PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM REFRIGERASI.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN SISTEM REFRIGERASI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Oleh
ARI ASHARI RAMADHAN E.0551.0808595
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem
Refrigerasi
Oleh
Ari Ashari Ramadhan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Ari Ashari Ramadhan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
ARI ASHARI RAMADHAN E.0551.0808595
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM REFRIGERASI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
PEMBIMBING I
Drs. Syamsuri Hasan, M.Pd. NIP. 1951041 198103 1 002
PEMBIMBING II
Dr. H. Kamin Sumardi, M.Pd. NIP. 19670926 199702 1 001
Mengetahui,
KETUA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
Dr. H. Wahid Munawar, M.Pd. NIP.19630520 198901 1 001
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan untuk mengetahui aktivitas siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran Sistem Refrigerasi kelas X TP B SMK Negeri I Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014. Metode penelitian pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian terdiri atas tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah soal pre-test, post test dan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar yang ditunjukan oleh nilai rata-rata N-Gain pada siklus I yang masuk dalam kategori sedang, siklus II kategori sedang, dan siklus III kategori tinggi. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga menyebabkan aktivitas belajar siswa meningkat untuk pada siklusnya. Hasil rata-rata persentase aktivitas pada siklus I masuk dalam kategori sedang, meningkat pada siklus II kategori tinggi, dan siklus III kategori tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Sistem Refrigerasi.
(5)
ABSTRACT
This research was conducted to investigate the improvement of student learning outcomes through the implementation of cooperative learning type NHT and to examine student activities after the teacher conducted cooperative learning type NHT in Refrigeration System subject of class X TP B SMK Negeri 1 Cimahi 2013/2014. The research method employed in this research was Classroom Action Research (CAR) which is consisting of three cycles. Each cycle consists of planning, implementation, observation and reflection. The data were collected through pre-test, post-test and observation sheets covering student learning activities. The findings of this research reveal that there was an improvement in student learning outcomes indicated by the average score of N-Gain which is average on the first dan second cycle, then high in last cycles. The implementation of cooperative learning type NHT also lead to increase student learning activities for each cycle. The result showed that the average percentage of activity in the first cycle can be categorized as an average category, and then it increases in the second and third cycle which can be categorized as a high category. The Conclusion of this research is: the implementation of cooperative learning type NHT can improve student learning outcomes and student learning activities in Refrigeration Systems subject.
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
F. Strukrtur Organisasi ... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran ... 6
B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 7
C. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 9
D. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif ... 10
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together... 11
F. Hasil Belajar ... 14
1. Pengertian Hasil Belajar ... 14
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15
G. Aktivitas Belajar ... 17
1. Pengertian Aktivitas Belajar ... 17
2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar ... 18
H. Sistem Evaluasi ... 19
1. Pengertian Sistem Evaluasi ... 19
2. Jenis-Jenis Evaluasi ... 19
3. Jenis-Jenis Alat Evaluasi ... 20
I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20
J. Kaitan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together dengan Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 21
K. Karakteristik Mata Pelajaran Sistem Refrigerasi ... 21
L. Kerangka Pemikiran ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 24
(7)
D. Lokasi dan Objek Penelitian ... 29
E. Definisi Operasional ... 29
F. Instrumen Penelitian ... 30
G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 31
H. Teknik Pengolahan Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38
1. Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 38
2. Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 42
3. Kegiatan Pembelajaran Siklus III ... 45
4. Hasil Pembelajaran ... 48
B. Pembahasan ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 56
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai ulangan harian ... 2
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 8
Tabel 2.2 Ilustrasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 12
Tabel 2.3 Kompetensi Mata Pelajaran Sistem Refrigerasi ... 21
Tabel 3.1 Kriteria Reliabilitas ... 33
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 34
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Daya Pembeda ... 35
Tabel 3.4 Kriteria Nilai ... 35
Tabel 3.5 Kriteria N-Gain ... 36
Tabel 3.6 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa ... 36
Tabel 3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran... 37
Tabel 4.1 Rata-rata nilai Pre test dan Post Test ... 49
Tabel 4.2 Rata-rata N-Gain Setiap Siklus ... 49
Tabel 4.3 Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa ... 50
(9)
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A
A1. Silabus ... 60
A2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 64
A3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 68
A4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III... 72
LAMPIRAN B B1. Analisis Validitas Butir Soal Siklus I ... 77
B2. Analisis Reliabilitas Butir Soal Siklus I ... 78
B3. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Siklus I ... 79
B4. Analisis Daya Pembeda Soal Siklus I ... 80
B5. Analisis Validitas Butir Soal Siklus II... 81
B6. Analisis Reliabilitas Butir Soal Siklus II ... 82
B7. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Siklus II ... 83
B8. Analisis Daya Pembeda Soal Siklus II ... 84
B9. Analisis Validitas Butir Soal Siklus III ... 85
B10. Analisis Reliabilitas Butir Soal Siklus III ... 86
B11. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Siklus III ... 87
B12. Analisis Daya Pembeda Soal Siklus III ... 88
B13. Perhitungan Uji Instrumen ... 89
B14. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 93
B15. Soal Pre Test Siklus I ... 96
B16. Soal Post Test Siklus I ... 98
B17. Soal Pre Test Siklus II ... 101
B18. Soal Post Test Siklus II ... 104
B19. Soal Pre Test Siklus III ... 107
B20. Soal Post Test Siklus III ... 110
B21. Kunci Jawaban dan Lembar Jawaban... 112
LAMPIRAN C C1. Rekapitulasi Nilai Pre Test, Post Test, dan N-Gain ... 114
LAMPIRAN D D1. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 118
D2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar SIswa ... 119
D3. Lembar Observasi Guru ... 121
D4. Lembar Catatan Lapangan ... 122
D5. Judgment Lembar Observasi ... 123
D6. Rekapitulasi Nilai Observasi Siswa ... 125
D7. Rekapitulasi Nilai Observasi Guru ... 128
LAMPIRAN E E1. Dokumentasi Penelitian ... 130
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga pendidikan yang diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia berkualitas, terampil, dan berdisiplin tinggi guna menunjang produk yang siap pakai di bidangnya. Hal tersebut tercermin dalam tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu;
1. Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang akuntabel sebagai pusat Pembudayaan Kompetensi Berstandar Internasional
2. Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar internasional
3. Memberikan berbagai layanan Pendidikan Kejuruan yang permeabel dan fleksibel secara terintegritas antara jalur dan jenjang pendidikan 4. Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan 5. Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa
(www.ditsmk.net) Tujuan tersebut tentunya harus didukung oleh lembaga yang bersangkutan, seperti sarana dan prasarana yang memadai, guru yang berkompeten, kurikulum, dan proses pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan proses belajar mengajar (PBM). Salah satu elemen vital tersebut ialah guru, karena guru terlibat langsung dalam PBM. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru diharuskan menggunakan strategi pembelajaran yang menarik dan kondusif serta berpusat pada siswa, hal ini bertujuan agar siswa menjadi mandiri dan tidak menjadi objek pasif. Namun pada kenyataannya PBM masih berpusat pada guru, dimana guru masih mendominasi PBM dengan menggunakan teknik ceramah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dan cenderung mengantuk sehingga pembelajaran terasa monoton dan membosankan. Persoalan yang terjadi seperti ini merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat dalam mencapai tujuan pembelajaran.
(11)
2
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh penulis pada saat melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP) di SMKN 1 Cimahi, persoalan di atas juga terjadi. Dimana pelaksanaan pembelajaran belum difokuskan pada siswa, sehingga proses komunikasi yang berlangsung adalah satu arah, karena metode yang digunakan oleh guru ialah ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Walaupun adakalanya guru berupaya memusatkan pembelajaran pada siswa dengan metode diskusi, tetapi hasilnya kurang memuaskan (tabel 1.1) karena hanya sebagian siswa saja yang aktif dan sebagaian lainnya hanya mengikuti atau menontonnya. Akhirnya berpengaruh pada hasil belajar yang didapat oleh siswa.
Tabel 1.1 Nilai ulangan harian semester ganjil mata pelajaran Sistem
Refrigerasi Tahun Ajaran 2012/2013 SMKN 1 Cimahi
Kelas Nilai Kriteria Frekuensi Persentase (%)
X TP B ≥ 75 Lulus 13 39,39 < 75 Tidak Lulus 20 60,61
Jumlah 33 100
(Sumber: Dokumentasi PLP SMKN 1 Cimahi 2012) Data di atas memperlihatkan masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah standar yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75, sebesar 60,61% siswa memperoleh nilai di bawah standar dan yang telah memenuhi standar yaitu sebesar 39,39%. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut, guru harus memiliki strategi belajar yang tepat sehingga siswa dapat belajar secara efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penulis berusaha memberikan sebuah solusi berupa suatu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Karena model pembelajaran memiliki peranan penting dalam merangsang keaktifan sisawa di dalam kelas.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) diharapkan mampu mengatasi masalah yang dikemukakan di atas. Model pembelajaran ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang memusatkan aktivitas pada siswa secara berkelompok. Keunggulan tipe ini dengan pembelajaran kooperatif tipe lainnya adalah memungkinkan keterlibatan
(12)
3
atau keaktifan setiap siswa sebagai anggota kelompok dalam usaha pencapaian tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT berbeda degan kerja kelompok karena pada umumnya kerja kelompok didominasi oleh siswa pintar saja. Dalam hal ini guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok heterogen dalam hal kemampuan atau akademiknya yang kemudian diberi nomor diri, dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok menguasai dan memahami tugas yang diterimanya.
Merujuk pada latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
penulis berniat untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem Refrigerasi”. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
a. Proses belajar mengajar masih monoton dan membosankan.
b. Metode pembelajaran yang digunakan masih berupa ceramah dan diskusi yang kurang variatif.
c. Siswa tidak semua aktif berdiskusi dalam kelas dengan mengunakan metode diskusi.
d. Rendahnya hasil belajar siswa
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah perlu dilakukan dalam suatu penelitian agar permasalahan yang diteliti lebih jelas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem refrigerasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT?
(13)
4
b. Bagaimana aktivitas siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT?
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dan mendalam pada masalah yang diteliti, maka penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil belajar yang diungkapkan dibatasi pada aspek kognitif setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada mata pelajaran sistem refrigerasi dengan standar kompetensi mengisi refrigeran ke dalam sistem refrigerasi dan kompetensi dasar memahami fungsi refrigeran dalam sistem refrigerasi di kelas X TP B SMK Negeri 1 Cimahi. 2. Aktivitas belajar yang diungkapkan dibatasi dengan aktivitas fisik.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Mengetahui aktivitas siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar di dalam kelas.
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3. Bagi sekolah, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
(14)
5
F. Sistematika Penulisan
Bab I menjelaskan tentang hal yang mendorong dilaksanakannya penelitian diantaranya latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan. Bab II menjelaskan tentang kajian pustaka, teori yang mendukung dan relevan dengan permasalahan penelitian ini. Bab III menjelaskan tentang metode penelitian, prosedur penelitian, lokasi dan objek penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengujian instrumen penelitian, dan teknik pengolahan data. Bab IV menjelaskan tentang hasil penelitian, yaitu pengolahan data disertai pembahasannya, yang merupakan jawaban dari masalah yang timbul dalam penelitian. Bab V menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran dari penulis bagi berbagai pihak yang bersangkutan.
(15)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam rangka memecahkan permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan mencoba menerapkan model pembelajaran untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Berdasarkan pada tujuan tersebut, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR). Kunandar (2012:45) mengungkapkan definisi penelitian
tindakan kelas sebagai berikut:
Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus.
Sedangkan Wiriatmadja (2007:13) menyatakan bahwa:
Penelitian tindakan kelas yaitu sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pengajarannya, dan melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistematis terhadap suatu praktik pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar dengan melakukan tindakan tertentu dalam suatu siklus. Penelitian tindakan kelas juga memiliki tahapan penelitian yang terus berulang sampai suatu permasalahan dianggap teratasi. Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang dirasakan mengganggu yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga dianggap berdampak kurang baik terhadap proses dan hasil belajar siswa, serta implementasi suatu program sekolah.
(16)
25
Langkah menemukan masalah kemudian dilanjutkan dengan menganalisis masalah, merumuskan masalah, dan menentukan perencanaan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan.
B. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Kunandar, 2012:70) terdiri dari 4 tahap, yakni penyusunan rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Lebih jelasnya penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana (Planning)
Penyusunan rencana penelitian adalah melakukan identifikasi masalah kemudian membuat rencana suatu kegiatan pembelajaran berdasarkan analisa masalah yang didapatkan, mulai dari penetapan waktu, materi, metode penyampaian materi.
2. Tindakan (Action)
Tindakan merupakan tahap implementasi dari berbagai rencana dan kegiatan praktis yang telah dirancang pada tahap sebelumnya dan merupakan tindakan yang terkontrol secara seksama. Tindakan dapat terlaksana dengan baik jika mengacu pada rencana yang rasional dan terukur.
3. Pengamatan (Observation)
Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, selain itu dalam pengamatan dilakukan juga analisis. Peneliti akan melakukan analisa berdasarkan pengamatan seluruh pelaksanaan tindakan. Peneliti dan mitra melakukan pengamatan terhadap gejala yang muncul selama berlangsungnya tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Kegiatan ini bertujuan untuk merekam dan mengumpulkan data yang diperlukan oleh peneliti.
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap objek penelitian yang
(17)
26
pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu, dan hambatan yang muncul perencanaan tindakan strategi.
Refleksi dalam siklus akan berulang kembali pada siklus berikutnya, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa siklus. Pada model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart, komponen tindakan dan observasi dijadikan sebagai suatu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi tindakan dan observasi merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Berikut ini dikutipkan model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart.
Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart
C. Prosedur Penelitian Numbered Head Together
1. Perencanaan
Keberhasilan suatu tindakan akan ditentukan dengan perencanaan yang matang, oleh karena itu pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu:
(18)
27
b. Menentukan jumlah siklus penelitian, yaitu 3 siklus. Setiap siklusnya dilakukan satu kali tatap muka pembelajaran.
c. Memilih bahan pelajaran yang sesuai.
d. Merencanakan pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
e. Menentukan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
f. Menyusun format evaluasi.
g. Menyusun format observasi pembelajaran yang terdiri dari 2 jenis yaitu aktivitas guru dan siswa.
2. Tindakan
Tahap ini peneliti memberi tindakan dalam tiap siklus penelitian dengan indikator adanya peningkatan hasil belajar siswa. Berikut ini dijelaskan secara rinci tindakan untuk 3 siklus, yaitu:
a. Siklus ke-1
Tindakan yang dilaksanakan yang mengacu pada RPP, yaitu pembelajaran dengan menggunakan model NHT. Tahapan pelaksanaan tindakan yang dilakukan sebagai berikut:
1) Guru mengulas materi yang sebelumnya diajarkan dan memberikan sedikit penjelasan materi yang diajarkan atau penjelasan materi.
2) Guru memberikan penjelasan Model pembelajaraan kooperatif tipe NHT.
3) Guru memberikan soal pre test untuk mengukur kemampuan awal siswa.
4) Siswa diorganisasikan dalam kelompok belajar lima sampai enam orang untuk berdiskusi.
(19)
28
6) Guru membimbing siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disajikan.
7) Guru mengkondisikan untuk evaluasi kelompok, peran guru di sini hanya sebagai moderator.
8) Setelah evaluasi selesai, guru bersama siswa mengulas hasil evaluasi kelompok lalu siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. 9) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang dinilai
paling baik pada pembelajaran hari itu.
10)Pada akhir tindakan dilaksanakan post test untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa.
b. Siklus ke-2
Tahapan pembelajaran pada siklus kedua sama seperti pembelajaran pada siklus pertama. Namun pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus kedua ini, dilihat berdasarkan pada hasil refleksi siklus pertama dan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun untuk siklus kedua. c. Siklus ke-3
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ketiga ini berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua, sampai permasalahan terselesaikan sesuai waktu yang telah dialokasikan. Tahapan proses pembelajaran pada siklus ketiga sama seperti pembelajaran siklus kedua
3. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas atau teman sejawat sebagai observer untuk memperoleh data meliputi kegiatan fasilitator pembelajaran dan aktivitas siswa. Waktu pelaksanaan observasi adalah saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas dari siklus pertama hingga siklus ketiga.
(20)
29
4. Refleksi
Tahapan refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil tindakan yang telah dilaksanakan dan untuk memperbaiki langkah-langkah pada tindakan selanjutnya. Refleksi yang dilakukan meliputi:
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. 2) Melakukan diskusi untuk membahas hasil evaluasi tentang
rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa dengan guru mata pelajaran.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
D. Lokasi dan Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Cimahi Jl. Mahar Martanegara No. 48 Leuwi Gajah, Cimahi. Dimana penulis pernah melakukan kegiatan PLP di sekolah tersebut.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Pendingin dan Tata Udara B SMKN 1 Cimahi. Objek terdiri dari satu kelas yang berjumlah 35 siswa.
E. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang atau dikembangkan dengan menggunakan pola tertentu.
2. Pembelajaran Kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang mengedepankan pada kegiatan kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen. 3. NHT adalah salah satu jenis dari pembelajaran kooperatif dimana siswa
(21)
30
nomor. Guru memberikan masalah, kemudian dikerjakan bersama dan dipresentasikan sesuai nomor diri tersebut.
4. Hasil belajar merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar disekolah yang dinyatakan dengan nilai hasil belajar berdasarkan hasil tes.
5. Mata pelajaran Sistem Refrigerasi merupakan mata pelajaran produktif yang berfungsi untuk membekali siswa agar memiliki kompetensi yang diharapkan. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran dasar yang berguna mendukung kepada mata pelajaran lainnya
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, dokumentasi, pre test dan post test.
1. Observasi
Observasi adalah aktivitas yang dilakukan melalui pengamatan langsung untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Sugiyono (2008:203) berpendapat bahwa “Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku, proses kerja, gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar”. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi guru dan siswa diisi oleh observer.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas peneliti dapat menggunakan rekaman foto, slide, tape dan video. Pada penelitian ini jenis dokumentasi yang digunakan adalah foto. Foto digunakan untuk menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa penting atau khusus yang terjadi atau ilustrasi dari suatu kegiatan.
(22)
31
3. Pre Test
Pre test digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum
proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil pre test akan digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa.
4. Post Test
Post test digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi dasar
atau indikator yang disampaikan dalam program pembelajaran yang telah dikuasai siswa. Kemudian untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara hasil pre test dengan hasil post test.
G. Pengujian Instrumen Penelitian
Proses pengujian instrumen digunakan untuk mengukur atau mengetahui instrument yang akan digunakan apakah telah layak atau belum.
1. Lembar Observasi
Sebelum lembar observasi diberikan kepada observer, lembar tersebut harus melakukan tahap pengujian terlebih dahulu. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan expert judgment, yaitu dengan meminta evalusi dari seorang ahli terhadap panduan yang dibuat.
2. Tes
Pengujian yang akan diterapkan pada instrumen tes ini diantaranya: validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan dengan tujuan kriteria belajar dan tingkah laku yang menggunakan perhitungan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2006:170).
(23)
32
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y ΣX = jumlah skor X
ΣY = jumlah skor Y N = jumlah responden
ΣXY = jumlah hasil kali dari variabel X dan variabel Y
ΣX2
= jumlah kuadrat dari variabel X
ΣY2
= jumlah kuadrat dari variabel Y
Setelah harga rxy diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan taraf
signifikansi koefisien yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:258) dengan menggunakan rumus uji-t yaitu:
√ √ ………..(3.2) Dimana:
n = Banyak data t = Nilai t hitung r = koefisien korelasi
Penafsiran dari harga koefisien korelasi dinyatakan valid apabila thitung
> ttabel dengan taraf kesalahan α =0,05.
b. Uji Reliabilitas
Pada penelitian ini penulis berusaha mengukur tingkat reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Spearman-Brown dengan teknik belah dua ganjil-genap. Adapun langkah-langkah yang digunakan menurut Arikunto (2006:170) sebagai berikut:
1) Mengelompokkan skor butir soal bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan skor butir soal bernomor genap sebagai belahan kedua. 2) Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua
dengan menggunakan rumus korelasi dan akan diperoleh harga rxy.
rxy =
(24)
33
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
∑X = Jumlah skor X
∑Y = Jumlah skor Y
∑XY = Jumlah skor X dan Y N = Jumlah responden
Menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan rumus
Spearman-Brown, yaitu:
r11 =
………. (3.4)
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
= rxy yang disebut sebagai indeks korelasi antara dua
belahan instrumen.
Jika r hitung> r tabel, hal itu menunjukan bahwa koefisien ada artinya
hingga tidak diabaikan. Artinya instrumen ini reliabel pada taraf kepercayaan yang telah ditentukan yaitu 95 %.
Tabel 3.1 Kriteria Reliabilitas Koefisien Korelasi (r11) Kategori
0,00 – 0,20 Sangat Rendah 0,21 – 0,40 Rendah 0,41 – 0,60 Sedang 0,61 – 0,80 Kuat 0,81 – 1,00 Sangat Kuat
(Arikunto, 2010:319) c. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran (TK) butir tes pada dasarnya adalah peluang responden atau peserta tes untuk menjawab benar pada suatu butir soal. Untuk menghitung taraf kesukaran butir soal dapat digunakan rumus menurut Surapranata (2006:12) sebagai berikut:
(25)
34
Keterangan:
p = tingkat kesukaran satu butir soal tertentu
∑x = Jumlah siswa yang menjawab benar pada butir itu Sm N = Skor maksimum seluruh siswa peserta test
Kriteria tingkat kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran
Rentang Tk Kategori
p = 0,00 Sangat sukar, sebaiknya dibuang 0,16 ≤ p < 0,30 Sukar
0,30 ≤ p < 0,70 Sedang 0,70 ≤ p < 0,85 Mudah
p = 1,00 Sangat mudah, sebaiknya dibuang
(Surapranata, 2006:21) d. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu, sebagaimana diungkapkan Arikunto (2010:211) bahwa “Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).”
Untuk menghitung daya pembeda setiap item ini dapat menggunakan rumus berikut:
DP = - = PA - PB ………..………….. (3.6)
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas menjawab benar
(26)
35
Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda
Nilai DP Kategori
DP 0,00 Sangat jelek 0,00DP0,20 Jelek 0,20DP0,40 Cukup 0,40DP0,70 Baik 0.70DP 1.00 Sangat baik
(Surapranata, 2006:24)
H. Teknik Pengolahan Data
1. Menilai Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Kognitif
Peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif dapat dilihat dari data yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan, berupa pre
test dan post test. Hasil tes kemudian dapat diolah setelah itu diinterpretasikan
dan dilihat peningkatan siswa yang tuntas dalam belajarnya. Sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan di SMKN 1 Cimahi bahwa dalam pembelajaran mata pelajaran produktif dalam hal ini Sistem Refrigerasi bahwa siswa dikatakan lulus jika mendapat nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) ≥ 75.
Tabel 3.4 Kriteria Nilai
Nilai Kategori
90 – 100 Lulus amat baik 80 – 89 Lulus baik 75 – 79 Lulus cukup
< 75 Belum Lulus
(Dokumen SMKN 1 Cimahi) 2. Gain Ternormalisasi (N-Gain)
N-gain dipergunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa
setelah dilakukannya pembelajaran. rumus N-Gain dapat dihitung melalui rumus berikut:
N-Gain =
…………..………….. (3.7) (Hake, 2002:4)
(27)
36
Tabel 3.5 Kriteria Gain
Nilai Kategori
G > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ G ≤ 0,7 Sedang G < 0,3 Rendah
(Hake, 2002:4)
3. Menilai Aktivitas Belajar Siswa
Nilai aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, digunakan untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa di kelas. Analisis dilakukan pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan rumus-rumus melalui persentasi.
Adapun perhitungan persentase keaktifan pembelajaran siswa dalam mengikuti proses belajar sebagai berikut:
A = ………..………….. (3.8)
Keterangan:
A = Persentase aktivitas belajar siswa (%)
B = Jumlah skor perolehan aktivitas yang dilakukan siswa C = Jumlah skor maksimum aktivitas siswa
Setelah data tersebut didapat, kemudian diinterpretasikan kedalam empat kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sesuai dengan tabel berikut ini.
Tabel 3.6 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa Persentase (%) Kategori
75 – 100 Sangat Tinggi 50 – 74,99 Tinggi 25 – 49,99 Sedang 0 – 24,99 Rendah
(28)
37
4. Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Data mengenai pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan data yang diambil dari observasi aktivitas guru. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Keterlaksanaan model pembelajaran ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Kemudian nilai persentase tersebut dikonversikan ke dalam kategori keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Nilai tersebut diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran Persentase (%) Kategori
0 – 24,9 Sangat Kurang 25 – 37,5 Kurang 37,6 – 62,5 Sedang 62,6 – 87,5 Baik
87,6 – 100 Sangat Baik
(29)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa ini diantaranya sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran koperatif tipe NHT pada mata pelajaran sistem refrigerasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan nilai N-gain pada setiap siklusnya. Siklus I dan siklus II termasuk dalam kategori sedang, kemudian siklus III termasuk dalam kategori tinggi.
2. Aktivitas belajar siswa di dalam kelas selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Pada siklus I termasuk dalam kategori tinggi, siklus II masuk dalam kategori sangat tinggi. kemudian siklus III masuk dalam kategori sangat tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe
NHT ini memberikan hasil positif terhadap kegiatan belajar mengajar
karena dapat meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif dalam belajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas penulis mempuyai beberapa saran diantaranya :
1. Bagi guru, pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang perlu dipertimbangkan oleh guru untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran yang mampu menciptakan pembelajaran yang lebih baik.
2. Bagi siswa, kegiatan pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif, terampil dan kolaboratif dalam kegiatan pembelajaran.
(30)
55
Tetapi agar dapat menunjang kegiatan pembelajaran tersebut, hendaknya kebutuhan peralatan dan sumber-sumber belajar dapat dilengkapi.
3. Bagi peneliti lain, penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT guru harus pintar mengatur waktu dan perlu direkomendasikan terhadap mata pelajaran produktif lain untuk melihat keberhasilannya.
4. Bagi sekolah, sebaiknya lebih diperhatikan lagi aspek kognitif siswa, dan lebih mengontrol guru-guru supaya melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat.
(31)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S, Suhardjono dan Supardi (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2013). Visi Misi dan Tujuan
SMK [online] Tersedia: ditpsmk.net/?page=content;3. [25 Juni 2013]
Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hake, R. R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning
Gains in Mechanics with Gender, High School Mathematics and Spatial Visualization.[Online].Tersedia:www.physics.indiana.edu/~hake/PERC20
02h-Hake [03 September 2013]
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Isjoni, (2011). Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.
Lie, A. (2002). Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning Di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nuraeni, D. (2013). Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Motivasi Siswa Pada Sub Konsep Ekosistem Pantai. Skripsi JPB FPMIPA UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenda Media.
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Siddiq, A. (2011). Perbandingan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Program Diklat
(32)
57
Pengetahuan Dasar Listrik Dan Elektronika Di SMKN 4 Bandung. Skripsi
JPTE FPTK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Slavin, R. E. (2010). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudjana,N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Supriadi, Y. (2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Gambar Teknik 2 Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together NHT. Skripsi JPTM UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Surapranata, S. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Rosda.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Usman, U. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya
Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Yonny, A., et.al. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.
Zoraya, A. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Menganalisis Profil Aktivitas Belajar Siswa SMA Dalam Pembelajaran Fisika. Skripsi JPF FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
(1)
Ari Ashri Ramadhan, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem Refrigerasi
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu Tabel 3.5 Kriteria Gain
Nilai Kategori G > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ G ≤ 0,7 Sedang
G < 0,3 Rendah
(Hake, 2002:4)
3. Menilai Aktivitas Belajar Siswa
Nilai aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, digunakan untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa di kelas. Analisis dilakukan pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan rumus-rumus melalui persentasi.
Adapun perhitungan persentase keaktifan pembelajaran siswa dalam mengikuti proses belajar sebagai berikut:
A = ………..………….. (3.8) Keterangan:
A = Persentase aktivitas belajar siswa (%)
B = Jumlah skor perolehan aktivitas yang dilakukan siswa C = Jumlah skor maksimum aktivitas siswa
Setelah data tersebut didapat, kemudian diinterpretasikan kedalam empat kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sesuai dengan tabel berikut ini.
Tabel 3.6 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa Persentase (%) Kategori
75 – 100 Sangat Tinggi 50 – 74,99 Tinggi 25 – 49,99 Sedang
0 – 24,99 Rendah
(2)
37
4. Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Data mengenai pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan data yang diambil dari observasi aktivitas guru. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Keterlaksanaan model pembelajaran ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Kemudian nilai persentase tersebut dikonversikan ke dalam kategori keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Nilai tersebut diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran Persentase (%) Kategori
0 – 24,9 Sangat Kurang 25 – 37,5 Kurang 37,6 – 62,5 Sedang 62,6 – 87,5 Baik
87,6 – 100 Sangat Baik
(3)
Ari Ashri Ramadhan, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem Refrigerasi
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa ini diantaranya sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran koperatif tipe NHT pada mata pelajaran sistem refrigerasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan nilai N-gain pada setiap siklusnya. Siklus I dan siklus II termasuk dalam kategori sedang, kemudian siklus III termasuk dalam kategori tinggi.
2. Aktivitas belajar siswa di dalam kelas selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Pada siklus I termasuk dalam kategori tinggi, siklus II masuk dalam kategori sangat tinggi. kemudian siklus III masuk dalam kategori sangat tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini memberikan hasil positif terhadap kegiatan belajar mengajar karena dapat meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif dalam belajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas penulis mempuyai beberapa saran diantaranya :
1. Bagi guru, pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang perlu dipertimbangkan oleh guru untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran yang mampu menciptakan pembelajaran yang lebih baik.
2. Bagi siswa, kegiatan pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif, terampil dan kolaboratif dalam kegiatan pembelajaran.
(4)
55
Tetapi agar dapat menunjang kegiatan pembelajaran tersebut, hendaknya kebutuhan peralatan dan sumber-sumber belajar dapat dilengkapi.
3. Bagi peneliti lain, penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT guru harus pintar mengatur waktu dan perlu direkomendasikan terhadap mata pelajaran produktif lain untuk melihat keberhasilannya.
4. Bagi sekolah, sebaiknya lebih diperhatikan lagi aspek kognitif siswa, dan lebih mengontrol guru-guru supaya melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat.
(5)
Ari Ashri Ramadhan, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem Refrigerasi
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S, Suhardjono dan Supardi (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2013). Visi Misi dan Tujuan SMK [online] Tersedia: ditpsmk.net/?page=content;3. [25 Juni 2013] Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hake, R. R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High School Mathematics and Spatial Visualization.[Online].Tersedia:www.physics.indiana.edu/~hake/PERC20 02h-Hake [03 September 2013]
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Isjoni, (2011). Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.
Lie, A. (2002). Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nuraeni, D. (2013). Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Motivasi Siswa Pada Sub Konsep Ekosistem Pantai. Skripsi JPB FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenda Media.
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Siddiq, A. (2011). Perbandingan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Program Diklat
(6)
57
Pengetahuan Dasar Listrik Dan Elektronika Di SMKN 4 Bandung. Skripsi JPTE FPTK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Slavin, R. E. (2010). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudjana,N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Supriadi, Y. (2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik 2 Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together NHT. Skripsi JPTM UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Surapranata, S. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Rosda.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Usman, U. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya
Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Yonny, A., et.al. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.
Zoraya, A. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Menganalisis Profil Aktivitas Belajar Siswa SMA Dalam Pembelajaran Fisika. Skripsi JPF FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.