos nomor yang disukainya berupa kalimat yang tepat untuk menjelaskan kata yang dipilih menjadi kalimat yang padu untuk di tebak oleh temannya.

Jika salah satu temanmu sedang berbicara mengemukakan pendapatnya, maka siswa yang lain harus mendengarkan pendapat teman tersebut dan yang telah berbicara mengemukakan pendapatnya harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengan kelompok. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa telah habis, dia tidak boleh berbicara untuk membuat tebakan lagi sampai rekan-rekannya juga menghabiskan kancing mereka. Jika kancing yang dimiliki oleh siswa dalam satu kelompok sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagikan kancing lagi dan prosedur atau caranya diulangi lagi. Guru menugaskan siswa untuk berbicara mendeskripsikan benda dengan teknik yang telah dijelaskan.


(41)

Setelah mendeskripsikan dalam kelompok siswa mendeskripsikan benda di depan kelas secara individu. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa yang mengalami kesulitan.

Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan bersemangat guru menyuruh siswa untuk menyanyikan lagu disini senang di sana senang sebagai penyemangat karena siswa yang bisa mendeskripsikan dengan tepat akan mendapatkan penghargaan sebagai umpan balik dan penguatan agar siswa lebih baik lagi dalam mendeskripsikan.

Langkah terakhir adalah kegiatan akhir pembelajaran dengan alokasi waktu sekitar 10 menit. Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran setelah itu menutup pelajaran.

Selanjutnya kegiatan pada siklus II, kegiatan tidak jauh berbeda dengan siklus I namun yang membedakan adalah dalam pembagian kelompok dan pengondisian siswa yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, pada siklus II siswa yang mengobrol atau tidak focus pada pembelajaran akan diberi hukuman atau sanksi. Siswa sangat senang dalam setiap pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan hasil belajar siswa yang menunjukan peningkatan dan perubahan yang sangat baik pada setiap siklusnya.

Diketahuai bahwa hasil kinerja guru pada setiap siklus mengalami peningkatan yang bertahap. Untuk kinerja guru pada siklus I mencapai 40% dan pada siklus II mencapai 84% terdapat peningkatan pada kinerja guru. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus Iterdapat 52% berkategori bagus, 43% kategori cukup dan 5% kategori kurang sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan yakni 71% berkategori baik, 29 % berkategori cukup. Dengan demikian, penerapan metode permainan tebak kata ini memberikan perubahan yang positif terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa serta hasil belajar siswa.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hasil tersebut dilihat dari hasil tes pada setiap siklus . Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan


(42)

tebak kata telah mampu memperbaiki aktivitas siswa, kinerja guru serta kemampuan siswa. Hasil belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hasil tersebut dilihat dari hasil tes pada setiap siklus. Pada siklus I hasil belajar siswa mencapai 67% atau 14 orang siswa yang tuntas, sedangkan setelah dilakukan perbaikan pada siklus II, hasil belajar siswa meningkat menjadi 86% atau 18 siswa yang tuntas dari 21 siswa. Hasil tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai target yang telah ditentukan yaitu 75% siswa yang tuntas. Dengan demikian, penerapan metode permainan tebak kata ini sangat tepat dijadikan solusi untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berbicara di kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.

B. Saran

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada siswa kelas 1 SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang dalam upaya peningkatan kemampuan berbicara siswa dengan menerapkan metode permainan tebak kata, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut.

a. Bagi Guru

Guru hendaknya memonitor dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menerapkan metode tebak kata, Guru hendaknya memotivasi siswa dan menyajikan pembelajaran semenarik mungkin agar minat siswa tumbuh dengan menyediakan variasi tema , membentuk kelompok diskusi dan memberikan reward atau punishment. Guru hendaknya selalu menasehati siswa agar mau berbicara.

b. Bagi Siswa

Siswa hendaknya selalu aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, karena suatu pembelajaran akan berhasil jika pelaku pembelajarannya mempunyai motivasi dan minat yang tinggi


(43)

c. Bagi Kepala Sekolah

Hendaknya pihak sekolah selalu memberi motivasi kepada guru dengan jalan antara lain memberi penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerjanya dengan baik. Hendaknya pihak sekolah mencukupi sarana dan prasarana pendukung pembelajaran.

d. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lainnya yang akan melkukan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan teknik pembelajaran.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Artati. Y. Budi, 2004. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Klaten : Intan Pariwara.

Aqib, Zainal, 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

BSNP, 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.

Badudu. JS, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Depdiknas, (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Djuanda, Dadan. (2008) Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar.Bandung: Pustaka Latifah.

Haryadi, Zamzani.1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia, Jakarta : Depdikbud.

Hermawan, Ruswandi, dkk. ( 2006 ). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS.

Kasbuloh, Kasihani .(1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Depdikbud. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Moleong, Lexy.(2002). Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Resmini,Novi,Dra.2009.Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.Bandung: UPI Press

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan ke 5. Jakarta: Prenada Media Group.


(45)

Suyatno, (2005) Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya :Grasindo

Susilana,Rudi. (2009) Media Pembelajaran. Bandung: CV Wahana Prima. Suprijonoi, dkk. 2005. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Jakarta: Pustaka Pelajar .

Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud. Tarigan, Henry Guntur ,1986, Berbicara sebagai suatu keterampilan

berbahasa,Bandung: Angkasa

Tarigan, Djago dkk., 1986, teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Bandung:Angkasa.

Wiriaatmadja, Rochiati. ( 2005 ). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.


(1)

bertanya jawab kemudian guru memberikan contoh cara mendeskripsikan benda secara lisan.

Setelah siswa benar-benar paham. Guru meberikan karton berbentuk prisma segi tiga, sisi depan diberi nomor berupa nomor 1-5 dan tulisan sedangkan sisi belakangnya berupa sebuah benda disekitar kelas, pada setiap kelompok. Setiap siswa dalam kelompok bergiliran memilih nomor dengan cara menusuk nomor yang diinginkan. Setelah diberi waktu beberapa saat siswa tersebut mulai mendeskripsikan benda yang ada pada gambar secara lisan dan anggota dalam kelompoknya yang lain menebaknya. Siswa yang berhasil menebak mendapat giliran untuk memilih nomor dan mendeskripsikannya. Begitu seterusnya sampai semua anggota kegiliran mendeskripsikan.

Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama untuk memikirkan kalimat-kalimat yang tepat dan memadukan kalimat dengan kalimat sehingga menjadi sebuah deskripsi yang runtut. Guru memberikan penjelasan teknik mendeskripsikan benda dengan berdiskusi menggunakan metode tebak kata dengan media kancing, Kancing-kancing dalam kotak dibagikan pada siswa masing-masing mendapat dua buah kancing. Semua anggota kelompok harus mengemukakan deskripsi dari kata yang dipilihnya dengan cara menoblos nomor yang disukainya berupa kalimat yang tepat untuk menjelaskan kata yang dipilih menjadi kalimat yang padu untuk di tebak oleh temannya.

Jika salah satu temanmu sedang berbicara mengemukakan pendapatnya, maka siswa yang lain harus mendengarkan pendapat teman tersebut dan yang telah berbicara mengemukakan pendapatnya harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengan kelompok. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa telah habis, dia tidak boleh berbicara untuk membuat tebakan lagi sampai rekan-rekannya juga menghabiskan kancing mereka. Jika kancing yang dimiliki oleh siswa dalam satu kelompok sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagikan kancing lagi dan prosedur atau caranya diulangi lagi. Guru menugaskan siswa untuk berbicara mendeskripsikan benda dengan teknik yang telah dijelaskan.


(2)

Setelah mendeskripsikan dalam kelompok siswa mendeskripsikan benda di depan kelas secara individu. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa yang mengalami kesulitan.

Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan bersemangat guru menyuruh siswa untuk menyanyikan lagu disini senang di sana senang sebagai penyemangat karena siswa yang bisa mendeskripsikan dengan tepat akan mendapatkan penghargaan sebagai umpan balik dan penguatan agar siswa lebih baik lagi dalam mendeskripsikan.

Langkah terakhir adalah kegiatan akhir pembelajaran dengan alokasi waktu sekitar 10 menit. Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran setelah itu menutup pelajaran.

Selanjutnya kegiatan pada siklus II, kegiatan tidak jauh berbeda dengan siklus I namun yang membedakan adalah dalam pembagian kelompok dan pengondisian siswa yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, pada siklus II siswa yang mengobrol atau tidak focus pada pembelajaran akan diberi hukuman atau sanksi. Siswa sangat senang dalam setiap pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan hasil belajar siswa yang menunjukan peningkatan dan perubahan yang sangat baik pada setiap siklusnya.

Diketahuai bahwa hasil kinerja guru pada setiap siklus mengalami peningkatan yang bertahap. Untuk kinerja guru pada siklus I mencapai 40% dan pada siklus II mencapai 84% terdapat peningkatan pada kinerja guru. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus Iterdapat 52% berkategori bagus, 43% kategori cukup dan 5% kategori kurang sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan yakni 71% berkategori baik, 29 % berkategori cukup. Dengan demikian, penerapan metode permainan tebak kata ini memberikan perubahan yang positif terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa serta hasil belajar siswa.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hasil tersebut dilihat dari hasil tes pada setiap siklus . Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan


(3)

tebak kata telah mampu memperbaiki aktivitas siswa, kinerja guru serta kemampuan siswa. Hasil belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hasil tersebut dilihat dari hasil tes pada setiap siklus. Pada siklus I hasil belajar siswa mencapai 67% atau 14 orang siswa yang tuntas, sedangkan setelah dilakukan perbaikan pada siklus II, hasil belajar siswa meningkat menjadi 86% atau 18 siswa yang tuntas dari 21 siswa. Hasil tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai target yang telah ditentukan yaitu 75% siswa yang tuntas. Dengan demikian, penerapan metode permainan tebak kata ini sangat tepat dijadikan solusi untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berbicara di kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.

B. Saran

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada siswa kelas 1 SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang dalam upaya peningkatan kemampuan berbicara siswa dengan menerapkan metode permainan tebak kata, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut.

a. Bagi Guru

Guru hendaknya memonitor dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menerapkan metode tebak kata, Guru hendaknya memotivasi siswa dan menyajikan pembelajaran semenarik mungkin agar minat siswa tumbuh dengan menyediakan variasi tema , membentuk kelompok diskusi dan memberikan reward atau punishment. Guru hendaknya selalu menasehati siswa agar mau berbicara.

b. Bagi Siswa

Siswa hendaknya selalu aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, karena suatu pembelajaran akan berhasil jika pelaku pembelajarannya mempunyai motivasi dan minat yang tinggi


(4)

c. Bagi Kepala Sekolah

Hendaknya pihak sekolah selalu memberi motivasi kepada guru dengan jalan antara lain memberi penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerjanya dengan baik. Hendaknya pihak sekolah mencukupi sarana dan prasarana pendukung pembelajaran.

d. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lainnya yang akan melkukan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan teknik pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Artati. Y. Budi, 2004. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Klaten : Intan Pariwara.

Aqib, Zainal, 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

BSNP, 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.

Badudu. JS, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Depdiknas, (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Djuanda, Dadan. (2008) Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar.Bandung: Pustaka Latifah.

Haryadi, Zamzani.1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia, Jakarta : Depdikbud.

Hermawan, Ruswandi, dkk. ( 2006 ). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS.

Kasbuloh, Kasihani .(1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Depdikbud. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Moleong, Lexy.(2002). Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Resmini,Novi,Dra.2009.Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.Bandung: UPI Press

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan ke 5. Jakarta: Prenada Media Group.


(6)

Suyatno, (2005) Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya :Grasindo

Susilana,Rudi. (2009) Media Pembelajaran. Bandung: CV Wahana Prima. Suprijonoi, dkk. 2005. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Jakarta: Pustaka Pelajar .

Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud. Tarigan, Henry Guntur ,1986, Berbicara sebagai suatu keterampilan

berbahasa,Bandung: Angkasa

Tarigan, Djago dkk., 1986, teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Bandung:Angkasa.

Wiriaatmadja, Rochiati. ( 2005 ). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PERMAINAN TEBAK KATA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 02 KALIWULUH Penerapan Permainan Tebak Kata Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas Iv Sdn 02 Kaliwuluh Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar

0 0 14

PENDAHULUAN Penerapan Permainan Tebak Kata Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas Iv Sdn 02 Kaliwuluh Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

0 0 7

PENERAPAN PEMBELAJARAN PASSING BERVARIASI UNTUK MENINGKATKAN CHEST PASS PERMAINAN BOLA TANGAN PADA SISWA KELAS V SDN PANYINGKIRAN II KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG.

0 8 63

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR TOLAKAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PERMAINAN MELOMPATI PARIT PADA SISWA KELAS V SDN CILANGKAP I KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG.

0 29 100

PENERAPAN PERMAINAN JALAN KALAJENGKING UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT LENGAN DALAM PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Nagrak I Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang).

0 0 43

PENERAPAN METODE ESTAFET WRITING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS PADA SISWA KELAS V SDN CIHANJUANG I KECAMATAN PARONGPONG.

3 49 45

PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK : Penelitian Tindakan Kelas di SDN Paniis Kelas IV Semester I Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.

0 1 38

PENERAPAN PERMAINAN KARTU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BEBER KECAMATAN BEBER KABUPATEN CIREBON.

0 4 45

MENINGKATKAN KELINCAHAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL KUCING-KUCINGAN PADA SISWA KELAS IV SDN CIKARAMAS I KECAMATAN TANJUNGMEDAR KABUPATEN SUMEDANG.

1 5 40

PENERAPAN TEKNIK MEMPERLIHATKAN DAN BERBICARA (SHOW AND TELL) MELALUI PERMAINAN HIMPUNAN KATA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS II SDN KARANGNANGKA II KECAMATAN SITURAJA SUMEDANG.

0 1 46